Professional Documents
Culture Documents
I. PERTANYAAN :
1. Jelaskan tentang kasus Marsinah !
2. Menurut Anda, apakah kasus Marsinah ini merupakan pelanggaran
HAM atau bukan ?
3. Kalau ada Novum, bagaimana proses pengajuannya ? Jelaskan !
II. JAWABAN :
Latar Belakang
Pada pertengahan April 1993, para buruh PT. CPS (Catur Putra
Surya)—pabrik tempat kerja Marsinah—resah karena ada kabar
kenaikan upah menurut Sudar Edaran Gubernur Jawa Timur.
Dalam surat itu termuat himbauan pada para pengusaha untuk
menaikkan upah buruh sebesar 20% dari upah pokok. Pada
minggu-minggu tersebut, Pengurus PUK-SPSI PT. CPS
mengadakan pertemuan di setiap bagian untuk membicarakan
kenaikan upah sesuai dengan himbauan dalam Surat Edaran
Gubernur.
Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1993 seluruh buruh PT. CPS tidak
masuk kerja, kecuali staf dan para Kepala Bagian. Hari itu juga,
Marsinah pergi ke kantor Depnaker Surabaya untukmencari data
tentang daftar upah pokok minimum regional. Data inilah yang
ingin Marsinah perlihatkan kepada pihak pengusaha sebagai
penguat tuntutan pekerja yang hendak mogok.
Tanggal 4 Mei 1993 pukul 07.00 para buruh PT. CPS melakukan
unjuk rasa dengan mengajukan 12 tuntutan. Seluruh buruh dari
2
Kematian Marsinah
Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang definisi HAM pada pasal 1 butir ke-1 jo
pasal 9 butir ke-1 UU No. 39 tahun 1999, dikaitkan dengan dengan
adanya fakta kejadian tersebut diatas, serta didukung oleh
pernyataan Komnas HAM dalam laporan tahunannya pada tahun
2007, maka pembunuhan terhadap Marsinah dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran HAM, namun bukan
termasuk dalam kategori pelanggaran HAM berat (vide pasal 7 UU
No. 26 tahun 2000), sebagaimana halnya dalam kasus
pembunuhan aktifis HAM lainnya yaitu antara lain Munir yang
dalam nampak dalam proses hukumnya dengan diterapkannya
pasal-pasal dalam KUHP tentang pembunuhan, bukan pasal-pasal
dalam UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Apabila ada Novum (Bukti Baru) dalam kasus Marsinah, dapat diajukan
melalui mekanisme Peninjauan Kembali (PK) yang prosesnya dilakukan
dengan cara permintaan PK tersebut diajukan pemohon kepada
panitera Pengadilan Negeri (PN) yang memutus perkara tersebut dalam
tingkat pertama. Selanjutnya PK tersebut diteruskan oleh PN kepada
Mahkamah Agung (MA) (vide pasal 264 KUHAP), dengan catatan
bahwa jangka waktu daluwarsa dalam kasus dimaksud belum
terlampaui / lewat, dalam Kasus Marsinah ini, mengingat pasal KUHP
dengan ancaman hukuman terberat yang diterapkan yaitu pasal 340
KUHP, yaitu pidana mati atau penjara seumur hidup, maka jangka
waktu daluwarsanya adalah 18 (delapan belas) tahun (vide pasal 78
butir 1 ke-4 KUHP), yang jatuh pada tanggal 9 Mei 2011.
Referensi :
1. www.tempointeraktif.com
2. M. Yahya Harahap, S.H. Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP; pemeriksaan sidang pengadilan, banding,
kasasi dan peninjauan kembali.Penerbit Sinar Grafika/Edisi
Kedua Cetakan Keenam 2005/Jakarta.
3. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM.
4. UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.