You are on page 1of 22

NAJID KHON, ABDUL. 2009. ULUMUL HADITS.

JAKARTA:
AMZAH

BAB I

Hadits dan Hubungannya dengan Al-Qur'an

A. Pengertian hadits

Adalah suatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan,


perbuatan dan atau persetujuan.

B. Sinonim Hadits

1. Sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk apapun,
baik berkaitan hukum atau tidak.

2. Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi ( baik secara
marfu', mawquf, dan maqthu ) baik berupa perkataa, perbuatan,
persetujuan dan sifat.

3. Aysar adalah suatu yang disandarkn kepada para sahabat / mawquf dan
tabi'in / maqthu baik berua perkataan maupun perbuatan.

C. Perbedaan Hadits Nabawi, Qudsi, dan Al-Qur'an

Hadits Nabawi adalah suatu yang disandarkan ada Nabi sendiri.


Sedangkan hadits Qudsi disandarkan kepada Tuhan. Perbedaannya :

 Pada hadits Nabawi Rosul menjadi sandaran sumber perhatian. Sedangkan


pada hadits Qudsi beliau menyandarkan kepada Allah dan diberitakan
dengan menggunakan redaksinya sendiri.

 Pada hadits Qudsi Nabi hanya memberitakan perkataan / qauli sedang


pada hadits Nabawi pemberitaannya meliputi perkataan, perbuatan dan
persetujuan.
 Hadits Nabawi, lafal dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat,
sedang hadits Qudsi maknanya dari Allah redaksinya disusun oleh Nabi.

 Hadits Qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama. Hadits


Nabawi tidak menggunakan ungkapan tersebut.

Perbedaan Hadits dan Al-Qur'an :

1. Al-Qur'an mu'jizat rasul, hadits bukan mu'jizat sekalipun hadits Qudsi

2. Al-Qur'an terpelihara dari berbagai kekurangan dan pendistorsian tangan


orang-orang jahil, sedangkan hadits tidak terpelihara seperti Al-Qur'an

3. Al-Qur'an diriwayatkan secara mutawatir, sedangkan hadits tidak banyak


diriwayatkan secara mutawatir.

4. Kebenaran ayat-ayat Al-Qur'anbersifat Qath'i al wurud ( pasti/mutlak


keberadaannya ) dan kafir yang mengingkarinya. Hadits kebanyakan
bersifat Zhanni al wurud ( relatif kebenarannya ) kecuali yang mutawatir.

5. Al Qur'an ( lafal ) dan maknanya dari Allahdari Nabi sendiri sesuai


dengan maknanya.

6. Proses penyampaian Al-Qur'an melalui wahyu yang tegas ( jali ) sedang


hadits Qudsi melalui wahyu atau ilham dan atau mimpi dalam tidur.

7. Kewahyuan Al-Qur'an disebut sebagai wahyu matiuw ( wahyu yang


dibacakan ) tetapi terlintas dalam hati jelas dan yakin kemudian
diungkapkan Nabi dengan redaksinya sendiri.

8. Mmebaca Al-Qur'an dinilai sebagai ibadah, sedang membaca hadits


sekalipun Qudsi tidak dinilai ibadah kecuali disertai dengan niat yang
baru.
9. Diantara surah Al-qur'an wajib dibaca dalam sholat.

D. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur'an

 Bayan Taqrir, yaitu memperkuat ketarangan Al-Qur'an

 Bayan Tafsir, yaitu penjelas terhadap Al-qur'an

a. Thafsil Al-Mujmal ( memperinci yang global )

b. Thakhshis Al-Amm ( mengkhususkan yang umum )

c. Taqyid Al-Mutlaq ( membatasi kemutlakan ayat-ayat Al-Qur'an )

 Bayan Naskhi, yaitu menghapus hukum yang diterangkan dalam Al-Qur'an

 Bayan tasyri', yaitu menciptakan hukum syari'at yang belum dijelaskan oleh
Al-Qur'an

BAB II

Kedudukan Hadits dan Ingkar Sunnah

A. Kedudukan Hadits

1. Hadits sumber hukum islam

− Fungsi sunnah sebagai penjelas

− Mayoritas sunnah relatif kebenarannya

2. Dalil-dalil kehujahan hadits

− Dalil Al-Qur'an seperti QS.3: 179, QS. 4 : 136

− Dalil hadits
− Ijma' para ulama

B. Ingkar Sunnah

Ingkar artinya menolak, tidak mengakui, dan tidak menerima sesuatu, baik
lahir dan batin, ataulisan dan hati yang dilatarbelakangi oleh faktor
ketidaktahuannya atau faktor lain. Menurut istilah adalah paham atau pendapat
perorangan atau paham kelompok, bukan gerakan dan aliran, ada kemungkinan
paham ini dapat menerima sunnah selain sebagai sumber hukum islam.

* Ingkar Sunnah Klasik


Terjadi pada masa Imam Syafi'i ( W.204 H ). Ada tiga kelompok
pengingkar sunnah yaitu :
1. Menolak sunnah secara keseluruhan, hanya mengakui Al-Qur'an saja
2. Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Al-Qur'an
3. Hanya menerima sunnah mutawatir saja.
* Ingkar Sunnah Modern
Sebab utama timbulnya ingkar sunnah modern adalah akibat pengaruh
kolonialisme yang semakin dahsyatsejak awal abad 19 M di dunia islam, terutama
di India setelah terjadinya pemberontakan melawan kolonial Inggris 1875 M.
Argumentasi yang dijadikan pedoman ingkar sunnah adalah :
~Al-Qur’an turun sebagai penerang atas segala sesuatu secara sempurna, bahkan
yang diterangkan.
~Penulisan sunnah dilarang, seandainya sunnah dijadikan dasar hukum islam pasti
Nabi tidak melarang.
~Al-Qur’an bersifat Qhat’I ( pasti absolut kebenarannya ) sedang sunnah bersifat
Zhanni ( bersifat relatif kebenarannya ), maka jika terjadi kontradiksi antara
keduanya, sunnah tidak dapat berdiri sendiri sebagai produk hukum baru.
BAB III
Sejarah Penghimpunan dan Pembinaan Hadits

No Periode Perkembangan Karakteristik Penulisan Model Buku

1. Masa Nabi Larangan Hadits dihafal diluar Catatan


Muhammad penulisan wahyu kepala pribadi
bentuk
shahifah /
lembaran

2. Masa Penyederhanaan Disertai sumpah dan Catatan


Sahabat periwayatan pada saksi pada masa pribadi
masa khulafaurrasyidin dan dalam
khulafaurrasyidin disertai sanad pada masa bentuk
dan masa setelahnya lembaran
perlawatan hadits
masa setelahnya

3. Masa Penghimpunan Bercampur antara hadits Shahifah,


Tabi’in hadits (aAl-Jam’u Nabi dan fatwa sahabat Mushannaf,
wal Tadwin) dan Aqwal Shabat muwatha’,
mushad, dan
jami’

4. Masa Tabi’ Kejayaan Filterisasi dan Musnad,


Thabi’in kodifikasi hadits klasifikasi jami’, dan
sunnah

5. Masa Penghimpunan Bereferensi pada buku- Mu’jam,


setelah penertiban secara buku sebelumnya tetapi mustadraf,
Tabi’. sistematik lebih sistematik mutakhroj,
Tabi’in / ikhtisar,
abad IV H- syarah,
seterusnya tawaid,
jami’,
jawami’,
athraf,
takhrij, dan
mu’jam

Kitab Hadits yang Dipedomani


Derajat kitab-kitab hadits dibagi menjadi 4 tingkatan :
1. Kitab shohih
Maksud kitab shohih adalah Al-Muwatha’, shahih Al-Bukhari dan Shahih
muslim
2. Kitab Sunan
Maksud kitab sunan adalah empat sunan yaitu Sunan Abu Dawud, Sunan
At-Tarmidzi, Sunan An-Nasa’I, dan Sunan Majah dan Sunan ahmad
3. Kitab-kitab Mushad
Maksud kitab Musnad selain Musnad Ahmad seperti musnad Abi Ya’ia,
Musnad ‘Abd Ar-Razzaq, Mishannaf Abi Bakar bin Abi Syaybah,
Mushnad Ath-thayalisi, Sunan Al-Bhayaki, kitab-kitab At-Thahawi, dan
kitab At-Thabarani
4. Kitab-kitab hadits lain
Maksud tingkatan ini adalah kitab-kitab Al-asakir, ad-Dailami, ibm An-
Najar Abu Nu’aim, dst

BAB IV
Imu Hadits dan Sejaran Perkembangannya
A. Ilmu Hadits
Adalah kaidah-kaidah yang mengetahui keadaan / sifat yang diriwayatkannya.
Ilmu hadits terbagi menjadi dua macam yaitu
1) Ilmu hadist riwayah  ilmu yang mempelajri tentang segala perkataan
kepada Nabi, segala perbuatannya, periwayatannya, batas – batasannya,
dan ketelitian segala redaksinya
2) Ilmu hadits dirayah  ilmu yang mempelajari tetang hakikat periwayatan,
syarat – saratnya, macam – macamnya dan hukum – hukumnya, keadaan
para perawi, macam – macam periwayatan, dah hal – hal yang berkaitan
dengannya
Perbedaan ilmu hadits riwayah dan dirayah
Tujuan Riwayah Dirahah
Objek pembahasan Segala perkataan, Hakikat, sifat – sifat
perbuatan dan dan kaidah – kadiah
persetujuan nabi dalam periwayatan
Pendiri Muhammad bin Abu Muhammad Al –
Syihab Az – Zuhri (w. Hasan bin Abdurahman
124 H) bin Khalap Ar –
Ramahurmuzi
Tujuan Memelihara syariah Meneliti hadits
islam dan otentisitas berdasarkan kaidah –
sunnah kaidah/ persyaratan
daldam periwayatan
Faedah Menjauhi kesalahan Mengetahui periwaytan
dalam periwayatan yang diterima/ meqbul
dan yang tertolak/
mardud
Ada beberapa metode dan pendekatan yang digunakan para penelitik
dalam bidang hadits, adalah:
a. Metode perbandingan
b. Metode kualitatif dekriptif
c. Metode normatif
d. Metode historis
Faedah mempelajari ilmu hadits
 Mengetahui istilah – istilah yang disepakati para ulama dalam menilai,
menyaring (filterisasi) dan mengklasifikasikan ke dalam beberapa
macam, baik dari segi kuantitas maupun kualitas sanad dan matan
hadits yang diterima dan mana yang bukan hadits
 Mengetahi kaidah – kaidah yang disepakati para ulama dalam menilai,
menyaring (filterasisasi) dan mengklasifikasikan ke dalam beberapa
macam, baik dari segi kuantitas maupun kualiltas sanda dan matan
hadits, sehingga dapat menyimpulkan mana hadits yang diterima dan
mana yang ditolak
 Mengetahui usaha – usaha dan jerih payah yang ditempuh para ulama
dalam menerima dan menyampaikan periwayatan hadits, kemudian
menghimpun dan mengkodifikasikannya ke dalam berbagai kitab
hadits
 Mengenal tokoh – tokoh ilmu hadits baik riwayah ataupun dirayah
yang mempunyai peran penting dalam perkembangan pemeliharaan
hadits sebagai sumber syari’ah islamiyah sehingga hadits terpelihara
dari pemalsuan tangan – tangan kotor yang tidak bertanggung jawab
 Mengetahui hadits yang shahih, hasan, dha’if, muttashil, mursal,
munqthi’, mu’dhal, muqhib, masyhur, gharib, ‘aziz, mutawatir, dan
lain – lain
B. Sejarah perkembanan ilmu hadits
Perkembangan pembukaan ilmu hadits adalah sebagai berikut:
No Masa Karakter Indikator
1 Nabi SAW Telah ada dosar–dasar QS. Al–Hujurat/ 49: 6 dan
ilmu hadits QS. Al–Baqarah/2: 282
2 Sahabat Timbul secara lisan Periwayatan harus disertai
secara eksplisit saksi, bersumpah dan
sanad
3 Tabi’in Telah timbul secara Ilmu hadits bergabung
tertulis tetapi belum dengan fikih dan ushul
terpisah dengan ilmu fiqh, seperti al–umum dan
lain ar–rislaah
4 Tabi’ tabi’in Ilmu hadits telah Telah muncul kitab-kitab
timbul secara terpisah ilmu hadits seperti At-
dari ilmu–ilmu lain Tarikh Al-Kabir li Al-
tetapi belum menyatu Bukhari, Thabaqat At-
Tabiin & Al-‘Illai karya
muslim
5 Setelah Tabi’in Berdiri sendiri sebagai Ilmu hadits pertama Al-
(abad 4 H) ilmu hadits Muhaddits Al-Fashi bayn
Ar-Rawiwa Al-Wa’I
karya Ar-
Ramawahurmuzi

C. Cabang-cabang Ilmu Hadits


Cabang-cabang ilmu hadits yang terpenting baik dilihat dari segi sanad
atau matan dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Ilmu Rijal Al-Hadits
- Ilmu Tawarikhy Ar-Ruwah  ilmu yang memperlajari waktu yang
membatasi keadaan kelahiran, wafat, peristiwa / kejadian, dll.
- Ilmu Al-Jaryh wa At-Ta’dil  ilmu yang membahas tentang para perawi
dari segi apa yang daatang dari keadaan mereka, dari apa yang mencela
merekia/yang memuji mereka dengan menggunakan kata-kata khusus.
2. Ilmu ‘Ilal Al-Hadits
Adalah ilmu yang membahas suatu sebab yang tersembunyi yang
membuat cacat pada hadits sementara lahirnya tidak nampak adanya cacat
tersebut.
3. Ilmu Gharib Al-Hadits
Adalah ilmu yang mempelajari makna matan hadits dari lafal yang
sulit dan aing bagi kebanyakan manusia, karena tidak umum dipakai ornag
arab.
4. Ilmu Mukhtalif Al-Hadits
Hadits makbul kontradiksi dengan sesamanya serta memungkinkan
dikompromikan antara keduanya.
5. Ilmu Nasikh wa mansukh
Ilmu yang membahas tentang hadits-hadits yang menasakh dan yang
dinasakh. Atau yang mrmbahas hadits-hadits yang kontradiktif yang tida
mungkin dikompromikan, yang datang belakangan sebagai nasikh dan
yang datang duluan sebagai mansukh.
6. Ilmu fohn Al-mubhamat
Ilmu yang membicarakan tentang seseorang yang samar namanya dalam
matan/sanad.
7. Ilmu Asbab Wurud Al-hadits
Ilmu yang menberangkan sebab-sebab datangnya hadits dan beberapa
munasabahnya (latar belakang)
8. Ilmu Tashif wa tahrif
Ilmu yang membahas hadits-hadits yang diubah titiknya (mushannaf) atau
dirubah bentuknya (muharraj)
9. Ilmu Musthalah Al-hadits
Ilmu yang membahas tentang pengertian istilah-istilah hadits dab yang
dikenal antara mereka.

BAB V
Istilash-Istilah Dalam Ilmu hadits

A. Penegrtian Istilah
Istilah adalah persesuaian paham dan tidak adanya perselisihan
(kesepakatan sekelomppok orang tentang sesuatu yang khusus). Musthahalah
Al-Hadits adalah sesuatu yang disepakati ahli hadits dan saling dikenal atau
populer di tengah-tengah mereka. Ilmu mushthalah Al-Hadits adalah ilmu
yang memepelajari tentang apa yang diistilahkan ulama hadits dan dikenal
menjadi uruf (kebiasaan) siantara mareka.
B. Istilah-istilah Dalam Periwayatan
Kerangka hadits terdiri tiga macam :
1. Sanad
Artinya sesuatu yang dijadikan sandaran, pegangan dan pedoman.
Menurut istilah adalah mata rantai para perawi hadits yang
menghubungkan sampai kepada matan hadits.
2. Lambang periwayatan
Macam-macam lambang periwayatan
 Metode As-Sama’ – seorang murid mendengarkan penyampaian hadits
dari seseorang guru (syaikh) secara langsung.
 Metode Al-Qira’ah/Al-‘Ardh – seorang murid membaca atau yang lain
ikut mendengarkan dan diengarkan jika benar dan meluruskan jika
terjadi kesalahan.
 Metode sama’ Al-Mudzakarah – murid mendengar bacaan guru dalam
kontak mudzakarah bahkan dalam kontak menyampaikan periwayatan
yang tentunya tidak siap kedua belah pihak.
 Dsebab hadits mu’an’anah

3. Matan
Artinya keras, kuat, sesuatu yang nampak dan yang asli. Menurut isltilah
adalah sesuatu kalimat setelah berakhirnya sanad/ beberapa lafal hadits
yang membentuk beberapa makna
4. Mukharrij/ perawi hadits
Mukharrij adalah seorang yang menyebutkan suatu hadits dalam kitabnya
dengan sanadnya atau penyebut periwayatan seperti al – Bukhori
C. Istilah – istilah dalam kepakaran hadits
Di antara gelar keahlian dalam bidang hadits adalah sebagai berikut:
 Amir al – Mu’minim  gelar yang tertinggi pada masa tertentu sebagia
seorang penghapal hadits dan mengetahui ilmu dirayah dan riwayah
hadits, sehingga ia menjadi imam atau raja hadits yang banyak dikagumi
oleh para ulama
 Hal Hakim  gelar keahlian bagi para pakar hadits yang menguasai
seluruh permasalahan hadits
 Al – Hujjah  pakar hadits yang kemampuan hafalan haditsnya dapat
dijadikan hujah dan menjadi referensi bagi para penghafal hadits
 Al – Hafizh
 Al – Muhaddits
 Al – Musnid
 Thalib al – Hadits
D. Berkaitan dengan generasi perawi
a. Thabaqat  kaum yang serupa atau sebaya menurut istilah adalah kaum
yang berdekatan atau sebaya dalam usia dan dalam isnad/ dalam isnad saja
b. Sahabat  yang punya/ yang menyertai. Menurut istilah adalah orang
yang bertemu dengan nabi dalam keadaan beragama islam dan mati dalam
islam sekalipun dipisah murtad di tengah – tengah menurut pendapat yang
benar
c. Tabi’in  orang yang mengikuti/ berjalan dibelakang. Menurut istilah
adalah orang muslim yang bertemu dengan seorang sahabat dan mati
dalam beragama islam
BAB VI
TARKHRIJ HADITS

A. Definisi Takhrij
Takhrij artinya menampakkan, mengluarkan, menerbitkan, menyebutkan dan
menumbuhkan. Maksudnya menampakkan sesuatu yang masih tersembunyi,
tidak kelihatan dan masih samar. Menurut ulama hadits, takhrij adalah
menyebutan seorang penyusun bahwa hadits itu dengan sanadnya terdapat
dalam kitabnya. Menurut ulama hadits pada umumnya takhrij adalah hadits ini
dengan sanadnya disebutkan fulan dalam kitabnya
B. Tujuan Takhrij
- Mengetahui eksistensi suatu hadits apakah benar suatu hadits yang ingin
diteliti terdapat dalam buku – buku hadits/ tidak
- Mengetahui sumber otentik suatu hadits dari buku hadits apa saja
didapatkan
- Mengetahui ada beberapa tempat hadits tersebut dengan sanad yang
berbeda di dalam sebuah buku hadits atau dalam beberapa buku induk
hadits
- Mengetahui kualitas hadits (makbul/ mardud)
C. Faedah dan manfaat takhrij
- Mengetahui referensi beberapa buku hadits
- Menghimpun jumlah sanad hadits
- Mengetahui keadaan sanad yang bersambung dan yang terputus dan
mengetahui kadar kemampuan perawi dalam mengingt hadits serta
kejujuran dalam periwayatan
- Mengetahui satus suatu hadits
- Meningkatkan suatu hadits yang dha’if dan hasan menjadi hasan li
ghayrihi dan shahih lighayrihi
- Mengetahui bagaimana para imam hadits menilai suatu kualitas hadits dan
bagaimana kritikan yang disampaikan
- Seseorang yang melakukan takhrij dapat mengehimpun beberapa sanad
dan matan suatu hadits
D. Metode takhrij
Ada lima metode takhrij dalam arti penelusuran hadits dari sumber buku
hadits, yaitu
1) Takhrij dengan kata (bi al - lafzhi)
Metode takhrij pertama ini penelusuran hadis melalui kata/ lafal matan
hadits baik dari permulaan, pertengahan, dan atau akhiran. Maksud takhrij
dengan kata adalah takhrij dengan katanbend (kalimat isim)/ kata kerja
(kalimah fi’il) bukan kata sambung (kalimah huruf) dalam bahasa arab
yang mempunyai asal akar kata dan huruf
Pengertian nomor – nomor dalam kamus al – mu’jam secara ringkas dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Semua angka sesudah nama – nama kitab atau bab pada shahih al –
bukhari, sunah abu dawud, sunah at – tirmidzi, sunah an – nasa’I,
sunah ibnu majah dan sunah ad – darimi menunjukkan angka bab
bukan angka hadits
b. Semua angka seudah nama – nama kitab/ bab pada shahih muslim dan
muwatha’ malik menunjukan angka urut hadits bukan angka bab
c. Dua angka yang ada pada kitab musnad ahmad angka yang lebih besar
menunjukkan halaman dan angka sesudahnya menunjukkan angka juz
kitab. Hadits musnad ahmad yang berada di dalam kotak bukan yang
dipinggir/ di luar kotak
2) Takhrij dengan tema (bi al – mawadhu’)
Arti takhrij ini adalah penelusuran hadits yang didasarkan pada topik,
misalnya al – khatam, al – khadim, al – ghusi, adh – dhahiya, dan lain –
lain. Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu hadits
kemudian ditelusuri melali kamus hadits tematik, yaitu miftah min kunuz
as – sunnah.

3) Takhrij dengan permulaan matan (bi awwal al - matan)


Takhrij menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal
suatu matan dimulai dengan huruf mim maka dicari bab mim
4) Takhrij melalui sanad pertama (bi ar – rawi al – a’la)
Takhrij ini menelusuri hadits melalui sanad yang pertama atau yang paling
atasyakni para sahabat (muttasil isnad) atau tabi’in (dalam hadits mursal)
5) Takhrij dengan sifat (bi ash - shifah)
BAB VII
HADITS DITINJAU DARI KUANTITAS PERAWI

A. Hadits mutawatir
Adalah berita hadits yang bersifat indrawi (didengar/ dilihat) yang
diriwayatkan oleh banyak orang mencapai maksimal di seluruh tingkatan
sanad dan akal menghukumi mustahil menurut tradisi/ adat jumlah yang
maksimal itu berpijak untuk kebohongan. Macam – macam hadits mutawatir,
yitu:
1. Mutawatir lafzhi  hadits yang sesuai lafal para perawinnya, baik dengan
menggunakan satu lafal atau lafal lain yang satu makna dan menunjukkan
kepada makna yang dimaksud secara tegas
2. Mutawatir ma’nawi  sesuatuyang mutawatir maksud makna hadits
secara konklusif, bukan makna dari lafalnya, makna lafal boleh berbeda
antara beberapa periwaytaan perawi, tetapi maksud kesimpulannya sama
3. Mutawatir ‘amali  perbuatan dan pengalaman syari’ah silamiyah yang
dilakukan nabi secara praktis dan terbuka kemudian disaksikan dan diikuti
oleh para sahabat
B. Hadits ahad
Adalah hadits yang tidak memenuhi beberapa persyaratan hadits mutawatir.
Macam – macam hadits ahad, yaitu:

1. Hadits mashur  artinya tenar, terkenal dan menampakkan


- Mashur isthilahi
- Masyur ghayr ishthilahi
2. Hadits ‘aziz  artinya sedikit dan langka. Menurut istilah adalah hadits
yang diriwayatkan oleh dua orang perawi pada seluruh tingkatan
(thabagat) sanad atau walaupun dalam satu tingkatan saja
3. Hadits hgarib  artinya sendirian, tersolir, jauh dari kerabat, perantau,
asing dan sulit dipahami. Menurut istilah adalah hadits yang terdapt hanya
seorang perawi dalam satu tingkatan (thabaqat) sanad atau pada sebagian
tingkatan sanad walaupun dalam salah satu tingkatan saja sedangkan pada
tingkatan yang lain lebih dari satu orang.
- Gharib mutlak
- Gharib nisbi
1. Muqayyad bi ats – tsiqah
2. Muqayyad bi – al – balad
3. Muqayyad ila ar – rawi

BAB VIII
HADIT DITINJAU DARI KUALITAS SANAD DAN MATAN

Hadits dilihat dari segi kualitasnya ada 2 macam yaitu:


- Hadits maqbul  artinya diterima. Adalah hadits yang unggul pembenaran
pemberitaannya. (mutawatir dan ahad yang shahih dan hasan)
- Hadits mardud  artinya ditolak atau tidak diterma (hadits dha’if)
Sedangkan hadits dilihat dari segi kualitas sanad dan matanya ada 3 macam yaitu
1. Hadits shahih
Menurut bahasa artinya orang sehat  hadits yang sehat dan benar tidak
terdapat penyakit dan cacat. Menurut istilah adalah hadits yang muttashil
(bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan dhabith (kuat daya
ingatan) sempurna dari sesamannya, selamat dari kejanggalan (syadz),dan
cacat (‘illat). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hadits shahih
mempunyai 5 kriteria, yaitu:
1. persambungan sanad
2. keadilan para perawi
3. para perawi bersifat dhabith
4. tidak terjadi kejanggalan (syadzdz)
5. tidak terjadi ‘illat (cacat)
2. Hadits hasan
Adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil,
kurang sedikit kedhabittannya, tidak ada kegaganjilan (syadz), dan tidak ada
‘illat. Hadits hasan ada 2 macam, yaitu lildzatih dan lighayrih
3. Hadits dha’if
Adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian atau semua persyaratan hadits
hasan atau shahih

BAB IX
HADITS DHA’IF DAN SEBAB – SEBAB KEDHA’IFANNYA

A. Dha’if sebab pengguguran sanad


1) Hadits mursal
Mursal artinya terlepas/ bebas tanpa ada ikatan. Menurut istilah adalah
hadits yang diriwayatkan oleh tabi’in, baik tabi’in senior ataupun yunior
tanpa menyebutkan penghubung antara seorang tabi’in dan nabi yaitu
seorang sahabat.
Macam – macam hadits mursal yaitu:
a. Mursal tabi’I
b. Mursal shahabi
c. Mursal khafi

2) Hadits mungathi
Artinya terputus. Adalah hadits yang sanadnya terputus artinya seorang
perawi tidak bertemu langsung dengan pembawa berita baik di awal, di
tengah, atau di akhiri sanad
3) Hadits mudhal
Artinya payah dan sunah. Adalah hadits yang gugur dari sanadnya dua
orang lebih secara berturut – turut
4) Hadits mu’allaq
Artinya bergantung adalah hadits yang sanadnya bergantung karena
dibuang dari awl sanad seorang perawi atau lebih secara berturut – turut
5) Hadits mudallas
Adalah menyembunyikan cacat dalam isnad dan menampkkan cara
(periwayatan) yang baik
B. Dha’if sebab cacat keadilan
a. Hadits matruk
Artinya tertinggal. Adalah hadits yang salah satu periwayatannya seorang
tertuduh dusta
b. Hadits majhul
Artinya tidak diketahui. Adalah seorang perawi yang tidak dikenal jati diri
dan identitasnya
- Majhul al – ‘aym
- Majhul al – hal
c. Hadits mubham
Artinya samar tidak jelas, adalah seorang perawi yang tidak disebutkan
namanya baik dalam sanad atau dalam matan
C. Dha’if sebab cacat kedhabithan
 Hadits munkar
Artinya menolak, tidak menerima lawan. Adalah hadits yang pada
sanadnya ada seorang perawi yang parah kesalahannya atau banyak
kelupaan atau nampak kefasikannya

 Hadits mu’allall
Artinya penyakit. Adalah hadits yang dilihat didalamnya terdapat ‘illah
(penyakit) yang membuat cacat keshahihan hadits, padahal lahirnya
selamat daripadanya
 Hadits mudraj
Artinya memasukkan/ menghimpun/ menyisipkan. (menyisipkan ssuatu
yang belum dianggap menjadi ibagiand ari sesuatu yang lain agar
dianggap bagian darinya). Adalah tambahan atau sisipan dari seorang
perawi untuk menjelaskan atau memberikan pengantar matan hadits tetap
tidak ada pemisah yang membedkaan antara tambahan atau sisipan dan
matan hadits tersebut
 Hadits maqlub
Artinya mengubah, mengganti, berpindah, atau membalik. Adalah hadits
yang terbalik susunan kelimatnya tidak sesuai dengan susunan yang
semestinya, terkadang mendahulukan yang seharusnya diakhirkan atau
sebaliknya, atau mengganti kata lain dengan tujuan tertentu
 Hadits mudhtarib
Artinya goncangan dan bergetar. Adalah hadits yang kontra antara satu
dengan yang lain tidak dapat di kompromikan dan tidak dapat ditarjih
(tidak dapat dicari yang lebih unggul) dan sama kekuatan kualitasnya
 Hadits mushahhaf dan muharraj
Mushahhaf artinya salah baca tulisan adalah hadits yang terdapat
perbedaan di dalamnya dengan mengubah titik sedangkan bentuk
tulisannya tetap. Muharraf artinya mengubah atau mengganti. Adalah
hadits yang terdapat perbedaan didalamnya dengan mengubah syakal/
harakat sedang tulisannya tebal
 Hadits syadzdz
Artiny ganjil tidak samas dengan yang mayoritas. Adalah hadits yang
ganjil, karena hanya dia sendiri yang merinwayatkannya atau
periwayatannya mengalalahi perwayatan orang tsiqah/ yang lebih stiqah
dan yang terakhir ini pendapat yang shahih.
BAB X
HADITS MAWDHU’ DAN PERMASALAHANNYA

A. Pengertian
Artinya diletakkan, dibiarkan, digugurkan, ditinggalkan dan dibuat – buat.
Adalah sesuatu yang disandarkan kepada rasul secara mengada – ada dan
bohong dari apa yang tidak dikatakan beliau/ tidak dilakukan dan atau tidak
disetujuinya
B. Sebab – sebab terjadinya hadits mawdhu’
1. Faktor politik
2. Dendam musuh islam
3. Fanatisme kabilah, negeri atau pemimpin
4. Qashshash (tukang cerita)
5. Mendekatkan dengan kebodohan
6. Menjilat penguasa
7. Perbedaan (kehilafiyah) dalam madzhab
C. Tanda – tanda hadits mawdhu’
 Tanda – tanda mawdhu’ pada sanad
- Pengakuan pembuatannya sendiri
- Adanya bukti (qarinah), menempati pengakuan
- Adanya bukti pada keadaan perawi
- Kedustaan perawi
 Tanda – tanda mawadhu’ pada matan
 Lemah susunan lafal dan maknanya
 Rusaknya makna
 Menyalahi teks al – Quran atau hadits mutawatir menyalahii realita
sejarah
 Menyalahi realita sejarah
 Hadits sesuai mmadzhab perawi
 Mengandung pahala yang berlebihan bagi amal yang kecil
 Sahabat dituduh menyebunyikan hadits
D. Usaha para ulama dalam menggulangi hadits mawdhu’
 Memelihara sanad hadits
 Meningkatkan kesungguhan penelitian
 Mengisolir para pendusta hadits
 Menerangkan keadaan para perawi
 Membelikan kaidah – kaidah hadits

BAB XI
MACAM – MACAM HADITS DARI BERBAGAI TINJAUAN
Secara singkat pembagian hadits dari segi berbagai tinjaun adalah sebagai berikut:

Hadits dalam berbagai tinjauan

Sumber berita persambungan sanad sifat sanad dan cara


penyampaian

1. H. Qudsi 1. H. Muttashil/ 1. H. Mu’an’an


2. H. Marfu’ mawshul 2. H. Mu’annan
3. H. Mawquf 2. H. Mushad 3. H. Musalsal
4. H. maqthu’ 4. H. ‘Ali dan Nazil

BAB XII
BIOGRAFI SINGKAT BEBERAPA PERAWI HADITS

 Di kalangan sahabat
1. Abu Hurairah. W. 57 H, usia 78 th
2. Abdullah bin umar. W. 73 H/ 693 M, usia 87 th
3. Anas bin malik. W. 93 H, usia 7103 th
4. Aisyah. W. 57 H/ 668 M
5. Abdullah bin abbas. W. 68 H, usia 71 th
6. Jabir bin Abdullah. W. 74, usia 94 th
 Di antara perawi hadits terkenal
1. Al – bukhari (194/ 810 M – 256 H/ 870 M)
2. Muslim (204 H/ 820 M – 261 H/ 875 M)
3. Abu Dawud (202 H/ 817 M – 275 H/ 889 M)
4. At – Tirmidzi (200 H/ 824 M 279 H/ 892 M)
5. An – Nasa’I (215 H/ 839 M – 303 H/ 915 M)
6. Ibnu Majah (207 H/ 824 M – 273 H/ 887 M)
7. Imam Malik (96 H/ 712 M – 179 H/ 798 M)
8. Imam Ahmad (164 H/ 780 M – 241 H/ 855 M)
9. Ath – Thabrani (260 H/ 873 M – 360 H/ 975 M)
10. Ad – Daruquthni (306 H/ 919 M – 385 H/ 995 M)
11. Ibnu Khuzaimah (405 H/ 838 M – 311 H/ 924 M)
12. Ibnu Hibban (270 an H/ 354 H/ 928 M)

You might also like