Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2
• Apoteker : 12 orang
• SLTA : 6 orang
• SLTP : 2orang
• SD : 2 orang
Jumlah total : 85 orang
Pusat Unggulan dan pendapatan RSHS
- Pusat Unggulan : kedokteran Nuklir
- Pusat pendapatan :
• Instalasi Bedah Sentral
• Instalasi Paviliun Parahyangan (Rawat VIP)
• Instalasi Paviliun Anggrek (Rawat VIP)
• Instalasi Farmasi
• Instalasi Pelayanan Jantung
• UPF Patologi Klinik
• Klinik Konsultasi Spesialistik
• Teknologi Reproduksi Berbantu
8
• Radioterapi
• Rawat Inap
• Instalasi Gawat Darurat
• Bagian Pendidikan dan Penelitian
107 9,73
2. KELAS I
137 12,45
3. KELAS II
650 59,09
4. KELAS III
2. Pengadaan BMHP
• Pengemasan kembali
• Pengenceran
• Pembuatan
- Panitia pengadaan
11
Obat – obatan, obat dan alat gigi, bahan baku dan desinfektan, alat
kesehatan, BMHP radiologi dan Gas medis.
b) BMHP Jamkesmas
c) BMHP Reguler
4. Distribusi BMHP
- Individual Prescription
- Floor Stock
- Rawat Jalan
- Rawat Inap
- Ruang penunjang
Jenis Pasien
12
- Umum
- Askes
- Kontraktor
- Jamskesmas, gakinda
TM diluar Gakin
• SK Rekam Medik
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) atau Komite Farmasi dan Terapi
(KFT) di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (RSHS) disebut sebagai Sub
Komite Farmasi dan Terapi (SKFT). SKFT secara organisasi dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSHS NO: 298/D.8-
3/KP.05.03.1.1/VII/2006. Susunan organisasi SKFT RSHS: (perwakilan dari
bagian UPF).
- Ketua : Ilmu Penyakit Dalam
4. Waktu pelayanan
Waktu pelayanan pada Depo Farmasi Pusat (DFP) terdiri
dari 3 shift selama 24 jam :
a. Shift pagi
Pukul 07.30-15.30 yang terdiri dari 1 orang Apoteker, 6
orang asisten apoteker, 1 orang kasir dan 1 orang
reseptur.
b. Shift sore
Pukul 15.30-20.30 yang terdiri dari 3 orang asisten
apoteker dan 1 orang reseptur.
c. Shift malam
Pukul 20.30-07.30 yang terdiri dari 3 orang asisten
apoteker.
5. Jangkauan pelayanan
Depo farmasi pusat juga melayani pasien yang berasal dari:
a. Emergency unit, untuk semua jenis pasien
b. Poliklinik spesialis
c. Pasien luar RSHS
20
d. Pasien Kontraktor
2. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia pada depo farmasi DOTS terdiri
dari:
Apoteker : 1 orang
Asisten Apoteker : 2 orang
Tenaga Administrasi : 1 orang (bukan dari farmasi)
3. Waktu pelayanan
Waktu pelayanan pada depo farmasi DOTS terdiri dari 1
shift dimulai dari pukul 07.30-15.30.
4. Alur pelayanan
Pertama pasien datang ke RSHS kemudian pasien langsung
daftar ke administrasi. Setelah pasien mendaftar kemudian
pasien masuk ke poli paru. Setelah itu, pasien masuk ke
poli DOTS.
5. Sistem distribusi
Sistem distribusi pada depo farmasi DOTS yaitu Individual
prescription (IP).
6. Alur pelayanan resep
Pasien atau keluarga pasien membawa resep ke depo
selanjutnya petugas depo menerima resep tersebut dan
memasukkan data ke computer/entry data resep.
Selanjutnya obat disiapkan oleh petugas dan diserahkan
kepada pasien/ keluarga pasien yang disertai dengan
informasi obat.
7. Sumber barang
Sumber barang pada depo farmasi DOTS berasal dari
Depkes kemudian masuk ke gudang IFRS lalu disimpan
didepo DOTS.
8. Farmasi klinik yang dilakukan
Jenis farmasi klinik yang dilakukan adalah:
24
3. Waktu pelayanan
Waktu pelayanan pada depo farmasi PTRM terdiri dari 1
shift yang dimulai pada pukul 07.30-14.00 WIB 7 hari
dalam seminggu.
4. Sistem distribusi
Sistem distribusi pada depo farmasi PTRM yaitu Unit
Dose Dispensing (UDD). Dimana pemberian obat
dilakukan pada saat obat akan diminum dengan waktu
sekali minum.
5. Alur pelayanan pasien
- Pasien Lama
Pasien mendaftar keadministrasi untuk mengambil buku
rekam medik dan bayar administrasi, kemudian perawat
memeriksa pasien. Dokter memeriksa pasien untuk
mengetahui besarnya dosis yang diberikan ke pasien, bila
perlu konseling, konsul bagian lain sesuai indikasi. Petugas
dispensing memberikan dosis sesuai protap. Pasien
diobservasi selama 30-45 menit bila muntah, berikan dosis
pengganti sesuai protap dan bila tidak terjadi apa-apa pada
pasien maka pasien boleh pulang.
- Pasien Baru
a. Calon pasien baru bertemu dokter untuk konsultasi
dan dokter akan menentukan apakah pasien memenuhi
kriteria PTRM.
b. Jika pasien memenuhi kriteria PTRM, maka pasien
harus setuju mengikuti program PTRM.
29
2.2.4.5 Pelaporan
Pelaporan dari depo farmasi R Bougenville adalah:
1. Laporan pelayanan farmasi klinis
2. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika
A. Identitas pasien
Nama penderita : Heni Rohaeni
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 34 tahun
Alamat : Kp. Tegal Jati RT 02 RW 05
Garut
Status pasien : Gakin
Ruang rawat : Bougenville 3
Sub bagian : Bedah Digesti
No. rekam Medik : 0000767311
Tanggal masuk : 29 Juni 2009
Tanggal keluar : 24 Juli 2009
D. Anamnesis
Sekitar 9 bulan pasien melakukan colostomy/LE ai tumor colon sigmoid
dan telah melakukan kemoterapi sebanyak 6 siklus, saat ini pasien ingin di
operasi kembali tutup colostomy.
E. Diagnosis Utama
Tumor colon sigmoid dan teratoma ovarii yang telah dilakukan colostomy.
17/07/2009 Ku : CM Mobilisasi
Nadi 88x/menit Diet lunak
Respirasi : 20x/menit Ceftriaxon 1x2g i.v
Suhu : afebris Metronidazole 3x500mg i.v
Ranitidin 2x1 amp
Ketorolac 2x1 amp
protein 80 gram
Therapy oral :
Ciprofloxasin 2x1 tab
Metronidazole 3x500mg
Ranitidin 2x1 tab
Asam Mefenamat 2x1 tab
Vit B Complex 2x1 tab
22/07/2009 Ku : CM Perawatan luka operasi
Nadi 80x/menit Therapy oral :
Respirasi : 20x/menit Ciprofloxasin 2x1 tab
Suhu : afebris Metronidazole 3x500mg
Ranitidin 2x1 tab
Asam Mefenamat 2x1 tab
Vit B Complex 2x1 tab
23/07/2009 Ku : CM Perawatan luka operasi
Nadi 80x/menit Therapy oral :
Respirasi : 20x/menit Ciprofloxasin 2x1 tab
Suhu : afebris Metronidazole 3x500mg
Ranitidin 2x1 tab
Asam Mefenamat 2x1 tab
Vit B Complex 2x1 tab
Besok pulang
• Cara diet yang salah (asupan makanan yang tinggi lemak dan protein,
rendah serat)
• Obesitas/kegemukan
• Pernah terkena kanker kolorektal sebelumnya
• Sejarah keluarga dengan kanker kolorektal
• Pernah memiliki polip di usus
• Umur (resiko meningkat pada usia diatas 50 tahun)
• Jarang melakukan aktifitas fisik
b. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas
dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam
struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan
menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
c. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah
perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala
paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak
diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri
dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering
dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan
obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan
distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses. Gejala yang
dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.
d. Pertimbangan Gerontologi
Insidens karsinoma kolon dan rektum meningkat sesuai usia. Kanker ini
biasanya ganas pada lansia kecuali untuk kanker prostatik pada pria.
Gejala sering tersembunyi. Keletihan hampir selalu ada, akibat anemia
43
defisiensi besi primer. Gejala yang sering dilaporkan oleh lansia adalah
nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus dan perdarahan rektal.
Kanker kolon pada lansia berhubungan erat dengan karsinogen diet.
Kekurangan serat adalah faktor penyebab utama karena hal ini
menyebabkan pasase feses melalui saluran usus menjadi lama, sehingga
terpajan karsinogen cukup lama. Kelebihan lemak diyakini mengubah
flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai
sifat karsinogen.
e. Evaluasi Diagnostik
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik
paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema
barium, proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus
kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan
biopsi atau apusan sitologi.
f. Pemeriksaan Antigen Karsinoembrionik
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan,
meskipun antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat
dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi
menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat
dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar
CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan
CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.
g. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup
bermakna, terpai komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti
berhasil dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif.
44
h. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan
mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat
menimbulkan syok.
i. Penatalaksanaan Bedah
45
f) Asam Mefenamat
g) Vitamin B-kompleks
Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak
dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan
makanan yang dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap
vitamin ini.
Delapan unsur utama pembentuk vitamin B kompleks adalah:
• Thiamine (vitamin B1), berfungsi membantu sel tubuh
menghasilkan energi, kesehatan jantung serta metabolisme
karbohidrat.
• Riboflavin (vitamin B2), berfungsi melindungi tubuh dari penyakit
kanker, mencegah migren serta katarak.
• Niacin (vitamin B3), bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-
zat nutrien, membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi
depresi dan gangguan pada persendian.
• Asam pantothenate (vitamin B5), membantu system syaraf dan
metabolisme, mengurangi alergi, kelelahan dan migren. Penting bagi
aktifitas kelenjar adrenal, terutama dalam proses pembentukan
hormon.
• Pyridoxine (vitamin B6), membantu produksi sel darah merah dan
meringankan gejala hipertensi, asma serta PMS.
• Biotin (vitamin B7), bermanfaat dalam proses pelepasan energi
dari karbohidrat, pembentukan kuku serta rambut.
• Asam Folic (vitamin B9), membantu perkembangan janin,
pengobatan anemia dan pembentukan hemoglobin.
52
Unsur lain yang juga terdapat dalam vitamin B kompleks adalah choline,
inositol dan asam paraaminobenzoic.
• Pembahasan
G. Kesimpulan Apoteker
Pasien patuh dalam mengkonsumsi obat.
Pasein 2
A. Identitas Penderita
Nama penderita : Ipah
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 58 tahun
Alamat : Kp. Cikukulu . karang nunggal
Tasikmalaya
Ruang rawat : Bougenville 3
Sub bagian : Thorax
No. rekam Medik : 0000857873
Tanggal masuk : 02 Juli 2009
Tanggal keluar : 29Juli 2009
Dokter : Dr. Anastasya
B. Data Klinis Awal
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : Afebris
C. Alasan masuk RS/Keluhan Utama
Terasa nyeri di dada sebelah kiri dan pusing
D. Anamnesis
56
C. Penyiapan obat
No Uraian Validasi
1 Kondisi ruangan
2 Penyiapan obat
a. Pengambilan obat Pada rak obat pasien gakin
b. Etiket Ciprofloxacin 2x1
Ranitidin 2x1
Antasida doen syr 3x1 sendok obat
c. Pengemasan Dibungkus dengan kantong plastik dan
60
b) Ranitidin
• Indikasi
Pengobatan dan terapi pemeliharaan pada tukak lambung dan tukak usus
dua belas jari akut.
• Dosis
Dosis yang biasa digunakan adalah 150mg, 2 kali sehari
• Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap ranitidin atau bahan-bahan lain dalam
formulasi.
• Efek Samping
1) Berupa diare, konstipasi, nyeri otot, pusing, dan timbul
ruam kulit, malaise,nausea.
2) Penurunan jumlah sel darah putih dan platelet ( pada
beberapa penderita ).
3) Beberapa kasus ( jarang ) reaksi hipersensitivitas
(bronkospasme, demam, ruam, urtikaria, eosinofilia.
• Interaksi
Meningkatkan efek toksisitas siklosporin (meningkatkan serum
kreatinin), gentamisin (blokade neuromuskuler). Mempunyai efek
bervariasi terhadap warfarin. Antasida dapat mengurangi absorpsi
ranitidin. Penggunaan etanol dihindari karena dapat menyebabkan iritasi
mukosa lambung.
• Farmakologi
Ranitidine menghambat kerja histamin pada reseptor-H2 secara
kompotitif, serta menghambat sekresi asam lambung
• Informasi Pasien
63
Dosis oral ranitidin dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Bila
obat ini digunakan untuk mencegah heartburn, obat diminum 30-60
menit sebelum makan atau minum apapun yang dapat menyebabkan
heartburn. Pasien seharusnya tidak menggunakan obat ini bila alergi
terhadap ranitidin, simetidin, atau nizatidin.
c) Antasida
• Indikasi
Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, gastritis, tukak lambung.
• Dosis
Sehari 3-4 kali 1-2 sendok obat
• Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat
• Efek Samping
Sembelit, diare, mual, mintah dan gejala-gejala tersebut akan hilang apabila
pemakaian obat dihentikan.
• Interaksi
Pemberian bersamaan dengan simetidin atau tetrasiklin dapat mengurangi
absorpsi obat
• Farmakologi
Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magnesium hidroksida merupakan
antasid yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan
pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan
pepsin berkurang. Di samping itu efek laksatif dari Magnesium hidroksida
akan mengurangi efek konstipasi dari Aluminium Hidroksida.
• Informasi Pasien
- Jangan diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat
karena dapat menimbulkan hipermagnesia
- Jangna minum obat pada saat perut kosong
64
E. KIE
Pasien ini memiliki keluhan sakit pada perut bagian kiri, setelah dari dokter
poli penyakit dalam wanita ternyata didiagnosa infeksi saluran kemih dan
sindrom dispesia. Lalu dokter memberikan resep yang berisi Ciprofloxacin,
Ranitidin dan Atasida.
1) Ciprofloxacin merupakan antibiotik untuk mengobati infeksi, sehingga
harus dikonsumsi sampai habis sesuai dengan aturan karena untuk
mencegah terjadinya resistensi kuman. Obat ini diminum segera
setelah makan sehari 2 kali 1 tablet, pada jam 8 pagi dan 8 malam. Jika
kondisi sudah membaik tetapi antibiotiknya belum habis maka obat
tersebut harus dihabiskan sampai tuntas.
2) Ranitidin diminum sehari 2 kali 1 tablet, tetapi diminum hanya jika
terasa mual saja, apabila tidak mual lebih baik tidak usah diminum.
3) Antasida diminum sehari 3 kali 1 sendok makan, 1-2 jam setelah
makan untuk menetralkan asam lambung.
4) Ciprofloxacin jangan diminum bersamaan dengan antasida karena
akan terjadi interaksi. Pemberian bersamaan dengan antasida dapat
menurunkan absorbsi antibiotic sehingga menurunkan kadarnya dalam
serum dan efek terapi yang diharapkan kurang optimal, maka dari itu
antasida diminum 1 sampai 2 jam setelah minum antibiotiknya.
5) Pasien harus menjaga pola hidup sehat mulai dari makanan sehat
sampai olahraga.
Pasien 1
65
No Uraian Validasi
1 Nama dokter Dr. Vivien maryam
2 No izin bagian IPD
3 Alamat dokter Poli penyakit dalam wanita
4 Tanggal resep 24 Juli 2009
5 Nama pasien Ny. Esih
a. Usia 66 tahun
b. Jenis kelamin P
c. Alamat Kp. Genteng, kec Parongpong
6 Diagnose HHP, OA
7 Tinggi badan dan berat -
badan
8 Identifikasi obat
a. Nama obat Captopril, Furosemid, Meloxicam , Vit B12,
Vit B6, Vit B1
b. Kekuatan 6.25 mg, 40 mg, 7.5 mg, 50 mcg, 100 mg, 50
c. Signa mg
d. Jumlah obat 3x1, 1x1, 1x1, 1x1, 1x1, 1x1,.
20, 10,10, 10, 10, 10
9 Tanda tangan ada
No Uraian Validasi
1 Tepat dalam membaca resep tepat
2 Nama obat Captopril, Furosemid, Meloxicam , Vit B12,
Vit B6, Vit B1
3 singkatan -
4 Perhitungan ulang dosis -
66
a) Captopril
• Indikasi
Hipertensi ringan sampai sedang, dan gagal jantung kongesti.
• Dosis
Hipertensi ringan sampai sedang,
Dosis awal : 12.5 mg 2x/ hari
Dosisi pemeliharaan :25 mg 2x/hari, yang dapat ditingkatkan selang 2
sampai 4 minggu hingga diperoleh respon yang
memuaskan.
Dosis maksimal : 50 mg
Usia lanjut : 500 mg 2x/ hari
• Kontraindikasi
Hipersensitif captopril atau penghambat ACE lainya
• Efek Samping
Proteinuria, Hipotensi, Anemia, trombositopenia, dan neutropenia.
• Interaksi
− Mengurangi efek antihipertensi jika digunakan bersama obat AINS
− Meningkatkan efek antihipertensi jika digunakan bersama obat
diuretik.
• Farmakologi
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan
gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron.
Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin
plasma untuk memproduksi angiotensin I yang besifat inaktif.
"Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I
menjadi angiotensin Il yang besifat aktif dan merupakan vasokonstriktor
endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam
korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan
ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam
67
b) Furosemid
• Indikasi
Penanganan edema yang berhubungan dengan gagal jantung koroner dan
penyakit hati, diberikan tunggal atau dalam kombinasi dengan
antihipertensi pada penanganan hipertensi (Diuretik).
• Dosis
40 mg sekali sehari pada waktu pagi hari
• Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap furosemid, atau komponen lain dalam sediaan
atau sulfonil urea, anuria, pasien koma hepatik atau keadaan penurunan
elektrolit parah sampai keadaannya membaik serta pada kehamilan
muda.
• Efek Samping
Rasa tidak enak di perut, hipotensi, gangguan gastrointestinal,
penglihatan kabur, pusing, sakit kepala
• Interaksi
- Dengan Obat Lain : Hipokalemia yang diinduksi oleh furosemid akan
menyebabkan toksisitas pada digoksin dan dapat meningkatkan risiko
68
c) Meloxicam
• Indikasi
Osteoarhritis dan arthritis rematoid
• Dosis
Osteoarhritis :7.5 mg 1x/hari, ditingkatkan menjadi 15 mg 1x/hari
69
d) Vitamin B6 (Piridoksin)
• Indikasi
Defisiensi piridoksin (vitamin B6)
70
• Dosis
Dosis profilaksis 25-100 mg per hari
• Kontraindikasi
Pasien dengan sejarah sensitivitas pada vitamin, hipersensitivitas
terhadap piridoksin.
• Efek Samping
Sakit kepala, kejang, sensori neurophaty, penurunan sekresi serum asam
folat, mual, reaksi alergi.
• Interaksi
Phenobarbital dan phenytoin menurunkan konsentrasi serum kedua obat
tersebut.
• Farmakologi
Prekursor terhadap piridoksal, yang berfungsi dalam metabolism protein
karbohidrat dan lemak.
• Informasi Pasien
Obat diminum setelah makan sekali sehari.
e) Vitamin B1 (Tiamin)
• Indikasi
Sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri saraf, sakit pinggang, nyeri
pada kanker, kolik saluran empedu dan ginjal, mencegah edema.
• Dosis
50 mcg 1-2 kali sehari.
• Kontraindikasi
Cenderung pendarahan
• Efek Samping
Gejala saluran pencernaan, gejala alergi
• Informasi Pasien
Dikonsumsi bersama dengan makanan
71
C. Penyiapan obat
No Uraian Validasi
1 Kondisi ruangan
2 Penyiapan obat
f. Pengambilan obat Pada rak obat pasien gakin
g. Etiket Captopril 3x1/2 tablet
Furosemid 1x1
Meloxicam 1x1
Vit B12 1x1
Vit B6 1x1
Vit B1 1x1
Dibungkus dengan kantong plastik dan
h. Pengemasan
diberi etiket putih
g. Pemberian informasi √
h. Evaluasi
- Kesesuaian no √
panggil
- Waktu tunggu Cukup
- Keluhan pasien -
Kesimpulan apoteker
Dalam resep ini tidak terjadi drug related problem (DRP).
Pasien 2
No Uraian Validasi
1 Nama dokter Dr. Yuda Sp.B
2 No izin bagian Bedah oncologi
3 Alamat dokter Poli bedah oncologi
4 Tanggal resep 24 juli 2009
5 Nama pasien Ny. Daningsih
d. Usia 39 tahun
e. Jenis kelamin P
f. Alamat Cibarengkok.
Kec. Sukajadi
6 Diagnosa TB
7 Tinggi badan dan berat -
badan
8 Identifikasi obat
a. Nama obat Rifampisin, INH, Etambutol, Pirazinamid
b. Kekuatan 600 mg, 100 mg dan 300 mg, 500 mg,
500 mg
c. Signa 1x1, 1x1, 1x2, 1x2
d. Jumlah obat 30 tablet, 30 tablet dan 30 tablet, 60 tablet,
73
60 tablet
9 Tanda tangan -
No Uraian validasi
1 Tepat dalam membaca resep tepat
2 Nama obat Rifampisin, INH, Etambutol, Pirazinamid
3 singkatan INH ( isoniazid )
4 Perhitungan ulang dosis -
a) Rifampisin
• Indikasi
Tuberkulosis, sebaiknya dikombinasikan dengan antituberkulosis lain untuk
mempercepat penyembuhan dan mencegah resistensi kuman.
• Dosis
600mg per hari (10-20 mg/kg berat badan), terapi jangka pendek 600 mg 2
kali seminggu
• Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap rifampisin, pasien dengan gangguan saluran empedu,
serta selama kehamilan trisemester pertama.
• Efek Samping
Gangguan saluran cerna, seperti mual, muntah dan diare
Gangguan SSP, seperti sakit kepala , vertigo dan ataksia
Dapat terjadi reaksi alergi dengan gejala demam, gatal-gatal, ruam kulit,
radang mulut dan lidah, hemolisis, hematuria dan kegagalan ginjal akut.
• Interaksi
Menurunkan respon antikoagulan, antidiabetik, kortikosteroid, siklosporin,
fenitoin dan analgesik. Penggunaan bersama PAS akan menghambat
absobsi, sehingga harus ada selang waktu 8-12 jam.
• Farmakologi
74
b) Isoniazid (INH)
• Indikasi
Tuberculosis paru.
• Dosis
1 dd 4-8 mg/kg/hari sehari atau 1 dd 300-400 mg.
• Kontraindikasi
Hepatitis yang diinduksi oleh obat atau penyakit hati akut karena penyebab
apapun, dan epilepsi.
• Efek Samping
Gangguan saluran pencernaan, hipersensitivitas, neuropati perifer,
kerusakan hati, gangguan hematologi, reaksi pada kulit dan hiperglikemia.
• Interaksi
Kadar obat di jaringan meningkat oleh Para Amino Salisilat (PAS).
• Farmakologi
Kerjanya menghambat sintesa asam mikolat sebagai komponen penting
dari dinding sel mikobakteri. Pada mikobakteri yang resisten terjadi mutasi
diantaranya mutasi pada enzim katalase peroksidase sehingga tidak terjadi
pengaktivan terhadap bentuk prodrug dari INH. INH cepat diabsorbsi dan
75
cepat terdistribusi ke cairan tubuh and jaringan, dapat mencapai SSP dan
jaringan serebrospinal. Metabolismenya di hati terjadi melalui asetilasi,
metabolit dan sebagian kecil obat bentuk tidak berubahnya diekskresikan
melalui urin.Informasi pada pasien
• Informasi pada pasien
Untuk meminimalkan efek samping INH pada system saraf sebaiknya
diberikan piridoksin (vitamin B6)
c) Etambutol
• Indikasi
Antituberkulosa, penggunaannya dikombinasikan dengan paling sedikit 1
macam obat anti Tb, contohnya rifampisin atau INH
• Dosis
15-25 mg/kg berat badan dosis tunggal per hari.
• Kontraindikasi
Neuritis optik dan penderita-penderita yang hipersensitif.
• Efek Samping
Neuritis retrobulbar dengan penurunan ketajaman penglihatan, buta warna
hijau-merah, ruam alergi, gangguan saluran pencernaan, ikterus dan neuritis
perifer.
• Interaksi
−Menurunkan efek : absorbsi menurun jika digunakan bersama alumunium
hidroksida. Hindari penggunaan bersama dengan antasida yang
mengandung alumunium, beri jarak minimal 4 jam dari pemberian
etambutol
−Dengan Makanan : Dapat digunakan bersama dengan makanan karena
absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan, dapat menyebabkan iritasi
lambung.
• Farmakologi
76
d) Pirazinamid
• Indikasi
Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti
tuberkulosis lain.
• Dosis
Terapi harian 15 – 30 mg/kg per hari, maksimal 3 gram per hari.
• Kontraindikasi
Penderita dengan gangguan fungsi hati, hiperurikemia, gout, hipoglikemia,
diabetes, hipersensitif.
• Efek Samping
Hepatotoksisitas termasuk demam, anoreksia, mual, muntah, kemerahan,
disuria, atralgia, ruam dan kadang-kadang fotosensitivitas.
77
• Interaksi
Kombinasi terapi dengan rifampin dan pirazinamid meningkatkan efek
toksisitas, berhubungan dengan reaksi hepatotoksik yang fatal dan berat.
• Farmakologi
Pirazinamid cepat terserap dari saluran cerna. Kadar plasma puncak dalam
darah lebih kurang 2 jam, kemudian menurun. Waktu paruh kira-kira 9 jam.
Dimetabolisme di hati. Diekskresikan lambat dalam kemih, 30%
dikeluarkan sebagai metabolit dan 4% tak berubah dalam 24 jam.
• Informasi pada pasien
1) Gunakan obat ini hingga habis. Jika anda tidak menggunakan obat
ini sesuai dengan resep pada waktu yang telah ditentukan, maka infeksi
tidak dapat disembuhkan dan dapat terjadi masalah kesehatan yang
serius pada Anda.
2) Harus dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, namun jika lupa
segera minum obat jika waktunya dekat ke waktu minum oba
seharusnya. Tetapi jika lewat waktu sudah jauh, dan dekat ke waktu
berikutnya, maka minum obat sesuai dengan waktu / dosis berikutnya.
3) Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa
memberitahu dokter yang merawat.
4) Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi
dengan dokter.
C. Penyiapan obat
No uraian validasi
1 Kondisi ruangan √
78
2 Penyiapan obat
a.Pengambilan obat Pada rak obat pasien gakin
b.Etiket Rifampisin
1x1
INH
1x1
Etambutol
1x2
Pirazinamid
1x2
c.Pengemasan Dibungkus dengan kantong plastik dan
diberi etiket putih
d.Penulisan kartu stok Ditulis
e.Paraf petugas ada
3 Waktu penyiapan cukup
4 Penyerahan obat disertai
informasi
i. Pemanggilan no urut √
j. Penyerahan obat √
k. Pemberian informasi √
l. Evaluasi
- Kesesuaian no √
panggil
- Waktu tunggu Cukup
- Keluhan pasien -
Kesimpulan apoteker
Dalam resep ini tidak terjadi drug related problem (DRP).
BAB III
PEMBAHASAN
79
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan rumah
sakit milik pemerintah yang diklasifikasikan sebagai Rumah sakit Tipe A
Pendidikan dan dijadikan rumah sakit rujukan Propinsi Jawa Barat. Pada tahun
2006 berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Terdiri dari tiga pelayanan
untuk penderita di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin yaitu pelayanan terhadap
pasien rawat tinggal, pasien rawat jalan, dan pasien rawat darurat, pelayanan
untuk penderita rawat jalan dilakukan oleh poliklinik-poliklinik spesialis dan sub
spesialis yang ada di Rumah sakit. Pada beberapa poliklinik telah dilakukan
permisahan antara pria dan wanita untuk memberikan kenyamanan dalam
perawatan dan pemeriksaan penderita.
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung membentuk Sub
farmasi dan Terapi yang beranggotakan dokter dan apoteker yang berfungsi
membantu Rumah sakit dalam menentukan kebijakan mengenai penggunaan obat
dan pengobatan di rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi memiliki tugas yang
salah satu peranannya yaitu menyusun formularium dengan salah satu buktinya
adalah telah menyusun formularium tahun 1995 dan melakukan revisi menjadi
Formularium tahun 2002. Pelaksanaan rekaman medik di Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung sudah berjalan dengan baik. Namun kerahasiaan
rekaman medik penderita belum dapat dijamin sepenuhnya kerahasiaan karena
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan rumah sakit
pendidikan sehingga banyak peneliti yang memerlukan data rekaman medik
dalam penelitiannya. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengetatkan peraturan
mengenai kriteria peneliti yang akan menggunakan rekaman medik.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
adalah sebagai salah satu unit pelayanan rumah sakit yang bertanggung jawab
terhadap aspek yang menyangkut pengelolaan perbekalan kesehatan mulai dari
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengendalian mutu dan keamanan selama
penyimpanan hingga proses distribusi perbekalan kesehatan yaitu oleh instalasi
farmasi ditujukan kepada ruang perawatan, penderita rawat tinggal, rawat jalan,
ruang penunjang dan depo-depo farmasi.
80
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
memiliki visi yaitu menjadi Rumah Sakit yang Prima dalam Pelayanan,
Pendidikan dan Penelitian di Bidang Kesehatan Tingkat Regional pada tahun
2011. Selain dari pelayanan produk instalasi farmasi juga melaksanakan
pelayanan farmasi klinik kepada penderita atau tenaga kesehatan, bukti pelayanan
tersebut yaitu diantaranya layanan informasi obat kepada pasien, dokter, perawat,
dan masyarakat lainnya, visite dengan atau tanpa dokter, konseling yang
dilakukan di poli pulmo dan poli lansia serta pemantauan terapi obat dan
pembuatan profil pengobatan penderita (P3) dengan menganalisis atau
mengevaluasi terapi obat yang digunakan.
Dilihat dari fungsinya Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung memiliki fungsi sebagai perencanaan dalam pengadaan
BMHP. Perencanaan BMHP itu sendiri meliputi pola konsumtif yang melakukan
perencanaan terhadap jenis BMHP aktif, jumlah pemakaian dan jumlah stock
perkiraan BMHP, pola perencanaan ini dilakukan dengan periode per tiga bulan
(pola konsumtif). Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung juga melakukan produksi sediaan farmasi melalui cara pengemasan
kembali, pengenceran dan pembuatan, proses produksi sediaan farmasi ini
dilakukan di bagian produksi yang berada di rumah sakit. Pengadaan BMHP
dilakukan dengan cara melakukan pembelian BMHP dari luar dengan
dibentuknya panitia pengadaan dimana IFRS sebagai salah satu anggotanya.
Sistem penyimpanan BMHP di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung dilakukan di gudang. Sistem penyimpanan BMHP di gudang ini
dibagi menjadi dua jenis BMHP yang disimpan secara terpisah dengan maksud
untuk mempermudah dalam mengidentifikasi BMHP, jenis BMHP-nya itu sendiri
yaitu jenis BMHP rutin dan jenis BMHP Jamkesmas. Semua BMHP yang
disimpan di gudang disimpan secara terpisah menurut jenis dan sifatnya yaitu
sistem penyimpanannya terbagi menjadi 5 ruang antara lain : ruang penyimpanan
obat dan alat kesehatan, ruang X-ray Film beserta obat dan alat cucinya, ruang
bahan baku kimia dan Desinfektan, ruang bahan mudah terbakar, dan ruang alat
kesehatan dan inventaris.
81
waktu yang sesuai dengan instruksi dokter. Sistem distribusi obat unit dose ini
belum dapat diterapkan di seluruh area pelayanan farmasi, sistem distribusi ini
penerapannya masih terbatas dalam lingkup beberapa depo farmasi saja antara
lain depo farmasi ruang 11, depo farmasi ruang Mawar, depo farmasi ruang
Bougenvile, serta depo farmasi di gedung baru yang terdiri dari farmasi unit
darurat (EU2) dan depo farmasi ruang internis khusus (RIK) lantai 1, lantai 2,
lantai 3 dan lantai 4, HCU.
Instalasi Farmasi dr.Hasan Sadikin telah menerapkan pelayanan farmasi
klinik yaitu dengan memberikan pelayanan informasi obat kepada penderita,
pelayanan informasi obat ini berupa konseling yang diprioritaskan untuk penderita
yang mendapatkan obat lebih dari tiga jenis dan kepada penderita yang
memerlukan kepatuhan dalam meminum obatnya untuk mengontrol penyakitnya
seperti penderita hipertensi, gagal ginjal, penyakit hati, diabetes, penyakit TBC
dan penyakit lainnya. Konseling juga diberikan pada penderita lansia yang
dilakukan setiap hari selasa dan kamis. Setiap pemberian konseling dilakukan di
ruangan khusus.
Namun, karena keterbatasan sumber daya manusia, pelayanan KIE ini
tidak dapat dilaksanakan terhadap semua pasien di RSUP dr. Hasan Sadikin
Bandung. Untuk lebih mengefektifkan pelayanan KIE tersebut, ada baiknya
dilakukan penambahan SDM berkualitas dan berpengalaman sehingga layanan
dengan orientasi pasien dapoat terus ditingkatkan. Prioritas pemberian KIE
diberikan pada pasien:
1. Geriatrik
2. Pediatrik
3. Pasien dengan polifarmasi
4. Pasien dengan banyak resep dokter
5. Pasien dengan penyakit ginjal
6. Pasien dengan penyakit hati
7. Pasien diabetes
8. Pasien dengan penggunaan obat terapi sempit
9. Pasien yang memerlukan terapi khusus, misalnya kemoterapi
83
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin
Bandung telah melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian yang meliputi:
1. Pelayanan farmasi produk
84
4.2 Saran
Dari hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung, maka disarankan:
1. Untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu dan terjangkau,
sebaiknya penerapan formularium dan kebijakan lain tentang obat lebih
ditingkatkan.
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan, disarankan adanya
peningkatan sumber daya manusia baik apoteker maupun asisten apoteker di
beberapa depo untuk meningkatkan efisiensi kerja dan peningkatan
produktivitas. Perlunya perbaikan dan perluasan sarana fisik dari depo farmasi
terutama di gedung lama untuk mengotimalkan pelayanan.
3. Untuk meningkatkan pelayanan farmasi klinik disarankan agar
menyediakan pelayanan farmasi klinik di unit-unit yang lain yang saat ini
belum terjangkau dan penetapan jadwal visite/kunjungan ke ruangan pasien
baik dilakukan oleh apoteker sendiri atau bersama-sama dengan dokter.
85
DAFTAR PUSTAKA
2. Siregar, Charles, J.P. Farmasi Klinik Teori & Penerapan. EGC. Jakarta.
2003.
3. Humas dan Protokoler Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. 80
Tahun Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Bakti Husada.
Bandung. 2003.
86
9. Sukandar Y Elin Prof Dr, dkk. ISO Farmakoterapi. Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia. Jakarta. 2008.
10. Tjay Tan Hoan Drs, Rahardja K Drs. Obat-obat Penting. PT. Gramedia.
Jakarta. 2003.