You are on page 1of 9

Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Sectio Caesarea

Posted on 24 Januari, 2008 by binhasyim


A. Deskripsi Kasus

1. Definisi Sectio Caesarea

Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong.

Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M,

1998).baca selengkapnya…

Beberapa macam teknik operasi sectio caesarea adalah :

a. Sectio caesarea abdominalis

1) Sectio caesarea transperitonealis

Sectio caesarea klasik atau korporal dengan incisi memanjang pada korpus uteri
dan sectio caesarea ismika atau profunda dengan incisi pada segmen bawah rahim.
2) Sectio caesarea ekstraperitonealis

Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka


kavum abdominal.
b. Sectio caesarea vaginalis

Anastesi merupakan upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada waktu
menjalani operasi. Teknik anastesi yang akan dibahas pada kasus sectio caesarea disini
yaitu anastesi regional. Pada pembiusan regional, ibu yang menjalani persalinan tetap
dalam keadaan sadar sebab yang mati rasa hanyalah saraf-saraf di bagian perut termasuk
rahimnya. Pembiusan regional yang digunakan untuk operasi caesarea pada persalinan
diantaranya adalah bius epidural, spinal dan kelamin. Jenis pembiusan ini dilakukan
dengan memberi obat pemati rasa ke daerah tulang belakang, mengakibatkan sebatas
panggul ke bawah mati rasa, tetapi ibu masih sadar selama proses pembedahan
berlangsung (Dini Kasdu, 2003).
2. Anatomi Fungsional dan Fisiologi

Anatomi fungsional yang dibahas pada kasus post operasi sectio caesarea terdiri
dari anatomi dinding perut dan otot dasar panggul.
a. Anatomi dinding perut

Dinding perut dibentuk oleh otot-otot perut dimana disebelah atas dibatasi oleh
angulus infrasternalis dan di sebelah bawah dibatasi oleh krista iliaka, sulkus pubikus dan
sulkus inguinalis.
Otot-otot dinding perut tersebut terdiri dari otot-otot dinding perut bagian depan,
bagian lateral dan bagian belakang.
1) Otot rectus abdominis

Terletak pada permukaan abdomen menutupi linea alba, bagian depan tertutup
vagina dan bagian belakang terletak di atas kartilago kostalis 6-8. origo pada permukaan
anterior kartilago kostalis 5-7, prosesus xyphoideus dan ligamen xyphoideum. Serabut
menuju tuberkulum pubikum dan simpisis ossis pubis. Insertio pada ramus inferior ossis
pubis. Fungsi dari otot ini untuk flexi trunk, mengangkat pelvis.
2) Otot piramidalis

Terletak di bagian tengah di atas simpisis ossis pubis, di depan otot rectus
abdominis. Origo pada bagian anterior ramus superior ossis pubis dan simpisis ossis
pubis. Insertio terletak pada linea alba. Fungsinya untuk meregangkan linea alba.
3) Otot transversus abdominis

Otot ini berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina musculi recti
abdominis. Origo pada permukaan kartilago kostalis 7-12. insertio pada fascia lumbo
dorsalis, labium internum Krista iliaka, 2/3 lateral ligamen inguinale. Berupa tendon
menuju linea alba dan bagian inferior vagina muskuli recti abdominis. Fungsi dari otot ini
menekan perut, menegangkan dan menarik dinding perut.
4) Otot obligus eksternus abdominis

Letaknya yaitu pada bagian lateral abdomen tepatnya di sebelah inferior thoraks.
Origonya yaitu pada permukaan luas kosta 5-12 dan insertionya pada vagina musculi
recti abdominis. Fungsi dari otot ini adalah rotasi thoraks ke sisi yang berlawanan.
5) Otot obligus internus abdominis

Otot ini terletak pada anterior dan lateral abdomen, dan tertutup oleh otot obligus
eksternus abdominis. Origo terletak pada permukaan posterior fascia lumbodorsalis, linea
intermedia krista iliaka, 2/3 ligamen inguinale insertio pada kartilago kostalis 8-10 untuk
serabut ke arah supero medial. Fungsi dari otot ini untuk rotasi thoraks ke sisi yang sama.
b. Otot dasar panggul

Otot dasar panggul terdiri dari diagfragma pelvis dan diagfragma urogenital.
Diagfragma pelvis adalah otot dasar panggul bagian dalam yang terdiri dari otot levator
ani, otot pubokoksigeus, iliokoksigeus, dan ischiokoksigeus. Sedangkan diafragma
urogenetik dibentuk oleh aponeurosis otot transverses perinea profunda dan mabdor
spincter ani eksternus. Fungsi dari otot-otot tersebut adalah levator ani untuk menahan
rectum dan vagina turun ke bawah, otot spincter ani eksternus diperkuat oleh otot mabdor
ani untuk menutup anus dan otot pubokavernosus untuk mengecilkan introitus vagina.
c. Fisiologi nifas

Perubahan yang terjadi selama masa nifas post sectio caesarea antara lain: (1)
Uterus, setelah plasenta dilahirkan, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi
dan reaksi otot-ototnya. Fundus uteri ± 3 jari di bawah pusat. Ukuran uterus mulai dua
hari berikutnya, akan mengecil hingga hari kesepuluh tidak teraba dari luar. Invulsi uterus
terjadi karena masing-masing sel menjadi kecil, yang disebabkan oleh proses antitoksis
dimana zat protein dinding pecah, diabsorbsi dan dibuang melalui air seni. Sedangkan
pada endomentrium menjadi luka dengan permukaan kasar, tidak rata kira-kira sebesar
telapak tangan. Luka ini akan mengecil hingga sembuh dengan pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka, mulai dari pinggir dan dasar luka, (2)
pembuluh darah uterus yang saat hamil dan membesar akan mengecil kembali karena
tidak dipergunakan lagi, (3) dinding perut melonggar dan elastisitasnya berkurang akibat
peregangan dalam waktu lama (Rustam M, 1998).
3. Patologi

Pada operasi sectio caesarea transperitonial ini terjadi, perlukaan baik pada
dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyembuhan dari luka operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi
dan iritasi. Dengan adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan
proses penyembuhan. Perjalanan proses penyembuhan sebagai berikut : (1) sewaktu
incisi (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis dan jaringan kulit akan mati.
Ruang incisi akan diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam pertama akan mengalami
reaksi radang mendadak, (2) dalam 2-3 hari kemudian, exudat akan mengalami resolusif
proliferasi (pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi, (3) pada hari ke-3-4 gumpalan darah
mengalami organisasi, (4) pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah
terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi dehiscence (merekah)
luka, (5) pada hari ke-7-8, epitelisasi terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan epitelisasi
adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi luka ke arah tengah atau terjadi dari sisa-sisa
epitel dalam dermis, (6) Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum, (7)
tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada seseorang dengan
riwayat SC dianjurkan untuk tidak hamil pada satu tahun pertama setelah operasi
(Hudaya, 1996).
Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut : (1)
infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi ringan ditandai
dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas, infeksi yang berat ditandai
dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena
karena partus lama dan ketuban yang telah pecah terlalu lama, (2) perdarahan bisa terjadi
pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia uteria ikut terbuka atau karena atonia
uteria, (3) terjadi komplikasi lain karena luka kandung kencing, embolisme paru dan deep
vein trombosis, (4) terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Rustam M, 1998).
4. Etiologi

Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat
maupun dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan dilakukan
operasi sectio caesarea. Adapun penyebab dilakukan operasi sectio caesarea adalah :
a. Kelainan dalam bentuk janin

1) Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayii
sulit keluar dari jalan lahir.
2) Ancaman gawat janin

Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan


untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang
menguntungkan.
3) Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan
hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan
diputuskannya dilakukan operasi.
4) Bayi kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
b. Kelainan panggul

Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat


menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat
disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam
kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang belakang), penyakit polio atau
mengalami kecelakaan sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul.
c. Faktor hambatan jalan lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir,
tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).
5. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin tinggi, pada masa
sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi, penyediaan
cairan dan darah, indikasi dan antibioti angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu
pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan tenaga-tenaga yang
cekatan kurang dari 2 per 1000 (Rustam M, 1998).
B. Deskripsi Problematika Fisioterapi
Adapun problem yang dihadapi oleh pasien post operasi sectio caesarea adalah :
1. Nyeri

Nyeri dirasakan sebagai akibat adanya luka incisi pada dinding perut ataupun dinding
uterus.
2. Potensial terjadinya penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul

Penurunan elastisitas otot perut dan elastisitas otot dasar panggul terjadi karena pada
masa kehamilan terjadi penguluran pada otot-otot tersebut.
3. Potensial terjadinya trombosis

Hubungan pendek (shunt) antara sirkulasi ibu dan plasenta didapat pada masa kehamilan.
Shunt akan hilang dengan tiba-tiba setelah melahirkan ada kompensasi hemokonsentrasi
dengan peningkatan viskositas darah sehingga volume darah kembali seperti sedia kala.
Dengan adanya mekanisme tersebut maka potensial terjadi trombosis pada pembuluh
darah venanya karena tungkai dibiarkan terlalu lama tidak bergerak.
4. Penurunan kemampuan ADL
Karena adanya nyeri pada masa incisi menyebabkan pasien enggan untuk bergerak.
Sehingga pasien mengalami gangguan dalam transfer, ambulasi ataupun ADL.
C.Teknologi Intervensi Fisioterapi
Terapi latihan merupakan salah satu modalitas fisioterapi dimana dalam pelaksanaannya
menggunakan latihan-latihan gerak tubuh, baik secara pasif maupun aktif (Kisner, 1996).
Terapi latihan bertujuan untuk mempertahankan dan memperkuat elastisitas otot-

otot dinding perut. Otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia, perawatan

dan pemeliharaan keindahan tubuh (Rustam M, 1998).

Tehnik yang digunakan pada terapi latihan antara lain :

1. Gerakan aktif (active movement)

Merupakan gerakan yang diselenggarakan dan dikontrol oleh kerja otot yang

disadari, bekerja melawan tenaga dari luar.

Klasifikasinya :
a. Assisted active movement
Merupakan gerakan yang terjadi karena adanya kerja otot yang bersangkutan

melawan pengaruh gravitasi. Dalam melawan gravitasi kerjanya dibantu oleh kekuatan

dari luar.

b. Free active movement


Merupakan gerakan yang terjadi karena kerja otot dalam melawan pengaruh

gravitasi, yang kerjanya tidak dibantu oleh kekuatan dari luar.

2. Breathing exercise
Merupakan suatu latihan pernafasan yang ditujukan untuk memelihara daya

kembang thoraks. Selain itu juga membantu mengeluarkan mucus yang ada pada sistem

pernafasan. Teknik yang digunakan adalah SMI (sustained maximal inspirited) yaitu

inspirasi maximal yang ditahan 2-3 detik kemudian dihembuskan perlahan-lahan.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya kembang thoraks sehingga volume paru

meningkat.

3. Statik kontraksi

Suatu metode terapi latihan yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan spasme

otot (Ebner, 1959).

4. Latihan otot-otot perut dan otot dasar panggul

Latihan pada otot-otot perut dan otot dasar panggul bertujuan untuk

meningkatkan kekuatan dan elastisitas otot-otot perut dan otot-otot dasar panggul.

5. Edukasi

Menjelaskan pada Ibu tentang manfaat latihan penguatan otot perut dan aktivitas

perawatan diri di rumah. Selain itu diberi petunjuk latihan di rumah cara menyusui dan

perawatan payudar
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Sistem Kesehatan Nasional.


Dini Kasdu, 2003, Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Puspa Swara, Jakarta..
Ebner Maria, 1959, Second Edition, Physiotherapy in Obstetri and Gynecology,
Hasanah, P, Senam Hamil, 1991, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran, Bandung, .
Kisner, C, Lynn dan Allen C, 1996, Therapheutic Exercise Foundation and Technique,
FA Davis, Philadelphia,
Kusnandari, 1993, Kesehatan Ibu Hamil dan Melahirkan, Unit Pelayanan Trehabilitasi
Medis, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Nugroho, D.S, 2001, Neurofisiologi Nyeri dan Aspek Kedokteran, Pelatihan
Penatalaksanaan FT Komprehensif pada Nyeri, Surakarta 7-8 Maret.
Prasetya, Hudoyo, 1996, Obstetri dan Ginekologi, Akademi Fisioterapi Surakarta.
Puts and Pabts, 2000, Sobatta, EGC, Edisi 21, Jakarta,.
Rosemary, M, Schlly, 1989, Physical Therap, J.B Lippincott Company Philadelphia.
Rustam, Mochtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obestetri Sosial, Jilid ke 2,
Edisi ke 2, EGC, Jakarta.
Sarwono, Prawirohardjo, 1981, Ilmu Kebidanan, Edisi ke 2, Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta.
Sri Mardiman, dkk, DP3Ft II, Akademik Fisioterapi Surakarta.

DIarsipkan di bawah: Post Operasi


binhasyim.wordpress.com

Seksio caesar meningkatkan risiko ibu dan bayi


Kalbe.co.id – Menurut temuan sebuah studi di Amerika Latin, dibandingkan dengan
persalinan normal, persalinan seksio caesar memiliki 2 kali lipat risiko komplikasi dan
kematian baik pada bayi dan ibu, jika janin normal, posisi kepala di bawah. Namun
demikian, jika janin posisi terbalik, posisi melintang, manfaat persalinan normal melebihi
risikonya. Dr. Jose Villar dan koleganya dari University of Oxford di Inggris melaporkan
dalam jurnal BMJ Online First, 31 Oktober 2007.
Peningkatan angka persalinan caesar beberapa tahun belakangan tidak dijelaskan dengan
manfaat yang jelas untuk bayi dan ibu. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada
ibu dan pelayanan kesehatan mengenai risiko potensi individu dan manfaat yang
berkaitan dengan persalinan normal.
Studi ini diikuti oleh 94.307 perempuan yang melahirkan di 120 fasilitas kesehatan di 8
negara Amerika Latin. Para peneliti membandingkan hasil dari 31.821 perempuan yang
menjalani persalinan caesar, yang dilakukan selama melahirkan atau sudah ditentukan
lebih dahulu, dengan 62.486 perempuan yang menjalani persalinan normal.
Perempuan di kelompok caesar mempunyai 2 kali risiko histerektomi, transfusi darah,
pelayanan intensif, rawat inap lebih lama dan kematian, dibandingkan dengan mereka
yang melahirkan normal. Mereka juga 5 kali lipat lebih sering memerlukan penanganan
antibiotik pasca melahirkan.
Risiko tinggal di dalam ruangan ICU neonatus selama 7 hari mencapai 45% lebih tinggi
untuk bayi yang dilahirkan melalui persalinan caesar terpaksa dan lebih dari dua kali lipat
untuk yang menjalani persalinan elektif, dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan
normal. Pola yang sama untuk kematian bayi juga diamati, yang meningkat pada
persalinan caesar masing-masing sebesar 41% dan 82%.
Pola kebalikan diamati ketika janin dalam posisi melintang saat persalinan. Dibandingkan
persalinan normal, risiko kematian bayi dikurangi dalam persalinan caesar yang
direncanakan sebesar 45% dan 31% dalam persalinan caesar sat melahirkan.
Villar dan koleganya menyimpulkan bahwa ketika janin dalam posisi normal, kepala
menghadap ke bawah, yang mewakili mayoritas persalinan, seksio caesar berkaitan
dengan kematian dan komplikasi ibu dan bayi lebih tinggi.
drhandri.wordpress.com

PARTUS KASEP

PENGERTIAN
Partus kasep adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun anak
PATO FISIOLOGI
Penyebab kemacetan dapat karena:
1. Faktor panggul : Kesempitan panggul
2. Faktor anak : Kelainan anak
3. Faktor tenaga : Hipotonia
4. Faktor penolong : Pimpinan yang salah
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal pembukaan
sampai lahirnya anak.
Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi: 20 jam, multi: 14 jam) fase aktif
(primi: 1,2 cm per jam, multi 1 ½ cm per jam) atau kala pengeluaran (primi: 2 jam, multi:
1jam), maka kemungkinan akan timbul partus kasep.
Partus yang lama apabila tidak segera diakhiri akan menimbulkan:
1. Kelelahan pada ibu
Karena mengejang terus, sedangkan “intake” kalori biasanya kurang
2. Dehidrasi, dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena “intake” cairan
yang kurang.
3. Infeksi rahim
Terjadi bila ketuban sudah lama pecah, sehingga terjadi infeksi rahim yang
dipermudah karena adanya manipulasi penolong yabg kurang steril.
4. Perlukaan jalan lahir
Apabila selain adanya disproporsi panggul dan anak juga dilakukan manipulasi dan
dorongan oleh penolong.
5. Gawat janin sampai kematian karena asfiksia dalam rahim
GEJALA KLINIS
1. Tanda-tanda kelelahan dan dehidrasi
1. Dehidrasi: nadi cepat dan lemah
2. Meteorimus
3. Febris
4. His hilang atau melemah

You might also like