You are on page 1of 127

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada

faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk

menghasilkan out put proses pembelajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya

guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru

adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat

mempengaruhi pendidikan. Pentingnya pendidikan dalam rangka peningkatan

sumber daya manusia ini maka, jajaran Departemen Pendidikan Kebudayaan telah

mengambil kebijakan ke arah penyempurnaan sistem pendidikan. Pendidikan

tidak lepas dari pelaku-pelaku pendidik itu sendiri yang dalam proses

pembelajaran melakukan berbagai pendekatan, cara maupun strategi ke arah

peningkatan mutu pendidikan. Pada pembelajaran kimia misalnya, guru

menginginkan agar setiap materi ajar dapat dikuasai oleh siswa, begitu pula

sebaliknya, siswa menginginkan agar setiap materi yang diajarkan bisa diserap

dan dipahami oleh siswa itu sendiri, sehingga masalah yang terjadi

memungkinkan untuk dipecahkan.

Secara garis besar, konsep-konsep dalam kimia dapat dibagi menjadi dua

kategori, yaitu konsep konkrit dan konsep terdefenisi. Konsep konkrit

digeneralisasi dari pengamatan langsung terhadap gejala alam atau hasil

eksperimen, seperti misalnya konsep tentang wujud zat, dan konsep asam basa.
2

Konsep terdefenisi adalah konsep yang ditetapkan dan digunakan untuk

menjelaskan suatu obyek, misalnya peristiwa abstrak seperti ionisasi dan solvasi.

Mampu di jelaskan dengan media pembelajaran macromedia flash.

Dalam pembelajaran kimia dituntut seorang guru harus mampu mengusai

metode-metode pembelajaran yang menyenangkan yang dapat membuat siswa

mampu menganalisis dan memahami materi dengan baik, sehingga pembelajaran

dapat berlangsung dengan efektif dan efisiensi, maka perlu adanya media

pembelajaran berbasis flash yang di gunakan dengan tujuan agar konsep materi

mudah difahami dalam peningkatan hasil belajar. Salah satu media alternatif yang

digunakan untuk memberikan pemahaman konsep kepada siswa pada pelajaran

kimia khususnya pada materi system koloid walaupun tidak lagi dengan

melakukan eksperimen atau demonstrasi lewat laboratorium.

Selain strategi yang digunakan oleh guru sebagai pendidik, media juga

merupakan komponen penting dalam pencapaian tujuan dalam suatu proses

pembelajaran. Media yang tepat dan menarik perhatian tentunya akan lebih mudah

untuk difahami peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan

adanya media, maka kegiatan pembelajaran juga tidak monoton sehingga

menghindarkan timbulnya kebosanan pada peserta didik.

Dengan adanya kemajuan teknologi, maka media yang dapat digunakan

pun kian beragam. Terutama sejak teknologi multimedia meningkat pesat akhir-

akhir ini, maka pilihan media pun semakin beragam, terutama media yang

berbasis software komputer. Salah satu media yang sangat menarik dan konkret

adalah media berbasis Flash Macromedia Flash. Dengan media ini, maka proses
3

pembelajaran pun menjadi menarik. Konsep-konsep abstrak pun dapat dijelaskan

dengan konkret dan dengan tampilan animasi-animasi yang lebih berwarna.

Bunurul (2008:) Pembelajaran dengan menggunakan software computer

macromedia flash player lebih memotivasi siswa dalam pengembangan hasil

belajarnya. Software ini pun banyak digunakan untuk mendukung pembelajaran

berbasis komputer (CAI). Namun, apakah dengan kecanggihan yang ditawarkan

pembelajaran ini dapat menggantikan posisi guru masih merupakan tanda tanya

besar.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi masalah

tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan

media berbasis flash Macromedia Flash dengan tujuan mampu memberikan

pemahaman konsepsi belajar siswa yang mandiri, epektif dan efisien serta

menyenangkan.

Dari hasil observasi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tapa, bahwa

pembelajaran yang selama ini digunakan guru kimia masih kurang menumbuhkan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selama ini pembelajaran kimia

disajikan dalam bentuk pembelajaran langsung seperti ceramah, tanya jawab, dan

pemberian soal latihan tanpa menggunakan media pembelajaran. Pada proses

pembelajaran berlangsung, hanya beberapa siswa yang mampu mengemukakan

pendapat atau ide serta kurangnya kerja sama antar siswa serta interaksi antara

siswa dan guru. Pada observasi ini diperoleh data hasil belajar siswa pada konsep

sistem koloid di tahun ajaran 2006/2007 jumlah persentase kelulusan dengan nilai

ketuntasan 65 hanya 51 % (nilai asli), sedangkan di tahun ajaran 2007/2008


4

dengan nilai ketuntasan 65 mencapai 49% (nilai asli). Meskipun kita ketahui

bahwa mata pelajaraan sistem koloid tergolong mudah untuk difahami

dibandingkan dengan materi yang lain, namun penguasaan konsep tentang materi

masih begitu rendah. Pada mata pelajaran sistem koloid yang pada dasarnya

minimal harus diaplikasikan dengan melakukan demonstrasi atau eksperimen

dilaboratorium sehingga siswa dikategorikan tidak hanya menghafal konsep tetapi

mampu memahami konsep materi dengan baik. Ini tidak nampak dalam

pembelajarannya, disebabkan karena laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Tapa

tidak dimanfaatkan dengan alasan alat-alat dan bahan laboratorium tidak

memadai. Kaitannya dengan media pembelajaran dengan menggunakan

makromedia flash, pola berpikir siswa dalam memahami konsep abstrak dari

materi sistem koloid dapat diingat dan mudah dipahami walaupun tanpa

melakukan eksperimen di laboratorium. Sehingga, muncul inisiatif untuk

melakukan penilitian dengan desain menggunakan makromedia flash.

Berdasarkan uraian diatas, maka mendorong penulis melakukan

penelitian dengan judul : ” Pengaruh Pembelajaran Sistem Koloid Dengan

Menggunakan Macromedia Flash Terhadap Hasil Belajar Dan Retensi Hasil

Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tapa”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan masalah

dalam penelitian sebagai berikut :


5

1. Apakah untuk materi sistem koloid hasil belajar yang diajar dengan

menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada yang diajarkan tanpa

menggunakan macromedia flash?

2. Apakah untuk materi sistem koloid retensi hasil belajar yang diajar dengan

menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada yang diajarkan tanpa

menggunakan macromedia flash?

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang di uraikan, adapun tujuan penelitian

yaitu :

1. Mengetahui hasil belajar untuk materi sistem koloid yang diajarkan dengan

menggunakan macromedia flash dibandingkan dengan yang diajarkan tanpa

menggunakan macromedia flash

2. Untuk mengetahui retensi hasil belajar untuk materi sistem koloid yang

diajarkan dengan menggunakan macromedia flash dibandingkan dengan yang

diajarkan tanpa menggunakan macromedia flash.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh informasi tentang pengaruh penggunaan Macromedia Flash

terhadap hasil belajar dan retensi hasil belajar siswa pada materi sistem

koloid.
6

2. Sebagai bahan pertimbanagan bagi para praktisi pendidikaan dalam

meningkatkan pemahaman konsep sistem koloid oleh siswa melalui

Macromedia Flash

1.5. Batasan istilah

Untuk menghindari terjadinya perbedaan pengertian, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah yaitu:

1. Macromedia flash adalah aplikasi pencipta objek animasi yang powerful.

Ditambah dengan pembuatan objek grafis vektor yang terkandung di

dalamnya, pemprograman ActionScript. Animassi yang dimaksud yaitu dari

gerak partikel-partikel atom dan molekul yang tidak nampak dengan panca

indra, tidak bisa digeneralisasi dari pengamatan, harus dapat digeneralisasikan

dengan teori.

2. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam aspek pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi pada materi system

koloid dimana kemampuan ini diperoleh melalui media pembelajaran

macromedia flash. Kemampuan siswa dalam aspek tersebut dinyatakan dalam

skor tes hasil belajar.

3. Retensi hasil belajar adalah kemampuan siswa mengingat materi yang telah

diajarkan oleh guru pada rentang waktu tertentu. Retensi hasil belajar siswa

dalam hal ini dinyatakan dalam skor tes retensi hasil belajar.
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Keberhasilan Proses Belajar

Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas

mentransfer materi dan mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun

proses pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan mengemukakan

ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif siswa dan

senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternative. Di samping itu,

guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan

diri melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.

Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa

dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan.

Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai tekhnik-

tekhnik atau metode mengajar (Soetardjo, 1998).

Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki

dalam tingkah laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan

menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih

metode yang tepat (Nur, 2000).

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada

faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk

menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada

hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan,
8

sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat

mempengaruhi pendidikan (Amiruddin, 1989).

Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi

pembelajaran. Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi

juga metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan

informasi dan membimbing siswa belajar. Penyusunan informasi, pilihan strategi

pengajaran, menentukan lingkungan pengajaran menjadi tanggung jawab guru.

Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru

pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.

Proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan

cara penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa

berinteraksi dengan informasi itu (Wartono, 2004).

2.2. Defenisi Belajar dan Hasil Belajar Kimia

Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku. Hal ini

memberikan informasi bahwa dalam belajar harus dilandasi oleh adanya

perubahan. Proses perubahan terjadi selama jangka waktutertentu. Winkel (1996 :

50) menyatakan bahwa adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang

menandakan telah terjadi belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh

sampai menjadi milik pribadi, makin bayak pula perubahayang telah dialami. Jadi

banyaknya kemampuan yang dimiliki sebagai hasil dari belajar sebanding dengan

banyaknya perubahan yang dialami.


9

Belajar menurut Cronbach dalam suryabrata (1994 : 247) adalah

mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca indera. Hal

ini senada dengan apa yang dikemukakan ioleh Winkel ( 1996 : 52 ) belajar terjadi

dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang-orang, dalam

memegang benda, dan dalam menghadapi peristiwa. Selanjutnya Winkel ( 1996 :

53 ) mengemukakan bahwa belajar pada manusia dirumuskan sebagai berikut :

”suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan, keterampilan, dan nilai

serta sikap ”.

Dari berbagai definisi belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses perubahan yang melibatkan aktivitas mental yang melairkan

kecakapan baru melalui usaha keras dalam proses berkelanjutan.

Dalam proses belajar menghasilkan kemampuan–kemampuan belajar

yang selanjutnya disebut hasil belajar. Secara sederhana, kemudian Winkel (1996:

51) menggolongkan kemampuan belajar dalam kemampuan kognitif yang

meliputi keterampilan melakukan rangakaian gerak-gerik badan dalam urutan

tertentu; kemampuan dinamik efektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi

perilaku dan tindakan.

Secara global, hasil belajar didefinisikan sebagai suatu bentuk perubahan

tingkah laku yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku yang baru sebagai hasil

dari pengalaman dan latihan. Perubahan ini melingkupi kemampuan kognitif,

sensorik, psikomotor, dan kemampuan dinamik. Pada umumnya dalam mengukur

hasil belajar dapat dinyatakan dalam ukuran kualitatif dan kuantitatif. Secara
10

kualitatif hasil belajar dinyatakan dengan baik atau kurang baik, bagus atau

kurang bagus. Sedangkan secara kuantitatif dinyatakan dengan angka.

Ilmu kimia sama halnya dengan ilmu pengetahuan yang lainnya dibangun

oleh konsep, aturan-aturan, fakta-fakta, deskripsi, dan peristilahan. Sastrawijaya

(1998) menyatakan bahwa mempelajari kimia adalah mempelajari teori-teori,

fakta-fakta, aturan-aturan, deskripsi, dan peristilahan kimia. Tetapi pembelajaran

kimia tidak diartikan bahwa didalamnya hanya terdapat keharusan menyampaikan

hukum, teori, fakta-fakta, aturan-aturan, deskripsi, model, dan peristilahan khusus.

Dengan pelajaran kimia diharapkan tercapainya sikap positif pada siswa terhadap

dunia spiritual ilmu pengetahuan kimia yang mendorong siswa untuk mampu

berpikir kreatif, mengadakan analisis, dan memecahkan masalah. Sejalan dengan

pandangan kontruktivistik yang dikemukakan Degeng (dalam Hariun 2003),

aktifitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif

dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis, analisis, membandingkan,

generalisasi, memprediksi, dan menghipotesis.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa

kemampuan yang diperoleh dari mempelajari kimia atau hasl belajar kimia adalah

pengetahuan yang diperoleh dari proses abstraksi atau idealisasi dari fakta atau

fenomena alam yang kemudian darinya dibangun atau dirumuskan suatu model

teori.
11

2.3. Pembelajaran

Menurut Tim Dikdatik Metodik Kurikulum Depdikbud (1995:1),

pembelajaran berarti perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya

kegiatan atau kecakapan baru pada orang lain. Sedangkan Nana Sudjana (1989:7)

memberikan batasan pembelajaran sebagai berikut:

Kegiatan pembelajaran adalah pelaksaaan proses belajar mengajar, yakni

suatu proses penterjemahan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat

dalam kurikulum kepada para siswa melalui interaksi belajar mengajar di sekolah.

Definisi lain dari Roeestiyah N.K. (1986 :41) Pembelajaran adalah (1)

transfer pengetahuan kepada siswa, (2) mengajar siswa bagaimana caranya

belajar, (3) hubungan interaksi antara guru dan siswa, (4) proses interaksi siswa

dengan siswa dan konsultasi guru.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah

serangkaian proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas

dalam menyampaikan program pembelajaran pada sejumlah siswa sehingga

terjadi interaksi dua arah, yaitu guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan.

2.4. Hasil belajar

Tes ini diberikan kepada seluruh kelompok siswa yang secaara acak

terpilih sebagai objek penelitiaan yang diberikan setelah seluruh pemblejaran

selesai dilaksanakan. Pelaksanaan tes ini dilakukan pada waktu bersaamaan

dengan alokasi waktu yang sama yaitu sebanyak dua jam pelajaran, tetapi masing-
12

masing kelompok sampel ditempatkan dalam ruang yang berbeda. Raudaah

Herleni (1999:47).

2.5. Retensi Belajar

Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli pendidikan yang

berkaitan dengan retensi, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Guskey &

Gates (1985), Hursh (1976), Kulik et, al., (1978 & 1990) (dalam Semb et, al.,

1993: 305) diantaranya membuktikan bahwa kita menyimpan banyak ingatan

terhadap apa yang telah dipelajari di sekolah. Retensi dan lupa merupakan dua

istilah yang tidak dapat dipisahkan.

Retensi mengacu pada tingkat dimana materi yang telah dipelajari masih

melekat dalam ingatan, sedangkan lupa mengacu pada porsi ingatan yang hilang.

Ilmuwan yang pertamakali meneliti tentang retensi adalah Ebbinghaus pada tahun

1885. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ebinghaus adalah kurva retensi

yang menunjukkan bahwa retensi dapat berkurang dengan cepat setelah interval

waktu tertentu dan lupa atau berkurangnya retensi ini dapat terjadi beberapa jam

pertama setelah proses belajar berlangsung (James Dese, 1959: 241). Retensi

merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar.

Dalam tahap ini retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan

perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses acquisition (fase

menerima informasi). Dalam tahap belajar terjadi proses internal dalam pikiran

siswa. Winkel (1996: 305), menggambarkan tahapan proses tersebut terjadi

dengan urutan sebagai berikut:


13

1. Siswa menerima rangsang dari reseptor,

2. Rangsang yang masuk ditampung dalam sensori register dan diseleksi,

sehingga membentuk suatu kebulatan perseptual,

3. Pola perseptual tersebut masuk ke dalam ingatan jangka pendek (Short

Term Memory / STM) dan tinggal disana selama 20 detik, kecuali bila

informasi tersebut ditahan lebih lama melalui proses penyimpanan,

4. Penampungan hasil pengolahan informasi yang berada dalam STM dan

menyimpannya dalam ingatan jangka panjang (Long Term Memory /

LTM) sebagai informasi yang siap pakai sewaktu-waktu pada saat

diperlukan,

5. Pada saat diperlukan siswa menggali informasi yang telah dimasukkan

dalam LTM untuk dimasukkan kembali ke dalam STM Dengan

melihat proses internal yang terjadi dalam siswa, maka fase ke 3 dan 4

dimana ingatan dimasukkan dan ditahan dalam STM dan kemudian

dimasukkan ke dalam LTM merupakan proses yang amat penting bagi

retensi.

Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Winkel di atas informasi

tersebut dapat ditahan lebih lama melalui proses penyimpanan. Tentu saja yang

dimaksud dengan proses penyimpanan ini berkaitan dengan bagaimana informasi

ini dapat diterima dan dikonstruksikan dan akhirnya disimpan dalam benak siswa.

Oleh karena itu tidak mengherankan apabila banyak ilmuwan dibidang pendidikan

menyatakan bahwa proses pembelajaran memegang peranan pentin terhadap


14

retensi siswa. Semb dan Elis (1992) (dalam Semb dan Elis, 1993: 305)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi LTM tehadap

pengetahuan yang telah dipelajari dalam kelas adalah tingkat dari materi yang

dipelajari, tugas yang harus dipelajari, metode pembelajaran, dan perbedaan

individual.

Sedangkan dalam masalah lupa Winkel (1987: 297) menyatakan bahwa

gejala lupa mudah terjadi pada pengetahuan kognitif bila individu tidak berhasil

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri atau tidak berhasil mengaitkan konsep-

konsep yang dipelajarinya dengankonsep-konsep yang telah dimilikinya. Lupa

akan terjadi apabila materi yang dipelajari tidak menarik, tidak diperlukan

individu sehingga tidak dihiraukan. Dengan demikian dalam pembelajaran

dipandang perlu untuk menitik beratkan pada aspek-aspek bernalar sehingga

pembelajaran menjadi bermakna. Pembelajaran yang menitik beratkan pada guru

(teacher centered) dinilai telah gagal untuk mengembangkan pemahaman yang

permanen. Penelitian yang dilakukan oleh Angelo (1991, dalam Susan Hanley,

1994: 3) terhadap siswanya di Berkeley membuktikan bahwa dengan

menggunakan metode pembelajaran secara tradisional dimana guru bertindak

sebagai penyampai informasi dan siswa penerima informasi didapatkan hasil

bahwa kurang dari 20% dari siswanya dapat mengingat apa yang telah

disampaikan oleh guru. Mereka terlalu sibuk mencatat dam memasukkan

informasi tanpa melalui seleksi ke dalam ingatan mereka.

Dengan demikian perlu diupayakan pembelajaran yang bermakna bagi

siswa. Pembelajaran yang banyak melibatkan panca indra dalam proses berpikir
15

dapat memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga dengan

demikian memungkinkan kuatnya retensi siswa terhadap konsep-konsep yang

diajarkan. Untuk memenuhi hal tersebut guru sedapat mungkin melibatkan siswa

dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah dengan memberikan pertanyaan

untuk memacu keterlibatan berpikir siswa sehingga siswa dapat menggunakan dan

mengaitkan konsep-konsep yang telah dimilikinya. Bila konsep-konsep tersebut

terkait satu sama lain maka akan terbentuk pengetahuan yang bermakna yang

tidak mudah untuk dilupakan

2.6. Retensi hasil belajar

Tes ini diberikan kepada semua siswaa baik kelas eksperiment maupun

kelas control. Tes ini diberikaan tanpa adanya pemberitaahuan sebelumnya, hal ini

dilakukaan agar retensi belajar siswa yang diukur brnaar-benar mencerminkan

hassil belajar hasil belajar siswa pada saat perlakuan, bukan karena pengulangan

belajarnya. Pelaksaanaan tes retensi hasil belajar ini diberikan setelah dua minggu

pembelajaran telah selesai dilaksanakan.

Instrument yang digunakan adalah sama, dalam arti mengandung soal

yang sama, tetapi memanipulasi nomor soal dan nomor pilihan alternaatif jawaban

untuk setiap soal. Hal ini dilakukan untuk mengurangi timbulnya “carry over

effect” dan “practice effect”. Seperti halnya tes hasil belajar, tes retensi hasil

belajar juga dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan dengan alokasi waktu

yang sama yaitu 2 jam pelajaran, tapi masing-masing kelompok sampel

ditempatkan pada ruang yang berbeda. (Raudaah Herleni.tesis; 1999:48)


16

2.7. Media Pembelajaran

Apabila media membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan

instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu

disebut media pembelajaran (Azhar Arsyad, 2002: 4). Agar media pembelajaran

tersebut berfungsi dengan baik dan mampu membantu siswa maupun guru dalam

mencapai apa yang diharapkan. Maka dalam hal ini guru harus memahami teknik

penyajian pelajaran.

Teknik penyajian pelajaran adalah sebagai teknik penyajian yang

dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di

dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan

oleh siswa dengan baik (Roetiyah N. K, 1991:1). Klasifikasi media pembelajaran

berdasarkan bentuknya yaitu:

 Media berbasis manusia (Guru, instruktur, tutor, kegiatan kelompok)

Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk

mengirim dan mengkomunikasikan pesan atau informasi.

 Media berbasis cetak (Buku penuntun, buku latihan)

Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku

teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas.

 Media berbasis visual (buku, alat batu kerja, grafik, peta, gambar, transparan,

slide).

Media ini memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar.

Media ini dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual


17

dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antar

materi pelajaran dengan dunia nyata.

 Media berbasis Audio Visual (Vidio, film, Tv)

Salah satu hal yang penting yang diperlukan dalam media audio visual adalah

penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak

rancangan, dan penelitian.

 Media berbasis komputer

Komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidIkan dan

latihan. Komputer sebagai manajer dalam proses pembelajaran. Ada pula

peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatnya

meliputi penyajian informasi, isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya.

Adapun fungsi atau peranan media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

2. Merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi.

3. Alat peraga dalam pembelajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dan

isi pelajaran.

4. Penggunaan alat peraga bukan semata alat hiburan.

5. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam

menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.

6. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar (Sudjana, 1987).


18

Demikian pula Nasution (1986), mengemukakan bahwa faedah yang

terkandung dalam media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Menambah kegiatan belajar mengajar.

2. Menghemat waktu belajar.

3. Menambah keadaan permanen dari hasil belajar.

4. Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajaran.

5. Membangkitkan minat, perhatian, dan aktivitas pada murid.

6. Memberi pengalaman yang lebih tepat dan jelas.

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulan bahwa media

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengefektikan metode mengajar.

2. Dapat membantu siswa dalam menyamakan persepsi terhadap konsep.

3. Memperkecil verbalisme.

4. Menigkatkan pemahaman terhadap materi.

5. Membangkitkan minat dan aktivitas siswa.

6. Menghamet waktu belajar.

7. Menambah kegiatan belajar mengajar.

8. Menambah keadaan permanen dari hasil belajar.

2.8. Urgensi Media dalam Pembelajaran

Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering

muncul mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran.Kita


19

harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran, karena

proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian

pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke

dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata & tulisan) maupun non-

verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi

tersebut oleh siswa dinamakan decoding. Ada kalanya penafsiran berhasil,

adakalanya tidak. Kegagalan/ketidakberhasilan dalam memahami apa yang

didengar, dibaca, dilihat atau diamati. Kegagalan/ketidakberhasilan atau

penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise.

Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang diterima.

2.9. Animasi Macromedia Flash

Macromedia adalah sebuah perusahaan perangkat lunak yang bergerak di

bidang grafis dan pengembangan web. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1992

dan telah berkembang pesat pada tahun 1990-an dan 2000-an. Pada Desember

2005 Macromedia diakui salah satu perusahaan saingannya yaitu Adobe Systems,

tetapi Adobe sementara ini masih tetap menggunakan nama Macromedia pada

sejumlah programnya.

Macromedia didirikan pada tahun 1992 melalui merger antara

Authorware Inc. (perusahaan pembuat Authorware) dan MacroMind-Paracomp

(perusahaan pembuat Macromind Director). Hingga pertengahan 1990-an,

Macromedia Director yang digunakan untuk memproduksi CD-ROM dan kios-

kios informasi masih merupakan produk unggulan Macromedia, namun seiring


20

meningkatnya popularitas World Wide Web Macromedia menciptakan Shockwave,

sebuah plugin Director bagi penjelajah web serta pada tahun 1996 mengakui sisi

dua perusahaan berorientasi web, FutureWave Software (yang membuat

FutureSplash Animator - yang kemudian berkembang menjadi Flash) dan iBand

Software (pembuat perangkat lunak authoring HTML yang digunakan sebagai

dasar untuk mengembangkan Dreamweaver).

Kemampuan membuat objek seperti shockwave Flash maupun animasi

gif, dapat dikatakan bahwa Macromedia Flash adalah aplikasi pencipta objek

animasi yang powerful. Ditambah dengan pembuatan objek grafis vektor yang

terkandung di dalamnya, pemprograman ActionScript dan transisi layernya yang

dinamis membuat produk ini lebih produktif dibandingan produk penciptaan

animasi sejenis.

Macromedia Flash merupakan standar profesional yang digunakan untuk

membuat animasi di web. Sejak keberadaannya pertama kali dan digunakan oleh

beberapa situs web untuk membuat animasi intro dan permainan, banyak orang

dibuat kagum olehnya. Ini disebabkan karena ukurannya yang begitu kecil tetapi

dapat menampilkan animasi di web yang luar biasa mengagumkan.

2.10. Kelebihan Flash Sebagai Media Presentasi

Presentase adalah salah satu contoh komunikasi langsung dimana

presenter (pembawah maateri presentase) berhadaapan dengan audiens (pendengar

persentasi). Pendenganr tentu tidak memuliki beban karena mereka tinggal

menerima apa yang dikatakan persenter, persenterlaah yang memiliki beban


21

karena harus membwakan materi daan harus bertanggung jawab atas apa yang

disampaaikaannya (Andi Pramono, 2006: 1)

Presentasi yang baik adalah presentasi yang komunikatif. Banayak faktor

yang dapat menyebabkan orang tidak dapat memperhatikan apa yang

disaampaikan oleh presenter. Salah satunya adalah karena media yang digunakan

untuk presentasi (Andi Pramono, 2006: 2)

Ada bebrapa alasan mengapa kita memilih flash sebagai media

presentasi, yaitu karena flash memiliki kelebihan-kelebihan sebaggai berikut :

1. Hasil akhir file flash memiliki ukuraan yang lebih kecil (setelah di publish)

2. Flash mampu mengimpor hampir semua file gambar dan file-file aaudio

hingga presentassi dengan flash dapat lebih hidup.

3. Animasi dapat dibentuk, dijalankan, dan dikontrol.

4. Flash mampu membuat file executable (*.exe) sehingga dapat dijalankan pada

Pcmanapun tanpa harus menginstall terlebih dahulu prograam flash.

5. Font presentase tidak akan berubah meskipun PC yang digunakan tidak

memiliki font tersebut.

6. Gambar flash merupakan gambar vektor sehinggaa tidak akan pernah pecah

meskipun di-zoom beratus kali.

7. Flash mampu dijalankan pada sistem operasi windows maupun macintosh.

8. Hasil akhir dapat disimpan dalam berbagai macam bentuk, seperti *.avi, *.gif,

*.mov, ataupun file dengan format yang lain.

(Andi Pramono, 2006: 2)


22

2.11. Komponen dan Pengelompokkan Koloid.

System koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak

antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Untuk lebih memahami secara

konnseptual maka dijelaskan komponen dan pengelompokan koloid.

2.11.1. Komponen Sistem Koloid.

Bila suatu zat di campurkan dengan zat lain, maka akan terjadi

penyebaran secara merata dari suatu zat kedalam zat lain yang disebut dengan

system dispertsi. Berdasarkan ukuran partikelnya, system disperse dibedakan

menjadi tiga kelompok, yaitu : larutan, koloid, dan suspensi. Secara sepintas

perbedaan antara suspense (sering Disebut campurab kasar) dengan larutan (sering

disebut larutan sejati) akan tampak jelas dari homogenitasnya, tetapi akan sulit

dibedakan antara larutan dengan koloid atau antara koloid dengan suspense. Jika

gula pasir dicampurkan ke dalam air, molekul gula segera larut dan terbentuklah

suatu larutan yang jernih. Ukuran partikel gula dalam air lebih kecil dari 10-4 dan

tidak dapat dipisahkan dari air dengan cara penyaringan. Jika pasir dicampurkan

ke dalam air, pasir dan air akan memisah ketika campuran ini didiamkan.

Campuran semacam ini disebut suspensi. Partikel pasir berukuran lebih besar dari

10-5 cm, dan dapat dipisahkan dari air dengan cara penyaringan.

Diantara kedua sistem campuran di atas (antara suspensi dan larutan),

terdapat sistem koloid. Sebagai contoh, jika tanah liat dicampurkan ke dalam air

yang mnegadung sedikit NaOH, tanah liat pecah menjadi sejumlah partikel kecil

campuran yang terbentuk tidak jernih. Tetapi partikel tanah liat tidak mengendap
23

jika didiamkan, dan juga tidak dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Partikel

tanah liat cukup kecil untuk mampu menembus kertas saring.tetapi cukup besar

untuk menyebabkan campuran menjadi keruh.

Istilah “Koloid” di usulkan oleh Thoms Graham (1805-1869) dari ingris

pada tahun 1861. Sewaktu meneliti proses difusi sebagai zat dalam medium

cairan. Graham mengamati bahwa zat seperti kanji, gelatiu, getah, dan albumin

berdifusi sangat lambat dan tidak mampu menembus membran tertentu.

Kelompok zat ini lalu di namainya koloid.yang berarti seperti lem “(bahasa

yunani : kalta : lem,oidos : seperti).

Dewasa ini istila koloid di pakai untuk menyatakan ukuran partikel serta

sistem campuran. Partikel-partikel suatu zat di katakan berukuran kolid apabila

berdiameter antara 10-5 cm sampai 10-7 cm.Yang di sebut “Koloid” adalah suatu

campuran zat di mana suatu zat tersebut merata dengan berukuran koloid dalam

suatu zat lain.

Sebagaimana halnya larutan yang tersusun dari zat terlarut dan pelarut,

maka sistem koloid juga tersusun dari dua komponen, yaitu fase terdispersi, yaitu

zat tersebar merata serta fase pendispersi, yaitu zat medium tempat partikel-

partikel koloid itu tersebar.


24

Perbedaan antara larutan, sistem koloid dan suspensi dapat dirangkum

dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 perbandingan larutan, sistem koloid dan suspensi.

No. Larutan Sistem koloid Suspensi

1. Satu fase Dua fase Dua fase

Diameter partikel
2. Jernih Tidak jernih lebih besar dari 10-5
cm
Diameter partikel Diameter partikel
Diameter partikel antara
3. lebih kecil dari lebih besar dari 10-7
10-7 sampai 10 -5 cm
10-7 cm cm
Tidak dapat
4. Tidak dapat disarig Dapat disaring
disaring
Tidak memisah Tidak memisah jika tidak Memisah jika
5.
jika didamkan didiamkan dididihkan
Antara homogen,
6. Homogen Heterogen
heteogen

2.11.2. Pengelompokkan Sistem Koloid.

Baik fase terdispersi maupun pendispersi dalam suatu sistem koloid dapat

berupa gas, cair atau padat. Namun perlu segera dikemukakan bahwa campuran

gas dengan gas tidaklah membentuk sistem koloid, sebab semua gas akan

tercampur homogen dalam segala perbandingan.


25

Dengan demikian kita mengenal delapan jenis sistem koloid, seperti yang

tercantum dalam tabel 2.2 berikut:

Table. 2.2. Pengelompokan system koloid

Fase Fase
Sistem koloid Contoh
terdispersi pendispersi
Buih sabun, ombak, limun, krem
Gas Cair Busa
kocok,
Batu apung, lava, karet, busa,
Gas Padat Busa padat
biskuit
Kabut, awan, pengeras rambut
Cair Gas Aerosol cair
(hairspray), obat semprot.
Susu, santan, minyak ikan,
Cair Cair Emulsi
mayonnaise
Keju, mentega, nasi, selai, agar-
Cair Padat Gel agar, lateks, mutiara, semir padat,
lem padat.
Padat Gas Aerosol padat Asap, debu, buangan knalpot
Kanji, cat, tinta, protoplasma, putih
Padat Cair Sol telur, air lumpur, semir cair, lem
cair
Tanah, kaca, permata, perunggu,
Padat Padat Sol padat
kuningan.

Dari tabel di atas tampak jelas bahwa proses di alam sekitar kita banyak

berhubungan dengan sistem koloid. Kegunaan dari cabang ilmu “kimia koloid”

terdapat diberbagai bidang. Protoplasma dalam sel makhluk hidup merupakan

sistem koloid, sehingga kimia koloid diperlukan untuk menerangkan reaksi dalam

sel. Tanah juga merupakan sistem koloid, dan pemahaman tentang koloid sangat

membantu dalam meningkatkan kesuburan lahan. Dalam bidang industri, kimia

koloid banyak dimanfaatkan pada pembuatan berbagai produk antara lain biskuit,

keju, mentega, hairspray, cat, tinta, keramik, sabun, semen, karet, obat-obatan,
26

kosmetika, insektisida, plastik dan tekstil, seluruh fakta ini menunjukkan betapa

luas peranan sistem koloid dalam kehidupan kita.

2.11.3. Sifat-Siat Koloid.

Sistem koloid mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan

atau pun suspensi. Selanjutnya akan dibahas beberapa sifat-sifat khas dari system

koloid

A. Efek Tyndall.

Jika seberkas cahaya masuk ke dalam ruang gelap melalui celah, maka

berkas cahaya itu akan terlihat jelas, sebab partikel debu dalam ruangan yang

berukuran koloid akan menghamburkan cahaya tersebut. Demikian pula jika kita

berada di tengah hutan yang lebat pada pagi hari, cahaya matahari yang masuk

melalui sela-sela pepohonan akan tampak dengan nyata sebab cahaya itu

dihamburkan oleh partikel kabut yang merupakan sistem koloid.

Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel loloid disebut efek tyndall,

sebab hal ini mula-mula di terangkan oleh john tyndall (1820-1893), ahli fisika

bangsa Inggris.

Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dan

larutan sejati. Partikel dalam larutan yang berupa molekul atau ion terlalu kecil

untuk menghamburkan cahaya, sehinga berkas cahaya dalam larutan tidak terlihat,

sebaliknya, cahaya yang melewati sistem koloid akan terlihat nyata. Partikel-
27

partikel koloid yang berukuran cukup besar akan menghamburkan cahaya itu

kesegala arah,meskipun partikel koloidnya tidak tampak.

Efek tyndall dapat menerangkan mengapa langit pada sing hari berwarna

biru, sedangkan ketika matahari terbenam langit di ufuk barat berwarna jingga

atau merah. Ini di sebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel

koloid di angkasa, dan tidak semua frekuensi sinar matahari di hamburkan dengan

intensitas yang sama. Oleh karen intensitas cahaya yang di hamburkan berbanding

lurus dengan frekuensi, maka ketika matahari melintas di atas kita frekuesi paling

tingilah yang banyak sampai ke mata kita, sehinga kita melihat langit berwarna

biru. Ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah lebih banyak, sehinga

kita menyaksikan langiit berwarna jingga atau merah. Maha besar Allah yang

telah menciptakan efek tyndall agar umatnya dapat menikmati langit.

B. Gerak Brown

Mengapa partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya

dan tidak memisah meskipun didiamkan? hal ini disebabkan oleh adanya gerak

terus-menerus secara acak tetapi gesit dari partikel koloid tersebut. Gerakan acak

dari partikel koloid dalm medium pendispersinya ini disebut gerak brown.

Berdasarkan nama ahli botani bangsa Inggris yang menemukan gerakan ini pada

tahun 1827, yaitu Robert Brown (1773-1858). Perlu juga diketahui bahwa

pengamatan gerakan partikel koloid tersebut ternyata merintis jalan bagi Robert

Brown untuk menemukan adanya inti sel pada tahun 1831.


28

Gerak Brown membuktikan teori kinetik molekul, sebab gerakan tersebut

adalah akibat tabrakan antara partikel koloid dengan molekul pendispersinya dari

segala arah. Oleh karena momentum partikel koloid jauh lebih besar dari molekul

mediumnya, maka partikel koloid bergerak pada garis lurus sampai arah dan

kecepatannya diubah oleh tabrakan berikutnya.

Gerak brown akan semakin cepat jika ukuran partikel koloid makin kecil.

Sebaliknya, makin besar ukuran partikel gerakannya makin lambat. Itulah

sebabnya pada partikel suspensi gerak brown tidak lagi di jumpai.

C. Adsorpsi Koloid

Peristiwa penyerapan suatu molekul atom ion pada permukaan suatu zat

disebut adsosrpsi. Dengan dikelirukan dengan adsorpsi, yaitu penyerapan sampai

kebagian dalam dibawahpermukaan.

Suatu sistem koloid mempunyai kemampuan mengadsorpsi, sebab

partikel koloid memiliki permukaan yang sangat luas. Sipat adsorpsi dan koloid

dapat kita reaksikan antara lain, pada proses berikut ini.

a. Pada penyembuhan sakit perut oleh serbuk karbon (norit), campuran serbuk

karbon dengan cairan usus akan membentuk sistim koloid yang mampu

mengadsorpsi kuman yang berbahaya.

b. Pada proses pemurnian gula pasir, gula yang masih kotor (berwarna coklat) di

larutkan dalam air panas, lalu di alirkan melalui sistem koloid yang berupa

tanah diatom atau karbon kotoran pada gula akan teradsorpsi sehingga di

peroleh gula yang poutih bersi.


29

c. Deodoran dan anti pespiran (zat anti keringat) dapat menghilangkan bau badan

anti pespiran umumnya mengandung senyawa aluminium, seperti aliminium

klorohidrat, Al2(OH )5 Cl.2H2O, yang dapat memperkecil pori kelenjar

keringat, sehinga hanya sedikit keringat yang keluar. Hal ini karena ion

aluminium mengumpulkan sebagian cairan dalam kelenjar sehingga porinya

menjadi kecil. Pada umumnya anti pespiran di tambahi parfum untuk

menghilangkan bau badan sehingga berfungsi sebagai diodoran mengandung

seng peroksida,minyak esensial parfum, serta zat anti septik untuk

menghentikan kegiatan bakteri.seng peroksida dapat menghilangkan senyawa

yang berbau dengan cara mengoksidasinya, sedangkan minyak esensialm dan

parfum menyerap atau menghilangkan bau badan. Di permukaan tubuh

manusia terdapat kurang lebih dua juta kelenjar kerigat.penguapan air dari

cairan yang keluar dari kelenjar inilah yang mengatur suhu tubuh manusia.

Bau badan terutama disebabkan terdapatnya senyawa nitrogen organik, lemak

yang keluar dari tubuh, dan dari pertumbuhan bakteri dalam kelenjar keringat.

Sebenarnya keringat sendiri tidak berbau, tetapi hasil penguraiyannya oleh

bakteri yang berbau.

d. Tawaspun dapat di gunakan sebagai zat antipespira. Dahulu tukang cukur

mengoleskan tawas untuk dagu yang berdarah akibat pisau cukur.darah yang

keluar akan mengalami koagulasi sehinga menutup pori dan pendarahan akan

terhenti.

e. Daya adsorpsi dari koloid dalam tanah mampu menahan bahan makanan yang

di perlukan tumbuhan, sehingga tidak terbawa air hujan. Tanah juga mampu
30

mengadsorsi kuman yang berbahaya, itulah sebabnya tangki kotora (septik

tang) harus berjarak minimal delapan meter dari sumur, agar tanah dapat

mengadsorpsi semua zat pencemar.

D. Muatan Koloid dan Elekrofensis

Partikel-partikel koloid dapat bermuatan listrik sebagai akibat dari

penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut. Sebagai contoh, koloid

Fe(OH)3 dalam air akan menyerap kation sehingga bermuatan positif, sedangkan

koloid As2S3 bermuatan negatif karena mengadsorsi anion.

Disamping karena adanya gerak brown, kestabilan suatu sistem koloid

juga disebabkan adanya muatan listrik pada permukaan partikel koloid. Gaya

tolak-menolak di antara muatan sama akan mencegah pemisahan atau

pengumpulan sehingga sistim koloid menjadi stabil.

Jika sepasang elektroda di celupkan ke dalam suatu sistem koloid, lalu

kepadanya di alirkan arus listrik, maka partikel-partikel koloid yang bermuatan

positif akan menuju katode dan yang bermuatan negatif akan menuju anode.

Pergerakan partikel koloid di pengaruh medan listrik disebut elektroforosis. Pada

peristiwa elektroforosis, partikel koloid akan di netralkan muatannya dan di

gumpalkan pada elektrode.


31

Beberapa kegunaan dari proses elektroforosis antara lain sebagai berikut:

1. Untuk menentukan muatan sutu partikel koloid.

2. Untuk memproduksi barang industri yang terbuat dari karet. Misalnya, pada

pembuatan boneka dan arung tangan, karetnya diendapkan pada cetakan

bentuk boneka atau sarung tangan secara elektroforosis.

3. Untuk mengurai zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap

pabrik. Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877-1948), dari

Amerika serikat. Cerobong asap pabrik bagian dalam dilengkapi dengan

pengendap elektrotatika berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik,

yang akan menarik dan mengumpulkan debu halus dalam asap buangan.

E. Koagulasi Koloid

Partikel koloid dapat mengalami koagulasi (pengumpulan) dengan cara

penambahan suatu elektrolit yang muatannya berlawanan. Sifat koagulasi partikel

koloid, antara lain ; dapat diamati pada proses berikut ini:

a. Pada pengolahan karet dari bahan mentahnya (lakets), partikel karet dalam

lakets digumpalkan dengan menambahkan asam asetat, sehingga karet dapat

dipisahkan dari laketsnya.

b. Partikel lumpur dan tanah liat yang dikandung air sungai akan mengendap

takkala berjumpa dengan air laut yang mengandung banyak elektrolit,

sehingga terjadilah delta daerah muara.


32

c. Jika bagia tubuh kita mengalami luka, maka ion Al3+ atau Fe3+ segera

menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi

penggumpalan yang menutupi luka.

d. Pada proses penjernihan air,di tambahkan tawas, Al2(SO4)3, yang

menyediakan ion Al+3 untuk mengendapkan partikel lumpur,sehingga air

menjadi jernih.

F. Koloid Liofil dan Koloid Liofod.

Berdasarkan sifat adsorsi dari partikel koloid terhadap medium

pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid.

a. Koloid liofil yaitu koloid yang “senang cairan” (bahasa Yunani: Iyo = cairan;

Philia = senang). Partikel koloid akan menjadi sorpsi molekul cairan,

sehingga terbentuk selubung disekeliling partikel koloiud itu. Jika medium

pendispersinya air, istilah yang dipergunakan adalah hidrofil (senang air).

Contoh koloid liofil adalah kanji, protein dan agar-agar.

b. Koloid liopob, yaitu koloid yang “benci cairan” (phobia = benci). Koloid tidak

mengabsorbsi molekul cairan jika mediumnya air. Istilah yang dipakai adalah

hidrofob (benci air). Contoh koloid hidrofob adalah sol sulfida dan sol logam.

Koloid liofil lebih stabil dari pada koloid liofob. Untuk menggumpalkan

berkas liofil diperlukan eletrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung yang

berfungsi sebagai pelindung harus dipecah dahulu. Adapun koloid liofob mudah

digumpalkan dengan diberi sedikit elektrolit saja.


33

Pada pembuatan sol hidrofob, cairan yang akan dipakai sebagai medium

pendispersi harus dimurnikan dahulu dan elektrolit (ion) yang dapat mengganggu

kestabilan koloid pemurnian medium pendispersi dari elektrolit ini disebut

dialistis. Koloid dimasukkan ke dalam kantung yang terbuat dari selaput semi

permiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan material atau ion tetapi tidak

dapat dilewati partikel koloid jika kantung yang berisi koloid itu dimasukkan ke

dalam air, maka ion pengganggu akan menembus selaput masuk ke dalam air

sedangkan partikel koloid akan tetap tinggal tinggal di dalam kantung.

Beberapa koloid hidrofil, seperti gelatin dna gan Arab, bukan hanya

stabil terhadap koagulasi, tetapi juga ditambahkan itu disebut koloid pelindung,

sebab menutupi permukaan koloid hidrofob. Jadi, jika gelatin ditambahkan ke

dalam sol emal atau sol As2S3, maka sol itu sukar digumpalkan oleh elektrolit.

Penambahan koloid pelindung banyak dipakai dalam pembuatan berbagai produk

industri, misalnya film fotografi yang merupakan koloid AgBr dalam gelatin.

G. Emulsi.

Emulsi adalah sistem koloid yang partikel terdispersi dan medium

pendispersinya sama-sama cair. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan

cairan polar dan cairan non polar, mis: air dan minyak.

Jika minyak kelapa dicampurkan dengan air kemudian dikocok,

terjadilah campuran yang akan memisah kembali, setelah didiamkan agak lama.

Untuk menstabilkan emulsi ini perlu ditambahkan zat pengemulsi (emulgator),

yaitu senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar dan nonpolar
34

sehingga mampu mengikat zat polar (air) dan zat nonpolar (minyak). Misalnya

sabun yang merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun dari “ekor”

alkil yang nonpolar (larut dalam minyak dan “kepala” ion karboksilat yang polar

(larut dalam air).

Prinsip inilah yang menyebabkan sabun dan detergen memiliki daya

pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci pakaian, ekor nonpolar dari sabun

menempel kotoran dan kepala polarnya menempel pada air. Akibatnya, tegangan

permukaan air menjadi berkurang, sehingga air jauh lebih mudah menarik

kotoran.

Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, dimana lemak

terdispersi dalam air. Dalam susu terkadung kasein suatu protein yang berfungsi

sebagai zat pengemulsi, jika susu menjadi masam, karena laktosa (gula susu)

terodksidasi menjadi asam laktat, kasein akan terkoagulasi dan tidak dapat lagi

menstabilkan emulsi. Akibatnya, lemak bersama kasein akan memisah susu.

Proses pencernaan lemak dalam tubuh kita berlangsung melalui pembentukan

emulsi. Dalam usus selalu terkandung larutan basa yang akan berreaksi dengan

sebagian kecil lemak, membentuk semacam zat pengemulsi yang mengemulsikan

lemak sisanya, sehingga memudahkan enzim lipase untuk mengkatalisis

penguraian lemak tersebut.

Dalam bidang industri obat-obatan dan kosmetika, bentuk emulsi banyak

digunakan dalam pembuatan berbagai produk, seperti salep, cream, lotion dan

minyak ikan.
35

2.11.4. Pembuatan Sistem Koloid

Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel

suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan mengelompokan

(agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar

kemudian didispersikan kedalam medium disperse. Cara yang pertama disebut

kondensasi sedangkan yang kedua disebut cara dispersi.

A. Cara Kondensasi.

Salah satu cara pembuatan sistem koloid adalah cara kondensasi, yaitu

menggumpalkan partikel larutan yang terlalu kecil menjadi partikel yang

berukuran koloid, partikel larutan yang berupa ion, atom, atau molekul dapat

dikondensasi atau digumpalkan menjadi ukuran koloid melalui cara fisis

(penurunan kelarutan) atau cara kimia (reaksi tertentu).

Cara fisis yang dapat dilakukan untuk mengkondesasikan partikel adalah

sebagai berikut:

a. Pendinginan.

Kelarutan suatu zat pada umumnya berbanding lurus dengan suhu,

sehingga proses pendinginan akan menggumpalkan larutan menjadi suatu koloid.

b. Penggantian pelarut.

Misalnya kita membuat sol belerang dari air; belerang sukar larut dalam

air, tetapi melarut baik dalam alkohol. Maka larutan jenuh belerang dalam alkohol
36

diteteskan ke dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi

partikel koloid, kemudian alkohol dipisahkan dengan metode dialisis.

c. Pengembunan uap.

Misalnya; uap raksa dialirkan melalui air dingin, sehingga terbentuk sol

raksa. Kemudian amonium sitrat ditambahkan sebagai penstabil (stabilizar).

Pembuantan sistem koloid cara kondensasi yang paling banyak dilakukan

adalah melalui reaksi kimia. Adapun reaksi kimia tersebut antara lain sebagai

berikut:

a. Reaksi Penngendapan

Dua buah larutan encer yang masing-masing mengandung elektrolit

dicampurkan, sehingga menghasilkan endapan yang berukuran koloid.

AgNO3 – NaCl AgCl(S) + NaNO3

b. Reaksi hidrolisis

Sol hidroksida seperti Fe(OH)3 dan Al(OH)3 diperoleh dengan

menambahkan garam klorida ke dalam air mendidih dan garam itu terhidrolisis

menjadi hidroksida yang berukuran koloid.

FeCl3 + 3 H2O Fe (OH)3 (S) + 3 HCl

AlCl3 + 3 H2O Al (OH)3 (S) + 3 HCl

c. Reaksi redoks

Sol logam seperti sol emas dapat diperoleh dengan mereduksi larutan

garamnya, menggunakan reduktor non elektrolit seperti formaldehida.

2 AuCl3 + 3 HCHO + 3 H2O 2 Au + 6 HCl + 3 HCOOH


37

Sol belerang dan iodin dapat dibuat dengan mengoksidasi ion sulfida dan

iodida.

2H2S + CO2 3S(s) + 2H2O

5HI + HIO 3I2 + 3H2O

B. Cara Dispersi.

Selain cara kondensasi, suatu sistem koloid dapat dibuat melalui cara

dispersi, yaitu menghaluskan partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel

yang berukuran koloid.

Beberapa cara dispersi yang sering dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Cara Mekanik.

Yang dimaksud dengan cara mekanik adalah melakukan penggensan

(penggilingan) untuk zat padat. Setelah diperoleh kehalusan yang dikehendaki,

barulah zat ini didispersikan kedalam medium pendispersi. Jika perlu

ditambahkan zat pemantap (stabilizar) guna mencegah penggumpalan kembali sol

bedorong sering dibuat dengan metode seperti ini.

b. Cara Peptisasi.

Partikel endapan dipecah dan dihaluskan menjadi partikel koloid dengan

menambahkan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis: Misalnya, sol Fe

(OH)3 dibuat dengan menambah FeCl3 dan sol NiS dibuat dengan menambahkan

H2S.
38

c. Cara Busur Bredig (Cara Elektrodispersi).

Cara ini khusus untuk membuat sol logam dengan cara dispersi. Dua kawat

logam yang berfungsi. Sebagai elektrode dicelupkan ke dalam air, kemudian

kedua ujung kawat diberi loncatan listrik, sebagian logam clear mendebu ke

dalam air dalam bentuk partikel koloid.

2.12. Hipotesis penelitian

Dalam penelitiaan ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa pada materi sistem koloid yang pembelajarannya

menggunakan macromedia flash lebih tinggi di bandingkan dengan tanpa

menggunakan macromedia flash.

2. Retensi hasil belajar siswa pada materi sistem koloid yang pembelajarannya

menggunakan macromedia flash lebih tinggi di bandingkan dengan tanpa

menggunakan macromedia flash.


39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini membuktikan hasil belajar untuk materi sistem koloid yang

diajarkan dengan menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada yang

diajarkan tanpa menggunakan macromedia flash dan untuk mengetahui retensi

hasil belajar untuk materi sistem koloid yang diajarkan dengan menggunakan

macromedia flash lebih tinggi dari pada yang diajarkan tanpa menggunakan

macromedia flash.

Jenis penelitian merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan

pelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah post test only controle group

design. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pretest karena dianggap kemampuan

awal siswa sama berdasarkan rata-rata nilai rapor untuk mata pelajaran kimia

semester ganjil tahun ajaran 2008/2009. Untuk kelompok yang diajar dengan

menggunakan media pembelajaran macromedia flash merupakan kelas

eksperimen dan kelompok yang diajar tanpa menggunakan media pembelajaran

macromedia flash disebut kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini.
40

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Post Test Only Controle Group Design

KE X O1 O3

KK - O2 O4

Keterangan:

KE : Kelas Eksperimen

KK : Kelas Kontrol

X : Pengajaran dengan menggunakan macromedia flash

O1 & O3 : Tes hasil belajar dan retensi hasil belajar kelas eksperimen

O2 & O4 : Tes hasil belajar dan retensi hasil belajar kelas kontrol

3.2.Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tapa

pada tahun ajaran 2008/2009. Pada tahun ajaran tersebut terdapat 2 kelas dengan

perincian pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Distribusi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tapa

Banyaknya Nilai Rata-rata Kelas


Kelas
Siswa Untuk Semester ganjil
XI IPA1 21 71,98

XI IPA2 21 72,2

X=72.09
41

3.2.2 Sampel Penelitian

Pada penelitian ini 2 kelas yang bisa digunakan sebagai sampel yaitu

kelas XI IPA1 dan Kelas XI IPA2 yang merupakan kelas-kelas homogen karena

nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran kimia smester 1 yang diperoleh hampir

sama dengan rata-rata kelas keseluruhan. Untuk kelas XI IPA1 dikenai pengajaran

dengan menggunakan media pembelajaran macromedia flash dan kelas XI IPA2

tanpa menggunakan media pembelajaran macromedia flash. Penelitian ini cukup

representative karena subyek penelitian keseluruhan dari jumlah populasi.

3.3. lnstrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk evaluasi tes hasil belajar dan

retensi hasil belajar berupa soal tes bentuk pilihan ganda dengan 1 (satu) jawaban

benar, 2 (dua) jawaban mengecoh dan 1 (satu) pilihan jawaban yang diberikan

sendiri oleh siswa jika tiga pilihan jawaban yang diberikan dianggap tidak benar.

Butir-butir soal yang telah disusun selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing.

3.4.Verifikasi Instrumen Penelitian

Verifikasi instrumen penelitian yang digunakan meliputi validitas,

reliabilitas dan tingkat kesukaran item.


42

3.4.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui

kesahihan suatu intstrumen. Sebuah tes yang dikatakan valid apabila dapat tepat

mengukur apa yang diukur Arikunto (2002) Pengujian validitas untuk penelitian

ini adalah berdasarkan validitas isi (content validity) yang diperoleh melalui

pertimbangan satu dosen dan dua guru kimia SMA Negeri 1 Tapa. Dalam

validitas isi ini yang menjadi perhatian utama adalah keterwakilan konsep dengan

baik oleh setiap soal sesuai dengan apa yang diukur, serta pemakaian kalimat yang

digunakan sudah komunikatif atau belum. Soal diberi skor 2 jika telah mewakili

konsep dan kalimatnya sudah komunikatif. Soal diberi skor 1 jika telah mewakili

konsep saja tetapi kalimatnya belum komunikatif, atau belum mewakili konsep

dan kalimatnya sudah komunikatif. Sedangkan soal diberi skor 0 (nol) jika belum

mewakili konsep dan kalimatnya belum komunikatif. Selanjutnya skor-skor yang

diberikan oleh tiap penilai dikonfirmasikan antara satu dengan lainnya dan

dinyatakan dalam persentase yaitu;

…………(3.1)

Dimana Pn = Persentase skor penilaian n(n=0,1,2)

Dari hasil perhitungan uji validitas diperoleh persentase untuk setiap

penilai sebesar 100%. Dengan kata lain koefesien validitas tes yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 1 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lembar

lampiran.
43

3.4.2. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Dalam penelitian ini reliabilitas dari instrumen

diukur dengan rumus Kuder dan Richardson-20 atau KR-20 yaitu:

……… (3.2)

Arikunto (2002)

Keterangan

r11 = reliabilitas tes

∑p.q = jumlah hasil perkalian antara p dan q

s = standar deviasi

n = banyaknya item tes

p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

Kriteria yang digunakan dalam reliabilitas ini adalah semakin besar nilai

dari r11 maka reliabilitas suatu tes makin tinggi (Arikunto, 2001: 75). Untuk

mengintepretasikan reliabilitas suatu tes digunakan kriteria sebagai berikut:

a. Bila r11 antara 0,8 - 1,0 berarti reliabilitas tersebut cukup tinggi

b. Bila r11 antara 0,6 - 0,8 berarti reliabilitas tersebut tinggi

c. Bila r11 antara 0,4 - 0,6 berarti reliabilitas tersebut cukup

d. Bila r11 antara 0,2 - 0,4 berarti reliabilitas tersebut rendah

e. Bila r11 antara 0,0 - 0,2 berarti reliabilitas tersebut agak rendah
44

Dari hasil perhitungan yang didapatkan pada uji relibilitas yaitu r11 = 0,69. Artinya
nilai yang diperoleh maka nilai reabilitas soal yang di gunakan tersebut tinggi.

Pengujian relibilitas tes dilaksanakan di Sekolah SMA Negeri 4 Gorontalo


kelas XI IPA 2 dengan jumlah siswa keseluruhan 27 orang dibantu dengan guru
mitra.

3.4.3. Tingkat Kesukaran Item

Tingkat kesukaran (P) suatu item tes ditentukan berdasarkan perbedaan

antara siswa yang menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Rumus yang

digunakan adalah:

………….(3.3)

Arikunto (2002)

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar

JS = jumlah seluruh peserta tes

Kriteria yang digunakan untuk mengukur mengintepretasikan tingkat

kesukaran item tes dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Soal dengan P = 0,00 - 0,45 adalah soal sulit

b. Soal dengan P = 0,45 - 0,75 adalah soal sedang

c. Soal dengan P = 0,75 - 1,00 adalah soal mudah

dari hasil perhitungan dapat dilihat keseluruhan soal dengan kategori

untuk soal yang mudah =5; soal sedang = 21 dan soal yang sulit =2 total soal
45

keseluruhan sejumlah 28. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lembar lampiran

8.

3.5 Pengumpulan dan Analisis Data

3.5.1 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data diambil dengan jalan mengadakan perlakuan dan

tes. Tes dan perlakuan diadakan pada awal bulan Mei 2009. Pengajaran dilakukan

oleh peneliti sedangkan pengawasan ujian dilakukan oleh peneliti dan dibantu

oleh guru kimia untuk menjamin kejujuran siswa dalam mengerjakan soal

tersebut.

3.5.2 Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka dilakukan langkah-langkah

analisis sebagai berikut:

Pengujian prasyarat, mencakup:

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan dalam analisis ini guna untuk

mengetahui apakah data yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Dalam

penelitian ini digunakan uji lilefors (Sudjana, 1998:466) dengan prosedur sebagai

berikut.

1. Pengamatan X1,X2,…..¸Xn dijadikan bilangan baku Z1 ,Z2,….,Zn dengan

X1  X1
2
menggunakan rumus Z1 
s ……………(3.4)
46

Dimana :


X = rata-rata sampel yang diperoleh dengan rumus


X 
X 1

n …………..(3.5)

s = standar deviasi yang diperoleh dengan rumus

s
 2

n1  X 1   X 1 
2

n1 n1  1
…………(3.6)

2. Untuk bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F Zi  PZ  Zi 

Misalnya; untuk Z = 0,2 maka F(0,2) - P(Z  0,2) = P(- ~ < Z  0) + P

(0 < Z < 0,2) - 0,5000 + 0,0793 = 0,5793 Selanjutnya dihitung profosi

Z1 , Z 2 ,......., Z n yang lebih kecil atau sama dengan Z i Jika proporsi ini dinyatakan

oleh S( Z i ), maka

Banyaknya Z1 , Z 2 ,..., Z n yang  Z i


S (Zi ) 
n ………(3.7)

3. Hitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

4. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut.
47

Dari hasil perhitungan uji normalitas untuk skor hasil belajar kelas eksperimen

diperoleh L0 = 0,121433 dan Ltabel = 0,225 dengan n = 21 pada taraf signifikan

0,01 disimpulkan bahwa L0 < dari Ltabel artinya skor hasil belajar untuk kelompok

yang diajar dengan menggunakan macromedia flash terdistribusi normal. Begitu

juga sebalikanya pada hasil perhitungan skor hasil belajar kelas kontrol

didapatkan L0 = 0,132652 dan Ltabel = 0,225, pada skor retensi hasil belajar untuk

kelas eksperimen diperoleh hasil L0 = 0,13791 dan Ltabel = 0,225 dan skor terensi

hasil belajar untuk kelas kontrol diperoleh L0 = 0,128043 dan Ltabel = 0,225 dari

hasil yang ada disimpulkan secara keseluruhan pada uji normalitas hasil belajar

untuk kelompok yang diajarkan dengan menggunakan macromedia flash dan

tanpa menggunakan macromedia flash terdistribusi normal artinya nilai L0 < dari

Ltabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lembar lampiran.

b. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk menyelidiki kehomogenan sampel penelitian

yang diambil dari populasi penelitian. Untuk pengujian kehomogenitasan varians

digunakan uji F dengan rumusan sebagai berikut:

………. (3.8)

Sudjana dalam Anik Setyowati (2002:41)


48

Dimana:

SA = Simpangan baku dari kelas yang diajar dengan media pembelajaran

macromedia flash

SB = Simpangan baku dari kelas yang diajar tanpa menggunakan media

pembelajaran macromedia flash.

Kriteria pengujian:

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel untuk taraf signifikan 0,01

Ho ditolak jika Fhitung ≥ Ftabel untuk taraf signifikan 0,01

Hasil uji homogenitas tidak lepas dari data yang diperoleh pada uji

normalitas untuk kelas eksperimen diperoleh nilai F0 = 1,04 sedangkan pada

kelas kontrol diperoleh nilai F0 = 1,65 sementara pada Ftabel = 2,94

c. Pengujian Hipotesis

Analisis data penelitian adalah didasarkan atas perbedaan skor rata-rata

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji-t.

Rumus yang digunakan adalah:

…….. (3.9)

Sudjana dalam Anik Setyowati (2002:42)


49

dengan:

XA = Rata-rata skor tes siswa yang diajar dengan menggunakan macromedia

flash.

XB = Rata-rata skor tes siswa yang diajar tanpa menggunakan macromedia

flash.

NA= jumlah siswa kelas yang diajar dengan menggunakan macromedia flash.

NB = jumlah siswa kelas yang diajar tanpa menggunakan macromedia flash.

SA = simpangan baku kelas yang diajar dengan menggunakan menggunakan

macromedia flash.

SB = Simpangan baku kelas yang diajar tanpa menggunakan menggunakan

macromedia flash.

Kriteria pengujian adalah:

Ho dapat diterima jika thitung ≤ ttabel untuk taraf signifikan 0,01

Ho dapat ditolak jika thitung > ttabel untuk taraf signifikan 0,01
50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Data skor rata-rata hasil belajar dan retensi hasil belajar siswa untuk

materi sistem koloid kelompok yang diajar dengan menggunakan macromedia

flash (Kelas Eksperimen) dan tanpa menggunakan macromedia flash (Kelas

kontrol) diberikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 skor tes hasil belajar dan retensi hasil belajar pada kelas

eksperimen dan kelas control.

Kelas Ekperimen Kelas Kontrol

Tes Hasil Retensi Tes Hasil Retensi


No (X1) (X2) Y1 Y2

1 82.14 46.42 67.86 42.86


2 82.14 50 64.29 35.71
3 82.14 50 75 42.86
4 75 53.57 75 42.86
5 82.14 53.57 60.71 32.14
6 78.57 60.71 60.71 35.71
7 71.43 67.86 64.29 35.71
8 67.86 42.86 82.14 28.57
9 71.43 46.42 67.86 32.14
10 64.29 28.57 57.14 42.86
11 64.29 32.14 57.14 35.71
12 82.14 42.86 67.86 32.14
13 78.57 53.57 64.29 39.29
14 85.71 67.86 67.86 32.14
51

Sambungan Tabel diatas.

15 85.71 42.86 67.86 39.29


16 85.71 42.86 67.86 32.14
17 78.57 28.57 75 35.71
18 71.43 46.42 71.43 42.86
19 71.43 50 82.14 46.42
20 78.57 42.86 71.43 53.57
21 75 42.86 71.43 46.42
∑ 1614.27 992.84 1439.3 807.11

X 76.87 47.28 68.54 38.43

Dari rata-rata skor hasil belajar untuk kelompok eksperimen sebesar

76,87 dan untuk kelompok kontrol sebesar 68,54 sedangkan rata-rata skor tes

setelah berselang 3 minggu (retensi) hasil belajar untuk kelompok eksperimen

sebesar 47,28 dan untuk kelompok kontrol sebesar 38,43. Jadi dibandingkan

dengan skor hasil belajar, maka retensi untuk kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol masing-masing menunjukan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan macromedia flash memberikan hasil yang lebih besar dalam

mempertahankan retensi hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran

tanpa menggunakan macromedia flash.

4.2.Pengujian Hipotesis Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan

analisis. Uji persyaratan analisis tersebut meliputi uji normalitas dan uji

homoginitas. Adapun pengujian hipotesis diperoleh informasi dari tabel 4.2 skor

tes hasil belajar dan retensi hasil belajar pada kelas eksperimen dengan
52

menggunakan macromedia flash (X) dan kelas kontrol tanpa menggunakan

macromedia flash (Y).

4.3.Prasyarat

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data

hasil penelitian yang terkumpul berdistribusi normal atau memiliki sebaran yang

normal, sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan statistic parametric

dapat dilanjutkan. Seperti telah dikatakan pada bagian sebelumnya, pengujian

normalitas data ini menggunakan uji liliefors dengan α = 0,01 dan dengan

kriterianya adalah tolak H 0 bahwa populasi berdistribusi normal jika L0 < Ltabel

dalam hal lainnya H 0 diterima.

Data yang akan diuji terdiri dari dua kelompok data yaitu data skor hasil

belajar siswa dan skor retensi hasil belajar siswa pada materi system koloid

dengan menggunakan macromedia flash dan data skor hasil belajar dan retensi

hasil belajar siswa pada materi system koloid yang diajarkan secara konvensional.
53

Tabel 4.2 Ikhtisar uji normalitas Untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol

Kelas Ekperimen Kelas Kontrol

Kriteria keputuasan keputusan Kesimpulan


L0 Ltabel pengujian L0 Ltabel pengujian

Hasil 0,121433 0,225 H0 diterima 0,132652 0,225 H0 diterima Terdistribusi


Belajar Normal

Retensi 0,13791 0,225 H0 diterima 0,128043 0,225 H0 diterima Terdistribusi


belajar Normal

Keterangan :

H0 diterima, L0(hitung) < Ltabel

H0 ditolak, L0(hitung) > Ltabel

1,031 1,031 1,031


L𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = = = = 0,225
𝑛 21 4,58

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lembar lampiran13.

b. Uji Homogenitas

Uji homoginitas digunakan untuk mengetahui apakah data skor varians

kelas eksperimen dan kelas control homogen. Harga F perlu dikonsultasikan

dengan harga pada Ftabel pada taraf kesalahan tertentu dengan dk pembilang dan

penyebut. Untuk itu digunakan taraf kesalahan 0,01 dengan dk pembilang maupun

penyebut. Jadi harga F dicari pada tabel F di peroleh F(0,99)(20,20) = 2,94. Ikhtisar
54

hasil homoginitas diberikan pada tabel 4.4 dan hasil perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 13.

Tabel 4.3 Ikhtisar Hasil Belajar dan Retensi hasil Belajar siswa untuk

uji homoginitas kelas eksperimen dan kelas kontrol

Hasil Belajar Retensi Hasil Belajar

Kelas Eksperimen & Kontrol Kelas Eksperimen & Kontrol


Kesimpulan
keputuasan keputusan
F0 Ftabel pengujian F0 Ftabel pengujian

1,04 2,94 H0 diterima 1,65 2,94 H0 diterima Homogen

Keterangan : Dengan demikian dari tabel diatas dapat


disimpulkan bahwa data hasil belajar dan
H0 diterima, F0(hitung) < Ftabel retensi hasil Belajar adalah homogen dimana
nilai F0(hitung) < Ftabel dengan kriteria H0
H0 ditolak, F0(hitung) > Ftabel diterima

4.4. Pengujian Hipotesis

a. Hipotesis 1 (Skor Hasil Belajar)

Hipotesis 1 yang berbunyi : “Hasil belajar siswa pada materi sistem

koloid yang pembelajarannya menggunakan macromedia flash lebih tinggi

dibandingkan dengan tanpa menggunakan macromedia flash.

Hasil analisis dengan menggunakan Microsoft Office Excel terdapat pada

lampiran 13 ringkasan hasil analisis seperti dalam table 4.8 iktisar skor tes hasil

belajar berikut.
55

Tabel 4.4 Ikhtisar Skor Tes hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol Pada Hipotesis 1

Kriteria thitung ttabel Keputusan Kesimpulan


Pengujian
H0 diterima, Secara ril dan bukan faktor

t ≤ t(1-α/2)(Nx/Ny-1) kebetulan hasil belajar kelas

H0 ditolak, 3,93 2,84 H0 ditolak eksperimen lebih tinggi dari

t > t(1-α/2)(Nx/Ny-1) pada kelas kontrol.

*) ttabel = t (1-α/2)(Nx/Ny -1)

ttabel = t (1-0.01/2)(20-1)

ttabel = t (0,995)(20) = 2,84

Dari daftar distribusi pada taraf signifikan 0,01 diperolen nilai thitung =

3,93 > dari ttabel (0,995)(20) = 2,84 dan H0 di tolak sehingga dapat dinyatakan bahwa

hasil belajar siswa yang mengalami pembelajaran dengan menggunakan

macromedia flash secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

mengalami pembelajaran tanpa menggunakan macromedia flash (metode

konvensional) berdasarkan perhitungan nilai rata-rata hasil belajar untuk

kelompok eksperimen sebesar 76,87 dan nilai rata-rata untuk kelas kontrol sebesar

68,54. Hal ini menunjukan bahwa pada pembelajaran dengan menggunakan

macromedia flash hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran

tanpa menggunakan macromedia flash.


56

Hal ini dapat kita lihat pada Grafk 4.1 hasil belajar sebagai berikut.

Grafik 4.1 skor hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

100
80
60
Nilai

40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Jumlah Responden

Keterangan:

= Kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan

macromedia flash

= Kelas Kontrol yang pembelajarannya tanpa menggunakan

macromedia flash

b. Hipotesis 2 (Skor Retemsi Hasil Belajar Berselang 2 Minggu 6 Hari

Hipotesis 2 yang berbunyi : “Retensi hasil belajar siswa pada materi

sistem koloid yang pembelajarannya menggunakan macromedia flash lebih tinggi

di bandingkan dengan tanpa menggunakan macromedia flash.


57

Tabel 4.5 Ikhtisar Skor Tes Retensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dan

Kelas Kontrol Pada Hipotesis 2

Kriteria thitung ttabel Keputusan Kesimpulan


Pengujian
H0 diterima, Secara ril dan bukan faktor

t ≤ t(1-α)(Nx/Ny-1) kebetulan hasil belajar kelas


3,29 2.84 H0 ditolak
H0 ditolak, eksperimen lebih tinggi dari

t > t(1-α)(Nx/Ny-1) pada kelas kontrol.

Dari daftar distribusi pada taraf signifikan 0,001 diperolen nilai thitung =

3,29 > dari ttabel (0,995)(20) = 2,84 dan kriteria H0 ditolak sehingga dapat dinyatakan

bahwa ada hubungan antara hasil belajar siswa dengan pembelajaran

menggunakan macromedia flash. Namun, secara riil dan bukan faktor kebetulan

pada skor retensi hasil belajar yang mengalami pembelajaran dengan

menggunakan macromedia flash secara signifikan lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang mengalami pembelajaran tanpa menggunakan macromedia

flash (metode konvensional) berdasarkan perhitungan skor perolehan nilai rata-

rata hasil belajar untuk kelompok eksperimen sebesar 47,28 dan nilai rata-rata

untuk kelas kontrol sebesar 38,43 hal ini menunjukan bahwa pada pembelajaran

dengan menggunakan macromedia flash hasil belajar lebih tinggi dibandingkan

dengan pembelajaran tanpa menggunakan macromedia flash.


58

Hal ini dapat kita lihat pada Grafik 4.2 retensi hasil belajar sebagai

berikut.

Grafik 4.2 skor retensi hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

80
70
60
50
Nilai

40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Jumlah Responden

Keterangan:

= Kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan

macromedia flash

= Kelas Kontrol yang pembelajarannya tanpa menggunakan

macromedia flash

Ini kemudian diuji melalui hipotesis nol yang berbunyi untuk materi

sistem koloid hasil belajar dan retensi hasil belajar kelompok eksperimen yang

diajar dengan menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada hasil belajar

dan retensi hasil belajar kelompok kontrol yang diajar tanpa menggunakan

macromedia flash. Ikhtisar hasil pengujian diberikan pada tabel 4.8 dan table 4.9.

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.


59

4.5. Pembahasan

Dalam penjelasan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

macromedia flash beda dengan pembelajaran secara konvensional, dimana lebih

menekankan berfikir dedukatif. Pada hakekatnya guru hanya menyampaikan isi

mata pelajaran tanpa pernah melakukan analisis karakteristik konsep untuk

mengetahui apakah siswa telah benar-benar mengetahui konsep secara lebih

spesifik. Pembelajaran dengan menggunakan macromedia flash dimana siswa

diminta lebih banayak berfikir dalam memahami konsep melalui beberapa

tampilan animasi dari macromedia flash.

Penggunaan macromedia flash dalam pengajaran materi system koloid

menyebabkan materi tersebut mudah untuk dipahami oleh siswa. Hal ini

menyebabkan imajinasi siswa dalam memahami konsep materi tersebut yang

pembelajarannya melalui macromedia flash dengan logika yang benar akan

terlihat. Disamping itu macromedia flash siswa akan terbantu dalam memahami

konsep materi dengan baik sehingga hasil belajar dan retensi hasil belajar

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar dan retensi hasil belajar

siswa yang diajar tanpa menggunakan macromedia flash. Dapat dilihat

berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada lampiran 13, uji-t diperoleh

bahwa perlakuan pembelajaran dengan menggunakan macromedia flash

dinyatakan secara umum berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar dan

retensi hasil belajar yang dibuktikan dengan skor hasil belajar dan retensi hasil

belajar. Pengaruh yang dimaksud adalah dapat meningkatkan hasil belajar dan

retensi hasil belajar siswa.


60

Kajian terhadap retensi, terkait dengan fungsi memori dalam mengingat

dan melupakan (Herleni, raudah,1999). Mengingat adalah proses memanggil

kembali informasi yang telahb tersimpan dalam memori, dan lupa adalah ketidak

mampuan untuk memanggil informasi yang tersimpan dalam memori. Artinya,

bahwa informasi yang tersimpan dalam memori setelah selang waktu tertentu

akan mengalami penurunan. Sebagian masih tersimpan dalam memori dan

sebagian telah dilupakan. Hal ini akan mudah dipahami apabila konsepsi retensi

tersebut dikaitkan dengan proses retrieval didalam memori ingatan si pelajar.

Berkaitan dengan retensi tersebut, maka pengunaan macromedia flash akan dapat

mempermudah proses retrieval yang terjadi dalam ingatan si pelajar.


61

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian kemudian dianalisis tes hasil belajar dan

retensi hasil belajar maka dapat disimpulkan diantaranya sebagai berikut :

1. Untuk materi sistem koloid hasil belajar siswa yang diajarkan dengan

menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada hasil belajar yang

diajar tanpa menggunakan macromedia flash.

2. Untuk materi sistem koloid retensi hasil belajar siswa yang diajarkan dengan

menggunakan macromedia flash lebih tinggi dari pada retensi hasil belajar

yang diajar tanpa menggunakan macromedia flash.

5.1. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, dikemukakan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Dalam membelajarkan konsep sistem koloid diharapkan guru menjelaskan

konsep tersebut menggunakan macromedia flash sehingga siswa dapat

memahami konsep tanpa harus menghafal konsep, sehingganya hasil belajar

yang diperoleh siswa bisa lebih baik.

2. Pemanfaatan sofwere macromedia flash sebagai media pembelajaran

dikalangan guru atau tenaga pendidik harus benar-benar relefan dengan materi

yang diajarkan, sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep materi

pelajaran kimia lebih baik.


62

DAFTAR PUSTAKA

Aktor Sadewa, Wiwin. dkk. 2006. Mahir Dalam 7 Hari Macromedia


Flash Pro 8. Yogyakarta. Andi offsat

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Bhineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 1989. Menajemen Penelitian. Jakarta : Proyek


pengembangan lembaga pendidikantenaga kependidikan

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta; Rajawali Pers.

Bunurul. 2008. Evaluasi-Pembelajaran-Kimia-Berbasis-Software-Flashtm.


http://bunurul.wordpress.com

Educare. 2009. Jurnal Pendidikan dan Budaya. http://educare.e-


fkipunla.net/Generated: 24 March, 2009, 14:13

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Herleny Raudah. 1999. Keefektifan Model Perolehan Konsep Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Dan Retensi Hasil Belajar Siswa
SMU Negeri Kabupaten Kotabaru. Malang : Institut Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Malang Program Studi Pendidikan Kimia. Tesis.

H. M Rohani, Ahmad. 2004. Pengolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Pustaka Jaya.

Kean dan Middlecaamp. 1984. Karakteristik-ilmu-kimia.


http://chemi-is-try.com/index2.php?page=produk&id=1

Kurtek, upiedu. ____. Pengertian+Retensi+Hasil+Belajar&cd=11&hl=id&ct


=clnk&gl=idhttp://209.85.173.132/search?q=cache:Op6EtWJggjgJ:
/media/sources/BAB%25201.doc+*.

Nasir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam


Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang : Universitas Negeri
Malang.
63

Purwanto, M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya

Pramono Andi. 2006. Presentase Multimedia dengan Makromedia


Flash.Yogyakarta. Andi offsat

Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta ; Erlangga

Rahmat, Abdul. 2009. Super Teacher. Bandung: MQS Publising

Santyasa.____.Model_Model_Pembelajaran.pdf+*.
pengertian+retensi+hasil+belajar&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://209.85.173.132/search?q=cache:orA9nxHWjhoJ:www.freew
ebs.com/

Setyowati Anik. 2002. Pengaruh Pengajaran Ionisasi Larutan Elektrolit Dengan


Menggunakan Gambaran Mikroskopik Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Kelas II SMU PGRI 1 Jombang. Malang :Universitas Negeri
Malang FMIPA Prodi. Kimia. Skripsi.

Sudarmo, unggul. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XI.2. Jakarta. PHißETA

Sunardi. 2008. Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI semester 1 dan 2.


Bandung : Yrama widya

Uno, Hamza & Kuadrat, Masri. 2009. Pengelolaan Kecerdasan Dalam


Pembelajaran (Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis
Kecerdasan). Jakarta: Bumi Aksara

Winkel, W. S. 1995. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

Yuyun. VBS. 2009. PC Media (Percantik Windows). Jakarta: PT.Ginantika


Pratama Prima (GPP).

___________. 2009. CHIP (Teknologi Superkomputer). Jakarta: PT. Galva


Teknologies
64

Lampiran 1

LEMBAR SOAL TES HASIL BELAJAR


MATERI SISTEM KOLOID
KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 TAPA
Soal Pilihan Ganda

Identitas dituliskan terlebih dahulu pada lembar jawaban anda


Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D dan E di lembar
jawaban anda untuk jawaban yang paling dianggap benar!
Diisikan terlebih dahulu soal yang paling di anggap mudah
Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal selama 45 menit

1. Sistem berikut yang merupakan sistem dispersi koliod adalah : ……..


a) Bensin d. Air garam
b) Air kanji e. Sirop
c) Air soda

2. Kabut adalah sistem koloid dari....


a. Gas dalam zat cair d.Gas dalam zat padat
b. Zat cair dalam gas e. ZAT cair dalam zat cair lain
c. Gas dalam gas lain

3. Di antara zat-zat di bawah ini, yang tidak dapat membentuk koloid liofil jika
didispersikan ke dalam air ialah....
a. Kanji d. Sabun
b. Belerang e. Agar-agar
c. Gelatin

4. Contoh koloid yang medium pendispersinya padat dan fase terdispersinya cair
adalah....
a. Asap d. Awan
b. Kuningan e. Mutiara
c. Batu apung

5. Dispersi zat cair atau zat padat dalam gas disebut ....
a. Sol d. Aerosol
b. Emulsi e. Suspensi
c. Bum

6. Gejala atau proses yang paling tidak ada kaitannya dengan sistem koloid
adalah....
a. Efek tyndall d. Emulsi
b. Dialysis e. Elektrolisis
c. Koagulasi
65

7. Proses penjernihan air dengan tawas berkaitan dengan sifat koloid, yaitu ....
a. Gerak Brown d. Koagulasi
b. Elektroforesis e. Adsorpsi
c. Efek Tyndall

8. Salah satu sifat penting dari dispersi koloid yang banyak dimanfaatkan dalam
bidang industri dan analisis biokimia adalah ....
a. Prinsip elektroforesis d. Homogenisasi
b. Efek Tyndall e. Peptisasi
c. Gerak Brown

9. Bila minyak kelapa dicampurkan dengan air, maka akan terjadi dua lapisan
yang tidak saling melarut. Suatu emulsi akan terjadi bila campuran ini dikocok
dan ditambahkan ....
a. Air panas d. Minyak tanah
b. Es e. Larutan garam
c. Air sabun

10. Penghamburan berkas sinar oleh sistem koloid disebut ....


a. Gerak Brown d. Elektroforesis
b. Efek Tyndall e. Osmosis
c. Koagulasi

11. Sistem berikut tergolong emulsi, kecuali ....


a. Santan d. Mayonaise
b. Minyak ikan e. Alkohol 70%
c. Air susu

12. Hal-hal berikut merupakan ciri sistem koloid, kecuali ....


a. Tidak dapat disaring d. Homogen
b. Stabil (tidak memisah) e. Menghamburkan cahaya
c. Terdiri atas dua fase

13. Salah satu perbedaan antara koloid dengan suspensi adalah ....
a. Koloid bersifat homogen, sedangkan supensi heterogen
b. Koloid menghamburkan cahaya, sedangkan suspensi
meneruskan cahaya
c. Koloid stabil, sedangkan suspensi tidak stabil
d. Koloid satu fase, sedangkan suspensi dua fase
e. Koloid transparan, sedangkan suspensi keruh
66

14. Perhatikan data di bawah ini.

Keadaan Keadaan
No. Warna Sebelum Sesudah Larutan
Larutan Penyaringan Penyaringan Dikenakan Cahaya ;

1. Kuning Keruh Keruh Terjadi penghamburan cahaya

2. Kuning coklat Bening Bening Terjadi penghamburan cahaya


3. Biru Bening Bening Tidak terjadi penghamburan cahaya

4. Putih Keruh Keruh Terjadi penghamburan cahaya

5. Tak berwarna Bening Bening Tidak terjadi penghamburan cahaya

Dari data di atas yang termasuk dispersi koloid adalah ....


a. 1 dan 3 d. 3 dan 5
b. 2 dan 4 e. 4 dan 5
c. 2 dan 3

15. Gerak Brown terjadi karena ....


a. Gaya gravitasi
b. Tolak-menolak antara partikel koloid yang bermuatan sama
c. Tarik-menarik antara pertikel koloid yang berbeda muatan
d. Tumbukan antara partikel koloid
e. Tumbukan molekul medium dengan partikel koloid

16. Suatu contoh air sungai setelah disaring diperoleh filtrat yang tampak jemih.
Filtrat tersebut temyata menunjukkan efek Tyndall. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa air sungai
a. Tergolong lamtan sejati
b. Tergolong suspensi
c. Tergolong sol
d. Tergolong koloid
e. Mengandung partikel kasar dan partikel koloid

17. Peristiwa koagulasi dapat ditemukan pada peristiwa ....


a. Pembuatan agar-agar d. Pembusukan air susu
b. Terjadinya berkas sinar e. Terjadinya delta di muara sungai
c. Pembuatan cat
67

18. Proses elektrodialisis yang dilakukan terhadap sistem koloid bertujuan untuk....
a. Memisahkanjenis-jenis partikel koloid
b. Menggumpalkan partikel koloid
c. Mengukur dimensi partikel koloid
d. Membuang kelebihan ion-ion elektrolit dari koloid
e. Membuat larutan dari koloid

19. Partikel koloid bermuatan listrik karena ....


a. Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid
b. Absorpsi ion-ion oleh partikel koloid
c. Partikel koloid mengalami ionisasi
d. Pelepasan elektron oleh partikel koloid
e. Reaksi partikel koloid dengan mediumnya

20. Aluminium hidroksida membentuk sol bermuatan positif dalam air. Di antara
elektrolit berikut, yang paling efektif untuk menggumpalkan koloid itu
adalah....
a. NaCI d. Na3PO4
b. Fe2(SO4)3 e. Na2SO4
c. BaCl2

21. Kelebihan elektrolit dalam suatu dispersi koloid biasanya dihilangkan dengan
cara.
a. Elektrolisis d. Dekanasi
b. Elektroforesis e. Presipitasi
c. Dialisis

22. Sistem koloid yang partikel-partikelnya tidak menarik molekul pelarutnya


disebut
a. Liofil d. Elektrofil
b. Dialisis e. Liofob
c. Hidrofil

23. Zat-zat yang tergolong sol liofil adalah ....


a. Belerang, agar-agar, dan mentega
b. Batu apung, awan, dan sabun
c. Susu, kaca, dan mutiara
d. Minyak tanah,asap,dan debu
e. lem karet, lem kanji, dan busa sabun

24. Yang termasuk koloid liofob adalah ....


a. Amilum dalam air d. Lemak dalam air
b. Protein dalam air e. Agar –agar dalam air
c. Putih telur dalam air
68

25. Diantara beberapa percobaan pembuatan koloid berikut :


1. Larutan kalium asetat + Alkohol
2. Belerang + gula + Air
3. Susu + Air
4. Minyak + air
5. Agar-agar yang dimasak
Yang menunjukan proses pembuatan gel ialah…..
a. 1 dan 5 d. 3 dan 4
b. 1 dan 3 e. 2 dan 4
c. 2 dan 5

26. Pembuatan koloid berikut yang tidak tergolong cara kondensasi adalah…
a. Pembutann sol belerang dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan
SO2
b. Pembuatan sol emas dengan mereduksi suatu larutan garam emas
c. Pembuatan sol kanji dengan memanaskan suspense amilum
d. Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan hidrolisis larutan besi (III) klorida
e. Pembuatan sol As2S3 dengan mereaksikan larutan As2O3 dengan larutan
H2S

27. Diantara cara-cara pembuatan koloid berikut yang merupakan cara dispersi
adalah….
a. Pembuatan sol belerang dengan dialiri gas H2S dalam larutan SO2
b. Pebutan kanji dengan memanaskan amilum
c. Pembuatan sol emas dengan mereduksi larutan garam emas
d. Pembuatan sol Fe(OH)3 dalam air mendidih
e. Pembutan AgCl dengan mereaksikan larutan AgNO3 encer dengan
larutan NaCl encer

28. Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan cara :


(1) Hidrolisis
(2) Peptisasi
(3) Reaksi redoks
(4) Penggilingan atau penggerusan
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi adalah nomor….
a. 1 dan 2 d. 2 dan 3
b. 1 dan 3 e. 2 dan 4
c. 1 dan 4
69

Lampiran 2

KUNCI JAWABAN SOAL TES HASIL BELAJAR


MATERI SISTEM KOLOID
KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 TAPA
Soal Pilihan Ganda

1. b 8. a 15. e 22. e
2. b 9. c 16. d 23. e
3. b 10. b 17. a 24. a
4. d 11. e 18. d 25. a
5. d 12. d 19. e 26. b
6. e 13. c 20. b 27. b
7. e 14. b 21. c 28. b
70

Lampiran 3

LEMBAR SOAL TES RETENSI HASIL BELAJAR


MATERI SISTEM KOLOID
KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 TAPA
Soal Pilihan Ganda
Identitas dituliskan terlebih dahulu pada lembar jawaban anda
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D dan E di lembar
jawaban anda untuk jawaban yang paling dianggap benar!
Diisikan terlebih dahulu soal yang paling di anggap mudah
Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal selama 45 menit

1. Sistem berikut yang merupakan sistem dispersi koliod adalah : ……..


a. Bensin
b. Air garam
c. Sirop
d. Air soda
e. Air kanji

2. Kabut adalah sistem koloid dari....


a. Gas dalam zat cair
b. Gas dalam zat padat
c. Zat cair dalam gas
d. ZAT cair dalam zat cair lain
e. Gas dalam gas lain

3. Di antara zat-zat di bawah ini, yang tidak dapat membentuk koloid liofil
jika didispersikan ke dalam air ialah....
a. Kanji
b. Sabun
c. Belerang
d. Agar-agar
e. Gelatin

4. Contoh koloid yang medium pendispersinya padat dan fase terdispersinya


cair adalah....
a. Asap
b. Awan
c. Kuningan
d. Mutiara
e. Batu apung
71

5. Dispersi zat cair atau zat padat dalam gas disebut ....
a. Sol
b. Emulsi
c. Aerosol
d. Suspensi
e. Bum

6. Gejala atau proses yang paling tidak ada kaitannya dengan sistem koloid
adalah....
a. Efek tyndall
b. Emulsi
c. Dialysis
d. Elektrolisis
e. Koagulasi

7. Proses penjernihan air dengan tawas berkaitan dengan sifat koloid,


yaitu....
a. Gerak Brown
b. Koagulasi
c. Elektroforesis
d. Adsorpsi
e. Efek Tyndall

8. Salah satu sifat penting dari dispersi koloid yang banyak dimanfaatkan dalam
bidang industri dan analisis biokimia adalah ....
a. Homogenisasi
b. Efek Tyndall
c. Peptisasi
d. Gerak Brown
e. Prinsip elektroforesis

9. Bila minyak kelapa dicampurkan dengan air, maka akan terjadi dua lapisan
yang tidak saling melarut. Suatu emulsi akan terjadi bila campuran ini
dikocok dan ditambahkan ....
a. Air panas
b. Minyak tanah
c. Es
d. Larutan garam
e. Air sabun

10. Penghamburan berkas sinar oleh sistem koloid disebut ....


a. Gerak Brown
b. Elektroforesis
c. Koagulasi
d. Efek Tyndall
e. Osmosis
72

11. Sistem berikut tergolong emulsi, kecuali ....


a. Santan
b. Alkohol 70%
c. Mayonaise
d. Minyak ikan
e. Air susu

12. Hal-hal berikut merupakan ciri sistem koloid, kecuali ....


a. Tidak dapat disaring
b. Stabil (tidak memisah)
c. Homogen
d. Menghamburkan cahaya
e. Terdiri atas dua fase

13. Salah satu perbedaan antara koloid dengan suspensi adalah ....
a. Koloid menghamburkan cahaya, sedangkan suspensi meneruskan
cahaya
b. Koloid bersifat homogen, sedangkan supensi heterogen
c. Koloid transparan, sedangkan suspensi keruh
d. Koloid stabil, sedangkan suspensi tidak stabil
e. Koloid satu fase, sedangkan suspensi dua fase

14. Perhatikan data di bawah ini.

Keadaan
Keadaan
Warna Sesudah Larutan
Sebelum
No. Larutan Penyaringan Dikenakan Cahaya ;
Penyaringan

1. Kuning Keruh Keruh Terjadi penghamburan cahaya


2. Kuning coklat Bening Bening Terjadi penghamburan cahaya
3. Biru Bening Bening Tidak terjadi penghamburan cahaya

4. Putih Keruh Keruh Terjadi penghamburan cahaya

5. Tak berwarna Bening Bening Tidak terjadi penghamburan cahaya


73

Dari data di atas yang termasuk dispersi koloid adalah ....


a. 2 dan 3
b. 3 dan 5
c. 2 dan 4
d. 4 dan 5
e. 1 dan 3

15. Gerak Brown terjadi karena ....


a. Tolak-menolak antara partikel koloid yang bermuatan sama
b. Gaya gravitasi
c. Tarik-menarik antara pertikel koloid yang berbeda muatan
d. Tumbukan molekul medium dengan partikel koloid
e. Tumbukan antara partikel koloid

16. Suatu contoh air sungai setelah disaring diperoleh filtrat yang tampak jemih.
Filtrat tersebut temyata menunjukkan efek Tyndall. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa air sungai
a. Tergolong suspensi
b. Tergolong lamtan sejati
c. Tergolong sol
d. Mengandung partikel kasar dan partikel koloid
e. Tergolong koloid

17. Peristiwa koagulasi dapat ditemukan pada peristiwa ....


a. Pembusukan air susu
b. Pembuatan agar-agar
c. Terjadinya berkas sinar
d. Terjadinya delta di muara sungai
e. Pembuatan cat

18. Proses elektrodialisis yang dilakukan terhadap sistem koloid bertujuan


untuk....
a. Menggumpalkan partikel koloid
b. Membuang kelebihan ion-ion elektrolit dari koloid
c. Memisahkanjenis-jenis partikel koloid
d. Membuat larutan dari koloid
e. Mengukur dimensi partikel koloid

19. Partikel koloid bermuatan listrik karena ....


a. Absorpsi ion-ion oleh partikel koloid
b. Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid
c. Reaksi partikel koloid dengan mediumnya
d. Partikel koloid mengalami ionisasi
e. Pelepasan elektron oleh partikel koloid
74

20. Aluminium hidroksida membentuk sol bermuatan positif dalam air. Di antara
elektrolit berikut, yang paling efektif untuk menggumpalkan koloid itu
adalah....
a. NaCl2
b. Na3PO4
c. Na2SO4
d. Fe2(SO4)3
e. BaCl2
21. Kelebihan elektrolit dalam suatu dispersi koloid biasanya dihilangkan dengan
cara.
a. Elektrolisis
b. Dekanasi
c. Elektroforesis
d. Presipitasi
e. Dialisis

22. Sistem koloid yang partikel-partikelnya tidak menarik molekul pelarutnya


disebut
a. Liofil
b. Elektrofil
c. Dialisis
d. Liofob
e. Hidrofil

23. Zat-zat yang tergolong sol liofil adalah ....


a. Batu apung, awan, dan sabun
b. Minyak tanah,asap,dan debu
c. Susu, kaca, dan mutiara
d. Belerang, agar-agar, dan mentega
e. lem karet, lem kanji, dan busa sabun

24. Yang termasuk koloid liofob adalah ....


a. Lemak dalam air
b. Amilum dalam air
c. Protein dalam air
d. Agar –agar dalam air
e. Putih telur dalam air

25. Diantara beberapa percobaan pembuatan koloid berikut :


6. Larutan kalium asetat + Alkohol
7. Belerang + gula + Air
8. Susu + Air
9. Minyak + air
10. Agar-agar yang dimasak
75

Yang menunjukan proses pembuatan gel ialah…..


a. 2 dan 5
b. 3 dan 4
c. 1 dan 3
d. 2 dan 4
e. 1 dan 5

26. Pembuatan koloid berikut yang tidak tergolong cara kondensasi adalah…
a. Pembuatan sol kanji dengan memanaskan suspense amilum
b. Pembuatan sol As2S3 dengan mereaksikan larutan As2O3 dengan larutan
H2S
c. Pembutann sol belerang dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan
SO2
d. Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan hidrolisis larutan besi (III) klorida
e. Pembuatan sol emas dengan mereduksi suatu larutan garam emas

27. Diantara cara-cara pembuatan koloid berikut yang merupakan cara dispersi
adalah….
a. Pebutan kanji dengan memanaskan amilum
b. Pembuatan sol emas dengan mereduksi larutan garam emas
c. Pembutan AgCl dengan mereaksikan larutan AgNO3 encer dengan
larutan NaCl encer
d. Pembuatan sol belerang dengan dialiri gas H2S dalam larutan SO2
e. Pembuatan sol Fe(OH)3 dalam air mendidih

28. Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan cara :


(5) Hidrolisis
(6) Peptisasi
(7) Reaksi redoks
(8) Penggilingan atau penggerusan
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi adalah nomor….
a. 1 dan 4
b. 2 dan 3
c. 1 dan 3
d. 2 dan 4
e. 1 dan 2
76

Lampiran 4

KUNCI JAWABAN SOAL TES RETENSIHASIL BELAJAR


MATERI SISTEM KOLOID
KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 TAPA
Soal Pilihan Ganda

1. e 8. e 15. d 22. d
2. c 9. e 16. e 23. e
3. c 10. d 17. b 24. b
4. b 11. b 18. b 25. e
5. c 12. c 19. c 26. e
6. d 13. d 20. d 27. a
7. d 14. c 21. e 28. c
77

Lampiran 5

Data Uji Coba Instrumen

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
5 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1
6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1
7 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
9 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1
11 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
12 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1
13 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1
14 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
15 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0
16 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
17 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1
18 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
19 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1
20 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
21 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0
22 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1
23 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0
24 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
25 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1
26 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1
27 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1
18 18 21 18 18 12 16 19 17 19 19 12 19 19 23

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
78

Sambungan.

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Skor X
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 24 85,71
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 23 82,14
1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 22 78,53
1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 22 78,57
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 21 75
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 21 75
1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 20 71,43
1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 20 71,43
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 20 71,43
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 20 71,43
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 20 71,43
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 19 67,86
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 19 67,86
0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 18 64,29
1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 18 60,29
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 18 64,29
1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 18 64,29
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 18 64,29
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 64,29
0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 17 60,71
1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 17 60,71
0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 17 60,71
1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 17 60,71
1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 17 60,71
0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 16 57,14
0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 16 57,14
0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 16 57,14
19 20 24 20 24 21 17 19 20 17 15 16 13 512 1824,53

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
79

Lampiran 6.

UJI VALIDITAS TES

Nomor Soal Penilai 1 Penilai 2 Penilai 3


1 2 2 2
2 2 2 2
3 2 2 2
4 2 2 2
5 2 2 2
6 2 2 2
7 2 2 2
8 2 2 2
9 2 2 2
10 2 2 2
11 2 2 2
12 2 2 2
13 2 2 2
14 2 2 2
15 2 2 2
16 2 2 2
17 2 2 2
18 2 2 2
19 2 2 2
20 2 2 2
21 2 2 2
22 2 2 2
23 2 2 2
24 2 2 2
25 2 2 2
26 2 2 2
27 2 2 2
28 2 2 2

Keterangan :
Penilai 1 : HAMZA YUSUF, S.Pd
Penilai 2 : NITA SULEMAN, S.T, M.T
Penilai 3 : MASRID PIKOLI, S.Pd, M.Pd

Perhitungan Validitas
Jumlah pemberian skor 2 (Skor yang telah relevan) dari penilai :
Penilai 1 : 28
Penilai 2 : 28
Penilai 3 : 28

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
80

Persentase soal menggunakan rumu:

𝑆𝑜𝑎𝑙 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑆𝑘𝑜𝑟 2


𝑃 = 𝑥 100 %
𝑆𝑜𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛

Penilai 1

Penilai 2

Penilai 2

Diperoleh persentase untuk setiap penilai sebesar 100%. Dengan kata lain
koefesien validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
81

Lampiran 7

HASIL NILAI
Uji Validitas Soal SMA Negeri 4 Gorontalo
Kelas XI IPA 2

Perolehan Nilai
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖
No. Nama Siswa Skor 𝑥100
Nilai 28

01. Nurhayati Usman 17 60,71


02. Sri Munifa Habibie 18 64,29
03. Hendra Karim 16 57,14
04. Djamilah Arsyad 16 57,14
05. Muhammad Fazri Tangahu 21 75,00
06. Imam wahyudin latief 16 57,14
07. Fadil Cilvani 17 60,71
08. Roman Djafar 18 60,29
09. Siskawati Usman 23 82,14
10. Kiki Rahmawati Arsyad 22 78,57
11. Nurelisa Mokoagow 18 64,29
12. Rahmawati Ibrahim 18 64,29
13. Desiyanti Kaharu 19 67,86
14. Nurnaningsih Kadir 18 64,29
15. Samsiar Saputri S. Harun 20 71,43
16. Servin Nune 21 75
17. Lindra Husain 20 71,43
18. Delawanti Pakaya 19 67,86
19. Mariam Dalai 18 64,29
20. Susanti Djafar 17 60,71
21. Zainuddin Laiyah 20 71,43
22. Agustina Suwarno 22 78,53
23. Insan Lestari 17 60,71
24. Pipin Huda 20 71,43
25. R. Lahmuda 20 71,43
26. Susan Montu 24 85,71
27. Yeyen Yurike Yusuf 17 60,71

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
82

Lampiran 8.

UJI TINGKAT KESUKARAN ITEM

Tabel. Uji Coba Tingkat kesukaran Item

Uji Coba Tingkat Kesukaran Item


No B JS P Kriteria
1 18 27 0.666667 sedang
2 18 27 0.666667 sedang
3 21 27 0.777778 mudah
4 18 27 0.666667 sedang
5 18 27 0.666667 sedang
6 12 27 0.444444 sulit
7 16 27 0.592593 sedang
8 19 27 0.703704 sedang
9 17 27 0.62963 sedang
10 19 27 0.703704 sedang
11 19 27 0.703704 sedang
12 12 27 0.444444 sulit
13 19 27 0.703704 sedang
14 19 27 0.703704 sedang
15 23 27 0.851852 mudah
16 19 27 0.703704 sedang
17 20 27 0.740741 sedang
18 24 27 0.888889 mudah
19 20 27 0.740741 sedang
20 24 27 0.888889 mudah
21 21 27 0.777778 mudah
22 17 27 0.62963 sedang
23 19 27 0.703704 sedang
24 20 27 0.740741 sedang
25 17 27 0.62963 sedang
26 15 27 0.555556 sedang
27 16 27 0.592593 sedang
28 13 27 0.481481 Sedang

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
83

Tingkat kesukaran item menggunakan rumus :

(Arikunto 1997: 212)

Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa

Kriteria
Jika P = 0,00 - 0,45 Adalah soal yang sukar
P = 0,45 – 0,75 Adalah soal yang Sedang
P = 0,75 – 1,00 Adalah soal yang mudah

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
84

Lampiran 9.

UJI RELIABILITAS TES


Tabel Hitung Produk Momen Corelation

No. kuadrat No.


Skor B JS P q Pxq
Urut deviasi Soal
Siswa X X2 1 18 27 0.666667 0.333333 0.222222
1 24 576 2 18 27 0.666667 0.333333 0.222222
2 23 529 3 21 27 0.777778 0.222222 0.17284
3 22 484 4 18 27 0.666667 0.333333 0.222222
4 22 484 5 18 27 0.666667 0.333333 0.222222
5 21 441 6 12 27 0.444444 0.555556 0.246914
6 21 441 7 16 27 0.592593 0.407407 0.241427
7 20 400 8 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
8 20 400 9 17 27 0.62963 0.37037 0.233196
9 20 400 10 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
10 20 400 11 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
11 20 400 12 12 27 0.444444 0.555556 0.246914
12 19 361 13 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
13 19 361 14 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
14 18 324 15 23 27 0.851852 0.148148 0.1262
15 18 324 16 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
16 18 324 17 20 27 0.740741 0.259259 0.192044
17 18 324 18 24 27 0.888889 0.111111 0.098765
18 18 324 19 20 27 0.740741 0.259259 0.192044
19 18 324 20 24 27 0.888889 0.111111 0.098765
20 17 289 21 21 27 0.777778 0.222222 0.17284
21 17 289 22 17 27 0.62963 0.37037 0.233196
22 17 289 23 19 27 0.703704 0.296296 0.208505
23 17 289 24 20 27 0.740741 0.259259 0.192044
24 17 289 25 17 27 0.62963 0.37037 0.233196
25 16 256 26 15 27 0.555556 0.444444 0.246914
26 16 256 27 16 27 0.592593 0.407407 0.241427
27 16 256 28 13 27 0.481481 0.518519 0.249657

N = 27 ∑X = 512 ∑X2 = 9834 ∑p.q = 5.766804

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
85

Reliabilitas instrumen penelitian diukur dengan menggunakan rumus Kuder dan


Richardson-20:

(Arikunto, 1997:81)

Keterangan :
r11 = Reliabilitas tes
∑p.q = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
S = Varians skor total
n = Banyaknya item tes
p = Banyaknya siswa yang menjawab benar item tes
q = Banyaknya siswa yang menjawab salah item tes (q =1- p)

dari data didapatkan :

n = 28
Σ P.q = 5.77

2 2
2 𝑋 512
𝑋 − 9834 − 9834 − 9362,29 471,71
𝑆2 = 𝑛 = 28 = =
𝑛 28 28 28

S2 = 16,85 𝑆= 16,85 = 4,11

Sehingga:
28 4,112 − 5,77 28 16,89 − 5,77
𝑟11 = = = 1,04 0,66
28 − 1 4,112 27 16,89

r11 = 0,69 reabilitas tinggi

Dari nilai yang diperoleh maka nilai reabilitas soal yang di gunakan tersebut
tinggi.

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
86

Lampiran 10

DAFTAR NILAI
Uji Tes Hasil Belajar Dan Retensi Hasil Belajar
SMA Negeri 1 Tapa
Kelas XI IPA 1 (Kelas Eksperimen)

Nilai Retensi Hasil


Nilai Hasil Belajar
Belajar
No Nama Siswa 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖
Skor 𝑥100 Skor 𝑥100
Nilai 28 Nilai 28

01. Sitra Dulanggo 23 82,14 13 46,42


02. Nurlaila Samad 23 82,14 14 50
03. Seftiyani R Abas 23 82,14 14 50
04. Megawati Makulase 21 75 15 53,57
05. Moh. Rizky Masionu 23 82,14 15 53,57
06. Rini Mahmud 23 78,57 17 60,71
07. Roy Ronal Naiya 20 71,43 19 67,86
08. Itin Loiyo 19 67,86 12 42,86
09. Rianti Sahrain 20 71,43 13 46,42
10. Sutrisno Abdul Kadir 18 64,29 8 28,57
11. Abd. Muhklis Ahmad 18 64,29 9 32,14
12. Rusni L Wumu 23 82,14 12 42,86
13. Yunangsi Walangadi 22 78,57 15 53,57
14. Fahriani Butolo 24 85,71 19 67,86
15. Indriati Usman 24 85,71 12 42,86
16. Sulastri Ladiku 24 85,71 12 42,86
17. Suleman Naniu 22 78,57 8 28,57
18. Kartika Amu 20 71,43 13 46,42
19. Nirmala Radjak 20 71,43 14 50
20. Nuriawaty Cenik 22 78,57 12 42,86
21. Novita H Ahmad 21 75 12 42,86

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
87

Lampiran 11

DAFTAR NILAI
Uji Tes Hasil Belajar Dan Retensi hasil Belajar
SMA Negeri 1 Tapa
Kelas XI IPA 2 (Kelas Kontrol)

Nilai Retensi Hasil


Nilai Hasil Belajar
Belajar
No. Nama Siswa 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊
Skor 𝒙𝟏𝟎𝟎 Skor 𝒙𝟏𝟎𝟎
𝟐𝟖 𝟐𝟖
Nilai Nilai
01. Novrianti Kidamu 19 67,86 12 42,86
02. Fatmawaty S. Tahir 18 64,29 10 35,71
03. Riskawati Ishak 21 75 12 42,86
04. Misra Suleman 21 75 12 42,86
05. Nirmawati Kadir 17 60,71 9 32,14
06. Wilan Yusuf 17 60,71 10 35,71
07. Yusuf Abjul 18 64,29 10 35,71
08. Karmila Radjak 23 82, 14 8 28,57
09. Noval Hamzah 19 67,86 9 32,14
10. Sri Metha Liskawati F.S. 16 57,14 12 42,86
11. Serly Yahya 16 57,14 10 35,71
12. Andrian Usman 19 67,86 9 32,14
13. Moh. Yusran Huntoyungo 18 64,29 11 39,29
14. Riskawaty Lasimpala 19 67,86 9 32,14
15. Yuliana Lasimpala 19 67,86 11 39,29
16. Harsyid F Lasimpala 19 67,86 9 32,14
17. Selviana Ibrahim 21 75 10 35,71
18. Feri Duhi 20 71,43 12 42,86
19. Rukaiyah Usman 23 82,14 13 46,42
20. Asmin Nani 20 71,43 15 53,57
21. Lisna Yusuf 20 71,43 13 46,42

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
88

Lampiran 12.

Data Skor tes hasil belajar dan retensi hasil belajar pada kelas eksperimen
dengan menggunakan macromedia flash (X) dan kelas kontrol tanpa menggunakan
macromedia flash (Y).

Kelas Ekperimen
Kelas Kontrol

Tes Hasil Retensi Tes Hasil Retensi


No.
X1 X2 Y1 Y2
1 82.14 46.42 67.86 42.86
2 82.14 50 64.29 35.71
3 82.14 50 75 42.86
4 75 53.57 75 42.86
5 82.14 53.57 60.71 32.14
6 78.57 60.71 60.71 35.71
7 71.43 67.86 64.29 35.71
8 67.86 42.86 82.14 28.57
9 71.43 46.42 67.86 32.14
10 64.29 28.57 57.14 42.86
11 64.29 32.14 57.14 35.71
12 82.14 42.86 67.86 32.14
13 78.57 53.57 64.29 39.29
14 85.71 67.86 67.86 32.14
15 85.71 42.86 67.86 39.29
16 85.71 42.86 67.86 32.14
17 78.57 28.57 75 35.71
18 71.43 46.42 71.43 42.86
19 71.43 50 82.14 46.42
20 78.57 42.86 71.43 53.57
21 75 42.86 71.43 46.42
∑ 1614.27 992.84 1439.3 807.11

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
89

Lmpiran 13

ANALISIS DATA

1. Uji Normalitas
a. Skor Hasil Belajar
- Kelas Eksperimen

Tabel Data Skor Hasil Belajar Kelas Eksperimen

No.
Xi Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│
Resp
1 64.29 -1.86647 0.0314 0.095238 0.063838095
2 64.29 -1.86647 0.0314 0.095238 0.063838
3 67.86 -1.3368 0.0918 0.142857 0.051057143
4 71.43 -0.80712 0.2119 0.333333 0.121433
5 71.43 -0.80712 0.2119 0.333333 0.121433
6 71.43 -0.80712 0.2119 0.333333 0.121433
7 71.43 -0.80712 0.2119 0.333333 0.121433333
8 75 -0.27745 0.3936 0.428571 0.034971
9 75 -0.27745 0.3936 0.428571 0.034971429
10 78.57 0.252226 0.5987 0.619048 0.020348
11 78.57 0.252226 0.5987 0.619048 0.020348
12 78.57 0.252226 0.5987 0.619048 0.020348
13 78.57 0.252226 0.5987 0.619048 0.020347619
14 82.14 0.781899 0.7823 0.857143 0.074843
15 82.14 0.781899 0.7823 0.857143 0.074843
16 82.14 0.781899 0.7823 0.857143 0.074843
17 82.14 0.781899 0.7823 0.857143 0.074843
18 82.14 0.781899 0.7823 0.857143 0.074842857
19 85.71 1.311573 0.9049 1 0.0951
20 85.71 1.311573 0.9049 1 0.0951
21 85.71 1.311573 0.9049 1 0.0951
∑ 1614.27 -6.1E-14 10.8104 12.28571 1.475314476

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
90

Diketahui:

∑Xi = 1614,26 n=2

𝑋𝑖 1614,27
𝑋 = = = 76,87
𝑛 21

𝑛 𝑋2 − 𝑋 2
21 124996,8573 − 1614,27 2
𝑆2 = =
𝑛 (𝑛 − 1) 21 (21 − 1)

2624934,003 − 2605867,633
𝑆2 =
420

19075,37
𝑆2 = = 45,42𝑆 = 45,42 = 6,74
420

L0 = 0,121433

1,031 1,031 1,031


L𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = = = = 0,225
𝑛 21 4,58

Dari perhitungan diatas diperoleh L0 = 0,121433, dan Ltabel = 0,225 dengan


n = 21 pada taraf signifikan 0,01. Dengan demikian L0 = 0,121433 < Ltabel = 0,225,
maka dapat disimpulkan bahwa gain skor hasil belajar untuk kelompok yang diajar
dengan menggunakan macromedia flash terdistribusi normal

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
91

- Kelas Kontrol

Tabel Data Skor Hasil Belajar Kelas Kontrol

No.
Xi Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│
Resp

1 57.14 -1.64475 0.1977 0.095238 0.102462


2 57.14 -1.64475 0.1977 0.095238 0.102461905
3 60.71 -1.1296 0.3669 0.190476 0.176424
4 60.71 -1.1296 0.3669 0.190476 0.17642381
5 64.29 -0.613 0.2709 0.333333 0.062433
6 64.29 -0.613 0.2709 0.333333 0.062433
7 64.29 -0.613 0.2709 0.333333 0.062433333
8 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652
9 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652
10 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652
11 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652
12 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652
13 67.86 -0.09785 0.7517 0.619048 0.132652381
14 71.43 0.417302 0.8849 0.761905 0.122995
15 71.43 0.417302 0.8849 0.761905 0.122995
16 71.43 0.417302 0.8849 0.761905 0.122995238
17 75 0.932454 0.9564 0.904762 0.051638
18 75 0.932454 0.9564 0.904762 0.051638
19 75 0.932454 0.9564 0.904762 0.051638095
20 82.14 1.962757 0.9969 1 0.0031
21 82.14 1.962757 0.9969 1 0.0031
∑ 1439.3 -3.5E-14 13.9698 12.28572 2.071082762

Diketahui :

∑Xi = 1439,3 n = 21

𝑋𝑖 1439,3
𝑋 = = = 68,54
𝑛 21

2
𝑛 𝑋2 − 𝑋 2
21 99606,5512 − 1439,3 2
𝑆 = =
𝑛 (𝑛 − 1) 21 (21 − 1)

2091737,575 − (2073312,01)
𝑆2 =
21 (21 − 1)

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
92

18425,565
𝑆2 = = 43,87 𝑆 = 43,87 = 6,62
420

L0 = 0,132652

1,031 1,031 1,031


L𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = = = = 0,225
𝑛 21 4,58

Dari perhitungan diatas diperoleh L0 = 0,132652, dan Ltabel = 0,225 dengan


n = 21 pada taraf signifikan 0,01. Dengan demikian L0 = 0,132652 < Ltabel = 0,225,
maka dapat disimpulkan bahwa gain skor hasil belajar untuk kelompok yang diajar
tanpa menggunakan macromedia flash terdistribusi normal

b. Skor Retensi Hasil Belajar

- Kelas Eksperimen

Tabel Data Skor Retensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen

No.
Xi Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│
Resp
1 -50 -2.00749 0.0228 0.047619 0.024819048
2 -42.85 -1.32131 0.0934 0.142857 0.049457
3 -42.85 -1.32131 0.0934 0.142857 0.049457143
4 -39.28 -0.9787 0.166 0.190476 0.02447619
5 -35.72 -0.63705 0.2643 0.285714 0.021414
6 -35.72 -0.63705 0.2643 0.285714 0.021414286
7 -35.71 -0.63609 0.2643 0.333333 0.069033333
8 -32.15 -0.29444 0.3859 0.380952 0.004947619
9 -32.14 -0.29348 0.3859 0.52381 0.13791
10 -32.14 -0.29348 0.3859 0.52381 0.13791
11 -32.14 -0.29348 0.3859 0.52381 0.137909524
12 -25.01 0.390778 0.6517 0.619048 0.032652
13 -25.01 0.390778 0.6517 0.619048 0.032652381
14 -25 0.391738 0.6517 0.714286 0.062586
15 -25 0.391738 0.6517 0.714286 0.062585714
16 -21.43 0.734348 0.7673 0.809524 0.042224
17 -21.43 0.734348 0.7673 0.809524 0.04222381
18 -17.86 1.076958 0.8577 0.904762 0.047062
19 -17.86 1.076958 0.8577 0.904762 0.047061905
20 -17.85 1.077918 0.8577 0.952381 0.094680952
21 -3.57 2.448359 0.9927 1 0.0073
∑ -610.72 -6.2E-15 10.4193 11.42857 1.149776905

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
93

Diketahui :

∑Xi = -610,72 n = 21

𝑋𝑖 −610,72
𝑋 = = = −29,08
𝑛 21

𝑛 𝑋2 − 𝑋 2
21 20063,58 − −610,72 2
𝑆2 = =
𝑛 (𝑛 − 1) 21 (21 − 1)

421335,18 − (372978,92)
𝑆2 =
21 (21 − 1)

48356,26
𝑆2 = = 115,13
420

𝑆= 115,13 = 10,72

L0 = 0,13791

1,031 1,031 1,031


L𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = = = = 0,225
𝑛 21 4,58

Dari perhitungan diatas diperoleh L0 = 0,13791, dan Ltabel = 0,225 dengan


n = 21 pada taraf signifikan 0,01. Dengan demikian L0 = 0,13791 < Ltabel = 0,225,
maka dapat disimpulkan bahwa gain skor hasil belajar untuk kelompok yang diajar
dengan menggunakan macromedia flash terdistribusi normal

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
94

- Kelas control

Tabel Data Skor Retensi Hasil Belajar Kelas Kontrol

No.
Xi Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│
Resp

1 -53.57 -2.81235 0.0025 0.047619 0.045119048


2 -39.29 -1.1009 0.1357 0.095238 0.040461905
3 -35.72 -0.67304 0.2514 0.333333 0.081933
4 -35.72 -0.67304 0.2514 0.333333 0.081933
5 -35.72 -0.67304 0.2514 0.333333 0.081933
6 -35.72 -0.67304 0.2514 0.333333 0.081933
7 -35.72 -0.67304 0.2514 0.333333 0.081933333
8 -32.14 -0.24398 0.4052 0.428571 0.023371
9 -32.14 -0.24398 0.4052 0.428571 0.023371429
10 -28.58 0.182685 0.5714 0.52381 0.04759
11 -28.58 0.182685 0.5714 0.52381 0.047590476
12 -28.57 0.183883 0.5714 0.666667 0.095267
13 -28.57 0.183883 0.5714 0.666667 0.095267
14 -28.57 0.183883 0.5714 0.666667 -0.095266667
15 -25.01 0.610547 0.7291 0.714286 0.014814286
16 -25 0.611746 0.7291 0.857143 0.128043
17 -25 0.611746 0.7291 0.857143 0.128043
18 -25 0.611746 0.7291 0.857143 0.128042857
19 -21.43 1.039609 0.8485 0.904762 -0.056261905
20 -17.86 1.467471 0.9278 0.952381 -0.024580952
21 -14.28 1.896532 0.9706 1 0.0294
∑ -632.19 -2.2E-14 10.7259 11.85714 1.07993681

Diketahui :

∑Xi = -632,19 n = 21

𝑋𝑖 −632,19
𝑋 = = = −30,10
𝑛 21

2
𝑛 𝑋2 − 𝑋 2
21 20424,01 − −632,19 2
𝑆 = =
𝑛 (𝑛 − 1) 21 (21 − 1)

428904,21 − (399664,1961)
𝑆2 =
21 (21 − 1)

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
95

29240,01
𝑆2 = = 69,62
420

𝑆= 69,62 = 8,34

L0 = 0,128043

1,031 1,031 1,031


L𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = = = = 0,225
𝑛 21 4,58

Dari perhitungan diatas diperoleh L0 = 0,128043, dan Ltabel = 0,225 dengan


n = 21 pada taraf signifikan 0,01. Dengan demikian L0 = 0,128043 < Ltabel = 0,225,
maka dapat disimpulkan bahwa gain skor hasil belajar untuk kelompok yang diajar
tanpa menggunakan macromedia flash terdistribusi normal

2. Uji Homogenitas

a. Perhitungan Statistik Homogenitas Untuk Gain Skor Hasil Belajar


Kedua Kelompok Pengajkaran Dengan Uji-F

Kriteria: Tolak H0, Jika F0 ≥ Ftabel


Terima H0, Jika F0 < Ftabel

Rumus yang digunakan:


𝑆 2 . 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹0 = (𝐴𝑟𝑖𝑘𝑢𝑛𝑡𝑜, 1993: 2809)
𝑆 2 . 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Pada lampiran 13 uji normalitas diperoleh skor hasil belajar kedua kelompok adalah
sebagai berikut :
Diketahui ∶ N1 = 21; S1 = 6,74; S12 = 45,42; X1 = 76,87
Diketahui ∶ N2 = 21; S2 = 6,62; S22 = 43,87; X2 = 68,54

𝑆 2 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 45,42
F0 = 2 = = 1,04
𝑆 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙 43,87

Dimana; Ftabel = F(1-α)(n1-1,n2-1)


= F(1-0,01)(21-1,21-1)
= F(0,99)(20,20) = 2,94

Dapat disimpulkajn bahwa F0(hitung) = 1,04 < Ftabel = 2,94 dengan kriteria H0
diterima dan criteria pengujian adalah homogeny

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
96

b. Perhitungan Statistik Homogenitas Untuk Gain RETENSI Hasil Belajar


Kedua Kelompok Pengajkaran Dengan Uji-F

Kriteria: Tolak H0, Jika F0 ≥ Ftabel


Terima H0, Jika F0 < Ftabel

Rumus yang digunakan:


𝑆 2 . 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹0 = (𝐴𝑟𝑖𝑘𝑢𝑛𝑡𝑜, 1993: 2809)
𝑆 2 . 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Pada lampiran 13 uji normalitas diperoleh skor hasil belajar kedua kelompok adalah
sebagai berikut :
Diketahui ∶ N1 = 21; S1 = 10,73; S12 = 115,13; X1 = −29,08
Diketahui ∶ N2 = 21; S2 = 8,34; S22 = 69,62; X2 = −30,10
𝑆 2 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 155,13
F0 = 2 = = 1,65
𝑆 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙 69,62

Dimana; Ftabel = F(1-α)(n1-1,n2-1)


= F(1-0,01)(21-1,21-1)
= F(0,99)(20,20) = 2,94

Dapat disimpulkajn bahwa F0(hitung) = 1,65 < Ftabel = 2,94 dengan kriteria H0
diterima.

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
97

3. Uji Hipotesis 1 Skor hasil belajar Siswa

Perhitungan Uji-t untuk perbedaan hasil belajar anatara siswa yang diajar
dengan menggunakan macromedia flash kelas eksperimen (X) dengan yang tanpa
menggunakan macromedia flash kelas kontrol(Y).

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


X.Y X2.Y2
No.
X X2 Y Y2
1 64.29 4133.204 57.14 3264.98 3673.5306 13494827.07
2 64.29 4133.204 57.14 3264.98 3673.5306 13494827.07
3 67.86 4604.98 60.71 3685.704 4119.7806 16972592.19
4 71.43 5102.245 60.71 3685.704 4336.5153 18805364.95
5 71.43 5102.245 64.29 4133.204 4592.2347 21088619.54
6 71.43 5102.245 64.29 4133.204 4592.2347 21088619.54
7 71.43 5102.245 64.29 4133.204 4592.2347 21088619.54
8 75 5625 67.86 4604.98 5089.5 25903010.25
9 75 5625 67.86 4604.98 5089.5 25903010.25
10 78.57 6173.245 67.86 4604.98 5331.7602 28427666.83
11 78.57 6173.245 67.86 4604.98 5331.7602 28427666.83
12 78.57 6173.245 67.86 4604.98 5331.7602 28427666.83
13 78.57 6173.245 67.86 4604.98 5331.7602 28427666.83
14 82.14 6746.98 71.43 5102.245 5867.2602 34424742.25
15 82.14 6746.98 71.43 5102.245 5867.2602 34424742.25
16 82.14 6746.98 71.43 5102.245 5867.2602 34424742.25
17 82.14 6746.98 75 5625 6160.5 37951760.25
18 82.14 6746.98 75 5625 6160.5 37951760.25
19 85.71 7346.204 75 5625 6428.25 41322398.06
20 85.71 7346.204 82.14 6746.98 7040.2194 49564689.2
21 85.71 7346.204 82.14 6746.98 7040.2194 49564689.2
∑ 1614.27 124996.9 1439.3 99606.55 111517.5714 611179681.4

Diketahui :

X 1614,27
X= = = 76,87 NX = 21
NX 21

NX X2 − X 2
21 124996,9 − 1614,27 2
SX2 = =
NX (NX − 1) 21(21 − 1)

2624934,9 − (2605867,633)
SX2 =
21( 21 − 1)

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
98

19067,27
SX2 = = 45,40
420

SX = 45,40 = 6,74

Diketahui :

Y 1439,3
Y= = = 68,54 NY = 21
NY 21

NY Y2 − Y 2
21 99606,55 − 1439,3 2
SY2 = =
NY (NY − 1) 21(21 − 1)

(2091736,5) − (2071584,49)
SY2 =
21( 21 − 1)

20152,01
SY2 = = 47,98
420

SY = 47,98 = 6,93

Uji-t
X− Y
t=
𝑁𝑋 − 1 𝑆𝑋2 + 𝑁𝑌 − 1 𝑆𝑌2 1 1
𝑁𝑋 + 𝑁𝑌 − 2 𝑁𝑋 + 𝑁𝑌

76,87 – 68,54
t=
21 − 1 45,40 + 21 − 1 47,98 1 1
+
21 + 21 − 2 21 21

76,87 – 68,54
t=
908 + 959,6
0,048 + 0,048
40

8,33
t=
1867,6
0,048 + 0,048
40

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
99

8,33
t=
(46,69) 0,096

8,33
t=
4,48

8,33
𝑡= = 3,93
2.12

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡 1−𝛼/2 𝑁𝑋 /𝑁𝑌 −1

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡 1−0,01/2 21−1

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡 0,995 20

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,84

Dari hasil perhitungan diatas diketahui pada ttabel = 2,84 untuk taraf
signifikan 0,01 dengan dk = 40 ternyata thitung > ttabel maka hipotesis nol di tolak.

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
100

4. Uji Hipotesis II Skor retensi Hasil belajar Siswa

Perhitungan Uji-t untuk perbedaan hasil belajar anatara siswa yang diajar
dengan menggunakan macromedia flash kelas eksperimen (X) dengan yang tanpa
menggunakan macromedia flash kelas control (Y).

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


2 X.Y X2.Y2
No. X X Y Y2
1 46.42 2154.816 42.86 1836.98 1989.561 3958354
2 50 2500 35.71 1275.204 1785.5 3188010
3 50 2500 42.86 1836.98 2143 4592449
4 53.57 2869.745 42.86 1836.98 2296.01 5271663
5 53.57 2869.745 32.14 1032.98 1721.74 2964388
6 60.71 3685.704 35.71 1275.204 2167.954 4700025
7 67.86 4604.98 35.71 1275.204 2423.281 5872289
8 42.86 1836.98 28.57 816.2449 1224.51 1499425
9 46.42 2154.816 32.14 1032.98 1491.939 2225881
10 28.57 816.2449 42.86 1836.98 1224.51 1499425
11 32.14 1032.98 35.71 1275.204 1147.719 1317260
12 42.86 1836.98 32.14 1032.98 1377.52 1897562
13 53.57 2869.745 39.29 1543.704 2104.765 4430037
14 67.86 4604.98 32.14 1032.98 2181.02 4756850
15 42.86 1836.98 39.29 1543.704 1683.969 2835753
16 42.86 1836.98 32.14 1032.98 1377.52 1897562
17 28.57 816.2449 35.71 1275.204 1020.235 1040879
18 46.42 2154.816 42.86 1836.98 1989.561 3958354
19 50 2500 46.42 2154.816 2321 5387041
20 42.86 1836.98 53.57 2869.745 2296.01 5271663
21 42.86 1836.98 46.42 2154.816 1989.561 3958354
∑ 992.84 49156.69 807.11 31808.85 37956.89 72523224

Diketahui :

X 992,84
X= = = 47,28 NX = 21
NX 21

NX X2 − X 2
21 49156,69 − 992,84 2
SX2 = =
NX (NX − 1) 21(21 − 1)

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
101

1032290.42 − (985731,27)
S2X =
21( 21 − 1)

46559,15
S2X = = 110,86
420

SX = 110,86 = 10,52

Diketahui :

Y 807,11
Y= = = 38,43 NY = 21
NY 21

NY Y2 − Y 2
21 31808.89 − 807,11 2
S2Y = =
NY (NY − 1) 21(21 − 1)

(667986,69) − (651426,55)
S2Y =
21( 21 − 1)

16560,14
S2Y = = 39,43
420

SY = 39,43 = 6,28

Uji-t

X− Y
t=
𝑁𝑋 − 1 𝑆𝑋2 + 𝑁𝑌 − 1 𝑆𝑌2 1 1
+
𝑁𝑋 + 𝑁𝑌 − 2 𝑁𝑋 𝑁𝑌

47,28 – (38,43)
t=
21 − 1 110,86 + 21 − 1 39,43 1 1
21 + 21 − 2 21 + 21

47,28 – (38,43)
t=
2217,2 + 788,6
0,048 + 0,048
40

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
102

8,85
t=
3005,8
0,096
40

8,85
t=
(75,15) 0,096

8,85
t= 𝑡 = 3,29
7,21

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡 1−𝛼/2 𝑁𝑋 /𝑁𝑌 −1


𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡 0,995 20
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,84

Dari hasil perhitungan diatas diketahui pada ttabel = 2,84 untuk taraf
signifikan 0,01 dengan dk= 40 ternyata thitung > ttabel maka hipotesis nol di tolak.

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
103

Lampiran 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Eksperimen)

I. IDENTITAS MATA PELAJARAN


Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa

Mata Pelajaran : KIMIA

Kelas/Semester : XI/II

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

II. STANDAR KOMPETENSI


5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam
kehidupansehari-hari.

III. KOMPETENSI DASAR


5.1. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya

IV. INDIKATOR
 Menjelaskan perbedaan antara larutan, koloid dan suspense
 Mengelompokan jenis koloid berdasarkan pase terdispersi dan medium
pendispersi

V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai :
 Mampu menjelaskan perbedaan antara larutan, koloid dan suspense
berdasarkan tampilan animasi macromedia flash
 Mampu mengelompokan jenis koloid berdasarkan pase terdispersi dan
medium pendispersi bedasarkan tampilan animnasi macromedia flash

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
104

MATERI POKOK

SITEM KOLOID

Sistem Dispersi

a. Suspensi
b. Larutan
c. Koloid

VI. MODEL PEMBELAJARAN


Ceramah Interaktif dengan menggunakan macromedia flash

VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

I. Tatap muka

Langkah- Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu


langkah

 Apersepsi - Menanyakan jenis-jenis - mencermati dan menjawab 10 menit


dan koloid yang diketahui oleh pertanyaan guru
motivasi siswa dalam kehidupan
 Kegiatan sehari-hari
inti - Menjelaskan materi - siswa memperhatikan
dengan menggunakan penjelasan guru tentang 70 menit
macromedia flash materi dengan tampilan
animasi macromedia flash
- Siswa memperhatikan
- Dimintakan untuk materi dengan baik dengan
memperhatikan materi tampilan animasi-animasi
yang disampaikan macromedia flash
- Siswa menanyakan materi
- Memberikan kesempatan yang dianggap belum
kepada siswa untuk difahami
bertanya kepada materi
yang masih belum
difahami.
- Diberikan kesempatan - Siswa yang lain menjawab
kepada siswa yang lain pertanyaan yang

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
105

untuk menjawab disampaikan temannya.


pertanyaan yang di
sampaikan oleh temannya.
- Jika belum puas dengan - Siswa memperhatikan
jawaban yang diberikan jawaban yang ditambahkan
siswa, guru menambahkan oleh guru
dan meluruskan jawaban
yang dianggap masih
keliru.
- Memberikan kuis pad
 Penutup asiswa
- Siswa menjawab Quis
- Menyuruh siswa untuk
- Siswa menyimpulkan materi 10 menit
menyimpulkan materi
- Memberikan tugas mandiri

II. Tugas Terstruktur

Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid

III. Tugas Mandiri


Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid

IV. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR


a. Media : LCD, Labtop, macromedia flash

b. Sumber belajar :

- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.

- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya

- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PHiBETA

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
106

V. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar

b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar

Gorontalo, Mei 2009

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Peneliti

HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA

NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035

Mengetahui,

Kepala SMA Negri 1 Tapa

RESI MILE, S.Pd, M.Pd

NIP. 1950 09011977031004

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
107

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Eksperimen)

I. IDENTITAS MATA PELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa


Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit

II. STANDAR KOMPETENSI


5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.

III. KOMPETENSI DASAR


5.2.Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari

IV. INDIKATOR
 Mendiskripsikan sifat-sifat koloid dengan menggunakan macromedia
flash (effek Tyndall, gerak brown, dialysis, elektroforosis, kestabilan
koloid)
 menjelaskan proses penjernihan air dan kaitannya dengan sifat koloid
melalui macromedia flash

V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan mampu :
 Untuk mendiskripsikan sifat-sifat koloid dengan menggunakan
macromedia flash (effek Tyndall, gerak brown, dialysis, elektroforosis,
kestabilan koloid)
 Untuk menjelaskan proses penjernihan air dan kaitannya dengan sifat
koloid melalui macromedia flash

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
108

VI. MATERI POKOK


- Sifat-sifat koloid b. Proses dialisis
a. Efek tyndall - Koloid liofil dan koloid liofod
b. Gerak brown a. Koloid liofil
c. Adsorpsi b. Koloid liofob
d. Koagulasi c. Pemanfaatan sifat-sifat iofil
- Kestabilan koloid dan liofob
a. Stabilisator koloid

VII. MODEL PEMBELAJARAN


Ceramah Interaktif dengan menggunakan macromedia flash
VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
I. Tatap muka
Langkah- Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu
langkah

 Apersepsi - Menanyakan matri yang - mencermati dan menjawab 10 menit


dan telah dipelajari dan pertanyaan guru
motivasi. menghuungkannya dengan
materi hari ini
- Menjelaskan materi dengan
 Kegiatan menggunakan macromedia
inti - siswa memperhatikan
flash penjelasan guru tentang 70 menit
materi dengan tampilan
- Dimintakan untuk animasi macromedia flash
memperhatikan materi yang - Siswa memperhatikan
disampaikan materi dengan baik dengan
tampilan animasi-animasi
- Memberikan kesempatan macromedia flash
kepada siswa untuk - Siswa menanyakan materi
bertanya kepada materi yang dianggap belum
yang masih belum difahami. difahami
- Diberikan kesempatan
kepada siswa yang lain
untuk menjawab pertanyaan
yang di sampaikan oleh - Siswa yang lain menjawab
temannya. pertanyaan yang
- Jika belum puas dengan disampaikan temannya.
jawaban yang diberikan

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
109

siswa, guru menambahkan


dan meluruskan jawaban
yang dianggap masih keliru. - Siswa memperhatikan
- Memberikan kuis pad jawaban yang ditambahkan
 Penutup oleh guru 10 menit
asiswa
- Menyuruh siswa untuk - Siswa menjawab Quis
menyimpulkan materi - Siswa menyimpulkan materi
- Memberikan tugas mandiri

II. Tugas Terstruktur

Mengerjakan latihan soal sistem koloid dan sifat-sifat koloid

III. Tugas Mandiri


Mengerjakan latihan soal sistem koloid dan sifat-sifat koloid

XI. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

a. Media : LCD, Labtop, macromedia flash.

b. Sumber belajar :

- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.

- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya

- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PHiBETA

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
110

IX. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar

b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar

Gorontalo, Mei 2009

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Peneliti

HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA

NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035

Mengetahui,

Kepala SMA Negri 1 Tapa

RESI MILE, S.Pd, M.Pd

NIP. 1950 09011977031004

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
111

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Eksperimen)

I. IDENTITAS MATA PELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa


Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit

II. STANDAR KOMPETENSI


5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.

III. KOMPETENSI DASAR


5.2.Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari

IV. INDIKATOR
Mendeskripsikan cara pembuatan koloid dengan sederhana

V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan :
Mampu mendeskripsikan dan menjelaskan cara pembuatan koloid setelah
mengamati dari tampilan animasi makromedia flash

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
112

VI. MATERI POKOK


Pembuatan koloid b. Cara dispersi
 Dispersi mekanik
a. Cara kondensasi  Peptisasi
 Pendinginan  Busur bredig
 Penggantian pelarut  Homoginisasi
 Pengembunan

VII. MODEL PEMBELAJARAN


Ceramah Interaktif dengan menggunakan macromedia flash

VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

I. Tatap muka
Langka
h- Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu
langkah

 Aperseps - Menanyakan matri yang 10 menit


- mencermati dan menjawab
i dan telah dipelajari dan pertanyaan guru
motivasi. menghuungkannya dengan
materi hari ini
 Kegiatan - Menjelaskan materi dengan
inti menggunakan macromedia - siswa memperhatikan
flash penjelasan guru tentang 70 menit
materi dengan tampilan
- Dimintakan untuk animasi macromedia flash
memperhatikan materi yang - Siswa memperhatikan
disampaikan materi dengan baik dengan
tampilan animasi-animasi
- Memberikan kesempatan macromedia flash
kepada siswa untuk - Siswa menanyakan materi
bertanya kepada materi yang dianggap belum
yang masih belum difahami. difahami
- Diberikan kesempatan
kepada siswa yang lain
untuk menjawab pertanyaan
yang di sampaikan oleh - Siswa yang lain menjawab

S k r i p s i J u r u s a n P e n d i d i k a n K I M I A O l e h M u s r i n S a l i l a
113

temannya. pertanyaan yang


- Jika belum puas dengan disampaikan temannya.
jawaban yang diberikan
siswa, guru menambahkan
dan meluruskan jawaban - Siswa memperhatikan
yang dianggap masih keliru. jawaban yang ditambahkan
- Memberikan kuis pad oleh guru
 Penutup - Siswa menjawab Quis 11 menit
asiswa
- Menyuruh siswa untuk - Siswa menyimpulkan materi
menyimpulkan materi
- Memberikan tugas mandiri

II. Tugas Terstruktur


Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid

III. Tugas Mandiri


Mengerjakan latihan soal soal di rumah terkait dengan materi
pembuatan koloid

XI. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

a. Media : LCD, Labtop, macromedia flash.

b. Sumber belajar :

- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.

- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya

- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PHiBETA

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
114

IX. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar

b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar

Gorontalo, Mei 2009

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Peneliti

HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA

NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035

Mengetahui,

Kepala SMA Negri 1 Tapa

RESI MILE, S.Pd, M.Pd

NIP. 1950 09011977031004

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
115

Lampiran 14

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Kontrol)

VIII. IDENTITAS MATA PELAJARAN


Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa

Mata Pelajaran : KIMIA

Kelas/Semester : XI/II

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

IX. STANDAR KOMPETENSI


5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.

X. KOMPETENSI DASAR
5.1. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya

XI. INDIKATOR
 Menjelaskan perbedaan antara larutan, koloid dan suspense
 Mengelompokan jenis koloid berdasarkan pase terdispersi dan medium
pendispersi

XII. TUJUAN PEMBELAJARAN


Adapun tujuan yang hendak dicapai :
 Mampu menjelaskan perbedaan antara larutan, koloid dan suspense tanpa
menggunakan macromedia flash
 Mampu mengelompokan jenis koloid berdasarkan pase terdispersi dan
medium pendispersi tanpa menggunakan macromedia flash

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
116

XIII. MATERI POKOK


SITEM KOLOID

Sistem Dispersi

d. Suspensi
e. Larutan
f. Koloid

XIV. MODEL PEMBELAJARAN


Ceramah Interaktif

XV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

I. Tatap muka

Langka Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu


h-
langkah

 Aperseps - Menanyakan jenis-jenis - mencermati dan menjawab 10 menit


i dan koloid yang diketahui oleh pertanyaan guru
motivasi siswa dalam kehidupan
 Kegiatan sehari-hari
inti - Menjelaskan materi dengan - siswa memperhatikan
sistematis dan terstruktur . penjelasan guru tentang 70 menit
materi yang dimaksud.
- Siswa memperhatikan
- Dimintakan untuk materi dengan baik.
memperhatikan materi yang
disampaikan - Siswa menanyakan materi
- Memberikan kesempatan yang dianggap belum
kepada siswa untuk difahami
bertanya kepada materi
yang masih belum difahami.
- Diberikan kesempatan
kepada siswa yang lain - Siswa yang lain menjawab
untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang
yang di sampaikan oleh disampaikan temannya.
temannya. - Siswa memperhatikan

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
117

- Jika belum puas dengan jawaban yang ditambahkan


jawaban yang diberikan oleh guru
siswa, guru menambahkan - Siswa menjawab Quis
dan meluruskan jawaban
yang dianggap masih keliru.
 Penutup - Memberikan kuis pad - Siswa menyimpulkan materi 11 menit
asiswa
- Menyuruh siswa untuk
menyimpulkan materi
- Memberikan tugas mandiri

II. Tugas Terstruktur

Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid

VI. Tugas Mandiri


Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid

VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR


a. Media : papan tulis dan spidol.

b. Sumber belajar :

- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.

- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya

- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PhiBE

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
118

VIII. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar

b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar

Gorontalo, Mei 2009

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Peneliti

HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA

NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035

Mengetahui,

Kepala SMA Negri 1 Tapa

RESI MILE, S.Pd, M.Pd

NIP. 1950 09011977031004

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
119

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Kontrol)

X. IDENTITAS MATA PELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa


Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit

XI. STANDAR KOMPETENSI


5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.

XII. KOMPETENSI DASAR


5.2.Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari

XIII. INDIKATOR
 Mendiskripsikan sifat-sifat koloid tanpa menggunakan macromedia flash
(effek Tyndall, gerak brown, dialysis, elektroforosis, kestabilan koloid)
 menjelaskan proses penjernihan air dan kaitannya dengan sifat koloid
tanpa menggunakan macromedia flash

XIV. TUJUAN PEMBELAJARAN


Siswa diharapkan mampu :
 Untuk mendiskripsikan sifat-sifat koloid tanpa menggunakan
macromedia flash (effek Tyndall, gerak brown, dialysis, elektroforosis,
kestabilan koloid)
 Untuk menjelaskan proses penjernihan air dan kaitannya dengan sifat
koloid tanpa menggunakan macromedia flash

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
120

XV. MATERI POKOK

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
121

- Sifat-sifat koloid
e. Efek tyndall
f. Gerak brown
g. Adsorpsi
h. Koagulasi
- Kestabilan koloid
c. Stabilisator koloid
d. Proses dialisis
- Koloid liofil dan koloid liofod
d. Koloid liofil
e. Koloid liofob
f. Pemanfaatan sifat-sifat iofil dan lofob

MODEL PEMBELAJARAN
Ceramah Interaktif

XVI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


II. Tatap muka
Langkah- Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu
langkah

 Apersepsi - Menanyakan matri yang - mencermati dan menjawab 10 menit


dan telah dipelajari dan pertanyaan guru
motivasi. menghuungkannya
dengan materi hari ini
- Menjelaskan materi
 Kegiatan
secara sistyematis tanpa - siswa memperhatikan
inti
macromedia flash penjelasan guru tentang 70 menit
- Dimintakan untuk materi.
memperhatikan materi - Siswa memperhatikan
yang disampaikan materi dengan baik.
- Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk - Siswa menanyakan materi
bertanya kepada materi yang dianggap belum
yang masih belum difahami

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
122

difahami.
- Diberikan kesempatan
kepada siswa yang lain
untuk menjawab - Siswa yang lain menjawab
pertanyaan yang di pertanyaan yang
sampaikan oleh disampaikan temannya.
temannya.
- Jika belum puas dengan
- Siswa memperhatikan
jawaban yang diberikan
jawaban yang ditambahkan
siswa, guru
oleh guru
menambahkan dan
meluruskan jawaban
yang dianggap masih
keliru.
- Memberikan quis pad
asiswa - Siswa menjawab quis
- Menyuruh siswa untuk - Siswa menyimpulkan materi
menyimpulkan materi
 Penutup - Memberikan tugas
mandiri

12 menit

II. Tugas Terstruktur

Mengerjakan latihan soal materi sifat-sifat koloid

IV. Tugas Mandiri


Mengerjakan latihan soal materi sifat-sifat koloid di rumah

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
123

XI. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

a. Media : papan tulis dan spidol

b. Sumber belajar :

- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.

- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya

- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PHiBETA

XVII. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar

b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar

Gorontalo, Mei 2009

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Peneliti

HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
124

NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035

Mengetahui,

Kepala SMA Negri 1 Tapa

RESI MILE, S.Pd, M.Pd

NIP. 1950 09011977031004

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Kelas Kontrol)

X. IDENTITAS MATA PELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Tapa


Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit

XI. STANDAR KOMPETENSI


5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.

XII. KOMPETENSI DASAR

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
125

5.2.Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam


kehidupan sehari-hari

XIII. INDIKATOR
Mendeskripsikan cara pembuatan koloid dengan sederhana

XIV. TUJUAN PEMBELAJARAN


Siswa diharapkan :
Mampu mendeskripsikan dan menjelaskan cara pembuatan koloid setelah
memperoleh iknformasi yang telah dijelaskan.

XV. MATERI POKOK


Pembuatan koloid

Cara kondensasi
 Pendinginan
 Penggantian pelarut
 Pengembunan
Cara dispersi
 Dispersi mekanik
 Peptisasi
 Busur bredig

XVI. MODEL PEMBELAJARAN


Ceramah Interaktif tanpa menggunakan macromedia flash

XVII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

IV. Tatap muka


Langkah- Aktifitas guru Aktifitas siswa waktu
langkah
 Apersepsi dan - Menanyakan matri yang telah - mencermati dan menjawab 10 menit
motivasi. dipelajari dan pertanyaan guru
menghuungkannya dengan
 Kegiatan inti materi hari ini
- Menjelaskan materi dengan - siswa memperhatikan 70 menit
dengan sistematis. penjelasan guru tentang
materi.
- Dimintakan untuk - Siswa memperhatikan
memperhatikan materi yang materi dengan baik dari

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
126

disampaikan penjelasan guru.


- Memberikan kesempatan - Siswa menanyakan materi
kepada siswa untuk bertanya yang dianggap belum
kepada materi yang masih difahami
belum difahami.
- Diberikan kesempatan kepada - Siswa yang lain menjawab
siswa yang lain untuk pertanyaan yang
menjawab pertanyaan yang di disampaikan temannya.
sampaikan oleh temannya.
- Jika belum puas dengan - Siswa memperhatikan
jawaban yang diberikan jawaban yang
siswa, guru menambahkan ditambahkan oleh guru 13 menit
 Penutup dan meluruskan jawaban
yang dianggap masih keliru.
- Memberikan quis pad asiswa
- Menyuruh siswa untuk - Siswa menjawab Quis
menyimpulkan materi - Siswa menyimpulkan
- Memberikan tugas mandiri materi

V. Tugas Terstruktur
Mengerjakan latihan soal cara pembuatan koloid

VI. Tugas Mandiri


Mengerjakan latihan soal soal di rumah terkait dengan materi
pembuatan koloid

XI. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

a. Media : papan tulis dan spidol

b. Sumber belajar :

- Kimia untuk SMA kelas XI : Michael Purba : Erlangga.

- Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI: Sunardi: Yrama Widya

- Kimia untuk SMA kelas XI; Unggul Sudarmo: PHiBETA

XVIII. PENILAIAN
a. Penilaian Proses : Penilaian pada saat proses belajar mengajar

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a
127

b. Penilaian Hasil : penilaian yang dilakukan setelah proses belajar mengajar

Gorontalo, Mei 2009

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Peneliti

HAMZA YUSUF, S.Pd MUSRIN SALILA

NIP. 131 874 215 NIM.441 405 035

Mengetahui,

Kepala SMA Negri 1 Tapa

RESI MILE, S.Pd, M.Pd

NIP. 1950 0901197703104

R P P K e l a s X I I P A S M A N e g e r i 1 T a p a

You might also like