You are on page 1of 20

SAIDATINA AISHAH

Biodata Saidatina Khadijah


NAMA PENUH:A'ISYAH BINTI ABU BAKAR AL-SIDDIQ
GELARAN:AL-HUMAIRA' (PUTIH KEMERAH-MERAHA)
NAMA BAPA:ABU BAKAR AL-SIDDIQ ABU QUHAFAH BIN A'MIRNAMA
IBURUMANI BINTI UMAIR BIN AMIRN
TARIKH LAHIR:614 MASIHI
TEMPAT LAHIR:MAKKAH MUKARRAMAH
NAMA SUAMI:MUHAMMAD BIN ABDULLAH
TARIKH PERKAHWINAN:BULAN SYAWAL,TAHUN KE-10 HIJRAHTARIKH
WAFAT17 RAMADHAN 58 HIJRAHUMUR WAFAT67 TAHUNTEMPAT
WAFATMADINAH AL-MUNAWWARAH

Seorang gadis kecil periang berumur sembilan tahun sedang gembira bermain-main
dengan teman-temannya. Rambutnya awut-awutan dan mukanya kotor kerana debu.
Tiba-tiba beberapa orang yang sudah agak tua muncul dari sebuah rumah di dekat situ
dan datang ke tempat anak-anak tadi bermain-main.
Mereka lalu membawa anak gadis itu pulang, memberinya pakaian yang rapi, dan malam
itu juga, gadis itu dinikahkan dengan laki-iaki paling agung di antara manusia, Nabi
agama Islam. Suatu penghormatan paling unik yang pernah diterima seorang wanita.
Aisyah adalah salah seorang putri tersayang Sayidina Abu Bakar, sahabat Nabi yang
setia, yang kemudian menggantikan Nabi sebagai Khalifah Islam yang pertama. Gadis
itu lahir di Mekkah 614 Masehi, delapan tahun sebelum permula an zaman Hijrah.
Orang tuanya sudah memeluk agama Islam. Sejak mulai kecil anak gadis itu telah
dididik sesuai dengan tradisi paling mulia --agama baru itu-- dan dengan sempurna
dipersiapkan dan diberinya hak penuh untuk kemudian menduduki tempat yang mulia.
Ia menjadi istri Nabi selama sepuluh tahun. Masih muda sewaktu dinikahkan dengan
Nabi, tetapi ia memiliki kemampuan sangat baik sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan tugas barunya. Kehadirannya membuktikan bahwa ia seorang yang cerdas dan
setia, dan sebagai istri, sangat mencintai tokoh dermawan paling besar bagi umat
manusia. Di seluruh dunia, ia diakui sebagai pembawa riwayat paling otentik bagi ajaran
Islam seperti apa yang telah disunahkan oleh suaminya. Ia di anugerahi ingatan yang
sangat tajam, dan mampu mengingat segala pertanyaan yang diajukan para tamu wanita
kepada Nabi, serta juga mengingat segenap jawaban yang diberikan oleh Nabi.
Diingatnya secara sempurna semua kuliah yang diberikan Nabi kepada para delegasi
dan jemaah di masjid. Karena kamar Aisyah itu bersebelahan dengan masjid, dengan
cermat dan tekun ia mendengarkan dakwah, kuliah, dan diskusi Nabi dengan para
sahabat dan orang-orang lain. Ia mengajukan juga pertanyaan-pertanyaan kepada Nabi
tentang soal-soal yang sulit dan rumit sehubungan dengan ajaran agama baru itu. Hal-
hal inilah yang menyebabkan ia menjadi ilmuwan dan periwayat yang paling besar dan
paling otentik bagi sunnah Nabi dan ajaran Islam.
Aisyah tidak ditakdirkan hidup bersama-sama dengan Nabi untuk waktu yang lama.
Pernikahannya itu berlangsung hanya sepuluh tahun saja. Tahun 11 Hijrah, 632 Masehi,
Nabi wafat dan dimakamkan di kamar yang dihuni Aisyah. Nabi digantikan oleh seorang
sahabat yang setia, Abu Bakar, sebagai khalifah islam yang pertama. Aisyah terus
menduduki urutan kesatu, dan setelah Fatima meninggal dunia di tahun 11 Hijrah,
Aisyah dianggap sebagai wanita yang paling penting di dunia Islam. Tetapi ayahnya,
Abu Bakar, tidak berumur panjang. Ia meninggal dunia dua setengah tahun setelah
wafat Nabi.
Selama kekuasaan Umar al-Faruq, kalifah yang kedua, Aisyah menduduki posisi sebagai
ibu utama di seluruh daerah-daerah Islam yang secara cepat makin meluas. Orang
datang untuk meminta nasihat-nasihatnya yang bijaksana tentang segala hal yang
penting.
Umar terbunuh dan kemudian Khalifah Usman. Dua peristiwa kesyahidan tersebut
telah mengguncangkan sendi-sendi negara baru itu, dan menjurus kepada perpecahan
yang tragis di kalangan umat Islam. Keadaan itu sangat merugikan agama yang sedang
menyebar luas dan berkembang dengan cepat, yang pada waktu itu telah menjalar
sampai ke batas pegunungan Atlas di sebelah Barat, dan ke puncak-puncak Hindu Kush
di sebelah Timur.
Aisyah tidak dapat tinggal diam sebagai penonton dalam menghadapi oknum-oknum
pemecah-belah itu. Dengan sepenuh hati ia membela mereka yang menuntut balas atas
kesyahidan khalifah yang ketiga. Di dalam Perang Unta, suatu pertempuran melawan
Ali, khalifah yang keempat, pasukan Aisyah kalah dan ia terus mundur ke Medina di
bawah perlindungan pengawal yang diberikan oleh putra khalifah sendiri.
Beberapa orang sejarawan yang menaruh minat terhadap peristiwa itu, baik yang
Muslim maupun yang bukan, memberikan kritik kepada Aisyah dalam pertempuran
melawan Ali. Tetapi tidak seorang pun yang meragukan kesungguhan hati dan keyakinan
Aisyah untuk menuntut balas bagi darah Usman.
Aisyah menyaksikan berbagai perubahan yang dialami oleh Islam selama tiga puluh
tahun kekuasaan khalifah yang saleh. Ia meninggal dunia tahun 678 Masehi. Ketika itu
kekuasaan berada di tangan Muawiya. Penguasa ini amat takut kepada Aisyah dengan
kritik-kritiknya yang pedas berkenaan dengan negara Islam yang secara politis sedang
berubah itu.
Ibu Utama agama Islam ini terkenal dengan bermacam ragam sifatnya kesalehannya,
umurnya, kebijaksanaannya, kesederhanaannya, kemurahan hatinya, dan kesungguhan
hatinya untuk menjaga kemurnian riwayat sunnah Nabi.
Kesederhanaan dan kesopanannya segera menjadi obor penyuluh bagi wanita Islam
sejak waktu itu juga. Ia menghuni ruangan yang berukuran kurang dari 12 X 12 kaki
bersama-sama dengan Nabi. Ruangan itu beratap rendah, terbuat dari batang dan daun
kurma, diplester dengan lumpur. Pintunya cuma satu, itu pun tanpa daun pintu, dan
hanya ditutup dengan secarik kain yang digantungkan di atasnya. Selama masa hidup
Nabi, jarang Aisyah tidak kekurangan makan. Pada malam hari ketika Nabi
mengembuskan napasnya yang terakhir, Aisyah tidak nempunyai minyak. Waktu
Khalifah Umar berkuasa, istri dan beberapa sahabat Nabi mendapatkan tunjangan
yang cukup besar tiap bulannya. Aisyah jarang menahan uang atau pemberian yang
diterimanya sampai keesokan harinya, karena semuanya itu segera dibagikan kepada
orang-orang yang memerlukannya. Pada suatu hari di bulan Ramadhan, waktu Abdullah
ibn Zubair menyerahkan sekantung uang sejumlah satu laksa dirham, Aisyah
membagikan uang itu sebelum waktu berbuka puasa.
Aisyah pada zamannya terkenal sebagai orator. Pengabdiannya kepada masyarakat, dan
usahanya untuk mengembangkan pengetahuan orang tentang sunnah dan fiqh, tidak ada
tandingannya di dalam catatan sejarah Islam. Jika orang menemukan persoalan
mengenai sunnah dan fiqh yang sukar untuk dipecahkan, soal itu akhirnya dibawa
kepada Aisyah, dan kata-kata Aisyah menjadi keputusan terakhir. Kecuali Ali, Abdullah
ibn Abbas dengan Abdullah ibn Umar, Aisyah juga termasuk kelompok intelektual di
tahun-tahun pertama Islam.
Ibu Agung Agama Islam ini mengembuskan napas yang terakhir 17 Ramadhan, 58
Hijriah (13 Juli, 678 Masehi). Kematiannya menimbulkan rasa duka terutama di Medina
dan di seluruh dunia Islam.
Aisyah bersama Khadijah dan Fatima az-Zahra dianggap sebagai wanita yang paling
menonjol di kalangan wanita Islam. Kebanyakan para ulama menempatkan Fatima di
tangga teratas, diikuti oleh Khadijah, dengan Aisyah sebagai yang terakhir. Tapi ulama
ibn Hazim malah menempatkan Aisyah nomor dua sesudah Nabi Muhammad, di atas
semua istri, sahabat, dan rekan-rekannya. Menurut Allama ibn Taimiya, Fatima-lah
yang berada di tempat teratas, karena ia itu anak tersayang Nabi, Khadijah itu agung
karena dialah orang pertama yang memeluk agama Islam. Tetapi, tidak seorang pun
yang menandingi Aisyah mengenai peranannya dalam menyebarluaskan ajaran Nabi.
SAIDATINA KHADIJAH

Isteri Rasulullah SAW, Saidatina Khadijah binti Khuwailid ialah wanita pertama
beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Beliau banyak membantu dan mengukuhkan tekad,
Nabi Muhammad dalam melaksanakan risalah dakwah Islamiah. Beliau sentiasa
berusaha meringankan kepedihan hati dan menghilangkan keletihan serta penderitaan
suaminya dalam berdakwah.

Inilah keistimewaan dan keutamaan Khadijah dalam sejarah perjuangan Islam. Beliau
adalah sumber kekuatan di belakang Rasulullah.

Rasulullah ketika menceritakan keperibadian Khadijah bersabda, maksudnya: “ Demi


Allah, tidak ada ganti yang lebih baik daripada dia, yang beriman kepadaku saat semua
orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan
semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan… daripadanyalah aku
mendapatkan keturunan.”

Siti Khadijah berasal daripada keturunan terhormat serta terkenal sebagai wanita
tegas dan cerdas.Beliau adalah wanita kaya dan terkenal serta mampu hidup mewah
dengan hartanya sendiri. Namun semua itu dengan rela dikorbankannya untuk
memudahkan tugas suaminya.Hal ini menunjukkan beliau adalah wanita yang mendorong
kemajuan pahlawan umat manusia, melindungi pejuang terbesar dalam sejarah dengan
mewujudkan kedamaian dalam kehidupan suaminya. Sikap inilah yang menjadi sumber
kekuatan Rasulullah sepanjang kehidupan mereka.

Sepanjang hidupnya bersama Rasulullah, Siti Khadijah setia menyertai Baginda dalam
setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti
menyiapkan semua bekalan dan keperluannya. Seandainya Rasulullah agak lama tidak
pulang, beliau akan meninjau untuk memastikan keselamatan Baginda.

Sekiranya Baginda khusyuk bermunajat, beliau tinggal di rumah dengan sabar sehingga
Rasulullah pulang.

Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau cuba
sedaya mungkin mententeram dan menghiburkannya sehingga suaminya benar-benar
merasai ketenangan. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam
banyak kegiatan peribadatan Rasulullah, Siti Khadijah pasti bersama dan membantu
Baginda seperti menyediakan air untuk mengambil wuduk.

Kecintaan Siti Khadijah bukanlah sekadar kecintaan kepada suami, sebaliknya jelas
berlandaskan keyakinan kuat terhadap keesaan Allah.
Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keredaan Allah. Allah
Maha Adil dalam memberi rahmatNya. Setiap amalan yang dilaksanakan dengan penuh
keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang berkekalan.

Firman Allah bermaksud: “Barang siapa yang mengerjakan amalan soleh, baik lelaki
mahupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang sudah mereka kerjakan.”
(Surah an-Nahl, ayat 97)

Janji Allah itu pasti benar. Kesan kesetiaan Siti Khadijah bukan sekadar menghasilkan
kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan Rasulullah, malah membawa
barakah besar kepada rumah tangga mereka.Anak yang lahir juga adalah soleh.
Keturunan zuriat ahlulbait Rasulullah adalah insan yang sentiasa taat melaksanakan
perintah Allah.Semua ini menghasilkan kekuatan yang membantu meningkatkan
perjuangan Islam.
SAIDINA ABU BAKAR

Abu Bakar as-Siddiq (bahasa Arab: ‫ أبو بكر الصديق‬Abū Bakr al-Siddīq) ialah khalifah
pertama orang Muslim dari tahun 632-634. Beliau pada awalnya digelar Abdul Kaabah
(hamba Kaabah) tetapi selepas pengislamannya, beliau menukar namanya kepada
Abdullah. Namun beliau selalu digelar Abu Bakar (daripada perkataan Arab Bakar yang
bermaksud unta muda) kerana beliau amat gemar membiak unta. Beliau amat terkenal
dengan gelaran As-Siddiq (yang membenarkan). Nama sebenar beliau ialah Abdullah
ibni Abi Qahafah.

Saidina Abu Bakar As-Siddiq merupakan sahabat Nabi Muhammad s.a.w. yang paling
rapat sekali. Semasa Nabi Muhammad s.a.w. berhijrah dari Makkah ke Madinah pada
tahun 622, hanya beliau seorang yang mengikuti Rasulullah s.a.w. tanpa ditemani oleh
orang lain. Rasulullah S.A.W mengahwini anak perempuan beliau iaitu Saidatina Aishah
tidak lama selepas penghijrahan ke Madinah berlaku. Pernah menjadi kaya, dia juga
dikenangi kerana jasanya membebaskan beberapa hamba yang beragama Islam
daripada tuan mereka yang kafir termasuklah Bilal Bin Rabah. Beliau juga merupakan
salah seorang Muslim yang pertama sekali memeluk Islam. Beliau seorang yang jujur,
berbudi pekerti, adil, tegas dan memiliki sifat yang terpuji. Dilahirkan 2 tahun selepas
kelahiran Rasulullah S.A.W.

Semasa Rasulullah s.a.w. sedang sakit tenat, baginda mengarahkan supaya Saidina Abu
Bakar mengimamkan solat orang Islam. Selepas kewafatan Nabi Muhammad s.a.w.,
sebuah majlis yang dihadiri oleh golongan Ansar dan Muhajirin ditubuhkan untuk
melantik seorang khalifah bagi memimpin umat Islam. Hasil daripada perjumpaan itu,
Saidina Abu Bakar dilantik dan menjadi khalifah pertama umat Islam.

Perlantikan Saidina Abu Bakar mendapat tentangan daripada beberapa orang yang
ingin melantik Saidina Ali Abi Talib sebagai khalifah kerana Saidina Ali merupakan
menantu dan anak saudara Rasulullah s.a.w. Golongan Syiah yang merupakan golongan
daripada keluarga Bani Hashim menentang perlantikan Saidina Abu Bakar. Tentangan
itu tamat selepas Saidina Ali Abi Talib membaihkan Saidina Abu Bakar. Ada pendapat
mengatakan bahawa Saidina Ali Abi Talib hanya membaihkan Saidina Abu Bakar
selepas enam bulan.

Masalah mula timbul apabila Saidina Abu Bakar dilantik menjadi khalifah. Masalah ini
mengugat kestabilan dan keamanan kerajaan Islam. Banyak puak-puak Arab
memberontak dan menentang khalifah. Sesetengah daripada mereka enggan membayar
zakat manakala ada pula yang kembali kepada menyembah berhala dan mengikut tradisi
lama mereka. Puak-puak ini mendakwa bahawa mereka hanya menurut perintah
Rasulullah s.a.w. dan memandangkan Rasulullah s.a.w. telah wafat maka mereka tidak
perlu lagi mengikut ajaran Islam dan mereka telah bebas.

Saidina Abu Bakar menegaskan bahawa mereka bukan sahaja menyatakan taat sembah
kepada seorang pemimpin malah mereka kini tergolong dalam golongan Muslim. Ada
diantara mereka mendakwa bahawa mereka ialah nabi dan rasul. Bagi menumpaskan
penghinaan dan perbuatan murtad ini maka Saidina Abu Bakar melancarkan perang
terhadap golongan yang digelar golongan Riddah. Hal ini merupakan permulaan siri
Peperangan Islam-Riddah. Antara orang yang mengaku menjadi nabi ialah Musailamah
al-Kazzab. Khalid Al-Walid berjaya menumpaskan Musailimah dalam suatu
pertempuran.

Selepas berjaya mengurangkan golongan riddah, Syaidina Abu Bakar mula menghantar
panglima-panglima perang Islam ke utara untuk memerangi Byzantine (Rom Timur) dan
Empayar Parsi. Khalid Al-Walid berjaya menawan Iraq dalam hanya satu kempen
ketenteraan. Beliau juga menempuh kejayaan dalam beberapa ekspedisi ke Syria.
Menurut seorang orientalis Barat, kempen Saidina Abu Bakar hanyalah sebuah lanjutan
daripada Perang Riddah. Hal ini jelas salah memandangkan kebanyakan golongan riddah
terletak di selatan Semenanjung Arab dan bukannya di utara.

Menurut ahli sejarah Islam, selepas siri Peperangan Islam-Riddah ramai orang yang
mahir menghafaz al-Quran terbunuh. Saidina Umar Al-Khatab (khalifah yang
berikutnya) meminta Saidina Abu Bakar untuk mula menjalankan aktviti pengumpulan
semula ayat-ayat al-Quran. Saidina Uthman Affan kemudiannya melengkapkan aktiviti
pengumpulan al-Quran semasa beliau menjadi khalifah.

Saidina Abu Bakar wafat pada 23 Ogos 634 di Madinah iaitu dua tahun selepas
menjadi khalifah. Ada dua pendapat mengenai sebab kematian Saidina Abu Bakar. Ada
yang mengatakan disebabkan keracunan dan ada pula yang mengatakan Saidina Abu
Bakar meninggal dunia secara biasa. Sebelum kewafatannya, Saidina Abu Bakar
mengesa masyarakat menerima Saidina Umar Al-Khatab sebagai khalifah yang baru.

Saidina Abu Bakar dikebumikan di sebelah makam Nabi Muhammad s.a.w. di Masjid an-
Nabawi yang terletak di Madinah.

Saidina Abu Bakar walaupun hanya memerintah selama dua tahun (632-634), tetapi
beliau banyak menyumbang terhadap perkembangan Islam. Beliau berjaya
menumpaskan golongan Riddah yang ada diantaranya murtad dan ada diantaranya
mengaku sebagai nabi. Beliau juga mula mengumpulkan ayat-ayat al-Quran dan beliau
juga berjaya meluaskan pengaruh Islam.
SUMAYYAH UMMU UMAR

Sumayyah binti Khayyat (bahasa Arab: ‫ط‬ ّ ‫ )سمية بنت خيا‬merupakan hamba kepada Abu
Huzaifah bin Al-Mughirah iaitu seorang pembesar Quraisy dan telah menetap bersama
Abu Huzaifah sedari kecil lagi memandangkan beliau seorang anak yatim piatu.
Perwatakan beliau yang baik dan taat kepada perintah tuannya sememangnya
menjadikan beliau cukup disegani walaupun taraf beliau hanya sebagai seorang hamba
yang berkulit hitam. Beliau juga ditakdirkan berkahwin dengan Yasir yang juga bekerja
dengan Abu Huzaifah. Hasil perkahwinan itu mereka dikurniakan seorang anak lelaki
yang bernama Ammar ibn Yasir.

Sumayyah sekeluarga merupakan antara individu yang terawal memeluk agama Islam
yang dibawa oleh junjungan besar, Nabi Muhammad s.a.w. di Mekah. Kisah beliau yang
masih dikenang adalah saat beliau sekeluarga ditangkap oleh Abu Jahal dan kuncu-
kuncunya. Dengan ketabahan hati Sumayyah sekeluarga serta taat setianya mereka
kepada Islam, mereka tidak gentar dengan seksaan-seksaan yang dilakukan oleh Abu
Jahal dan kuncu-kuncunya.

Nabi Muhammad yang melihat kejadian tersebut juga tidak mampu berbuat apa-apa.
Ini kerana, tahap pengambilalihan kekuasaan, dan penerapan Islam secara utuh serta
menyeluruh, lalu mengembangkannya sebagai risalah Islam ke seluruh penjuru dunia
melalui dakwah dan jihad belum dapat dilakukan. Baginda hanya mampu bersabda,
“Bersabarlah keluarga Yasir. Sesungguhnya kamu semua dijanjikan syurga.” Dalil ini
menunjukkan jaminan Rasulullah kepada mereka sekeluarga sebagai penghuni Syurga
Jannatun Naim. Akhirnya dengan balingan lembing oleh Abu Jahal, mereka sekeluarga
gugur mati syahid dan Sumayyah merupakan wanita pertama Islam yang gugur mati
syahid.

Sumbangan Sumaiyah amat bermakna dalam mempertahankan kesucian Aqidah Islam.


Antaranya:

• Pertama, berani menyatakan yang hak.


• Kedua, sanggup mempertaruhkan nyawa kerana mempertahankan kesucian
Aqidah.
• Ketiga, memberi imej yang baik kepada umat Islam dalam soal mempertahankan
agama Islam.
• Keempat, memperteguh keyakinan dan keazaman penganut Islam yang lain untuk
meneruskan perjuangan.

Seksaan terhadap Sumayyah sekeluarga

• Kaki dan tangan mereka diikat dan diheret ke tengah padang pasir yang panas
terik
• Rumah mereka dibakar
• Dicucuk dengan besi panas
• Ditikam dengan lembing
• Dicungkil biji mata
• Dibenam ke dalam air

Dialah Sumayyah binti Khayyat, hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughiroh.
Beliau dinikahi oleh Yasir, seorang pendatang yang kemudian menetap di Mekkah
sehingga tidak ada kabilah yang dapat membela, menolak dan mencegah kezaliman atas
dirinya, karena dia hidup sebatang kara. Posisinya menjadi sulit dibawah naungan
aturan yang berlaku pada masa Jahiliyah.

Begitulah Yasir mendapatkan dirinya menyerahkan perlindungannya kepada Bani


Makhzum. Beliau hidup dalam kekuasaan Abu Huzaifah. Dia akhirnya dinikahkan dengan
budak wanita bernama Sumayyah, tokoh yang kita bicarakan ini. Beliau hidup
bersamanya dalam suasana yang tenteram. Tidak berselang lama dari pernikahan
tersebut, merekapun dikaruniai dua orang anak, yaitu ‘Ammar dan Ubaidullah

Tatkala ‘Ammar hampir menjelang dewasa dan sempurna sebagai seorang laki-laki
beliau mendengar agama baru yang didakwahkan oleh Muhammad bin Abdullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam kepada beliau. Maka berfikirlah ‘Ammar bin Yasir
sebagaimana yang difikirkan oleh penduduk Mekkah, sehingga kesungguhan beliau di
dalam berfikir dan lurusnya fitrah beliau, menggiringnya untuk memeluk Dienul Islam.

‘Ammar kembali ke rumah dan menemui kedua orang tuanya dalam keadaan merasakan
lezatnya iman yang telah terpatri dalam jiwanya.

Beliau menceritakan kejadian yang beliau alami hingga pertemuannya dengan Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam, kemudian menawarkan kepada keduanya untuk mengikuti
dakwah yang baru tersebut. Ternyata Yasir dan Sumayyah menyahut dakwah yang
penuh berkah tersebut dan bahkan mengumumkan keislamannya sehingga Sumayyah
menjadi orang ketujuh yang masuk Islam.

Dari sinilah dimulai sejarah yang agung bagi Sumayyah yang bertepatan dengan
permulaan dakwah Islam dan sejak fajar terbit untuk pertama kalinya.

Bani Makhzum mengetahui akan hal itu, karena ‘Ammar dan keluarganya tidak
memungkiri bahwa mereka telah masuk Islam bahkan mengumumkan keislamannya
dengan kuat sehingga orang-orang kafir menyikapinya dengan menentang dan memusuhi
mereka.

Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan menyiksa mereka dengan
bermacam-macam siksaan agar mereka keluar dari dien mereka. Mereka memaksa
dengan cara menyeret mereka ke padang pasir tatkala cuaca sangat panas dan
menyengat. Mereka membuang Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan
pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan diatas dadanya sebongkah batu yang
berat, akan tetapi tiada terdengar rintihan ataupun ratapan melainkan ucapan
Ahad….Ahad…., beliau ulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang diucapkan juga oleh
Yasir, ‘Ammar dan Bilal.

Suatu ketika Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menyaksikan keluarga muslim


tersebut yang tengah tersiksa secara kejam, maka beliau menengadahkan tangannya
ke langit dan berseru :
"Bersabarlah keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga"

Sumayyah mendengar seruan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, maka beliau


bertambah tegar dan optimis dengan kewibawaan imannya. Dia mengulang-ulang dengan
berani: "Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu
adalah benar".

Sehingga bagi beliau kematian adalah sesuatu yang sepele dalam rangka
memperjuangkan aqidahnya. Di hatinya telah dipenuhi kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla,
maka dia menganggap kecil setiap siksaan yang dilakukan oleh para Thaghut yang
zhalim, yang mana mereka tidak kuasa menggeser keimanan dan keyakinannya sekalipun
hanya satu langkah semut.

Sementara Yasir telah mengambil keputusan sebagaimana yang dia lihat dan dia dengar
dari istrinya. Sumayyah pun telah mematrikan dalam dirinya untuk bersama-sama
dengan suaminya meraih kesuksesan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam.

Tatkala para Thaghut telah berputus asa mendengar ucapan yang senantiasa diulang-
ulang oleh Sumayyah maka musuh Allah, Abu jahal melampiaskan keberangannya
kepada Sumayyah dengan menusukkannya sangkur yang berada dalam genggamannya ke
tubuhnya. Maka terbanglah nyawa beliau dari raganya yang beriman dan bersih. Dan
beliau adalah wanita pertama yang syahid dalam Islam. Beliau gugur setelah
memberikan contoh yang baik dan mulia bagi kita dalam hal keberanian dan keimanan,
yang mana beliau telah mengerahkan segala apa yang beliau miliki, dan menganggap
remeh kematian dalam rangka memperjuangkan imannya. Beliau telah mengorbankan
nyawanya yang mahal dalam rangka meraih keridhaan Rabb-nya. "Dan mendermakan
jiwa adalah puncak tertinggi dari kedermawanan".
SAIDATINA FATIMAH AZ-ZAHRA

NAMA : Fatimah binti Muhammad Rasulullah S.A.W.


KETURUNAN : Quraisy , puteri bongsu Rasulullah
(anak keenam)
TARIKH LAHIR : 20 Jamadilakhir (lima tahun sebelum
Rasulullah menerima wahyu)/605 Masihi.
TEMPAT LAHIR : Mekah Al Mukarrah
GELARAN : Az Zahra’ (putih berseri)
NAMA SUAMI : Ali Bin Abi Talib
NAMA ANAK : Al Hasan , Al Husain dan Zainab
TARIKH WAFAT : 4 Jamadilawal 11 hijrah (6 bulan selepas
kewafatan Rasulullah S.A.W.)
UMUR KETIKA WAFAT : 28 tahun
TEMPAT DIMAKAMKAN: Al Baqi’ di Madinah Al Munawwarah

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Malaikat turun lalu menyampaikan khabar gembira kepadaku bahawa sesungguhnya


Fatimah bintu Rasulullah adalah pemimpin para wanita penghuni syurga”.

Serikandi tauladan kali ini menghidangkan kisah salah seorang dari kalangan kerabat
terdekat Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, belahan hati baginda, sisi pilihan dari
kalangan wanita solehah terbaik sepanjang zaman dan pemimpin para wanita penghuni
syurga. Beliaulah Saidatina Fatimah Radiallahu anha, puteri pemimpin umat manusia,
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam , Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin
Hasyim bin Abdi Manaf Al-Qursyiyah Al-Hasyimiyah; ibu Hasanain, Al-Hasan dan Al-
Husin.

Fatimah dilahirkan di Ummul Qura, ketika orang-orang Quraisy membina semula


bangunan Kaabah,iaitu lima tahun sebelum Nubuwwah. Fatimah Radiallahu anha
merupakan puteri bongsu dan puteri paling utama kepada pasangan Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wasallam dan Saidatina Khadijah Radiallahu anha. Beliau membesar
di rumah nubuwwah yang suci, matanya celik seawal usia untuk menjadi saksi urusan
risalah yang dikhususkan Allah bagi ayahnya, Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam.
Ibunya, Saidatina Khadijah bintu Khuwailid Radiallahu anha, wanita terbaik pendamping
Rasul akhir zaman. Suami Saidatina Fatimah adalah antara Khalifah Ar-Rasyidin yang
utama, pemimpin kaum muslimin di zamannya, Saidina Ali bin Abu Thalib Radiallahu
anhu. Anak-anak kepada pasangan ini adalah dua orang pemimpin para penghuni syurga,
dua cucu Rasulullah, Al-Hasan dan Al-Husin Radiallahu anhuma. Datuk saudara beliau
adalah pemimpin para syuhada’ Asadullah, Hamzah bin Abdul Muthalib. Datuk saudara
beliau yang lain adalah pemimpin Bani Hasyim yang biasa melindungi para tetangga,
mengorbankan harta, terbiasa bersedekah kepada fakir miskin, iaitu Al-Abbas bin
Abdul Muthalib Radiallahu anhu. Jaafar bin Abdul Muthalib Radiallahu anhu, adalah
antara datuk saudara beliau yang utama, sekaligus bapa saudara kepada suaminya, yang
merupakan pemimpin para syuhada’, dan panji para mujahidin.

Setelah turunnya wahyu yang membawa tugas risalah kenabian kepada Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wasallam dari sisi Rabbnya, maka Ummul Mukminin Khadijah
Radiallahu anha adalah manusia yang pertama sekali beriman terhadap risalah haq
tersebut. Begitu juga dengan puteri-puteri Rasulullah yang suci; Zainab, Ruqayyah,
Ummu Kultsum dan Fatimah juga tercatat sebagai orang-orang yang berada di saff
hadapan dari kalangan orang-orang terawal menerima Islam. Ibnu Ishaq Radiallahu
anhu menyebutkan dari Ummul Mukminin, Saidatina Aisyah Radiallahu anha sebagai
berkata, “Setelah Allah Subhanahu wa Taala memuliakan nabiNya dengan nubuwwah,
maka Khadijah dan puteri-puterinya masuk Islam.” Puteri-puteri Rasulullah berada
dalam satu ikatan bersama ibu mereka dalam kelompok terdepan di landasan dakwah
Islamiyyah, yang dibekali dengan keIslaman dan keimanan yang teguh kepada Allah dan
RasulNya.

WANITA YANG SABAR DAN BERTAKWA


Di dalam sirah perjalanan dakwah Rasulullah, baginda bangkit menyampaikan risalah
Rabbnya tanpa mengendahkan sebarang cubaan, tekanan, penyeksaan, cacian,
perlecehan, dan pendustaan yang dilakukan oleh kaum yang memusuhi baginda.
Saidatina Fatimah menyaksikan segala bentuk kesulitan yang dihadapi oleh Rasulullah,
malahan beliaulah yang mengubati kesedihan dan menghiburkan hati ayahnya saat
berhadapan dengan kejahilan kaum musyrikin ketika itu.

Salah satu peristiwa yang kekal di dalam ingatan puteri Rasulullah ini ialah apabila
menyaksikan penghinaan dari salah seorang Quraisy yang kasar dan sangat buruk
tingkahlakunya, Uqbah bin Abu Mu’aith. Si jahil ini menawarkan diri untuk
melemparkan kotoran isi perut unta ke belakang tubuh Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wasallam ketika baginda sedang sujud, sehingga baginda tidak mampu untuk bangkit
dari sujudnya. Saidatina Fatimah segera mendatangi ayahnya untumembersihkan
kotoran tersebut, sebelum menghampiri kelompok musyrikin yang merancang
perbuatan keji itu . Dengan lantang dan penuh berani, beliau mencaci dan mencela
tindakan mereka yang sangat tidak beradab.

Seusai solat tersebut, Rasulullah menadahkan tangan baginda dan berdoa bagi
kecelakaan mereka, dengan bersabda, “Ya Allah, ada kewajipan atas Engkau untuk
mencelakakan Syaibah bin Rabi’ah. Ya Allah, ada kewajipan atas Engkau untuk
mencelakakan Abu Jahl bin Hasyim. Ya Allah, ada kewajipan atas Engkau untuk
mencelakakan Uqbah bin Abu Mu’aith. Ya Allah, ada kewajipan untuk Engkau
mencelakakan Umayyah bin Khalaf”. Doa baginda Sallallahu Alaihi Wasallam dikabulkan
Allah Subhanahu wa Taala. Nama-nama kaum musyrikin yang disebutkan di dalam doa
tersebut terbunuh semasa Perang Badar.

Kehidupan puteri Rasulullah ini juga tidak lari dari penderitaan akibat perbuatan kejam
kaum musyrikin yang membenci dakwah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam . Salah
satunya ialah ujian pemboikotan ke atas seluruh kaum Bani Hasyim dan Bani Abdul
Muthalib di mana orang-orang Musyrik menemukan kata sepakat untuk melancarkan
boikot secara total terhadap mereka. Tidak ada urusan jual beli, tidak ada
pembicaraan, tidak ada pergaulan, sehinggalah Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib
menyerahkan Rasulullah kepada orang-orang Quraisy.

Akibatnya, seluruh kerabat Rasulullah kecuali Abu Lahab dipulaukan dan dikepung di
perkampungan Abu Thalib. Sepanjang tempoh hampir tiga tahun itu, seringkali
kedengaran tangisan anak-anak kecil dan rintihan para wanita lantaran kelaparan.
Natijah dari peristiwa ini juga, kesihatan Saidatina Khadijah Radiallahu anha merosot
dan berlanjutan sehinggalah beliau kembali bertemu dengan Rabbnya.

Kesan terbesar dari episod pemulauan tersebut ialah pemergian Saidatina Khadijah
Radiallahu anha. Dengan kehilangan tersebut, Fatimah lah yang memikul beban
kehidupan dan berkongsi penderitaan berat yang dialami oleh Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wasallam. Walaubagaimanapun, hal tersebut malah menambahkan keimanan dan
ketaqwaan dirinya serta membuatkan beliau semakin dekat dengan ayahnya.

Saidatina Fatimah Az-Zahra juga termasuk di antara wanita yang berhijrah. Di


Madinah, beliau membuka lembaran baru kehidupan dikelilingi kaum yang murah hati,
yang mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka serta melebihkan kaum
Muhajirin lebih dari diri mereka sendiri.

TELADAN RUMAHTANGGA ALI DAN FATIMAH


Pada tahun kedua selepas hijrah, Saidina Ali bin Abu Thalib menikahi Saidatina
Fatimah dengan maharnya baju besi yang nilainya hanya empat dirham. Pernikahan
penuh berkat itu terjadi setelah Perang Badar Al-Kubra.

Sejarah tidak pernah mengenal seorang wanita yang mampu menghimpun kesabaran
dan ketakwaan seperti halnya Saidatina Fatimah. Semenjak hari pertama
perkahwinannya dengan Ali, beliau terpaksa mengerjakan seluruh tugas rumah tangga
yang sangat berat ketika itu, bermula dari kerja menggiling bahan makanan dan
membuat adunan roti sehingga rambutnya terkena percikan-percikan tepung atau
terkadang terkena debu.

Beliau jugalah yang memproses dan memasak adunan roti tersebut. Ini terjadi kerana
suaminya tidak mampu mengupah pembantu untuk membantu Fatimah dalam
menyelesaikan urusan rumahtangganya. Bahkan Ali sempat berpesan kepada ibunya,
Fatimah bintu Asad kerana menyedari tugas-tugas berat Fatimah di rumahnya,
“Janganlah membebani Fatimah bintu Rasulullah dengan pekerjaan di luar rumah, dan
cukuplah dia mengerjakan pekerjaan di dalam rumah, membuat tepung, adunan roti dan
memasak” . Ali juga menyedari kesan-kesan keletihan di wajah Fatimah, tetapi beliau
sering menghiburkan isterinya dengan menyebutkan yang harta rampasan dan tawanan
perang akan datang kepada mereka.

Apabila tiba masa yang sesuai, Ali menasihati isterinya agar mendatangi Rasulullah
untuk meminta seorang pembantu dari kalangan tawanan perang. Permintaan keduanya
ditolak secara baik oleh Rasulullah kerana baginda lebih mementingkan kemaslahatan
kaum muslimin yang lain. Rasulullah menyusuli pasangan tersebut di waktu tengah
malam dan bersabda kepada keduanya:

"Bagaimana jika kuberitahukan kepada kalian berdua tentang sesuatu yang lebih baik
daripada apa yang kalian pinta kepadaku? Ada beberapa kalimat yang diajarkan Jibril
kepadaku, hendaklah kalian bertasbih kepada Allah di hujung setiap solat sebanyak
sepuluh kali, bertahmid sepuluh kali dan bertakbir sepuluh kali. Jika kalian beranjak
ke tempat tidur,bertasbihlah tiga puluh kali, bertahmidlah tiga puluh kali dan
bertakbirlah tiga puluh kali.” [Ditakhrij Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi dan Abu
Daud]

Kalimah-kalimah ini menjadi bekalan Ali dan Fatimah yang sentiasa mereka ucapkan
sehingga akhir hayat mereka.

KEMULIAAN PERIBADI FATIMAH RA


Abu Nuaim rahimahullah menyifati Fatimah Az-Zahra; dalam Al-Hilyah dengan
berkata,” Di antara para wanita yang suci dan bertakwa ialah Fatimah Radiallahu anha.
Dia menghindari dunia dan kesenangannya, mengetahui aib dunia dan bencananya.”

Kehidupan Fatimah Az-Zahra diwarnai kesederhanaan namun ditaburi barakah dan


cahaya yang mengisyaratkan zuhud, wara’ dan ketakutannya kepada Allah serta
sentiasa berbuat baik semata-mata untuk meraih keredhaanNya. Rasulullah pernah
menegur Fatimah ketika puteri kesayangan baginda itu mengenakan seuntai kalung dari
emas, hadiah pemberian dari suaminya. Rasulullah kemudiannya bersabda: “Wahai
Fatimah, apakah engkau suka jika orang-orang berkata, ‘Inilah Fatimah bintu
Muhammad, yang di tangannya terpegang kalung dari api neraka?”. Saidatina Fatimah
lantas membeli seorang hamba dengan kalung emas tersebut dan memerdekakannya.
Sebaik Rasulullah mengetahui hal tersebut, baginda bersabda, “Segala puji bagi Allah
yang telah menyelamatkan Fatimah dari api neraka”.

Fatimah Az-Zahra mencapai tingkat ketakwaan, keutamaan dan zuhud yang tidak
terkalahkan oleh wanita di zamannya. Beliau turut menempati kedudukan yang tinggi
dalam hal As-shiddiq, yang suci dan diberkati. Kemuliaan ini diakui sendiri oleh
Saidatina Aisyah Radiallahu anha dengan menyebutkan, “ Aku tidak melihat seseorang
yang lebih benar perkataannya selain dari Fatimah, kecuali ayahnya”.

Adz-Zahaby Rahimahullah menyebutkan kemuliaan peribadi Fatimah dengan berkata,


“Beliau seorang wanita yang sabar, taat beragama, baik, menjaga kehormatan diri,
suka bersyukur kepada Allah dan Rasulullah sangat memuliakannya”. Beliau menduduki
kedudukan yang istimewa di antara para wanita Islam, sehingga beliau mendapat
sebutan al-batul, kerana kelebihan beliau di dalam lapangan ibadah, ditambah dengan
kelebihan agama dan keturunannya.

MUJAHIDAH YANG MEMENUHI HAK


Saidatina Fatimah Radiallahu anha tercatat di antara tokoh muslimah yang namanya
harum di medan jihad. Di dalam Perang Uhud contohnya, suatu perang yang
memberikan pengajaran besar bagi kaum muslimin ketika itu. Imam Al-Bukhari
mengisahkan peranan Fatimah dengan berkata, “Beberapa orang wanita dari kalangan
Muhajirin dan Ansar keluar, sambil mengusung air dan makanan di belakang mereka,
termasuklah Fatimah bintu Rasulullah. Ketika beliau menyaksikan darah mengucur di
wajah ayahnya, maka beliau segera memeluknya, lalu mengusap darah di wajah
baginda. Pada saat itu, beliau berkata, ‘"Amat besar kemarahan Allah terhadap orang-
orang yang membuatkan wajah RasulNya berdarah”.

Sah’l bin Sa’d pula menceritakan peristiwa tersebut dengan menyebutkan, “ Rasulullah
terluka sehingga gigi baginda patah. Fatimah bintu Rasulullah mencuci darah yang
mengucur di wajah baginda, sedangkan Ali mengalirkan air dengan menggunakan bekas
air. Ketika Fatimah melihat bahawa air tersebut semakin membuatkan darah mengalir
deras, maka beliau mengambil potongan tikar dan membakarnya sehingga menjadi abu.
Lalu disapukan di luka baginda, sehingga darah tidak lagi mengalir dari luka tersebut.”

Fatimah turut menyusuli kehidupan jihad di beberapa tempat lain termasuk di dalam
Perang Khandaq dan Khaibar. Di dalam peperangan ini, Rasulullah memberikan bahagian
harta rampasan perang berupa lapan puluh lima wasaq gandum dari Khaibar. Fatimah
juga ikut bergabung di dalam Fathul Makkah. Ketika itu, beliau menonjolkan sikap yang
mulia dan terpuji apabila menolak untuk memberikan jaminan perlindungan bagi Abu
Sufyan bin Harb.

KEKASIH RASULULLAH SAW


Rasulullah pernah ditanya oleh seseorang, “Siapakah orang yang paling engkau cintai?”.
Baginda menjawab, “Fatimah”. [(Diriwayatkan oleh Ab-Bukhary, Muslim dan Abu
Dawud]. Al-Imam Adz-Zahaby Rahimahullah berkata, “Wanita yang paling dicintai
oleh Rasulullah ialah Fatimah, sedangkan dari kaum lelaki ialah Ali”.
Diriwayatkan dari Ali bin Abu Talib Radiallahu anhu, beliau berkata, “ Aku bertanya
kepada Rasulullah, "siapakah yang engkau cintai di antara kami, akukah atau Fatimah?’,
Baginda menjawab, ‘Fatimah lebih aku cintai daripada engkau, dan engkau lebih aku
muliakan daripada Fatimah”.

Fatimah menduduki tempat yang tersendiri di dalam hati Rasulullah, yang tidak dapat
ditandingi oleh wanita-wanita lain. Cukuplah kemuliaan baginya seperti yang
digambarkan oleh Saidatina Aisyah Radiallahu anha melalui sanad Al-Imam Al-
Bukhary, “Aku tidak melihat seorang pun di antara manusia yang lebih mirip dengan
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam,dalam perkataannya, dalam ucapannya, dan cara
duduknya melainkan Fatimah. Jika Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam melihat Fatimah
datang, maka baginda menyambutnya, bangkit menghampirinya lalu memeluknya,
memegang tangannya dan mendudukkannya di tempat yang sebelumnya baginda duduki.
Jika Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam yang datang, maka Fatimah menyambut, bangkit
menghampiri baginda dan memeluknya”.

Gambaran cinta Rasulullah kepada Fatimah turut difahami apabila setiap kegembiraan
Fatimah adalah juga kegembiraan baginda, dan setiap kesedihan Fatimah adalah juga
kesedihan bagi baginda Nabi. Baginda pernah ‘membaca’ kesalahfahaman di antara
puteri baginda dengan suaminya hanya melalui riak wajah Fatimah, lantas mendatangi
keduanya untuk memberikan nasihat. Beliau kemudiannya keluar dengan wajah yang
berseri-seri dan bersabda “Apakah yangmenghalangiku (dari merasa bahagia)? Aku
sudah mendamaikan dua orang yang paling kucintai”.

Sebagaimana Rasulullah senang dengan kegembiraan Fatimah, maka baginda juga marah
kerana kemarahan Fatimah. Baginda sangat memperhatikan perasaan puterinya.
Dikisahkan bahawa Ali bin Abu Talib Radiallahu anhu pernah berkeinginan untuk
melamar puteri Abu Jahal dan hal ini menimbulkan kesedihan Fatimah. Rasulullah
kemudiannya bangkit dan bersabda, "Sesungguhnya Fatimah adalah sebahagian dari
diriku dan aku tidak suka jika ada sesuatu yang menyakitinya. Demi Allah, puteri
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam tidak boleh bersatu dengan puteri musuh Allah
pada seorang lelaki (suami)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud].
Perkataan Rasulullah ini membatalkan hasrat Ali untuk melamar puteri Abu Jahal
kerana ingin menjaga perasaan Fatimah.

Ibnu Abdil-Barr Rahimahumullah menyebutkan keluhuran Fatimah, yang


mengisyaratkan keutamaan beliau di sisi Rasulullah dengan berkata, “Jika Rasulullah
tiba dari peperangan atau perjalanan jauh, maka yang pertama sekali baginda lakukan
ialah memasuki masjid lalu solat dua rakaat, menemui Fatimah dan barulah
kemudiannya menemui isteri-isteri baginda yang lain.”
PERJALANAN MENUJU KEABADIAN
Di akhir hayat Rasulullah, Ummul Mukminin Aisyah menuturkan, “Kami isteri-isteri
baginda berkumpul hampir dengan Rasulullah . Baginda tidak mendekati salah seorang
di antara kami,kecuali apabila melihat kehadiran Fatimah yang gaya jalannya sangat
mirip dengan gaya jalan Rasulullah. Baginda menyambut kehadiran puterinya lalu
mendudukkannya sangat hampir di sisi dirinya. Kemudian, baginda membisikkan
perkataan yang mampu membuatkan Fatimah menangis, dan bisikan kedua pula
menyebabkan Fatimah tersenyum. Kami hanya mengetahui perkataan tersebut setelah
Rasulullah wafat.

Fatimah berkata, “Pada kali pertama, baginda memberitahukan kepadaku bahawa


biasanya Jibril memperlihatkan Al-Quran sekali dalam setahun. Sementara pada
tahun ini, dia memperlihatkannya dua kali. Baginda kemudiannya bersabda,” Aku tidak
mengertikan yang demikian melainkan petanda ajal baginda kian hampir. Maka
bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya sebaik-baik orang-orang
yang lebih dahulu berlalu bagimu adalah aku”. Maka aku (Fatimah) pun menangis.
Ketika melihat kesedihanku, maka baginda bersabda,“Apakah engkau tidak redha
sekiranya engkau menjadi pemimpin para wanita alam semesta atau para pemimpin
wanita umat ini”. Maka, aku pun tersenyum.”

Sepeninggalan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, kesihatan Fatimah semakin


merosot kerana ditimpa penyakit dan lantaran kesedihan yang sangat mendalam.
Beliau akhirnya meninggal dunia pada malam selasa, tiga hari sebelum berakhirnya
bulan Ramadhan pada tahun 11 Hijrah. Ketika itu, beliau baru berusia 29 tahun. Maka,
benarlah apa yang pernah disebutkan oleh Rasulullah, bahawa beliau adalah orang yang
pertama sekali dari keluarga baginda yang akan menyusuli pemergiannya.

NISA’ MUBASSYARAT BIL JANNAH!


Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Wanita penghuni syurga yang
paling utama ialah Khadijah bintu Khuwailid, Fatimah bintu Muhammad, Asiah bintu
Muzahim, isteri Firaun dan Maryam bintu Imran”. [Diriwayatkan Ahmad dan Al-
Hakim]

Hadis lain yang berisi khabar gembira buat Saidatina Fatimah sebagai penghuni syurga
ialah hadis yang diriwayatkan oleh Hudzaifah Radiallahu anhu, bahawa Rasulullah
bersabda,

“Malaikat turun kepadaku menyampaikan khabar gembira bahawa Fatimah bintu


Rasulullah adalah pemimpin para wanita penghuni syurga”.

Yang pasti, di dalam kehidupan Saidatina Fatimah Az-Zahra’ Radiallahu anha ini,
banyak riwayat yang mengindikasikan khabar gembira seperti ini. Beliau juga
menduduki tingkat yang istimewa di antara puteri-puteri Rasulullah, sepertimana yang
dinyatakan oleh Ibnul Jauzy Radiallahu anhu, “Kami tidak mengetahui seorang pun di
kalangan puteri-puteri Rasulullah yang menjadi penyandaran hadis selain Fatimah
Radiallahu Anha”. Beliau meriwayatkan 18 hadis dari Rasulullah, yang dimuatkan di
dalam Kutubus-sittah, yang sebahagian di antaranya ditakhrij dalam Ash-Shahihain,
satu hadis Muttafaq Alaihi. Dan cukuplah keberkahan
bagi dirinya kerana keturunan Nabawi hanya berasal darinya.

Semoga paparan kisah Saidatina Fatimah Az-Zahra’ ini bakal dijadikan ikhtibar kepada
para muslimah, lantaran watak peribadinya sebagai model sosok seorang anak yang
berbakti kepada ibu bapanya, isteri yang sabar, wanita ahli ibadah, mujahidah, ibu yang
bertakwa, yang taat,zuhud dan banyak memuji Allah serta mensyukuri nikmatNya.
Semoga Allah meredhai Saidatina Fatimah Radiallahu anha, menempatkan beliau di
makam tertinggi dan sesungguhnya Dia tidak pernah menyalahi janjiNya.

Wallahua’alam bisshowab.

SAIDINA KHALID AL-WALID

Tarikh memeluk
Islam:
Bulan safar tahun 8
Nama: Khalid al-Walid b al- hijrah
Mughirah Gelaran: Saifullah [pedang
BIODA Allah]
Kerjaya: Panglima tentera
TA
Tarikh Lahir: 592 masehi
Tempat lahir: Mekkah al-
Mukarramah
Keturunan: Bani
Makhzum

Nama Bapa: Al-Walid b al-


Mughirah b Abdullah b
Umar b Makhzum
Nama Ibu : Lubabah bte
al-Harith, saudara Tarikh wafat: tahun 21
perempuan Maimunan bte hijrah
al-Harith, isteri nabi Umur Wafat: 60 tahun
Tempat diMaqamkan: Hims,
Syria

-Berwawasan dan bercita-cita tinggi ingin syahid di jalan Allah


-Menyertai setiap peperangan, tetapi terselamat
BERWAWASAN -Katanya”Aku telah menyertai 100 peperangan, setiap inci
tubuhku penuh dgn tikaman,namun aku mati di tempat tidur.
SIFAT MULIA KHALID AL-WALID

-Dalam perang Yarmuk, Panglima Rom dgn angkuhnya


merendah-rendahkan moral tentera Islam dgn berkata,” Jika
TEGAS kamu berundur akan ku berikan setiap seorang pakaian,
makanan dan wang 10 dinar .
-Khalid menjawab dgn tegas,”Kami tidak kesini kerana
kelaparan, tetapi kami kesini kerana dahagakan darah”

-Dlm perang Yarmuk. , beliau sempat berdailog dgn


BERTANGGUNG George[panglima Rom]. Mengajak George peluk Islam.
JAWAB -George peluk Islam di hadapan beliau. George sempat
belajar solat dgn Khalid & mati syahid selepas sempat
menunaikan solat dua rakaat

-Sifat berani menyebabkan Saidina Abu Bakar memilihnya


BERANI memimpin tentera dlm perang Yamamah
-Ditugaskan membunuh Musailamatul Kazzab yg mendakwa
dirinya nabi

Menjadi panglima tentera


menentang Rome dalam
peperangan Yarmuk di Jordan

Memimpin tentera
Islam memerangi Menjadi panglima
SUMBANGA
oarng Murtad perang tentera
N KHALID
dalam Islam ketika Fathu
AL-WALID
peperangan Makkah
Yamamah
Berjaya menggunakan
strategi berkesan
menewaskan tentera musuh
seramai 2000,000 org dlm
peperangan Mu’tah di Jordon.
Tentera Islam 3,000 orang.

Khalid al-Walid yang merupakan panglima tentera Islam yang paling terbilang
sehinggakan Abu Bakar mengatakan bahawa tidak akan ada ibu lagi yang boleh
melahirkan seorang anak seperti Khalid. Sehingga begitu sekali kata-kata itu
menunjukkan kehebatan perang Khalid yang diajar ilmu peperangan oleh ayahanda
sejak kecil. Memanah, mengguna pedang, menunggang kuda dan lain-lain.

Dalam peperangan dengan Parsi, Khalid al-Walid hanya memimpin 4000 tentera Islam
manakala tentera Parsi hanya mempunyai 200,000 orang tentera. Berkat keimanan
mereka, Khalid al-Walid menyusun strategi dengan bijak dan memohon bantuan Allah
agar membantu tentera Islam. ketika mereka tiba di Wilayah Parsi, tentera Islam
mendapati semua kawasan punca air telah dikawal oleh tentera Parsi. Maka , mereka
mengambil kawasan atas bukit. Dengan tentera seramai 4000 orang, Khalid al-Walid
mencadangkan agar mereka menunaikan solat hajat supaya membantu tentera Islam
yang dahaga. Maka, Allah menurunkan huja yang lebat dan tentra Islam menadah bekas
air mereka. Mereka terselamat kerana berada di atas bukit manakala tentera Parsi
ramai yang lemas.

Akhirnya mereka memenangi pertarungan itu. Demi Allah yang Maha Menguasai.
Impian Khalid al-Walid untuk meninggal dunia dalam keadaan syahid tidak kesampaian.
Mungkin kerana berkat doa Nabi Muhammad S.A.W yang berdoa agar Khaid al-Walid
memenangi semua peperangan. Maka Khalid al-Walid digelar Saifullah yang bermaksud
Pedang Allah.

You might also like