You are on page 1of 179

Sri Waluyanti, dkk.

ALAT UKUR DAN


TEKNIK
PENGUKURAN
JILID 1

SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang

ALAT UKUR DAN


TEKNIK
PENGUKURAN
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Sri Waluyanti
Djoko Santoso
Slamet
Umi Rochayati

Perancang Kulit : TIM

Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm

WAL WALUYANTI, Sri


a Alat Ukur dan Teknik Pengukuran Jilid 1 untuk SMK oleh
Sri Waluyanti, Djoko Santoso, Slamet, Umi Rochayati ---- Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
vii, 179 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Glosarium : Lampiran. D
ISBN : 978-602-8320-11-5
ISBN : 978-602-8320-12-2

Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada


seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada


Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada


para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.

Jakarta, 17 Agustus 2008


Direktur Pembinaan SMK
KATA PENGANTAR PENULIS

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kahadlirat Allah s.w.t.


atas segala rahmat dan kuruniaNya hingga penyusunan buku kejuruan
SMK Alat Ukur dan Teknik Pengukuran ini dapat terselesaikan.
Buku ini disusun dari tingkat pemahaman dasar besaran listrik,
jenis-jenis alat ukur sederhana hingga aplikasi lanjut yang merupakan
gabungan antar disiplin ilmu. Untuk alat ukur yang wajib dan banyak
digunakan oleh orang yang berkecimpung maupun yang mempunyai
ketertarikan bidang elektronika di bahas secara detail, dari pengertian, cara
kerja alat, langkah keamanan penggunaan, cara menggunakan, perawatan
dan perbaikan sederhana. Sedangkan untuk aplikasi lanjut pembahasan
dititik beratkan bagaimana memaknai hasil pengukuran. Penyusunan ini
terselesaikan tidak lepas dari dukungan beberapa pihak, dalam
kesempatan ini tak lupa kami sampaikan rasa terimakasih kami kepada :

1. Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Ditjen Manajemen


Pendidikan Dasar dan Menengah Deparmeten Pendidikan Nasional
yang telah memberi kepercayaan pada kami
2. Kesubdit Pembelajaran Direktorat Pembinaan SMK beserta staff yang
telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan
hingga terselesaikannya penulisan buku.
3. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta beserta staff
yang telah membantu kelancaran administrasi
4. Ketua Jurusan beserta staff Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY
atas fasilitas dan dukungannya hingga terselesaikannya tugas ini.
5. Teman-teman sesama penulis buku kejuruan SMK di lingkungan FT-
UNY atas kerjasama, motivasi, pengertian dan dukungan kelancaran
pelaksanaan.
6. Para teknisi dan staff pengajaran yang memberi kelonggaran
penggunaan laboratorium dan kelancaran informasi.
7. Dan orang yang selalu ada di hati dan di samping penulis dengan
segala pengertian, dukungan semangat dan motivasi hingga
terselesaikannya penyusunan buku ini.

Tak ada yang sempurna kecuali Dia yang memiliki segala puji. Oleh karena
itu masukan dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan
ini, atas saran dan masukannya diucapkan banyak terimakasih.

Tim penyusun,
v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA SAMBUTAN iii


KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v

1. PENDAHULUAN 1
1.1. Parameter Alat Ukur 1
1.2. Kesalahan Ukur 6
1.3. Klasifikasi Kelas Meter 9
1.4. Kalibrasi 10
1.5. Macam-macam Alat Ukur Penunjuk Listrik 12
1.6. Peraga Hasil Pengukuran 28
2. MULTIMETER
2.1. Multimeter Dasar 43
2.2. Voltmeter 57
2.3. Ohmmeter 65
2.4. Multimeter Elektronik Analog 69
2.5. Multimeter Elektronik Digital 111
3. LCR METER
3.1. Prinsip Dasar Pengukuran Komponen LCR 129
3.2. LCR meter model 740 143
3.3. Pembacaan Nilai Pengukuran 148
3.4. Pengukuran Resistansi DC Dengan Sumber Luar 159
3.5. Pengukuran resistansi DC 161
4. PENGUKURAN DAYA
4.1. Pengukuran Daya Rangkaian DC 163
4.2. Pengukuran Daya Rangkaian AC 165
4.3. Wattmeter 167
4.4. Error Wattmeter 183
4.5. Watt Jam meter 186
4.6. Meter Solid States 190
4.7. Wattmeter AMR 190
4.8. Kasus Implementasi Lapangan 191
4.9. Faktor Daya 194
4.10. Metode Menentukan Urutan Fasa 203
5. PENGUJI TAHANAN ISOLASI DAN KUAT MEDAN
5.1. Pengujian Tahanan Isolasi 215
5.2. Tahanan Pentanahan (Earth Ground Resistance) 221
5.3. Pengukuran Medan 240
6. PEMBANGKIT SINYAL
6.1. Fungsi Generator 253
6.2. Pembangkit Frekuensi Radio 264
6.3. Pembangkit Pulsa 289
6.4. Sweep Marker Generator 289
vi
7. Osiloskop
7.1. Pengantar 295
7.2. Operasi Dasar CRO 303
7.3. Jenis-Jenis Osiloskop 309
7.4. Osiloskop Digital 321
7.5. Spesifikasi Osiloskop 326
7.6. Pengukuran Dengan Osikoskop 319
7.7.1. MSO Sumbu XYZ Aplikasi Pada Pengujian Otomotif 339
7.7.2. Mixed Signal Oscilloscope 331
7.7.3. Osiloskop Digital Pospor (Digital Phospor Osciloscope / 331
DPO)
7.7.4. Arsitektur Pemrosesan Paralel 332
7.7.5. Mudah Penggunaan 335
7.7.6. Probe 336
7.8. Pengoperasian Osiloskop 346
8. FREKUENSI METER
8.1. Frekuensi Meter Analog . 353
8.2. Frekuensi Meter Digital 357
8.3. Metode Pengukuran 363
8.4. Kesalahan pengukuran 374
9. PENGANALISA SPEKTRUM
9.1. Pengantar dan Sejarah Perkembangan Spektrum Analiser 379
9.2. Jenis-jenis Penganalisa Spektrum 382
9.3. Dasar Analisa Spektrum Waktu Riil 390
9.4. Aplikasi Dalam Penggunaan 424
10. PEMBANGKIT POLA
10.1. Latar Belakang Sejarah 441
10.2. Sinyal Pengetesan 442
10.3. Pola Standar 445
10.4. Pola Pengetesan Batang Untuk Pengecekan Lapisan 452
10.5. Pengembangan Pola 461
10.6. Pembangkit Pola 463
10.7. Spesifikasi 469
10.8. Aplikasi 469
11.MESIN TESTER
11.1. Pengantar 479
11.2. Elektronik Pengetesan Fungsi Otomotif Menggunakan 490
Sistem Komponen
11.3. Aplikasi 497
11.3. Rupa rupa Penguji Mesin 515
11.4. Penganalisa Gas 516
12. SISTEM POSISI GLOBAL (GPS)
12.1. Pengantar Teknologi GPS 531
12.2. Cara Bekerja GPS 541
12.3. Differential GPS (DGPS) 552
12.4. Petunjuk Pengoperasian GPS Maestro 4050 555
13. PERALATAN ELEKTRONIKA KEDOKTERAN
13.1.1 MRI (Magnetic Resonance Imaging) 567
13.1.2. Mesin MRI 577
13.1.3. MRI Masa depan 581
13.2.1. Pengertian CT SCAN 582
13.2.2. Mesin Sinar X 586
vii

13.2.3. Ide Dasar Computerized Axial Tomography (CAT) 588


13.2.4. Prosedur Scanning 589
13.3.1. Diagnosis Medis Penggambaran Sonography 595
13.3.2. Aplikasi Diagnostik 597
13.3.3. Metoda Sonography 602
13.3.4. Perbedaan Jenis Ultrasonik 607
13.3.5. Prosedur Pengujian Dengan Ultrasonik 609
13.4. Penggambaran Kedokteran Nuklir 610
13.4.1. Prosedur Pengujian 612
13.4.2. Prosedur Pelaksanaan 614
13.4.3. Resiko 622
13.4.4. Keterbatas Tomograpi Emisi Positron 622
13.4.5. Teknik Cardiosvascular Imaging 623
13.4.6. Scanning Tulang 623

LAMPIRAN
A. DAFTAR PUSTAKA
D. GLOSARIUM
1

BAB 1 PENDAHULUAN

Tujuan Pokok Bahasan


Pembahasan bertujuan membekali 1. Parameter Alat Ukur
kemampuan : 2. Sistem Satuan
1. Mendefinisikan sistem satuan 3. Klasifikasi kelas meter
besaran listrik dan kalibrasi
2 Memilih dan menempatkan alat 4. Macam-macam peraga
ukur yang baik berdasarkan
parameter
3. Mampu menyebutkan macam-
macam peraga penunjukkan alat
ukur

1.1. Parameter Alat Ukur


Alat ukur listrik merupakan berupa gerak dengan
peralatan yang diperlukan oleh menggunakan alat ukur. Perlu
manusia. Karena besaran listrik disadari bahwa untuk dapat
seperti : tegangan, arus, daya, menggunakan berbagai macam
frekuensi dan sebagainya tidak alat ukur listrik perlu pemahanan
dapat secara langsung ditanggapi pengetahuan yang memadai
oleh panca indera. Untuk tentang konsep - konsep
mengukur besaran listrik tersebut, teoritisnya. Dalam mempelajari
diperlukan alat pengubah. Atau pengukuran dikenal beberapa
besaran ditransformasikan ke istilah, antara lain :
dalam besaran mekanis yang

Instrumen : adalah alat ukur untuk menentukan nilai atau besaran


suatu kuantitas atau variabel.
Ketelitian : harga terdekat dengan mana suatu pembacaan
instrumen mendekati harga sebenarnya dari variabel
yang diukur.
Ketepatan : suatu ukuran kemampuan untuk hasil pengukuran yang
serupa
Sensitivitas : perbandingan antara sinyal keluaran atau respons
instrumen terhadap perubahan masukan atau variabel
yang diukur.
Resolusi : :perubahan terkecil dalam nilai yang diukur yang mana
instrumen akan memberi respon atau tanggapan.
Kesalahan : penyimpangan variabel yang diukur dari harga (nilai)
yang sebenarnya.
2

Alat ukur listrik dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


Alat ukur standar/absolut :
Alat ukur absolut maksudnya pada alat itu sendiri. Ini
adalah alat ukur yang menunjukkan bahwa alat tersebut
menunjukkan besaran dari tidak perlu dikalibrasi atau
komponen listrik yang diukur dibandingkan dengan alat ukur
dengan batas-batas pada lainnya lebih dahulu. Contoh dari
konstanta dan penyimpangan alat ukur ini adalah galvanometer.

Gambar 1-1 Alat ukur standar galvanometer


Alat ukur sekunder :
Alat ukur sekunder maksudnya sudah dikalibrasi dengan
adalah semua alat ukur yang membandingkan pada alat ukur
menunjukkan harga besaran listrik standar/absolut. Contoh dari alat
yang diukur dan dapat ditentukan ukur ini adalah alat ukur listrik
hanya dari simpangan alat ukur yang sering dipergunakan
tersebut. Sebelumnya alat ukur sehari-hari.
3

Gambar 1-2 Alat ukur sekunder

1.1.1. Sistem Satuan Dalam Pengukuran


1.1.1.1. Satuan Dasar dan Satuan Turunan
Ilmu pengetahuan dan teknik dinyatakan satuan-satuan dasar.
menggunakan dua jenis satuan, Arus listrik, temperatur, intensitas
yaitu satuan dasar dan satuan cahaya disebut dengan satuan
turunan. Satuan-satuan dasar dasar tambahan. Sistem satuan
dalam mekanika terdiri dari dasar tersebut selanjutnya dikenal
panjang, massa dan waktu. Biasa sebagai sistem internasional yang
disebut dengan satuan - satuan disebut sistem SI. Sistem ini
dasar utama. Dalam beberapa memuat 6 satuan dasar seperti
besaran fisis tertentu pada ilmu tabel 1-1.
termal, listrik dan penerangan juga

Tabel 1-1 Besaran-besaran satuan dasar SI

Kuantitas Satuan Dasar Simbol


Panjang meter m
Massa kilogram kg
Waktu sekon s
Arus listrik amper A
Temperatur kelvin K
Intensitas cahaya kandela Cd
4

Satuan-satuan lain yang dapat beberapa satuan turunan telah


dinyatakan dengan satuan-satuan diberi nama baru, contoh untuk
dasar disebut satuan-satuan daya dalam SI dinamakan watt
turunan. Untuk memudahkan yaitu menggantikan j/s.

Tabel 1-2 Beberapa contoh satuan yang diturunkan

Kuantitas Satuan Simbol Dinyatakan


yang dalam satuan SI
diturunkan atau satuan
yang diturunkan
Frekuensi hertz Hz 1 Hz = 1 s-1
Gaya newton N 1 N = I kgm/s2
Tekanan pascal Pa 1 Pa = 1 N/m2
Enersi kerja joule J 1 J = 1 Nm
Daya watt W 1 W = 1 J/s
Muatan listrik coulomb C 1 C = 1 As
GGL/beda potensial volt V 1 V = 1 W/A
Kapasitas listrik farad F 1 F = 1 AsIV
Tahanan listrik ohm Ω 1 = I V/A
Konduktansi siemens S 1 S = 1 Ω- 1
Fluksi magnetis Weber Wb 1 Wb = I Vs
Kepadatan fluksi Tesla T 1 T = 1 Wb/m2
Induktansi Henry H 1 H = 1 Vs/A
Fluksi cahaya Lumen lM l m = 1 cd sr
Kemilauan lux lx l x = 1 lm/m2

1.1.1.2. Sistem-sistem Satuan


Asosiasi pengembangan Ilmu adalah satu. Satuan-satuan
Pengetahuan Inggris telah turunan untuk arus listrik dan
menetapkan sentimeter sebagai potensial listrik dalam sistem
satuan dasar untuk panjang dan elektromagnetik, yaitu amper dan
gram sebagai satuan dasar untuk volt digunakan dalam pengukuran-
massa. Dari sini dikembangkan pengukuran praktis. Kedua satuan
sistem satuan sentimeter-gram- ini beserta salah satu dari satuan
sekon (CGS). Dalam sistem lainnya seperti: coulomb, ohm,
elektrostatik CGS, satuan muatan henry, farad, dan sebagainya
listrik diturunkan dari sentimeter, digabungkan di dalam satuan
gram, dan sekon dengan ketiga yang disebut sistem praktis
menetapkan bahwa permissivitas (practical system).
ruang hampa pada hukum Tahun 1960 atas persetujuan
coulumb mengenai muatan listrik internasional ditunjuk sebagai
5

sistem internasional (SI). Sistem dan intensitas cahaya, seperti


SI digunakan enam satuan dasar, terlihat pada tabel 1-1. Demikian
yaitu meter, kilogram, sekon, dan pula dibuat pengalian dari satuan-
amper (MKSA) dan sebagai satuan dasar, yaitu dalam sistem
satuan dasar tambahan adalah desimal seperti terlihat pada tabel
derajat kelvin dan lilin (kandela) 1-3.
yaitu sebagai satuan temperatur

Tabel 1-3 Perkalian desimal


Faktor perkalian dari Sebutan
satuan Nama Symbol

1012 Tera T
109 Giga G
106 Mega M
103 Kilo K
102 Hekto h
10 Deca da
10-1 Deci d
10-2 Centi c
10-3 Milli m
10-6 Micro µ
10-9 Nano n
10-12 Pico p
10-15 Femto f
10-18 atto a

Ada pula satuan bukan SI yang kelipatannya, digunakan dalam


dapat dipakai bersama dengan pemakaian umum. Lebih jelasnya
satuan SI. Beserta kelipatan - dapat diperhatikan pada tabel 1-4.

Tabel 1-4 Satuan bukan SI yang dapat dipakai bersama dengan satuan

Kuantitas Nama Satuan Simbol Definisi


Waktu menit menit 1 menit = 60 s
jam jam 1 jam = 60 menit
hari hari 1 hari = 24 jam
Sudut datar derajat ο 10 = (Jπ/180 )rad
menit , 1, = ( 1/60 )o
sekon : 1" = ( 1/60 )
Massa Ton T 1 t = 103 k9
6

1.1.1.3. Sistem Satuan Lain


Di Inggris sistem satuan panjang massa 1 pon (lb) = 0,45359237
menggunakan kaki (ft), massa pon kg. Berdasarkan dua bentuk ini
(lb), dan waktu adalah detik. (s). memungkinkan semua satuan
Satuan-satuan tersebut dapat sistem Inggris menjadi satuan -
dikonversikan ke satuan SI, yaitu satuan SI. Lebih jelasnya
panjang 1 inci = 1/12 kaki perhatikan tabel 1-5.
ditetapkan = 25,4 mm, untuk

Tabel 1-5 Konversi satuan Inggris ke SI


Satuan Inggris Simbol Ekivalensi metrik Kebalikan
Panjang 1 kaki ft 30,48 cm 0,0328084
1 inci In 25,40 mm 0,0393701
Luas 1 kaki kuadrat Ft2 9,2903 x 102 cm2 0,0107639x102
1 inci kuadrat In2 6,4516 x 102 0,15500 x 10-2
Isi 1 kaki kubik Ft3 mm2 35,3147
Massa 1 pon lb 0,0283168 m3 2,20462
Kerapatan 1 pon per kaki kubik lb/ft3 0,45359237 kg 0,062428
Kecepatan 1 kaki per sekon ft/s 16,0185 kg/m3 3,28084
Gaya 1 pondal pdl 0,3048 m/s 7,23301
Kerja, energi 1 kaki-pondal ft pdl 0,138255 N 23,7304
Daya 1 daya kuda Hp 0,0421401 J 0.00134102
745,7 W

1.2. Kesalahan Ukur


Saat melakukan pengukuran sebab terjadinya kesalahan
besaran listrik tidak ada yang pengukuran. Kesalahan -
menghasilkan ketelitian dengan kesalahan dalam pengukuran
sempurna. Perlu diketahui dapat digolongkan menjadi tiga
ketelitian yang sebenarnya dan jenis, yaitu :

1.2.1 Kesalahan-kesalahan Umum (gross-errors)


Kesalahan ini kebanyakan kebiasaan yang buruk, seperti :
disebabkan oleh kesalahan pembacaan yang tidak teliti,
manusia. Diantaranya adalah pencatatan yang berbeda dari
kesalahan pembacaan alat ukur, pembacaannya, penyetelan
penyetelan yang tidak tepat dan instrumen yang tidak tepat. Agar
pemakaian instrumen yang tidak mendapatkan hasil yang optimal,
sesuai dan kesalahan penaksiran. maka diperlukan pembacaan lebih
Kesalahan ini tidak dapat dari satu kali. Bisa dilakukan tiga
dihindari, tetapi harus dicegah dan kali, kemudian dirata-rata. Jika
perlu perbaikkan. Ini terjadi karena mungkin dengan pengamat yang
keteledoran atau kebiasaan - berbeda.
7

Hasil pembacaan
< harga Pembacaan
sebenarnya Posisi > harga
pembacaan senearnya
yang benar

Gambar 1-3 Posisi pembacaan meter

Gambar 1-4 a Pembacaan yang salah Gambar 1-4 b Pembacaan yang benar

Gambar 1-5 Pengenolan meter tidak tepat


8

1.2.2. Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors)


Kesalahan ini disebabkan oleh tepat untuk mengetahui instrumen
kekurangan-kekurangan pada tersebut mempunyai kesalahan
instrumen sendiri. Seperti atau tidak yaitu dengan
kerusakan atau adanya bagian- membandingkan dengan
bagian yang aus dan pengaruh instrumen lain yang memiliki
lingkungan terhadap peralatan karakteristik yang sama atau
atau pemakai. Kesalahan ini terhadap instrumen lain yang
merupakan kesalahan yang tidak akurasinya lebih tinggi. Untuk
dapat dihindari dari instrumen, menghindari kesalahan-kesalahan
karena struktur mekanisnya. tersebut dengan cara : (1) memilih
Contoh : gesekan beberapa instrumen yang tepat untuk
komponen yang bergerak pemakaian tertentu; (2)
terhadap bantalan dapat menggunakan faktor-faktor koreksi
menimbulkan pembacaan yang setelah mengetahui banyaknya
tidak tepat. Tarikan pegas kesalahan; (3) mengkalibrasi
(hairspring) yang tidak teratur, instrumen tersebut terhadap
perpendekan pegas, instrumen standar. Pada
berkurangnya tarikan karena kesalahan-kesalahan yang
penanganan yang tidak tepat atau disebabkan lingkungan, seperti :
pembebanan instrumen yang efek perubahan temperatur,
berlebihan. Ini semua akan kelembaban, tahanan udara luar,
mengakibatkan kesalahan- medan-medan maknetik, dan
kesalahan. Selain dari beberapa sebagainya dapat dihindari
hal yang sudah disinggung di atas dengan membuat pengkondisian
masih ada lagi yaitu kesalahan udara (AC), penyegelan
kalibrasi yang bisa mengakibatkan komponen-komponen instrumen
pembacaan instrumen terlalu tertentu dengan rapat, pemakaian
tinggi atau terlalu rendah dari yang pelindung maknetik dan
seharusnya. Cara yang paling sebagainya.

Pegas pegas
9

Gambar 1-6 Posisi pegas


1.2.3. Kesalahan acak yang tak disengaja (random errors)
Kesalahan ini diakibatkan oleh pengamatan. Untuk mengatasi
penyebab yang tidak dapat kesalahan ini dengan menambah
langsung diketahui. Antara lain jumlah pembacaan dan
sebab perubahan-perubahan menggunakan cara-cara statistik
parameter atau sistem untuk mendapatkan hasil yang
pengukuran terjadi secara acak. akurat.
Pada pengukuran yang sudah Alat ukur listrik sebelum
direncanakan kesalahan - digunakan untuk mengukur perlu
kesalahan ini biasanya hanya diperhatikan penempatannya /
kecil. Tetapi untuk pekerjaan - peletakannya. Ini penting karena
pekerjaan yang memerlukan posisi pada bagian yang bergerak
ketelitian tinggi akan berpengaruh. yang menunjukkan besarannya
Contoh misal suatu tegangan akan dipengaruhi oleh titik berat
diukur dengan voltmeter dibaca bagian yang bergerak dari suatu
setiap jam, walaupun instrumen alat ukur tersebut. Oleh karena itu
yang digunakan sudah dikalibrasi letak penggunaan alat ukur
dan kondisi lingkungan sudah ditentukan seperti pada tabel 1-6
diset sedemikian rupa, tetapi hasil
pembacaan akan terjadi
perbedaan selama periode

Tabel 1-6 Posisi alat ukur waktu digunakan


Letak Tanda
Tegak

Datar

Miring (misal
dengan < 600
Sudut 600)

1.3. Klasifikasi Kelas Meter


Untuk mendapatkan hasil ketelitian alat ukur dibagi menjadi
pengukuran yang mendekati 8 kelas, yaitu : 0,05; 0,1 ; 0,2 ; 0,5
dengan harga sebenarnya. Perlu ; 1,0 ; 1,5 ; 2,5 ; dan 5. Kelas-
memperhatikan batas kesalahan kelas tersebut artinya bahwa
yang tertera pada alat ukur besarnya kesalalahan dari alat
tersebut. Klasifikasi alat ukur listrik ukur pada batas-batas ukur
menurut Standar IEC no. 13B-23 masing-masing kali ± 0,05 %, ±
menspesifikasikan bahwa 0,1 %, ± 0,2 %, ± 0,5 %, ± 1,0
10

%, ± 1,5 %, ± 2,5 %, ± 5 % dari digolongkan menjadi 4 golongan


relatif harga maksimum. Dari 8 sesuai dengan daerah
kelas alat ukur tersebut pemakaiannya, yaitu :
(1) Golongan dari kelas 0,05, 0,1, kalibrasi atau peneraan bagi
0,2 termasuk alat ukur presisi pemakai alat ukur sangat penting.
yang tertinggi. Biasa digunakan di Kalibrasi dapat mengurangi
laboratorium yang standar. (2) kesalahan meningkatkan
Golongan alat ukur dari kelas 0,5 ketelitian pengukuran. Langkah
mempunyai ketelitian dan presisi prosedur kalibrasi menggunakan
tingkat berikutnya dari kelas 0,2 perbandingan instrumen yang
alat ukur ini biasa digunakan untuk akan dikalibrasi dengan instrumen
pengukuran-pengukuran presisi. standar. Berikut ini dicontohkan
Alat ukur ini biasanya portebel. (3) kalibrasi untuk ampermeter arus
Golongan dari kelas 1,0 searah dan voltmeter arus searah
mempunyai ketelitian dan presisi secara sederhana.
pada tingkat lebih rendah dari alat
ukur kelas 0,5. Alat ini biasa 1.4.1. Kalibrasi ampermeter arus
digunakan pada alat ukur portebel searah
yang kecil atau alat-alat ukur pada Kalibrasi secara sederhana yang
panel. (4) Golongan dari kelas 1,5, dilakukan pada ampermeter arus
2,5, dan 5 alat ukur ini searah. Caranya dapat dilakukan
dipergunakan pada panel-panel dengan membandingkan arus
yang tidak begitu memperhatikan yang melalui ampermeter yang
presisi dan ketelitian. akan dikalibrasi (A) dengan
ampermeter standar (As).
1.4. Kalibrasi Langkah-langkahnya ampermeter
Setiap sistem pengukuran harus (A) dan ampermeter standar (As)
dapat dibuktikan keandalannya dipasang secara seri perhatikan
dalam mengukur, prosedur gambar 1- 7 di bawah.
pembuktian ini disebut kalibrasi.
+ - + -
IA Is

+
Beban
-

Gambar 1- 7. Kalibrasi sederhana ampermeter

Sebaiknya ampermeter yang akan tingkat berikutnya (0,5). Gambar 1


digunakan sebagai meter standar – 7 ditunjukkan bahwa IA adalah
adalah ampermeter yang arus yang terukur pada meter
mempunyai kelas presisi yang yang akan dikalibrasi, Is adalah
tinggi (0,05, 0,1, 0,2) atau presisi arus standar yang dianggap
11

sebagai harga arus sebenarnya. dan biasa disebut kesalahan dari


Jika kesalahan mutlak (absolut) alat ukur, maka dapat dituliskan :
dari ampermeter diberi simbol α

α = IA - Is ............................. (1 – 1)

Perbandingan kesalahan alat ukur dalam persen. Sedangkan


(α) terhadap harga arus perbedaan atau selisih antara
sebenarnya (Is), yaitu : α/ Is harga sebenanya atau standar
biasa disebut kesalahan relatif dengan harga pengukuran
atau rasio kesalahan. DInyatakan disebut harga koreksi dituliskan :

Is - IA = k ........................... (1 – 2)

Perbandingan harga koreksi disebut rasio koreksi atau koreksi


terhadap arus yang terukur (k / IA ) relatif dinyatakan dalam persen
.
Contoh Aplikasi :
Ampermeter digunakan untuk mengukur arus yang
besarnya 20 mA, ampermeter menunjukan arus sebesar
19,4 mA. Berapa kesalahan, koreksi, kesalahan relatif,
dan koreksi relatif.
Jawab :
Kesalahan = 19,4 – 20 = - 0,6 mA
Koreksi = 20 – 19,4 = 0,6 mA
Kesalahan relatif = -0,6/20 . 100 % = - 3 %
Koreksi relatif = 0,6/19,4 . 100 % = 3,09 %

1.4.2. Kalibrasi voltmeter arus searah


Sama halnya pada ampermeter, standar (Vs). Langkah-langkahnya
kalibrasi voltmeter arus searah voltmeter (V) dan voltmeter
dilakukan dengan cara standar (Vs) dipasang secara
membandingkan harga tegangan paralel perhatikan gambar 1- 8 di
yang terukur voltmeter yang bawah.
dikalibrasi (V) dengan voltmeter

+ + +

V Beban
V
- - -
12

Gambar 1- 8. Kalibrasi sederhana voltmeter


Voltmeter yang digunakan adalah tegangan standar yang
sebagai meter standar adalah dianggap sebagai harga tegangan
voltmeter yang mempunyai kelas sebenarnya. Jika kesalahan
presisi tinggi (0,05, 0,1, 0,2) atau mutlak (absolut) dari voltmeter
presisi tingkat berikutnya (0,5). diberi simbol α dan biasa disebut
Pada Gambar 1 – 8, V adalah kesalahan dari alat ukur, maka
tegangan yang terukur pada meter dapat dituliskan :
yang dikalibrasi, sedangkan Vs

α = V - Vs ............................. (1 – 3)

Perbandingan besar kesalahan dalam persen. Sedangkan


alat ukur (α) terhadap harga perbedaan harga sebenanya atau
tegangan sebenarnya (Vs), yaitu : standar dengan harga pengukuran
α/ Vs disebut kesalahan relatif disebut koreksi dapat dituliskan :
atau rasio kesalahan dinyatakan

Vs - V = k ........................... (1 – 4)

Demikian pula perbandingan koreksi relatif dinyatakan dalam


koreksi terhadap arus yang terukur persen.
(k / V ) disebut rasio koreksi atau

Contoh : voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan


yang besarnya 50 V, voltmeter tersebut menunjukan
tegangan sebesar 48 V. Berapa nilai kesalahan, koreksi,
kesalahan relatif, dan koreksi relatif.

Jawab :
Kesalahan = 48 – 50 = - 2 V
Koreksi = 50 – 48 = 2 V
Kesalahan relatif = - 2/50 . 100 % = - 4 %
Koreksi relatif = 2/48 . 100 % = 4,16 %

1.5. Macam-macam Alat Ukur Penunjuk Listrik


Alat ukur listrik yang biasa prinsip kerja, penggunaan, daerah
dipergunakan dalam pengukuran kerja penggunaan, dan kebutuhan
ditunjukkan pada tabel 1-7 yang daya.
meliputi : jenis, tanda gambar,
13

Tabel 1-7 Beberapa contoh alat ukur penunjuk listrik


No Jenis Tanda Prinsip Kerja Peng Contoh Daerah Kerja dan Penggunaan Daya
Gambar gunaan Dayanya
Arus Tegangan Frekuen
si
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-6 2 -2 -3
1 Kumparan Gaya elektro DC AVO 1,5 x 10 ~10 10 ~10 - Kecil
putar magnetik antar
medan magnit
suatu magnit tetap
& arus
M
-4 -1 3 4
2 Penyearah Kombinasi suatu AC AVOF 5 x 10 ~10 1~10 < 10 Kecil
pengubah rata-
memakai rata
penyearah semi
konduktor saat
R suatu alat ukur
jenis kumparan
putar
3 TermoMom Kombinasi suatu AC AVW 10-3 ~5 5x10-1 ~ < 103 Kecil
en pengubah memakai Efektif 1,5x102
termoMomen dan DC
alat ukur jenis
T kumparan putar
4 Besi Putar Gaya elektro AC AV 10-2 ~ 10~103 <5x102 Besar
magnetik yang Efektif 3x102
bekerja pada suatu DC
inti besi dalam suatu
medan magnet

S
5 Elektro Gaya elektro AC AVMF 10-2 ~ 50 1~103 < 103 besar
dinamo magnetik yang Efektif
meter bekerja pada suatu DC
kumparan yang
dialiri arus dalam
D medan elektro
maknet
6 Induksi Gaya elektro AC AVW 10-1 ~ 102 1~103 < 103 x Besar
magnetik yang Efektif Wh 10 ~ 102
ditimbulkan oleh
medan bolak-balik
D dan arus yang
terimbas oleh medan
maknetmaknet

Catatan: A : Ammeter F : Frekuensimeter V : Voltmeter


O: Ohmmeter Wh : Alat ukur energi listrik W : Wattmeter (Soedjana. S, 1976)
1.5.1. Alat Ukur Kumparan Putar
1.5.1. Alat Ukur Kumparan Putar
Alat ukur kumparan putar adalah ditempatkan dalam medan magnet
alat ukur yang bekerja atas dasar yang berasal dari magnet
prinsip kumparan listrik yang permanen. Alat ukur jenis ini tidak
terpengaruh magnet luar, karena
telah memiliki medan magnet yang
14

kuat terbuat dari logam alniko berada dalam medan magnet,


yang berbentuk U. Prinsip kerja maka pada kawat penghantar
alat ukur kumparan putar tersebut akan timbul gaya. Gaya
menggunakan dasar percobaan yang timbul disebut dengan gaya
Lorentz. Percobaan Lorentz Lorentz. Arahnya ditentukan
dikatakan, jika sebatang dengan kaidah tangan kiri
penghantar dialiri arus listrik Fleming.

Gambar 1-9 Hukum tangan kiri Fleming

Gambar 1-10 menggambarkan medan magnet tetap.


magnet permanen yang berbentuk Berdasarkan hukum tangan kiri
seperti tapal kuda yang dilengkapi Fleming, kumparan tersebut akan
dengan sepatu kutub. Diantara berputar sehingga jarum penunjuk
sepatu kutub ditempatkan sebuah akan bergerak atau menyimpang
inti dengan lilitan kawat yang dari angka nol. Semakin besar
dapat bergerak dan berputar arus yang mengalir dalam
dengan bebas melalui poros. Pada kumparan, makin kuatlah gaya
waktu melakukan pengukuran, tolak yang mengenai kumparan
arus mengalir pada kumparan dan dan menyebabkan penyimpangan
menyebabkan adanya magnet. jarum bergerak semakin jauh.
Magnet tersebut ditolak oleh
15

3
4

1. Skala 5. Kumparan putar


2. Jarum penunjuk 6. Inti besi lunak
3. Magnet tetap 7. Pegas
4. Sepatu kutub 8. Poros

Gambar 1-10 Prinsip kerja alat ukur kumparan (www.tpub.com)

Pegas yang berbentuk ulir pipih menimbulkan keseimbangan pada


ada dua, satu terletak di atas kedudukan jarum dan membuat
kumparan, yang lain berada di jarum selalu kembali ke titik nol
bawah kumparan. Pegas-pegas bila tidak ada arus yang mengalir.
tersebut arah putarnya saling Karena adanya arus yang
berlawanan, yaitu satu ke arah kiri mengalir melalui kumparan
yang lain ke arah kanan. Dengan sehingga akan timbul gaya pada
demikian kalau yang satu kedua sisi dan menghasilkan
mengencang, lainnya akan momen penyimpang, perhatikan
mengendor. Hal ini akan gambar 1-11.
16

Gambar 1-11 Momen penyimpang

Jika arus yang mengalir pada besarnya gaya pada tiap sisi
kumparan adalah I amper, maka kumparan adalah :

F = B .I . l Newton ........................ (1 -1)

Dengan pengertian :
B = kerapatan fluks dalam Wb/m2
l = panjang kumparan dalam meter

Apabila kumparan dengan N lilitan, dikalikan dengan lengan atau jarak


maka gaya pada masing-masing tegak lurus. Jika lengan adalah b,
kumparan adalah : N . B. I . l maka :
Newton. Besarnya momen
penyimpang (Td) adalah gaya

Momen penyimpang (Td) = gaya x lengan


= N. B . I .l . b

Karena l X b merupakan luas penampang kumparan dan dinotasikan A,


maka
Momen penyimpang (Td) = N . B . I . A N-m ............. (1 -2)

Dari persamaan I-2, jika B momen pengontrol (Tc) sebanding


dinyatakan suatu konstanta, maka dengan simpangan 2. Pada posisi
momen penyimpang (Td) akan simpangan akhir Td = Tc ,
sebanding dengan arus yang sehingga simpangan 2 adalah
mengalir pada kumparan. Karena sebanding dengan arus I.
alat ukur menggunakan pegas
kontrol yang tidak bervariasi, maka
17

Dengan demikian alat ukur ini dipaparkan dengan grafik, yang


dapat dikatakan mempunyai skala menghubungkan persamaan sudut
seragam. Untuk menentukan skala putar 2 dengan momen T.
alat ukur kumparan putar
TD5 A

TD4

TD3
K
O
P
E TD2
L

TD1

0 Ө1 Ө2 Ө3 Ө4 Ө5

Gambar 1-12. Penentuan penunjukan

Gamnbar 1-13. Skala alat ukur kumparan putar

Contoh, jika arus yang megalir kumparan berputar dengan sudut


pada alat ukur kumparan putar sebesar 1,2 radial. Jika momen
sebesar 5 mA mengakibatkan penggerak yang disebabkan oleh
18

arus-arus sebesar 1, 2,3 ,4, dan 5 Jika gambar menunjukkan jarum


mA dinyatakan dengan TD1, TD2, berhenti pada angka 3,5, maka
TD3, TD4, , dan TD5,. Momen - besarnya arus yang diukur adalah
momen tersebut dapat 3,5 mA.
digambarkan sebagai garis-garis
datar dan berjarak sama satu Secara umum kumparan putar
sama lain. Perlu diketahui bahwa terbuat dari kerangka dari
momen-momen penggerak aluminium, sedangkan dilihat sifat
tersebut hanya ditentukan oleh kelistrikkannya kerangka tersebut
besarnya arus yang mengalir dan merupakan jaringan hubung
tidak tergantung dari sudut putar 2 singkat dan memberikan pada
dari penunjuk. Besarnya momen kumparan momen peredam.
pengontrol berbanding lurus Gambar 1-14 ditunjukan jika
dengan sudut putar sehingga kumparan dialiri arus, maka
dalam grafik dapat digambarkan
sebagai garis lurus yang kumparan akan berputar dan
menghubungkan titik mula dengan dalam kerangka akan timbul arus
A (perhatikan gambar 1-12). induksi. Tegangan yang
Apabila momen penggerak dan menyebabkan arus induksi
momen pengontrol dalam keadaan mengalir dalam kerangka
seimbang, dan masing-masing kumparan. Sebaliknya arus
momen penggerak dinyatakan induksi akan memotong fluksi
sebagai 21, 22, 23, 24, dan 25, maka magnet dalam celah udara, jika
didapat 22 = 221, 23 = 321, 24 = kumparan berputar
421, 25 = 521. Oleh karena itu yang membangkitkan momen yang
dibentuk dengan membagi busur berbanding lurus dengan
lingkaran sebesar 1,2 rad ke
dalam lima bagian yang sama, kecepatan putar. Arah momen ini
dan diberikan angka-angka pada berlawanan dengan arah
lima bagian dari skala tersebut 0, perputaran, maka akan
1, 2, 3, 4, dan 5 seperti pada menghambat arah perputaran, dan
gambar 1-13 besarnya arus yang momen ini disebut momen
mengalir dapat dinyatakan pada peredam.
waktu jarum penunjuk berhenti.

Gambar 1 – 14 Peredaman alat ukur kumparan putar


19

Proses penunjukan jarum alat ukur di sekitar 20. Biasa disebut


tidak secara langsung peredaman kurang (gambar 1-15
menunjukan harga yang kurva A). Sebaliknya jika tahanan
dikehendaki tetapi masih terdapat listrik kecil, arus induksi yang
nilai perbedaan. Perbedaan terjadi besar sehingga
disebabkan karena adanya mengakibatkan pergerakan jarum
tahanan dalam dari alat ukur. akan lambat dan biasa disebut
Proses demikian juga dapat dengan peredaman lebih (gambar
disebabkan adanya peredaman. 1-15 kurva B). Yang terbaik
Jika penampang kerangka kecil adalah diantara peredaman
dan tahanan listriknya besar, kurang dan peredaman lebih
maka arus induksi yang terjadi biasa disebut dengan peredaman
kecil sehingga mengakibatkan kritis (kurva C).
momen redam yang lemah dan
penunjukan jarum akan berosilasi

H
a Redaman kurang
A
r
g Redaman kritis
a C

p
e
n
u
n
j
u
B Redaman lebih
k
k
a
n

a
l
a
t Waktu

Gambar 1 – 15. Gerakan jarum penunjuk dari suatu alat ukur

1.5.2. Alat Ukur Besi Putar


Alat ukur tipe besi putar adalah pada dasarnya ada dua buah
sederhana dan kuat dalam bentuk yaitu tipe tarikan
konstruksi. Alat ukur ini digunakan (attraction) dan tipe tolakan
sebagai alat ukur arus dan (repulsion). Cara kerja tipe tarikan
tegangan pada frekuensi – tergantung pada gerakan dari
frekuensi yang dipakai pada sebuah besi lunak di dalam medan
jaringan distribusi. Instrumen ini magnit, sedang tipe tolakan
20

tergantung pada gaya tolak antara 1.5.2.1. Tipe Tarikan (Attraction)


dua buah lembaran besi lunak Pada gambar 1-16. terlihat bahwa
yang telah termagnetisasi oleh jika lempengan besi yang belum
medan magnit yang sama. termagnetisasi digerakkan
Apabila digunakan sebagai mendekatai sisi kumparan yang
ampermeter, kumparan dibuat dialiri arus, lempengan besi
dari beberapa gulungan kawat akan tertarik di dalam kumparan.
tebal sehingga ampermeter Hal ini merupakan dasar dalam
mempunyai tahanan yang rendah pembuatan suatu pelat dari besi
terhubung seri dengan rangkaian. lunak yang berbentuk bulat telur,
Jika digunakan sebagai voltmeter, bila dipasangkan pada batang
maka kumparan harus yang berada diantara "bearings"
mempunyai tahanan yang tinggi dan dekat pada kumparan, maka
agar arus yang melewatinya pelat besi tersebut akan terayun
sekecil mungkin, dihubungkan ke dalam kumparan yang dialiri
paralel terhadap rangkaian. Kalau arus. Kuat medan terbesar
arus yang mengalir pada berada ditengah - tengah
kumparan harus kecil, maka kumparan, maka pelat besi bulat
jumlah kumparan harus banyak telur harus dipasang sedemikian
agar mendapatkan amper rupa sehingga lebar gerakannya
penggerak yang dibutuhkan. yang terbesar berada di tengah
kumparan.

Gambar 1 – 16 Prinsip kerja instrumen tipe tarikan

Bila sebuah jarum penunjuk akan mengakibatkan jarum


dipasangkan pada batang yang penunjuk menyimpang. Untuk
membawa pelat tadi, maka arus lebih jelasnya perhatikan gambar
yang mengalir dalam kumparan 1-17.
21

Gambar 1 – 17. Beberapa bagian dari instrumen tipe tarikan

Besar simpangan akan lebih skala harus sudah dikalibrasi.


besar, jika arus yang mengalir Besarnya momen gerak
pada kumparan besar. Demikian (deflecting torque) diperlihatkan
pula simpangan penunjuk yang pada gambar 1 – 18 di bawah.
bergerak diatas skala, sebelumnya

Pelat besi
Arah gaya

kumparan

Gambar 1 – 18. Besarnya momen gerak

Apabila pelat besi ditempatkan kumparan. Dengan demikian pelat


sedemikian rupa sehingga pada besi yang termagnetisasi itu
posisi nol membentuk sudut Ø mempunyai kemagnitan
dengan arah medan magnit H sebanding dengan besarnya H
yang dihasilkan oleh kumparan. yang bekerja sepanjang
Simpangan yang dihasilkan sumbunya, yaitu sebanding
adalah 2 akibat arus yang melalui dengan H sin ( Ø + 2 ). Gaya F
22

yang menarik pelat ke dalam permeabilitas besi dianggap


kumparan adalah sebanding konstan, maka H ~ I, dengan
2
terhadap H sin ( Ø + 2 ). Jika demikian :

F ~ I2 sin (.Ø + 2) . (1-3)

Jika. gaya ini bekeria Pada jarak I besarnya momen (Momen)


dari sumbu putar pelat, maka penyimpang adalah :

Td = F.I.cos ( Ø + 2 ) ... (1-4)

Jika persamaan 1 - 3 dimasukkan dalam persamaan 1 - 4 dipatkan :


Td = I2sin ( Ø + 2). 1. cos ( Ø + 2)
Karena besarnya I adalah konstan, maka :
Td = K.I2.sin ( Ø + 2). cos ( Ø + 2)
Jika digunakan kontrol pegas (spring-control ) maka momen pegasnya :
Tc = K'. 2 …… ( 1 – 5 )
Pada keadaan mantap (steady), maka Td = Tc

K.I2sin (Ø + 2).cos (Ø + 2) = K'2

sehingga : 2 - I2 (1-6)
Dengan demikian skala alat ukur besi putar adalah skala kuadratis. Jadi
bila digunakan pada arus bolak-balik, maka :

2 - I2 rms (1-7)

1.5.2.2. Tipe Tolakan (Repolsion)


Bagian-bagian instrumen jenis dengan sumbu kumparan. Salah
tolakan digambarkan pada satu dari besi tersebut A dipasang
Gambar 1 – 19. Dalam gambar tetap, sedang B dipasang mudah
terdapat kumparan tetap bergerak dan membawa sebuah
diletakkan didalamnya dua buah penunjuk yang mudah bergerak
batang besi lunak A dan B sejajar diatas skala yang telah dikalibrasi.
23

Gambar 1 – 19 Beberapa bagian penampang jenis repulsion

Apabila arus yang akan diukur pegas. Gaya tolak ini hampir
dilewatkan melalui kumparan, sebanding dengan kuadrat arus
maka akan membangkitkan yang melalui kumparan;
medan magnit memagnetisir kemanapun arah arus yang
kedua batang besi. Pada titik yang melalui kumparan, kedua batang
berdekatan sepanjang batang besi besi tersebut akan selalu sama -
mempunyai polaritas magnit yang sama termagnetisasi dan akan
sama. Dengan demikian akan saling tolak-menolak.
terjadi gaya tolak menolak Untuk mendapatkan skala uniform,
sehingga penunjuk akan digunakan 2 buah lembaran besi
menyimpang melawan momen yang berbentuk seperti lidah
pengontrol yang diberikan oleh (Gambar 1 - 20).

Gambar 1 – 20. Dua. buah lembaran besi yang berbentuk seperti lidah

Pada Gambar 1-20 tampak besi rupa sehingga dapat bergerak


tetap terdiri dari lempengan besi sejajar terhadap besi tetap.
berbentuk lidah dililitkan dalam Dengan adanya gaya. tolak-
bentuk silinder, sedang besi yang menolak antara dua batang besi
bergerak terdiri dari lempengan yang sama-sama termagnetisasi
besi dan dipasang sedemikian tersebut akan timbul momen.
24

Besar momen sebanding dengan instrumen ini digunakan untuk


H2. Karena H sendiri berbanding arus bolak-balik akan
lurus terhadap arus yang melalui menunjukkan nilai arus rms (Irms).
kumparan (permeabilitas dianggap Karena polaritas dari kedua
konstan), maka momen tersebut batang besi tersebut berlawanan
akan sebanding dengan I2. secara serentak, maka instrumen
Dengan demikian momen ini dapat digunakan untuk ac
simpangan, sebagai momen maupun dc.
utama sebanding dengan I2. Jika

1.5.3. Alat Ukur Elektrodinamis


Alat ukur elektrodinamis adalah diperlukan sumber yang
sebuah alat ukur kumparan putar, mengalirkan arus dan daya yang
medan magnit yang dihasilkan besar pula.
bukan dari magnit permanen, Prinsip kerja dari alat ukur
tetapi oleh kumparan tetap/berupa elektrodinamis diperlihatkan pada
kumparan diam didalamnya. Alat gambar 1-21, kumparan putar M
ukur elektrodinamis dapat ditempatkan diantara kumparan-
dipergunakan untuk arus bolak- kumparan tetap (fixed coil) F1 dan
balik maupun arus searah, F2 yang sama dan saling sejajar.
kelemahannya alat ukur tersebut Kedua kumparan tetap
menggunakan daya yang cukup mempunyai inti udara untuk
tinggi sebagai akibat langsung dari menghindari efek histerisis, bila
konstruksinya. Karena arus yang instrumen tersebut digunakan
diukur tidak hanya arus yang untuk sirkuit ac. Jika arus yang
mengalir melalui kumparan putar, melalui kumparan tetap I1 dan
tetapi juga menghasilkan fluksi arus yang melalui kumparan putar
medan. Untuk menghasilkan suatu I2. Karena tidak mengandung besi,
medan magnit yang cukup kuat maka kuat medan dan rapat flux
diperlukan gaya gerak magnit akan sebanding terhadap I1.
yang tinggi, dengan demikian Jadi :

B = k . I1 .......................…………………………… ( 1 - 8 )

Di mana : B : Rapat flux


k : kontanta
25

Gambar 1 – 21. Prinsip alat ukur elektrodinamis

Misal kumparan putar yang banyaknya lilitan N. Besarnya


dipergunakan berbentuk persegi gaya pada masing-masing sisi
(dapat juga lingkaran) dengan kumparan adalah :
ukuran paniang l dan lebar b, dan
N . B . I2 . l Newton.
Momen penyimpang atau momen putarnya pada kumparan besarnya
adalah :
Td = N . B . I2 . l . b ------ > B = k . I1
Td = N . k . Il . I2 . l . b Nm ……………………….. ( 1 - 9 )
Keterangan :
Td : Momen Putar
N : Banyaknya lilitan
l : panjang kumparan
b : lebar kumparan

tersebut dinyatakan dengan K1,


Besarnya N, k, 1, dan b adalah
maka :
konstan, bila besaran-besaran
kumparan putar. Pada kumparan
Td = Kl . Il . I2 …………… ( 1 - 10 )
putar ini spring kontrol (pegas
Dari persamaan 1-10 terlihat pengatur), maka Momen
bahwa besarriya momen putar pengontrol/pemulih akan
adalah berbanding lurus terhadap berbanding lurus terhadap
hasil kali arus yang mengalir simpangan 2; maka :
melalui kumparan tetap dan
Kl . I1 . I2 = K2 . 2
2 ~ I1 . I2 ……………………………………………………. ( 1 - 11 )
yang melalui kumparan tetap
Apabila instrumen digunakan
sebagai ammeter, maka arus
26

dan kumparan putar besarnya Jika I1 = I2 = I, maka : 2 ~ I2


sama.

I ~ √2 ............................................................... ( 1 - 12 )

a b
Gambar 1 – 22. Rangkaian ammeter elektrodinamis

Rangkaian Gambar 1-22a Besarnya I1 = 12 = I, adalah


digunakan untuk mengukur arus 2 ~ V.V --- > 2 ~ V2
yang kecil, sedangkan Gambar 1- V ~ √ 2…………(1 - 13)
22b digunakan untuk mengukur
arus yang besar, Rsh dipasang Alat ukur elektrodinamis bila
guna membatasi besarnya arus digunakan untuk arus bolak-balik
yang melalui kumparan putar. biasanya skala dikalibrasi dalam
akar kuadrat arus rata-rata, berarti
alat ukur membaca nilai effektip.
Dengan demikian jika alat ukur
elektrodinamis dikalibrasi untuk
arus searah 1 A pada skala diberi
tanda yang menyatakan nilai 1 A,
maka untuk arus bolak-balik akan
menyebabkan jarum menyimpang
ke tanda skala untuk I A dc dan
memiliki nilai effektip sebesar 1 A.
Jadi pembacaan yang dihasilkan
oleh arus searah dapat dialihkan
Gambar 1 - 23
ke nilai arus bolak-balik yang
Rangkaian voltmeter
sesuai, karena itu menetapkan
elektrodinamis
hubungan antara AC dan DC.
Artinya alat ukur ini dapat
Apabila instrumen tersebut digunakan untuk membaca arus
digunakan sebagai voltmeter, AC dan DC dengan skala yang
maka kumparan tetap F dan sama.
kumparan putar M dihubungkan
seri dengan tahanan tinggi (RS).
1.5.4. Alat Ukur Elektrostatis
27

Alat ukur elektrostatis banyak ini akan menimbulkan Momen


dipergunakan sebagai alat ukur penyimpang, bila beda tegangan
tegangan (volt meter) untuk arus ini kecil, maka gaya ini akan kecil
bolak-balik maupun arus searah, sekali. Mekanisme dari alat ukur
khususnya dipergunakan pada elektrostatis ini mirip dengan
alat ukur tegangan tinggi. Pada sebuah capasitor variabel; yang
dasarnya kerja alat ukur ini adalah mana tingkah lakunya bergantung
gaya tarik antara muatan-muatan pada reaksi antara dua benda
listrik dari dua buah pelat dengan bemuatan listrik (hukum coulomb).
beda tegangan yang tetap. Gaya

Gambar 1 – 24 Skema voltmeter elektrostatis

Gaya yang merupakan hasil kapasitor semakin bertambah;


interaksi tersebut, pada alat ukur dengan bertambahnya muatan ini
ini dimanfaatkan untuk penggerak akan menyebabkan gaya tarik
jarum penunjuk. Salah satu menarik menjadi besar pula,
konfigurasi dasar alat ukur sehingga jarum akan bergerak ke
elektrostatis diperlihatkan gambar kanan. Momen putar yang
1-24. Pelat X dan Y membentuk disebabkan oleh gaya tersebut
sebuah kapasitor varibel. Jika X akan dilawan oleh gaya reaksi dari
dan Y dihubungkan dengan titik- pegas. Apabila Momen dari kedua
titik yang potensialnya berlawanan gaya ini sudah sama/seimbang,
(Vab), maka antara X dan Y akan maka jarum yang berada pada
terjadi gaya tarik-menarik; karena pelat X akan berhenti pada skala
X dan Y mempunyai muatan yang yang menunjukkan harga Vab.
sama besarnya, tetapi berlawanan Untuk menentukan Momen
(hukum coulomb). Gaya yang (momen putar) yang dibangkitkan
terjadi ini dibuat sedemikian rupa oleh tegangan yang masuk adalah
hingga bisa menimbulkan Momen sebagai berikut : misal simpangan
(momen putar) yang digunakan jarum adalah 2, jika C adalah
untuk menggerakkan jarum pada kapasitansi pada posisi
pelat X ke kanan. Jika harga Vab tersimpang, maka muatan
semakin besar, maka muatan instrumen akan menjadi CV
28

coulomb. Dimisalkan tegangannya dan Q + dQ. Sekarang energi


berubah dari V menjadi V + dV, yang tersimpan dalam medan
maka akibatnya 2, C, dan Q akan elektrostatis akan bertambah
berubah menjadi 2 + d2; C + dC dengan :

dE = d (1/2 CV2) = 1/2 V2 . dC + CV . dV joule ……. (1 - 14 )

Keterangan :
dE : Energi yang tersimpan
CV : Muatan instrumen

Jika T adalah besarnya Momen ini adalah : T x d2 joule.


pengontral terhadap simpangan 2, Jadi energi total tambahannya
maka besarnya tambahan energi adalah :
yang tersimpan pada pengontrol

T x d2 + 1/2 V2. dC + CV . dV joule ……………… ( 1 – 15)

Dari sini terlitlat bahwa selama mensupply muatan sebesar dQ


teriadi perubahan, sumbernya pada potensial V.

Besar energi yang disupplykan = V x dQ


= V x d(CV)
= V2 x dC + CV.dV joule . (1 -16)

Padahal energi supply harus sama pengontrol, maka persamaan 1 -


dengan energi extra yang 15 dan 1 -16 akan didapatkan :
tersimpan di dalam medan dan

T x d2 + ½ V2. dC + CV . dV = V2 . dC + CV . dV
T x d2 = ½ V2 . dC
T = ½V2 . dC/d2 Newton meter ………………….. (1 – 17)

Ternyata Momen yang diperoleh maupun ac. Tetapi untuk ac, skala
sebanding dengan kuadrat pembacaannya adalah harga rms-
tegangan yang diukur, baik dc nya.

1.6. Peraga Hasil Pengukuran


1.6.1. Light Emiting Dioda (LED)
Light Emiting Dioda (LED) secara digunakan. Dioda PN junction atau
konstruksi terbuat sebagaimana yang biasa disebut dioda saja
dioda PN junction bahan tipe P terbuat dari bahan Silikon (Si) atau
dan tipe N. Yang membedakan Germanium (Ge), aliran arusnya
keduanya adalah bahanyang dapat melalui traping level yang
biasa dinamakan tingkat Fermi. Sedangkan LED terbuat dari bahan
GaAs, GaP atau GaAsP yang mempunyai sifat direct gap. Artinya untuk
29

dapat mengalirkan arus, elektron harus berpindah dari tingkat jalur


konduksi langsung ke jalur valensi (perhatikan gambar jalur energi
tanda panah biru). Keistimewaan bahan ini adalah energi ionisasi yaitu
energi yang dibutuhkan elektron untuk lepas dari ikatan valensi, atau
berpindah dari jalur konduksi ke jalur valensi, dilepaskan
kembali dalam bentuk cahaya. Warna cahaya yang dihasilkan tergantung
dari selisih energi jalur konduksi dan valensi. Daerah sambungan antara
bahan tipe P dan N dibuat dari bahan bersifat reflektif dan diberi jendela
tembus cahaya sehingga cahaya yang dihasilkan dapat dilihat. Energi
untuk berpindah dari jalur konduksi ke valensi diperoleh dari tegangan
bias.

Tipe p
Tipe n

hole elektron
Jalur konduksi
cahaya
Tingkat Fermi
Jalur terlarang

Jalur valensi

Gambar 1 – 25 Rekombinasi elektron

Anoda katoda

Gambar 1 – 26 Polaritas dan simbol LED

Dioda Silikon mempunyai Spektrum emisi merupakan fungsi


gelombang maksimum 900 mm intensitas relative (%) terhadap
mendekati cahaya infra merah. fungsi panjang gelombang (µm)
LED yang paling popular adalah dalam range 0,62 sampai 0,76 µm
gallium arsenide (GaAsP) dengan puncak (100%) pada
mempunyai emisi cahaya merah. panjang gelombang 0,66 µm. Juga
30

tersedia LED warna oranye, tegangan threshold sekitar 1,4


kuning dan hijau untuk ketiga sampai 1,8 volt. Dalam
warna ini seringkali digunakan implementasi rangkaian LED
bahan gallium phospide. dihubung seri dengan resistor
Karakteristik fungsi arus dan yang berfungsi sebagai pembatas
tegangan serupa dengan diode arus, agar arus yang mengalir
bias maju kecuali bahwa arus dalam LED dalam batas yang
tidak mengalir sampai tercapai aman.

R1

LED

Gambar 1 – 27. LED Gambar 1 – 28. Rangkaian LED

1.6.2. LED Seven Segmen


Peraga tujuh segmen digunakan sebagai komon anoda jika semua
sebagai penunjuk angka pada anoda dari LED seven segmen
kebanyakan peralatan uji. Seven anoda di komen menjadi satu.
segmen disusun terdiri dari LED Segmen yang aktif adalah segmen
yang diaktifkan secara individual, yang katodanya terhubung dengan
kebanyakan yang digunakan LED sumber tegangan nol atau seven
warna merah. LED disusun dan segemen aktif rendah. Sebaliknya
diberi label seperti gambar untuk komon katoda semua
diagram di bawah. Jika semua katode dari LED seven segmen
segmen diaktifkan akan terhubung menjadi satu mendapat
menunjukkan angka 8, sedangkan tegangan bias nol. Segmen yang
bila yang diaktifkan hanya segmen aktif adalah segmen yang
a, b, g, c dan d memperagakan mendapat tegangan positip pada
angka 3. Angka yang dapat anoda atau aktif tinggi. Sebuah
diperagakan dari 0 sampai dengan resistor ditempatkan seri dengan
9 sedangkan dp menunjukkan titik masing-masing diode untuk
desimal. pengaman terhadap arus lebih.
Ada dua jenis seven segmen
komon katoda dan komon anoda.
Seven segmen dinyatakan
31

Gambar 1 – 30. Peraga seven


Gambar 1 – 29. Skematik seven segmen
segmen
Karena seven segmen merupakan
peraga sinyal digital dimana
angka berbasis dua atau biner,
maka seven segmen dapat
digunakan sebagai penunjukan
hitungan desimal diperlukan
pengubah hitungan biner menjadi
desimal yang disebut dengan
rangkaian BCD (Binery Code
Desimal). Hubungan keluaran
hitungan biner, keluaran decoder
BCD dan tabel kebenarannya
ditunjukkan dibawah ini.
32

Vcc

A B C D E F G

Resistor
pembatas

RB0 A’ B’ G’
C’ D’ E’ F’ A
F G B
RB1 Dekoder / Driver
E C

Vcc a b c d

Masukan BCD Tes lampu Gnd

Gambar 1-31. Rangkaian dekoder dan seven segmen


(Deboo Borrous :1982)

Dengan memvariasi masukan diantaranya seperti gambar di


untuk memilih segmen yang aktif bawah ini.
peragaan seven segmen dapat
memperagakan huruf dan angka

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 1-32. Macam-macam peragaan seven segmen

Pengaturan pilihan segmen aktif Karakteristik tersebut ditunjukkan


dilakukan dengan mengenali dalam tabel kebenaran tabel di
karakteristik hubungan keluaran bawah ini.
decoder dan seven segmen.
33

Tabel 1 – 8 Tabel kebenaran decoder BCD Komon Katoda

Masukan BCD Keadaan Keluaran Peraga


d c b a A B C D E F G
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1

0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0

0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0

0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0

0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0

0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0

0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0

1.6.3. LCD: Polarisasi cahaya


LCD dalam bentuk sederhana membuka atau menutup setiap
tedapat pada peraga kalkulator. kristal cair diatur melalui
Beberapa krital cair meneruskan elektrode-elektrode.
cahaya dan beberapa yang lain
menutup sehingga gelap. Status

Gambar 1 - 33. Konstruksi LCD


http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm
34

Gambar 1 – 34. Contoh peraga LCD pada multimeter

Jenis kristal cair yang digunakan diteruskan menembus semua


dalam pengembangan teknologi lapisan, mengikuti arah pilinan
LCD adalah jenis nematik, yaitu molekul- molekul TN (90), sampai
memiliki molekul dengan pola dan memantul di cermin A dan keluar
arah tertentu. Jenis yang paling kembali. Ketika elektroda C dan E
sederhana adalah twisted nematic yang berupa elektroda kecil
(TN) memiliki struktur molekul berbentuk segi empat dipasang
terpilin secara alamiah, mulai di lapisan gelas mendapatkan
dikembangkan tahun 1967. arus, kristal cair D yang sangat
Struktur TN terpilin secara alamiah sensitif terhadap arus listrik tidak
90, dapat dilepas pilinannya lagi terpilin sehingga cahaya terus
(untwist) dengan menggunakan menuju panel B dengan polarisasi
arus listrik. sesuai panel F. Panel B yang
Struktur LCD meliputi kristal cair memiliki polarisasi berbeda 90
TN (D) diletakkan di antara dua dari panel F menghalangi cahaya
elektroda (C dan E) yang untuk menembus terus.
dibungkus lagi seperti sandwich Dikarenakan cahaya tidak dapat
dengan dua panel gelas (B dan F) lewat, pada layar terlihat
pada sisi luar dilumuri lapisan tipis bayangan gelap berbentuk segi
polarizing film. Lapisan A berupa empat kecil yang ukurannya sama
cermin yang dapat memantulkan dengan elektroda E ini berarti
cahaya yang berhasil menembus pada bagian tersebut cahaya tidak
lapisan-lapisan sandwich LCD. dipantulkan oleh cermin A.
Kedua elektroda dihubungkan Sifat unik yang dapat langsung
dengan baterai sebagai sumber bereaksi dengan adanya arus
arus. Panel B memiliki polarisasi listrik ini dimanfaatkan sebagai
yang berbeda 90 dari panel F. alat pengatur ON/OFF LCD.
Cahaya masuk melewati panel F Namun, sistem tidak
sehingga terpolarisasi, pada saat menghasilkan cahaya
tidak ada arus listrik, dan cahaya sebagaimana LED melainkan
35

mengambil sumber cahaya dari dengan warna tertentu. Pada


luar. Dengan alasan seperti itulah posisi tertentu meneruskan warna
mengapa LCD mempunyai sifat kuning, posisi lain warna merah,
konsumsi daya rendah Dalam juga warna-warna lain di antara
perkembanganya LCD banyak kuning-merah (gabungan)
digunakan sebagai monitor TV, ditunjukkan gambar 1-35. di
monitor computer maupun LCD. bawah ini.
Polarisasi, membelokan cahaya

Gambar 1 – 35. Perkembangan LCD pada implementasi monitor TV


http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm

Seven segmen LCD mempunyai Tabung sinar katoda ( cathode


beberapa keuntungan yaitu hanya ray tube atau CRT), ditemukan
memerlukan daya yang rendah oleh Ferdinand K. Brain ahli
dalam orde microwatt karena LCD fisika German pada tahun 1879,
tidak mengemisikan atau struktur bagian dalam sebuah
membangkitkan cahaya melainkan tabung sinar katoda ditunjukkan
hanya memendarkan cahaya gambar di bawah. Komponen
masukan, harga murah tidak utama CRT untuk pemakaian
tergantung ukuran sebagaimana pada umumnya berisi:
yang lain, mempunyai contrast (a) Senapan elektron yang terdiri
yang baik. Kelemahan LCD dari katoda, filamen, kisi
reliabilitas rendah, range pengatur, anoda pemercepat
temperature terbatas, visibility (b) Perlengkapan pelat defleksi
dalam penerangan lingkungan horisontal dan vertikal
rendah, kecepatan rendah dan (c) Layar flouresensi
memerlukan tegangan ac (d) Tabung gelas dan dasar
pengaktif kristal. tabung.
Senapan elektron
1.6.4. Tabung Sinar Katoda menghasilkan suatu berkas
(Cathode Ray Tube /CRT) elektron sempit dan terfokus
1.6.4.1. Susunan Elektrode CRT secara tajam pada saat
dan Prinsip Kerja meninggalkan senapan pada
36

kecepatan yang sangat tinggi dan layar, berkas elektron melalui


bergerak menuju layar diantara dua pelat defleksi
flourescent. Pada saat elektron elektrostatik sehingga berkas
membentur layar energi kinetik akan dibelokkan ke arah
dari elektron-elektron resultante defleksi horisontal dan
berkecepatan tinggi diubah vertikal sehingga membentuk
menjadi pancaran cahaya dan jejak gambar pada layar sesuai
berkas menghasilkan suatu bintik dengan tegangan masukan.
cahaya kecil pada layar CRT.
Dalam perjalanannya menuju

Anoda

Kumparan pembelok
Kisi pemusat

Layar flouresen

pemanas
Berkas
katoda elektron
Kumparan pemfokus

Gambar 1 - 36. Skema CRT


"http://en.wikipedia.org/wiki/Cathode_ray_tube"

Gambar 1 – 37. Cutaway rendering of a color CRT


"http://en.wikipedia.org/wiki/Cathode_ray_tube"

Keterangan :
1. Senapan elektron 2 Berkas elektron
37

3. Kumparan pemfokus Sebuah senapan elektron


4. Kumparan defleksi konvensional yang digunakan
5. Anoda dalam sebuah CRT pemakaian
6. Lapisan pemisah berkas untuk umum, ditunjukan pada gambar
merah, hijau dan biru bagian di bawah ini. Sebutan senapan
gambar yang diperagakan.
elektron berasal dari kesamaan
7. Lapisan pospor dengan zona
merah, hijau dan biru.
antara gerakan sebuah elektron
8. Lapisan pospor sisi bagian dalam yang dikeluarkan dari senapan
layar yang diperbesar. elektron CRT mempunyai
kesamaan lintasan peluru yang
ditembakkan oleh senapan.

Gambar 1 – 38. Senapan elektron (Electron Gun)


"http://en.wikipedia.org/wiki/CRO/Cathode_ray_tube"

Elektron-elektron diionisasikan menurunkan arus berkas, yang


secara thermionik dengan berarti menurunkan intensitas
pemanasan tak langsung pada tabung atau tingkat terangnya
katoda yang secara keseluruhan bayangan pada layar CRT.
dikelilingi dengan kisi pengatur Elektron-elektron yang
yang terdiri dari silinder nikel dipancarkan oleh katoda
dengan lubang kecil ditengahnya dipusatkan pada lubang kecil di
satu sumbu dengan sumbu dalam kisi pengatur, dipercepat
tabung. Elektron-elektron menuju oleh adanya tegangan potensial
layar dilewatkan melalui lubang tinggi yang diberikan pada kedua
kecil membentuk arus berkas. elektrode anoda pemercepat
Besarnya arus berkas dapat diatur (accelerating anode). Kedua
dengan mengatur alat kontrol yang anoda ini dipisahkan oleh sebuah
berada pada panel depan yang anoda pemusat (focusing anode)
diberi tanda INTENSITY. melengkapi metode pemusatan
Mengatur intensitas sebenarnya elektron ke dalam berkas terbatas
mengubah tegangan negatif yang sempit dan tajam. Kedua
terhadap katoda pada kisi anoda pemercepat dan anoda
pengatur. Penambahan tegangan pemusat juga berbentuk silinder
negatip pada kisi pengatur akan dengan lubang-lubang kecil
38

ditengah-tengahnya masing- memungkinkan berkas elektron


masing silinder satu sumbe dipercepat dan terpusat merambat
dengan CRT. Lubang-lubang kecil melalui pelat defleksi vertikal dan
di dalam elektrode-elektrode ini horisontal menuju layar.

1.6.4.2. Layar CRT


Bila berkas elektron membentur faktor. Pertama intensitas cahaya
layar CRT yang berlapiskan fosfor dikontrol oleh jumlah elektron
akan menghasikan bintik cahaya. pembombardir yang membentur
Bahan dibagian dalam CRT layar setiap detik. Jika arus berkas
berupa fosfor sehingga energi diperbesar atau arus berkas
kinetik tumbukan elektron pada dengan jumlah yang sama
layar akan menyebabkan dipusatkan pada daerah yang
perpendaran cahaya. Fosfor lebih kecil dengan mengurangi
menyerap energi kinetik dari ukuran bintik maka luminansi akan
elektron-elektron pembombardir bertambah. Kedua luminansi
dan memancarkan kembali energi bergantung pada energi benturan
tersebut pada frekuensi yang lebih elektron pembombardir pada
rendah dalam spektrum cahaya layar, energi benturan dapat
tampak. Bahan-bahan flourescen ditingkatkan melalui penambahan
memiliki karakteristik fosforesensi tegangan pada anoda
yaitu memancarkan cahaya pemercepat. Ketiga luminansi
walaupun sumber eksitasi telah merupakan fungsi waktu benturan
dihilangkan. Lama waktu cahaya berkas pada permukaan lapisan
yang tinggal setelah bahan yang fosfor ini berarti kecepatan
bersinar hilang disebut ketahanan penyapuan akan mempengaruhi
atau persistansi. Ketahanan luminansi. Akhirnya luminansi
biasanya diukur berdasarkan merupakan fungsi karakteristik
waktu yang dibutuhkan oleh fisik dan fosfor itu sendiri. Oleh
bayangan CRT agar berkurang ke karena itu hampir semua pabrik
suatu persistansi tertentu melengkapi pembeli dengan
biasanyab 10 persen dari keluaran pilihan bahan fosfor, tabel di
cahaya semula. bawah ini menyajikan karakteristik
Intensitas cahaya yang beberapa fosfor yang lazim
dipancarkan CRT disebut digunakan.
luminansi tergantung beberapa

Tabel 1-9 Karakteristik beberapa fosfor yang lazim digunakan


(William Cooper : )
39

Jenis Penurunan
Fouresensi Fosforisensi Luminansi Komentar
fosfor ke 0,1%
Untuk
P1 Kuning-hijau Kuning-hijau 50% 95 pemakaian
umum
Kecepatan
rendah dan
P3 Biru-hijau Kuning-hijau 55% 120
kecepatan
tinggi,
peragaan
P4 Putih Putih 50% 20
televisi
Pengamatan
fenomena
P5 Biru kuning -hijau 35% 1500
kecepatan
rendah
Pemakaian
P11 Ungu-biru Ungu-biru 15% 20
fotografi
Pemakaian
P31 Kuning-hijau Kuning-hijau 100% 32 umum fosfor
paling terang

Sejumlah faktor perlu berkas elektron pada rapat arus


dipertimbangkan dalam memilih yang berlebihan, akan
fosfor agar sesuai kebutuhan. menyebabkan panas pada fosfor
Contoh fosfor P11 memliki sehingga keluaran cahaya
ketahanan singkat, sangat baik berkurang. Dua faktor yang
untuk pemotretan bentuk mengontrol terjadinya panas
gelombang tetapi sama sekali adalah kerapatan berkas dan
tidak sesuai untuk pengamatan lamanya eksitasi. Kerapatan
visual fenomena kecepatan berkas dikontrol oleh melalui
rendah. P31 luminansi tinggi, tombol INTENSITY, FOCUS dan
ketahanan sedang, merupakan ASTIGMATISM pada panel depan
kompromi yang paling baik untuk CRO. Waktu yang diperlukan oleh
penglihatan gambar secara umum, berkas untuk mengeksitasi suatu
banyak dijumpai dalam permukaan fosfor diatur dengan
kebanyakan CRO standar tipe penyapu atau alat kontrol
laboratorium. TIME/DIV. Panas yang mungkin
Ada kemungkinan kerusakan berat menyebabkan kerusakan fosfor,
pada CRT yang dikarenakan dicegah dengan mempertahankan
penanganan yang tidak tepat pada berkas pada intensitas yang
pengaturan alat-alat kontrol yang rendah dan waktu pencahayaan
terdapat pada panel depan. Bila yang singkat.
sebuah fosfor dieksitasi oleh
40

1.6.4.3. Gratikulasi
Bentuk gelombang pada diganti dengan suatu pola gambar
permukaan CRT secara visual khusus, seperti tanda derajat,
dapat diukur pada sepasang tanda untuk analisis vektor TV warna,
skala horisontal dan vertikal yang Selain itu posisi gratikul luar dapat
disebut gratikul. Tanda skala dengan mudah diatur agar sejajar
dapat ditempatkan dipermukaan dengan jejak CRT. Kerugiannya
luar tabung CRT dalam hal ini adalah paralaksis sebab tanda
dikenal sebagai eksternal gratikul. skala tidak sebidang dengan
Gratikul yang dipasang bayangan gelombang yang
dipermukaan luar terdiri dari dihasilkan pada fosfor, sebagai
sebuah plat plastik bening atau akibat penjajaran jejak dan gratikul
berwarna dilengkapi dengan tanda akan berubah terhadap posisi
pembagian skala. Gratikul di luar pengamatan.
mempunyai keuntungan mudah

Gratikul

Gambar 1 – 39. Tanda skala gratikul

Gratikul internal pemasangan mengganti CRT. Disamping itu


tidak menyebabkan kesalahan CRT dengan gratikul dipermukaan
paralaksis karena bayangan CRT dalam harus mempunyai suatu
dan gratikul berada pada bidang cara untuk mensejajarkan jejak,
yang sama. Dengan internal membawa akibat menambah
gratikul CRO lebih mahal karena harga keseluruhan CRO.
tidak dapat diganti tanpa
41

Daftar Pustaka :
Cooper, William D, 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik
Pengukuran. ((Terjemahan Sahat Pakpahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.(Buku asli diterbitkan tahun 1978)
Soedjana, S., Nishino, O. 1976. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Deboo and Burrous.1977. Integreted Circuit And Semiconductor Devices
: theory and application. Tokyo Japan : Kogakusha.Ltd
http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm
"http://en.wikipedia.org/wiki/CRO/Cathode_ray_tube"
www.tpub.com
43

BAB 2 MULTIMETER

Tujuan Setelah membaca

1. Mampu menjelaskan prinsip kerja multimeter sebagai


ampermeter, voltmeter dan ohmmeter.
2. Mampu melakukan tindak pencegahan kerusakan dalam
menggunakan multimeter.
3. Mampu memilih meter yang mempunyai spesifikasi terbaik.
4. Mampu mengoperasikan multimeter sesuai dengan fungsi dan
dengan ketelitian yang optimal.
5. Mampu melakukan pemeliharaan multimeter.

Pokok Bahasan

Multimeter merupakan alat ukur yang Fungsi multimeter


paling banyak dipergunakan oleh para
dapat untuk :
praktisi, hobist dan orang yang bekerja
berkaitan dengan rangkaian listrik dan (1). Mengukur
elektronika. Multimeter dapat hambatan
dipergunakan untuk mengukur besaran
listrik, seperti : hambatan, arus, tegangan. (Ohmmeter),
Karena dirancang untuk mengukur tiga (2) Mengukur arus
besaran tersebut, maka multimeter sering (Ampermeter),
disebut AVO meter (Amper Volt Ohm).
(3). Mengukur
tegangan
Pembahasan :
(1) Dasar AVO meter (Voltmeter).
(2) Multimeter Analog
(3) Multimeter Digital
44

2.1. Multimeter Dasar

2.1.1. Ampermeter Ideal


Ampermeter ideal mempunyai dua sifat dasar,
yaitu: (1) hambatan dalamnya sama dengan Ampermeter ideal :
nol, (2) simpangan jarum benar-benar (1) Simpangan
sebanding dengan arusnya. Pembacaan arus jarum sebanding
arus (linier)
yang diperoleh dari suatu ampermeter yang
(2) Hambatan
ideal adalah sempurna. Karena hambatan dalam meter nol
dalamnya nol, maka tidak akan menghambat
arus yang mengalir dalam rangkaian bila
dihubungkan. Lagi pula karena permukaan
alat ukur ditandai secara sempurna, maka
pembacaannya akan mencapai ketelitian 100
persen.
Ampermeter ideal hanya merupakan
wacana yang susah direalisaikan. Dalam
kenyataannya pasti mempunyai hambatan,
selain itu simpangan jarum ampermeter
biasanya tidak berbanding secara tepat dengan
besar arusnya. Dalam hal pembuatan
ampermeter-ampermeter DC masih dapat dibuat
mendekati sifat-sifat ampermeter ideal. Hambatan
dalamnya dibuat serendah mungkin dan
penyimpangan jarumnya hampir linier.

Mikroampermeter sederhana
dapat dikembangkan fungsinya
sebagai AVO meter disebut Basic
mater mempunyai tahanan dalam
(Rm) tertentu yang dijadikan
sebagai dasar pengembangan
fungsi. Gambar di bawah ini
merupakan mikroampermeter
dengan arus skala penuh (Ifs )
sebesar 100 µA. dapat dijadikan
sebagai Basic Meter.
Gambar 2-1. Basic meter unit
45

2.1.2. Mengubah Batas Ukur


Suatu ampermeter dengan arus lebih besar dari pada arus skala
skala penuh Ifs (I full scale) dapat penuhnya. Gambar 2 – 2
diparalel dengan suatu hambatan mengilustrasikan suatu
agar dapat mengukur arus yang ampermeter shunt.

ItIt
It IRsh Ifs
A

Gambar 2-2a.Ampermeter shunt Gambar 2-2b.Ampmeter dengan


basic meter unit

Seperti ditunjukkan pada Gambar, hambatan shunt, (Rsh) sebesar


saat simpangan penuh, mengalir Ish . Sehingga berlaku persamaan
arus total (It) dalam rangkaian. arus
Sebagian arus mengalir melalui

It = Ish + Ifs ………………………………….. (2 – 1)

atau Ish = It - Ifs


Untuk menghitung besarnya hambatan shunt, dapat digunakan
persamaan tegangan:
Ish . Rsh = Ifs - Rm

Sehingga :
Rsh = Ifs/ Ish . Rm ………………..…………….(2 – 2)
Dengan mensubstitusikan persamaan (2 – 1) ke persamaan (2– 2), maka
diperoleh persamaan :

I
R = fs . R …………………………………. (2 - 3)
sh I -I m
t fs
Jika :
Rm : hambatan ampermeter sebelum dipasang Rsh
Rm’ : hambatan ampermeter setelah dipasang Rsh
46

R .R
R ' = R / / R = m sh . R ……………. (2 - 4)
m m sh R + R m
m sh
Besarnya Rm ' dapat diperoleh dengan pendekatan sebagai berikut :
Rm' = Vin/Iin
dengan pengertian bahwa :
Vin = tegangan input, yaitu tegangan pada ujung-ujung ampermeter
shunt.
Iin = arus input, yaitu arus total yang melalui input (yang masuk ke
dalam rangkaian)
Sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut

I
R ' = fs . R ….......... .......…………………………...... (2 - 5)
m I m
t
Dari persaamaan tersebut ternyata digunakan untuk mengukur arus
bahwa bila arus total (It) lebih total It = 10 mA; maka kita akan
besar dibanding arus skala penuh memperluas jangkauan arus
(Ifs) nya dengan suatu faktor, maka dengan faktor 10 kali. Oleh karena
hambatan dari ampermeter shunt itu, hambatan ampermeter shunt
akan berkurang dengan faktor (Rm) menjadi 1/10 dari harga Rm’,
tersebut. Sebagai contoh, jika Rm atau sebesar 5 ohm.
= 50 ohm, Ifs = 1mA, dan akan

Contoh Aplikasi
1. Suatu ampermeter dengan hambatan 50 ohm dan arus simpangan
penuhnya 1 mA. Agar dapat untuk mengukur arus sebesar 5 mA,
berapakah besarnya hambatan shunt dan berapakah besarnya
hambatan ampermeter shunt (Rm’) ?
Jawab :

I = 1 mA; It = 5 mA
fs
It Ifs
I
ItI a). I = fs . R
IRsh sh I - I m
t fs
A 1
= . 50 = 12.5 ohm
5 -1

Gambar 2-3. Ampermeter shunt


47

a). R ' = I /I . R
m fs t m
= 1/ 5 . 50 = 10 ohm
atau R ' = R / /R
m sh m
12,5 . 50
= = 10 ohm
12,5 + 50

2. Dari soal 1 di atas, tetapi digunakan untuk mengukur arus It = I A.


Berapakah besarnya Rsh dan Rm’ nya ?
Jawab :
I
R = fs . R
sh I - I m
t fs
1
= . 50 = 0,05 ohm
1000 - 1

Rm’ = Ifs/It . Rm

= 1/1000 . 50 = 0.05 ohm

Dari contoh soal di atas, dapat disimpulkan bahwa.

bila : It >> Ifs ; maka Rsh >> Rm dan Rm‘ = Rsh

3. Suatu ampermeter dengan hambatan 2000 ohm dan arus


simpangan penuh 50 µA, maka akan dishunt seperti pada Gambar
2-4 dengan ring variasi arus: 5 mA; 50 mA; dan 500 mA. Berapakah
besarnya Rm' dan Rsh pada masing-masing ring tersebut ?

Jawab :
It
Selektor
Ifs = 50 µA
5mA 50mA 500mA

A
Rm = 2KΩ
Rm’

Gambar 2-4. Ampermeter dengan ring yang berbeda


48

a) Rm’ = Ifs/It . Rm b. Untuk ring 5 mA


50
Untuk ring 5 mA: R = . 2000 = 20,2ohm
sh 5000- 50
Rm’ = 50/5000 . 2000
Untuk ring 50mA
= 20 ohm 50
R = . 2000 = 2,002ohm
Untuk ring 50 mA: sh 50000- 50

Rm’ = 50/50000 . 2000 Untuk ring 500 mA


= 20 ohm 50
R = . 2000 = 0,2ohm
sh 500000
- 50
Untuk ring 500 mA:
Rm’ = 50/500000 . 2000
= 0,2 ohm

Catatan :
Sebagai catatan, bahwa rangkaian ampermeter shunt seperti pada
Gambar 2-4 di atas mempunyai kekurangan, yaitu pada saat
pergantian posisi saklar dari ring yang satu ke ring yang lain, terjadi
keadaan terbuka sebentar. Hal membahayakan/ mengganggu
gerakkan jarum meter.

Sebagai alternatif lain, maka rangkaian dapat dibuat seperti pada


Gambar 2 - 5, yang sering disebut dengan Ayrton shunt.

5mA

Selektor 50mA RA
+
A
500mA RB Ifs=50µA
Rm = 2KΩ
RC

-
Gambar 2-5. Ayrton shunt
49

2.1.3. Ampermeter AC

Mikroampermeter DC ini dapat


dikembangkan menjadi ampermeter AC
dengan menambahkkan komponen
penyearah masukan yang fungsinya Sinyal Ac yang diukur
sebelum masuk meter
menyearahkan tegangan masukan AC
disearahkan dahulu
menjadi DC. Meskipun tegangan masukan sehingga arus yang
berupa tegangan AC tetapi tegangan masuk meter tetap
maupun arus yang masuk meter berupa berupa arus DC.
arus DC, sehingga proses pengukuran
sama sebagaimana dijelaskan diatas.
Sehingga ampermeter AC terbentuk atas
ampermeter ideal, Rm, Rsh dan rangkaian
penyearah, sebagaimana digambarkan
pada gambar 2-6 di bawah ini.

Rm

Tegangan masukan AC

+
1 µF
Rsh
+
A

Gambar 2-6. Rangkaian penyearah pada ampermeter AC


50

Gambar 2-7. Contoh dasar ampermeter

2.1.4. Kesalahan Pengukuran


2.1.4.1. Kesalahan Paralaks

Kesalahan paralaks adalah kesalahan Kesalahan paralaks:


yang disebabkan oleh manusia terutama (1) pembacaan skala tidak
berkaitan dengan pengamatan dan benar.
pembacaan pengukuran. Kesalahan (2) Posisi pembacaan
yang tidak tepat.
tersebut antara lain : (1) kesalahan
pembacaan pada skala yang tidak benar
misal mengukur arus dibaca pada skala
tegangan, (2). posisi pembacaan sehingga
posisi jarum tidak berimpit dengan
bayangan jarum di cermin. Hasil
pembacaan dapat kurang atau lebih dari
harga sebenarnya tergantung posisi
pembaca terhadap meter.
51

Posisi yang
Pembacaan < benar Pembacaan >
harga sebenarnya harga
b

Gambar 2- 8. Posisi pembacaan meter

2.1.4.2. Kesalahan Kalibrasi


Salah satu jenis kesalahan yang Karena penyimpangan jarum tidak
terjadi dalam suatu ampermeter berbanding secara tepat dengan
yang nyata adalah kesalahan harga arusnya, maka
kalibrasi. Timbulnya kesalahan ini penyimpangan tersebut biasanya
karena permukaan meter (alat menunjukkan harga arus yang
ukur) mungkin tidak ditandai kurang tepat. Untuk mengatasi hal
secara cermat, atau dengan kata ini dapat dilakukan dengan cara
lain pembuatan tanda/skala yang memasang suatu ampermeter
tidak cermat. Tidak jarang standar yang dihubungkan seri
ampermeter yang mempunyai dengan ampermeter yang akan
tanda/skala pada permukaan yang dikalibrasi, yang dilihat seperti
tidak seragam bagian-bagiannya. Gambar 2 - 9.
52

Tabel 2-1. Kalibrasi arus

I ideal I I Ideal I kenyataan


A
1 mA 1 mA 0,97 mA
Sumber arus
0,5 mA 0,5 mA 0,51 mA
0,25 mA 0,25 mA 0,26 mA
I kenyataan A
0 0 0

Gambar 2-9. Kalibrasi arus

Pada ampermeter ideal akan mengatasai kesalahan ini, maka


terbaca secara tepat harga arus pada meter yang belum diberi
sumber, sedangkan pada skala (yang dikalibrasi), lantas
ampermeter kenyataan (yang diberi skala disesuaikan dengan
akan dikalibrasi), yang mempunyai skala dari ampermeter yang ideal
tanda/skala pada permukaan (standar). Dalam beberapa
meter yang kurang tepat kejadian, kapan saja suatu
menghasilkan kesalahan ampermeter dipakai, akan terjadi
pembacaan sedikit. Untuk kesalahan kalibrasi.

Contoh Aplikasi :
Suatu ampermeter mempunyai kesalahan kalibrasi 3% dari arus
simpangan penuh (full scale current). Jadi bila meter tersebut
mempunyai arus simpangan penuh 1 mA, kesalahan kalibrasinya
kurang lebih 0,03 mA. Sehingga untuk arus I mA pada ampermeter
akan terbaca antara 0,97 mA dan 1,03 mA. Di lain fihak, jika arus
yang mengalir pada ampermeter hanya 0,25 mA; meter akan
menunjuk antara 0,22 mA dan 0,28 mA. Dengan demikian semakin
besar, yaitu :
0,03/0,25 x 100% = 12%
Jika dibandingkan dengan 3% pada arus 1 mA.
Oleh karena itu, untuk praktek pengukuran sebaiknya dengan
simpangan arus sebesar mungkin, karena kesalahan kalibrasi
ditentukan dari arus simpangan penuhnya.

2.1.4.3. Kesalahan Pembebanan


Kesalahan lain yang ditemukan hambatan dari ampermeter
dalam pemakaian ampermeter tersebut. Pemasangan
adalah kesalahan yang ampermeter pada cabang
disebabkan oleh adanya rangkaian, akan menambah
53

hambatan. Penambahan mungkin agak besar, tergantung


hambatan menurunkan arus dari hubungan antara hambatan
yang mengalir dalam rangkaian. ampermeter dan hambatan dari
Penurunan arus mungkin kecil rangkaian dalam pengetesan.
sehingga dapat diabaikan atau

A
A
Rangkaian DC Rangkaian
dengan DC dengan A
sumber dan sumber dan Idm
hambatan hambatan
B
Itm B

Gambar 2-10a. Gambar 2-10b.


Rangkaian tanpa meter Rangkaian dengan meter

Pada Gambar 2 - 10a cabang tersebut akan berubah


menunjukkan rangkaian tanpa yaitu menjadi sebesar Idm. Arus Idm
meter, arus mengalir sebesar Itm. ini merupakan arus yang
Ini merupakan arus ditunjukkan oleh ampermeter.
sesungguhnya yang ingin diukur. Adapun hubungan secara
Dengan dihubungkannya matematik antara arus tanpa
ampermeter secara seri dengan meter (Itm) dan arus dengan meter
cabang tersebut Gambar 2 – 10 b; terlihat pada ilustrasi pada
akibat adanya hambatan Gambar 2 - 11.
ampermeter, maka arus pada

Vo Ro Vo Ro
Itm Idm A

(a) (b)

Gambar 2-11. Rangkaian ekivalen Thevenin


54

Arus yang sesungguhnya, yang ingin diukur yaitu :

Itm = Vo/Ro

Arus yang terukur secara nyata yaitu:

Idm = Vo / ( Ro + Rm )

Sehingga perbandingan antara keduanya menghasilkan :

I R
dm = o ........................................................ ( 2 - 6)
I R +R
tm o m
Persamaan 2-6 di atas tersebut hanya tergantung oleh
membandingkan antara arus hambatan thevenin dan hambatan
dengan meter terhadap arus tanpa meter. Perbandingan tersebut
meter dan ternyata perbandingan disebut juga ketelitian (accuracy).

Jadi ketelitian = Idm/Itm x 100%


Bila ampermeter ideal, Rm = 0, maka Idm = Itm. Dalam hal ini berarti
ketelitian = 100%.

Prosentase kesalahan (efek) pembebanan = (1 - ketelitian) x 100%


atau : (100% - % ketelitian).
Hal ini memberikan pengertian, pembacaan 99%, berarti
misalnya ketelitian pembacaan kesalahan pembebanan 1%.
100% berarti kesalahan Contoh Implementasi 1:
pembebanan 0%. Ketelitian

1KΩ 500 Ω

2V
1KΩ Itm A

Gambar 2-12 . Contoh aplikasi Thevenin


55

Permasalahan :
Dari rangkaian pada Gambar 2 - 12, akan diukur besar arus
yang mengalir melalui hambatan 500 ohm.
(1) Berapa arus yang mengalir pada hambatan tersebut yang
sesungguhnya (arus tanpa meter) ?.
(2) Berapa pula arus yang terbaca pada meter, bila meter
tersebut mempunyai hambatan sebesar 100 ohm ?. Berapa
pula prosentase ketelitian dan prosentase efek
pembebanannya ?.

Solusi :
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, harus dihitung
besarnya tegangan thevenin. (saat ujung-ujung A - B terbuka ) dan
besarnya hambatan thevenin (sumber tegangan dihubung singkat).

Arus tanpa meter


A
Itm = Vo/'Ro = 1 Volt/1 K = I mA

Gambar 2-13. Contoh implementasi

Arus dengan meter :

Vo 1V
Idm = ________ = ___________ = 0.909 mA

Ro +Rm 1000+100)Ω

Vo 1000
Ketelitian : _________ X 100 % = ----- X 100 % = 90,9 %
Ro +Rm 1100

Efek Pembebanan = 100 % - 90,9 % = 9,1%


56

Contoh Aplikasi 2
Suatau ampermeter dengan hambatan 1000 ohm, digunakan untuk
mengukur arus yang melalui A - B pada rangkaian di bawah.

4KΩ 2KΩ 2KΩ

4KΩ 4KΩ Itm

Gambar 2-14 Contoh implementasi

Permasalahan :
Berapakah :
a) Arus tanpa meter (Itm)
b) Prosentase ketelitian
c) Prosentase efek pembebanan, bila ampermeter menuniuk 40 µA
dan kesalahan kalibrasi diabaikan,

Penyelesaian :
Ro = ( 4/4 + 2 ) / / 4 + 2 Ro
A
= 4 K ohm
I /I = R / (R +R )
dm tm o o m
Vo
R +R
a). I = o m . I A
tm R dm Rm=1KΩ
o
4 + 1 B
= . 40 µ A
4
= 50 µ A

Gambar 2-15 Contoh implementasi


57

R
b). Ketelitian = . 100%
R +R
o m
4
= . 100% = 80%
4+ 1
c). Efek pembebanan = 100 % - 80 % = 20 %

2.2. Voltmeter
2.2.1. Mengubah Batas Ukur
Suatu voltmeter DC yang ujung-ujung masukan adalah V,
sederhana dapat dibuat dengan arus yang mengalir melalui
memasang hambatan secara seri ampermeter I, hambatan yang
dengan ampermeter (Gambar 2 diseri adalah Rs maka
-16). Bila tegangan pada hubungannya dapat dituliskan :

V = ( R S + R m ) I …………………………….. ( 2 - 7)

Rs I
ARm

Gambar 2-16. Voltmeter DC sederhana


(dengan menggunakan ampermeter)
58

Gambar 2-17. Voltmeter dengan basic meter unit dan multiplier

Persamaan tersebut menunjukkan voltmeter ialah menandai


bahwa V merupakan fungsi dari I, permukaan meter ke dalam satuan
artinya bahwa bila harga arusnya volt dari satuan ampere, dengan
I, tegangan pada ujung-ujungnya berpedoman pada persamaan 2
(V), maka V besarnya sama -7. Untuk suatu arus simpangan
dengan (Rs + Rm) kali besarnya I. penuh, besarnya hambatan seri
Sebagai contoh, bila Rs + Rm = 10 akan menentukan besarnya
K ohm dan I = 1 mA, tegangan maksimum yang dapat
tegangannya (V) adalah 10 Volt. diukur. Untuk arus simpangan
Langkah terakhir dalam penuh, dari persamaan 2 -7
perubahan ampermeter ke menjadi :

Vfs = ( Rs + Rm ) Ifs

dengan arti : Vfs adalah tegangan persamaan tersebut dapat


yang menghasilkan arus diperoleh harga Rs sebagai berikut
simpangan penuh. Dari

Rs = Vfs / Ifs - Rm ……………………………… (2 – 8 )

Persamaan tersebut merupakan , Rm dan Vfs diketahui. Biasanya


bentuk yang tepat untuk harga Rm sangat kecil dibanding
menghitung harga Rs bila harga Ifs harga Vfs / If , sehingga :

Rs = Vfs / Ifs …….……………………………… (2 – 9)


59

Contoh Implementasi 1 :

Suatu ampermeter dengan Ifs = 1 mA, Rm = 50 ohm, diubah menjadi


suatu Voltmeter.

Permasalahan :
Berapakah besar hambatan seri yang diperlukan untuk mengukur
dengan tegangan skala penuh (Vfs ) atau batas ukur
= 15 Volt, 50 Volt dan 150 Volt ?

Penyelesaian :
Rs = Vfs / Ifs - Rm
= 50/1 mA - 50
= 50 K ohm
Untuk Vfs = 15 volt

15
R = - 2000 = 300 K ohm
s
50 . 10- 6

Untuk Vfs = 50 volt

50
R = - 2000 = 1 M ohm
s
50 . 10 - 6

Untuk Vfs = 150 volt

150
R = - 2000 = 3 M ohm
s
50 . 10- 6

Gambar 2-18 Contoh implementasi


60

2.2.2. Hambatan Masukkan Voltmeter


Untuk voltmeter sederhana seperti Gambar 2-15, hambatan masukan
adalah jumlah dari hambatan seri dan hambatan meter. Hambatan
masukan :

Rin = Rs + Rm
Selain itu, hambatn masukan juga dapat dihitung dari :
Rin = V/I

Sedangkan harga Rin adalah tetap untuk suatu kondisi arus tegangan,
sehingga secara pasti dapat dituliskan dengan :
Rin = Vfs/Ifs ......................................................... ( 2 - 10 )

Hambatan masukan adalah diganti menjadi 10 Volt maka


tegangan skala penuh dibagi arus hambatan masukannya menjadi
skala penuh. Dengan demikian, 10 kilo ohm. Arus skala pertuh
bila suatu voltmeter mempunyai biasanya tidak tercantum pada
gerakan arus I mA pada skala meter. Biasanya yang tercantum
tegangan 100 Volt, maka adalah data sensitivitasnya, yang
hambatan masukannya 100 kilo didefinisikan sebagai berikut
ohm. Bila jangkauan (batas ukur)

S = 1/Ifs ........ ( 2 - 11 )

Dengan arti bahwa S adalah arus skala penuh. Satuan


sensitivitas dari Voltmeter dan Ifs sensitivitas adalah 1 dibagi
adalah arus skala penuh dari dengan ampere, atau ohm per
voltmeter. Dikatakan bahwa volt.
sensitivitas adalah kebalikan dari
1 1 1 Ohm
S = = = =
I Ampere Volt/Ohm Volt
fs
Dengan demikian, untuk suatu voltmeter dengan arus 1mA,
sensitivitasnya adalah

S = 1/1 mA = 1000 Ohm/Volt.

Definisi untuk sensitivitas dapat digunakan untuk mengubah persamaan


II-10 :
Rin = Vfs/Ifs = S . Vfs.............................................. ( 2 - 12 )
61

Persamaan 2 -12 menyebutkan voltmeter perlu diketahui


bahwa hambatan masukan dari besarnya, karena besar atau
Voltmeter pada suatu kecilnya hambatan akan
jangkauan/batas ukur sama berpengaruh terhadap besar atau
dengan sensitivitas dikalikan kecilnya kesalahan pembebanan.
dengan tegangan skala penuh dari Besarnya kesalahan pembebanan
jangkauan/batas ukur tersebut. lebih tergantung pada besarnya
Dengan demikian tercantumnya hambatan masukan voltmeter dari
data sensitivitas pada voltmeter, pada hambatan rangkaian. Hal ini
hambatan masukan voltmeter akan dibahas lebih lanjut pada
dapat dihitung dengan cepat. pembahasan berikutnya.
Besarnya hambatan masukan

Contoh Aplikasi 1
Suatu voltmeter menggunakan arus skala penuh 1 mA.
Hitunglah hambatan masukrun (Rin) pada batas ukur: 5 V ; 50 V dan
500 V.
Penyelesaian :
S = 1/Ifs = 1/1 mA = 1000 Ohm per Volt
Untuk BU 5 Volt ------- > Vfs 5 Volt
Rin = S . Vfs = 1000.5 = 5 K ohm
Untuk BU 50 Volt ------- > Vfs 50 Volt
Rin = S . Vfs = 1000.50 = 50 K ohm
Untuk BU 500 Volt ------ > Vfs 500 Volt
Rin = S.Vfs = 1000 . 500 = 500 K ohm

Contoh Apikasi 2
Suatu voltmeter dengan arus skala penuh 50µA, mempunyai batas
ukur 5 V ; 50 V; 500 Volt.
Hitunglah hambatan masukan pada setiap ba-tas ukur.
Penyelesaian :
S = 1/Ifs = 1 / (50µA) = 20 KΩ per Volt

Untuk Vfs = 5 Volt ------- > Rin = 20 . 5 = 100 K Ohm.


Untuk Vfs = 50 Volt ------- > Rin = 20 . 50 = 1 M Ohm
Untuk Vfs = 500 Volt ------ > Rin = 20 . 500 = 10 M Ohm

2.2.3. Kesalahan Pembebanan Voltmeter


Seperti halnya pada ampermeter Demikian halnya pemakaian
bila dipakai untuk mengukur arus voltmeter untuk mengukur
yang mengalami penurunan arus tegangan juga akan mengalami
akibat adanya hambatan dari penurunan tegangan. Besar
ampermeter tersebut. Besar kecilnya penurunan tegangan
kecilnya penurunan arus tersebut tersebut tergantung atas
tergantung atas perbandingan perbandingan hambatan dalam.
hambatan ampermeter terhadap Gambar 2-18 merupakan ilustrasi
hambatan thevenin dari rangkaian. suatu jenis pengukuran tegangan.
62

a. Tegangan tanpa meter b. Tegangan dengan meter

Gambar 2- 19. Tegangan dengan dan tanpa meter

Tegangan yang akan diukur yaitu antara ujung-ujung hambatan R


tegangan pada ujung-ujung terbaca harga tegangan yang
hambatan R. Vtm adalah baru, yang disebabkan oleh
tegangan tanpa meter, yaitu hambatan dalam voltmeter. Untuk
tegangan sebelum voltmeter menghitung hubungan antara Vdm
dihubungkan. Tegangan yang dan Vtm, maka Gambar 2-19
benar inilah yang dikehendaki dapat digambarkan sebagai
dalam pengukuran. Setelah berikut :
voltmeter dihubungkan, ternyata

a. Rangkaian tanpa meter b. Rangkaian dengan meter


Gambar 2- 20. Ekuivalen dengan dan tanpa meter
Dengan menggunakan Hukum Ohm, dapat dituliskan :
R
V = in . V ................................................( 2 - 13 )
dm R + R tm
in o

V R
dm = in = ketelitian.......................................( 2 - 14 )
V R + R
tm in o
63

Keterangan :
Rm = Tahanan dalam voltmeter
Rin = Tahanan masukan rangkaian dalam hal ini = Rm
Vtm = Tegangan beban tanpa meter
Vdm = Tegangan dengan meter

Persamaan 2 -14 menuniukkan Seperti halnya pada ampermeter


ketelitian voltmeter, sepanjang dapat dituliskan juga prosentase
efek pembebanan diperhatikan. kesalahan
pembebanannya.

Prosentase kesalahan pembebanan = (1 - ketelitian ) x 100%

Contoh Aplikasi 1
Voltmeter dengan sensitivitas 20 K ketelitian pembacaan voltmeter
Ohm/V, pada ukur 50 Volt dan tegangan yang terukur pada
digunakan untuk mengukur voltmeter; kesalahan kalibrasi
tegangan antara ujung-ujung AB diabaikan.
dari Gambar di bawah. Hitung :

Gambar 2-21. Rangkaian penyelesaian aplikasi 1


Penyelesaian :
Tegangan pada ujung AB sebelum meter dihubungkan

200
V = . 100 V = 50 V
dm 200 + 200

R = 200 K / / 200 K = 100 K Ohm


o
64

Pada batas ukur 50 Volt, hambatan masukan (dalam) voltmeter :

Rin = S . Vfs = 20 K . 50 V = 1 M Ohm.

V R 1M
Ketelitian = dm = in =
V R + R 1 M + 100 K
tm in o
= 1/1,1 = 91 %
Ketelitian 91%, artinya bahwa voltmeter menunjukkan harga 91% dari
tegangan yang sesungguhnya. Sehingga :
Vdm = 0,91 . Vtm = 0,91 . 50 = 45,5 Volt.

Contoh Aplikasi 2
Untuk menunjukkan bagaimana dilukiskan dalam Gambar 2-21.
efek pembebanan sesungguhnya Hitung pembacaan voltmeter pada
berpengaruh, pertimbangkan batas ukur 50 volt dan pada batas
keadaan pengukuran yang ukur 5 volt.

Gambar 2-22. Rangkaian penyelesaian aplikasi 2


Penyelesaian :
800
V = . 50 V = 25 V
tm 800 + 800
800
R = = 400 K Ohm
o 800 + 800
Pada batas ukur 50 Volt :
Rin = 20 K/V . 50 V = 1 M Ohm

1000000
V = . 25 V = 17,9 Volt
dm 1000000 + 400000
Pada batas ukur 5 Volt :
65

Rin = 20 K/V . 5 V = 100 K Ohm


100000
V = . 25 V = 5 Volt
dm 100000 + 400000

Dari perhitungan pada kedua berbeda, dan dengan segera


batas ukur di atas, ternyata kedua- dapat diketahui bahwa voltmeter
duanya menunjukkan harga terbebani terlalu banyak rangkaian
pengukuran yang tidak teliti, (hambatannya terlalu besar) dan
karena tegangan yang akhirnya pembacaannya salah.
sesungguhnya adalah 25 Volt. Dilain pihak, jika batas ukur
Setiap digunakan batas ukur yang dirubah pembacaan yang
berbeda, maka akan diperoleh bertentangan, dapat diyakinkan
hasil pembacaan voltmeter yang yang terjadi dapat diabaikan.

2.3. Ohmmeter
2.3.1. Rangkaian Dasar Ohmeter Seri

Suatu ohmmeter sederhana dapat Vo merupakan tegangan


dibuat dengan menggunakan ohmmeter pada ujung-ujung AB
baterai, ammeter dan hambatan ; saat terbuka. Rangkaian ini jenis
seperti ditunjukkan pada Gambar ohmmeter seri Rx dipasang
2-23. RO merupakan hambatan secara seri dengan meter, identik
thevenin dari ohmmeter, yang dengan pengukuran arus.
mencakup hambatan ammeter Rm.

Ro
A
A
Vo B
Rx Gambar 2-23
Dasar ohmeter seri
B

Seperti ditunjukkan pada gambar hambatannya, dengan cara


2-23, bahwa Ro merupakan ujung-ujung AB dihubung singkat
hambatan yang dapat diatur. dan hambatan Ro diatur, untuk
Biasanya ohmmeter dinolkan lebih menghasilkan arus skala penuh
dahulu sebelum digunakan yang mengalir melalui ammeter.
mengukur hambatan Rx yang Ini berarti :
belum diketahui besar

Ifs = Vo/Ro ............ ( 2 - 15 )


66

Untuk mengukur hambatan Rx , ujung-ujung AB dihubungkan, sehingga


arus yang mengalir :
Vo
I = ......................................................................( 2 - 16 )
V + R
o x

Dengan membandingkan persamaan 2 -16 dengan persamaan 2 -15,


maka diperoleh persamaan :
I Ro
=
I R + R
fs o x
Perbandingan tersebut merupakan simpangan meter (D = deflection),
sehingga dapat dituliskan :

I Ro
D = = ......................................................( 2 - 17 )
I R + R
fs o x

Bila harga Rx = Ro , maka D = I/Ifs = 1/2


Dari persamaan 2 -17 dapat dituliskan :

D (Ro + Rx) = Ro

DRx = Ro - D Ro
1- D
R = R .......... ......................................................( 2 - 18 )
x D o
Berdasarkan persamaan 2 -17, memuat beberapa contoh harga
yaitu D = Ro/(Ro + Rx), maka Rx terhadap Ro dan harga D.
dapat dibuat suatu tabel yang

Tabel 2-2 Harga Rx dan D


Rx 0 Ro/4 Ro/3 Ro/2 Ro 2 Ro 3 Ro 4 Ro 9 Ro -
D 1 4/5 3/4 2/3 ½ 1/3 1/4 1/5 1/10 0

Contoh Aplikasi 1 Pada Ohmmeter


Harga Rx = 0, maka D = Ro/(Ro, + Kedudukan ini ternyata bila.
Rs) = 1. Pada kedudukan ini, ujung-ujung AB dari ohmmeter
hambatan yang diukur nol, berarti dihubungsingkat. Bila harga Rx =
arus yang mengalir besar dan Ro , maka D = Ro/(Ro + Ro) = ½
menghasilkan arus skala penuh, Pada kedudukan ini, jarum
atau simpangannya = 1. menyimpang setengah dari skala
67

penuh. Bila.harga Rx = ~ (tak yang mengalir, sehingga jarum


terhirigga), atau pada keadaan tidak menyimpang atau
terbuka, berarti tidak ada arus simpangannya = 0.

Gambar 2-24. Pembuatan tanda/skala ohmmeter

Gambar 2-25. Skala logaritimis pada ohmmeter seri


Contoh Aplikasi 2 Pada Ohmmeter
Ohmmeter mempunyai arus skala digunakan untuk mengukur suatu
penuh 50µA dan hambatan dalam hambatan dan menghasilkan 1/4
2000 Ohm. Tegangan rangkaian simpangan penuh. Berapakah
terbuka = 6 Volt, ohmmeter besarnya hambatan yang diukur ?
menunjuk nol. Kemudian
Penyelesaian :

V 6
R = o = = 120 K Ohm
o I -6
fs 50 . 10
1- D 1 - 1/4
R = . R = . 120 = 360 K Ohm
x D o 1/4

Catatan : harga Ro sudah meliputi harga Rm nya.


Bila ditanyakan berapa harga Rv (Variabel), maka :
Rv = Ro - Rm = 120 - 2 = 118 K Ohm.

Ohmmeter dari contah 1 di atas, harga Rx (hambatan yang diukur),


dishunt dengan hambatan 20 yang dapat menghasilkan 1/2
Ohm. Secara pendekatan, berapa simpangan penuh ?
68

Gambar 2-26 Contoh aplikasi ommeter seri


Penyelesaian :
R
I = sh . I
fs R + R t
m sh
R + R
I = m sh . I
t R fs
sh
2000 + 20
= . 50 µA = 5,05 mA
20

Karena. Rsh < < Rm’, maka secara pendekatan :


It = Rm / Rsh . Ifs
= 2000/20 . 50 A = 5 mA
Sehingga :
Ro = Vo / It
= 6/5 . 10-3 = 1,2 K Ohm
1- D 1 - 1/2
R = .R = . 1,2 = 1,2 K Ohm
x D o 1/2
2.3.2. Ohmmeter Paralel
Ohmmeter dibangun dengan Rx. Semakin besar nilai Rx
menggunakan voltmeter, sumber semakin besar beda tegangan
arus konstan dan resistor yang yang terukur. Batasan tegangan
diukur. Prinsip yang digunakan pada ujung-ujung resistansi
adalah bila arus konstan dialirkan menentukan cakupan pengukuran
pada Rx yang tidak diketahui nilai resistansi. Rangkaian dasar
maka beda tegangan pada ujung- ohmmeter parallel ditunjukkan
ujung Rx sebanding dengan nilai pada gambar di bawah ini.
69

Secara produk jenis ohmmeter Sedangkan ohmmeter seri skala


paralel dikenali dengan skala nol nol berada diujung sebelah kanan
berada disisi kiri sebagaimana berlawanan dengan skala nol
skala nol pada tegangan dan arus. voltmeter dan ampermeter. Jenis
Contoh aplikasi prinsip ohmmeter ohmmeter seri seperti Sanwa,
paralel pada ohmmeter digital. Heles.

Sumber arus konstan

Rx

Gambar 2-27. Dasar ohmmeter paralel

Gambar 2-28. Skala ohmmeter paralel

2.4. Multimeter Elektronik Analog


2.4.1. Kelebihan Multimeter Elektronik
Dalam perkembangannya 2. Pada saat berfungsi sebagai
multimeter menggunakan pengukur arus resistansi
komponen aktif elektronik yang multimeter elektronik cukup
biasanya berfungsi sebagai rendah sehingga dapat
penguat. Multimeter elektronik mencegah kesalahan ukur
lebih disukai karena beberapa karena efek pembebanan.
alasan yang menguntungkan : 3. Skala resistansi dari multimeter
1. Resistansi masukan elektronik arah penyimpangan
multimeter elektronik lebih jarum sama seperti pada
tinggi dan stabil disemua pengukuran tegangan atau arus
cakupan pengukuran sehingga tidak
membingungkan.
70

4. Digunakan tegangan rendah junction BJT tanpa


sehingga memungkinkan merusakkan transistor.
untuk mengukur resistansi
Solid state EVM tidak dapat
Voltmeter elektronik dapat digunakan dalam tempat yang ada
mencapai resistansi masukan dari medan listrik atau elektronik yang
10 MΩ hingga 100 MΩ dan besar kuat seperti medan yang
resistansi masukan ini sama untuk dihasilkan oleh transformator
semua cakupan pengukuran. Bila flyback televisi, pemancar radio
dibandingkan dengan VOM besar dan sebagainya. Medan akan
resistansi masukan pada VOM cenderung memberi bias pada
berbeda untuk semua cakupan transistor atau IC yang digunakan
pengukuran tegangan. Pada dalam EVM, dalam tempat seperti
cakupan pengukuran tegangan ini tidak akan bekerja dengan baik,
rendah resistansi masukan VOM sedangkan VOM lebih tahan
cenderung rendah. Dalam kasus terhadap pengaruh yang demikian.
meter yang memiliki sensitivitas Jenis-jenis multimeter elektronik
20.000Ω/Volt pada cakupan 0–1 yang banyak dijumpai dipasaran,
Volt besar resistansi masukan antara lain ditunjukkan gambar di
hanya (20.000Ω/V) (1V) = 20 KΩ. bawah ini.

Gambar 2-29. Jenis-jenis multimeter elektronik di pasaran


71

2.4.2.. Konstruksi Multimeter Analog


Dasar multimeter elektronik analog rendah sampai 100mV. Cakupan
dapat dikelompokkan ke dalam pengukuran arus DC, AC dari
tiga bagian utama yaitu jaringan skala penuh 1uA sampai 10A.
pengukuran, rangkaian penguat untuk cakupan pengukuran dari
dan penggerak meter analog 100Ω sampai 30MΩ (FSD). Saklar
(seperti jenis PM-MC). Dalam pemilih fungsi memberi pilihan
kasus pengukuran arus dan cakupan Volt Amper dan Ohm.
tegangan jaringan kerja berupa Multimeter ini dirancang
pembagi tegangan yang menggunakan penguat IC
membatasi tegangan yang monolitik dengan penguat
diberikan pada penguat terutama masukan berupa FET, sehingga
berkaitan dengan pengaturan tahanan input tinggi (10 – 20MΩ),
cakupan instrumen. sehingga dapat mengurangi
Multimeter Philip type PM 2505 kemungkinan kesalahan ukur yang
dalam gambar 2-26 memiliki skala disebabkan oleh pembebanan
penuh tegangan DC dan AC yang rangkaian yang di uji.

Gambar 2-30. Multimeter elektronik

2.4.3. Multimeter Elektronik Fungsi Tegangan DC


Voltmeter elektronik menggunakan elektronik seimbang seperti
penggerak meter analog yang ditunjukkan pada gambar 2-31 di
dikendalikan oleh suatu rangkaian bawah ini.

Vin

Pre- Penguat Tegangan


Attenuator Amplifier Beda Referensi

Gambar 2-31. Rangkaian voltmeter DC elektronik


72

Rangkaian penguat beda terdiri Pada kondisi ini tegangan bias Q3


transistor Q2 dan Q1 membentuk mendapat bias dan bias transistor
rangkaian jembatan seimbang, Q2 merupakan fungsi dari beda
untuk keseimbangan ini dilengkapi tegangan pada Rs. Bila masukan
dengan R variabel serta dilengkapi diberi tegangan positip Vs, bias
Q3 menggantikan RE dengan pada Q2 bertambah sehingga VE2
kelebihan kemampuan mencapai bertambah sehingga tegangan VE2
CMRR (Common Mode Rjection lebih besar dari pada VE3 dan
Ratio) yang tinggi. Penguat depan mengalir arus Im sehingga jarum
menggunakan JFET Q1 dalam menyimpang sebanding dengan
konfigurasi rangkaian source besarnya Vs. Pada fungsi
follower berfungsi sebagai pengukuran tegangan AC
transformasi impedansi antara menggunakan attenuator
masukan dan base dari transistor kompensasi karena attenuator
Q2 sumber arus konstan. menggunakan resitor presisi
Kelebihan penguat depan FET kebanyakan berupa sejenis wire –
kemampuannya dalam mencapai wound. Resistor yang demikian
impedansi masukan yang tinggi. memiliki induktansi yang
Bila tegangan tidak diketahui Vs signifikan, pengaruh induktansi di
nol, I2 = I3, VE2 = VE, sehingga seimbangkan dengan
tidak ada arus mengalir pada pemasangan kapasitor paralel.
penggerak meter sehingga Im = 0.

2.4.4. Multimeter Elektronik Fungsi Tegangan AC


Rangkaian dasar voltmeter pengukuran tegangan AC
elektronik seperti di atas hanya beberapa bagian harus
digunakan untuk tegangan DC. ditambahkan pengubah tegangan
Untuk memenuhi kebutuhan AC ke DC.

Tegangan
masukan
Vin

Gambar 2 - 32. Penyearah


73

Rangkaian penyearah ditunjukkan pada gambar 2-32. menggunakan


rangkaian Op-Amp sebagai penyearah presisi. Karakteristik non linier
dari dioda PN-junction D1 dan D2 dalam arah maju memberi umpan
balik negatip. Low pass filter mengeluarkan pulsa DC diumpankan ke
rangkaian analog penyeimbang atau Voltmeter ke digital.
Kebanyakan voltmeter AC dikalibrasi dalam rms, ini tidak akan
terbaca harga rms sebenarnya, tanpa sinyal masukan berbentuk
gelombang sinus murni.

2.4.5. Multimeter Elektronik Fungsi Ohm


Jika arus konstan mengalir pada R 1,5V atau lebih akan memberi bias
yang tidak diketahui, nilai maju dioda bila instrumen
tegangan drop pada R akan digunakan dalam rangkaian solid
memberikan data yang tidak state, mengingat rangkaian 2-33
diperlukan untuk dihitung nilai menggunakan level tegangan
resistansinya dengan persamaan rendah tidak mampu memberi bias
RX = V/I sesuai dengan rangkaian maju dioda. Bila demikian
ohmmeter elektronik dapat ohmmeter elektronik menjadi
dibentuk seperti dalam gambar 2- pilihan untuk digunakan menguji
33. arus keluaran dari sumber komponen yang membutuhkan
arus konstan dan besarnya tegangan bias seperti dioda,
penguat tegangan dari penguat transistor. Beberapa Voltmeter
DC diatur dengan saklar pemilih elektronik yang diproduksi
sehingga dapat mengakomodasi meliputi skala Ohmmeter daya
pengukuran resistansi skala penuh tinggi sehingga dapat digunakan
dari milli ohm hingga mega ohm. untuk pengetesan dioda dan
Ohmmeter menggunakan baterai transistor.

1A Ω

DC Balance
- Circuit

Gambar 2-33. Rangkaian ohmmeter elektronik


74

2.4.6. Parameter Multimeter Elektronik


2.4.6.1. Spesifikasi dan Parameter Multimeter Elektronik
Dalam pembahasan ini dipilih dibahas di atas. Dengan alasan
multimeter elektronik sanwa YX- meter ini mudah didapat, mudah
360 TRe meskipun tidak sebagus digunakan dan kualitas memadai
multimeter elektronik Philip yang untuk banyak pemakaian.

2.4.6.1.1. Spesifikasi Umum


Tabel 2-3. Spesifikasi umum meter elektronik analog

Item Spesifikasi
Proteksi rangkaian Rangkaian dilindungi dengan sekering
bila tegangan AC di atas 230V
Baterai dalam UM-3 1,5V x 2
Sekering dalam 0,5A/250V 5,2mm Ø x 20mm
Kal temp standar/ dan 23 ± 2 o C 45-75% rRH
cakupan kelembaban
Temperatur kerja dan 0-40 o C 80% retmark tanpa kondensasi
range
Kelembaban
Tahanan tegangan 3KV AC antara terminal input dan case
Dimensi dan berat 159,5 x 129 x 41,5 mm / mendekati 320
gr
Assesoris Salinan pedoman instruksi (instruction
manual)

2.4.6.1.2. Cakupan Pengukuran dan Akurasi


Probe pengukuran dilengkapi untuk pengukuran tegangan DC tinggi
hingga mencapai 25 KV.

Tabel 2-4. Probe multimeter pengukuran tegangan tinggi


HV (DC) DC 25KV HV – 10 T
High Volt probe
hFE 1000 pada cakupan x
10 HFE – 6T probe
75

Tabel 2-5. Cakupan pengukuran dan akurasi


Fungsi Akurasi Catatan
DC V 0,1 ± 5% dari skala penuh Zi 20KΩ/V
0,25 / 2,5 / 10 / 50 ± 3% dari skala penuh 9KΩ/V
250
± 3% dari skala penuh
AC V 10 / 50 /250 ± 4% dari skala penuh Zi 9KΩ/V
30Hz-100KHz dalam 3%
fs (cakupan AC 10V)
50 uA ± 3% dari skala penuh Tegangan drop 0,1V
DC A 2,5mA/ 25mA /0,25 ± 3% dari skala penuh Tegangan drop 0,25V
Ω 2K/20K/2M
(1x) (10x) (x1K)
± 3% dari arc Nilai tengah 20Ω
Harga maks 2 KΩ
200M Pengeluaran tegangan 3V
(x100K)

dB -10dB 22dB
Untuk 10VAC 62 dB
L 0-150mA pd cakupan x 1
0-15mA pd cakupan x 10
0-150uA pd cakupan 1KΩ
0-15uA pd cakupan x 100

2.4.6.2. Langkah Keselamatan Alat


Hal-hal yang harus diperhatikan 3. Jangan pernah menyentuh kaki
sebagai tindak pencegahan tester selama pengukuran
terjadinya kecelakaan yang dapat 4. Jangan pernah operasikan
merusakkan meter dan kesalahan tester dalam keadaan tangan
hasil pengukuran. basah, menempatkan meter
1. Jangan menggunakan tester pada tempat kelembaban tinggi
untuk pengukuran rangkaian atau sangat lembab.
listrik yang mempunyai 5. Yakinkan bahwa lapisan dan
kapasitas besar. Isikan sekering kawat colok meter (lead tester )
dalam tester 250V untuk tidak berbahaya karena
mencegah terjadinya masalah- konduktornya terbuka jika colok
masalah pengukuran yang meter berbahaya atau terbuka
membahayakan keselamatan meter jangan digunakan.
karena kesalahan pengaturan 6. Terdapat bahaya (electrical
range. shock) kejutan listrik terutama
2. Yakinkan sekarang yang bila digunakan untuk
digunakan mempunyai pengukuran tegangan di atas
spesifikasi (0,5A/250V ukuran 60 V DC atau 25 Vrms AC.
5.2 x 20 mm) Jangan pernah 7. Jangan melakukan pengukuran
mengganti ataupun dengan case dibelakang atau
menghubung singkat. menindihkan tutup meter
76

8. Setiap kali melakukan mengukur tegangan atau arus


pengukuran yakinkan cakupan yang mengandung sederetan
pengukuran tepat. Pengukuran pulsa.
dengan pengaturan cakupan Instrumen ini merupakan
salah atau melebihi cakupan multimeter portabel dirancang
pengukuran sebenarnya adalah untuk pengukuran rangkaian arus
berbahaya. lemah.
9. Jaga jangan sampai beban
lebih terutama pada saat

2.4.7. Prosedur Pengoperasian


2.4.7.1 Persiapan pengukuran
Sebelum pengoperasian meter 2. Putar posisi nol sehingga
dilakukan sesuai fungsinya menunjuk lurus kanan
dilakukan persiapan pengukuran menunjuk nol.
untuk mendapatkan hasil 3. Pilih cakupan yang tepat untuk
pengukuran terbaik. Langkah- item yang diukur atur knob
langkah persiapan tersebut melipti pemilih cakupan yang sesuai.
1. Atur posisi nol meter tepat pada
harga nol.

Gambar 2-34. Gambar skala Gambar 2-35. Gambar pemilih


jarum nol fungsi

Catatan untuk diperhatikan


Dalam menentukan cakupan sebaiknya gunakan penunjuk
pengukuran, pilih cakupan masih dalam tingkat yang dapat
tegangan yang lebih besar dipertimbangkan yaitu 60 – 80%
daripada nilai yang akan diukur dari penunjukan maksimum.
77

2.4.7.2. Panel Depan dan Fungsi Multimeter


Pada panel depan meter berkaitan dengan parameter alat
mempunyai beberapa komponen ukur seperti sensitivitas meter,
yang berfungsi sebagai pengatur. cara pemasangan meter yang
Pengaturan dilakukan untuk sesuai, besaran-besaran yang
mendapatkan fungsi yang sesuai dapat diukur. Untuk meter Sanwa
serta hasil pengukuran yang YX-360TRe mempunyai tombol-
optimal akurat. Disamping sebagai tombol pengaturan sebagai
komponen pengatur juga terdapat berikut.
beberapa informasi penting

Gambar 2-36. Panel depan Gambar 2-37. Fungsi jarum penunjuk

Gambar 2-38. Fungsi skala


78

Gambar 2-39. Fungsi zero adjust secrew

Gambar 2-40. Fungsi Ohm adjust knob


79

Gambar 2-41.Fungsi selector switch

Gambar 2-42. Fungsi lubang kutub (VAΩ terminal)


80

Gambar 2-43. Fungsi lubang kutub + (common terminal)

2.4.7.3. Pengukuran Tegangan


2.4.7.3.1. Pengukuran Tegangan DC
1. Atur knob pemilih cakupan pada cakupan yang tepat.

Colok
meter
negatip
Colok meter
positip

Gambar 2-44. Knob pemilih range


81

2. Gunakan colok hitam pada tegangan negatip dari rangkaian yang


diukur dan colok merah pada tegangan positip

Posisi
VDC

Gambar 2-45. Rangkaian pengukuran tegangan DC


3. Baca gerakan penunjuk tegangan dan skala DCV A.

Gambar 2-46. Penunjukan pengukuran tegangan DC


4. Bila penunjukan kecil tak penunjuk berada pada posisi
terbaca, cek kembali apakah yang mudah dibaca.
rangkaian sudah benar. 6. Hindari pengawatan
5. Bila rangkaian sudah yakin pengukuran tegangan DC yang
benar, pindahkan pelan-pelan salah seperti gambar di bawah.
knob pemilih cakupan hingga
82

Gambar 2-47. Pengawatan pengukuran tegangan DC salah

2.4.7.3.2. Pengukuran Tegangan AC


1. Pindahkan knob pemilih cakupan pada cakupan AC V yang tepat

Posisi
VAC

Colok Colok
meter meter
negatip positip

Gambar 2-48. Knob pemilih range

2. Pasangkan colok meter pada pada pengukuran sumber


rangkaian yang diukur secara tegangan AC dari PLN).
paralel. 4. Karena instrumen ini bekerja
3. Baca gerakan jarum penunjuk pada sistem nilai pengukuran
dengan skala V dan A rangkaian tegangan AC
(gunakan batas ukur 250 V AC gelombang sinus, maka bila
83

digunakan pada bentuk mungkin terjadi kesalahan.


gelombang AC lainnya

Gambar 2-49. Rangkaian pengukuran tegangan AC jala-jala PLN

Gambar 2-50. Penunjukan pengukuran tegangan AC


5. Baca hasil pengukuran dibaca pada skala AC V

2.4.7.4. Kalibrasi Voltmeter


Kalibrasi diperlukan untuk melihat ketelitian tinggi yang sudah
tingkat ketelitian meter diketahui. Karena kalibrasi dengan
dibandingkan dengan meter meter standar mahal maka
standar jika dimungkinkan atau mengkalibrasikan meter tidak perlu
meter yang mempunyai tingkat semua meter dikalbrasikan pada
84

lembaga yang berkompeten. 2. Rangkaian kalibrasi tegangan


Kalibrasi dapat dilakukan sendiri disusun seperti gambar di
dengan membandingkan tingkat bawah ini.
ketelitiannya dengan meter yang 3. Batas ukur meter ditetapkan
telah dikalibrasi. Prosedur kalibrasi misal pada batas ukur 10 Volt
dilakukan dengan langkah-langkah 4. Sumber tegangan diatur pada
di bawah ini. 10 Volt.
5. Membuat tabel pengamatan
1. Pilih meter standar dengan 6. Tegangan sumber divariasi
tingkat ketelitian 0,1 % sampai sepanjang harga dari 0 sampai
0,5 %. 10 Volt misal dengan jangkah
pengaturan 2 Volt.

2.4.7.4.1. Kalibrasi Uji Kelayakan Meter


Meter dikatakan layak digunakan laboratorium tentu berbeda
jika mempunyai kelas kesalahan dengan meter yang digunakan di
yang diijinkan tergantung tempat bengkel. Meter hasil rakitan
meter digunakan. Meskipun meter sebelum digunakan juga perlu diuji
pabrikasi mempunyai kelas kelayakannya untuk dilihat tingkat
kesalahan kecil sejalan dengan kesalahannya. Misal hasil
umur pemakaian akan pengujian dalam tabel di bawah
mempengaruhi ketelitian meter. ini.
Tuntutan ketelitian meter
85

Meter yang
dikalibrasi

Tegang
an
dapat
di
atur

Meter standar
dengan kelas
kesalahan +
0,5%

Gambar 2-51. Rangkaian kalibrasi tegangan


86

Tabel 2-6. Kalibrasi voltmeter

Kelas
Meter
Meter dikalibrasi (V) Selisih Kes
No standar Mutlak
(V)
(V)
V
V1 V2 V3
rerata
1 10 9.8 9.9 9.7 9.8 -0.2 0.2
2 8 7.8 7.9 8.0 7.9 -0.1 0.1

2.50%
3 6 5.95 5.90 6.0 5.95 -0.05 0.05
4 4 4.0 3.9 3.8 3.9 -0.1 0.1
5 2 2.0 1.8 1.9 1.9 -0.1 0.1
6 0 0 0.2 0.4 0.2 0.2 0.2
Jumlah -0.35 0.75

Rerata 0.25

Keterangan :
V1 = hasil pengukuran ke-1 V3 = hasil pengukuran ke-2
V2 = hasil pengukuran ke-2 V rerata = (V1+V2+V3)/3

Perhitungan persen kesalahan :


Persen kesalahan dihitung dengan persamaan
= {(Rerata meter dikalibrasi – Meter standar ) / Batas Ukur} X 100%
Kesalahan 2.5 % artinya harga penunjukkan meter yang dikalibrasi pada
batas ukur 10 Volt mempunyai kesalahan rata-rata 2.5 % terhadap meter
standar.

2.4.7.4.2. Harga koreksi relatif dan kesalahan relatif


Kesalahan dinyatakan dalam α = kesalahan terhadap harga
V - Vs merupakan selisih dari penunjukkan meter standar.
harga penunjukkan meter yang Harga koreksi dinyatakan k = Vs -
dikalibrasi dikurangi penunjukkan V merupakan selisih antara
meter standar. Kesalahan relatif harga standar dan penunjukkan
merupakan perbandingan antara meter yang dikalibrasi.
87

Tabel 2-7. Kesalahan dan koreksi relatip

Meter Meter dikalibrasi Kesala Kesalahan Koreksi


No Koreksi
standar han relatif (%) relatip (%)
V1 V2 V3 Vrerata
1 10 9.9 9.8 9.7 9.8 -0.2 -2.00 0.2 2.04
2 8 8,0 7.9 7.8 7.9 -0.1 -1.25 0.1 1.27
3 6 5.95 6.0 5.90 5.95 -0.05 -0.83 0.05 0.84
4 4 4.0 3.8 3.9 3.9 -0.1 -2.50 0.1 2.56
5 2 1.8 2.0 1.9 1.9 -0.1 -5.00 0.1 5.26
6 0 0 0.3 0.3 0.2 0.2 0.2 -0.2 -100
Rerata -1.93 -14.67

2.4.7.5. Pengukuran Arus DC


1. Pemasangan meter seri terhadap beban yang akan di ukur arusnya.

Gambar 2-52. Gambar rangkaian pengukuran arus DC

2. Atur knob pemilih cakupan mendekati cakupan yang tepat atau di


atas cakupan yang diprediksi berdasarkan perhitungan arus secara
teori.
88

Posisi
selektor

Gambar 2-53. Knob pemilih range


3. Bila yakin rangkaian telah benar, hidupkan sumber tegangan dan
baca gerakan jarum penunjuk pada skala V dan A. Hasil pembacaan
baik bila posisi jarum lebih besar dari 60% skala penuh meter.

Gambar 2-54. Skala penunjukan arus DC


4. Bila simpangan terlalu kecil, lakukan pengecekan apakah cakupan
sudah benar dan pembacaan masih dibawah cakupan pengukuran di
bawahnya bila ya, matikan power supply pindahkan knob pada
cakupan yang lebih kecil.
89
Diputar pada
nilai lebih kecil

Gambar 2-55. Knob pemilih range


5. Nyalakan kembali sumber tegangan baca jarum penunjuk hingga
pada posisi yang mudah dibaca.
6. Hindari kesalahan pemasangan polaritas sumber tegangan, karena
akan menyebabkan arah simpangan jarum berlawanan dengan
seharusnya. Bila arus terlalu besar dapat merusakkan jarum
penunjuk.

Gambar 2-56. Rangkaian pengukuran arus DC yang salah

2.4.7.1.1. Kalibrasi Arus


Kalibrasi diperlukan untuk melihat ketelitian tinggi yang sudah
tingkat ketelitian meter diketahui. Karena kalibrasi dengan
dibandingkan dengan meter meter standar mahal maka
standar jika dimungkinkan atau mengkalibrasikan meter tidak
meter yang mempunyai tingkat perlu semua meter dikalibrasikan
90

pada lembaga yang berkompeten. 1. Pilih meter standar dengan


Kalibrasi dapat dilakukan sendiri tingkat ketelitian 0,1 % sampai
dengan membandingkan tingkat 0,5 %. Misal meter standar
ketelitiannya dengan meter yang yang digunakanmempunyai
telah dikalibrasi. Prosedur kalibrasi kelas kesalahan 0,5%.
dilakukan dengan langkah-langkah 2. Rangkaian kalibrasi arus
di bawah ini. disusun seperti gambar di
bawah ini

Pindahkan batas
ukur 250 mA

Yang dikalibrasi

Pilih batas
ukur 0.25 A

Meter
standar

Gambar 2-57 Rangkaian kalibrasi arus

3. Batas ukur meter ditetapkan 5. Membuat tabel pengamatan


misal pada batas ukur 250 mA 6. Tegangan sumber divariasi
untuk yang dikalibrasi dan 250 sepanjang harga dari 0 sampai
mA meter standar. 250 mA misal dengan jangkah
4. Sumber tegangan diatur pada pengaturan 25 mA.
arus maks 250 mA.
91

7. Melakukan pengaturan kedua meter hasil pengamatan


tegangan sumber dan misal dalam tabel di bawah ini.
mencatat penunjukkan pada

Tabel 2-8. Kalibrasi arus

Meter dikalibrasi (mA)


Meter Kelas
Selisih Kes
No standar Mutlak
(mA)
(mA)
A1 A2 A3 rerata
1 250 260 255 250 255 5 5
2 225 229 227 228 228 3 3
3 200 202 204 203 203 3 3
4 175 178 179 177 178 3 3
152 152 154

1.01%
5 150 153 3 3
6 125 127 128 126 127 2 2
7 100 98 99 97 98 -2 2
8 75 71 73 72 72 -3 3
9 50 50 48 49 49 -1 1
10 25 25 27 29 27 2 2
11 0 0.5 0.8 0.8 0.7 0.7 0.7
Jumlah 15.7 27.7
Rerata 2.52

Keterangan :
A1 = hasil pengukuran ke -1 A3= hasil pengukuan ke -3
A2 = hasil pengukuran ke 2 rerata + (A1 + A2 + A3 )/3

Perhitungan persentase kesalahan :


Persen kesalahan dihitung dengan persamaan
= {(Rerata meter dikalibrasi – Meter standar ) / Batas Ukur} X 100%
Kesalahan 1 % artinya harga penunjukkan meter yang dikalibrasi pada
batas ukur 250 mA mempunyai kesalahan rata-rata 1 % terhadap meter
standar yang mempunyai kelas kesalahan 0,5%.

2.4.7.1.2. Harga koreksi relatif dikalibrasi dikurangi penunjukkan


dan kesalahan relatif meter standar. Kesalahan relatif
Kesalahan dinyatakan dalam α = merupakan perbandingan antara
I A - Is merupakan selisih dari kesalahan terhadap harga
harga penunjukkan meter yang penunjukkan meter standar.
92

Harga koreksi dinyatakan k = penunjukkan meter yang


I s - IA merupakan selisih dikalibrasi.
antara harga standar dan

Tabel 2-9. Kesalahan dan koreksi relatip


Meter dikalibrasi
(mA)
Meter Koreksi
Kesalahan
No standar Kesalahan Koreksi relatif
Relatif (%)
(mA) (%)
A1 A2 A3 rerata

1 250 250 255 260 255 5 2.00 -5 -1.96


2 225 229 228 227 228 3 1.33 -3 -1.32
3 200 200 203 206 203 3 1.50 -3 -1.48
4 175 177 178 179 178 3 1.71 -3 -1.69
5 150 152 153 154 153 3 2.00 -3 -1.96
6 125 126 127 128 127 2 1.60 -2 -1.57
7 100 99 98 97 98 -2 -2.00 2 2.04
8 75 72 73 74 72 -3 -4.00 3 4.17
9 50 50 49 48 49 -1 -2.00 1 2.04
10 25 28 27 26 27 2 8.00 -2 -7.41
11 0 0.6 0.8 0.8 0.7 0.7 0.00 -0.7 -100.00
Jumlah
15.7 10.15 0 -109.13
Rerata
0.92 -9.92

2.4.8. Pengukuran Tahanan


1. Jangan mengukur resistansi rangkaian yang ada tegangannya.
2. Putar knob pemilih cakupan pada cakupan Ω yang tepat.
93

Gambar 2-58. Cara pemasangan ohmmeter


Secara rangkaian pemilihan sebagaimana pada penambahan
cakupan skala pengukuran atau batas ukur ampermeter.
pengali sebenarnya adalah Pemindahan tersebut ditunjukkan
memilih resistansi shunt gambar di bawah ini.

Gambar 2-59. Posisi pemindahan cakupan ohmmeter

3. Hubung singkat kaki meter nol ohm sudah diputar penuh


merah dan hitam dan putar searah jarum jam, gantilah
pengatur nol ohm, sehingga baterai yang berada di dalam
penunjuk lurus pada 0 Ω. ( jika meter dengan baterai yang
penunjuk gagal berayun ke nol baru).
Ω meskipun pengatur penunjuk
94

Gambar 2-60. Kalibrasi ohmmeter

4. Tempatkan kaki meter pada resistansi yang diukur.

Gambar 2-61. Penempatan resistor pada pengukuran ohm


95

5. Baca jarum penunjuk pada skala

Gambar 2-62. Penunjukan hasil pengukuran ohm


6. Jika akan menganti posisi menghubung singkat colok
cakupan x10, maka sebelum meter, baru dilakukan
mengukur hambatan harus pengukuran yang dikehendaki .
mengkalibrasi ulang dengan

Gambar 2-63. Rangkaian pengukuran resistansi

Catatan untuk diperhatikan


1. Polaritas + dan – baterai berlawanan dengan polaritas colok meter
pada saat pengukuran resistansi.
2. Cara mengganti baterai
• Lepaskan sekrup pengunci di belakang.
96

Gambar 2-64 Membuka sekrup pengunci


• Keluarkan baterai kering UM-3
• Ganti dengan baterai yang baru
• Letakkan kembali case belakang seperti semula dan kencangkan
sekrupnya.

Gambar 2 - 65. Bagian belakang meter


2.4.9. Pengukuran Keluaran Penguat Audio Frekuensi (dB)
Desibel (dB) diukur caranya sama Volt ditambah 14 dB, pada
seperti pengukuran tegangan AC cakupan 250V ditambah 28 dB
dibaca pada skala dB (decebell). dan pada cakupan 1000V
Pada pengukuran cakupan 10 penambahnya 40dB. Jadi dB
Volt dibaca langsung pada skala maksimum yang terbaca
dB (-10dB - +22dB) tetapi pada 22+40=62 dB diukur pada
saat pengukuran cakupan 50 cakupan 1000V.
97
Skala
penunjukan
pengukuran dB

Gambar 2 - 66. Posisi skala dB meter


2.4.10. Pengukuran Arus Bocor (ICEO) transistor
1. Pertama lakukan kalibrasi dengan menset knob pemilih
ohmeter dengan menghubung cakupan pada cakupan yang
kedua colok meter dan tepat dari 1X sampai dengan
mengatur posisi jarum ke 0 Ω X1k.

Gambar 2-67. Pengenolan sebelum mengukur hambatan

2. Untuk transistor NPN tempatkan colok berwarna hitam pada kolektor


dan colok meter merah pada kaki emitor untuk transistor PNP
sebaliknya.
98

Posisi
Arus DC
emitor

basis

Gambar 2-68. Pengukuan arus bocor transistor NPN

3. Arus bocor dibaca pada skala ICEO yang diindikasikan skala (dalam
satuan µA, mA)

Skala
pembacaan
arus ICEO

Gambar 2-69. Posisi skala pembacaan ICEO

2.4.11. Pengukuran Dioda ( termasuk LED)


1. Atur 0 Ω dengan mengatur knob pemilih range, pada cakupan
yang tepat dari x1 sampai dengan x 100 K (1,5 µA).
2. Tempatkan colok meter hitam pada kaki Anoda dan colok meter
merah ke katoda pada saat pengukuran IF (arus bias maju).
99

Pasangkan colok hitam meter ke kaki katoda dan colok merah


meter ke kaki-kaki anoda pada mengukur IR (arus reverse).

Gambar 2-70.
Rangkaian
pengetesan LED
dengan ohmmeter

Posisi
selektor

Anoda

Katoda

Gambar 2-71. Pengukuran arus IF dioda bias maju


100

4. Baca harga nilai penunjukan meter dengan skala L1 (gerakan jarum


penunjuk cukup besar untuk IF dan kecil untuk IR).

Posisi
jarum

Gambar 2-72. Pengukuran arus IR dioda bias mundur

5. Nilai yang ditunjukkan pada skala LV selama pengukuran dioda bias


tegangan maju.
Skala
pembacaan
LV

Gambar 2-73. Posisi skala pembacaan LV


2.4.12. Pengukuran Kapasitor
Pengukuran kapasitor dengan setelah pengaturan nol Ω,
multimeter dilakukan dengan selanjutnya dilakukan seperti
prosedur sebagai di bawah ini. pada pengukuran resistansi.
1 Atur knob pemilih cakupan 3 Jarum akan bergerak ke skala
pada C(µF). penuh karena mendapatkan
2 Kapasitansi diukur dengan muatan dari arus meter. Oleh
menyentuhkan colok meter karena itu jarum akan bergerak
pada kaki kapasitor yang diukur naik (arah panah hijau),
101

kemudian kembali menuju nol jarum menunjuk harga


(arah panah biru). Nilai maksimum pada skala C(µF).
kapasitor dibaca pada saat

Gambar 2-74. Gerakan jarum pengukuran kapasitor


Skala C
(µF)

Gambar 2-75. Posisi skala kapasitor


2.4.13. Pengetesan Komponen 1. Tandai kutub positip baterai
Meter elektronik yang diproduksi meter adakalanya polaritas
dengan skala Ohmmeter daya baterai tidak sama dengan
tinggi dapat digunakan untuk polaritas colok meter. Termasuk
pengetesan dioda, transistor dan di dlamnya meter dalam
SCR daya rendah. pembahasan ini.
2. Melakukan kalibrasi ohmmeter
2.4.13.1. Pengetesan Dioda dengan menghubung singkat
Pengetesan dioda dilakukan untuk kedua colok meter, jarum
melihat konisi baik tidaknya dan penunjuk ditepatkan pada nol
atau untuk menentukan kaki melalui knob pengenolan jarum
elektroda dioda dengan benar. meter.
Pengetesan dioda dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut.
102

Diatur supaya jarum


nol

Gambar 2-76. Pengenolan jarum ohmmeter


3. Setelah mengetahui baterai adalah yang terhubung polaritas
positip pada colok hitam meter positip baterai (colok meter
dan polaritas negatip colok hitam) dan elektroda katoda
merah meter, polaritas baterai yang terhubung colok meter
positip dihubungkan dengan merah.
anoda sedangkan polaritas 5. Hubungan dibalik untuk
negatip pada katoda dioda. menguji bias balik dioda anoda
Dioda kondisi baik jika jarum yang semula mendapat positip
menyimpang menuju nol. baterai dihubungkan dengan
4. Jika semula tidak mengetahui polaritas negatip katoda
elektroda dioda maka pada saat sebaliknya. Dioda dikatakan
hubungan seperti tersebut di baik jika jarum meter tidak
atas maka elektroda anoda menyimpang.
103

Katoda

Anoda

Gambar 2-77. Pengetesan dioda bias maju

Gambar 2-78. Pengetesan dioda bias balik


104

2.4.13.2. Pengetesan Transistor


Pengetesan transistor dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Knob pemilh cakupan pengukuran pada posisi ohm X1 atau X100

Pososi
Ohmmeter

Gambar 2-79. Knob selektor posisi ohmmeter


2. Kalibrasi ohmmeter dengan menghubungsingkat kedua colok meter,
knob pengenolan meter diatur untuk mendapatkan pembacaan tepat
nol.

Diatur
supaya
jarum nol

Gambar 2-80. Gambar kalibrasi ohmmeter


105

3. Pengetesan transistor NPN 4. Transistor dalam kondisi baik


basis dihubungkan dengan jika jarum meter menyimpang
colok hitam (+ baterai) dan menuju nol.
emitor colok meter merah (-
baterai).

Gambar 2-81. Pengetesan transistor NPN emitor negatip meter nunjuk nol

5. Colok meter merah dipindahkan jika jarum meter bergerak


dari emitor ke kolektor, menuju nol.
transistor dalam kondisi baik

Gambar 2-82. Pengetesan transistor NPN kolektor negatip meter nunjuk nol

6. Colok meter hitam dipindahkan Transistor dalam kondisi baik


dari basis diganti dengan colok jika jarum penunjuk tidak
meter merah, colok meter hitam bergerak.
dihubungkan dengan emitor.
106

Gambar 2-83. Pengetesan basis emitor reverse


7. Colok meter hitam dipindahkan dalam kondisi baik jika meter
dari emitor ke kolektor, transistor tidak bergerak.

Gambar 2-84. Pengetesan basis kolektor reverse


2.4.13.3. Pengetesan SCR
Silicon Controlled Rectifier atau anoda sekaligus, sedangkan
lebih dikenal dengan SCR daya colok meter ,merah dihubungkan
rendah dapat diukur dengan dengan katoda. SCR dalam
menggunakan ohmmeter daya kondisi baik jika jarum meter
tinggi. Pengetesan dilakukan bergerak menuju nol. Jika tidak
dengan prosedur di bawah ini. maka sebaliknya.
1 Tempelkan colok meter hitam
(+baterai) dengan gate dan
107

Gambar 2-85. SCR Anoda gate dikopel katoda tegangan


negatip

2 Lepaskan gate dari colok meter tetap pada posisi menunjuk di


hitam sedang hubungan angka nol. Jika tidak maka
dengan anoda dipertahankan, sebaliknya.
SCR kondisi baik jika jarum
3 Jika semula tidak mengetahui
elektroda SCR, dapat
ditemukan dengan menandai
kaki yang dilepas jarum tetap
posisi menunjuk nol adalah
elektroda gate. Sedangkan
elektroda yang mendapatkan
colok meter hitam (+baterai)
anoda dan yang mendapat
colok merah (- baterai) adalah
katoda.
4 Berdasarkan pengetesan
tersebut dperoleh kesimpulan
untuk SCR type FIR 3D
mempunyai urutan elektroda
katoda (K), anoda (A) dan gate
Gambar 2-86. Gate dilepaskan (G).
posisi jarum tetap nol
108

G
K A
Gambar 2 – 87. Elektroda SCR FIR 3D

2.4.14. Perawatan
2.4.14.1. Mengganti Sekering
Jika beban lebih di atas tegangan 1. Lepaskan sekrup pengunci di
penyalaan (kira-kira 100 V) belakang case dan pindahkan
diberikan pada DC A dan range, 2. Posisi sekering di papan
sekering tidak berfungsi sebagai rangkain tercetak bagian dalam
pelindung rangkaian. meter.

Gambar 2 - 88. Pelepasan skrup pengunci sekring


109

Sekering

Gambar 2 - 89.b. Sekering

Gambar 2-89.a Posisi sekering dalam PCB


2.4.14.2. Perawatan Penyimpanan Meter
1. Penyimpanan mencegah kejutan berturut-turut pada multimeter dari
getaran oleh pembebanan pada sepeda motor atau sejenisnya.
2. Jaga multimeter dari debu kelembaban
3. Jangan meninggalkan multimeter untuk waktu yang lama di tempat
temperatur tinggi (lebih tinggi dari 55 o C) kelembaban tinggi (lebih
tinggi daripada 80 %) dan mengandung embun.

2.4.15. Perbaikan
Jika meter gagal digunakan lakukan pengecekan berikut sebelum dikirim
untuk di perbaiki

1. Apakah sekering tidak


putus? . Untuk meyakinkan
sekering tidak putus,
sekering dikeluarkan dari
tempatnya di papan
rangkaian dan dilakukan
pengetesan dengan
ohmmeter. Sekering tidak
putus jika jarum menyimpang
menuju nol. Gambar 2-90. Pengetesan sekering
110

2. Apakah baterai tidak habis ?.


Pengecekan dilakukan dengan
membuka meter dan mengukur
tegangan baterai. Baterai baik
jika jarum menyimpang dengan
harga penunjukkan mendekati
9Volt. Dalam pengetesan ini
baterai kondisi baik.

Gambar 2-91 Pengukuran baterai

Gambar 2-an Baterai

3. Apakah colok meter tidak


putus?
Pengecekan dilakukan dengan
mengetes konduksi colok meter
dengan ohmmeter. Pengetesan
meter ini kondisi colok baik tidak
putus.

Gambar 2-92. Pengecekan colok meter


111

2.5. Multimeter Elektronik Digital


Multimeter digital (Digital Multi cakupan pengukuran dan
Meter) tipikal ditunjukkan dalam polaritas sehingga dapat
gambar di bawah ini, mengurangi kesalahan
memperagakan hasil pengukuran pengukuran dan lebih jauh lagi
berupa angka diskrit ini lebih baik tidak ada kemungkinan kerusakan
dari pada penunjukan simpangan meter yang disebabkan oleh
jarum pada skala sebagaimana adanya beban lebih atau terbalik
yang digunakan pada instrument polaritasnya. Dalam beberapa
analog. DMM bertambah popular kasus disediakan hard copy hasil
karena harga instrument menjadi pengukuran dalam bentuk kartu
kompetitif. Keunggulan dibanding atau pita berlubang. Digital
meter analog hasil pengukuran multimeter sampai sekarang
terbaca langsung mengurangi masih terbatas dalam parameter
kesalahan manusia, kesalahan non linier tidak dapat diukur.Lebih
paralaks dan pengukuran lebih jauh lagi keakuratan sekarang ini
cepat. Pengembangan tidak sebanding dengan harganya.
selanjutnya adanya otomasi

2.5.1. Bagian-bagian Multimeter Digital


Pencacah / Peraga Pembentuk gelombang
Bagian ini terdiri pencacah 3 ½ masukan (Input Wave Shaper)
digit, memory, decoder dan Rangkaian ini difungsikan
piranti peraga. Bagian ini selama pengukuran frekuensi,
memiliki input, count, transfer perioda mengubah sinyal
dan reset. Dari bagian pencacah masukan ke dalam bentuk yang
juga memberikan keluaran untuk tepat untuk dihubungkan ke
mengontrol fungsi pengukuran rangkaian logic.
analog.
Time Control
Control Logic Fungsi bagian ini digunakan
Bagian ini berfungsi untuk memulai dan
membangkitkan pulse yang menghentikan pencacah pada
diperlukan oleh rangkaian untuk saat pengukuran.
perputaran masukan, dihitung
dan mengontrol fungsi Voltmeter dan Pengubah
pencacah. Analog ke Digital
Bagian ini berisi rangkaian
Master Clock impedansi masukan yang tinggi,
Rangkaian ini terdiri kristal penyearah, pengubah tegangan
osilator, pembagi frekuensi ke waktu dual-ramp digunakan
untuk pewaktuan semua untuk pengukuran tegangan dan
pengukuran. resistansi. Prinsip perubahan
tegangan analog ke digital
dijelaskan di bawah ini.
112

Pengubah Analog ke digital


Karena prinsip kerja dari Satu dari metode pengubah
rangkaian digital adalah 0 dan 1 analog ke digital yang paling
atau ada dan tidak ada tegangan sederhana menggunakan tiga
maka untu sinyal analog yang elemen utama yaitu pencacah ,
bersifat kontinyu harus diubah pengubah digital ke analog dan
kedalam bentuk diskrit. Alat ini komparator dirangkai seperti
dinamakan pengubah analog ke gambar 2-93. . Untuk
digital atau ADC (Analog to digital kesederhanaan kontrol logika
converter). dihilangkan dari diagram.

Counter 4 bit
clock Keluaran digital
8 4 2 1

A3
Reset A2
A1
Keluaran komparator
=1 bila Va≥ Vb Ao

Vb
- Pengubah Digital
ke Analog (DAC)
+
Masukan
Sampel
analog
& hold Va
Gambar 2-93 Pengubah analog ke digital

Pada siklus awal counter direset AND enable mengikuti pulsa-pulsa


sehingga memberikan keluaran clock yang masuk pencacah.
nol. Demkian juga keluaran Pencacah menghitung diawali dari
pengubah digital ke analog Vb = 0 nol. Setiap menghitung keluaran
volt, ini diaplikasikan pada salah tegangan pengubah digital ke
satu masukan komparator. analog Vb bertambah satu tangga
Tegangan analog masukan (Gambar 2-94). Ini akan berlanjut
diberikan melalui rangkaian sampai tangga bentuk gelombang
sampel hold keluarannya Va melampuai nilai tegangan sinyal
diumpankan pada masukan lain analog Va, pada saat inilah
dari komparator. Sepanjang keluaran komparator nol gerbang
tegangan analog Va masih lebih disable dan menghentikan
besar dari Vb keluaran komparator perhitungan pencacah.
akan berlogika 1 dan gerbang
113

6
Keluaran
5 pencacah 0101

0
0 1 2 3 4 5 6 7

Gambar 2-94 Bentuk gelombang pencacah pengubah analog ke digital

Unit resistansi dan kapasitansi


Terdiri dari sumber arus Hubungan pengawatan antar blok
digunakan untuk pengukuran tergantung fungsi yang akan
resistansi dan kapasitansi, juga dibangun.Pengawatan tergantung
rangkaian yang diperlukan untuk fungsi yang diinginkan.
mengubah kapasitansi ke dalam
fungsi waktu.

Display

Memory

control
logic Pencacah

Input
Attenuattor wave Master
shaper clock

Gambar 2-95. Meter digital


114

2.5.2. Spesifikasi Digital Multimeter


Ada beberapa paremeter
multimeter digital yang dapat Dalam praktek digit ke 4
dijadikan sebagai dasar penilaian biasanya tepat menunjuk hanya
kualitas meter. Parameter tersebut 0 atau 1, yang ditempatkan pada
antara lain : kiri atau digit aktif. Ini
mengijinkan kira-kira 999 sampai
1. Resolusi Meter Digital 1999 overlap secara bebas. Dan
Banyaknya posisi digital yang ini disebut ‘over ranging’. Type
dipakai pada suatu meter digital display demikian disebut
menentukan nilai resolusi. Jadi sebagai display 3½ digit.
display 3 digit pada volt meter Resolusi suatu meter digital,
digital (DVM) untuk cakupan 0 – bagaimanapun ditentukan oleh
1 V, akan mudah menunjukkan banyaknya digit yang aktif
nilai dari 0 sampai 999 mV, penuh.
dengan kenaikan atau resolusi
terkecil sebesar 1 mV.

Jika n = banyaknya digit penuh (perubahan 0-9) resolusinya sebesar


1
n
10

Maka suatu display 4 digit mempunyai sebuah resolusi sebesar


4
⎛1⎞
⎜ ⎟ atau 0,0001 atau 0,01 persen. Resolusi ini juga dianggap
⎝ 10 ⎠
sebagai satu bagian dalam 10.000.

2. Sensitivitas Meter Digital


Sensitivitas adalah perubahan 3. Spesifikasi Akurasi Meter
terkecil dari suatu input meter Digital
digital yang mudah dilihat. Akurasi biasanya dinyatakan
Dengan demikian sensitivitas sebagai persentase dari
merupakan tegangan terendah pembacaan ditambah
dari skala penuh dikalikan oleh persentase dari skala penuh,
resolusi alat ukur (meter). bagian persentase dari skala
Sensitivitas s = (f.s)min x R. penuh sering diberikan dalam
Dimana (f.s)min = nilai terendah bentuk digit. Apabila bekerja
dari skala penuh alat ukur dan digit ditunjukkan pada
R = Resolusi yang ditulis signifikasi digit terkecil (LSD).
sebagai desimal.
115

Contoh kasus 1
a. Berapa resolusi dari display 3½ digit ?
b. Cari resolusi alat ukur 3½ digit pada cakupan 1
V (berapa pabrik dapat menentukan cakupan
seperti 2V dari 3½ digit dapat mencacah
sampai 1999 mV.
c. Cari resolusi alat ukur untuk cakupan 10V ?

Penyelesaian :
1 1
Angka digit penuh pada 3½ digit = 3 jadi % resolusi = = =
10 n
10 3
0,001 (0,1%).
Jadi meter (alat ukur) tidak dapat membedakan antara nilai yang
dibedakan dari yang lain bila kurang dari 0,001 skala penuh.
a. Pembacaan skala penuh 1.000 resulusi pada cakupan 1V = 1x0,001
= 0,001 V
jadi dalam cakupan 1V, ini tidak akan dapat membedakan antara
pembacaan yang berbeda kurang dari 0,001 V.
b. Pembacaan skala penuh 10V ini akan terjadi kesalahan baca kurang
dari 0,01 V (tidak dapat membedakan perbedaan kurang dari 0,01V).

Contoh kasus 2
Sebuah voltmeter 4½ digit digunakan untuk mengukur tegangan.
a. Berapa resulusinya ?
b. Berapa penunjukan untuk mengukur 12’98 pada cakupan 10V ?
c. Berapa pula jika 0,6973 didisplaykan pada cakupan 1V ?
d. Berapa akan didisplay 0,6973 pada cakupan 10V ?

Penyelesaian :
a. Pada digit penuh, 4½ digit terbaca 4 angka
1
Jadi resulusi = = 0,0001 atau 0,01 %
10 4
b. Bila ada 5 digit ditempatkan dalam 4½ digit didisplay, maka 12,98 V
akan didisplay sebagaimana 12,980 pada skala 10 V
c. Resulusikan lagi pada cakupan 1 V = 1 x 0,0001= 0.0001 V.
Maka cakupan 1V akan terbaca pada desimal ke 4, disini 0,6973 V
akan didisplay pada 0,6973 dalam cakupan 1 V.
d. Resulusikan lagi pada cakupan 10 V =10 x 0,0001=0.1 mV.
Maka pada cakupan 10V akan terbaca hanya desimal ke 3.
Digit 3 dalam desimal yang ke 4 akan hilang. Digunakan cakupan
pendekatan, yaitu 1 V,digit 3 dapat diterima dalam pembacan.
116

Contoh kasus 3
Spesifikasi ketepatan 3½ digit DVM adalah ± 5% pada pembacaan ± 1
digit.
a. Kemungkinan apa yang terjadi pada kesalahan Volt, apabila pada
instrumen terbaca 5,00 V pada cakupan 10 V?
b. Apa yang mungkin terjadi kesalahan pada Volt, apabila terbaca
0.10 V pada cakupan 10 ?
c. Berapa persenkah pembacaan kesalahan ini yang diperbolehkan ?

Penyelesaian :
a. 0,5% terbaca = 0,005 x 5,00 = 0,025
didisplay untuk pembacaan 5,00 V Pada skala 10 V pada treter 3½
digit adalah 05,00 dengan kedudukan 4 digit. Digit pada LSD bernilai
0.01.Jadi kemungkinan kesalahan total adalah 0,025+0,01 = 0,035 V.
b. Jika pembacaan 0,10 V pada cakupan 10 V kita peroleh ± 5%,
pembacaannya = 0,005 x 0,10 = ± 0,0005 V ± 1 digit = 0,01 V
• Kemungkinan kesalahan seluruhnya = ± 0,0105
00105
c. Persen kesalahan adalah = = 10,5 %
0,100
Ini adalah suatu kesalahan besar dan mendemostrasikan bahaya
yang terpadu dalam pembacaan skala yang rendah.

Tabel 2-10. Spesifikasi multimeter digital


Pengukuran tegangan DC indikasi polaritas otomatis
Resistansi input 11,1 MΩ
Cakupan pengukuran 199,9 mV sampai 199 Volt akurasi ± 0,1 %
Deviasi skala penuh (fsd) ± 0,2 % dari pembacaan
Pengukuran tegangan AC
Impedansi input 10 M Ω paralel dengan kapasitor 25 pF
Cakupan pengukuran 199,9 mV sampai 199, Volt akurasi ± 0,1 %
pengukuran harga rata-rata dikalibrasi rms
Deviasi skala penuh ± 0,5 % dari pembacaan
Pengukuran frekuensi
Cakupan frekuensi 50 Hz sampai 10kHz ± 1 %
50 sampai 50 kHz ± 5 %
Pengukuran resistansi
Cakupan pengukuran 1,999 K Ω sampai 1,999 MΩ akurasi ± 0,1 % fsd
dan
± 0,5 % dari harga pembacaan
Pengukuran kapasitansi
Cakupan pengukuran 1999 pF sampai 1,999 µF akurasi ± 0,1 % fsd dan
± 0,5 % dari harga pembacaan
Penghitung waktu
Cakupan frekuensi 0 sampai 5 MHz
Interval perioda min 20 µs
117

2.5.3. Prinsip Dasar Pengukuran


2.5.3.1. Voltmeter
Digital voltmeter (DVM) kombinasi rangkaian integrator.
menggunakan sebuah pengubah Pada saat siklus pengukuran
tegangan analog ke digital (ADC) dimulai kapasitor C1 melakukan
kemudian tegangan masukan DC pengosongan muatan. Tegangan
diolah menjadi bentuk biner yang masukan integrator dihubungkan
dikodekan dalam decimal (BCD). ke masukan tegangan negatip (-
Kebanyakan voltmeter digital atau V1), sehingga kapasitor C1 mulai
digital multimeter menerapkan mengisi dengan arus – (V1/R1).
integrator dual-slope sebagai Sementara itu keluaran integrator
rangkaian ADC, karena DVM dual- V01 mulai naik meninggalkan nol
slope atau DMM relative lebih dan pencacah mulai menghitung
tahan terhadap nois tegangan pulsa clock dari pembangkit sinyal
masukan, juga kesalahan kecil. clock 100 KHz. Pengisian muatan
Dalam sistem DMM dengan C1 berlangsung sampai
pengubah analog ke digital dual perhitungan pencacah mencapai
ramp (atau dual slope) yang 2000 ( misal untuk 2K/100K atau
banyak digunakan ditunjukkan 20ms). Pada akhir perioda ini
pada gambar 2-94. Penguat Op beda tegangan kapasitor C1 akan
Amp A1, R1 dan C1 merupakan menjadi sama dengan

Vc = (Vi T1) / (R1C1) ……………………………….. (2 - 19 )

Jadi V1T1 = Vref T2 atau Vi = (T1/T2) Vref


Peraga
Pembacaan

Decoder
saklar

1 Pembangkit
Ein V-
R1 clock Penghitung

2 B E
Intgtr D A
Store
A1 Control Pembagi
3 Ref pos Com p
A2 logic :2
V+

C1
a. Sistem Pengukuran tegangan
118
20 ms

pewaktuan
0 t1
T1
t2
T2

Keluaran
Vy
Integrator

D
Keluaran
Komparator

Store
E

b. Bentuk bentuk tegangan


Gambar 2-96. Sistem pengukuran tegangan (Hai Hung Chiang : 1976)

Kondisi nol volt diindera oleh Istilah 3 ½ digit atau 4 ½ digit


komparator, hingga menyebabkan untuk produk DVM atau DMM,
control logic mensaklar masukan didasarkan pada fakta bahwa nilai
kapasitor ke tegangan nol digit tertinggi hanya 0 atau 1,
(ground) hal ini dimaksudkan sementara untuk semua digit yang
untuk mencegah terjadinya lain dapat berada antara 0 dan 9.
perubahan muatan pada Terminologi demikian
kapasitor. menunjukkan bahwa meter dapat
Pada saat yang sama control membaca 100% cakupan
logic memberi komando pada pengukuran dari cakupan dasar.
pencacah untuk menyimpan hasil Misal voltmeter 3 ½ digit membaca
perhitungan. Tegangan referensi 0 – 1,999 mV, sementara cakupan
dapat dipilih untuk mendapatkan dasar hanya 0 – 999 mV. Jika
cakupan pengukuran yang tepat. cakupan ini dilampaui digit 1
Misalnya tegangan referensi 2 V, (overflow) akan menyala,
cakupan pengukuran 2 V sebaliknya tetap gelap. Digital
meskipun hanya memungkinkan voltmeter biasanya memiliki
untuk memperagakan nilai dari 0 resistansi masukan lebih dari 10
sampai 1,999 V. Pencacah akan MΩ dengan ketelitian lebih baik
selalu menghitung sampai dari ± 0,2% dari harga
mencapai keadaan semua nol, pembacaan.
kemudian siklus pengukuran
diulang.
119

2.5.3.2. Ohmmeter
Sistem pengukuran resistansi Oleh karena itu sistem ini hanya
ditunjukkan pada gambar 2-97. dapat digunakan untuk mengukur
Metode yang digunakan dengan R dalam cakupan 100Ω sampai
melewatkan arus pada R yang 100KΩ dengan tingkat ketelitian
tidak diketahui besarnya, yang cukup.
kemudian diukur besarnya
tegangan drop pada R tersebut.

I tetap

Voltmeter

R tak
diketahui

Gambar 2-97. Pengukuran resistansi dengan voltmeter digital

2.5.3.3. Pengukuran Frekuensi


Sinyal yang akan diukur pembangkit pulsa untuk
frekuensinya kita hubungkan ke membangkitkan komando store
rangkaian input wave shaper , atau reset. Asumsikan bahwa
dalam bagian ini sinyal diperkuat pencacah telah diatur nol, urutan
atau dibatasi tergantung besarnya operasinya sebagai berikut.
amplitude sinyal masukan. Gerbang pencacah dilumpuhkan
Kemudian sinyal diubah ke dalam untuk satu perioda clock dengan
bentuk (A) gelombang kotak keluaran dibagi dua. Shaped input
dengan tegangan 5 Vp-p. waveform dihubungkan ke
Frekuensi mater clock (B) pencacah sehingga menghitung
mempunyai perioda yang sama junlah siklus selama satu perioda
dengan durasi perhitungan yang clock. Pada akhir perioda sinyal
dipilih. Misalnya jika durasi pewaktu berada pada ujung
penguuran dipilih 10 ms, dipilih menuju negatip ( C) menyebabkan
frekuensi 100Hz. Gerbang generator pulsa membangkitkan
penghitung akan terbuka untuk dua pulsa berturut turut. Pulsa
waktu benar, frekuensi clock pertama mengkomando (E)
dibagi dua (C) sebelum diterapkan pencacah untuk menyimpan dan
ke gerbang penghitung dan juga memperagaan keadaan bagian
untuk mengontrol rangkaian penghitung. Pulsa kedua (F)
120

mereset bagian penghitung positip. Dengan demikian maka


sehingga keadaan nol untuk peraga hasil hitungan akan selalu
operasi pada siklus berikutnya. diupdate sengan frekuensi
Proses ini akan restart bila sinyal masukan yang konstan dihasilkan
pewaktu ( C) kembali berayun ke pembacaan yang stabil.
Peraga

A
D Decoder /
BCD
Vin Sinus
Gerban
g Pencacah
kotak AND

B Store E F
Reset
Clock Pembagi Pembangkit
generator frekuen pulsa
C

Masukan

F
Gambar 2-98. Sistem dan bentuk gelombang pengukuran frekuensi
121

2.5.3.4. Pengukuran Perioda dan Interval Waktu


Perbedaan besar antara dan reset sama seperti pada
pengukuran perioda dan frekuensi pengukuran frekuensi. Perioda
adalah penempatan clock pengukuran difasilitasi untuk
generator dan input wave shaper frekuensi rendah dimana
berlawanan seperti ditunjukkan penghitungan menjadi tidak
pada gambar. Sebagai pengganti akurat. Misal frekuensi 5Hz diukur
jumlah siklus selama satu perioda dengan perioda perhitungan 1 s
clock, jumlah pulsa clock selama hanya dapat diukur dengan
satu siklus masukan yang ketelitian ± 1 siklus atau ± 20%.
diberikan. Sebagaimana Dengan mengukur perioda 200 ms
pengukuran frekuensi , bentuk ketelitian dapat ditingkatkan.
gelombang masukan diubah Dalam kenyataannya keakuratan
dalam bentuk gelombang kotak dapat diberikan lebih baik dari
(A) oleh input wave shaper. pada ± 0,1% tanpa noise pada
Deretan gelombang kotak ini bentuk gelombang yang diukur.
dibagi dua ( B) dan diumpankan Perbedaan antara fungsi
pada gerbang penghitung dan ke pengukuran perioda dan waktu
pulse generator. Keluaran clock adalah perioda diukur secara
generator juga diberikan ke kontinyu pada sepanjang siklus,
gerbang penghitung sehingga sedangkan waktu diukur sebagai
pada saat terhalangi masukan, interval antara dua impulse yang
pulsa clock (C) diumpankan ke diberikan secara terpisah.
pencacah. Fungsi store, display
Peraga

Gambar 2-99. Sistem dan bentuk gelombang


pengukuran perioda (Hai Hung Chiang : 1976) Decoder /
BCD

Clock C
generator Gerbang
Pencacah Pencacah

A D reset
B save E
Masukan Sinus Pembagi Pembangkit
frekuensi pulsa
kotak
122

Masukan

Gambar 2-100. Sistem pengukuran


interval waktu
Decoder /
BCD
Pembangkit
Gerbang
clock Pencacah
AND
Pencacah

store reset
run
Pembangkit
Timer control
stop pulsa
Prime

2.5.3.5. Kapasitansimeter
Jika arus I dan tegangan V katerkaitan antara waktu drop
konstan mempunyai hubungan C tegangan pada kapasitor, diberi
= (I t /V), juga kapasitansi C = kt, k muatan dengan sumber arus
adalah konstanta dan t waktu. konstan, mencapai level tegangan
Hubungan sederhana ini yang telah ditentukan.
memberikan gambaran Implementasi metode ini
kemungkinan mengukur diilustrasikan pada gambar.
kapasitansi dengan membuat
123

Decoder /
BCD

Pencacah
Pembangkit
Clock

A C
B

Tegangan d/dt
acuan Pembagi
komparator frekuensi

Pewaktuan

20 ms

Pewaktuan

Tegangan
A
acuan

Keluaran B
komparator

store C

Gambar 2-101. Sistem dan bentuk gelombang


pengukuran kapasitansi (Hai Hung Chiang : 1976)
124

2.5.4. Petunjuk Pengoperasian

1. Pengukuran Tegangan DC

• Selektor ditempatkan pada posisi tegangan DC


• Colok colok merah pada meter positip dan colok hitam pada polaritas
negatip.
• Cakupan batas ukur dipilih tertinggi bila pembatas cakupan tidak
otomatis.
• Setelah yakin semua benar power meter di onkan.

2. Pengukuran Tegangan AC

* Selektor di tempatkan pada posisi


tegangan AC.
* Cakupan batas ukur dipilih pada
posisi terbesar jika pembatas
cakupan tidak otomatis.
* Colok merah ditempatkan pada
polaritas positip dan hitam pada
negatip.
* Bila sudah yakin benar, baru power
di onkan.
* Satuan diperhatikan agar tidak salah
dalam membuat data pengukuran.

Gambar 2-102. Macam-macam meter digital


3. Pengukuran Ohmmeter
* Selektor di tempatkan pada posisi Ohmmeter.
* Colok merah ditempatkan pada polaritas positip dan hitam pada
negatip.
* Bila sudah yakin benar, baru power di onkan.
* Satuan diperhatikan agar tidak salah dalam membuat data
pengukuran.
125

4. Fungsi Lain-lain
Selain sebagai AVO meter tiap multimeter mempunyai variasi
pengukuran yangberbeda-beda. Secara umum penggunaan
multimeter digital dengan langkah sebagai berikut :
• Sisipkan probe ke dalam hubungan yang benar sesuai
fungsinya. Langkah ini diperlukan karena kemungkinan ada
sejumlah hubungan berbeda yang dapat digunakan.
• Atur saklar pada jenis pengukuran dan cakupan pengukuran
yang benar. Pada saat memilih cakupan yakinkan bahwa telah
diantisipasi pada cakupan maksimum. Cakupan pada multimeter
digital dapat direduksi bilamana diperlukan. Oleh karena itu
dengan pemilihan cakupan yang terlalu tinggi dapat mencegah
pembebanan meter.

• Mengoptimumkan cakupan pengukuran untuk mendapatkan


pembacaan yang baik.
Pada pembacaan yang lengkap lebih bijaksana diperhatikan
tempat probe dalam soket pengukuran tegangan dan atur cakupan
tegangan maksimum. Cara ini aman jika meter dihubungkan tanpa
memikirkan cakupan yang digunakan sepanjang harga maksimum
besaran yang diukur dibawah cakupan maksimum meter.

2.5.5. Mengatasi Gangguan Kerusakan

1. Peraga Mati 2. Peraga Secara Permanen Over


• Dilakukan pengecekan polaritas range
baterai kemungkinan salah • Kemungkinan titik acuan open
dalam pemasangan. • Kemungkinan polaritas
Pengawatan hubungan peraga tegangan 9V salah pasang
dan periksa meter. • Tegangan masukan melebihi
• Dilakukan pengecekan baterai cakupan pengukuran
apakah masih dalam kondisi • Tegangan common mode
baik. melampaui
• Dilakukan pengecekan peraga, • Meter mungkin jatuh, terpukul
diuji secara tersendiri. lakukan pengetesan tersendiri.

3. Peraga secara intermitten over 4. Hasil pembacaansemua logik


range rendah
• Titik acuan kemungkinan open • Kaki common mungkin
• kemungkinan sinyal masukan terground
mengambang • Tegangan acuan tidak
• masukan tegangan bukan dc terhubung dengan baik
• potensiometer pengatur
penguatan tidak baik
126

5. Peraga tidak dapat dibaca 000 6. Tidak siap pembacaan


* sistem pengawatan loop power
* masukan tidak mungkin 0.0 V terhubung griund
* kemungkinan loop pengawatan * sumber daya regulasi jelek
sinyal input terhubung grond • sinyal input berlebihan
• Terdapat medan magnit yang
kuat disekitar meter

Perkembangan Multimeter Digital

DMM dengan selektor DMM cakupan otomatis

Gambar 2-103. Multimeter digital dengen selektor dan otomatis


127

Multimeter Digital Otomotif

Meliputi :
Sensor tes, pengetesan ground, baterai,
alternator,
tes sistem pengisian, Pengukuran RPM

Multimeter Otomotif

Akurat untuk mengukur RPM 2- dan 4-


stroke
Mesin otomotif 1 – 8 silinder
dengan menggunakan pick up induktif

Digital multimeter cakupan otomatis

41 tes cakupan oto power off


Pengukuran frekuensi, duty cycle

Digital multimeter cakupan otomatis

15 fungsi dan 32 otorange


295A

Gambar 2-104. Macam-macam multimeter digital di pasaran


129

BAB 3 LCR METER

Tujuan Pokok Bahasan :


1. Memahami prinsip dasar
pengukuran RCL metode jembatan 1. Prinsip dasar pengkuran LCR
keseimbangan. 2. Meter jembatan seimbang
2. Memahami tindak keselamatan Cara Penggunaan dan Perawatan
pemanfaatan LCR meter LCR meter
3. Melakukan pembacaan hasil
pengukuran komponen R,C,L
dengan meter LCR meter

3.1. Prinsip Dasar Pengukuran Komponen LCR


3.1.1. Prinsip pengukuran Resistansi
Prinsip dasar pengukuran resistor galvanometer. Jempatan
dengan LCR-740 Bridge adalah wheatstone dikatakan setimbang
Jembatan WHEATSTONE. apabila beda tegangan pada
Jempatan wheatstone mempunyai galvanometer adalah nol volt,
empat lengan tahanan, sebuah berarti disini tidak ada arus yang
sumber ggl dan sebuah detector mengalir melalui galvanometer.
nol yang biasanya berupa
A

I1 I2
R1 R2
E
C G D
R3 R4
I3
I4

Gambar 3 – I Jembatan Wheatsone

lni terjadi apabila tegangan C ke ke B sama dengan tegangan dari


A sama dengan tegangan dari D D ke B. Dalam hal ini dapat
ke A, atau jika tegangan dari C dituliskan:

I1 R1 = I 2 R 2............................................................... ( 3 – 1 )

Jika arus galvanometer menunjuk nol, maka :


130

E
I1= I 3= --------------------------------------- ( 3–2)
R1+ R 3

E
I2= I 4= --------------------------------------- ( 3–3)
R2+ R 4

Dengan mensubstitusikan persamaan ( 3 – 2 ) , ( 3 – 3 ) dan (3 – 1 ),


maka didapatkan :

I1 E /(R1+R3)
=
I2 E / (R2+R4)

I1 R2 + R4
=
I2 R1 + R3

I1 ( R 1 + R 3 ) = I 2 ( R 2 + R 4 )

Jika I2 dari persamaan (3 -1) dimasukam, didapatkan :


I1 R1
I1 ( R 1 + R 3 ) = . R2 + R4
R2

I1R1R4
I1 R1 + I1 R3 = I1 R1 +
R2
I1R2R3 = I1R1R4
R2 R3 = R1 R4 ...................... ( 3 – 4)
Persamaan 3 – 4 merupakan salah satu dari tahanannya tidak
bentuk kesetimbangan jembatan diketahui dan salah satu
Weatstone. Apabila ketiga tahanannya tidak diketahui misal
tahanan tersebut diketahui dan R4 = Rx , maka :

R2 R3
Rx = -------- .......(3 – 5)
R1
R3 disebut lengan standar jembatan
R1 dan R2 disebut lengan – lengan pembanding
131

3.1.1.2. Jembatan Kelvin


Jembatan wheatstone dilakukan dengan harapan agar
mempunyai keterbatasan bila menghasilkan ketelitian yang
digunakan untuk mengukur lebih tinggi bila digunakan untuk
tahanan rendah, dengan mengukur tahanan-tahanan
demikian maka jembatan rendah, biasanya dibawah 1
wheatstone dimodifikasi menjadi Ohm.
jembatan kelvin. Hal tersebut

R2 R1
Keterangan :
R1 : tahanan lengan 1
R2 : tahanan lengan 2
G R3 : tahanan lengan 3
Rx : Tahanan yang diukur
Ry : tahanan variable dari
seutuas kawat yang
terminalkan pada titik m,
R3 m p n RX p dan n

Ry

E
Gambar 3 – 2 Jembatan Kelvin
Gambar 3-2 Ry menyatakan jembatan R3 dan hasil
tahanan kawat penghubung dari pengukuran Rx akan lebih kecil
R3 ke Rx. Jika galvanometer dari yang sebenarnya. Apabila
dihubungkan ke titik m, tahanan galvanometer dihubungkan ke
Ry dari kawat penghubung titik p (diantara titik m dan n)
dijumlahkan ke tahanan Rx yang sehingga perbandingan tahanan
tidak diketahui dan menghasilkan dari n ke p dan dari m ke p sama
Rx yang lebih besar. Jika dengan perbandingan
dihubungkan ke titik n, Ry tahanan-tahanan R1 dan R2 atau
dijumlahkan dengan lengan jika ditulis :

Rnp R1
---------- = ------- …………………… (3 – 6)
Rmp R2

maka persamaan setimbang untuk jembatan :


R1
R + R = ( R + R ) .................. (3 - 7)
x np R2 3 mp
132

R + R = R
np mp y
R1
R = R
np R2 mp Keterangan :

R1 Rnp ; Tahanan antara titik m dan p


= (R − R ) Rmp : tahanan antara titik m dan p
R2 y np
Ry : Rmp + Rnp
R1 R1
= R − R
R2 y R 2 np
R1 R1
R + R = R
np R 2 np R2 y
R1 R R
R (1 + ) = 1 4
np R2 R2
R1 R y 1
R = .
np R2 1 + R1/ R 2
R1 R y
R =
np R 2 + R1

sedangkan Rmp bila dihitung dengan cara yang sama akan didapatkan :
R1 R y
R =
mp R1+ R 2
Jika harga Rnp dan Rmp dimasukkan dalam persamaan (3 – 7), maka
didapatkan :
R1 Ry R R2 Ry
R = 1 (R + ).........
..........
..........
....(3- 8)
x + R +R R2 3 R +R
1 2 1 2

Apabila persamaan ( 3 - 8 ) disederhanakan, maka didapatkan

R1 R y R1 R 3 R1 R 2 R y
R + = +
x R1 + R 2 R2 R 1R 2 + R 2R 2
133

R1 R 3 R1 R 2 R y R1 R y
R = + -
x R2 R1 + R 2 R1 + R 2
R1 R 3
R = ...................................................................( 3 - 9)
x R2

3.1.1.3. Jembatan Ganda Kelvin


Jembatan ganda kelvin digunakan Gambar adalah lengan a dan b).
secara khusus untuk Perlu diketahui bahwa
pengukuran-pengukuran tahanan perbandingan tahanan a dan b
rendah. Rangkaian tersebut sama dengan perbandingan R1,
dinamakan jembatan ganda, dan R2.
karena rangkaian mempunyai
pembanding lengan ke dua (dalam

R2 R1

G o
l
p
R3
R
b a

m n
Ry

Gambar 3 – 3 Jembatan ganda Kelvin

Galvanometer akan menunjuk nol bila potensial di titik k sama


dengan potensial di titik p atau Ekl = Elmp.
134

R2
E = E
kl R1 + R 2
R (a + b) R
I { R3 + R + }
2 y
E =
kl R +R x (a + b + R )
1 2 y
(a + b) R
b y
E = I [ R3 + { }]
lmp a+b (a + b + R )
y
Ekl = Elmp, maka Rx dapat ditentukan :
R (a + b) R
2 I { R3 + R +
y
}=
R +R x (a + b + R )
1 2 y
(a + b) R
I { R3 +
b
.
y
}
a + b (a + b + R )
y
Bila R2 /(R1 + R2 ) dipindah ruas, maka :
(a + b) R R +R bR
R3 + R x +
y
= 1 2 { R3 +
y
}
(a + b + R ) R (a + b + R )
y 2 y
(a + b) R R R R +R bR
y y
R3 + R x + = 1 3 + R3 1 2 .
(a + b + R ) R R (a + b + R )
y 2 2 y
R R R bR bR (a + b) R
1 3 + 1 . y y y
Rx = + -
R R (a + b + R ) (a + b + R ) (a + b + R )
2 2 y y y
R R R bR bR - aRy - b R
1 3 1 y y y
Rx = + . +
R R (a + b + R ) (a + b + R ) (a + b + R )
2 2 y y y
R R R bR -a R
1 3 + 1 . y y b
Rx = .
R R (a + b + R ) (a + b + R ) b
2 2 y y
R R bR R
1 3 + y a
Rx = ( 1 - )......... .......... .......( 3 − 10)
R (a + b + R ) R b
2 y 2

Sesuai dengan syarat awal yang sudah ditetapkan :


a/b = R1/R2, maka persamaan (VII - 10) dapat ditulis :
135

R1 R 3
R = .......... .......... .......... .......... .......... .......... .(3 - 11)
x R2

3.1.2. Prinsip Dasar Pengukuran L


3.1.2.1. Jembatan Pembanding Induktansi
Secara prinsip jembatan arus bolak-balik dapat digunakan untuk
mengukur induktansi yang tidak diketahui dengan membandingkan
terhadap sebuah induktor standar yang diketahui. Gambar 8-2
menggambarkan jembatan pembanding induktansi; R1 dan R2 adalah
lengan-lengan pembanding, sedang lengan standar adalah LS seri
dengan RS, yang mana LS adalah induktor standar kualitas tinggi dan
RS adalah tahanan variabel. Lx adalah induktansi yang belum
diketahui dan Rx adalah tahanannya.

R2
R1
Keterangan :
Ls : Induktansi
Detekt standar

E ~ LS Lx
Lx : Induktansi yang
diukur

Rs RX

Gambar 3 – 4 Jembatan pembanding induktansi


Apabila lengan-lengan dari dinyatakan dalam bentuk
jembatan pembanding induktansi kompleks, maka :

Z1 = R1 Z3 = RS + jωLS
Z2 = R2 Z4 = Rx + jωLx
Dalam setimbang, maka :
Z 1 . Z4 = Z 2 . Z3
R1 ( Rx + jω Lx ) = R2 ( RS + jω Ls )
R1Rx + R1jω Lx = R2Rs + R2 jω Ls …………… (3 – 12)
136

Dua bilangan kompleks adalah adalah sama. Dengan


sama, apabila bagian-bagian nyata menyamakan bagian-bagian nyata
dan bagian-bagian khayalnya dari persamaan (3 – 12), maka :

R1 Rx = R2 RS
R2
Rx = R S ……. …………………… (3 – 13)
R1
Sedangkan bagian–bagian khayalnya :
R1 jω Lx = R2 jω Ls
R2
Lx = L S …….………….……………(3 – 14)
R1
3.1.2.2. Jembatan Maxwell
Jembatan Maxwell digunakan kapasitansi yang diketahui.
untuk mengukur induktansi yang Gambar 3 – 5 menggambarkan
belum diketahui dengan rangkaian jembatan Maxwell.
membandingkan terhadap

R1
R2
C1

~ E
Detektor

LX
Keterangan :

Lx induktansi yang
Rs diukur
RX Rx adalah tahanan
kumparan Lx

Gambar 3 – 5 Jembatan Maxwell

Apabila lengan-lengan dari jempatan Maxwell dinyatakan dalam


bentuk kompleks, maka :
1
Z1 = Z3 = R3
1/ R1 + jwC1
137

Z2 = R 2 Z4 = RX + jwl x
Dalam keadaan seimbang, maka
Z1Z4 = Z2Z3

Z2Z3
Z4 =
Z1

RX + jwL x = R2R3 ( 1/R1 + jwC 1 )


R2R3
RX + jwLx = + R2R3jwC1…… (3 – 15)
R1
Jika bagian nyata dan bagian khayalnya dipisahkan, maka didapatkan

R2R3
RX = …………………………… (3 - 16)
R1
J w Lx = R2 R3 jwC1

Lx = R2R3 C1 ………… (3 – 17)

3.1.2.3. Jembatan Hay


Jembatan Hay digunakan untuk 1 < Q < 10 ).ini dapat ditunjukkan
mengukur induktansi yang belum dengan memperhatikan syarat
diketahui dengan membandingkan setimbang dari jembatan arus
terhadap kapasitansi yang bolak-balik bahwa jumlah sudut
diketahui. Jadi pada prinsipnya fasa satu pasang lengan yang
sama dengan jembatan maxwell, berhadapan harus sama dengan
bedanya pada jembatan maxwell jumlah sudut fasa pasangan
lengan pertama C1 paralel dengan lainnya. Sedang jembatan hay
R1, sedang pada jembatan hay C1 dapat digunakan untuk pengukuran
seri dengan R1. Pada jembatan kumparan-kumparan dengan Q
maxwell terbatas pada pengukuran yang tinggi.
kumparan dengan Q menengah (
138

R1
R2
C1
E
~
Detektor

Lx
Rs

Rx

Gambar 3 – 6 Jembatan Hay

Apabila lengan-lengan dari jembatan hay dinyatakan dalam bentuk


kompleks, maka :

Z = R - j/ωC Z = R
1 1 1 3 3
Z = R Z = R + j ωL
2 2 4 x x
Dalam keadaan setimbang, maka :
Z Z = Z Z
1 4 2 3
(R - jωC )( R + jωL ) = R R
1 1 x x 2 3
jω R L
R R + R jω L - x + x = R R .................(3 − 18)
1 x 1 x ωC C 2 3
1 1
Jika bagian nyata dan bagian khayal dipisahkan, maka didapatkan :
L
R R + x = R R .............................................(3 − 19)
1 x C 2 3
1
R
x = ωL R ........................................................(3 − 20)
ωC x 1
1

Dari persamaan (3 – 19) dan (3 – 20) keduanya mengandung Lx dan


Rx. jika diselesaikan secara simultan, maka didapatkan
139

R R
x = ωL R - - - - - - - - - - - - - -- > L = x
ωC x 1 x
ω 2C R
1 1 1
L
R R + x = R R
1 x C 2 3
1
Jika harga Lx dimasukkan didapatkan :
R
R R + x = R3R
1 x 2 2
ω C 2R
1 1
1
R ( R1 + ) = R R
x 2 2 3
ω C 2R
1 1
R R
R = 2 3
x
(R + 1 / ω 2 C 2 R )
1 1 1
R R
R = 2 3
x 2
R ( ω C 2R ) + 1
1 1 1
2
ω C R
1 1
R R R ω 2C 2
R = 1 2 3 1 ........................................(3 - 21 )
x 2 2 2
ω C R +1
1 1
R
L = x
x 2
ω C R )
1 1
Catatan : ω = 2 π f
Bila harga Rx dimasukkan maka didapatkan :

R R R ω 2C 2 1
L = 1 2 3 1 .
x
ω 2C 2 R 2 + 1 ω 2C R
1 1 1 1
R R C
L = 2 3 1 ........................................(3 - 22)
x 2 2 2
ω C R +1
1 1
140

3.1.2.4. Prinsip Pengukuran Kapasitansi


Prinsip yang digunakan dalam R2 sebagai lengan – lengan
pengukuran kapasitansi adalah pembanding, sedang lengan
JEMBATAN PEMBANDING standar adalah Cs ( kapasitor
KAPASITANSI. Pada dasarnya kualitas tinggi ) yang diseri
jembatan pembanding dengan Rs ( tahanan variable ).
kapasitansi juga hampir sama Cx adalah kapasitansi yang
dengan jempatan pembanding belum diketahui harganya dan
induktansi. Gambar VIII-3 Rx adalah tahanan kebocoran
menggambarkan jembatan kapasitor.
pembanding kapasitansi. R1 dan

R1
R2
C1
E
~
Detektor

Rx
Rs

Cx

Gambar 3 – 7 Jembatan pembanding kapasitansi


Apabila lengan-lengan dari jembatan pembanding kapasitansi
dinyatakan dalam bentuk kompleks, maka dapat ditulis :

Z1 = R1 Z3 = RS – j /ωCs
Z2 = R2 Z4= RX – j /ωCx
Dalam keadaan setimbang, maka :
Z1Z4 = Z2Z3

j j
R1 ( RX - )= R2 ( Rs - )
ωCx ωCs

j j
R1 RX – R1 = R2 Rs – R2 ….. (3 - 23)
ωCx ωCs
141

Sama dengan jembatan sama. Dengan menyamakan


pembanding induktansi, dua bagian-bagian nyata dari
bilang kompleks adalah sama persamaan seperti di atas,
bila bagian-bagian nyata dan maka didapatkan
bagian-bagian khayalnya adalah

R1 Rx = R2 Rs
Rx = (R2/R1) Rs ……………………………………… (3 -24)
Bagian-bagian khayalnya
(jR1/ωCx) = (JR2/ωCs) sehingga diperoleh hubungan :

Cx = (R1/R2) Cs
…..(3 - 25)

3.1.2.5. Jembatan Schering


Jembatan schering digunakan dapat diatur); lengan 2 adalah
untuk mengukur kapasitansi yang resistor yang dapat diatur ; lengan
belum diketahui dengan 3 adalah lengan standard yaitu C3
membandingkan terhadap (kapasitor bermutu tinggi) dan
kapasitansi yang diketahui lengan 4 adalah terdiri dari Cx
(standard). Gambar 3 - 8 yaitu kapasitor yang belum
menggambarkan jembatan diketahui harganya dan Rx yaitu
schering, yang mana lengan 1 tahanan kebocoran kapasitor.
adalah R1 paralel dengan C1 ( C1

C1 R2
R1
E
~ Detektor

C3
Cx
Rx

Gambar 3 – 8 Jembatan Schering

Apabila lengan-lengan dari jembatan schering dinyatakan dalam


bentuk kompleks, maka :
142

1 −j
Z = Z =
1 ( 1/R + jωC ) 3 ωC
1 1 3

Z = R Z = R - j/ωC
2 2 4 x x
Dalam keadaan setimbang :
Z Z = Z Z
1 4 2 3
Z Z
Z = 2 3
4 Z
1

j −j 1
R - = R ( )( + j ωC )
x ωC 2 ωC R 1
x 3 1

j − jR 1
R - = 2( + jωC )
x ωC ωC R 1
x 3 1
j − jR R ωC
R - = 2 + 2 1
x ωC ωC R ωC
x 3 1 3
j R C jR
R - = 2 1 - 2 ............................(3 - 26)
x ωC C ωC R
x 3 3 1

Jika bagian-bagian nyata dan bagian-bagian khayalnya dipisahkan,


maka didapatkan :

R C
R 2 1 ..............................................................(3 - 27)
=
x C
3
−j − jR
= 2
ωC ωC R
x 3 1
C R
C = 3 1 .............................................................(3 - 28)
x R
2
143

3.2. LCR meter model 740


LCR meter model 740 sistem dan L menggunakan osilator
jembatan dirancang untuk frekuensi 1 KHz dan system
mengukur resistansi (R), pendeteksi nol. Peraga hasil
kapasitansi (C) dan induktansi (L) pengukuran menggunakan tiga
dalam rangkaian pengukuran yang digit. Koneksi masukan
luas. Meter dilengkapi baterai menggunakan sumber tegangan
didalamnya sebagai sumber DC eksternal dan AC (950 Hz–40
tegangan DC untuk pengukuran R, KHz) dan adaptor AC.
sedangkan untuk pengukuran C

3.2.1 Spesifikasi LCR meter


Dalam pemilihan meter spesifikasi berbeda dengan meter yang
menjadi pertimbangan yang digunakan dibengkel. Meter
penting. Keputusan pilihan dilaboratorium harus memenuhi
tergantung pada karakter mana kriteria peralatan laboratorium
yang lebih diperlukan, disesuaikan dimana akurasi sangat diperlukan
dengan tujuan pengukuran. Misal harga mahal sedangkan untuk
pemilihan meter untuk penelitian meter bengkel hanya sebagai
laboratorium tentu saja indikasi sehingga akurasi bukan hal
menggunakan pertimbangan yang yang penting, harga murah.

Pengukuran Resistansi
Range 0,001 Ω sampai 11 MΩterbagi dalam 8 range
dengan kesalahan + 10% untuk setiap range
Resoluai minimum 1 mΩ – 100 kΩ
Akurasi 1Ω sampai 100 kΩ ± (0,5% +0,1 % f.s.)
Pada (20o sampai ± 5o C) 1 MΩ ± (0,1% +0,1 % f.s.)
0,1 Ω ± (2 % +0,1 % f.s.)
Resistansi terminal residu Mendekati 3mΩ
Pengukuran Kapasitansi
Range 1 pF sampai 11000µF dalam delapan range
sampai dengan kesalahan + 10% untuk
setiap range
Resoluai minimum 1 pF
Akurasi Range 1000pF – 100 µF ± (0,5% +0,1 % f.s.)
Pada (20o sampai ± 5o C) 100 pF ± (1% +0,1 % f.s.)
1000 µF ± (3 % +0,1 % f.s.)
Resistansi terminal residu Mendekati 3pF
Pengukuran Induktasi
Range 0,1 µF sampai 1100 H dalam delapan range
sampai dengan kesalahan + 10% untuk
setiap range
Resoluai minimum 0,1 µH
Akurasi Range 100 µH sampai 10H ± (0,5% +0,1 %
144

Pada (20o sampai ± 5o C) f.s.)


100 H ± (1% +0,1 % f.s.)
10 µH ± (3 % +0,1 % f.s.)
Resistansi terminal residu Mendekati 0,3 µH

Pengukuran Faktor Disipasi dan Kualitas


Range 0,01 sampai 30 pada frekuensi 1KHz terbagi
dalam 2 range
Akurasi ± 10% + 3 skala divisi
Sumber pengukuran DC internal dan eksternal untuk pengukuran
resstansi.
AC internal 1kHz atau eksternal 50Hz sampai 40
kHz untuk pengukuran resistansi dan kapasitansi.

Kontrol Panel LCR -740 dan Koneksi


6
7

5
8
4
10
11
2

14
13
12 1
3

Gambar 3 – 9 Panel-panel LCR meter


1. Saklar POWER dan control putaran knob, harga L
SENSITIVITY : putar saklar sebenarnya tergantung pada
POWER on atau off dan atur saklar RANGE MULTIPLIER.
sensitivitas detector untuk 3. Knob pengunci L untuk
pengaturan AC. penguncian indikator R,C,L 2
2. Indikator R,C,L peraga 3 pada pengaturan
digit yang dikontrol oleh sebelumnya bila pengujian
145

toleransi komponen, atur resistansi seri) yang


normally pada kanan atau dikalibrasi pada frekuensi 1
posisi bebas. kHz. Harga ekuivalen
4. Saklar NORMAL +1,00 L resistansi seri yang
pengaturan normal pada sebenarnya harus dihitung
umumnya untuk pengukuran Rs = RE/(CµF)
pembacaan langsung dari = (REX106)/(CpF) yang
indikasi R,C,L +1 : mana RE adalah pembacaan
pengaturan digunakan bila dial.
pengukuran di atas batas 10. Saklar X1 – X10 untuk
yang diukur. memilih pengali untuk
5. Saklar RANGE MULTIPLIER pembacaan D dan RE pada
untuk memilih range dial D,Q .
komponen yang diukur. 11. Saklar SOURCE untuk
6. Saklar SELECTOR diatur memilih sumber internal
pada R,C, L tergantung rangkaian jembatan, DC
komponen yang akan diukur. untuk pengukuran resistansi
7. Indikator NULL dengan DC dan AC pada frekuensi
skala 10 – 0 – 10 digunakan 1kHz untuk pengukuran
pada saat pengukuran resistansi, kapasitansi dan
resistansi DC dan skala 0 - induktansi.
10 (pada sisi kanan adalah 12. RED HI
0) untuk pengukuran 13. BLUE EXT + DC untuk
kapasitansi dan induktansi. dihubungkan dengan
8. Pengaturan mekanis nol komponen yang akan diukur
untuk indikator NULL. keduanya merupakan
9. Dial D Q : menggunakan dua terminal mengambang
skala, skala diluar untuk terhadap ground.
factor disipasi, D, dan skala 14. Terminal BLACK untuk
di dalam untuk RE(ekuivalen grounding case.

16
15

Gambar 3 – 10 Sisi atas case


146

15. Penutup baterai.


16. Pegangan untuk membawa meter.

17 19
18

Gambar 3 – 11 Panel belakang LCR meter


17. Jack EXT, SIG, IN : untuk meter penunjuk kondisi null,
sumber AC eksternal dalam memungkinkan dihubungkan
range 50 Hz sampai 40kHz, ke scope untuk tujuan yang
disisipkan dengan plug mini sama.
secara otomatis meng-offkan 19. Jack EXT, PWR, IN : Untuk
osilator 1kHz di dalam. dihubungkan ke LPS-169
18. Jack telepon : untuk adapter AC, bila disisipkan
menyisipkan earphone plug baterai internal di-offkan
bila menggunakan sinyal secara otomatis.
yang dapat didengar
bersama-sama dengan

3.2.2 Pengoperasian
3.2.2.1. Tindakan Pencegahan Kerusakan
1. Saklar power posisikan off selama perioda standby atau bila
jembatan tidak digunakan. Ini akan memberi dampak baterai lebih
tahan lama.
147

Gambar 3 – 12 Posisi saklar off


2. Cek pengaturan 0 dari null meter, untuk mencegah kesalahan
pengukuran resistansi DC . Jika off atur saklar power pada posisi
OFF dan atur skrup pengenolan meter jika diperlukan sehingga
posisi jarum seperti berikut :
Tepat nol

Gambar 3 – 13 Posisi nol meter

3. Hubungkan komponen yang 4. Ketika knob indikator RCL


akan diukur pada terminal dikunci dengan knob
pengukuran merah dan biru pengunci jangan putar
sependek mungkin. Ini paksa.
diperlukan terutama untuk 5. Gunakan adapter AC khusus
pengukuran komponen yang LPS -169 jangan
mempunyai nilai rendah. menggunakan tipe lain.
148

Gambar 3 -14 Panel depan LCR meter


3.3. Pembacaan Nilai Pengukuran
Bila jembatan telah diseimbangkan pembacaan dengan cara sebagai
dengan indikator R,C, L dan berikut :
pengaturan RANGE MULTIPLIER

Tabel 3 -1 Pembacaan nilai pengukuran


Range Pengali Indikasi RCL Harga yang diukur
100Ω 6,85 685Ω (=100 X 6,85)
R 10k 6,85 68,5kΩ (=10 X 6,85)
100kΩ 6,85 685kΩ (=100 X 6,85)
100pF 6,8 68pF (=100X0,68)
C 0,1 µF 6,85 0,685µF (=0,1X6,85)
10µF 6,85 68,5µF (=10X6,85)
10µH 0,68 6,8µH (=10X0,68)
L 10mH 6,85 68,5mH (=10X6,85)
10H 6,85 68,5 H (=10X6,85)

Penggunaan pengaturan saklar normal dari +1,00


Pada umumnya pengukuran saklar +1,00. Pembacaan akan dimulai
ini diatur pada posisi NORMAL. dari 9,00 sampai 0,00 meskipun
Oleh karena tu bila pengukuran harganya akan fari 10,00 keatas
yang lebih tinggi dari indikasi 9,99 sampai 11,00 (dengan
diberikan range pengali, ini menambahkan 1 pada
memungkinkan untuk memperluas pembacaan). Untuk lebih jelasnya
range 10%. Ini dikerjakan dengan dapat diperhatikan pada tabel di
memutar knob indikator sampai bawah ini.
9,00 dan mengatur saklar pada
149

Tabel 3 – 2 Pengaturan saklar NORMAL pada +1,00


Pembacaan Nilai yang diukur
9,00 10,00 (=9,00 + 1,00)
9,01 10,01
9,5 10,5 dan seterusnya

Setelah pengaturan +1,00 saklar 1,00 pada signifikan pertama,


direset NORMAL. Ini untuk sehingga meter menunjuk 5,5 pada
mencegah terjadinya kesalahan harga sebenarnya 6,5.
akibat penambahan pengukuran

3.3.1. Pengukuran Resistansi


1. Hubungkan komponen yang akan diukur pada terminal merah dan
biru.

Gambar 3 – 15 Cara mengukur resistansi

2. Atur saklar pemilih pada posisi R perhatikan gambar

Gambar 3 – 16 Posisi selector

Sumber tegangan DC dipilih pada DC/R


150

Gambar 3 – 17 Posisi DC R

NORMAL +1,00 PADA NORMAL

Gambar 3 – 18 Posisi normal

Saklar power pada posisi ON


Posisi
On

Gambar 3 – 19 Posisi on
RANGE MULTIPLIER digunakan sesuai komponen yang akan
diukur, bila belum diketahui atur pada range yang lebih tinggi agar
memberi keleluasaan ayunan penunjuk kekanan dan kekiri.

Gambar 3 -20 Range multiplier


151

3. Putar knob RCL sampai indikator meter NULL berada ditengah. Jika
diperlukan atur RANGE MULTIPLIER.

Diputar
sampai
indikator
meter nol

Gambar 3 – 21 Pengaturan indikator meter nol

4. Baca indikasi RCL dan terapkan range multiplier dalam menentukan


harga resistansi.

Gambar 3 – 22 Pembacaan indikator RCL

Catatan :
a. Jika menggunakan range 1MΩ penunjuk null
mungkin tidak terdefinisikan dengan baik, dalam
kasus demikian dapat digunakan tegangan DC
eksternal. Alternatifnya jika resistor atau
komponen yang diukur non induktif, dapat
digunakan tegangan internal AC pada frekuensi 1
kHz. Yang berubah hanya saklar SELECTOR
pasa R dan SOURCE pada AC /RCL
b. Pada pengukuran range 0,1 Ω, resistansi residu
terminal harus diperhitungkan.
152

3.3.2. Pengukuran Kapasitansi


1. Atur saklar SELECTOR pada C perhatikan gambar :

Gambar 3 – 23 Selector pada posisi C


Saklar SOURCE pada AC/RL

Gambar 3 – 24 Saklar source pada AC/RL

Dial D Q pada 0

Posisi
nol

Gambar 3 – 25 Dial D Q pada 0


Saklar D Q pada posisi X1
153

Gambar 3 – 26 Saklar D Q pada posisi x 1

Saklar NORMAL +1,00 pada posisi NORMAL

Gambar 3 – 27 Saklar normal +1,00 pada posisi normal


Saklar POWER pada posisi ON

On

Gambar 3 – 28 Saklar power pada posisi on

Kontrol SENSITIVITY diatur untuk NULL pembacaan meter pada


“5”.

Putar ke
kanan

Gambar 3 – 29 Kontrol sensitivity

2. Hubungkan komponen yang akan diukur pada terminal merah dan


biru.
154

Kapasitor
yang
diukur

Gambar 3 – 30 Posisi kapasitor yang diukur


3. Atur saklar RANGE MULTIPLIER dan knob RCL untuk mendapatkan
ayunan minimum atau mengarah 0.

Dipilih

Gambar 3 -31 Mengatur saklar range multiplier


4. Atur dial D, Q dan catat kondisi pengenolan, atur control SENSITIVITY
jika diperlukan.

Control
Sensitivitas

Atur
dial DQ

Gambar 3 – 32 Mengatur dial D Q


5. Atur kembali knob RCL dan dial D, Q untuk mendapatkan kondisi
pengenolan paling baik.
155

Atur Knob RCL


kembali
Dial DQ

Gambar 3 – 33 Mengatur knob RCL dan dial D Q

6. Jika pengaturan dial sampai mendekati 3 atur saklar D,Q pada posisi
X10.

Pindahkan
ke posisi
X10

Gambar 3 – 34 Mengatur Saklar D Q pada Posisi x 10

7. Pembacaan hasil pengukuran

Gambar 3 – 35 Pembacaan hasil pengukuran


156

Kapasitansi = Range multiplier X indikasi RCL.


Faktor disipasi D pasa 1 kHz langsung dari hasil pembacaan
dikalikan dengan 10 jika saklar A, Q pada posisi X10.
Ekuivalen resistansi seri Rs, nilainya dihitung melalui hubungan
Rs = (RE) /(CµF)= (RE X 106)/(CpF) dimana RE adalah pembacaan
dial.

Catatan :
1. Kapasitor yang baik mempunyai nilai D yang
sangat rendah dan sebaliknya.
2. Pada pengukuran C diatas 1000pF kapasitansi
residu terminal harus diperhitungkan.
3. Untuk pengukuran kapasitansi yang
besar(elektrolitik, mempunyai polar diukur
menggunakan frekuensi yang rendah misalnya 120
Hz menggunakan sumber AC eksternal).

3.3.3. Pengukuran Induktansi


1. Pengaturan control saklar power pada posisi OFF dan saklar pemilih
pada posisi L.

Gambar 3 – 36 Saklar pemilih pada posisi L


Saklar sumber tegangan AC

Gambar 3 – 37 Saklar sumber tegangan AC


Saklar DQ X1 - X10 dipilih pada posisi X1
157

Gambar 3 – 38 Saklar DQ x 1 – x 10 dipilih posisi x1


Saklar normal -+1,00 dipilih pada posisi normal

Gambar 3 – 39 Saklar normal pada posisi normal


Saklar range pengali pada posisi 1 mH
Posisi
1mH

Posisi Diatur
0,3 2,5

Gambar 3 – 40 Saklar range pengali pada posisi 1 mH


Dial DQ mendekati titik tengah (Q sekitar 0,3)
Dial RCL digital mendekati 2,5
1. Hubungkan komponen yang akan diukur pada terminal merah dan
terminal biru (sumber tegangan eksternal DC).
2. Putar tombol SENSITIVIFY searah jarum jam secara perlahan –
lahan. Nyalakan, dan atur sampai jarum berpindah kesisi kanan titik
NULL dan berada di posisi antara 2 dan 3.
158

Putar ke
kanan

Gambar 3 – 41 Posisi induktor yang Diukur

jarum diantara 2
dan 3

Gambar 3 – 42 Penunjukan jarum


3. Pilih range pengukuran dengan menuju titik NULL ini
mengikuti prosedur terutama disebut sebagai Dip points).
pada saat mengukur L belum di Meskipun jarum indikator
ketahui. Bagaimanapun, jika bergerak menuju NULL,
komponen yang diukur tombol DQ sampai akhirnya
diketahui nilai perkiraannya pilih menjadi nol ( rotasi searah
range multiplier dan dial R,C, L jarum jam menuju titik
pada harga yang sesuai. ekstrim ini) tanpa
• Putar dial DQ, dan memperlihatkan dip point.
tempatkan disuatu titik Dalam kasusu demikian
dimana dip jelas terlihat. pilih range lain dengan
(Saat dial DQ diputar dalam menekan tombol range, dan
arah yang sama, jarum mencoba meletak kan dip
meter bergerak kearah point dengan cara yang
NULL, kemuadian sama.
begoyang kembali ke • Seandainya dip point tidak
kanan. Di waktu yang bisa diletakkan meskipun
sama, titik dimana jarum tombol DQ berputar penuh
muncul bergerak mendekat searah jarum jam 3, atur
159

tombol X1- X10 pada X10 kabelnya patah karena


dan coba untuk pengukuran resisten DC
menempatkan sebuah titik. pada range R ).
Saat dip point tetap tidak 5. Jika dip point sudah diperoleh,
didapat, pilih range lain lakukan langkah-langkah berikut
dengan menekan tombol ini. Atur dial DQ pada titik
range, dan coba untuk dimana terjadi dip terbesar.
meletakkan dip point. Kemudian atur dial digital LCR
Dalam waktu yang sama, untuk mendapatkan titik dip
coba untuk mencari sebuah terbesar. (pada saat yang sama
titik sambil menyetel knob untuk mendapatkan dip point
SENSITIVITY untuk atur knob SENSITIVITY hingga
mendapatkan jarum jarum indikator menunjuk antara
indikator point terletak dititik 2 dan 3).
antara 2 dan 3 pada 6. Dengan cara yang sama
pegangan sisi kanan. lokasikan dip point dengan
(Apabila titik tidak dapat mengatur dial DQ dan RCL
ditemukan, periksa bagian secara berturut-turut.
bagian nya apabila

Perhatian
Pengenolan nilai induktansi dengan memutar dial DQ
minimum pada arah berlawanan jarum jam 4. Bila
resistansi dc komponen induktansi yang diuji sangat
besar, atau Q kumparan kurang dari 0,1 pengukuran
dilakukan dengan frekuensi pengukuran (1kHz).
Sebaliknya nilai maksimum dial Q diputar maksimum
searah jarum jam 1X – 10X. Jika saklar sudah diatur pada
posisi X10 ternyata Q lebih besar dari 30 diluar range
pengukuran, maka tambahkan resistor seri beberapa ohm
sampai beberapa ratus ohm ke inductor sehingga
mengurangi Q sampai kurang dari 30.

3.4. Pengukuran Resistansi DC Dengan Sumber Luar


Pada saat pengukuran resistansi pengenolan indikasi tidak dapat
DC dari komponen yang tidak terjangkau. Dalam kasus
diketahui pada nilai resistansi demikian diperlukan sumber
yang tinggi dengan sumber tegangan DC luar.
baterai dalam mungkin
160

Penting untuk diperhatikan :


1. Atur tegangan tinggi masukan, pada saat dihubungkan dengan
colok meter dalam keadaan Off.

ke
sumber
tegangan

Off

Gambar 3 – 43 Hubungan ke sumber tegangan luar


2. Hati-hati jangan sampai 3.4.2.Langkah-langkah
menyentuh tegangan tinggi. Pengukuran :
3. Pelindung resistor harus 1. Atur saklar POWER (knob
selalu digunakan pada control SENSITIVITY) pada
masukan rangkaian. posisi off.
4. Bila akan merubah range 2. Atur supply DC eksternal
MULTIPLIER atur dahulu pada posisi off.
masukan DC pada posisi 3. Hubungkan colok negatip
Off, pastikan bahwa meter ke terminal hitam dan
tegangan dan renge aman colok positip meter ke biru
digunakan, jika ini tidak (Ext +DC) perhatikan
terpenuhi dapat merusak gambar.
komponen rangkaian dalam. 4. Hubungkan komponen yang
akan diukur pada terminal
merah dan biru.
5. Putar knob RCL dan baca
penunjukkan, pembacaan
dengan multiplier sama
seperti pengukuran dengan
sumber tegangan dalam.
161

Resistor

HI EXT +DC

R pelindung
Sumber
Tegangan
DC Luar

Gambar 3- 44 Pengukuran R dengan sumber dari luar

Catatan :
Besarnya tegangan DC yang digunakan tergantung pada pengaturan
RANGE MULTIPLIER dengan table di bawah ini.

Tabel 3 – 3 Range multiplier

Pengaturan RANGE MULTIPLIER 1 kΩ 10 kΩ 100 kΩ 1 MΩ


Tegangan Masukan Maks 30V 70V 220V 500V
Resistor seri pelindung >180Ω >2,2 kΩ > 27kΩ > 56kΩ

3.5. Prosedur Pengukuran C


1. Menghubungkan masukan
Keluaran generator menggunakan cord asesori yaitu dihubungkan ke
jack EXT, SIGN, IN pada casis bagian depan seperti ditunjukkan pada
gambar. Sebuah kapasitor 1 µF dihubungkan seri dengan colok “hot”.

Audio Osilator
1-5Vrms 1µF
Keluaran

EXT, SIG, IN
Gambar 3 - 45 Pengukuran C, L dengan sumber dari luar
162

a. Saklar SELECTOR dipilih pada C atau L sesuai dengan komponen


yang akan diukur.
b. Saklar SOURCE pada AC/RCL (Jika masukan esksternal dihubungkan
ke sumber internal 1 kHz dan rangkaian kondisi off).
c. C atau L diukur dengan cara yang sama seperti pada pengukuran
sumber internal. Dial control SENSITIVITY diatur, D, Q dan indikator
dan saklar RANGE MULTIPLIER untuk mencapai kondisi null.
d. Nilai C atau L ditentukan oleh pengaturan RANGE MULTIPLIER dan
indikator RCL.
LAMPIRAN. A

DAFTAR PUSTAKA
Agilent.2007. Agilent Automotive Electronics 10 Aplication Note on
Design Debug and Function. Agilent Test. USA. © Agilent
Technologies,Inc. www.agilent.com

Basic oscilloscope operationCreative Commons Attribution License,


version 1.0. To view a copy of this license, visit
http://creativecommons.org/licenses

Bernard Grob. 1984. Basic Television And Video Sistem. Singpore. Mc


Graw Hill International Edition Singapore

Carson Kennedy.1999. Introduction to GPS (Global Position System).


Leica Geosystem AG. Switzerland. www.leica-geosystems.com

Cooper, William D, 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik


Pengukuran. (Terjemahan Sahat Pakpahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.(Buku asli diterbitkan tahun 1978)

Creative Commons 559 Nathan Abbott Way, Stanford, California 94305,


USA

David Matzke dkk. USE OF THE OSCILLOSCOPE. Science Learning


Center. Data University Of Michigan-Dearbon.

Deboo and Burrous.1977. Integreted Circuit And Semiconductor Devices


: theory and application. Tokyo Japan : Kogakusha.Ltd

Fluke. Principles testing methods and applications.


http://www.newarkinone.thinkhost.com/brands/p
romos/ Earth_Ground_Resistance.pdf

Garmin.(2000). GPS Guide for beginner. Garmin Corporation. USA.


www.garmin.com

Gekco. 2002. A Video Tutorial. Copyright Gekco.


http://www.gekco.com/vidprmr.htm tanggal 1 Oktober

Hai Hung Chiang. (1984). Electrical And Electronic Instrumentation. A


wiley Interscience New York. Publication Jhn Wiley And Son.
Healthline Network,Inc. 2007. Equipment Information. 2007 Healthline
Networks, Inc. All rights reserved.
http://www.healthline.com\CTscan\ Ctimaging equipment Information

http://www.diagnostic medical IS\Medical ultrasonography -


Wikipedia,the free encyclopedia.mht

Jean-Marie Zogg.2002. GPS Basics Introduction to the system Aplication


overview. Thalwil Switzerland. www.u-blox.com

Kamran Khan. (2007). XYZ of Oscilloscopes. Posted by bailarina on 29


May 2007. www.sribd.com

Knopp Intercorporated. http://www.knoppinc.com/phase_seq.htm

Leader Electronics. Instruction Manual LCR Bridge Model LCR-740.


Leader electronics.Corp.

Le Magicien. 2000. 3 PHASE - 3 Wires Sequence Indikator. Tersedia


dalam
http://www.geocities.com/lemagicien_2000/elecpage/3phase/3pha
se.html diakses tanggal 19 Juni 2008

Magellan. Magellan Maestro TM 4050 User Manual. San Dimas CA


91773. Magellan Navigation Inc.

Manual stargass :
http://images.mycdmm.de/file/353bb62d149fcebb6f5537f0c8f152
203b41f7c9

Muslimim ,M. 1984. Alat-alat Ukur Listrik dan Pengukuran Listrik.


Bandung : CV.Armico.

Phase Squence Indoicator . tesco dua kawat . http://www.tesco-


advent.com/tesco-phase-sequence.html

R.S. Panti Rapih. MRI ( Magnetik Resonance Imaging ) Instalasi


Radiologi.R.S. Panti Rapih .

http://health.howstuffworks.com/mri1.htm

Soedjana, S., Nishino, O. 1976. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik.


Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Sanwa Electric. Instructional Manual YX-360 TRD Multitester. Sanwa
Electric

Sri M. Shanmukha Chary. 2005. Intermediate Vocational Course, 2nd


Year TV servicing Lab-II Manual. Andra Pradesh. Director of
Intermediate Education Govt.

Stanford. Basic oscilloscope operationCreative Commons Attribution


License,version 1.0. To view a copy of this license, visit
http://creativecommons.org/licenses Creative Commons 559
Nathan Abbott Way, Stanford, California 94305, USA Instrument
Co.Ltd.
Textronix. 2005. Fundamentals Of Real-Time Spectrum Analysis. USA.
Textronics. Inc. www.tektronix.com

Wikipedia.2007. Global Positioning System.


http://wikipedia.org/wiki/GPS

http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm

"http://en.wikipedia.org/wiki/CRO/Cathode_ray_tube"

www.tektronix.com/signal_generators 9

(www.interq or japan/se-inoue/e -oscilo0.htm)

http://www.doctronics.co.uk/scope.htm

http://www.tek.com/Measurement/App_Notes/37W_18400/eng/37W_184
00_0.pdf

http://productsearch.machinedesign.com/featuredproducts/Industrial_Co
mputers_Embedded_Computer_Components/Data_Acquisition/Spe
ktrum_Analyzers_Signal_Analyzers

http://www.aboutnuclear.org/view.cgi?fC=The_Atomhttp://www.radiologyi
nfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm

http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR
http://www.duncaninstr.com/images

http://www.humminbird.com/images/ PDF/737.pdf
http://www.eaglesonar.com/Downloads/Manuals/Files/IntelliMap640c_01
43-881_121305.pdf tanggal 20 Desember 07

http://www2.tek.com/cmswpt/tidownload.lotr?ct=TI&cs=wpp&ci=3696&lc=
EN&wt=480&wtwi=3696&wtla=EN&wtty=TI&wtsty=White+Paper&wt
pt=DOWNLOAD&wtbu=Instrumens+Business&wtpl=Real+Time+Sp
ektrum+Analyzers&wtlit=37W-19285-
0&wtsize=27+KB&wtver=1.0&wtcat=tektronix&wtnbrp=0&wtmd=RS
A2203A%2CRSA2208A%2CRSA3303A%2CRSA3308A%2CRSA3
408A&wtti=EMI+Measurements+Using+Tektronix+Real-
Time+Spektrum+Analyzers

http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm

http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR

http://www.tek.com/Measurement/App_Notes/37W_18400/eng/37W_184
00_0.pdf
http://productsearch.machinedesign.com/featuredproducts/Industrial_Co
mputers_Embedded_Computer_Components/Data_Acquisition/Spe
ktrum_Analyzers_Signal_Analyzers

http://www2.tek.com/cmswpt/tidownload.lotr?ct=TI&cs=wpp&ci=3696&lc=
EN&wt=480&wtwi=3696&wtla=EN&wtty=TI&wtsty=White+Paper&wt
pt=DOWNLOAD&wtbu=Instrumens+Business&wtpl=Real+Time+Sp
ektrum+Analyzers&wtlit=37W-19285-
0&wtsize=27+KB&wtver=1.0&wtcat=tektronix&wtnbrp=0&wtmd=RS
A2203A%2CRSA2208A%2CRSA3303A%2CRSA3308A%2CRSA3
408A&wtti=EMI+Measurements+Using+Tektronix+Real-
Time+Spektrum+Analyzers

http://images.mycdmm.de/file/353bb62d149fcebb6f5537f0c8f152203b41f
7c9 Manual stargass

(www.wikimediafoundation.org/ Oktober 2007)

http://www.aboutniclear.org/view
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm

http://www.medicalim

http://www.nmr-services.com /Process%20NMR

http://www.healthline.com\CTscan\ Ctimaging equipment Information

http://health.howstuffworks.com/mri1.htm

http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26b.html CT ijo

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26c.html sumber CAT

http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.html

http://en.wikilipedia.org/wiki/Functional_magnetik_resonance_imaging

http://en.wikipedia.org/wiki/Medical_imaging

http://www.aboutnuclear.org/view.cgi?fC=The_Atomhttp://www.radiologyi
nfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/P
art2_26d.htm

http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR
http://www.healthline.com\CTscan\ Ctimaging equipment Information
http://health.howstuffworks.com/mri1.htm

http://www.DiagnostikMedicalIS/Medicalultrasonography-Wikipedia,the
freeencyclopedia.mht.

http://www.humminbird.com/images/PDF/737.pdf
LAMPIRAN D

GLOSARIUM

airbag deployment Airbag adalah suatu pengekangan pasif (tidak


memerlukan campur tangan manusia) di rancang
dalam bentuk tas memompa ketika terjadi benturan.
Terbuat dari bahan fleksibel yang dapat memompa bila
terjadi tabrakan mobil.

akuisisi Akuisisi data merupakan pencuplikan waktu riil untuk


membangkitkan data yang dapat dimanipulasi oleh
komputer.

amniocentesis Amniocentesis adalah prosedur yang digunakan


dalam mendiagnosa cacat janin pada awal trimester
kedua kehamilan.

anti-aliasing Dalam pemrosesan sinyal digital anti-aliasing


merupakan teknik meminimkan aliasing pada saat
merepresentasikan sinyal resolusi tinggi pada resolusi
yang lebih rendah.

anti-lock brake Anti-lock brakes dirancang untuk mencegah


peluncuran dan membantu pengendara
mempertahankan kendali kemudi selama situasi
pemberhentian darurat

attenuator Attenuator merupakan piranti elektronik yang


mengurangi amplitudo atau daya sinyal tanpa
membuat bentuk gelombang cacat. Attenuator
biasanya biasanya berupa piranti pasip terdiri dari
resistor.

Bandpass Filter Penyarring frekuensi yang hanya melewatkan


frekuensi menengah.
chip Serpihan kristal tunggal yang berisi rangkaian terpadu.

claustrophobic Tidak nyaman di ruang sempit, gelap tertutup.

Common Mode Besaran yang dapat menunjukkan kualitas


Rejection Ratio penguat beda merupakan perbandingan antara
besarnya penguatan common dan penguatan penguat
beda.

cyclotron Unsur radiasi yang dihasikan oleh mesin scan sebelum


pengujian dimulai.

Debug Mengidentifikasi dan melokalisir letak kesalahan .

i
LAMPIRAN D

densifying Perbandingan harga atas beribu-ribu nama merek


produk untuk semua kebutuhan.

distorsi Cacat gelombang

ECU test Piranti throughput misalnya perubahan RS 232


throughput dengan CAN dan sebaliknya dapat membuat atau
memecahkan performansi sitem pengetesan.

efek piezolistrik Bila sumbu mekanik dari Kristal diberi tekanan maka
akan timbul beda tegangan pada sumbu listrik. Bila
pada sumbu listrik diberi tegangan maka akan terjadi
perubahan keadaan disepanjang sumbu mekanik. Bila
pada sumbu listrik diberi tegangan AC maka akan
terjadi getaran di sumbu mekanik dengan frekuensi
naturalnya. Semakin tipis Kristal frekuensi getar
semakin tinggi.

elektron gun Susunan elektroda yang menghasilkan berkas elektron


yang dapat dikendalikan difokuskan dan dibelokkan
sebagaimana dalam gambar tabung televisi.

electrocardiogram Electrocardiogram, juga dinakaman EKG atau ECG,


merupakan pengetesan sederhana yang mendeteksi
dan merekam aktivitas kelistrikan jantung.

encrypte code Kode yang digunakan dalam program Java , anda


dapat menggunakan sistem manajemen menjaga profil
pemakai dengan menggunakan passwaord.

fisiologi Istilah dalam fisiologi yang berasal dari kata physics


yang berarti alami dan logos yang berarti kata.
Fisiologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari
berbagai fungsi organisme hidup.
gastrointestinal Berkaitan dengan perut dan isi perut.

Glitch Dalam elektronika, glitch adalah suatu sinyal listrik


jangka waktu pendek yang pada umumnya hasil suatu
kesalahan atau kesalahan disain

High Pass Filter Penyaring frekuensi yang hanya melewatkan frekuensi


tinggi

Immoblizer Tidak ada definisi standar, merupakan keadaan yang


tidak sesuai dengan perancangan.

Interlace Dua bidang gambar yang tampak dalam satu layar


televise, namun setiap bidang gambar di scan secara
terpisah.

ii
LAMPIRAN D

Interpolasi Interpolasi adalah menghubungkan titik. Interpolasi


linier sederhana menghubungkan titik sampel dengan
garis lurus.

Indomitabel Tidak mampu untuk diperdaya, ditundukkan; lunak,


atau ditaklukkan; tak tertundukkan .

interferensi Percampuan dua gelombang atau lebih dapat saling


memperkuat atau melemahkan tergantung dari
kedudukan pasa satu dengan yang lain.

intravascular Dalam pembuluh darah

Intermittent Selang waktu mulai dan berhenti berselang-seling


dengan sebentar-sebentar sinonim dengan periodik

Intuitif Tentang, berkenaan dengan, atau timbul dari intuisi

kompatibel Dapat digunakan secara bersama-sama dengan tanpa


merubah dan menambah peralatan lain dalam sistem.
Misal penerima TV warna dan hitam putih untuk
menerima siaran dari pemancar yang sama

Low Pass Filter Penyaring frekuensi yang hanya melewatkan frekeunsi


rendah.

luminansi Istilah yang digunakan untuk menandai kecerahan


atau hitam putihnya gambar televisi.

neonatal Berkaitan dengan bayi baru.

noise Sinyal yang tidak dikehendaki keberadaannya dalam


sistem.

noise figure Dalam telekomunikasi noise figure (NF) merupakan


suatu ukuran degradasi dari perbandingan sinyal
terhadap noise, yang disebabkan oleh komponen
dalam sinyal RF.

osteoporosis Pengapuran / pengkeroposan tulang

Partikel Suatu bagian yang sangat kecil

Patologi forensic Ilmu penyakit forensik adalah suatu cabang


kedokteran yang terkait dengan menentukan
penyebab kematian, pada umumnya untuk kasus
hukum pidana dan kasus hukum perdata dalam
beberapa yurisdiksi.
pacemaker Pacemaker berupa alat kecil yang membantu detak
jantung dengan simulasi listrik membantu

iii
LAMPIRAN D

mengendalikan irama jantung.

Penomena Suatu kejadian, keadaan, atau fakta yang dapat


diterima oleh pikiran sehat.

peripheral Periperal merupakan piranti komputer seperti drive


CD-ROM atau printer yang bukan merupakan bagian
utama computer seperti memori, mikroprosesor.
Periperal eksternal seperti mouse, keyboard, monitor,
printer.

peripheral Peripheral neuropathy merupakan masalah


neuropathy dengan kegelisahan yang membawa informasi ke dan
dari otak dan tulang belakang. Sakit ini
mengakibatkan, hilangnya sensasi, dan ketidak-
mampuan untuk mengendalikan otot.

portable Dapat dijinjing tidak ditempatkan secara permanen.

protocol Dalam teknologi informasi, protokol adalah


satuan aturan yang khusus dalam koneksi
telekomunikasi .

pseudo-range Cakupan pengukuran semu digunakan bersama-sama


dengan estimasi posisi SV yang didasarkan pada data
empiris yang dikirim oleh masing-masing SV. Data
orbital (empiris) memungkinkan penerima untuk
menghitung posisi SV dalam tiga dimensi pada saat
pengiriman sinyal secara berunyun.

radio isotop Suatu versi elemen kimia yang memiliki inti tak sabil
dan mengemisikan radiasi selama decay untuk
membentuk kestabilan. Radio isotop penting
digunakan dalam diagnosa medis untuk pengobatan
dan penyelidikan.

radiactive decay Radioactive decay merupakan suatu proses


ketidakstabilan inti atom karena kehilangan energi
berupa emisi radiasi dalam bentuk partikel atau
gelombang elektromagnetik.

real time waktu yang sebenarnya pada saat terjadinya proses.

Resolution Kejelasan atau ketajaman gambar,

retrace Kembalinya berkas elektron dari sistem scanning


televisi sisi kanan layar ke sisi kiri layar monitor.

rise time Waktu yang diperlukan pulsa untuk naik dari 10%
amplitudo maksimum sampai 90%.

iv
LAMPIRAN D

ringing Dengan hanya satu sinyal yang diberikan pada


terminal osiloskop dan yang lain tidak dihubungkan
dapat dilihat adanya beberapa sinyal yang tidak
berguna. Sinyal ringing tidak menambah amplitude
tegangan, yang bertambah adalah frekuensinya
karena factor ketiga.

scrambling CSS, Content Scrambling System, merupakan system


enkripsi lemah yang digunakan pada kebanyakan DVD
komersial.

shadow mask Lapisan logam berlubang di dalam monitor warna


untuk meyakinkan bahwa berkas elektron hanya
menumbuk titik pospor dengan warna yang benar dan
tidak mengiluminasi lebih dari satu titik.

S/N Ratio Perbandingn sinyal terhadap noise meruakan


perbandingan dari sinyal yang dikehendaki terhadap
sinyal yang tak diinginkan.

sweep vernier Sapuan dari atas ke bawah untuk mengukur posisi


terhadap skala.

tomography Berkaitan dengan scan medis.

Transduser Transduser merupakan suatu piranti yang dapat


mengubah besaran non listrik menjadi besaran listrik
dan sebaliknya.

transceiver Pemancar dan penerima sinyal yang ditempatkan


dalam satu kemasan.

transien Transien dapat didefinisikan sebagai lonjakan


kenaikkan arus yang mempunyai durasi 50 sampai 100
milidetik dan kembali normal pada tegangan sumber
28 Volt membutuhkan waktu 50 mili detik atau lebih.

troubleshooting Proses pencarian letak gangguan atau kerusakan.

Vasodilatation Pelebaran pembuluh darah.

Virtual Virtual sekarang ini secara filosofi distilahkan


sebagai sesuatu yang tidak nyata, namun
memungkinkan untuk diperagakan sepenuh kualitas
nyata.

You might also like