You are on page 1of 9

KEMANDIRIAN MASYARAKAT KELURAHAN PANJANG WETAN

(RT 01/RW 07) KOTA PEKALONGAN MELALUI PENERAPAN


BANK SAMPAH “GEMI NGASTITI”

Oleh :
Bangun Satrio N
Imam Santoso

Prakarsa Masyarakat dalam Penataan Ruang


Untuk Kota Lestari
2009
KEMANDIRIAN MASYARAKAT KELURAHAN PANJANG WETAN
(RT 01/RW 07) KOTA PEKALONGAN MELALUI PENERAPAN
BANK SAMPAH “GEMI NGASTITI”

Meningkatnya laju pertambahan penduduk dan tingkat konsumsi masyarakat di


daerah perkotaan Indonesia mengakibatkan terjadinya peningkatan volume dan
keragaman sampah. Pemerintah kota melalui Dinas Kebersihan Kota yang biasanya
menjadi penanggung jawab pengelolaan sampah relative kurang mampu menyediakan
SDM, sarana, dan prasarana yang cukup untuk mengatasi peningkatan volume sampah
tersebut. Sebagai contoh data dari Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Pekalongan
(2004) menunjukan bahwa volume sampah terangkut 1.257 m3 per hari, sedangkan
volume sampah yang dihasilkan masyarakat di Kota Pekalongan sebesar 3.993 m3 per
hari.
Sampah bagi sebagian besar masyarakat kita masih dipandang sebagai sesuatu
yang tidak bernilai ekonomis. Usaha untuk menjadikan sampah sebagai suatu produk
yang bernilai ekonomis masih sangatlah jarang. Dirjen Cipta Karya (1991) menyatakan
pengertian sampah yang umum adalah limbah padat atau setengah padat yang berasal dari
kegiatan manusia dalam suatu lingkungan, terdiri atas bahan organik dan anorganik dapat
dibakar dan tidak dapat dibakar yang tidak termasuk kotoran manusia. Derfinisi lain
dikemukakan oleh Hadiwiyoto (1983), bahwa sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah
mengalami perlakuan baik yang telah diambil bagian utamanya, telah mengalami
pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomis sudah tidak ada harganya
serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian
alam.
Di sisi lain, pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah pun terbatas
pada pengangkutan sampah yang telah terkumpul di TPS-TPS ke TPA. Kebijakan
pemerintah dalam pengelolaan sampah selama ini terlihat dalam penentuan besarnya tarif
retribusi sampah yang hanya ditentukan oleh pemerintah tanpa memperhatikan aspirasi
masyarakat, menyangkut besar kesediaan masayarakat membayarkan uangnya untuk
kegiatan pengelolaan sampah oleh pemerintah.
Salah satu tempat yang menjadi sumber atau ladang sampah di daerah perkotaan
adalah kawasan pinggir sungai. Kawasan di pinggir sungai merupakan daerah yang
banyak dihuni penduduk karena memiliki banyak faktor yang mendukung, baik secara
financial maupun kemudahan. Sungai Loji Pekalongan merupakan sedikit gambaran
bagaimana kehidupan masyarakat di pinggir sungai yang berlangsung secara turun
temurun. Penduduk menganggap sungai di sekitarnya layak sebagai sumber air bersih
pada saat air pasang. Padahal pada saat air surut, akan tampak kampung tepian sungai
kelihatan kotor. Hal itu ditambah dengan perkembangan penduduk dan meningkatnya
laju konsumsi sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan volume dan keragaman
sampah plus Limbah batik yang menjadikan warna sungai menjadikan hitam pekat.
Apabila beban sampah melebihi kemampuan degradasinya maka akan
menyebabkan terjadinya pencemaran air sungai. Banyak pihak yang dirugikan dengan
terjadinya pencemaran air sungai antara lain nelayan, sektor wisata, pemerintah kota, dan
masyarakat kota secara keseluruhan. Sebagai contoh riil terjadinya banjir yang begitu
besar. Kenapa hal itu bisa terjadi? Sampah?
Menindak lanjuti hal tersebut agar tidak memberikan dampak yang lebih berat,
perlu dilakukan sebuah terobosan dalam rangka mewujudkan masyarakat bebas sampah
yaitu melalui penerapan Bank Sampah sebagai lembaga pengelola sampah. Pada
dasarnya, pengembangan Bank sampah ini meliputi kegiatan menabung sampah dari
masyarakat yang nantinya melalui mekanisme yang sudah ditetapkan hasil tabungan
dapat diambil berupa uang, sehingga memberikan pendapatan tambahan. Pengelolaan
Bank Sampah ini mirip dengan bank pada umumnya, namun yang disetorkan dalam
wujud sampah. Setiap nasabah datang dengan kantong sampah yang berbeda. Kantong 1
berisi kantong plastik, kantong kedua sampah kertas, dan kantong ketiga berupa sampah
kaleng atau botol. Ketika menimbang sampah, nasabah akan mendapat bukti setoran dari
petugas teller. Bukti setoran itu akan menjadi dasar penghitungan nilai rupiah sampah,
yang kemudian dicatat dalam buku tabungan. Untuk membedakan, warna buku tabungan
tiap RT dibuat berbeda.
Setelah sampah terkumpul banyak, petugas bank menghibungi tukang rongsok.
Tukang rongsok memberi nilai ekonomi pada tiap kantong sampah milik nasabah.
Catatan nilai rupiah itu, lalu dicocokan dengan bukti setoran dan kemudian dibukukan.
Tiap nasabah memiliki ukuran karung besar, yang tersimpan di bank untuk menyimpan
seluruh sampah yang mereka tabung. Tiap karung diberi nama dan nomor rekening tiap
nasabah. Tujuan nya agar tiap tukang rongsok datang, petugas bank tidak kebingungan
memilah tabungan sampah tiap nasabah.
Keberhasilan pengelolaan sampah ini tergantung dari partisipasi masyarakat,
sebagai penghasil utama sampah. Partisipasi masyarakat pada hakekatnya adalah
keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah dan strategi kebijakan kegiatan,
memikul beban dalam pelaksanaan kegiatan, dan ikut memanfaatkan hasil-hasilnya. Hal
tersebut dapat berupa pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik dalam
proses pewadahan atau melalui pembuatan kompos dalam skala keluarga dan mengurangi
penggunaan barang yang tidak mudah terurai. Sehingga diharapkan penerapan Bank
Sampah ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap TPA sampah yang semakin sulit
didapatkan, meningkatkan efisiensi pengolahan sampah perkotaan serta menciptakan
peluang usaha bagi masyarakat Pekalongan. Sekali lagi pengolahan sampah akan berhasil
dengan baik bila dilakukan dengan cara melibatkan seluruh aktor (stake holders) terkait,
seperti pemerintah, pengusaha, LSM, dan masyarakat sebagai sumber penghasil sampah.
Bila gerakan bank sampah bisa meluas ke berbagai desa, masalah sampah bisa tertangani.
Tak hanya itu, perekonomian masyarakat juga akan ikut membaik, sehingga angka
kemiskinan bisa tertekan.
Atas dasar tersebut, maka sistem bank sampah ini perlu dikembangkan.
Pengembangan bank sampah ini tidak hanya dalam bentuk kegiatan menabung sampah,
tetapi juga mampu menyediakan dana kredit bagi pembiaayaan usaha. Jadi
pengembangan Bank Sampah sekali lagi memainkan peran ganda untuk mensejahterakan
masyarakat yaitu menggerakan tabungan sampah dan memberikan kredit hasil mobilisasi
dana dari masyarakat guna mendorong kegiatan usaha dan yang pasti Kelestarian
lingkungan dapat terjaga dengan baik demi mewujudkan kota masyarakat bebas sampah.
Tujuan organisasi:
1. Memberikan solusi terhadap permasalahan sampah.
2. Meningkatkan kreativitas berpikir dan bertindak dalam kaitannya dengan
peningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Mewujudkan Kota lestari sebagai daerah bebas sampah.
4. Mengembangkan jiwa wirausaha dan penerapannya dengan cara memberdayakan
masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja baru.

Organisasi
Untuk menjalankan organisasi ini, tim yang akan dibentuk terdiri dari direktur
utama, manajer sumberdaya manusia, dan manajer penjualan dan distribusi. Para manajer
akan dibantu oleh karyawan-karyawan yang berasal dari masyarakat setempat.
Keunggulan dan keahlian yang diperlukan dari tim ini adalah sensitivitas yang tinggi
dalam mengenali berbagai permasalahan di masyarakat, daya analisa yang tajam, serta
kemampuan berkomunikasi yang baik, Serta manajemen organisasi yang baik.

Sumberdaya yang dibutuhkan


Kesuksesan organisasi ini dilihat apabila telah meningkatkan produktivitas dari
masyarakat, seberapa besar keterlibatan masyarakat dalam hal ini. Oleh karena itu
dibutuhkan sarana dan prasana pendukung antara lain ruang bangunan sebagai tempat
aktifitas, gerobak sampah sebagai alat pengangkut sampah, meja, kursi, komputer,
kendaraan guna menunjang kegiatan. Untuk sampai ke masyarakat, program sosialisasi
bank sampah ini memerlukan tenaga sosialisasi, promosi, dan publikasi. Faktor lain yang
tidak boleh dilupakan adalah adanya modal kapital untuk mendirikan organisasi.

Deskripsi rencana
Organisasi ini akan didirikan di Kelurahan Panjang wetan (RT 01/RW 07), Kota
Pekalongan sebagai daerah percontohan. Lokasi ini ditetapkan dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
¾ Daerah gersang (merupakan daerah pesisir)
¾ Ketidakpahaman penduduk tentang arti pentingnya memelihara kelestarian
lingkungan
¾ Ketiadaan mata pencaharian alternatif
¾ Ketersediaan tenaga kerja
¾ Kemudahan sarana dan prasarana
¾ Kemudahan transportasi dan distribusi

Tahapan yang harus dilalui agar dapat sampai ke masyarakat:


a. Membentuk Tim Kerja yang solid
b. Membuat mekanisme kerja secara terpadu.
c. Melakukan riset di masyarakat
d. Mengajak partisipasi masyarakat melalui sosialisasi program kerja seperti
penyuluhan, promosi, dan publikasi ke masyarakat setempat
e. Melakukan kerjasama dengan beberapa lembaga terkait

Jenis-jenis sampah
• Sampah organik
- Sisa makanan
- Sisa sayuran dan kulit-kulit buah-buahan
- Sisa ikan dan daging
- Sampah kebun (daun-daunan, rumput)
• Sampah anorganik
- Kertas
- Botol/gelas
- Logam (kaleng)
- Plastik
3 Langkah Penanganan sampah di tingkat Rumah Tangga
1. Dipilah : pisahkan sampah yang mudah busuk dan sampah yang tidak mudah busuk
2. Dibuat kompos : sampah yang mudah busuk seperti bekas makanan dan sayur-sayuran
dapat diolah menjadi kompos
3. Didaur Ulang : sampah yang tidak mudah busuk dapat digunakan kembali,diolah
menjadi barang yang dapat digunakan kembali atau dijual untuk
digunakan ulang oleh orang lain

Rencana Anggaran
Jumlah seluruh biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan program ”Kelurahan Lestari
melalui Kemandirian Bank Sampah ”Gemi Ngastiti” adalah Rp.80.700.000,-(delapan
puluh juta tujuh ratus ribu rupiah). Rincian sumber dana untuk kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut :
No. Nama barang Jumlah Rp. Keterangan
1 Lahan bangunan 1 rumah 30.000.000 sewa
2 Gerobak sampah 1 buah 2.000.000 -
3 meja 5 buah 1.000.000
4 kursi 6 buah 500.000
5 almari 2 buah 1.000.000
6 komputer 1 PC 3.500.000
7 Papan tulis 1 buah 200.000
8 Kartu tabungan 100 buah 500.000
9 Tempat sampah besar 5 buah 1.000.000
10 Tempat sampah kecil 50 buah 2.000.000
11 Karung besar 100 buah 1.000.000
12 Alat tulis dan kantor 1 paket 1.500.000
13 Tanaman penghijauan 6.000.000
14 Biaya operasional 1 tahun 30.000.000
TOTAL ANGGARAN 80.700.000
Perspektif Alur Kerja Bank Sampah

Rumah Tangga
(pemilahan sebagai bagian
gaya hidup)

Pengumpulan
Rumah Tangga BANK SAMPAH & Pengangkutan
(pemilahan sebagai bagian “GEMI NGASTITI’ Terpilah
gaya hidup) (truk, gerobak
terpilah)
Menabung sampah,
mobilisasi dana nya
untuk kredit usaha
Rumah Tangga masyarakat.
(pemilahan sebagai bagian
gaya hidup)

Sosialisasi melalui Penyuluhan,promosi AGEN


dan publikasi secara intensif oleh tim RONGSOK
Penyuluh ke masyarakat

KELURAHAN LESTARI
Produk Akhir yang diharapkan
1. Terbentuknya daerah bebas sampah sebagai wujud Kota lestari
2. Terbentuknya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemilahan sampah
3. Menjadi solusi konkret permasalahan sampah yang selama ini ada
4. Sampah bukan lagi sebagai beban namun dapat memberikan pendapatan
tambahan bagi masyarakat.
5. Bank sampah sebagai lembaga pengelola sampah mampu menjadi tonggak
kemandirian masyarakat.

Rencana Keberlanjutan Program


Rencana jangka panjang dari program ini adalah Pemerintah Kota pekalongan melakukan
upaya-upaya untuk menumbuh kembangkan ”model Kelurahan Lestari” melalui konsep
kemandirian Bank Sampah ”Gemi Ngatiti” serta untuk secara terus menerus mengawal
proses partisipasi masyarakat dalam pembangunan Kota Lestari.

TIM PENGUSUL
1. Nama : Bangun satrio N
No. Hp : 081326999292
Pekerjaan : Mahasiswa S2 Agribisnis UNDIP

2. Nama : Imam Santoso


No. HP : 085640047722
Pekerjaan : Mahasiswa S1 sastra Indonesia UNNES

You might also like