Professional Documents
Culture Documents
1
Semua hormon steroid sama-sama mempunyai rumus bangun
siklopentanoperhidrofenantren 17-karbon dengan 4 buah cincin yang diberi label A – D
(Gambar 1). Modifikasi dari struktur cincin dan struktur luar akan mengakibatkan
perubahan pada efektivitas dari steroid tersebut. Atom karbon tambahan dapat
ditambahkan pada posisi 10 dan 13 atau sebagai rantai samping yang terikat pada C17.
Semua steroid termasuk glukokortikosteroid mempunyai struktur dasar 4 cincin kolestrol
dengan 3 cincin heksana dan 1 cincin pentana. Hormon steroid adrenal disintesis dari
kolestrol yang terutama berasal dari plasma. Korteks adrenal mengubah asetat menjadi
kolestrol, yang kemudian dengan bantuan enzim diubah lebih lanjut menjadi
kortikosteroid dengan 21 atom karbon dan androgen lemah dengan 19 atom karbon.
Hormon steroid pada prekursor serta metabolitnya memperlihatkan perbedaan pada
jumlah dan jenis gugus yang tersubstitusi, jumlah serta lokasi ikatan rangkapnya, dan
pada konfigurasi stereokimiawinya. Tatanama yang tepat untuk menyatakan formulasi
kimiawi ini sudah disusun. Atom karbon yang asimetris (pada molekul C21)
memungkinkan terjadinya stereoisomerisme. Gugus metil bersudut (C19 dan C18) pada
posisi 10 dan 13 berada di depan sistem cincin dan berfungsi sebagai titik acuan.
Substitusi nukleus dalam bidang yang sama dengan bidang gugus ini diberi simbol cis
atau “β”. Substitusi yang berada di belakang bidang sistem cincin diberi simbol trans atau
“α”. Ikatan rangkap dinyatakan oleh jumlah atom karbon yang mendahului. Hormon
steroid diberi nama menurut keadaan hormon apakah hormon tersebut mempunyai satu
gugus metil bersudut (estran, 18 atom karbon), dua gugus metil bersudut (androstan, 19
atom karbon) atau dua gugus bersudut plus 2 rantai – samping karbon pada C17
(pregnan, 21 atom karbon).(2,7,8)
steroid bekerja
Steroid (glukokortikoid, mineralokortikoid) bekerja dengan
cara berikatan dengan reseptornya suatu reseptor
intraseluler meregulasi transkripsi gen mRNA protein
tertentu mempengaruhi fungsi sel tertentu
2
berikatan dengan suatu protein chaperon (pengantar), yaitu heat shock proteins (hsps)
3
Kortikosteroid mengurangi akses dari sejumlah limfosit ke daerah inflamasi di
daerah yang menghasilkan vasokontriksi. Fagositosis dan stabilisasi membran lisosom
yang menurun diakibatkan ketidakmampuan dari sel-sel efektor untuk degranulasi dan
melepaskan sejumlah mediator inflamasi dan juga faktor yang berhubungan dengan efek
anti-inflamasi kortikosteroid. Meskipun demikian, harus digaris bawahi di sini bahwa
khasiat utama anti radang bersifat menghambat : tanda-tanda radang untuk sementara
diredakan. Perlu diingat bahwa penyebabnya tidak diberantas, maka bila pengobatan
dihentikan, penyakit akan kambuh.
Efektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada jenis kortikosteroid dan
penetrasi. Potensi kortikosteroid ditentukan berdasarkan kemampuan menyebabkan
vasokontriksi pada kulit hewan percobaan dan pada manusia. Jelas ada hubungan dengan
struktur kimiawi. Kortison, misalnya, tidak berkhasiat secara topikal, karena kortison di
dalam tubuh mengalami transformasi menjadi dihidrokortison, sedangkan di kulit tidak
menjadi proses itu. Hidrokortison efektif secara topikal mulai konsentrasi 1%. Sejak
tahun 1958, molekul hidrokortison banyak mengalami perubahan. Pada umumnya
molekul hidrokortison yang mengandung fluor digolongkan kortikosteroid poten.
Penetrasi perkutan lebih baik apabila yang dipakai adalah vehikulum yang bersifat
tertutup. Di antara jenis kemasan yang tersedia yaitu krem, gel, lotion, salep, fatty
ointment (paling baik penetrasinya). Kortikosteroid hanya sedikit diabsorpsi setelah
pemberian pada kulit normal, misalnya, kira-kira 1% dari dosis larutan hidrokortison
yang diberikan pada lengan bawah ventral diabsorpsi. Dibandingkan absorpsi di daerah
lengan bawah, hidrokortison diabsorpsi 0,14 kali yang melalui daerah telapak kaki, 0,83
kali yang melalui daerah telapak tangan, 3,5 kali yang melalui tengkorak kepala, 6 kali
yang melalui dahi, 9 kali melalui vulva, dan 42 kali melalui kulit scrotum. Penetrasi
ditingkatkan beberapa kali pada daerah kulit yang terinfeksi dermatitis atopik ; dan pada
penyakit eksfoliatif berat, seperti psoriasis eritodermik, tampaknya sedikit sawar untuk
penetrasi.
Secara keseluruhan, kortikosteroid topikal berhubungan dengan empat hal yaitu :
1. vasokontriksi,
2. efek anti-proliferasi,
3. immunosupresan, dan
4
4. efek anti-inflamasi.
5
Penggunaan Kortikosteroid Topikal Di Bidang Dermatologi
Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan
untuk suatu penyakit kulit. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid topikal bersifat
paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal.
(4,10).
Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid topikal adalah psoriasis,
dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatitis seboroik, neurodermatitis sirkumskripta,
dermatitis numularis, dermatitis statis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dan
dermatitis solaris (fotodermatitis). (4,10).
Pada dermatitis atopik yang penyebabnya belum diketahui, kortikosteroid dipakai
dengan harapan agar remisi lebih cepat terjadi.(11) Dermatosis yang kurang responsif
ialah lupus erimatousus diskoid, psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosis
lipiodika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid,
eksantema fikstum.(4)
Pada umumnya dipilih kortikosteroid topikal yang sesuai, aman, efek samping
sedikit dan harga murah ; disamping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan,
yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit,
6
luas / tidaknya lesi, dalam / dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi. Perlu juga
dipertimbangkan umur penderita.(4,10)
Pada umumnya dianjurkan pemakaian salep 2-3 kali per hari sampai penyakit
tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis adalah
menurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-
ulang ; berupa toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang, setelah
diistirahatkan beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul kembali dan akan menghilang
lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.(4)
Ada beberapa cara pemakaian dari kortikosteroid topikal, yakni : (4,5,11)
1. Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi dan anak.
2. Pemakaian kortikosteroid poten orang dewasa hanya 40 gram per minggu,
sebaiknya jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah membaik, pilihlah
salah satu dari golongan sedang dan bila perlu diteruskan dengan
hidrokortison asetat 1%.
3. Jangan menyangka bahwa kortikosteroid topikal adalah obat mujarab
(panacea) untuk semua dermatosis. Apabila diagnosis suatu dermatosis tidak
jelas, jangan pakai kortikosteroid poten karena hal ini dapat mengaburkan
ruam khas suatu dermatosis. Tinea dan scabies incognito adalah tinea dan
scabies dengan gambaran klinik tidak khas disebabkan pemakaian
kortikosteroid.
7
Efek Samping
Efek samping dapat terjadi apabila : (4,8,9,10,11,12)
1. Penggunaan kortikosteroid topikal yang lama dan berlebihan.
2. Penggunaan kortikosteroid topikal dengan potensi kuat atau sangat kuat atau
penggunaan sangat oklusif.
Efek Dermal
Terjadi penurunan sintesis kolagen dan pengurangan pada substansi dasar. Ini
menyebabkan terbentuknya striae dan keadaan vaskulator dermal yang lemah akan
menyebabkan mudah ruptur jika terjadi trauma atau terpotong. Pendarahan intradermal
yang terjadi akan menyebar dengan cepat untuk menghasilkan suatu blot hemorrhage. Ini
8
nantinya akan terserap dan membentuk jaringan parut stelata, yang terlihat seperti usia
kulit prematur.
Efek Vaskular
Efek ini termasuk :
1. Vasodilatasi yang terfiksasi. Kortikosteroid pada awalnya menyebabkan
vasokontriksi pada pembuluh darah yang kecil di superfisial.
2. Fenomena rebound. Vasokontriksi yang lama akan menyebabkan pembuluh darah
yang kecil mengalami dilatasi berlebihan, yang bisa mengakibatkan edema,
inflamasi lanjut, dan kadang-kadang pustulasi.
Sumber :
www.scribd.com/doc/13461799/kortikosteroid-topikal
http://books.google.co.id/books?
id=R67XizGcyLEC&pg=PA110&lpg=PA110&dq=penyulingan+uap+minyak+massoi&s
ource=bl&ots=vLngDkzuhZ&sig=IahBWyUjPljn8UWRg_RFVqWwy30&hl=id&ei=Brb
2SpbnBprg6gOigu0P&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10&ved=0CBoQ6AE
wCQ#v=onepage&q=penyulingan%20uap%20minyak%20massoi&f=false