Professional Documents
Culture Documents
JAKARTA:
AMZAH
BAB I
A. Pengertian hadits
B. Sinonim Hadits
1. Sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk apapun,
baik berkaitan hukum atau tidak.
2. Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi ( baik secara
marfu', mawquf, dan maqthu ) baik berupa perkataa, perbuatan,
persetujuan dan sifat.
3. Aysar adalah suatu yang disandarkn kepada para sahabat / mawquf dan
tabi'in / maqthu baik berua perkataan maupun perbuatan.
Bayan tasyri', yaitu menciptakan hukum syari'at yang belum dijelaskan oleh
Al-Qur'an
BAB II
A. Kedudukan Hadits
− Dalil hadits
− Ijma' para ulama
B. Ingkar Sunnah
Ingkar artinya menolak, tidak mengakui, dan tidak menerima sesuatu, baik
lahir dan batin, ataulisan dan hati yang dilatarbelakangi oleh faktor
ketidaktahuannya atau faktor lain. Menurut istilah adalah paham atau pendapat
perorangan atau paham kelompok, bukan gerakan dan aliran, ada kemungkinan
paham ini dapat menerima sunnah selain sebagai sumber hukum islam.
BAB IV
Imu Hadits dan Sejaran Perkembangannya
A. Ilmu Hadits
Adalah kaidah-kaidah yang mengetahui keadaan / sifat yang diriwayatkannya.
Ilmu hadits terbagi menjadi dua macam yaitu
1) Ilmu hadist riwayah ilmu yang mempelajri tentang segala perkataan
kepada Nabi, segala perbuatannya, periwayatannya, batas – batasannya,
dan ketelitian segala redaksinya
2) Ilmu hadits dirayah ilmu yang mempelajari tetang hakikat periwayatan,
syarat – saratnya, macam – macamnya dan hukum – hukumnya, keadaan
para perawi, macam – macam periwayatan, dah hal – hal yang berkaitan
dengannya
Perbedaan ilmu hadits riwayah dan dirayah
Tujuan Riwayah Dirahah
Objek pembahasan Segala perkataan, Hakikat, sifat – sifat
perbuatan dan dan kaidah – kadiah
persetujuan nabi dalam periwayatan
Pendiri Muhammad bin Abu Muhammad Al –
Syihab Az – Zuhri (w. Hasan bin Abdurahman
124 H) bin Khalap Ar –
Ramahurmuzi
Tujuan Memelihara syariah Meneliti hadits
islam dan otentisitas berdasarkan kaidah –
sunnah kaidah/ persyaratan
daldam periwayatan
Faedah Menjauhi kesalahan Mengetahui periwaytan
dalam periwayatan yang diterima/ meqbul
dan yang tertolak/
mardud
Ada beberapa metode dan pendekatan yang digunakan para penelitik
dalam bidang hadits, adalah:
a. Metode perbandingan
b. Metode kualitatif dekriptif
c. Metode normatif
d. Metode historis
Faedah mempelajari ilmu hadits
Mengetahui istilah – istilah yang disepakati para ulama dalam menilai,
menyaring (filterisasi) dan mengklasifikasikan ke dalam beberapa
macam, baik dari segi kuantitas maupun kualitas sanad dan matan
hadits yang diterima dan mana yang bukan hadits
Mengetahi kaidah – kaidah yang disepakati para ulama dalam menilai,
menyaring (filterasisasi) dan mengklasifikasikan ke dalam beberapa
macam, baik dari segi kuantitas maupun kualiltas sanda dan matan
hadits, sehingga dapat menyimpulkan mana hadits yang diterima dan
mana yang ditolak
Mengetahui usaha – usaha dan jerih payah yang ditempuh para ulama
dalam menerima dan menyampaikan periwayatan hadits, kemudian
menghimpun dan mengkodifikasikannya ke dalam berbagai kitab
hadits
Mengenal tokoh – tokoh ilmu hadits baik riwayah ataupun dirayah
yang mempunyai peran penting dalam perkembangan pemeliharaan
hadits sebagai sumber syari’ah islamiyah sehingga hadits terpelihara
dari pemalsuan tangan – tangan kotor yang tidak bertanggung jawab
Mengetahui hadits yang shahih, hasan, dha’if, muttashil, mursal,
munqthi’, mu’dhal, muqhib, masyhur, gharib, ‘aziz, mutawatir, dan
lain – lain
B. Sejarah perkembanan ilmu hadits
Perkembangan pembukaan ilmu hadits adalah sebagai berikut:
No Masa Karakter Indikator
1 Nabi SAW Telah ada dosar–dasar QS. Al–Hujurat/ 49: 6 dan
ilmu hadits QS. Al–Baqarah/2: 282
2 Sahabat Timbul secara lisan Periwayatan harus disertai
secara eksplisit saksi, bersumpah dan
sanad
3 Tabi’in Telah timbul secara Ilmu hadits bergabung
tertulis tetapi belum dengan fikih dan ushul
terpisah dengan ilmu fiqh, seperti al–umum dan
lain ar–rislaah
4 Tabi’ tabi’in Ilmu hadits telah Telah muncul kitab-kitab
timbul secara terpisah ilmu hadits seperti At-
dari ilmu–ilmu lain Tarikh Al-Kabir li Al-
tetapi belum menyatu Bukhari, Thabaqat At-
Tabiin & Al-‘Illai karya
muslim
5 Setelah Tabi’in Berdiri sendiri sebagai Ilmu hadits pertama Al-
(abad 4 H) ilmu hadits Muhaddits Al-Fashi bayn
Ar-Rawiwa Al-Wa’I
karya Ar-
Ramawahurmuzi
BAB V
Istilash-Istilah Dalam Ilmu hadits
A. Penegrtian Istilah
Istilah adalah persesuaian paham dan tidak adanya perselisihan
(kesepakatan sekelomppok orang tentang sesuatu yang khusus). Musthahalah
Al-Hadits adalah sesuatu yang disepakati ahli hadits dan saling dikenal atau
populer di tengah-tengah mereka. Ilmu mushthalah Al-Hadits adalah ilmu
yang memepelajari tentang apa yang diistilahkan ulama hadits dan dikenal
menjadi uruf (kebiasaan) siantara mareka.
B. Istilah-istilah Dalam Periwayatan
Kerangka hadits terdiri tiga macam :
1. Sanad
Artinya sesuatu yang dijadikan sandaran, pegangan dan pedoman.
Menurut istilah adalah mata rantai para perawi hadits yang
menghubungkan sampai kepada matan hadits.
2. Lambang periwayatan
Macam-macam lambang periwayatan
Metode As-Sama’ – seorang murid mendengarkan penyampaian hadits
dari seseorang guru (syaikh) secara langsung.
Metode Al-Qira’ah/Al-‘Ardh – seorang murid membaca atau yang lain
ikut mendengarkan dan diengarkan jika benar dan meluruskan jika
terjadi kesalahan.
Metode sama’ Al-Mudzakarah – murid mendengar bacaan guru dalam
kontak mudzakarah bahkan dalam kontak menyampaikan periwayatan
yang tentunya tidak siap kedua belah pihak.
Dsebab hadits mu’an’anah
3. Matan
Artinya keras, kuat, sesuatu yang nampak dan yang asli. Menurut isltilah
adalah sesuatu kalimat setelah berakhirnya sanad/ beberapa lafal hadits
yang membentuk beberapa makna
4. Mukharrij/ perawi hadits
Mukharrij adalah seorang yang menyebutkan suatu hadits dalam kitabnya
dengan sanadnya atau penyebut periwayatan seperti al – Bukhori
C. Istilah – istilah dalam kepakaran hadits
Di antara gelar keahlian dalam bidang hadits adalah sebagai berikut:
Amir al – Mu’minim gelar yang tertinggi pada masa tertentu sebagia
seorang penghapal hadits dan mengetahui ilmu dirayah dan riwayah
hadits, sehingga ia menjadi imam atau raja hadits yang banyak dikagumi
oleh para ulama
Hal Hakim gelar keahlian bagi para pakar hadits yang menguasai
seluruh permasalahan hadits
Al – Hujjah pakar hadits yang kemampuan hafalan haditsnya dapat
dijadikan hujah dan menjadi referensi bagi para penghafal hadits
Al – Hafizh
Al – Muhaddits
Al – Musnid
Thalib al – Hadits
D. Berkaitan dengan generasi perawi
a. Thabaqat kaum yang serupa atau sebaya menurut istilah adalah kaum
yang berdekatan atau sebaya dalam usia dan dalam isnad/ dalam isnad saja
b. Sahabat yang punya/ yang menyertai. Menurut istilah adalah orang
yang bertemu dengan nabi dalam keadaan beragama islam dan mati dalam
islam sekalipun dipisah murtad di tengah – tengah menurut pendapat yang
benar
c. Tabi’in orang yang mengikuti/ berjalan dibelakang. Menurut istilah
adalah orang muslim yang bertemu dengan seorang sahabat dan mati
dalam beragama islam
BAB VI
TARKHRIJ HADITS
A. Definisi Takhrij
Takhrij artinya menampakkan, mengluarkan, menerbitkan, menyebutkan dan
menumbuhkan. Maksudnya menampakkan sesuatu yang masih tersembunyi,
tidak kelihatan dan masih samar. Menurut ulama hadits, takhrij adalah
menyebutan seorang penyusun bahwa hadits itu dengan sanadnya terdapat
dalam kitabnya. Menurut ulama hadits pada umumnya takhrij adalah hadits ini
dengan sanadnya disebutkan fulan dalam kitabnya
B. Tujuan Takhrij
- Mengetahui eksistensi suatu hadits apakah benar suatu hadits yang ingin
diteliti terdapat dalam buku – buku hadits/ tidak
- Mengetahui sumber otentik suatu hadits dari buku hadits apa saja
didapatkan
- Mengetahui ada beberapa tempat hadits tersebut dengan sanad yang
berbeda di dalam sebuah buku hadits atau dalam beberapa buku induk
hadits
- Mengetahui kualitas hadits (makbul/ mardud)
C. Faedah dan manfaat takhrij
- Mengetahui referensi beberapa buku hadits
- Menghimpun jumlah sanad hadits
- Mengetahui keadaan sanad yang bersambung dan yang terputus dan
mengetahui kadar kemampuan perawi dalam mengingt hadits serta
kejujuran dalam periwayatan
- Mengetahui satus suatu hadits
- Meningkatkan suatu hadits yang dha’if dan hasan menjadi hasan li
ghayrihi dan shahih lighayrihi
- Mengetahui bagaimana para imam hadits menilai suatu kualitas hadits dan
bagaimana kritikan yang disampaikan
- Seseorang yang melakukan takhrij dapat mengehimpun beberapa sanad
dan matan suatu hadits
D. Metode takhrij
Ada lima metode takhrij dalam arti penelusuran hadits dari sumber buku
hadits, yaitu
1) Takhrij dengan kata (bi al - lafzhi)
Metode takhrij pertama ini penelusuran hadis melalui kata/ lafal matan
hadits baik dari permulaan, pertengahan, dan atau akhiran. Maksud takhrij
dengan kata adalah takhrij dengan katanbend (kalimat isim)/ kata kerja
(kalimah fi’il) bukan kata sambung (kalimah huruf) dalam bahasa arab
yang mempunyai asal akar kata dan huruf
Pengertian nomor – nomor dalam kamus al – mu’jam secara ringkas dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Semua angka sesudah nama – nama kitab atau bab pada shahih al –
bukhari, sunah abu dawud, sunah at – tirmidzi, sunah an – nasa’I,
sunah ibnu majah dan sunah ad – darimi menunjukkan angka bab
bukan angka hadits
b. Semua angka seudah nama – nama kitab/ bab pada shahih muslim dan
muwatha’ malik menunjukan angka urut hadits bukan angka bab
c. Dua angka yang ada pada kitab musnad ahmad angka yang lebih besar
menunjukkan halaman dan angka sesudahnya menunjukkan angka juz
kitab. Hadits musnad ahmad yang berada di dalam kotak bukan yang
dipinggir/ di luar kotak
2) Takhrij dengan tema (bi al – mawadhu’)
Arti takhrij ini adalah penelusuran hadits yang didasarkan pada topik,
misalnya al – khatam, al – khadim, al – ghusi, adh – dhahiya, dan lain –
lain. Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu hadits
kemudian ditelusuri melali kamus hadits tematik, yaitu miftah min kunuz
as – sunnah.
A. Hadits mutawatir
Adalah berita hadits yang bersifat indrawi (didengar/ dilihat) yang
diriwayatkan oleh banyak orang mencapai maksimal di seluruh tingkatan
sanad dan akal menghukumi mustahil menurut tradisi/ adat jumlah yang
maksimal itu berpijak untuk kebohongan. Macam – macam hadits mutawatir,
yitu:
1. Mutawatir lafzhi hadits yang sesuai lafal para perawinnya, baik dengan
menggunakan satu lafal atau lafal lain yang satu makna dan menunjukkan
kepada makna yang dimaksud secara tegas
2. Mutawatir ma’nawi sesuatuyang mutawatir maksud makna hadits
secara konklusif, bukan makna dari lafalnya, makna lafal boleh berbeda
antara beberapa periwaytaan perawi, tetapi maksud kesimpulannya sama
3. Mutawatir ‘amali perbuatan dan pengalaman syari’ah silamiyah yang
dilakukan nabi secara praktis dan terbuka kemudian disaksikan dan diikuti
oleh para sahabat
B. Hadits ahad
Adalah hadits yang tidak memenuhi beberapa persyaratan hadits mutawatir.
Macam – macam hadits ahad, yaitu:
BAB VIII
HADIT DITINJAU DARI KUALITAS SANAD DAN MATAN
BAB IX
HADITS DHA’IF DAN SEBAB – SEBAB KEDHA’IFANNYA
2) Hadits mungathi
Artinya terputus. Adalah hadits yang sanadnya terputus artinya seorang
perawi tidak bertemu langsung dengan pembawa berita baik di awal, di
tengah, atau di akhiri sanad
3) Hadits mudhal
Artinya payah dan sunah. Adalah hadits yang gugur dari sanadnya dua
orang lebih secara berturut – turut
4) Hadits mu’allaq
Artinya bergantung adalah hadits yang sanadnya bergantung karena
dibuang dari awl sanad seorang perawi atau lebih secara berturut – turut
5) Hadits mudallas
Adalah menyembunyikan cacat dalam isnad dan menampkkan cara
(periwayatan) yang baik
B. Dha’if sebab cacat keadilan
a. Hadits matruk
Artinya tertinggal. Adalah hadits yang salah satu periwayatannya seorang
tertuduh dusta
b. Hadits majhul
Artinya tidak diketahui. Adalah seorang perawi yang tidak dikenal jati diri
dan identitasnya
- Majhul al – ‘aym
- Majhul al – hal
c. Hadits mubham
Artinya samar tidak jelas, adalah seorang perawi yang tidak disebutkan
namanya baik dalam sanad atau dalam matan
C. Dha’if sebab cacat kedhabithan
Hadits munkar
Artinya menolak, tidak menerima lawan. Adalah hadits yang pada
sanadnya ada seorang perawi yang parah kesalahannya atau banyak
kelupaan atau nampak kefasikannya
Hadits mu’allall
Artinya penyakit. Adalah hadits yang dilihat didalamnya terdapat ‘illah
(penyakit) yang membuat cacat keshahihan hadits, padahal lahirnya
selamat daripadanya
Hadits mudraj
Artinya memasukkan/ menghimpun/ menyisipkan. (menyisipkan ssuatu
yang belum dianggap menjadi ibagiand ari sesuatu yang lain agar
dianggap bagian darinya). Adalah tambahan atau sisipan dari seorang
perawi untuk menjelaskan atau memberikan pengantar matan hadits tetap
tidak ada pemisah yang membedkaan antara tambahan atau sisipan dan
matan hadits tersebut
Hadits maqlub
Artinya mengubah, mengganti, berpindah, atau membalik. Adalah hadits
yang terbalik susunan kelimatnya tidak sesuai dengan susunan yang
semestinya, terkadang mendahulukan yang seharusnya diakhirkan atau
sebaliknya, atau mengganti kata lain dengan tujuan tertentu
Hadits mudhtarib
Artinya goncangan dan bergetar. Adalah hadits yang kontra antara satu
dengan yang lain tidak dapat di kompromikan dan tidak dapat ditarjih
(tidak dapat dicari yang lebih unggul) dan sama kekuatan kualitasnya
Hadits mushahhaf dan muharraj
Mushahhaf artinya salah baca tulisan adalah hadits yang terdapat
perbedaan di dalamnya dengan mengubah titik sedangkan bentuk
tulisannya tetap. Muharraf artinya mengubah atau mengganti. Adalah
hadits yang terdapat perbedaan didalamnya dengan mengubah syakal/
harakat sedang tulisannya tebal
Hadits syadzdz
Artiny ganjil tidak samas dengan yang mayoritas. Adalah hadits yang
ganjil, karena hanya dia sendiri yang merinwayatkannya atau
periwayatannya mengalalahi perwayatan orang tsiqah/ yang lebih stiqah
dan yang terakhir ini pendapat yang shahih.
BAB X
HADITS MAWDHU’ DAN PERMASALAHANNYA
A. Pengertian
Artinya diletakkan, dibiarkan, digugurkan, ditinggalkan dan dibuat – buat.
Adalah sesuatu yang disandarkan kepada rasul secara mengada – ada dan
bohong dari apa yang tidak dikatakan beliau/ tidak dilakukan dan atau tidak
disetujuinya
B. Sebab – sebab terjadinya hadits mawdhu’
1. Faktor politik
2. Dendam musuh islam
3. Fanatisme kabilah, negeri atau pemimpin
4. Qashshash (tukang cerita)
5. Mendekatkan dengan kebodohan
6. Menjilat penguasa
7. Perbedaan (kehilafiyah) dalam madzhab
C. Tanda – tanda hadits mawdhu’
Tanda – tanda mawdhu’ pada sanad
- Pengakuan pembuatannya sendiri
- Adanya bukti (qarinah), menempati pengakuan
- Adanya bukti pada keadaan perawi
- Kedustaan perawi
Tanda – tanda mawadhu’ pada matan
Lemah susunan lafal dan maknanya
Rusaknya makna
Menyalahi teks al – Quran atau hadits mutawatir menyalahii realita
sejarah
Menyalahi realita sejarah
Hadits sesuai mmadzhab perawi
Mengandung pahala yang berlebihan bagi amal yang kecil
Sahabat dituduh menyebunyikan hadits
D. Usaha para ulama dalam menggulangi hadits mawdhu’
Memelihara sanad hadits
Meningkatkan kesungguhan penelitian
Mengisolir para pendusta hadits
Menerangkan keadaan para perawi
Membelikan kaidah – kaidah hadits
BAB XI
MACAM – MACAM HADITS DARI BERBAGAI TINJAUAN
Secara singkat pembagian hadits dari segi berbagai tinjaun adalah sebagai berikut:
BAB XII
BIOGRAFI SINGKAT BEBERAPA PERAWI HADITS
Di kalangan sahabat
1. Abu Hurairah. W. 57 H, usia 78 th
2. Abdullah bin umar. W. 73 H/ 693 M, usia 87 th
3. Anas bin malik. W. 93 H, usia 7103 th
4. Aisyah. W. 57 H/ 668 M
5. Abdullah bin abbas. W. 68 H, usia 71 th
6. Jabir bin Abdullah. W. 74, usia 94 th
Di antara perawi hadits terkenal
1. Al – bukhari (194/ 810 M – 256 H/ 870 M)
2. Muslim (204 H/ 820 M – 261 H/ 875 M)
3. Abu Dawud (202 H/ 817 M – 275 H/ 889 M)
4. At – Tirmidzi (200 H/ 824 M 279 H/ 892 M)
5. An – Nasa’I (215 H/ 839 M – 303 H/ 915 M)
6. Ibnu Majah (207 H/ 824 M – 273 H/ 887 M)
7. Imam Malik (96 H/ 712 M – 179 H/ 798 M)
8. Imam Ahmad (164 H/ 780 M – 241 H/ 855 M)
9. Ath – Thabrani (260 H/ 873 M – 360 H/ 975 M)
10. Ad – Daruquthni (306 H/ 919 M – 385 H/ 995 M)
11. Ibnu Khuzaimah (405 H/ 838 M – 311 H/ 924 M)
12. Ibnu Hibban (270 an H/ 354 H/ 928 M)