Professional Documents
Culture Documents
JUDUL
2. PENDAHULUAN
Konflik penggunaan lahan merupakan salah satu dari masalah perwilayahan. Konflik
penggunaan lahan terjadi jika antara satu aktivitas memberikan dampak negatif terhadap aktivitas
lain pada lahan yang sama.
Sistem penataan ruang Bekasi hanya mengacu kepada aspek perekonomian saja tanpa
memperhatikan aspek kemampuan dan kesesuaian lahan. Fenomena tersebut menimbulkan
masalah penyimpangan penggunaan lahan di Tangerang. Dalam penataan ruang seharusnya
pembangunan dan system penataan ruang di Bekasi harus mengacu kepada kemampuan dan
kesesuaian lahan. Pemerintah daerah telah melihat masalah ini dan melakukan upaya
pengendaliannya. Namun upaya yang dilakukan pemerintah ternyata belum memberikan hasil
yang memuaskan. Tata guna lahan menerangkan mengenai aktivitas yang ada di atas sebidang
lahan dan intensitas penggunaan lahan. Suatu wilayah biasanya dibagi berdasarkan zona
kawasan untuk mempermudah analisis. Intensitas tataguna lahan diukur sesuai dengan zona
kawasan tersebut. Suatu zona kawasan dapat dikenali dengan jumlah populasi dan intensitas
serta variasi lapangan pekerjaan. Tataguna lahan akan menghasilkan (generate) lalu lintas, yaitu
orang–orang yang akan melakukan perjalanan dari dan ke zona kawasan tersebut.
Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai bagian integral
pembangunan nasional harus ditujukan untuk menjadi landasan kemajuan peradaban dan
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Pembangunan iptek pun harus tetap tanggap
dalam menghadapi perubahan global dan tatanan baru kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam pembangunan iptek juga tidak terlepas dari
tuntutan perubahan tersebut.
Alam berkembang menjadi guru. Sebuah ungkapan bijak dalam menyikapi berbagai
bencana beruntun yang melanda di berbagai belahan kota di Indonesia. Mulai dari ujung Aceh,
Nias, Palembang, Bandung, Alor, hingga Nabire di Papua. Sementara kecemasan akan gempa
bumi yang terus menggoyang (dan ketakutan datangnya tsunami) terus membayangi warga kota
Aceh, Nias, Padang, Bengkulu, Lampung, hingga Palu.
Sungguh naïf apabila kita selalu tergugah dan membangkitkan kesolidaritasan dalam
berkota yang ramah lingkungan jika harus menunggu datangnya bencana secara berulang kali.
Sikap solidaritas sering kali surut dan cepat terlupakan seiring dengan proses waktu tenggelam
dalam banalitas keseharian kehidupan normal yang egosentris sehingga penanggulangan dan
pencegahan bencana ikut pupus, tiba-tiba menjadi basi, dan tidak tuntas dikerjakan bersama.
Bencana yang terus terjadi berulang-ulang seharusnya menimbulkan niat serius
melakukan tindakan antisipasi dan mitigasi bencana agar tahun ini, tahun depan, dan tahun-tahun
seterusnya bencana tersebut tidak terulang kembali, atau setidaknya dampak korban dapat
ditekan semakin kecil.
Perencanaan kota tanggap bencana mensyaratkan perencanaan yang rasional, aplikatif,
dan berorientasi hasil (feasible, implementable, and achievable). Pemerintah (dan masyarakat)
harus proaktif berinisiatif mereformasi perencanaan kota yang tanggap bencana. Kota yang
terbangun kembali harus lebih baik dari sebelumnya. Salah satunya adalah dengan mewujudkan
ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana.
Kota yang terkonsep seharusnya berdasarkan pada pengalaman/kejadian bencana yang
terus terjadi. Kejadian di titik- titik rawan bencana dianalisis dan dijadikan bahan penyusunan
rencana strategis dan program kegiatan pembangunan yang terarah tepat sasaran untuk rencana
mitigasi bencana.
Bencana tidak bisa diperkirakan dengan tepat, tetapi upaya mitigasi bencana tetap perlu
disiapkan untuk meminimalkan korban (nyawa dan harta). Lebih baik mencegah daripada
memperbaiki berulang kali kerusakan yang sama dan boros dana.
Sistem peringatan dini bencana harus dibangun secara menyeluruh, baik di bidang fisik
kota (pembangunan peralatan mutakhir pendeteksi dini dalam sistem kota taman waspada
bencana), dan psikis kota (pendidikan dan pelatihan tanggap dan evakuasi bencana). Hidup di
kota rawan bencana harus mulai dibudayakan kepada seluruh warga kota bahwa bencana bisa
terjadi setiap saat. Untuk itu perlu dipersiapkan bagaimana cara terbaik mengakrabi, waspada,
evakuasi, dan bertahan hidup di daerah rawan bencana. Warga ditumbuhkan budaya sikap hidup
ramah lingkungan dan bencana alam sebagai bagian dari fenomena alam kehidupan sehari-hari.
Kesadaran masyarakat, terutama di titik-titik rawan bencana, untuk sukarela tinggal di
rumah susun sedang (berlantai empat) yang layak huni akan menyisakan ruang-ruang terbuka
sebagai taman kota multifungsi yang signifikan. Taman dapat menjadi ruang evakuasi bencana,
tempat bermain dan belajar alam bagi anak-anak, dan tempat berolahraga (nilai sosial, budaya,
edukatif), taman konservasi kota-paru-paru kota dan daerah resapan air (nilai ekologis dan
estetis), serta tempat tujuan wisata kota (nilai ekonomi).
Sementara itu, sikap hidup tanggap bencana juga harus mulai disosialisasikan dalam
kurikulum pelajaran wajib segala tingkatan, disertai penyusunan panduan dan pelatihan evakuasi
bencana (banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami) di seluruh pelosok perkampungan dan
permukiman kota. Kelak warga tahu persis apa, ke mana, dan bagaimana proses evakuasi harus
dilakukan saat bencana tiba. Selama ini, latihan evakuasi bencana (kebakaran) dan ancaman bom
hanya dilakukan di gedung-gedung perkantoran. Lalu bagaimana dengan evakuasi bencana banjir
dan kebakaran yang sering terjadi di perkampungan padat penduduk, yang notabene belum
memiliki budaya tanggap dan evakuasi bencana.
Pengoptimalan RTH dalam kota taman waspada bencana adalah RTH dirancang sebagai
ruang-ruang evakuasi bencana dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik untuk
memitigasi bencana. Taman-taman dihubungkan jalur pedestrian lebar dan kuat untuk dilalui
kendaraan logistik. Lapangan olahraga (lapangan bola) menjadi tempat ideal penampungan
darurat dan posko penanggulangan bencana yang aman. Bencana yang sering kali menimbulkan
korban massal membutuhkan taman makam yang terencana baik, luas memadai, teknik
penguburan canggih, dan dikelola secara profesional. Prinsipnya efisien, higienis, dan ramah
lingkungan.
4. TINJAUAN PUSTAKA
Ruang publik terbuka khususnya ruang terbuka hijau merupakan salah satu kebutuhan
masyarakat perkotaan saat ini dan itu menjadi paru-paru kota. Di ruang publik terbuka itu, warga
dapat bersosialisasi melalu berbagai kegiatan seperti olahraga, bercengkerama, rekreasi, diskusi,
pameran/bazar, dan lainnya.Anak-anak mungkin bisa bermain dengan leluasa di bawah teduhnya
pohon-pohon yang rimbun. Singkatnya,ini menjadi tempat rekreasi dan olahraga yang
menyenangkan tanpa harus mengeluarkan biaya.
Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang
berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan
hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau
pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan
bentuk dan struktur vegetasinya (Fandeli, 2004).
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang
terbuka hijau di Wilayah Perkotaan. Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau
wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang/jalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa
bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau
tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian,
pertamanan, perkebunan dan sebagainya.
Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem berbasis komputer yang memberikan
empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis, yaitu pemasukan, pengelolaan
atau manajemen data (menyimpan atau pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis serta
keluaran. Pemasukan data ke dalam sistem informasi geografis dilakukan dengan cara digitasi dan
tabulasi. Manajemen data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan
kembali, dan pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Proses manipulasi dan
analisa data dilakukan interpolasi spasial dari data non-spasial menjadi data spasial, mengkaitkan
data tabuler ke data raster, tumpang susun peta yang meliputi map crossing, tumpang susun
dengan bantuan matriks atau tabel dua dimensi, dan kalkulasi peta. Keluaran utama dari sistem
informasi geografis adalah informasi spasial baru yang dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu
tersimpan dalam format raster dan tercetak ke hardcopy, sehingga dapat dimanfaatkan secara
operasional (Anonim, 2002).
Struktur data spasial dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu struktur data vektor dan raster. Struktur data vektor kenampakan keruangan
akan dihasilkan dalam bentuk titik dan garis yang membentuk kenampakan tertentu, sedangkan
struktur data raster kenampakan keruangan akan disajikan dalam bentuk konfigurasi sel-sel yang
membentuk gambar (Anonim, 2002).
Menurut Davis (1996) Sistem Informasi Geografi (SIG) terdiri dari tiga bagian yang
terintegrasi, yaitu : (a) Geografi; dunia nyata, atau realita spasial, atau ilmu bumi (geografi). (b)
Informasi; data dan informasi, meliputi arti dan kegunaanya, dan (c) Sistem; teknologi komputer
dan fasilitas pendukung. Dengan kata lain SIG merupakan kumpulan dari tiga aspek dalam
kehidupan dunia modern kita, dan menawarkan metode baru untuk memahaminya. Selanjutnya
Barus dan Wiradisastra (2000) menyatakan bahwa Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu
sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau
berkoordinat geografi. Burrough dan McDonnel (1986) memberikan definisi Sistem Informasi
Geografi (SIG) dalam konteks alat (toolbox based), sebagai seperangkat alat yang digunakan
untuk mengoreksi, menyimpan, memanggil kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial
dari dunia nyata untuk tujuan tertentu. Dalam konteks basisdata (database based), Aronoff (1989)
menyatakan bahwa Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer
yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi, yaitu pemasukan
data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis serta
keluaran (output). Sedangkan dalam konteks organisasi (organization based), Ozemoy et al. dalam
Burrough dan McDonnel (1986) mendefinisikan Sistem Informasi Geografi (SIG) sebagai
seperangkat fungsi-fungsi otomatis yang professional dengan kemampuan lebih baik dalam hal
penyimpanan, pemanggilan kembali, manipulasi, dan tampilan lokasi data secara geografis.
Informasi penutupan lahan dapat diekstrak langsung melalui proses interpretasi citra atau foto
udara yang kualitasnya baik. Namun demikian, informasi tentang penggunaan lahannya tidak
dapat diketahui secara langsung, oleh karena itu diperlukan pengecekan lapang untuk mengetahui
penggunaan lahan di suatu daerah. Menurut Murai (1996) pengecekan lapang atau disebut juga
ground “truth” didefinisikan sebagai observasi, pengukuran, dan pengumpulan informasi tentang
kondisi aktual di lapangan dalam rangka menentukan hubungan antara data penginderaan jauh
dan obyek yang diobservasi. Dengan demikian, apabila ditemukan perbedaan pola atau
kecenderungan yang tidak dimengerti pada data penginderaan jauh, bisa dilakukan verifikasi
dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) telah banyak digunakan untuk perencanaan
pertanian, industri, dan penggunaan lahan. Analisis terpadu terhadap penggunaan lahan, debit air,
data kependudukan dan pengaruh dari masing-masing data dapat dilakukan. Dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) maka keterkaitan antara faktor yang
mempengaruhi sistem dapat dianalisis (Aronoff, 1989).
5. TUJUAN
Secara khusus tujuan pengajuan proposal disesuaikan dengan tahap pelaksanaan
penelitian, yaitu :
a. Memperoleh pola kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di kota Tangerang
b. Memperoleh pola fisik lingkungan yang sesuai untuk penataan ruang di Tangerang
c. Memperoleh model konseptual dan fungsional zonasi kawasan yang sesuai untuk
penataan ruang dan pembangunan berkelanjutan di kabupaten Tangerang;
d. Memperoleh luasan dan lokasi berdasarkan batas administrasi, kawasan–kawasan yang
sesuai untuk penataan ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana melalui
teknologi GIS dan GPS
e. Memperoleh besar volume lahan yang sesuai untuk pengembangan penataan ruang
terbuka hijau (RTH) dan ruang evakuasi bencana di Tangerang dengan peran serta
stakeholers
6. MANFAAT
Manfaat pengajuan proposal yang dapat diharapkan dari keberhasilan penelitian ini adalah :
a. Mengoptimalkan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan penataan
ruang di Tangerang.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas lingkungan hidup yang berazazkan lestari,
optimal, serasi dan seimbang demi terjaminnya pembangunan yang berkesinambungan di
Tangerang.
c. Meningkatkan sinergi sektor-sektor dalam pengembangan wilayah Tangerang
d. Menghindarkan pemanfaatan dan penataan ruang yang tidak sebagaimana mestinya;
e. Mencegah terjadinya penipisan sumber daya yang ada di Bekasi secara cepat sehingga
dapat menyebabkan bencana dan kemiskinan bagi generasi yang akan datang;
f. Memberikan perluasan wawasan dan pengetahuan khususunya yang berkaitan dengan
ruang terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana untuk penataan ruang dan pembangunan
berkelanjutan di Tangerang.
g. Dapat dijadikan rujukan studi lebih lanjut bagi studi pemanfaatan ruang terbuka hijau
(RTH) dan ruang evakuasi bencana di daerah-daerah lainnya yang ada di Indonesia.
7. SASARAN
Sasaran pelaksanaan peran serta stakeholders dalam mewujudkan ruang terbuka hijau
(RTH) dan ruang evakuasi bencana melalui teknologi GIS dan GPS adalah pemerintah Tangerang
yang turut serta dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dalam penataan ruang kota
Tangerang.
8. METODE PELAKSANAAN
Melihat kondisi yang sangat mengkhawatirkan, tentunya diperlukan segera penanganan yang
serius, yang terintgerasi dan komprehensip. Hal yang penting dilakukan dalam mewujudkan ruang
terbuka hijau dan ruang evakuasi bencana adalah memetakan daerah-daerah yang memiliki
potensi ancaman dari berbagai aspek.
Peneliti menekankan agar UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang dapat dilaksanakan di
Bekasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap perwujudan dan kualitas ruang
karena perencanaan tata ruang merupakan kunci yang menentukan tingkat keberhasilan
dalam mencapai tujuan dari penataan ruang itu sendiri.
Dalam program penerapan Ipteks bagi masyarakat dengan mengikutsertakan pemerintah
mensosialisasi UU No. 26/2007 tentang penataan ruang diharapkan segenap masyarakat Bekasi
diharapkan mampu melaksanakan penataan ruang dengan semangat untuk meningkatkan
kepedulian terhadap perwujudan dan kualitas ruang di sekitar kita, meningkatkan peran
masing-masing pemangku kepentingan dengan menumbuhkembangkan kapasitas
kelembagaan dan sumberdaya manusia yang peduli penataan ruang, menyelesaikan RTRW
Provinsi, Kabupaten dan Kota sesuai jadwal yang terkandung di dalam UU No. 26/2007,
menyelesaikan RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota secara simultan dengan penyusunan
pedoman pelaksanaan dan peraturan yang konsisten, serta menata ruang secara bersama untuk
kita semua tanpa kecuali bencana banjir dan tanah longsor, krisis pangan akibat berkurangnya
lahan pertanian, serta menurunnya kinerja infrastruktur akibat pertambahan penduduk di
daerah perkotaan. Untuk mengantisipasi isu tersebut, bahwa pelaksanaan UU No. 26/2007
sebaiknya didasarkan pada spirit yang terkandung di dalam pasal-pasalnya, berupa
keterpaduan, keserasian, keselerasan, keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan
keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan, kemitraan, perlindungan kepentingan umum,
kepastian hukum, keadilan, akuntabilitas.
Ruang terbuka hijau (RTH) di setiap kota memiliki tiga fungsi penting yaitu fungsi ekologis,
sosial, ekonomi dan evakuasi. Dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang disebutkan,
jumlah RTH di setiap kota harus sebesar 30% dari luas kota tersebut. RTH perkotaan adalah
bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman
dan vegetasi. Fungsi ekologis RTH yaitu untuk meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir,
mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro. Selain itu RTH memiliki fungsi sosial-ekonomi
sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota.
Sementara fungsi evakuasi antara lain untuk tempat pengungsian saat terjadi bencana alam.
RTH juga dapat mengurangi kadar polutan seperti timah hitam dan timbal yang berbahaya
bagi kesehatan manusia.
Untuk merealisasikan keberadaan RTH diperlukan komitmen kuat dari semua pihak baik
pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Upaya
tersebut antara lain mendorong pengembangan permukiman vertikal. Dengan tinggal di
permukiman yang vertikal, maka akan menggunakan lahan yang lebih sedikit, sehingga
lahan lainnya dapat dimanfaatkan untuk RTH.
Terdapat tiga strategi yang dibangun terkait dengan penataan ruang, yaitu pertama,
dibidang pendidikan dengan kurikulum berbasis kawasan, kedua, menjaga stabilitas ekonomi
jangan sampai ada monopoli, ketiga, menerapkan pemerintahan yang transparan dan selalu
interaktif dengan masyarakat.
Apresiasi dan sosialisasi NSPM ini merupakan arahan dalam melakukan rumusan
penyusunan rencana tata ruang yang optimal, serasi, dan selaras serta harmonis dengan
lingkungannya, serta memberikan pemahaman yang sinergis dalam merumuskan kegiatan
rencana tata ruang dan sistem pengendalian pemanfaatan ruang kepada para stakeholder
terkait.
Adapun metode yang akan dikeluarkan dalam mewujudkan ruang terbuka hijau (RTH) dan
ruang evakusi bencana evakuasi bencana di Bekasi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Pengumpulan referensi yang berhubungan dengan wilayah Tangerang
b. Pengumpulan data sekunder dari Badan Perencanaan Daerah dan Pembangunan
(BAPPEDA) di Tangerang,
c. Pembuatan model konseptual masukan, proses dan keluaran untuk sosialisasi UU No.
26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di
Tangerang.
d. Pembuatan model fungsional masukan, proses dan keluaran untuk sosialisasi UU No.
26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di
Tangerang,
e. Implementasi model fungsional Penataan Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana
Tangerang,
f. Verifikasi hasil analisis sosialisasi UU No. 26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang
terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.
g. Pelatihan sosialisasi UU No. 26/2007 Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan
evakuasi bencana di Tangerang.
h. Pembuatan model konseptual dan fungsional instrumen sosialisasi UU No. 26/2007
Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Bekasi yang
disebarkan kepada masyarakat yang berada di Tangerang,
i. Identifikasi jumlah masyarakat yang akan diberikan sosialisasi UU No. 26/2007 Penataan
Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.
j. Kunjungan lapangan untuk menyebarkan angket melalui pertemuan yang dikoordinir oleh
fasilitator lapangan yang juga penanggung jawab kemitraan antara pihak masyarakat dan
aparatur pemerintah di daerah,
k. Pertemuan antara para peneliti, fasilitator lapangan, masyakarat, aparatur pemerintah dan
pihak swasta melalui forum diskusi kelompok untuk lebih mengenali dan mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman bagi kegiatan sosialisasi UU No. 26/2007
Penataan Ruang tentang Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.
l. Catatan hasil pertemuan disepakati oleh para peserta yang hadir sebagai dasar
rekomendasi kepada para pengambil kebijakan terkait dengan Ruang terbuka hijau dan
evakuasi bencana di Tangerang.
m. Simulasi kelayakan Ruang terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.
n. Pengambilan kesimpulan dan pemberian rekomendasi wilayah untuk penataan Ruang
terbuka hijau dan evakuasi bencana di Tangerang.
o. Pembuatan, penyerahan dan publikasi kegiatan kepada para pemangku kepentingan
(stakeholders).
p. Seminar hasil.
Ketua Peneliti :
Nama : Devita Nurfijriasri, SPd.
Bidang Keakhlian : Struktur dan bangunan, Analisis Spasial (arcView)
Anggota Penelitian I :
Nama : Dr Dra Rina Marina Masri, MP
NIP : 19650530 199101 2 001
Jabatan fungsional : Lektor
Pangkat / Golongan : Penata Muda Tingkat I / III – d
Bidang Keakhlian : Analisis Sistem dan Permodelan
Pengampu Kuliah : Teknik Penyehatan
Ilmu Ukur Tanah
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Anggota Penelitian II
Nama : Dr Ir Drs H Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
NIP : 19641018 199101 1 001
Jabatan fungsional : Lektor Kepala
Pangkat / Golongan : Pembina / IV- a
Bidang Keakhlian : Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Pengampu Kuliah : Ilmu Ukur Tanah
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Pengukuran dan Pemetaan I
Pengukuran dan Pemetaan II
12. PERKIRAAN BIAYA
No Uraian Unit Cost/Unit Cost
1. Bahan Habis
a. Bahan Peta 10 Rp. 1.000.000,00 Rp. 10.000.000,00
b.Instrumen penelitian 20 Rp. 500.000,00 Rp. 10.000.000,00
c. Model DTM 20 Rp. 500.000,00 Rp. 10.000.000,00
d.Laporan penelitian 10 Rp. 50.000,00 Rp. 500.000,00
e. Artikel penelitian 10 Rp. 50.000,00 Rp. 500.000,00
f. Tinta printer A4 40 cartridge Rp. 250.000,00 Rp. 10.000.000,00
g. Tinta plotter A1 40 cartridge Rp. 250.000,00 Rp. 10.000.000,00
h. Flash disk 512 MB 40 buah Rp. 250.000,00 Rp. 10.000.000,00
i. Kertas HVS A4 200 rim Rp. 50.000,00 Rp. 10.000.000,00
j. Poster & Setting Lumpsum Rp. 500.000,00 Rp. 500.000,00
k. Kertas HVS A1 40 rol Rp. 250.000,00 Rp. 10.000.000,00
l. Sofrware DTM Lumpsum Rp. 7.500.000,00 Rp. 7.500.000,00
m. Software CAD Lumpsum Rp. 10.000.000,00 Rp. 10.000.000,00
Sub-Total Rp. 99.000.000,00
2. Manajemen :
a. Penelitian 4 bulan Rp. 1.750.000,00 Rp. 7.000.000,00
b. Keuangan 4 bulan Rp. 1.750.000,00 Rp. 7.000.000,00
c. Administrasi 4 bulan Rp. 1.750.000,00 Rp. 7.000.000,00
Sub-Total Rp. 2 1.000.000,00
3. Honorarium :
a. Ketua Peneliti 4 bulan Rp. 4.000.000,00 Rp. 16.000.000,00
b. Anggota Peneliti I 4 bulan Rp. 3.500.000,00 Rp. 14.000.000,00
Anggota Peneliti II 4 bulan Rp. 3.500.000,00 Rp. 14.000.000,00
Anggota Peneliti III 4 bulan Rp. 3.500.000,00 Rp. 14.000.000,00
Sub-Total Rp. 58.000.000,00
4. Lain-lain :
Sewa LCD 2 unit 15 hr Rp. 100.000,00 Rp. 3.000.000,00
Sewa digitizer A3 2 unit 5 hr Rp. 300.000,00 Rp. 3.000.000,00
Sewa notebook 2 unit 5 hr Rp. 400.000,00 Rp. 4.000.000,00
Sewa plotter A1 1 unit 10 hr Rp. 200.000,00 Rp. 2.000.000,00
Sewa GPS navigasi 1 unit 40 hr Rp. 50.000,00 Rp. 2.000.000,00
Sewa Waterpass 2 unit 20 hr Rp. 100.000,00 Rp. 4.000.000,00
Sewa Theodolite 2 unit 20 hr Rp. 100.000,00 Rp. 4.000.000,00
Sub-Total Rp. 22.000.000,00
2009 : Mengikuti Pelatihan Mengurai Kemacetan Lalulintas di Kota Bandung dengan Teknik
Virtual Reality (VR) di JPTS FPTK UPI Bandung.
2008 : Mengikuti Pelatihan GIS Innovation Challenge “GIS for Our Lifestyle” di ITB Bandung.
BIDANG KEAHLIAN
Teknik Sipil (Konsentrasi Struktur dan Konstruksi)
PENGALAMAN KERJA
2009 : Menganalisis pada penelitian ”Analisis Spasial Untuk Kesesuian Lahan Perumahan
Menggunakan Perangkat Lunak ArcView Kabupaten Bandung” (menggunakan Arcview
3.3)
2008 : Tim Peyusun Buku Teknik Survei dan Pemetaan untuk SMK di
Tanda Tangan :
PENDIDIKAN
2009 : Memperoleh gelar Doktor dari Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
2002 : Memperoleh gelar Magister Pertanian dari Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran
Bandung.
1989 : Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik dari Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
IKIP Bandung.
PELATIHAN
2004 : Memperoleh sertifikat pelatihan AMDAL B Plus dari Program Studi Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (setara 70 jam pelatihan).
2003 : Memperoleh sertifikat pelatihan AMDAL A Plus dari Program Studi Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (setara 70 jam pelatihan).
2001 : Memperoleh sertifikat pelatihan GIS (Geographical Information Sistem) di Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional, Cibinong Bogor.
1998 : Mengikuti pelatihan TOEFL di Balai Bahasa IKIP Bandung.
1996 : Memperoleh sertifikat pelatihan GIS (Geographical Information Sistem) di Dellasonta Computer
Center di Bandung.
BIDANG KEAKHLIAN
Analisis Sistem dan Permodelan, Teknik Sipil, Evaluasi Lahan, Lingkungan (Konstruksi Bangunan,
Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Manajemen Konstruksi, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan / AMDAL).
PENGALAMAN PROFESIONAL
2008 : Konsultan perencana untuk Kajian Implikasi Undang-Undang No 26 Tahun 2007 terhadap Sistem
Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman (Kota Padang, Palembang, Banjarmasin
dan Makasar) di Deputi Pengembangan Kawasan Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat
Jakarta.
2005 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pertambangan Batu Bara di
Mamuju.
2005 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pertambangan Batu Bara di
Bayah.
2004 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pertambangan Batu Bara di
Bojongmanik.
2004 : Konsultan lingkungan untuk Pengembangan Model dan Tipologi Agropolitan di Tujuh Kabupaten di
Pulau Jawa.
2004 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Bogor Agribisnis Center di
Kota Bogor.
2003 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Tempat Pembuangan
Sampah Akhir (TPA) di Anyer Kabupaten Serang.
2003 : Konsultan lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pangrango Internusa Plaza
(PIP) di Kota Bogor.
2002 : Konsultan perencana pada penelitian Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi
Kesesuaian Lahan di Kabupaten Sumedang.
2002 : Konsultan perencana pada penelitian Zonasi Kawasan Perumahan Berwawasan Lingkungan
Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Bandung.
2002 : Ketua Tim Evaluasi Lahan Pasca Industri Genteng di Kabupaten Majalengka.
1998 : Civil Engineer pada Konstruksi Pembangunan Klinik Rancaekek di Kabupaten Bandung.
PENELITIAN (5 TAHUN TERAKHIR)
2008 : Implementasi Perancangan Berbantuan Komputer pada Tugas Terstruktur Jalan Rel untuk
Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Teknik Sipil (Penelitian Hibah Kompetitif Internal
Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).
2007 : Aplikasi Model Eksplanatoris pada Mata Kuliah Praktikum Ilmu Ukur Tanah untuk Meningkatkan
Pemahaman Mahasiswa D3 Teknik Sipil FPTK UPI (Penelitian Hibah Kompetitif Internal
Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).
2007 : Analisis Sosial Ekonomi Pembibitan dan Budidaya Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas
Linnaeus) untuk Menghasilkan Bahan Bakar Nabati yang Ramah Lingkungan (Penelitian
Fundamental DP3M Dikti Depdiknas Jakarta).
2007 : Perbandingan Alokasi Hutan Hasil Analisis Spasial Kepmenhut SK-79/2001 dengan Kemampuan
Lahan BPDAS di Kabupaten Bandung
2007 : Model Dinamis Alokasi Lahan Kawasan Perumahan dan Konservasi Kawasan Lindung di Kawasan
Bandung Utara.
2003 : Model Dinamis Pendidikan dan Kesempatan Kerja di Kota Bandung Jawa Barat (Penelitian Hibah
Pembinaan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung).
2002 : Zonasi Kawasan Perumahan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Bandung
(Penelitian Hibah Pembinaan Univeristas Pendidikan Indonesia di Bandung).
2001 : Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh bagi Evaluasi Kemampuan Lahan di
Kabupaten Sumedang (Penelitian Hibah Pembinaan Universitas Pendidikan Indonesia di
Bandung).
PRESENTASI MAKALAH (5 TAHUN TERAKHIR)
2008 : Tinjauan Hukum terhadap Polusi Kebisingan : Sumber, Baku Mutu, Pemantauan dan
Pengelolaannya (Pembicara pada Seminar Hukum Lingkungan yang diselenggarakan oleh
Himpunan Mahasiswa Fakultas Hukum UNIKOM Bandung).
2003 : Aplikasi GIS untuk Zonasi Kesesuaian Lahan Perumahan di Kabupaten Bandung.
2001 : Hubungan Luas Lahan Sawah Beririgasi dengan Produktivitas Gabah Kering Giling di Kabupaten
Subang.
Tanda Tangan :