You are on page 1of 24

Cycas rumphii

A.Nama Tumbuhan
1.Nama Ilmiah
: Cycas rumphii
2.Sinonim
: Cycas circinalis L.
3.Nama Lokal
: Pakis haji
4.Familia
: Cycadaceae
5.Ordo
: Cycadales
6.Simplisia
: Biji
7. Area Distribusi : India, Srilangka, Asia Tenggara termasuk
Indonesia, Australia, Mikronesia
8. Pemakaian secara
: Biji (diolah menjadi tepung) dapat dimakan. Daun
Tradisional dan cara untuk pembersih sehabis melahirkan & daun yang
pemakaian
paling muda dimakan sebagai sayur. Getah untuk
disentri : 15 tetes getah batang + 1 sendok makan
madu + gelas air matang, diminum sehari dua
kali sama
banyak pagi dan sore.
9. Pemakaian Umum
10. Efek Samping
11. Riset

: a. Tanaman hias
b. Tanaman pantai
: Biji mentah (hijau) beracun
: Tapal dari biji dan pepagan dipakai untuk
menyembuhkan pegal-pegal dan gangguan

kulit.

B.
4.
5.
6.

Ciri Umum
Habitus
Batang
Percabangan

C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

: Pohon/ perdu, menyerupai Palm, mempunyai


tuber, tinggi 6 cm
: Tegak, bulat, permukaan kasar, cokelat kehijauan
: Monopodial

Daun
Jenis Daun
Filotaksis
Bentuk & Ukuran Daun
Margo folii
Basis folii
Apex folii
Permukaan Daun

a. Warna :

atas

: Majemuk Pinnatus
: Rozet batang
: Menyirip : P= 1-1,5 cm dan L=20-30 cm
: Integer
: Obtusus
: Runcing

: hijau

bawah : hijau muda

b. Tekstur :
Cycas rumphii

A.Nama Tumbuhan
1.Nama Ilmiah
: Cycas rumphii
2.Sinonim
: Cycas circinalis L.
3.Nama Lokal
: Pakis haji
4.Familia
: Cycadaceae
5.Ordo
: Cycadales
6.Simplisia
: Biji
7. Area Distribusi : India, Srilangka, Asia Tenggara termasuk
Indonesia, Australia, Mikronesia
8. Pemakaian secara
: Biji (diolah menjadi tepung) dapat dimakan. Daun
Tradisional dan cara untuk pembersih sehabis melahirkan & daun yang
pemakaian
paling muda dimakan sebagai sayur. Getah untuk
disentri : 15 tetes getah batang + 1 sendok makan
madu + gelas air matang, diminum sehari dua
kali sama
banyak pagi dan sore.
9. Pemakaian Umum
10. Efek Samping
11. Riset

: a. Tanaman hias
b. Tanaman pantai
: Biji mentah (hijau) beracun
: Tapal dari biji dan pepagan dipakai untuk
menyembuhkan pegal-pegal dan gangguan

kulit.

B.
4.
5.
6.

Ciri Umum
Habitus
Batang
Percabangan

: Pohon/ perdu, menyerupai Palm, mempunyai


tuber, tinggi 6 cm
: Tegak, bulat, permukaan kasar, cokelat kehijauan
: Monopodial

C. Daun
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis Daun
Filotaksis
Bentuk & Ukuran Daun
Margo folii
Basis folii
Apex folii
Permukaan Daun

: Majemuk Pinnatus
: Rozet batang
: Menyirip : P= 1-1,5 cm dan L=20-30 cm
: Integer
: Obtusus
: Runcing

a. Warna :
b. Tekstur :

atas
atas

1. Nervatio
2. Stipulae

bawah : hijau muda


bawah : licin

: Penninervis
:-

10. Catatan tambahan

D.

: hijau
: licin

: Yang ditanam terutama examplar yang


betina karena yang jantan berbau tidak
enak

Bunga

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bentuk Bunga
: Masih sederhana
Jumlah & Warna Sepal
:Jumlah & warna petal : Jumlah stamen
: Panjang 3-5 cm
Kedudukan ovarium
:Infloresensi
:Braktea/brakteola
:Rumus Bunga
:-

Buah
1. Tipe buah
2. Bentuk & ukuran
3. Warna

F.

: Drupa
: Bentuk bulat, ukuran 3-5 cm
: Cokelat Oranye

Lain-lain

1.
2.
3.
4.
5.

Getah & warna getah : Ada,warna putih


Bau (aromatik dll)
:Sulur
:Duri
: Duri batang
Umbi
: Umbi batang
:6. Rhizoma

Pasted from
<http://ff.unair.ac.id/sito/index.php?search=Cycas+rumphii&p=1&mode=search&more=true
&id=127>
atas

: licin

1. Nervatio
2. Stipulae

10. Catatan tambahan

D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

bawah : licin
: Penninervis
:-

: Yang ditanam terutama examplar yang


betina karena yang jantan berbau tidak
enak

Bunga
Bentuk Bunga
: Masih sederhana
Jumlah & Warna Sepal
:Jumlah & warna petal : Jumlah stamen
: Panjang 3-5 cm
Kedudukan ovarium
:Infloresensi
:Braktea/brakteola
:-

8. Rumus Bunga

:-

Buah
1. Tipe buah
2. Bentuk & ukuran
3. Warna

F.

: Drupa
: Bentuk bulat, ukuran 3-5 cm
: Cokelat Oranye

Lain-lain

1.
2.
3.
4.
5.

Getah & warna getah : Ada,warna putih


Bau (aromatik dll)
:Sulur
:Duri
: Duri batang
Umbi
: Umbi batang
:6. Rhizoma

Pasted from
<http://ff.unair.ac.id/sito/index.php?search=Cycas+rumphii&p=1&mode=search
&more=true&id=127>
LAPORAN PRAKTIKUM 1 TAKSONOMI PHANEROGAMAE
PINOPHYTA (GYMNOSPERMAE)

Nama
NIM
Kelas
Kelompok
Semester
Asisten

Oleh:
: Rini Sulastri
: 1410160067
: Biologi B
:3
: IV
: 1. Eva Purnama Sari

2. Zaenal Mustopa

LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2012
PINOPHYTA (GYMNOSPERMAE)
I.
TUJUAN
1. Untuk menemukan ciri-ciri familia-familia dalam kelas Cycadopsida,
Gnetopsida, dan Coniferopsida.
2. Mengklasifikasikan masing-masing spesimen berdasarkan karakteristiknya.
II.

DASAR TEORI
Gymnospermae adalah tumbuhan berpembuluh yang menghasilkan biji.
Gymnospermae berbeda dengan tumbuhan berbunga (Angiospermae)
karena bakal biji pada tumbuhan Gymnospermae telanjang, tidak tertutup
oleh daun buah (carpel). Bakal biji terdapat pada daun yang bermotidifikasi
atau pada ujung-ujung daun tertentu. Bakal biji tersebut bersama-sama
membentuk kerucut (Strobilus). Tumbuhan Gymnospermae ini memiliki
habitus semak, perdu, atau pohon. Akarnya merupakan akar tunggang,
batang tumbuhan tegak lurus dan bercabang-cabang.
Gymnospermae tidak memeliki bunga yang sesungguhnya, sporofil
terpisah-pisah atau membentuk stabilus jantan dan strobilus betina. Pada
umumnya berkelamin tunggal namun ada juga yang berkelamin dua.
Penyerbukan pada Gymnospermae hamper selalu dengan cara
anemogami ( bantuan angin ). Waktu penyerbukan sampai pembuahan
relative panjang. Gymnospermae dibagi menjadi 4 kelas namun sekarang
dianggap sebagai divisi tersendiri, yaitu:

Cycadophyta ( sebagai kelas berakhiran psida, sehingga menjadi Cycadopsida )


Pinophyta ( Pinopsida )
Gnetophyta ( Gnetopsida )
Ginkgophyta ( Ginkgopsida )

Pinophyta atau Gymnospermae merupakan suatu kelompok tumbuhan


yang sudah ada sejak zaman Palaeozoikum. Kelompok-kelompok yang
lebih kecil dari Pinophyta berkembang pada akhir Palaeozoikum dan awal
mesozoikum kemudian menyusut pada akhir mesozoikum seiring dengan
punahnya dinosaurus. Pada kenozoikum hanya tinggal 4 kelas dengan
adanya penambahan kelompok Gnetopsida. Di daerah tropis hanya
ditemukan 3 kelas yaitu Cycadopsida, Coniferopsida, dan Gnetopsida.

Kelas Ginkgopsida hanya ditemukan di daerah subtropics seperti jepang,


China dan Aerika utara.
III.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
Buku gambar
Alat tulis
- Gnetum gnemon

- Bahan :
- Cycas rumphii
- Pinus merkusii

IV.
LANGKAH KERJA
1. Mengambil specimen tumbuhan kemudian amti secara bergantian untuk
setiap karasteristik.
2. Mengamati habitusnya dan percabangan bantang dan bentuk tajuk.
3. Mengamti daun yang termasuk jenis daun, pertulangan daun, dan duduk
daun.
4. Mengamati secara rinci struktur alat perkembangbiakannya, membedakan
antara stobilus jantan dan betina. Memperhatikan juga apakah strobilus tersebut
berada pada satu tanaman atau berbeda tanaman.
5. Khusus Gnetum gnemon dan memperhatikan habitusnya dan alat
perkembangbiakannya berupa kerucut jantan maupun betina tersusun dalam
bentuk bulir. Mengamati kerucut jantan , dimana letak benang sarinya dan pada
kerucut betina tunjukan perianthumnya. Menyebutkan cirri-ciri
spesifiknya Gnetum gnemon yang menyerupai tumbuhan angiospermae.
6. Membuat gambar dan klasifikasi masing-masing specimen berdasarkan
spesifikasi yang telah diamati.

V.

PEMBAHASAN
Berdasakan pengamatan yang kami lakukan pada praktikum
Taksonomi Phanerogamaemengenai Pinophyta pada
beberapa spesimen divisi Pinophyta berdasarkan karakteristiknya serta ciri
umum meliputi batang, daun, strobilus, mikrosporofil, makrosporofil dan
distribusi seks-nya. Dari kelas Cycadopsida kami mengamati
tumbuhan Cycas rumphii (Pakis haji), dari kelas Gnetopsida kami
mengamati Gnetum gnemon (Melinjo) dan dari kelas Coniferopsida kami
mengamati tumbuhanPinus merkusii (Pinus).
Pengamatan pertama yaitu pada Cycas rumphii (Pakis haji).
Klasifikasi Cycas rumphii (Pakis haji) :
Regnum : Plantae
Divisi
: Pinophyta
Class
: Cycadopsida
Ordo
: Cycadales
Famili
: Cycadaceae
Genus
: Cycas
Spesies
: Cycas rumphii
Berdasarkan pengamatan pertama pada Cycas rumphii (Pakis haji) yang
kami amatiberkelamin betina, hal ini ditunjukkan dengan strobilusnya
berupa makrosporofil dan adanya megasporofil. Sebagian besar anggota
Cycadophyta hidup di daerah tropis dan subtropics. Pada umumnya

anggota Cycadophyta adalah tanaman yang berukuran


besar, Habitus Cycas rumphii(Pakis haji) pohon hampir mirip dengan
palma, dan berkayu dengan percabangan monopodial, dimana kuncup
terminal selalu merupakan bagian vegetatif dan hanya akan mati kalau
terjadi kerusakan. Bentuk penampang batang Cycas rumphii (Pakis haji)
adalah bulat (silindris). Daunnya termasuk daun majemuk pinatus yang
paripinatus hal ini ditunjukkan oleh ujung daunnya yang bercabang. Tepi
daunnya rata (entire), duduk daun/filotaksis yang dimilikiny adalah roset
batang atau roset apikal. berumah dua (dioucieous) dimana alat kelaminya
yakni strobilusnya terpisah antara jantan dan betinanya. Strobilus jantanya
letaknya terminal, sedangkan strobilus betinanya letaknya aksilar. Jumlah
makrosporofil dan mikrosporofilnya banyak. Maskrofilnya terletak aksilar
sedangkan mikrosporofil terletak di terminal.

Strobilus betina Cycas rumphii (Pakis haji).


Strobilus jantan Cycas
rumphii (Pakis haji).
Berdasarkan pengmatan pada Cycas rumphii (Pakis haji) betina
memiliki Megasporofil yang seperti bulu ayam, tersusun longgar di ujung
batang atau tersusun rapat. Terdapat ovul sebagai bakal biji yang
jumlahnya delapan.
Berdasarkan referensi, beberapa Cycas rumphii (Pakis haji) yang besar
dapat dimakan bagian teras batangnya, karena mengandung pati dalam
jumlah yang lumayan. Selain itu, Cycas rumphii(Pakis haji) biasa ditanam
orang sebagai penghias pekarangan rumah.
Pengamatan kedua yaitu pada Pinus merkusii (Pinus).
Klasifikasi Pinus merkusii (Pinus) :
Regnum : Plantae
Divisi
: Pinophyta
Class
: Coniferopsida
Ordo
: Coniferales
Famili
: Coniferaceae
Genus
: Pinus
Spesies
: Pinus merkusii
Berdasarkan pengamatan kedua pada Pinus merkusii (Pinus) yang
meupakan spesies yangbanyak tumbuh di daerah dingin. Habitus Pinus
merkusii (Pinus) adalah pohon yang berkayu karena mengandung lignin,
umumnya tidak keras dan tidak berwarna hijau dengan satu batang
utama.Termasuk pola percabangan monopodial yaitu jika batang pokok
selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat
pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya. Bentuk penampang batang
tumbuhan ini adalah bulat/silindris ditunjukkan oleh batangnya dari pangkal
sampai ke ujung hampir tidak ada perbedaan, melainkan memiliki besar
yang sama.
Filotaksis/duduk daun Pinus merkusii (Pinus) adalah
berbekas/fascicied. Pertulangandaunnya adalah bertulang sejajar atau

bertulang lurus (rectinervis). Bentuk daunnya adalah jarum yang panjang


dengan duduk daun tersebar. Selain itu Pinus mercusii memiliki daun
dengan tepi daun rata (Entire), terdiri dari daun tunggal (Folium
Simplex) yang terdiri dari satu helai daun tanpa adanya persendian
(artikulasi) pada dasar.
Pinus merkusii (Pinus) termasuk tumbuhan berumah satu (Monoceus)
dimana alatperkembangbiakannya berupa strobilus jantan dan betina dapat
ditemukan dalam satu pohon. Letakstrobilus jantannya
terminal sedangkan letak betinanya aksilaris. Berdasarkan
pengamatan,strobilus betina lebih besar daripada yang jantannya. Memiliki
jumlah makrofil banyak letak melingkar dan jumlah mikrofilnya 6 nodus
terletak di terminal dengan posisi yang tersebar. Pada strobilus betina
terdapat bagian berupa makroklorofil, terdapat sayap yang dilindungi oleh
integumen luar. Sedangkan pada strobilus jantan bentuknya lonjong, kecil
dan berwarna kekuningan berjumlah banyak. Mikrofilnya mudah terbawa
angin sehingga penyerbukan Pinus merkusii (Pinus) dibantu oleh angin
yang disebut dengan istilah anemogami.

Strobilus jantan Pinus merkusii (Pinus)


Strobilus betina Pinus
merkusii (Pinus)
Pinus merkusii (Pinus) mempunyai banyak manfaat buat Manusia sebagai
Obat. Pohon ini banyak dijumpai didaerah yang berbukit dan pegunungan
serta sekarang sudah di tanam sebagai pohon Industri. Pohon pinus yang
biasa kita lihat didaerah pegunungan menghasilkan getah yang sangat
berguna. Hasil dari getah pinus itu bisa menghasilkan minyak terpentin
yang mengandung senyawa terpene yaitu salah satu isomer hidrokarbon
tak jenuh dari C10 H163 terutama monoterpene alfa-pinene dan betapinene, terpentin biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan
cat minyak,bahan campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk
mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia lainnya.
Aroma terpenting harum seperti minyak kayu putih, karena keharumannya
itu terpentin bisa digunakan untuk bahan pewangi lantai atau pembunuh
kuman yang biasa kita beli, tapi ada lagi kegunaan lain dari terpentin
sebagai bahan baku pembuat parfum, minyak esensial dari getah pinus ini
diekstrak sehingga bisa menghasilkan terpinol yaitu alfa-terpinol merupakan
salah satu dari 3 jenis alkohol isomer beraroma harum. Pohon Pinus di
anggap produktif kalau sudah berumur sekitar 10 sampe 15 tahun namun
itu masih belum maksimal tapi sudah bisa di hasilkan getah yang bagus
walaupun hasilnya tidak begitu banyak. Karena untuk mendapatkan getah
itu pohon pinus harus di sadap (di coak bagian pohonnya pake alat
khusus).
Pengamatan ketiga yaitu pada Gnetum gnemon (Melinjo).
Klasifikasi Gnetum gnemon (Melinjo) :
Regnum : Plantae
Divisi
: Pinophyta

Class
: Gnetopsida
Ordo
: Gnetales
Famili
: Gnetaceae
Genus
: Gnetum
Spesies
: Gnetum gnemon
Berdasarkan pengamatan pertama pada Gnetum gnemon (Melinjo) yang
kami amatiberkelamin betina, karena tampak dari strobilus yang
dihasilkannya. Gnetum gnemon (Melinjo)merupakan satu-satunya contoh
yang diamati dalam kelas Gnetopsida. Merupakan tumbuhan yang
habitusnya pohon dengan batang yang berkayu serta pola percabangan
monopodial. Daunnya jenismajemuk dengan tepi yang rata atau entire,
duduk daunnya berhadapan serta memiliki pola pertulangan daun yang
menyirip (penninervis). Merupakan tumbuhan yang diceous (berumah
dua)dimana strobilus jantan dan betina terpisah pada pohon berikutnya,
letak keduanya adalah sama-sama aksilaris. Jumlah mikrosporofil dan
makrosporofil banyak dan berkarang. Dalam satu nodus biasanya terdapat
6 ovul yang berbentuk oval.

Strobilus jantan Gnetum gnemon (Melinjo) Strobilus betina Gnetum


gnemon (Melinjo)
Habitus bijinya yang terbuka atau lebih tepatnya sifatnya lebih mendekati
tumbuhan berbiji terbuka. Artinya semakin mendekati sifat tumbuhan berbiji
terbuka maka Pinophyta ini sudah semakin maju.
Gnetum gnemon (Melinjo) jarang dibudidayakan secara
intensif. Manfaatnya yaitu kayunya dapat dipakai sebagai bahan papan dan
alat rumah tangga sederhana. Daun mudanya (disebut
sebagai so dalam bahasa Jawa ) digunakan sebagai bahan sayuran
(misalnya pada sayur asem ). Bunga (jantan maupun betina) dan bijinya
yang masih kecil-kecil (pentil) maupun yang sudah masak dijadikan juga
sebagai sayuran. Biji melinjo juga menjadi bahan baku emping ..Kulitnya
bisa dijadikan abon kulit melinjo.

VI.

KESIMPULAN

Berdasarkan paktikum
Taksonomi Phanerogamae mengenai Pinophyta pada
beberapaspesimen dan pembahasan di atas dapat disimpukan :
1. Pinophyta memiliki 3 kelas, yakni Cycadopsida, Conifeopsida, dan
Gnetalopsida
2. Kelas Cycalopsida diwakili oleh spesies Cycas rumphii dari familia
Cycaceae. Kelas Coniferopsida diwakili yaitu Pinus mercusii. Untuk kelas
Gnetalopsida diwakili oleh Gnetum gnemon.
3. Ciri dari ordo Cycadales adalah memiliki bentuk seperti paku tiang dengan
duduk daun roset.
4. Ciri dari ordo Coniferales adalah memiliki perubahan bentuk daun serupa
jarum seperti pada Pinus
5. Ciri dari Ordo Gnetales adalah ovulumnya lebih tertutup dari ordo yang
lainnya sehingga dikatakan lebih maju seperti pada Gnetum gnemon.
6. Semakin jauh kekerabatnnya/kemiripannya dengan tumbuhan paku dan
lebih mirip dengan tumbuhan berbiji tertutup maka dapat dikatakan bahwa
tumbuhan tersebut sudah lebih maju dari yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Fitografi
Muspiroh, Novianti dkk. 2012. Panduan Praktikum Taksonomi Panerogamae.
Cirebon: IAIN Syekh Nurjati.
Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang : UM Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/melinjo (diakkses 23 Maret 2012 pukul 15.00 WIB)
http://en.wikipedia.org/wiki/pakishaji (diakkses 23 Maret 2012 pukul 15.00 WIB)
http://www.plantamor.com/index.php (diakses 26 Maret 2012 pukul 20.00 WIB)
Pasted from <file:///D:\Semester%20IV\TtT\PAKIS%20HAJI.docx>

PAKIS HAJI

Apakah tanaman sikas itu???


Cycas rumphii adalah salah satu jenis pakis haji (Cycas) yang umum ditemukan
di Nusantara. Tumbuhan ini asli berasal dari kepulauan ini dan apabila orang
menyebut "pakis haji", maka yang dimaksud biasanya adalah C. rumphii ini.
Tumbuhan ini biasa ditanam orang sebagai penghias pekarangan rumah dan
batangnya mengandung pati yang dapat dimakan.
Nama "rumphii" diambil dari nama seorang peneliti berkebangsaan Jerman dari
abad ke-18 yang pernah meneliti tumbuhan di Kepulauan Maluku, Georg Eberhard
Rumpf (Rumphius).

Ciri-ciri tanaman Sikas


Tanaman Sikas atau nama latinnya Familia Cycadaceae, merupakan tanaman hias
yang bentuk daunnya yang menyerupai bulu dan tumbuh mengarah ke luar dari
batang. Warna daunnya yang hijau gelap tapi mengkilap membuat tanaman ini
mudah dikenali dan digemari oleh pecinta tanaman di seluruh dunia.
Tanaman Sikas sangat mudah dikenali. Tanaman yang mirip dengan Palem ini
memiliki daun seperti bulu dan daunnya tumbuh mengarah menjauhi / keluar dari
batang. Warna daunnya hijau tua yang mengkilap. Panjang daun sangat bervariasi,
tergantung dari jenis tanaman Sikas. Ada beberapa orang Indonesia menyebut
tanaman Sikas sebagai "Pakis Haji". Anggapan ini tentu saja tidak sepenuhnya salah
karena tanaman Sikas memang secara morfologis mendekati tanaman Pakis.

Menanam dan menumbuhkan tanaman sikas


Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan didalam menanam dan menumbuhkan
tanaman sikas yaitu : Tehnik menanam/vegetasi, Tanah, Cahaya, Pupuk, dan Hama.

Diposkan oleh tanamanhias di 23.25 Tidak ada komentar:


Pasted from <http://penggemartanamanhias.blogspot.com/>

Jumat, 29 Juni 2012


ARTIKEL BIJI Cycas rumphii
Karakteristik

A.
Ciri ciri Tumbuhan Biji (Spermatophyta)
Istilah Spermatophyta berasal dari bahasa Yunani, sperma berarti biji
dan phyta berartitumbuhan. Setelah mempelajari tumbuhan yang memiliki spora
meliputi Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta, selanjutnya Anda akan
mempelajari tentang tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Lihatlah beraneka ragam
tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan Anda, seperti rumput, mangga, jagung,
anggrek, mawar, dan sebagainya.
Tanaman Sikas, merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tumbuhan tingkat
rendah, masuk ke dalam kelas Cycadaceae. Secara sekilas, struktur sikas memang mirip
palem, tapi secara morfologi lebih mirip paku-pakuan. Sikas, memiliki daun yang tajam
dan berwarna hijau tua, tampilan luarnya eksotik, memiliki tekstur batang yang kasar
dan berlapis. Secara alami sikas berkembang biak secara generatif, dengan kawin dan
biji. Bisa juga secara vegetatif, dengan pemisahan melalui mekanisme anakan.Sikas
diperkirakan sudah berusia ratusan juta tahun. Usianya yang tergolong purba dan
langka, mengundang banyak orang untuk dijadikan koleksi tanaman.Habitat tanaman
sikas tersebar di berbagai negara. Sebagian besar ada di benua Asia, Indonesia
merupakan salah satu habitat sikas. Sumatera adalah habitat terbesarnya.
Pertumbuhan tanaman purba ini terbilang lambat. Dalam satu tahun, tanaman ini
umumnya hanya tumbuh dengan tinggi kira-kira 10 cm. Tanaman Cycad, termasuk
cycas, bisa mencapai tinggi 5 meter (kecuali tentu saja spesies yang tidak berbatang di
atas permukaan, tapi hanya punya subterranean trunk seperti Stangeria).
Untuk Lepidozamia hopei merupakan perkecualian, karena bisa mencapai tinggi 10,2
m.
Kalau kita perhatikan Cycas rumphii yang ada di sekitar kita, banyak yang sudah
mencapai tinggi lebih dari 3 m dan biasanya sudah bercabang.Begitu pula dengan
kemunculan daunnya. Tidak lebih dari satu helai daun setiap tahun. Pertumbuhan yang
lambat ini menjadi salah satu faktor tanaman tersebut bernilai tinggi.
Satu lagi keistimewaan tanaman yang termasuk langka ini. Tanaman ini tidak menuntut
banyak perhatian seperti tanaman-tanaman hias pada umumnya, karena tanaman ini
sangat menyukai sinar matahari. Tanaman tersebut juga bisa diletakkan di dalam
maupun di luar ruangan. Teknis jadwal penyiraman dan perawatnnya pun tidak perlu
sering dilakukan, cukup satu sampai dua kali dalam satu minggu.
Kunci kesuburannya, seperti juga pada tanaman lain, adalah media tanam. Sikas
membutuhkan media tanam yang porositasnya tinggi. Anda bisa gunakan campuran
pasir malang dan tanah. Agar lebih subur, beri pupuk kandang.

F. IDENTIFIKASI
1. Ordo Cycadales, Divisi Cycadophyta

Ordo ini dicirikan dengan bentuk dan susunan daun yang mirip dengan pohon palem.
Batang tidak bercabang, akar serabut, dan ujung daun mudanya menggulung seperti
daun tumbuhan paku muda, termasuk dalam tumbuhan berumah dua. Alat kelamin
jantan dan alat kelamin betina terdapat pada pohon yang berbeda. Pohon jantan
mempunyai tongkol dengan kotak-kotak berisi serbuk sari. Pohon betina membentuk
daun buah yang pipih yang pada lekukan tepi daun buah terdapat bakal biji.
Ordo ini beranggotakan sembilan genus yang masih hidup sampai sekarang dan
meliputi sekitar 100 spesies. Meskipun tumbuhan ini tidak ditemukan dalam fosil
diduga sudah muncul pada zaman trias sampai kapur awal. Tanda-tanda khas golongan
ini adalah batang tidak bercabang, daun majemuk tersusun sebagai tajuk di pucak
pohon. Cycadales baik ditemukan baik di wilayah tropic maupun subtropik, misalnya
Zamia dan Cycas rumphii (pakis haji).
Adapun ciri ciri umum dari ordo Cycadales adalah :
1. Berupa pohon, seperti kelapa sawit dengan pertulangan daun sejajar. Batang tidak
bercabang, daunnya majemuk, tersusun sebagai tajuk di puncak pohon.
2. Berumah dua, artinya ada tanaman jantan yang menghasilkan strobilus jantan dan
tanaman betina yang menghasilkan strobilus betina pada tanaman yang berbeda.
Anggota ini menghasilkan strobilus yang besar. Meskipun demikian, rata rata
reproduksinya rendah. Dari 15 20 strobilus yang dihasilkan tumbuhan Cycas jantan,
hanya satu atau dua saja yang siap melepaskan serbuk sarinya. Strobilus jantan ini
menghasilkan aroma yang membuat serangga tertarik untuk datang. Setelah datang,
serangga tersebut akan memakan strobilus dan berkembang biak. Pada saat yang sama,
strobilus betina menghasilkan bau yang dapat mengusir serangga yang datang
kepadanya. Setelah beberapa waktu, strobilus betina menghasilkan aroma yang justru
menarik serangga yang berasal dari strobilus jantan. Sambil membawa mikrospora dari
strobilus jantan, serangga tersebut menuju strobilus betina dan terjadilah polinasi.
3. Daun berbagi menyirip, tersusun roset batang, daun muda menggulung.
4. Mirip palma berkayu berbentuk pohon atau semak.
5. Strobilus terminalis, uniseksualis, dioecious.
6. Strobilus jantan mengandung banyak sekali mikrosporofil yang tersusun spiral
dengan mikrosporangia pada permukaan bawah.
7. Gamet jantan (spermatozoid) motil, di lingkungan air, penting untuk penyerbukan.
8. Jumlah ovuli dua atau lebih pada tiap megasporofil.
9. Megasporofil mirip bulu ayam, tersusun longgar di ujung batang atau tersusun rapat
dan kompak.
strobilus betina
Gambar strobilus jantan
PAKIS HAJI
Klasifikasi Pakis Haji
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisio : Cycadophyta (sikas)
Kelas : Cycadopsida
Ordo : Cycadales
Familia : Cycadaceae
Genus : Cycas
Spesies : Cycas rumphii Miq
Pakis haji berbentuk seperti kelapa sawit dan sering digunakan untuk tanaman hias.
Jenis ini dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Pakis haji (aji) atau populer
juga dengan nama sikas adalah sekelompok tumbuhan berbiji terbuka yang tergabung

dalam marga pakis haji atauCycas dan juga merupakan satu-satunya genus dalam suku
Cycadaceae.
Pakis haji berhabitus mirip palem, namun sebenarnya sangat jauh kekerabatannya.
Kemiripan ini berasal dari susunan anak daunnya yang tersusun berpasangan. Semua
pakis haji berumah dua (dioecious) sehingga terdapat tumbuhan jantan dan betina.
Serbuk sari dihasilkan oleh tumbuhan jantan darirunjung besar yang tumbuh dari ujung
batang. Alat betina mirip daun dengan biji-biji tumbuh dari samping. Alat betina
tumbuh dari sela-sela ketiak daun. Walaupun ia disebut pakis, dan daun mudanya
juga mlungkerpakis sejati, pakis haji sama sekali bukan anggota tumbuhan berspora
tersebut.
Akar beberapa jenis pakis haji dapat diinfeksi oleh sejenis Cyanobacteria, Anabaena
cycadeae , yang pada gilirannya menguntungkan kedua pihak ( simbiosis mutualistis).
Akar yang terinfeksi akan membentuk semacam bintil-bintil yang berisi jasad renik
tersebut. Beberapa pakis haji yang besar dapat dimakan bagian teras batangnya, karena
mengandung pati.
Kelompok biji cyacadophyta
Cyadophyta adalah kelompok tumbuhan yang anggota-anggotanya berbeda satu sama
lain. Salah satu contohnya adalah cycas yang tubuhnya menerupai tanaman palem.
Sebagian besar dari kelompok ini hidup di daerah tropis dan subtropis.
Kemunculannya pertama kali di bumi kira-kira 320 juta tahun yang lalu selama jaman
karbon, berlanjut dengan jumlah yang melimpah pada zaman mesozoicum, sehingga
jaman tersebut dikenal sebagai jaman cycadophyta dan dinosaurus. Cycadophyta
meliputi sbelas genera dngan 140 jenis.
Pada umumnya anggota cycadophyta adalah tanaman yang berukuran besar, bebrapa
jenis dapat mencapai tinggi sampai 18 meter atau lebih. Batangnya tertutup oleh dasar
dari daun yang sudah gugur. Daun cycadophyta yang fungsional mengelompok
Pada kelompok tumbuhan ini adalah tidak diselubungi oleh daun buah (carpela)
sehingga dikatakan sebagai berbiji telanjang pada kelompok ini polyembrioni seringkali
terjadi walaupun biasanya hanya ada satu embrio yang terus berkembang karena
adanya pembelahan beberapa arkegonia.
Pada gymnospermae air sudah tidak diperlukan lagi medium fertilisasi karena adanya
pembentukan bulu serbuk pada serbuk sari yang berkecembah. Pada Cycas dan Ginkgo
pada fertilisasinya merupakan bentuk antara kondisi pada paku-pakuan dan tumbuhan
tanpa biji lainnya yaitu spermanya mampu berenang bebas, dan bentuk pada
tumbuhan berbiji yaitu spermanya tidak mampu berenang bebas.
Gametofit jantan biasanya bersifat haustorial yaitu menyerap makanan dari ovulum
ketika tumbuh, walaupun dibutuhkan bulu serbuk tetapi tidak langsung masuk ke
arkegonium. Bulu serbuk tersebut dan menetap di dalam nucelus selama berbulanbulan sebelum menuju mulut, gametofit betina. Setelah sampai di mulut gametofit
betina, bulu serbuk robek dan melepaskan sel sperma yang berflagela banyak. Sperma
tersebut kemudian berenang ke arkegonium dan membuahi telur. Dengan adanya
bulu sperma tersebut maka tumbuhan berbiji tidak lagi tergantung pada ketersediaan
air untuk fertilisasinya.
Strobilus betina juga besar, sprofil dengan bentuk sisik dengan dua bakal biji. Pada
cycas makrosprofil berbagai menyirip dengan 2 sampai 5 bakal biji. Bakal biji hanya
mempunyai satu integumen yang tebal. Dalam nuselus dibawah mikrofil terdapat
sebuah ruang, ruang serbuk sari(pollenkamer). Makroprotalium besar, pada bagian

yang menghadap mikrofil terdapat ruang arkegonium dengan beberapa arkegonium


dibawahnya yang mempunyai sel telur yang besar(samapai 6 mm), inti saluran perut
yang segera lenyap, dan dua sel dinding leher.
Metagenensis Cycas rumphii
Perbanyakan dan Budidaya Sikas
Sikas (cycads) seringkali dikelompokkan kedalam famili palm, tetapi sebetulnya
bukan, karena sikas bukan monocotyl seperti halnya palm. Sikas adalah sekelompok
species yang sudah primitif/ sangat tua umurnya dan sebagian besar terancam punah,
terutama species-species yang endemik. Sikas lebih dekat kekerabatannya
dengan Ginko biloba dan konifer seperti pinus dibandingkan dengan palm. Sikas
merupakan tanaman lansekap yang populer di negara-negara tropis mau pun sub tropis
dan merupakan kelompok tanaman yang sering dikoleksi oleh kolektor tanaman di
seluruh dunia.
Ukuran sikas bervariasi dari yang kecil, seperti Zamia pygmaea Sims yang berukuran
20 cm dengan jumlah anak daun kurang dari 10 per daun, hingga yang besar
sepertiLepidomia hopei Regel yang berukuran kira-kira 20 m yang memiliki 150-200
anak daun (leaflets) per daunnya. Sikas bersifat dioecious (berumah dua), sehingga cone
jantan dan betina berada pada tanaman yang berbeda. Sikas tidak memiliki ovari dan
tidak menghasilkan buah seperti palm dan tanaman berbunga lainnya. Biji pada sikas
berbentuk seperti buah, walau pun sebetulnya bukan buah. Cone betina terdiri atas
struktur mirip daun-daun kecil yang tersusun secara konsentrik, dimana masing-masing
Membawa satu hingga sembilan biji di dalamnya, tergantung species. Struktur yang
mirip daun pada sikas disebut megasporophyll. Kecuali pada sikas, megasporophyll
pada genera-genera lain memiliki dua biji. Untuk melakukan polinasi buatan dan
perbanyakan tanaman dari biji dibutuhkan pengetahuan dan pengertian tentang cone
dan struktur benih di dalamnya.
Banyak species sikas yang tercancam punah, antara lain disebabkan terlalu banyak
diambil dari habitatnya untuk dikoleksi dan pembabatan hutan yang berlebihan. Karena
itu merupakan tantangan bagi pengusaha tanaman hias dan orang-orang yang bergerak
dibidang konservasi lingkungan utnuk dapat menghasilkan sikas dengan karakterkarakter yang baik agar perambahan sikas dari habitatnya berkurang.
Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk dapat
memproduksi sikas secara komersial.
Produksi Benih dengan Polinasi Buatan
Produksi benih dengan cara polinasi buatan dilakukan manusia merupakan satu-satunya
metoda untuk reproduksi sikas secara komersial dan berskala besar. Seringkali terjadi
kegagalan polinasi, yang berakibat tidak terbentuknya benih sering terjadi. Kegagalan
polinasi dapat terjadi antara lain karena species yang ditanam jauh dari habitat alamnya
tidak memiliki serangga tertentu yang melakukan polinasi tsb. Penyebab lain adalah
tidak sinkronnya produksi dan kemasakan cone jantan dan betina.
Kadang-kadang cone jantan mulai mengeluarkan serbuk sari (pollen) jauh sebelum
cone betina siap untuk polinasi. Bila hal seperti ini ditemui, ambil cone jantan sebelum
serbuk sari gugur, lalu tempatkan di atas selembar kertas yang lebar atau di dalam
kantong kertas. Simpan dalam keadaan kering dan hangat, hindari dari angin. Serbuk
sari akan lepas dari cone dalam beberapa hari. Kumpulkan serbuk sari ini dan
tempatkan dalam jar yang berisi pengering (dessicant) di dalam lemari pendingin. Bila
kondisi penyimpanan baik serbuk sari dapat tahan hidup (viable) selama kurang lebih
setahun.

Untuk mengetahui kapan cone betina siap untuk polinasi dibutuhkan pengamatan yang
teliti sebelumnya. Cone yang sudah berkembang penuh tampak rigid dan berbentuk
rosette. Bila sudah siap untuk polinasi megasporophyll tampak berwarna merah muda
keabuan dan mengeluarkan bau yang khas.
Bila serbuk sari masak pada saat yang bersamaan dengan masaknya putik, cone jantan
dapat langsung didekatkan dengan cone betina lalu digoyang-goyang agar serbuk sari
jatuh ke cone betina. Bila memungkinkan, dekatkan cone jantan dengan cone betina,
sehingga pada malam hari polinasi dapat dilanjutkan oleh serangga. Namun bila saat
masak serbuk sari dan putik berbeda, sebarkan serbuk sari yang sudah disimpan ke atas
cone betina. Serbuk sari dapat dicampur dengan bedak untuk mempermudah
penyebaran. Gunakan sedotan (straw) bila diperlukan. Kesempatan untuk melakukan
polinasi untuk species Cycas adalah antara 2-3 minggu.
Untuk species selain Cycas, polinasi buatan lebih sulit dilakukan, karena sporophyllnya
tersusun rapat-rapat sehingga mempersulit deposisi serbuk sari ke dalamnya. Namun
bila cone betina siap untuk polinasi, muncul pecahan panjang pada satu atau beberapa
lokasi pada cone, dan mulai keluar bau yang khas.Serbuk sari dapat dimasukkan
melalui pecahan ini. Beberapa teknik antara lain menggunakan tusuk gigi atau cotton
bud yang sedikit dilembabkan, lalu dicelupkan atau digulingkan di atas serbuk sari, lalu
digosokkan ke daerah cone betina yang terbuka. Teknik lain yang baru-baru ini
digunakan oleh petani adalah dengan mencampur serbuk sari dengan air, lalu
disuntikkan ke dalam cone betina melalui pecahan yang terbentuk.
Yang tergolong sangat sulit dipolinasi adalah species Dioon. Hal ini disebabkan
pembukaan pada cone terjadi pada dasar cone sehingga menyulikan deposisi serbuk sari
dan transfernya ke bagian atas cone. Polinasi pada species ini harus dilakukan sangat
hati-hati dan berulang-ulang selama 2 minggu atau lebih.
Perlakuan dan Strategi Germinasi Benih
Biji dari species Bowenia, Ceratozamia, Dioon, Lepidozamia,
Macrozamia danStangeria dapat tumbuh dengan relatif mudah, asalkan embrionya
berkembang penuh dan sarcotesta nya dibuang sebelum ditanam. Biji Microcycas
calocoma juga relatif mudah tumbuh, namun memiliki periode masak yang singkat,
malah kadang-kadang benih berkecambah saat cone jatuh dan pecah. Sebaliknya,
species Encephalartos spp tergolong sulit berkecambah, walau pun dari luar cone nya
tampak normal. Kemungkinan disebabkan polinasi yang tidak sempurna, sehingga
walau pun benih secara fisik tampak baik namun tidak mengandung embrio. Benih E.
gratus di Fairchild Tropical Garden tidak mengalami kesulitan berkecambah, bahkan
mencapai 100 % tanpa perlakuan apa-apa. Perkecambahan terjadi lebih cepat dan
serempak bila benih direndam dalam larutan GA3 selama 24 atau 48 jam.
Benih yangdikumpulkan dari tanaman liar dari species Encephalartos spp dapat
berkecambah dengan baik, sementara dari tanaman yang dibudidayakan malah lebih
sulit. Kegagalan benih Encephalartos untuk berkecambah dapat disebabkan penolakan
spermatozoid oleh sel telur.
Masalah tidak berkecambahnya benih sering terjadi pada genera-genera yang
dibudidayakan. Zamia dan Cycas mengalami dormansi morfofisiologi yang kompleks,
yaitu dormansi yang disebabkan kondisi fisiologis benih, embrio yang tidak matang,
adanya zat kimia yang bersifat inhibitor dalam sarcotesta (daging buah) dan adanya
sclerotesta (lapisan benih bagian dalam yang keras) yang tebal dan impermeabel.
Zamia floridana, misalnya, tidak mengalami dormansi embrio bila cones dibiarkan
hancur sebelum benih dikumpulkan.
Pemisahan benih dari sarcotesta dan perlakuan benih dengan asam sulfat (H2SO4)
selama satu jam menghasilkan perkecambahan yang baik dalam 20-30 hari. Bila

perlakuan ini diikuti dengan perendaman dengan GA3 1000 ppm, benih dapat
berkecambah 100% dengan serempak dalam periode 2 minggu. Untuk Zamia
furfuracea, lama perendaman yang terbaik adalah 15 menit dalam H2SO4 dan 24 jam
dalam larutan GA3. Disarankan benih disiram teratur dengan intermittent mist.
Perlakuan ini juga efektif untuk mengecambahkan benih Macrozamia communis.
Walau pun benih tampak masak, beberapa species Cycas mengalami kesulitan
berkecambah. Hal ini dapat disebabkan embrio sebenarnya masih dalam tahap
perkembangan yang dini. Penyimpanan dalam linkungan yang hangat dapat
mempercepat perkembangan embrio, namun juga berakibat viabilitas benih menjadi
lebih singkat.
Sebaliknya, penyimpanan dalam keadaan dingin berakibat pertumbuhan embrio lebih
lambat namun viabilitas benih dapat dipertahankan.
Cara terbaik adalah menyimpan benih yang baru dipanen yaitu benih yang telah
berkembang penuh pada suhu 5 C selama 4 bulan untuk memberi kesempatan
pertumbuhan embrionya. Bila disimpan pada suhu ruang, sekitar 22C dalam periode
yang sama, embrio dapat berkembang pula, namun hanya 45% benih yang berkecambah
setelah sarcotesta dipisahkan dari benih. Perlakuan dengan asam sulfat dan GA3 tidak
memberikan hasil yang konsisten. Penelitian-penelitian yang dilakukan selanjutnya
menunjukkan bahwa perlakuan dengan asam sulfat tidak diperlukan, namun perlakuan
GA3 pada umumnya memberikan hasil yang baik.
Harus diingat bahwa benih sikas bersifat rekalsitran, yaitu benih tidak bisa direhidrasi
bila kadar airnya sempat turun di bawah nilai kritisnya. Kondisi ini sering ditunjukkan
dari terpisahnya endosperm dari sclerotesta, sehingga benih menjadi rattling dan
mengambang bila diletakkan dalam air. Mengambangnya benih tidak selalu berarti
benih tidak viabel. Sebagai contoh, benih Cycas rumphii mengandung jaringan seperti
spons sehingga selalu mengambang.
Secara umum semua benih sikas yang masak responsif terhadap perlakuan GA3.
Perkecambahan benih sebaiknya menggunakan media yang memiliki drainase yang
baik, dan posisi benih sebaiknya horizontal atau lateral, namun tidak boleh
tegak/vertikal. Sebagai contoh, benih Macozamia desnisonii tetap lekat dengan
tunasnya selama dua tahun atau lebih setelah berkecambah, sehingga tidak boleh
dicabut secara paksa. Selain itu, daun-daun yang tumbuh dari bagian atas batang yang
pendek tidak dapat berkembang penuh bila benih ditanam tegak.
Pemangkasan akar (Root Pruning) untuk meningkatkan absorpsi air dan nutrisi
tanaman.
Sikas pada umumnya tumbuh sangat lambat, dan hal ini diduga karena pertumbuhan
akar yang lambat. Hasil percobaan yang dilakukan Dehgan dan Johnson (1987) pada Z.
floridana dan Dioon califanoi (data tidak dipublikasikan), Cycas revoluta dan beberapa
species lain menunjukkan bahwa bila akar dari bibit yang baru tumbuh dipotong sampai
ke pangkalnya lalu direndam dalam larutan IBA 2000 ppm, akar-akar baru akan
tumbuh. Hal ini merupakan ciri dari hampir semua sikas. IBA yang dipakai biasanya
adalah K-IBA (IBA yang mengandung Kalium), dan perendaman dilakukan selama 5
menit.
Penggunaan zat pengatur tumbuh lain, Benziladenin (BA) walaupun efektif untuk
merangsang percabangan akar, tak disarankan karena mengakibatkan akar-akar yang
gemuk dan pendek. Akar-akar yang kerdil ini dapat tumbuh normal kembali, namun
dibutuhkan waktu lama sebelum pertumbuhan normal ini terjadi.
Dengan pertumbuhan akar yang lebih cepat, pertumbuhan tanaman pun terangsang. Hal
ini disebabkan dengan bertambahnya jumlah akar, makin banyak jumlah air dan nutrisi
yang bisa diserap tanaman. Dengan memberikan pengairan dan pemupukan yang

teratur, pertumbuhan sikas menjadi lebih cepat dan memiliki kualitas yang baik, lebih
baik dari yang tumbuh liar di hutan.
Percabangan: Perbanyakan Vegetatif
Saat ini prosedur standard untuk perbanyakan sikas secara kultur jaringan belum ada.
Sikas tidak memiliki tunas lateral sehingga tidak memiliki cabang, walau pun ada
kasus-kasus di mana tanaman jantan dapat bercabang. Namun ini jarang sekali terjadi.
Pada kasus seperti ini, setelah produksi cone, pucuk bercabang dua dimana cabang yang
kedua berposisi 90 derajat dari cabang pertama. Kasus ini hampir tak pernah terjadi
pada tanaman betina. Kalau pun ada, cabang muncul dari dasar tanaman bukan dari
pucuk.
Aplikasi beberapa zat pengatur tumbuh, seperti Promoline (GA4/GA7 + BA) dapat
meningkatkan jumlah tunas, terutama pada Z. floridana dan C. revoluta. Setelah
bercabang tanaman akan menjadi sangat besar dibandingkan tanaman yang tumbuh liar.
Teknik ini potensial digunakan untuk konservasi tanaman langka dan tanaman yang
terancam punah misalnya karena sulit atau sedikit menghasilkan biji. Saat ini masih
dievaluasi apakah teknik ini bisa diaplikasikan dalam skala lebih luas.
Penanaman dan Pemeliharaan: Irigasi dan Pemupukan
Pengusaha tanaman hias sering beranggapan bahwa sikas tidak menguntungkan untuk
diusahakan secara komersial, karena pertumbuhannya terlalu lambat. Dan memang
banyak species sikas yang tumbuhnya lambat, sehingga untuk memasuki masa
reproduktif dibutuhkan waktu yang lama.
Pertumbuhan ditentukan oleh produksi daun tahunan, sementara produksi daun
tergantung pada pertumbuhan akar. Dengan demikian, usaha untuk merangsang
pertumbuhan akar akan berdampak baik bagi pertumbuhan tajuknya.
Media yang ideal untuk sikas adalah yang memiliki drainase baik, pH optimal, dan
kadar hara yang seimbang. Media yang terlalu kering atau terlalu basah berakibat buruk
pada pertumbuhan tanaman. Kondisi yang terlalu lembab mengurangi oksigen dan
berakibat buruk pada serapan hara dan penggunaannya oleh tanaman.
Jenis-jenis sikas dengan habitat yang mesic seperti Zamia, beberapa species Bowenia
spp., Cycas spp., Microcycas calocoma, Macrozamia spp., Lepidozamia spp dan
Stangeria eriopus, membutuhkan irigasi lebih sering dan media yang lebih lembab
dibandingkan species-species yang berasal dari habitat xeric, seperti Z. furfuracea,
Encephalartos spp., Dioon spp dan beberapa species Ceratozamia. Media optimum
disarankan mengandung peat moss pasir perlite pine ark dengan proporsi volume
yang sama, ditambah dolomit 2.25 kg/m3 dan 1.25 kg/m3 hara mikro.
Tanaman yang tumbuh pada media dengan pH masam (< 6.5) tumbuh kurang baik.
Malformasi seperti frizzle top dan defisiensi hara mikro secara tidak langsung
disebabkan pH media terlalu rendah. pH optimal sebaiknya 6.5-7. pH rendah dapat
dikoreksi dengan penambahan dolomit. Seluruh sikas menunjukkan sensitivitas
terhadap defisiensi hara mikro. Bila ini terjadi tambahkan hara mikro melalui
pemupukan.
Untuk menghindari terjadinya defisiensi hara mikro dapat digunakan pupuk slow
release/pelepas hara lambat, dengan demikian pemupukan tidak perlu dilakukan sering
dan ketersediaan hara dapat dipertahankan dalam waktu relatif lebih lama.
Terdapat korelasi antara jumlah pupuk dan tingkat naungan. Pertumbuhan lebih cepat
dan jumlah daun lebih banyak bila tanaman dinaungi 30-50% dengan penambahan
pupuk dalam bentuk larutan 200-300 ppm per minggu. Data ini diperoleh dari tanaman
Z. furfuracea, Z. floridana, Cyas revoluta, dan C. taitungensis.
Kesimpulan

Semakin populernya sikas di satu sisi meningkatkan apresiasi terhadap tanaman ini,
namun juga dapat membahayakan populasi sikas yang hidup di hutan/habitas alaminya.
Kebutuhan akan berbagai species sikas untuk koleksi dan budidaya melebihi suplai,
sehingga populasi alami sikas semakin lama semakin berkurang. Hal ini harus disadari
dan dimengerti oleh petani dan pengusaha tanaman hias. Walau pun badan internasional
seperti CITES telah membatasi pengambilan sikas dari habitat alaminya, hal ini terus
menerus terjadi. Diperlukan usaha bersama untuk melakukan penelitian untuk
menghasilkan sikas yang berkarakter baik untuk mengurangi pengambilan sikas dari
habitat alaminya.
Pasted from <http://biologistfidzz.blogspot.com/2012/06/artikel-biji-cycasrumphii_29.html>

You might also like