Professional Documents
Culture Documents
xH2O
DAN H2SO4 PEKAT DALAM SINTESIS METIL ESTER MELALUI
REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK GORENG BEKAS
DENGAN METANOL SEBAGAI BAHAN BIODIESEL
Skripsi
Oleh
ASEP BAYU
3325031789
Anggota
Pembimbing I : Dra. Zulmanelis, M.Si ........................ ...............
NIP. 131 770 953
Pujilah
ah kebenarann dengan titisisan darah, pangganglah
p h dengan koobaran api
membara ...
K menggenalinya sebbagai kebaikkan
Kita
Itulah keeimanan yanng menjadi lentera
le dalam
m gelap gulitta
Yang Maha
M Pen engasih belum
m pernah meenciptakan peemandangann lebih indahh
da kebersam
dari man orang-orrang Muslilim...
Saling menasihati
m d
dengan ridhaa, saling berssandar dan membantu
m seesuai dengann
perannan masing-m -masing
Bersemaangatlah unttuk agamammu dan jangaan bermalas-m -malasan, daan berbuatlahh
untuuk menggeraakkan yang diam dan juumud...
Segala puji bagi Allah SWT, aku meminta pertolongan dan ampunan
selalu setia mengikuti mereka hingga hari akhir nanti. Dengan rasa syukur
Biodiesel”.
dan dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung,
baik yang berupa moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis haturkan
2. Dra. Tritiyatma H., M.Si selaku Ketua jurusan Kimia, yang juga
keridhaan-Nya
4. Bapak, Ibu, Adik dan Rini Kartika, yang selama ini telah
skripsi ini.
Kimia 2000, Emy Rizkia Sari, Rizki Rachmalia dan Qodri Fitrothul
sahabat.
6. Teman-teman mahasiswa kimia angkatan 2003, terima kasih atas
kekurangan atau kesalahan yang tidak disengaja dalam isi skripsi ini, karena
Penulis berharap, semoga hasil dari skripsi ini dapat bermanfaat baik
bagi diri penulis sendiri maupun bagi para pembaca dan peneliti-peneliti lain.
Asep Bayu
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................... i
I. PENDAHULUAN
II. PEMBAHASAN
B. Transesterifikasi................................................................................ 17
D. Katalis .............................................................................................. 26
D. Sampel .............................................................................................. 33
1. Alat .............................................................................................. 36
2. Bahan .......................................................................................... 36
I. Prosedur Penelitian ........................................................................... 36
1. Tahap I ........................................................................................ 36
2. Tahap II ....................................................................................... 37
A. Kesimpulan ....................................................................................... 70
B. Saran ................................................................................................ 71
LAMPIRAN .................................................................................................. 74
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Gambar 12. Mekanisme katalisis ion logam Mn+ pada reaksi hidrolisis
A. Latar Belakang
Minyak dan lemak merupakan salah satu zat makanan yang penting
untuk menjaga kesehatan tubuh manusia, khususnya minyak nabati. Hal ini
berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K. Minyak dan lemak sering kali
Fungsi minyak goreng selain sebagai media penghantar panas, juga untuk
menambah nilai kalori, memperbaiki tekstur dan cita rasa dari bahan pangan
makanan dalam minyak panas. Dengan cara tersebut, akan didapat minyak
minyak goreng bekas. Minyak goreng bekas yang digunakan secara berulang
serta reaksi oksidasi yang terjadi di dalam minyak, minyak jelantah dapat
kesehatan manusia.
maupun lemak akan membeku dan mengganggu jalannya air pada saluran
matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota perairan. Oleh karena itu
(berasal dari fosil), biodiesel lebih ramah lingkungan karena emisi gas buang
yang jauh lebih baik dibandingkan petrodiesel, bebas sulfur, bilangan asap
(smoke number) rendah, angka setana (cetane number) berkisar antara 57-
62, sehingga efisiensi pembakaran lebih baik. Selain itu, sifat biodiesel yang
tidak cocok bila digunakan langsung pada mesin diesel. Untuk itu agar
viskositas minyak nabati sama dengan viskositas minyak solar, maka harus
ester diubah menjadi senyawa ester lain melalui pertukaran gugus alkohol
dari ester dengan gugus alkil dari senyawa alkohol lain. Sedikit berbeda
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah katalis. Katalis yang
serta enzim.
yang besar dengan waktu reaksi yang sebentar (30-60 menit). Sedangkan
LOH, yaitu ketika ion L+ membentuk senyawa dengan rantai asam lemak
bebas (Free Fatty Acid (FFA)). Karakteristik senyawa sabun dapat mengikat
senyawa polar (seperti air) dan senyawa non polar (seperti minyak)
(memisahkan) senyawa metil ester dari campuran reaksinya. Oleh karena itu,
terkatalisis basa harus memiliki kandungan FFA kurang dari 0,5%-w (% b/b)
kurang dari 0,5%-w. Hal ini dapat memperpanjang proses pembuatan dan
dahulu pada sampel minyak agar kandungan FFA-nya kecil. Minyak dengan
katalis merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi sifat asam yang
homogen.
Pada penelitian ini akan ditentukan perbandingan optimal dari
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
metanol.
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
Landasan Teori
A. Minyak Goreng
senyawa lipid netral, yaitu senyawa yang tidak larut dalam air. Minyak goreng
menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat warna
(SNI 01-3741-1995).
panas, penambah cita rasa dan penambah nilai gizi bahan pangan (Ketaren
dan K, serta merupakan sumber kalori yang tinggi. Di dalam tubuh, minyak
membentuk aroma dan rasa dari bahan pangan tersebut akibat adanya
pemanasan protein, karbohidrat, lemak dan komponen minor lainnya di
digunakan harus memiliki kualitas dan sifat-sifat yang sesuai dengan standar
mutu minyak goreng. Kualitas minyak goreng berdasarkan data SNI 01-0018-
O C CH
R2
CH2 C O
R3
O
Gambar 1. Struktur Molekul Trigliserida
Ditinjau dari jenis asam lemak rantai panjang (R) yang terikat pada
atau dapat pula mengandung asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh
membentuk rantai “zig zag” yang dapat cocok satu sama lain secara mampat,
sehingga gaya tarik Van der Wallsnya tinggi. Asam lemak tak jenuh secara
alamiah memiliki konfigurasi cis-. Adanya ikatan rangkap cis- di dalam rantai,
Van der Wallsnya kurang efektif dan tidak dapat membentuk kisi yang rapi
dan mampat. Oleh karena itu asam lemak tak jenuh umumnya memiliki titik
cair rendah, sehingga pada suhu kamar minyak goreng berwujud cair. Asam
lemak tak jenuh yang terkandung dalam minyak goreng antara lain asam
oleat (titik cair 14oC), asam linoleat dan asam linolenat (titik cair 11oC).
Kaprilat C8 : 0 5 – 10 3-6
Palmitat C16 : 0 7 – 11 6 - 10 30 - 48 12 - 17
S.V., (mg KOH/g) 250 - 264 245 - 255 194 - 206 188 - 197
Minyak wijen 14 40 42
Minyak kedelai 15 24 61
Minyak sawit 50 40 10
Minyak kelapa 92 6 2
Sumber : http://emshol.multiply.com/journal/item/60
Sifat fisik minyak goreng merupakan penampilan fisik yang terlihat dari
warna, bau amis, odor dan flavor, kelarutan, titik cair dan polimerisasi, titik
didih, titik lunak, shot melting point, berat jenis, indeks bias dan kekeruhan
(http://emshol.multiply.com/journal/item/60).
minyak kelapa sawit memiliki bau khas seperti kelapa sawit yang disebabkan
goreng cenderung bersifat non polar. Sesuai teori like dissolve like, suatu zat
dapat larut dalam suatu pelarut jika memiliki polaritas yang sama, yaitu zat
polar larut dalam pelarut polar dan tak larut dalam pelarut non polar. Untuk itu
karena minyak bersifat non polar maka minyak larut dalam pelarut non polar
seperti dietil eter, n-heksana tetapi tak larut dalam pelarut polar seperti air.
yang ada di dalam minyak. Sifat kimia dari minyak antara lain: hidrolisa,
yang dapat menyebabkan kerusakan pada minyak atau lemak terjadi akibat
adanya air dalam minyak tersebut. Hidrolisa minyak atau lemak akan
menyebabkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut (Ketaren, 1986:
22).
lemak penyusun minyak. Minyak goreng yang kaya kandungan lemak jenuh
atau tak jenuh dapat dibedakan dengan melihat titik lelehnya. Semakin
membeku.
yang telah digunakan beberapa kali (Budijanto 1993: 6-7). Minyak goreng
bekas, sama halnya dengan minyak goreng yang belum digunakan, masih
memiliki asam lemak dalam bentuk terikat dalam trigliserida, tetapi dalam
minyak.
pangan dengan teknik deep frying, yaitu merendam seluruh bahan pangan di
dalam minyak goreng. Sisa minyak goreng tersebut biasanya tidak langsung
warna minyak menjadi lebih gelap, pembentukan busa, timbul bau tengik,
pangan (Ketaren 1986: 8). Bau tengik dari minyak jelantah disebabkan
akan mengubah komposisi kimiawi dari minyak goreng. Perubahan ini dapat
terjadi di dalamnya. Proses pemanasan yang tinggi dari minyak goreng dapat
tinggi akibat proses oksidasi dan hidrolisis komponen minyak goreng. Proses
hidrolisis minyak goreng terjadi bila sejumlah air terkandung di dalam bahan
terjadi akibat adanya reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tak jenuh di
menyerupai gum yang mengendap pada dasar wadah (Ketaren 1986: 14).
menjadi asam lemak jenuh. Minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh
radikal bebas yang bersifat karsinogenik di dalam minyak goreng bekas. Oleh
kesehatan manusia.
B. Transesterifikasi
senyawa ester diubah menjadi senyawa ester lain melalui pertukaran gugus
alkohol dari ester dengan gugus alkil dari senyawa alkohol lain. Dalam reaksi
senyawa ester produk, salah satu pereaksi yang digunakan harus dalam
jumlah berlebih. Katalis yang biasa digunakan dapat berupa asam kuat
pada gambar 2 :
katalis
RCOOR' R"OH RCOOR" R'OH
Jika suatu molekul memiliki gugus alkohol dan sekaligus gugus ester
gambar 3.
p-Toluena
OH Asam sulfonat O O
OR
O
Gambar 3. Contoh reaksi intramolekul dalam pembentukan senyawa
Lakton
alkoksida.
memerlukan temperatur sekitar 100oC dan lebih dari 3 jam agar reaksi
berlangsung sempurna.
terbagi menjadi lima tahap. Tahap pertama, oksigen karbonil diprotonasi oleh
karbonil. Hal ini membuat karbon karbonil lebih elektrofilik dan aktif untuk
bereaksi dengan alkohol ROH yang merupakan nukleofil lemah. Pada tahap
ditansfer dari bagian alkohol ROH ke gugus R”O sehingga menjadi gugus
pergi yang baik yaitu molekul alkohol lain R”OH. Molekul R”OH tersebut
H
R
R'COO CH2 R'COO CH2
O
"RCOO CH "RCOO CH
O O
R R
R'COO CH2 R'COO CH2
O O
"RCOO CH "RCOO CH
O O
R'COO CH2
R'COO CH2
"RCOO CH
OH
"RCOO CH H OH
H2C OH
H2C O
Transesterifikasi Minyak
antara trigliserida dengan suatu alkohol menggunakan katalis asam kuat atau
basa kuat, menghasilkan campuran alkil ester asam lemak dan gliserol
yang berlebih dapat meningkatkan perolehan alkil ester, dan beberapa aspek
lain termasuk tipe katalis (basa atau asam), perbandingan molar antara
minyak dan alkohol, suhu, kemurnian pereaksi (terutama kandungan air) dan
kandungan asam lemak bebas yang ada berpengaruh terhadap proses reaksi
transesterifikasi.
basa kuat.
H2C OCOR' CH3OCOR' H2C OH
katalis
HC OCOR" 3 CH3OH CH3OCOR'' HC OH
Metanol
H2C OCOR'" CH3OCOR'" H2C OH
Trigliserida Campuran metil ester Gliserol
Gambar 7. Persamaan reaksi Transesterifikasi Minyak dengan Metanol
C. Kajian Tentang Metil Ester
sebagai salah satu bahan oleokimia dasar. Metil ester dapat dibuat dari
ester bergantung pada gugus asam lemak yang diikatnya. Secara umum
O O
karbon antara 14 sampai 32. Rantai asam lemak tersebut dapat berupa asam
lemak jenuh maupun asam lemak tak jenuh (Mike Pelly 1995 : 5).
ASTM D 2709
ASTM D 1796
AOCS Cd 3-63
6 Bilangan asam mg-KOH/g maks.0,8
atau ASTM D 664
AOCS Ca 14-56
ASTM D 6584
AOCS Ca 14-56
ASTM D 6584
%-massa
10 Angka iodium maks. 115 AOCS Cd 1-25
(g-I2/100 g)
2. Manfaat Metil Ester Sebagai Biodiesel
dan bahan pembersih. Namun sekarang ini metil ester banyak dimanfaatkan
yang terbuat dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak
ramah lingkungan. Kelebihan lainnya adalah aman dan tak beracun, karena
biodiesel antara lain densitas (40oC), viskositas (40oC) dan bilangan setana.
Parameter sifat fisik biodiesel merujuk pada American Society for Testing and
volume sampel pada suhu 400C dengan berat air pada volume dan suhu
setana merupakan tolak ukur kemudahan menyala atau terbakar dari suatu
hidrokarbon aromatik bercincin ganda) sangat sulit terbakar dan diberi nilai
bilangan setana nol. Bila suatu bahan bakar memilki nilai bilangan setana
yang tinggi maka bahan bakar tersebut dapat menyala pada temperatur yang
relatif rendah, begitu pun sebaliknya. Bilangan setana untuk standar biodiesel
Sifat kimia yang dijadikan parameter mutu metil ester merujuk pada
asam, bilangan ester dan warna. Nilai bilangan penyabunan bergantung dari
berat molekul sampel, sehingga minyak yang memiliki berat molekul tinggi
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak.
asam lemak bebas dalam 1 gram sampel (Ketaren 1986: 45). Standar
0,8. Standar mutu biodiesel yang berasal dari minyak jelantah dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Standar mutu Biodiesel yang berasal dari Minyak Jelantah
D. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang dapat mengubah laju reaksi kimia tanpa
dapat digolongkan menjadi dua yaitu, katalis homogen dan katalis heterogen.
Katalis homogen adalah katalis yang berada dalam satu fasa dengan
permukaan dengan dua cara yaitu fisisorpsi dan kimisorpsi. Dalam fisisorpsi
(adsorpsi secara fisika) terjadi akibat interaksi Van der Walls yang lemah dan
bersifat sementara antara molekul dan atom dengan permukaan katalis.
basa LOH, yaitu ketika ion L+ membentuk senyawa dengan rantai ester asam
penggunaan katalis basa, tetapi reaksi penyabunan tidak akan terjadi. Asam
lemak bebas yang ada akan mengalami esterifikasi dengan adanya katalis H+
pekat
dalam mengkatalisis reaksi esterifikasi asam tidak jenuh α, asam tidak jenuh
β, asam alifatik, dan asam aromatik heterosiklik dengan etanol dan metanol.
sangat efektif dari segi waktu maupun rendemen yang diperoleh dari produk
oleh Yong Wang dkk. mengenai sintesis metil ester dari minyak goreng bekas
Fe2(SO4)3 dapat mengkonversi asam lemak bebas (Free Fatty Acid (FFA))
menjadi metil ester (Fatty Acid Methyl Ester (FAME)) tetapi aktivitasnya
kurang dalam mengkonversi trigliserida dari minyak. Oleh karena itu katalis
transesterifikasi minyak goreng bekas dengan metanol dan etanol. Hasil yang
homogen.
bentuk campuran dari metil ester, asam lemak bebas rantai panjang serta
gliserol yang kemungkinan masih terikat dengan ester asam lemak. Hal
sama. Oleh karena itu agar dapat diketahui rendemen metil ester di dalam
produk, harus diketahui pula jumlah asam lemak bebas dan gliserol yang
Banyaknya metil ester, asam lemak bebas dan gliserol terikat di dalam
bebas yang terkandung di dalam produk dapat diketahui dari bilangan asam.
gliserol terikat di dalam produk, diketahui dari selisih jumlah gliserol awal
dalam sampel minyak goreng bekas dengan jumlah gliserol bebas dalam
fraksi air yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi minyak goreng bekas.
asamnya, dimana jumlah gliserol yang ada sebanding dengan jumlah ester
yang ada. Banyaknya gliserol bebas dalam fraksi air hasil reaksi
KIO4.
dengan dua gugus hidroksil terisolasi (1,3-diol) tidak dapat dioksidasi oleh ion
periodat (Fritz, James S., and George H.Schenk 1979: 572). Gliserol
berdampingan, oleh karena itu gliserol dapat dioksidasi oleh ion periodat.
Gliserol teroksidasi menjadi dua mol formaldehid (HCOH) dan satu mol asam
formiat (HCOOH), sedangkan ion periodat terreduksi menjadi ion iodat (IO3-)
O
H2C OH H2C O O- O
I O
-H2O C H
HC OH IO4- HC O O HCH IO3-
ION ION
PERIODAT FORMALDEHID H2C OH IODAT
H2C OH H2C OH
GLISEROL
O O O O
-H2O
C H IO4- C O O- HCH HCOH IO3-
ION I O ION
PERIODAT FORMALDEHID ASAM FORMIAT IODAT
H2C OH H2C O O
ditentukan dari selisih jumlah ion periodat awal yang ditambahkan kedalam
larutan dengan jumlah ion periodat yang tidak bereaksi dengan gliserol (ion
secara iodometri menggunakan reduktor ion iodida (I-) dalam suasana netral
(pH larutan 7-8). Dalam pH netral hanya ion periodat yang terreduksi oleh ion
iodida menjadi iodin (I2) , sedangkan ion iodat tidak terreduksi oleh ion iodida.
reaksi, maka akan dapat diketahui jumlah gliserol yang ada dalam fraksi air
A. Tujuan Penelitian
yang optimal agar dapat menghasilkan rendemen metil ester (Fatty Acid Metil
dan H2SO4 pekat yang dipergunakan adalah 1:1, 1:2, 1:3, 2:1, 3:1.
C. Metode Penelitian
D. Sampel
E. Variabel Penelitian
F. Tahapan Penelitian
bekas
1. Bilangan penyabunan
2. Bilangan asam
G. Desain Penelitian
Komposisi katalis
Massa Rendemen
Rata-Rata
Massa Campuran
Minyak FAME
Metanol H2SO4
Goreng Fe2(SO4)3.xH2O (%-w)
pekat
1 1
1 2
25 g
45 g
1 3
2 1
3 1
Volume Nilai
Jenis Uji Ulangan Rata-Rata
Titran Pengujian
1
Bilangan Penyabunan
2
1
Bilangan Asam
2
H. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ; Alat Refluks
spesifikas Iwaki-Pirex.
2. Bahan
HCl(aq) 37%, KIO4(s), KI(aq) 15%, Na2S2O3 .5H2O(s), Indikator pp, Indikator Kanji
I. Prosedur Penelitian
1. Tahap I
goreng bekas juga mengandung asam lemak bebas rantai pendek yang
untuk metil ester adalah 0,8, oleh karena itu asam lemak bebas rantai pendek
perlu dipisahkan dari sampel dengan cara mengekstraksi 200,0 mL minyak
2. Tahap II
dan H2SO4 Pekat Pada Perbandingan 1:1, 1:2, 1:3, 2:1, 3:1
(2006). Kemudian campuran direfluks selama 5 jam pada suhu sekitar 68oC.
2) Tahap Pemisahan
menghasilkan dua lapisan yaitu lapisan atas (metil ester) dan lapisan bawah
fraksi gliserol yang diperoleh dicatat dan ditentukan kadar gliserol bebas
anhidrat untuk menghilangkan sisa air yang ikut terekstrak. Selanjutnya fase
3. Tahap III
pada suhu ±800C selama 1 jam. Selanjutnya produk campuran metil ester
tanda batas.
VK2Cr2O7 x MK2Cr2O7 x 6
Molaritas Na 2S2O3 =
VNa2S2O3
(campuran C), dikocok perlahan dan dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M
indikator kanji dan dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 0,01 M hingga
Pengujian juga dilakukan untuk blanko (tanpa sampel) dan dilakukan secara
duplo.
V fa x Vs x M x (Vb - Vs )
mmol gliserol =
4
Keterangan :
Bekas
larutan didinginkan hingga suhu ruang dan ditambahkan tiga tetes indikator
warna larutan menjadi tak berwarna (titik akhir). Pengujian juga dilakukan
duplo.
rumusan :
mMGB
mmol gliserol = x MNaOH x (Vb - Vs )
ms
Keterangan :
Terikat) ditentukan sebagai selisih dari jumlah mmol awal gliserol dengan
rumusan :
Keterangan :
rumus :
m H2 C 2 O 4
Normalitas NaOH =
ME H2C2O 4 x VNaOH
Keterangan :
tetes indikator fenolftalein dan dilakukan titrasi dengan larutan standar NaOH
0,1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selam 15 detik).
VNaOH x T x MrNaOH
Bilangan Asam =
m
Pengulangan dilakukan sebanyak 2 kali dan bilangan asam sampel dihitung
dengan rumus :
Keterangan :
dengan tahapan :
batas.
tanda batas.
3)) Standarisasi larutan HCl 0,5 N
rumus :
T x VNaOH
Normalitas HCl =
VHCl
Keterangan :
menggunakan pipet gondok dan dimasukkan beberapa butir batu didih. Labu
dengan larutan HCl 0,5 N hingga warna larutan menjadi tak berwarna (titik
akhir). Pengujian juga dilakukan untuk blanko (tanpa sampel) sebagai
dengan sampel metil ester hingga meluap dan tak ada gelembung udara.
Piknometer kemudian ditutup dan direndam dalam bak air bersuhu 15o C dan
Densitas (15o C) =
(massa botol kosong + sampel ) - massa botol kosong
(massa botol kosong + aquades ) - massa botol kosong
4) Uji Densitas (40o C)
dengan sampel metil ester hingga meluap dan tak ada gelembung udara.
Densitas (40o C) =
(massa botol kosong + sampel ) - massa botol kosong
(massa botol kosong + aquades ) - massa botol kosong
metode Ostwald. Viskometer diisi dengan cairan sampel melalui reservoir (A)
sehingga kalau cairan ini dibawa ke reservoir (B), direservoir (A) masih
pemanas hingga termometer menunjuk pada suhu 40o C dan dibiarkan pada
hingga cairan terbawa ke reservoir (B) hingga sedikit diatas garis tanda
batas atas, dan mencatat waktu selama cairan mengalir dari batas atas ke
batas bawah. Sebagai pembanding ditentukan juga waktu alir untuk air (to)
pada suhu yang sama dan dengan menggunakan viskometer yang sama.
Viskositas metil ester dihitung dengan rumus :
η .t . ρ
η = o
t o .ρ o
DIAGRAM ALIR
Tahap I
• Pemurnian sampel minyak goreng bekas dari kotoran sisa menggoreng
dan asam lemak bebas rantai pendek
• Pengujian bilangan asam minyak goreng bekas
Tahap II
Tahap III
TAHAP I
200 mL
Minyak goreng bekas
Disaring
+ 100 mL aquades
TAHAP II
fasa Fasa
air organik
fasa organik
+ 30ml air
fasa air fasa organik
fasa organik
+10mL
NaHCO3 10%
uji gliserol + air (netral)
fasa organik
endapan +MgSO4(s)
TAHAP III
Uji
Densitas (400C)
Uji
Viskositas (400C)
Produk Uji
Gliserol Terikat
Uji
Bilangan
Penyabunan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
bekas hasil penggunaan berulang kali dari sebuah rumah makan sehingga
Perubahan warna minyak goreng bekas yang menjadi hitam disebabkan telah
pemanasan yang tinggi pada minyak. Selain itu, perubahan warna tersebut
yang berasal dari bahan pangan. Reaksi hidrolisis dari minyak goreng akan
menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Dalam penelitian ini sampel
awal minyak goreng bekas memiliki bilangan asam sebesar 0,9. Nilai tersebut
cukup besar bila dibandingkan dengan nilai bilangan asam minyak goreng
lemak bebas rantai pendek maupun rantai panjang dalam sampel minyak
goreng bekas, dan juga memperkuat dugaan telah terjadinya reaksi hidrolisis
minyak sawit dan minyak jarak, yang mengandung asam-asam lemak rantai
asam oleat (C17H33COOH) dan lain-lain. Dalam penelitian ini, katalis yang
digunakan adalah katalis asam sehingga dalam proses reaksi, asam lemak
metil ester. Namun adanya asam-asam lemak rantai pendek tidak dibutuhkan
dalam sintesis metil ester sebagai biodiesel karena apabila di dalam biodiesel
sintesis, asam lemak bebas rantai pendek yang terkandung dalam minyak
bilangan asamnya.
sifat kepolarannya sama dengan asam lemak rantai pendek. Asam lemak
rantai pendek cenderung bersifat polar, sedangkan minyak bersifat nonpolar,
digunakan pelarut polar yaitu air. Selain itu, dipilihnya air sebagai pelarut
dimaksudkan agar pada proses ekstraksi hanya asam lemak bebas rantai
panjang tidak ikut terekstraksi dan diharapkan ikut teresterifikasi pada proses
transesterifikasi.
bilangan asam yang konstan sebesar 0,72. Standar kualitas metil ester yang
asam kurang dari 0,8. Oleh karena itu ekstraksi sampel minyak goreng bekas
minyak goreng bekas, tetapi juga menyebabkan warna minyak goreng yang
perbandingan yaitu 1:1, 1:2, 1:3, 2:1, 3:1. Secara umum reaksi yang terjadi
gambar 10.
terbentuk dua lapisan yaitu lapisan minyak yang berwarna coklat pada bagian
bawah dan lapisan metanol yang tak berwarna pada lapisan atas. Dengan
Setelah proses refluks selesai, terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas
bawah merupakan fraksi air yang mengandung gliserol, metanol sisa dan
Metil ester dapat larut dalam pelarut organik dan kurang larut dalam air
karena rantai hidrokarbon yang dimiliki metil ester sangat panjang sehingga
alkohol dengan satu atom karbon dan satu gugus hidroksil, sehingga
keduanya bersifat hidrofil dan larut dalam air. Adanya perbedaan kepolaran
Gliserol dipisahkan dari fraksi metil ester karena adanya gliserol dapat
karena dapat mengurangi laju alir bahan bakar biodiesel dalam mesin
fraksi gliserol, hal ini ditandai dengan adanya perbedaan warna fraksi gliserol
semakin berkurang warna kuning dari fraksi gliserol. Warna kuning dari fraksi
berwarna kuning.
eter. Metil ester akan terlarut dalam fraksi petroleum eter karena keduanya
bersifat nonpolar, sedangkan gliserol tidak larut karena bersifat polar. Hal
(metil ester dan minyak goreng sisa dalam petroleum eter) dinetralkan
dipisahkan dari fraksi air, fraksi organik kemudian dikeringkan dengan MgSO4
kedalam oven pada suhu ±800C selama 1 jam agar petroleum eter yang ada
massa konstan dari produk (±0,50 mg). Perolehan massa dari setiap produk
goreng bekas dan 45,0 g metanol. Pemilihan perbandingan massa reaktan ini
pekat dapat dilihat pada gambar 11 (perhitungan rendemen pada lampiran 6).
95 94.4
90 89.6
88
86.4
85
Rendemen (%-w)
80
76.7
75
70
65
60
55
50
1:3 1:2 1:1 2:1 3:1
Perbandingan Komposisi Katalis Campuran Fe2(SO4)3.xH2O/H2SO4 pekat
diketahui secara pasti, namun dari data tersebut diduga, pada perbandingan
ditentukan oleh jumlah katalis yang paling besar di dalam komposisi katalis
campuran. Sedangkan pada perbandingan komposisi katalis campuran yang
campuran, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yong Wang,
dkk (2006) mengenai perbandingan dua proses reaksi yang berbeda dalam
sintesis biodiesel dari minyak goreng bekas. Adapun penelitian Yong Wang
dengan peningkatan jumlah katalis H2SO4 lebih dari 4%. Hal ini dapat
juga terjadi. Akibatnya metil ester yang telah terbentuk kemudian dapat
jumlah metil ester maupun gliserol yang diperoleh dalam fraksi air seperti
rendemen metil ester selain penggunaan salah satu reaktan dalam jumlah
1 1:3 26,0
2 1:2 26,8
3 1:1 26,6
4 2:1 24,4
5 3:1 16,5
dengan mekanisme reaksi terkatalisis asam H+. Aktivitas katalitik ion logam
dalam suatu reaksi, berkaitan dengan sifat asam Lewis dari ion-ion logam
ion hidrogen dan ion logam merupakan asam dengan tipe yang sama. Ion-ion
khelat dengan ion logam. Sebagai contoh, pada tahun 1952 Kroll
reaksi hidrolisis ester asam amino. Hal tersebut disebabkan karena adanya
gugus amino dalam ester tersebut yang dapat melakukan ikatan kovalen
koordinasi dengan ion logam dan dibantu dengan terbentuknya ikatan
membentuk zat antara berupa khelat (gambar 12). Akibatnya atom C dari
gugus karbonil lebih bermuatan parsial positif sehingga mudah diserang oleh
M
NH2 O M
n+ H2N O
M H2N O H
R C C
H R C C OH2
H R C C OH
OR' H
OR'
OR'
KHELAT ESTER AMINO DENGAN Mn+
M
NH2 O H2N O H
R C C OH Mn+ R'OH R C C OH
H H
OR'
Gambar 12. Mekanisme katalisis ion logam Mn+ pada reaksi hidrolisis
Ester Asam Amino dengan pembentukan kelat
mekanisme katalisis ion logam Fe3+ dalam reaksi transesterifikasi ini analog
minyak memiliki tiga buah gugus ester yang dapat memungkinkan terjadinya
ikatan kovalen koordinasi atom oksigen dari gugus ester dengan ion logam
Fe3+ sehingga terbentuk zat antara khelat dipermukaan katalis
Fe2(SO4)3.xH2O.
khelat yang terbentuk. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Yong-min Liang
semakin berkurang.
Parameter
pekat. Bilangan asam metil ester yang dihasilkan dari semua produk berada
bilangan asam yang besar. Hal ini bisa disebabkan adanya kontaminasi air
H2SO4 pekat yang besar, meberikan warna metil ester yang diperoleh kuning
Fe3+ yang terlarut sebagai kompleks khelat dengan trigliserida dari minyak
sisa di dalam metil ester. Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut mengenai
kadar logam Fe yang ada pada sampel metil ester bila digunakan katalis
adalah nilai viskositas pada suhu 400C. Tingginya nilai viskositas dari minyak
minyak menjadi senyawa metil ester, dan hal tersebut telah dibuktikan oleh
lampiran 8).
30
26.03
25
20
Viskositas 40oC (cSt)
15.88
15 14.65 14.93
14.38
13.37
10
0
MGB ME 1:3 ME 1:2 ME 1:1 ME 2:1 ME 3:1
Jenis Sampel
Gambar 13. Grafik jenis sampel terhadap nilai Viskositas pada suhu
400C (cSt)
Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa sampel metil ester yang
viskositas yang paling kecil. Hal ini dikarenakan tingginya rendemen metil
ester pada sampel metil ester tersebut. Jika dibandingkan dengan grafik
Dalam penelitian ini, nilai viskositas metil ester minyak goreng bekas
tidak masuk pada rentang nilai standar viskositas biodiesel yang ditetapkan
SNI. Perlu diketahui bahwa nilai standar yang ditetapkan oleh SNI mengacu
pada nilai standar Amerika Serikat (ASTM), dimana untuk uji viskositas
ASTM di dasarkan pada campuran biodiesel dengan kadar metil ester 20%-v
dan 80%-v solar (B-20). Oleh karena itu perlu diuji nilai viskositas campuran
metil ester yang diperoleh dengan minyak solar sehingga diketahui pada
campuran berapa persen metil ester yang diperoleh nilai viskositasnya masuk
A. Kesimpulan
densitas pada 150C sebesar 0,9 gmL-1, densitas pada suhu 400C
sebesar 0,8 gmL-1, dan viskositas 400C sebesar 13,37. Nilai densitas
B. Saran
Dalam beberapa hal, produk metil ester yang diperoleh dari reaksi
pekat dengan perbandingan komposisi 1:1, memiliki nilai kualitas yang belum
memasuki nilai standar biodiesel. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian
antara lain :
komposisi 1 : 1.
DAFTAR PUSTAKA
Budijanto. 1993. “Minyak Goreng Jelantah”, Sadar Pangan dan Gizi, vol. 3 (2)
Carey, F.A. 2001. Organic Chemistry, fourth edition. McGraw-Hill, New York :
126-159.
Fessenden, R.J. & J.S. Fessenden. 1994. Kimia Organik, edisi ketiga, jilid 1
dan 2. Terj. dari Organic Chemistry, third edition, oleh Pudjaatmaka,
A.H. Erlangga, Jakarta.
Fritz, J.S. & G.H. Schenk. 1979. Quantitative Analytical Chemistry, fourth
edition. Allyn and Bacon Inc, Massachusets : 571-574.
Underwood, A.L. & R.A. Day Jr. 1986. Ananlisis Kimia Kuantitatif, edisi
kelima. Terj. dari Quantitative Analysis, fifth edition, oleh Pudjaatmaka,
A.H. Erlangga, Jakarta : 307-308.
Wijaya Kusuma, I.G.B. 2003. “Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah dan
Pengujian Terhadap Prestasi Kerja Mesin Diesel”. Poros. vol. 6, no. 4 :
227-234. Oktober 2003.
Keterangan :
Vfa = Volume fraksi air (mL)
Vs = Volume sampel aliquot (mL)
Vb = Volume titran untuk titrasi blanko (mL)
Vt = Volume titran untuk titrasi sampel aliquot (mL)
M = Molaritas Na2S2O3(aq) (M)
**Hasil pengenceran 1 mL fraksi air menjadi 100 mL
***Ditentukan untuk volume awal fraksi air
Lampiran 3
Perhitungan Kadar Gliserol Terikat dalam Produk
mGT****
Sampel mmolGA* mmolGB** mmolGT***
(mg)
24.1440 5.7020 524.584
1
27.9165 1.9295 177.514
25.2254 4.6206 425.0952
2
28.2938 1.5522 142.8024
28.5201 1.3259 121.9828
3 29.8460
24.6470 5.1990 478.308
21.2769 8.5691 788.3572
4
27.5770 2.2690 208.748
19.6170 10.2290 941.068
5
13.3798 16.4662 1514.8904
Keterangan :
1. Sampel produk metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan
katalis campuran 1 : 3
2. Sampel produk metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan
katalis campuran 1 : 2
3. Sampel produk metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan
katalis campuran 1 : 1
4. Sampel produk metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan
katalis campuran 2 : 1
5. Sampel produk metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan
katalis campuran 3 : 1
GA = Gliserol awal
GB = Gliserol bebas
GT = Gliserol terikat
*Dihitung berdasarkan bilangan penyabunan dan bilangan asam minyak
jelantah
**Didapat dalam fraksi air
***Dihitung berdasarkan rumusan
Keterangan :
T = Normalitas larutan HCl (N)
Vs = Volume titran untuk titrasi sampel (mL)
Vb = Volume titran untuk titrasi blanko (mL)
M = Massa sampel uji (g)
Lampiran 5
Perhitungan Bilangan Asam
Normalitas NaOH = 0,091 N
mFAME VNaOH Bilangan
Perbandingan mFAME VNaOH
rata-rata rata-rata Asam
Katalis Campuran (g) (mL)
(g) (mL) (mg/g)
2,0134 0,30
2,0194 0,30 0,5394
2,0254 0,30
1:3
2,0168 0,35
2,0128 0,375 0,6765
2,0087 0,30
2,0190 0,40
2,0020 0,400 0,7254
2,0220 0,40
1:2
2,0026 0,35
2,0203 0,375 0,6740
2,0380 0,40
2,0585 0,40
2,0316 0,350 0,6255
2,0046 0,30
1:1
2,0102 0,30
2,0802 0,350 0,6109
2,1503 0,40
2,0040 0,40
2,0078 0,425 0,7686
2,0117 0,45
2:1
2,0181 0,40
2,0184 0,40 0,7197
2,0188 0,40
2,0060 0,40
2,0114 0,40 0,7221
2,0167 0,40
3:1
2,0109 0,35
2,0122 0,35 0,6316
2,0136 0,35
Minyak Jelantah 2,0125 0,55 2,0116 0,55 0,9927
2,0107 0,55
*Bilangan asam dihitung menggunakan rumusan :
VNaOH xTx39.9
Bilangan asam =
m
Keterangan :
VNaOH = Volume titrasi sampel (mL)
M = Massa sampel uji (g)
T = Normalitas larutan NaOH (N)
Lampiran 6
Kadar Metil Ester*
Kadar
Mmol Mmol Mmol Kadar
mFAME FAME
Sampel Bilangan Gliserol Bilangan FAME
(g) rata-rata
Penyabunan Terikat Asam (%-w)
(%-w)
86,6419 5,7020 0,3436 88,18
25,4184
88,4809 5,7020 0,3436 90,19
1 88,67
82,4247 1,9295 0,4360 87,59
25,7166
83,4708 1,9295 0,4360 88,73
85,5216 4,6206 0,4592 88,01
25,2578
84,9450 4,6206 0,4592 87,38
2 90,62
87,1477 1,5522 0,4256 93,18
25,1980
87,8013 1,5522 0,4256 93,89
89,7760 1,3259 0,3829 96,34
24,4263
89,7805 1,3259 0,3829 96,35
3 94,57
90,4143 5,1990 0,3813 92,81
24,9062
90,3826 5,1990 0,3813 92,78
85,4464 8,5691 0,4994 83,56
25,9282
85,2054 8,5691 0,4994 83,30
4 86,62
84,5307 2,2690 0,4669 89,49
25,8892
85,1404 2,2690 0,4669 90,15
85,2403 10,2290 0,4654 81,56
25,7202
85,0878 10,2290 0,4654 81,39
5 76,87
82,6106 16,4662 0,4111 71,92
25,9708
83,2271 16,4662 0,4111 72,59
Keterangan :
6. Sampel produk metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan
katalis campuran 1 : 3
7. Sampel produk metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan
katalis campuran 1 : 2
8. Sampel produk metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan
katalis campuran 1 : 1
9. Sampel produk metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan
katalis campuran 2 : 1
10. Sampel produk metil ester hasil transesterifikasi dengan perbandingan
katalis campuran 3 : 1
Keterangan :
MmolBP = mmol KOH untuk bilangan penyabunan (mmol)
MmolG = mmol gliserol dalam fraksi air (mmol)
MmolBA = mmol bilangan asam (mmol)
MmolME+ = mmol metil ester teoritis (mmol)
x (VB − VT ) x M HCl
25
MmolME+ =
m min yakjelanta h
η .t . ρ Dimana :
η = o
t = waktu alir metil ester (400C)
t o .ρ o t0 = waktu alir air (400C)
ηo = viskositas air (40oC) = 0,654
η = viskositas metil ester (40oC)
ρ = massa jenis metil ester
ρo = massa jenis air = 1,0252 gmL-1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SDN Kenari 01 Pagi selama 6 tahun dan lulus tahun 1997. Pada tahun yang
sama masuk SLTPN 1 Jakarta, lulus tahun 2000 kemudian melanjutkan studi
ke SMUN 4 Jakarta lulus tahun 2003. Pada tahun yang sama diterima di
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jurusan Kimia melalui jalur SPMB (Seleksi
Primamedika (2006-2007).