You are on page 1of 2

ikhwan-interaktif.com- Merajut amal dengan ilmu : SURAT-SURAT M... http://www.ikhwan-interaktif.com/islam/cetak.php?

id=777

ikhwan-interaktif.com- Merajut amal dengan ilmu


Rubrik : Fiqih

SURAT-SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH


Selasa, 13 Maret 2007 - by : admin
oleh: Syaikh Muhammad Ibnu Jamil Zainu

Mengetahui surat-surat atau ayat-ayat yang turun di Mekah (makiyah)


dan yang turun di Madinah (madaniyah) penting pula untuk bisa
memahami, menafsiri Al-Qur'an dengan benar. Itulah sebabnya,
antusiasme para sahabat dan para tabi'in sangat besar terhadap hal
itu, sehingga Ibnu Mas'ud pernah berkata, "Demi Allah yang tidak ada
ilah kecuali Dia, tidak ada surat pun dari kitabullah yang turun
melainkan saya ketahui dimana ia turun. Dan tidak ada satupun ayat
dari kitabullah yang turun kecuali saya tahu tentang apa ia turun.
Seandainya saya tahu ada seseorang yang lebih tahu/alim dengan
kitabullah daripada saya, dan orang itu dapat ditempuh /didatangi
dengan kendaraan onta, pasti saya datangi dia." (HR. Bukhari)

Para sahabat biasa mengamalkan apa-apa yang mereka pelajari dari


Qur'anul Karim. Jadi mereka tidak hanya mempelajari saja tanpa
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak. Bahkan, kata Ibnu
Mas'ud, seorang dari kami bila mempelajari sepuluh ayat Qur'an, belum
mau menambahnya lagi sebelum benar-benar ia ketahui makna-makna
sepuluh ayat itu dan mengamalkannya. Karena Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabada:

"Bacalah Al-Qur'an dan amalkanlah serta jangan memakan (upah karena


membacanya)." (HR. Ahmad)

Kerena para sahabat bersungguh-sungguh dalam mempelajari Qur'an dan


gigih mempraktekkan ajaran-ajarannya, maka tidak heran kalau Allah
berkenan memenangkan mereka di atas semua manusia pada zamannya.
Nah, kehancuran dan kemunduran kaum muslimin ini akan terus
berlangsung sampai mereka mau kembali mempelajari kitabullah dan
mengamalkan ajaran-ajaranya dalam kehidupan mereka.

Cara mengetahui surat Makiyah dan Madaniyah:

Dalam hal ini para ulama memakai dua metode dasar:

Pertama: Merujuk kepada riwayat-riwayat yang sah datangnya dari


sahabat yang hidup sezaman dengan wahyu dan menyaksikan langsung
turunnya wahyu tersebut. Atau riwayat dari para tabi'in yang bertemu
dan mendengar dari sahabat perihal latar belakang turunnya,
tempatnya, dan kejadian yang melatari turunnya suatu surat ataupun
ayat.

Kedua: Berpegang pada ciri-ciri surat-surat atau ayat-ayat Makiyah


dan Madaniyah, lalu dikiaskan berdasarkan ijtihad untuk menentukan
apakah suatu suarat atau ayat termasuk Madaniyah atau Makiyah.

1 of 2 24.03.09 06:27
ikhwan-interaktif.com- Merajut amal dengan ilmu : SURAT-SURAT M... http://www.ikhwan-interaktif.com/islam/cetak.php?id=777

Misalnya di dalam surat Makiyah terdapat satu ayat yang mengandung


ciri-ciri madaniyah, maka mereka simpulkan itu ayat Madaniyah.
Begitu pula sebaliknya, kalau di dalam surat Madaniyah terdapat ayat
yang mencerminkan ciri-ciri ayat yang turun di Mekah, maka itu
dikatakan ayat Makiyah. Juga, bila di dalam satu surat tersebut
terdapat ciri-ciri surat makiyah, maka itu mereka katakan surat
Madaniyah. Para ulama itu mengatakan bahwa semua surat yang
mengandung kisah-kisah para nabi dan umat-umat terdahulu, bisa
dipastikan itu surat diturunkan di Mekah (Makiyah). Sedangkan semua
surat yang mengandung perintah-perintah wajib, seperti shalat, zakat,
puasa, atau hukum-hukum had/kriminal, seperti potong tangan, cambuk,
dera, itu pasti surat diturunkan di Madinah (Madaniyah).

Definisi surat Makiyah dan Madaniyah:

1. Surat Makiyah ialah wahyu yang turun kepada Nabi Shallallahu


'Alaihi wa Sallam sebelum hijrah meskipun surat itu tidak turun di
Mekah.
2. Qur'an Madaniyah ialah surat/ayat yang turun kepada Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam setelah hijrah walaupun surat atau ayat
itu turun di Mekah. Seperti yang turun pada waktu haji wada'.
Misalnya ayat:

"... Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah
kucukupkan nikmatKu kepadamu, dan telah Kuridhai Islam menjadi
agamamu ...." (Al Maidah:3)

Dalam satu riwayat dikisahkan, ada seorang pria Yahudi datang kepada
Umar bin Khattab sembari berkata, "Wahai Amirul Mukminin, ada satu
ayat di dalam kitab suci anda yang biasa anda baca yang sekiranya
ayat tersebut turun kepada kami kaum Yahudi tentu kami jadikan hari
turunnya sebagai hari besar/raya." "Ayat yang mana itu?" tanya Umar.
Orang itu menjawab, "Yaitu ayat: alyauma akmaltu lakum dinakum wa
atmamtu alaikum nikmati wa radhitu lakumuul islama diinan ...." Umar
lantas berkata, "Sungguh saya tahu hari dan tempat di mana ayat itu
turun. Ayat itu turun kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam di Arafah pada hari Jum'at." (HR. Bukhari)

Berdasarkan ayat tersebut terbantahlah pendapat orang yang


mengatakan, bahwa mengadakan amalan-amalan ibadah yang baik (bid'ah
hasanah), dibolehkan dalam Islam. Imam Malik berkata, siapa saja
yang membuat bid'ah dalam Islam yang dianggapnya sebagai bid'ah
hasanah, sungguh sama saja dia menganggap Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam mengkhianati risalah. Karena Allah telah
berfirman," ...Hari ini Kusempurnakan untukmu agamamu ..."

-------------
Di tulis ulang dari: Pemahaman Al Qur'an, Muhammad Ibnu Jamil Zainu.
Alih bahasa: Mashuri Ikhwany. Penerbit: Gema Risalah Press, Bandung.
Cetakan Pertama, September 1997; hal.29-31

ikhwan-interaktif.com- Merajut amal dengan ilmu : http://www.ikhwan-interaktif.com/islam


Versi Online : http://www.ikhwan-interaktif.com/islam/?pilih=news&aksi=lihat&id=777

2 of 2 24.03.09 06:27

You might also like