You are on page 1of 11

Sajak-sajak Sakit Hati

‘Rianti Tayu Syafna’

1. Maafkan aku jika kutabur


Sedihku, galauku dan sesakku di beranda
ini.
Bukan mencari perhatianmu
Atau sekadar ingin mengasihaniku.
Sebab akupun tak butuh dkasihani.
Akupun tak rapuh.
Tapi, beginilah caraku bisa melupakanmu.
Mengubur rasa diantara kenangan yang
masih berlarian.

Sajak Sakit hati Page 1


2. Jika menurutmu menyembunyikanku
Dan mengasingkanku dari masalahmu
Adalah jalan bisa menyelesaikan
masalahmu
Dan untuk menguji kesetiaanku untukmu
Maka kau salah.
Sebab secara perlahan,
Kau telah menikam hatiku dengan belati
dustamu.
Mungkin aku tetap bertahan,
Sebab aku tlah blajar cara sederhana
Melepasmu dari hidupku.

Sajak Sakit hati Page 2


3. Aku sedang memulai belajar
Cara embun bangunkan pagi.
Cara mentari memeluk siang,
Cara awan saga merah menyapa senja.
Cara bintang mendekap malam dalam sunyi.
Dan cara hatiku memeluk sepi dan
kesendirian
Diantara kebisingan di sekitarku.
Maka, kelak jangan kau tanyakan
Mengapa salju tak jua mencair
di kutub utara hatiku kini dan nanti.

Sajak Sakit hati Page 3


4. Aku akan baikbaik saja tanpamu.
Seperti mengutip perkataan k.Anam
"Merelakan kepergian adalah memahami
arti cinta
dalam penafsiran yang berbeda.
Dan kepergian adalah awal penyatuan yang
sebenarnya".
Sebab itu, aku ikhlas jika kau tak inginkan
hadirku lagi.
Sebab, keagungan cintaku ada
ketika tak ada airmata yang menitik
diwajahku dan dihatiku pula.
Dan kerelaanku melepasmu.

Sajak Sakit hati Page 4


5. Sungguh hujan kali ini
Memberiku warna resah
yang beraneka.
Bukan pelangi, yang membuatku teduh,
Bukan pula awan senja
yang ingin kudekap.
Tapi, sebentuk rasa
yang ingin ku tuang dalam danau hatiku.
Entah, aku hanya ingn sendiri kini.
Menghitung detakan jam
Menuju malam yang jadi kawanku.

6. Sebab aku mencintaimu.


Bukan berarti kutundukkan
rasaku dan logikaku untukmu.
Sebab rasa sejati yang kumiliki
dan kuberikan hanya Kepada Tuhanku.

Sajak Sakit hati Page 5


7. Aku janji, tidak akan menemui rindu.
Jika rindu menyapaku
aku tidak akan menoleh lagi
sebab rindu pernah menghempasku

8. Aku terluka.
Luka yang tak berdarah
tapi menenggelamkanku ke kolam berdarah
hingga makin memerihkan lukaku.

9. Aku tak pernah berniat


menanam benih kebencian
hanya karna secuil salah
yang pernah tertampar dihatiku.
Khilaf tertajam saja
pernah kau tikamkan padaku
telah bisa kuikhlaskn sebuah maaf.
Maka, jangan merasa sebersalah itu
karna aku tak ingin
ada yang menitik di beningnya wajahmu,
maniezt

Sajak Sakit hati Page 6


10. Aku mengantongi sedihku
untuk kusimpan sendiri.
Membiarkannya melebur
Bersama senja
di atas awan merah saga.

11. Ketika perasaan dan pikiran


berseteru.
Emosi membuncah hingga ke ubun-ubun
Namun tertahan dikedalaman logika.
Bisakah keduanya terpisahkan
Ataukah saling bersenyawa tiap saat?
Menurutku, Hanya kata 'sabar dan ikhlas
kunci'nya.

Sajak Sakit hati Page 7


12. Tuhanku, betapa resah ini
semakin menguasai pikirku.
Bahkan, hampir merobohkan ragaku.
Tatapku kosong,
tapi tetap tertuju padaMU.
Karna Engkaulah tempatku mengadu.
Tangisku tercipta
diantara doa yang kuucap padaMU.
Tuhanku, hanya EnGKAU cintaku kini.
Yang bisa memberi kekuatan
dari lemahnya daku.
Pintaku, papah aku ke kedalaman imanku
agar keragu-raguanku terkikis
secara perlahan.

Sajak Sakit hati Page 8


13. Hingga nafas senja akan kembali
temuiku.
Resah ini enggan beranjak dariku.
Senyum Yang kupapar seolah enggan
berbagi pula.
Semoga SujudKU disore ini
bisa luruhkan bara yang membakar
di batin dan ragaku.
Semoga Tuhanku memapahku
beranjak temuiNYa dengan Sempurna.

14. Aku sepakat dengan hatiku,


Ruhku bahkan logikaku
bahwa sekejap cemburu
bertamu siang tadi
hingga sore ini padamu.
Entah, pintaku disujudku baru saja
Agar tak sampai senja nanti
bisa normal kembali.
Tapi, bukankah?
sedikit cemburu adalah tanda aku
begitu mencintamu, kekasih?

Sajak Sakit hati Page 9


15. Hampir saja serpihan kilatan api
menjilati hatiku.
Lalu, segera kubenam dalam samudra
logikaku
agar tak membayang di telaga batinku.

16. Takkan kubiarkan rinduku


meleleh siang ini
hanya karna panaz yang menggelegar
dibatin dan ragaku kini.

17. Dan, aku pun menikmati sendiriku


Sepiku, sibukku, bahkan ramaiku
yang sengaja kucipta untukku saja.
Dan, jika pun kau inginkan senyumku
kuberikan untuk pelipur dukamu, katamu.
Maka, aku tak akan beranjak dulu
sebelum aku memapar senyum untukmu.

Sajak Sakit hati Page 10


18. Membunuh sepi
dengan mendekap malam.
Tak ingin memberi ruang
bagi pikirku untuk merindumu dulu

Makassar, 25 November 2009

Sajak Sakit hati Page 11

You might also like