You are on page 1of 10

Penyakit Kaki Gajah atau Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing

Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.


Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki. Penyakit ini cukup banyak ditemukan di Indonesia.
Cara Penularan
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah tertular
sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain
pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghipas darah orang tersebut.
Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk
dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat
menular dengan sangat cepat.
Gejala klinis
Gejala Filariais Akut dapat berupa:
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul
lagi setelah bekerja berat
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak
(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan
terasa panas (early lymphodema)
Gejala klinis yang kronis berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai,
lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
Diagnosis
Bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan gejala klinis, diagnosis
dilakukan dengan pemeriksaan darah jari yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu
setempat. Seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis, apabila dalam darah ditemukan
mikrofilaria.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
• Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular
• Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan
nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat
perindukan nyamuk
• Membersihkan semak-semak disekitar rumah
-oOo-
Referensi:
Pusat Informasi Penyakit Infeksi
FILARIASIS
Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria
yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila
tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat
bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga memnjadi
beban keluarga, masyarakat dan negara. Di Indonesia penyakit Kaki Gajah tersebar luas
hampir di Seluruh propinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu
tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai
lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survai laboratorium,
melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta
orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk
ketularan karena nyamuk penularnya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai
tuntas

WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global ( The Global Goal of Elimination of Lymphatic
Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020 (. Program eliminasi dilaksanakan
melalui pengobatan missal dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun dilokasi
yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah
kecacatan dan mengurangi penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi penyakit kaki
gajah secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan. Perluasan wilayah
akan dilaksanakan setiap tahun. Penyebab penyakit kaki gajah adalah tiga spesies cacing
filarial yaitu; Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Vektor penular : Di Indonesia
hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia,
Aedes & Armigeres yang dapat berperan sebagai vector penular penyakit kaki gajah.

Cara Penularan :
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit
nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut
mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung
microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit
kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap
kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama 3 ? 5 hari, Demam
dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah
bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan,
panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial
abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan
mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang
terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ;
berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah
zakar (elephantiasis skroti).
Diagnosis
Filariasis dapat ditegakkan secara Klinis ; yaitu bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan
tanda-tanda dan gejala akut ataupun kronis ; dengan pemeriksaan darah jari yang dilakukan
mulai pukul 20.00 malam waktu setempat, seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis,
apabila dalam sediaan darah tebal ditemukan mikrofilaria. Pencegahan ; adalah dengan
berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector ( mengurangi kontak dengan vector)
misalnya dengan menggunakan kelambu bula akan sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah
dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau obat nyamuk baker, mengoles
kulit dengan obat anti nyamuk, atau dengan cara memberantas nyamuk ; dengan
membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk,
menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk ;
membersihkan semak-semak disekitar rumah.
Pengobatan :
secara massal dilakukan didaeah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine
Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5 ? 10 tahun, untuk
mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan Parasetamol ; dosis obat untuk sekali
minum adalah, DEC 6 mg/kg/berat badan, Albenzol 400 mg albenzol (1 tablet ) ; pengobatan
missal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai < 1 % ; secara individual / selektif; dilakukan
pada kasus klinis, baik stadium dini maupun stadium lanjut, jenis dan obat tergantung dari
keadaan kasus.

Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis)


Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular yang
disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit
nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa maka
berkembanglah menjadi penyakit tersebut.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun
demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat
mengganggu aktifitas sehari-hari.
Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari WHO,
urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan
(India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara
Thailan dan Indonesia (Asia Tenggara).
Penularan Penyakit Kaki Gajah
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah tertular
sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain
pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghisap darah orang tersebut.

Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk
dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat
menular dengan sangat cepat.
 Tanda dan Gejala Penyakit Kaki Gajah
Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki gajah umumnya terjadi pada usia kanak-kanak, dimana
dalam waktu yang cukup lama (bertahun-tahun) mulai dirasakan perkembangannya.
Adapun gejala akut yang dapat terjadi antara lain :
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi
setelah bekerja berat

• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak
(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan
terasa panas (early lymphodema)

Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap
(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Kaki Gajah
Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah,
Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya
muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam
saja (nocturnal periodicity).
Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki
gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan membran,
Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan.
Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO
adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan
peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil sample
darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus dimalam hari.
# Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kaki Gajah
Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah
membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita, sehingga tingkat
penularan dapat ditekan dan dikurangi.
Dietilkarbamasin {diethylcarbamazine (DEC)} adalah satu-satunya obat filariasis yang
ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat makrofilarisidal dan
mikrofilarisidal. Obat ini tergolong murah, aman dan tidak ada resistensi obat. Penderita
yang mendapatkan terapi obat ini mungkin akan memberikan reaksi samping sistemik dan
lokal yang bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat simtomatik.

Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan oral


sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3
jam, dan diekskresi melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikanpada anak berumur
kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau
dalam keadaan lemah.
Namun pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah (sudah membesar) karena tidak
terdeteksi dini, selain pemberian obat-obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan
seperti tindakan operasi.
 Pencegahan Penyakit Kaki Gajah
Bagi penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk memeriksakan kedokter
dan mendapatkan penanganan obat-obtan sehingga tidak menyebarkan penularan kepada
masyarakat lainnya. Untuk itulah perlu adanya pendidikan dan pengenalan penyakit
kepada penderita dan warga sekitarnya.
Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing sangatlah penting untuk memutus mata
rantai penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting
untuk mencegah terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah tersebut.
JAKARTA (Pos Kota) –Berdasarkan data Departemen Kesehatan sudah 318 kabupaten
dan kota dinyatakan endemis filariasis (penyakit kaki gajah). Dengan kondisi tersebut
berarti jumlah penyebaran penyakit ini sudah diatas satu persen.
“Artinya, orang yang positif kena cacing filaria di dalam darahnya jumlahnya di atas 1
persen. Ini berdasarkan uji sampel terhadap penduduk di wilayah itu,” kata Sholeh Imari,
ahli epidemologi yang juga staf Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Depkes di Jakarta, Jumat (20/11).
Ia menambahkan, penyakit ini sudah memprihatinkan karena 11.699 kasus kronis,
sedangkan prevalensi endemis filaria di Indonesia adalah 19 persen. “Yang tertinggi
prevalensinya ada di Papua mencapai 38 persen,” kata Sholeh.
Penyakit kaki gajah merupakan penyakit kronik yang disebabkan parasit cacing filarial yang
menyerang dan merusak sistem kelenjar getah bening (limfa) sehingga mengakibatkan
pembengkakan pada tangan, kaki, payudara, alat kelamin.
Akibat penyakit ini adalah cacat seumur hidup. Penyebaran penyakit melalui gigitan
nyamuk. Berbagai jenis nyamuk bisa menjadi penghantar mikrofilaria (anak cacing filaria),
mulai nyamuk rumahan, anopheles, aedes, armigeres, dll.

Ketua Komite Ahli Pengobatan Filariasis (KAPFI) Prof. Dr. dr. Purwantyastuti, M.Sc., Sp.FK
mengatakan, obat anti filariasis aman digunakan. Sesuai analisis yang dilakukan, kematian 8
orang warga Bandung bukan karena minum obat filariasis (kaki gajah). Dari 8 kasus kematian,
3 kasus kematian ternyata tidak minum obat filariasis yang dibagikan saat pengobatan massal
yang dimulai 10 November 2009. Sedangkan 5 kasus kematian lainnya terjadi karena penyakit
lain yang telah diderita sebelumnya.
Mengenai banyaknya warga yang berobat ke RS Majalaya usai pengobatan massal,
disebabkan rasa ketakutan terhadap efek samping yang timbul. Sebetulnya efek samping obat
filariasis ringan yaitu mual, muntah, pusing dan nyesek sebagai akibat matinya mikrofilaria yang
ada dalam tubuh. Sebagian besar dari mereka yang berobat ke rumah sakit hanya diobservasi
dan diobati dengan antesida dan Omeperazole kemudian dipulangkan, ujar Prof. Purwantyastuti
kepada para wartawan pada jumpa pers hasil investigasi yang dipimpin Menkes dr.Endang R.
Sedyaningsih, MPH, Dr. PH di Jakarta 17 November 2009.
Menkes mengatakan, pemerintah tetap meneruskan program pengobatan massal untuk
memberantas dan mencegah penularan penyakit filariasis (kaki gajah) di tanah air sehingga
pada tahun 2020 Indonesia bebas dari penyakit yang ditularkan berbagai jenis nyamuk
tersebut.
”Semua obat untuk pengobatan massal sudah terlebih dahulu melalui penelitian, jadi sudah
pasti aman. Sosialisasi pun sudah dilakukan tetapi tidak ada salahnya ditingkatkan lagi agar
para kader dan masyarakat tahu persis prosedurnya, kata Menkes.
Menkes mengatakan, sejak tahun 2002 pemerintah melakukan pemberian obat anti filariasis
massal untuk mencegah penyebaran filariasis di daerah endemis. Disebut endemis jika di
wilayah itu ada satu persen atau lebih penduduknya mengidap mikrofilaria dalam darahnya.
Prosedur pencegahan untuk eliminasi filariasis telah direkomendasikan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) pada tahun 1977. Pengobatan massal anti filariasis juga telah dilakukan di lebih
50 negara di wilayah Afrika, Amerika, Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Midetaria Timur yang
mencakup 496 juta orang.
Negara-negara anggota WHO telah sepakat membebaskan dunia dari penyakit kaki gajah
tahun 2020 dengan berupaya menerapkan berbagai strategi termasuk pemberian obat secara
massal.
Di Indonesia, filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Hingga 2008, jumlah
kasus kronis filariasis mencapai 11.699 kasus di 378 kabupaten/kota. Sedangkan sebanyak 316
dari 471 kabupaten/kota telah terpetakan secara epidemiologis endemis filariasis. Berdasarkan
hasil pemetaan didapat prevalensi mikrofilaria di Indonesia 19% dari seluruh populasi Indonesia
yang berjumlah 220 juta orang, berarti terdapat 40 juta orang didalam tubuhnya mengandung
mikrofilaria. Mereka inilah sumber penularan penyakit kaki gajah, kata Menkes.
Hasil investigasi.
Ketua KAPFI memastikan kematian delapan warga Bandung Jawa Barat, tidak terkait dengan
pemberian obat anti filariasis secara massal. ”Hasil analisis yang dilakukan setelah pemberian
obat massal tanggal 10-16 November menunjukkan dari 8 orang yang dilaporkan meninggal,
tiga orang diantaranya tidak meminum obat anti filariasis dan lima orang lainnya meninggal
karena penyakit yang sudah diderita sebelumnya, ujar Prof. Dr. Purwantyastuti.
”Tiga dari lima orang yang meninggal setelah mengkonsumsi obat anti filariasis tersebut
menunjukkan tanda serangan jantung dan dua lainnya memperlihatkan gejala stroke. Informasi
itu diperoleh dari formulir data keluhan pasien yang diisi petugas kesehatan saat yang
bersangkutan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Jadi kesimpulan itu diambil
berdasarkan hasil kajian mengenai reaksi obat, keluhan pasien dan diagnosisnya”, ujar Prof.
Purwantyastuti.
Secara rinci dia menjelaskan, reaksi yang muncul setelah minum obat membutuhkan waktu
antara satu hingga empat jam. ” Jadi kalau kejadiannya sebelum itu bisa dipastikan bukan
karena pengaruh obat ”, ujarnya.
Dia menegaskan kematian lima warga Bandung tidak berhubungan dengan reaksi obat anti
filariasis. Efek samping yang sering muncul adalah pusing, mual. ”Itu bisa terjadi jika orang
tersebut mengidap mikrofilaria, setelah minum obat, cacing dewasa dan anak cacing akan mati
dan itu menimbulkan alergi, mual dan nyeri tetapi tidak membahayakan, ujarnya.
Prof. Purwantyastuti menambahkan, obat yang diberikan secara massal kepada warga
Kabupaten Bandung untuk mencegah penyakit kaki gajah terdiri atas diethylcarbamazinecitrate
(DEC), albendazol (obat cacing) dan parasetamol (obat penurun panas).
Obat-obat tersebut, sudah digunakan sejak puluhan tahun silam dan terbukti aman, tidak
pernah ada laporan kejadian efek samping yang membahayakan, apalagi menyebabkan
kematian. Dosis pemberiannya pun lazim, kata Prof. Purwantyastuti yakni enam miligram per
kilogram berat badan. Penimbangan berat badan warga memang tidak dilakukan, namun
pemerintah menggunakan perhitungan berat badan rata-rata per kelompok umur yang dinilai
cukup aman.
Obat itu harus diberikan setiap tahun selama 5 tahun berturut-turut untuk memastikan seluruh
cacing filaria yang ada di dalam tubuh mati. Pemberian DEC, memang menimbulkan efek
samping seperti pusing, mual, demam, muntah selama beberapa hari, apalagi kalau diminum
sebelum makan. ” Lebih baik sakit sebentar, daripada menderita seumur hidup karena cacat
akibat cacing filaria”, ujarnya.
Penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria
(Brugia malayi, Brugia timori dan Wucheria brancofti) yang ditularkan oleh semua jenis nyamuk
(Culex, Anopheles, Mansonia dan Aedes). Penyakit ini menyerang saluran dan kelenjar getah
bening serta menyebabkan kecacatan seumur hidup, kata Ketua KAPFI.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks:
52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id,
info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.
DIarsipkan di bawah: DEMAM BERDARAH,MALARIA,FILARIASIS, P2MPL | Ditandai: HASIL
INVESTIGASI :KEMATIAN 8 ORANG WARGA BANDUNG BUKAN KARENA MINUM OBAT
FILARIASIS DINKES BANGGAI, KEMATIAN 8 ORANG WARGA BANDUNG BUKAN KARENA
MINUM OBAT FILARIASIS

Kaki gajah adalah penyakit akibat larva cacing filaria yang ditularkan oleh nyamuk, baik itu
nyamuk rumah, got, hutan atau rawa. Cari tahu cara menghindarinya karena kalau sudah kena
dan kaki terlanjur bengkak seperti gajah sulit untuk kembali normal dan menanggung derita
seumur hidup. “Penyakit kaki gajah adalah penyakit yang sangat menyeramkan, karena selain
mengganggu penampilan dan menyulitkan aktivitas, penderita juga biasanya mendapat stigma
buruk dari lingkungan,” ujar ahli penyakit dalam, Prof Nelwan SpPD dalam acara jumpa pers
hasil investigasi kasus filariasis di gedung Departeman Kesehatan RI, Jakarta, Rabu
(18/11/2009). “Tapi yang harus diketahui masyarakat adalah, seseorang yang sudah menderita
kaki gajah atau yang kakinya sudah bengkak luar biasa, tidak bisa menularkan penyakitnya lagi.
Justru mereka yang kelihatannya sehat dan belum mengalami pembengkakan, tapi punya larva
mikrofilarialah yang bisa menularkan penyakit itu pada orang lain,” ujar Dr Solah, ahli
epidemiologi yang juga hadir pada kesempatan itu. Masalahnya adalah, kita tidak pernah bisa
tahu orang sehat mana saja yang sudah terinfeksi larva mikrofilaria. Padahal tiap hari nyamuk
berkeliaran di sekitar kita. Oleh karena itu, seseorang dianjurkan untuk sebisa mungkin
menghindari gigitan nyamuk dimana saja.
Sementara itu, ahli parasitologi Prof. Saleha Sungkar, MD, DAP&E, MS mengatakan bahwa
yang menjadi penyebab kaki gajah sendiri bukanlah larva cacing filaria, tapi anak cacing filaria
itu, yang disebut dengan larva mikrofilaria. Untuk mengetahui apakah seseorang punya larva itu
atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan larva dalam tubuh. Namun larva itu hanya bisa
terdeteksi malam hari, karena mikrofilaria hanya keluar pada malam hari saja. “Jadi kalau mau
dites harus malam hari, antara waktu magrib sampai subuh,” jelasnya. Menurut Prof. Saleha,
cacing yang hidup dalam tubuh manusia itu seperti parasit. “Mereka hanya numpang, tidak
berniat membunuh. Tapi dengan kehadiran mereka dalam tubuh, metabolisme tubuh jadi
terganggu,” katanya. Kalau cacingnya filaria, maka larva mikrofilaria yang dibawa oleh nyamuk
akan menyumbat pembuluh dan kelenjar limfe sehingga tidak bisa mengalir ke seluruh bagian
tubuh dengan lancar. Akibatnya, terjadilah pembengkakan organ tubuh, seperti pada lengan,
kaki atau alat kelamin. Seseorang yang sudah terinfeksi larva mikrofilaria selam 10-14 hari
adalah mereka yang paling berisiko sebagai mesin penular penyakit kaki gajah. “Mereka masih
kelihatan normal dan tidak bergejala. Jadi satu-satunya cara untuk mencegah penularannya
adalah memutus rantai penyebaran menggunakan obat. Ini akan lebih mudah ketimbang
membunuh nyamuk pembawa larva itu yang jumlahnya sangat banyak,” jelas Saleha. Pada
tahap awal, biasanya penderita akan mengalami demam berulang, ada benjolan yang terasa
nyeri pada lipatan paha atau ketiak, dan teraba adanya urat seperti tali yang berwarna merah
dan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak. Sedangkan pada tahap lanjut (kronis) akan
terjadi pembesaran yang hilang timbul pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara dan
alat kelamin wanita. “Kalau benjolannya ditekan tapi balik lagi, itu masih bisa diobati dan
disembuhkan total. Tapi jika sudah sangat parah bisa dioperasi, tapi itu pun hanya untuk
memperbaiki penampilan saja, tidak bisa kembali ke bentuk normalnya,” ujar Saleha. Untuk itu,
penggunaan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole untuk mencegah
penyebaran larva mikrofilaria sangat dianjurkan, terutama di daerah yang sudah mencapai
tingkat endemi. “Disebut daerah endemi jika tingkat penyebarannya mencapai 1 persen.
Makanya kami memutuskan melakukan pengobatan massal di daerah Bandung karena tingkat
endeminya sudah 2 persen,” jelas Dirjen PP&PL, Prof Tjandra Yoga. Konsumsi obat harus
dilakukan terus menerus selama setahun sekali, jika sudah 5 tahun cacing baru benar-benar
mati. Meski ada efek samping setelah konsumsi obat, namun efek itu akan hilang dalam waktu
3-4 hari. “Lebih baik menderita 3 hari daripada menderita seumur hidup gara-gara penyakit itu,”
kata Saleha. Ada beberapa tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk penular kaki gajah yaitu
hutan, tanaman air, got/saluran air, rawa-rawa, hutan bakau dan sawah. Agar aman dari gigitan
nyamuk penyebab kaki gajah, cegah dengan cara: Tidur menggunakan kelambu Lubang angin
(ventilasi) rumah ditutup kawat kasa halus Memasang obat nyamuk Memakai obat gosok anti
nyamuk Membersihkan tempat-tempat perindukan nyamuk Melakukan penyemprotan untuk
membunuh nyamuk dewasa Mengikuti program pengobatan massal filariasis di puskesmas
Memeriksa diri ke puskesmas atau dokter bila tetangga atau keluarga terkena filariasis

You might also like