You are on page 1of 9

a

Wisata Ilmiah Tanaman Sayur di Lembang


Balitsa, dalam waktu dekat akan meluncurkan produknya yang tidak lepas dari bidang
yang ditekuninya, yaitu wisata ilmiah sayuran (di Lembang) dan buah-buahan (di Subang). Wisata
ilmiah tanaman sayuran sedang dipersiapkan di kebun percobaan Margahayu

Lembang, kota kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merupakan daerah wisata yang
menawarkan suasana alami yang indah dan udara pegunungan yang sejuk. Tidak mengherankan jika
kota ini sering disinggahi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam, dan sebagian besar akan
membeli sayuran serta buah-buahan sebagai oleh-oleh.

Jarak dari Bandung tidak jauh. Hanya 20 km. Juga dari Jakarta. Sekitar dua jam tiga puluh menit.
Melewati jalan tol Cikampek, Subang, terus menuju ke Lembang. Pemadangannya juga asri sepanjang
jalan dengan udara yang sejuk.

Dengan didukung udara sejuk dan berada pada ketinggian 1.250 meter di atas permukaan laut,
Lembang merupakan daerah yang berpotensi untuk menghasilkan sayuran. Begitu banyak jenis sayuran
yang diproduksi di kawasan Lembang sehingga daerah ini sangat dikenal dengan produk sayuran
dataran tingginya.

Jika datang ke daerah ini, kita bisa menjumpai tanaman sayuran seperti kentang, cabai merah, bawang
merah, tomat, buncis, kacang panjang, jamur, terong, mentimun, dan sayuran tropis asli Indonesia
lainnya. Setelah perjalanan dari Bandung dan memasuki daerah Lembang, kita sudah disuguhi sayuran
yang dipajang di pinggir jalan.

Berbagai jenis sayuran itu diambil dari kebun sayur yang berada di daerah pegunungan sekitar
Lembang, dan dijual dalam kondisi segar.

Kita bisa memilih jenis-jenis sayuran dan buah-buahan sesuai selera kita dan membelinya. Harga
sayuran ini pun bisa ditawar seperti layaknya di pasar tradisional.

Sementara itu, di balik kios-kios penjual sayuran, terlihat hamparan luas tanaman sayuran yang
menghijau. Hamparan itu ada yang berada di lembah, dan ada yang berada di lereng perbukitan
sehingga menambah keragaman topografi di daerah Lembang. Sangat jelas terlihat, hamparan hijau
dalam areal yang tertata rapi. Ada pula hamparan cokelat tanah karena areal itu bekas dipanen.

Memang sangat disayangkan, masih ada hamparan tanaman sayuran di lereng yang tingkat
kemiringannya besar yang seharusnya lahan itu ditanami tanaman keras (pohon-pohonan). Sangat
berbahaya membuka lahan tanaman sayuran di lereng seperti itu sebab akan mengakibatkan tanah
longsor. Namun tampaknya hal itu bukan masalah bagi para petani sayur di Lembang. Mereka memilih
menanam berbagai jenis sayuran karena memang lebih menguntungkan dibandingkan dengan
menanam tanaman keras yang menghambat laju erosi.
Potensial

Harus diakui, jalan utama di Lembang dengan pemandangan alam yang demikian indah mempunyai
nilai yang tinggi jika dilihat dari potensi wisata. Saat memarkir mobil di pinggir jalan untuk berbelanja
sayur misalnya, kita dapat memandang jauh ke sekeliling kita. Mata menjadi segar kembali dan kita
bisa menghirup udara segar pegunungan.

Selain menyaksikan indahnya panorama alam, ternyata di Lembang kita juga bisa mengetahui lebih
jauh tanaman sayuran. Bisa dipastikan, saat ini banyak anak-anak - bahkan orang yang sudah dewasa -
di Jakarta yang tidak mengetahui berbagai jenis tanaman sayuran atau pohon buah-buahan. Seperti
buah apel, jeruk, salak, jambu, atau jenis sayuran tomat, wortel, cabai, pasti banyak yang sudah
menikmatinya. Tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah mereka sudah tahu seperti apa sebenarnya
bentuk tanaman dari buah dan sayuran itu.

Dengan berbelanja langsung di Lembang, dan menyaksikan tanaman di kebun yang berada di pinggir
jalan, kita akan bisa menyaksikan secara langsung jenis-jenis tanaman sayuran yang sering kita makan.
Kita bisa bertanya kepada para penggarap kebun sayuran dan meminta penjelasan jenis tanaman yang
sedang digarapnya.

Namun, tentu saja hanya sedikit pengetahuan yang kita dapatkan. Karena itulah, peluang untuk
menikmati kebun sayuran dan mendapatkan penjelasan secara memadai tentang berbagai jenis tanaman
sayuran, benar-benar dimanfaatkan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Badan Penelitian
dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pertanian di Lembang.

Balitsa, dalam waktu dekat akan meluncurkan produknya yang tidak lepas dari bidang yang
ditekuninya, yaitu wisata ilmiah sayuran (di Lembang) dan buah-buahan (di Subang). Wisata ilmiah
tanaman sayuran sedang dipersiapkan di kebun percobaan Margahayu Lembang, sedangkan untuk
buah-buahan dipersiapkan di kebun percobaan Subang.

Letak Balitsa yang berada di sebelah kiri jalan dari Bandung ke arah Subang ini, tepatnya di Jalan
Tangkuban Perahu 517 Lembang, tidak sulit dijangkau, baik dengan kendaraan umum maupun
kendaraan pribadi. Setelah masuk gerbang kompleks Balitsa, kita bisa menyaksikan tanaman sayuran di
lahan percobaan, serta tanaman yang sedang diteliti yang berada di rumah-rumah kaca (green-houses).

Tentu saja wisatawan yang akan memasuki lokasi wisata ilmiah tanaman sayuran tidak akan
mengganggu penelitian yang sedang dilakukan oleh 80 peneliti Balitsa, karena lokasi kebun percobaan
untuk penelitian berbeda dengan kebun yang akan "dijual" sebagai objek wisata ilmiah.

Pendidikan

Kendati objek wisata ilmiah sayuran dan buah-buahan ini belum jadi seluruhnya, Kepala Balitsa Dr
Agus Muharam mengakui bisnis tersebut memiliki potensi yang sangat bagus. "Terutama dari sisi
manfaat, akan banyak siswa atau orang awam yang bisa belajar dan mengetahui berbagai jenis tanaman
sayuran. Ini sifatnya pendidikan," katanya.

Karena namanya wisata ilmiah, maka yang masuk lokasi ini juga berniat untuk belajar dan mengetahui
secara mendalam tentang jenis sayuran dan buah-buahan. Jangan dibayangkan Anda berwisata di
dalam laboratorium yang banyak preparat dan mikroskupnya. Di sini, kita disajikan berjenis-jenis
tanaman yang telah diatur sedemikian rupa, dan pengaturannya juga mempertimbangkan aspek fungsi,
kenyamanan, keindahan dan perawatan.

Lokasi wisata ilmiah ini juga akan menjadi area wisata, area hijau, daerah resapan air dan dapat
menjadi pengendali lingkungan. "Kita berupaya untuk meningkatkan Balai Penelitian sebagai area
yang multifungsi, sehingga memiliki nilai tambah," kata Agus.

Dilihat dari aspek sosial budaya, wisata ilmiah akan banyak membantu. Seperti diketahui, masyarakat
Indonesia telah mulai meninggalkan cara-cara bertani/berkebun yang sebenarnya dahulu merupakan
mata pencaharian yang utama. Di kebun percobaan ini nantinya akan dipelajari bagaimana
membudidayakan tanaman dengan baik dan benar. Bisnis ini juga akan mengangkat citra masyarakat
dan lingkungan sekitarnya, karena ada interaksi antara keduanya.

Kebun percobaan Margahayu yang akan dijadikan sebagai areal wisata ilmiah sayuran memiliki luas
sekitar 30 hektare dengan tanah yang subur berjenis andosol, dan berada pada ketinggian 1.250 meter
dari permukaan laut. Di lokasi wisata ini nantinya akan ada air terjun dan lokasi dilewati sungai yang
berbatu-batu dengan banyak mata air. Karena berada di dekat Gunung Tangkuban Perahu, maka objek
wisata ini akan menghidangkan pemandangan yang indah.

Dengan kondisi topografi yang ada, maka selain sebagai lokasi wisata ilmiah, lokasi ini juga
dipersiapkan untuk outbound, hiking dan jogging track. Wisata ilmiah ini mempunyai tema taman
wisata yang membuat program dalam cara bertani yang baik dan memberikan penyuluhan-penyuluhan
serta berekreasi dengan suasana pedesaan.

Wisatawan yang akan mengunjungi objek wisata ilmiah akan disambut pintu gerbang yang mempunyai
karakter khusus. Gerbang ini tidak terlalu tinggi sehingga tidak mengganggu pemandangan keindahan
taman wisata dari luar. Taman ini dilengkapi dengan plaza, yaitu ruang terbuka yang dibuat sebagai
pusat lokasi dan bisa berfungsi untuk pertemuan. Bentuk plaza bulat yang dibuat seperti sebuah teater
terbuka dengan arena pusat berada di bawah, sedangkan tempat duduk melingkar berbentuk teras-teras
berurutan dari atas ke bawah.

Selain itu juga disediakan tempat parkir yang bisa menampung 30 buah kendaraan dan terletak di
dalam sehingga tidak mengundang pedagang kaki lima untuk masuk. Untuk makanan dan minuman,
akan disediakan kafetaria yang lokasinya berdekatan dengan air terjun, sehingga makanan dan
minuman bisa dinikmati sambil menyaksikan air terjun.

Objek wisata juga dilengkapi dengan kios yang menjual cendera mata, mushola, gazebo atau pendopo
yang bisa menampung 300 orang. Juga disediakan gazebo kecil untuk beristirahat dengan ukuran 2x2
meter persegi. Area outbound dan hiking dengan memanfaatkan potensi alam berupa kontur terjal, air
terjun dan pohon besar dan pohon-pohon tua.

Sebagai pusat objek adalah area pertanian. Di lokasi inilah para pengunjung dapat mempraktekkan cara
bercocok tanam yang baik dan benar. Mereka juga bisa menanam dan memetik tanaman sayuran serta
mempelajari tanaman sayuran itu.
Tanaman Asli

Selain mengenal jenis-jenis tanaman sayuran yang saat ini sudah banyak beredar di pasar, pengunjung
juga bisa menyaksikan jenis tanaman asli Indonesia (indigenous vegetables) yang ternyata mempunyai
khasiat khusus untuk kesehatan manusia. Berbagai jenis tanaman asli itu sekarang sedang diupayakan
untuk dikumpulkan di Balitsa, dan kemudian akan dilakukan penelitian jenis-jenis tanaman yang bisa
menyembuhkan penyakit.

Negara-negara ASEAN bersepakat untuk melestarian tanaman-tanaman aslinya. Balitbang Pertanian di


negara-negara ASEAN saat ini telah membikin kebun untuk menanam, melestarikan tanaman asli
tersebut. Selanjutnya dilakukan penelitian manfaat tanaman tersebut untuk kesehatan manusia. Untuk
Indonesia lokasinya di Lembang.

Saat ini Balitsa sudah mendata, terdapat 87 jenis tanaman (spesies) dari 29 famili yang ada di
Indonesia. Menurut Dr Anggoro, peneliti khusus tanaman sayuran dan buah-buahan asli Indonesia, dari
jumlah itu memang ada beberapa tanaman yang belum bisa didatangkan ke Balitsa. Koleksi tanaman
itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia, untuk selanjutnya akan dikembangkan sehingga
bermanfaat bagi manusia.

Beberapa spesies tanaman itu adalah handeuleum (Grapthophyllum pictum), sambiloto (Andrographis
paniculata), kedondong (Spondias pinnata), adas (Foeniculum vulgare), antanan (Centella asiatica),
sladri (Apium graveolens). Kemudian mangkokan (Nothopanax scutellarium), beluntas (Pluchea
indica), jotang (Spilanthes acmella), Legetan (Spilanthes iabadiensis), sembung (Blumea balsamifera).

Jenis tanaman lainnya adalah genjer (Limnocharis flava), pepaya (Carica papaya), godobos (Enydra
fluctuans), kemandilan/jonge (Emilia sonchifolia), kenikir (Cosmos caudatus), sintrong (Erechtites
valerinaefolia), selada air (Nasturtium officinale), baligo (Benincasa hibrida), blewah (Cucumis melo),
gambas/oyong (Luffa acutangula), kemarongan (Coccinia cordifolia), labu kuning (Cucurbita
moschata), labu mie (Cucurbita), labu parang (Lagenaria sicerana), labu siem (Sechium edule), paria
(Momordica charantia), paria belut (Trichosanthes anguina).

Kemudian kemangi (Ocimum americanum), keresmen (Mentha arvensis var javanica), selasih
(Ocimum basilicum), gude (Cajanus cajan), koro (Phaseolus lunatus), krokot (Portulaca grandiflora),
kelor (Moringa oleifera), cincau (Cyclea Barbara), simbukan (Nearotis hirsute), takokan (Solanum
torvum), dan kangkung (Ipomoea aquatic/reptans).

Dengan wisata ilmiah itu, maka sebuah terobosan telah dilakukan oleh Balitsa yang mempunyai tugas
pokok melaksanakan kegiatan penelitian tanaman sayuran. Seperti mandat yang diberikan, Balitsa
mempunyai visi sebagai institusi yang responsif, antisipatif, dan partisipatif dalam menciptakan,
merekayasa dan mengembangkan Iptek untuk mewujudkan sistem dan usaha agribisnis sayuran yang
berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan, serta terdesentralisasi.

Arah dan strategi program penelitian sayuran adalah menghasilkan teknologi efektif dan dapat
diterapkan, berorientasi agribisnis, dan mampu menjawab, mengantisipasi serta menciptakan kebutuhan
pengguna. Balitsa juga diarahkan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal,
memanfaatkan peta informasi global, dan mengakomodasi semua potensi internal untuk mengantisipasi
persaingan global.
Ke depan, berkembangnya wisata ilmiah akan semakin mendukung sosialisasi produk-produk yang
dihasilkan Balitsa kepada masyarakat. Lembaga ini pada akhirnya juga akan memberikan jasa yang
cukup besar bagi warga negara Indonesia untuk mengenal dan mencintai tanaman sayuran yang
diproduksi alamnya sendiri.

Sumber: PEMBARUAN
http://www.situshijau.co.id/tulisan.php?act=detail&id=273&id_kolom=1
Tanam sayur "Paritta's Organic" peri-urban di Tembilahan, Riau
Catatan lapang

___Pertanian organik di daerah Indragiri Hilir (Tembilahan), Riau atau wilayah Provinsi Riau
keseluruhan belum begitu dikenal luas atau diperkenalkan kepada kalangan instansi pemerintah,
akademisi atau LSM lokal, kendati dalam praktek budidaya tanaman padi di areal rawa, dan sayur-
sayuran sehari-hari masyarakat sudah menjalaninya. Hal ini terjadi lantaran sebagian besar areal
pertanian diarahkan pada budidaya tanaman perkebunan: kelapa sawit, karet dan kelapa – di Riau
terdapat pusat koleksi plasma nutfah kelapa.

___Kebutuhan pangan dan sayur–mayur masyarakat Riau nyaris bergantung sepenuhnya kepada
pasokan dari provinsi tetangga, yaitu Sumbar dan Sumut.

___Kondisi lahan pertanian yang berada di dekat dengan muara sungai, dan daerah pasang surut
menyebabkan wilayah pertanian di Tembilahan sangat rentan terhadap genangan air, terutama pada
antara bulan Desember hingga Januari, di mana air pasang sangat tinggi selama seminggu. Meskipun
demikian, dengan membuat bedengan2 yang cukup tinggi, dan di sekitar areal dibuatkan kanal-keliling,
maka resiko tanaman tergenang air dapat dihindari.

Uji Coba Tanaman Sayuran di Tembilahan (Wilayah Pinggir Kota).

a. Bibit
___Pengalaman pertama yang cukup melelahkan di Tembilahan ini adalah sulitnya mendapatkan
benih-benih sayuran lokal seperti bibit cabe (keriting dan rawit), bibit bayam, kacang panjang, dan lain
sebagainya. Kalaupun ada itu pun menempuh jarak yang cukup jauh di daerah yang sarana transportasi
umum tidak memadai dan mahal.

___Agar tidak berlama-lama, untuk mendapat benih/bibit terpaksa diperoleh dengan jalan membeli
bibit sayur pabrikan, seperti cabe keriting, cabe rawit, dan patcoy. Selain itu di sekitar lahan yang
hendak saya garap ada beberapa batang tanaman bayam yang sudah tua. Dan ada pula ada tambahan
bibit ketimun dari seorang petani.

___Untuk mendapatkan bibit yang cukup memadai dan sekaligus uji coba terhadap kesesuaian tanah,
maka dibuatlah bedeng-bedeng persemaian benih dengan ukuran masing-masing ± 1m2 (benih cabe
rawit, cabe keriting, ketimun, dan patcoy). Setiap bedeng dibatasi dengan cara membuat parit
berukuran lebar 60 m berkedalaman 30 cm.

___Salah satu sifat fisik tanah di Tembilahan adalah berlumpur - daerah rawa - dan apabila ketika
kering, maka strukturnya akan keras. Pada tahap pertama penyemaian benih (pembibitan) terjadi
kegagalan sekitar 40%. Guna menghindari agar hal ini tidak terulang kembali, maka tanah penyemaian
tersebut ditambahkan pupuk kandang (fermentasi kotoran kambing yang telah mengering, sebelumnya
kotoran kambing itu saya peram dalam plastik selama hampir 1 bulan) dengan dosis 1 karung beras
untuk 1m2 areal semai. Kemudian ditambahkan abu organik bekas pembakaran. Sebelum disemai areal
disiram dengan air sampai tanah basah dan lembab. Barulah kemudian benih disemaikan. Ini dilakukan
pada sore hari (setelah cahaya matahari berkurang panasnya. Hingga 4–8 hari areal terus disiram
secukupnya dengan air pada pagi dan sore harinya. Menjelang benih semai siap dipindahkan ke bedeng
tanam, dilakukan pemupukan dengan cairan fermentasi kompos, pupuk kandang dan hijau-hijauan 1–2
x pemupukan. Ini dilakukan agar benih yang akan dijadikan bibit benar-benar sehat.

___Dalam hal pengendalian hama (hama utama adalah keong) saya memakai pendekatan manual saja.
Sekeliling pinggir bedengan dipagari dengan jaring halus yang pada bagian bawah dibenamkan ke
dalam tanah. Dari hasil ujicoba ini, ternyata bibit yang dihasilkan sangat bagus dan sehat serta seragam
pertumbuhannya, terutama untuk tanaman cabe.

___Perlu saya kemukanan, bahwa pada tahap pertama untuk mendapatkan bibit yang baik adalah
melalui beberapa tahap seleksi alam (penanaman yang dikontrol dalam hal unsur hara, kemungkinanan
dari serangan hama dan penyakit melalui teknologi tepat guna dan ramah lingkungan).

b. Pengolahan Tanah
___Pengolahan tanah di lahan Rawa agak berbeda dengan lahan biasa, di mana karena daerah rawa
kedap air sehingga tekstur tanah liat dan bila kering akan mengeras. Agar tanah tersebut strukturnya
gembur, maka perlu ditambahkan pupuk kandang dalam jumlah yang agak banyak serta sekam atau
bubuk pengetaman kayu yang telah dibakar (kompos ala kuntan).

___Setelah tanah diolah maka dibuat berupa guludan tanam yang berukuran lebar 1.3 m dan panjang
sesuai panjang lahan (maksimal 30 m agar mudah dikontrol). Jarak antar bedengan adalah sebaiknya 40
cm. Karena di Tembilahan tinggi lapisan tanah dari permukaaan sangat tipis - sekitar 10 cm - dalam
kondisi normal, maka bedengan perlu lebih ditinggikan agar tidak tergenang sewaktu pasang naik.
Lahan yang saya garap tak kurang dari 300 m2 sementara yang tersedia adalah lahan tanaman
utamanya tanaman coklat - cacao, sebutannya sejak lebih dari 10 tahun terakhir - seluas 10 Ha milik
teman saya.

___Selanjutnya di atas guludan tanam ditaburi pupuk kandang yang telah mengering dan diaduk hingga
merata sambil ditambahkan kuntan secukupnya. Agar kondisi kelembaban tanah terpelihara, maka
perlu dilapisi dengan lapisan jerami atau hijau-hijauan. Hal ini selain menjaga kelembaban tanah juga
berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, serta menguarangi pertumbuhan gulma. Hanya saja kalau
terllau lembab, maka potensi resiko tanaman terkena penyakit jamur lebih tinggi.

c. Penanaman
___Jarak tanam saya disesuaikan dengan sifat tanaman yang akan ditanam dan tanaman lain yang akan
ditumpangsarikan dengannya dalam satu guludan. Contohnya, tanaman cabe yang berumur sekitar 6–7
minggu hingga akhir produksi optimal akan mempunyai cabang yang akan meluas di sekiling tanaman.
Maka tanaman cabe tersebut akan cocok di tanam dengan tanaman bawang daun yang berumur pendek
dan fisik bawang tidak akan mengganggu tanaman cabe. Bahkan aroma bawang daun akan dapat
mengusir bebeberapa hama tanaman cabe yang akan hinggap.

___Tanaman bawang daun pun dapat ditanam 2-3 x dalam 1 periode usia produktif tanaman cabe.
Demikian pada tumpangsari jenis tanaman sayuran lain

___Sebagai catatan, saya hanya memilih beberapa dari koleksi daftar tumpangsari Biotani&Bahari
Indonesia/ PAN Indonesia, yaitu yang agak mudah perolehan benihnya di Tembilahan Riau.
d. Pengendalian H/P.
___Dalam pertanian organik dikenal istilkah ”tak ada rotan akar pun jadi”. Artinya banyak alternatif
dalam perlindungan tanaman terhadap serangan dan wabah hama dan penyakit tanaman tanpa harus
menggunakan bahwan kimia sintetis. Di sini saya lebih menekankan kepada kegiatan pengamatan,
sambil menyampaikan pemahaman petani akan sistem kerja alam sekitar.

e. Produksi/Panen
___Panen dalam pertanian organik biasa dilakukan hampir sepanjang tahun pada areal lahan yang tidak
begitu luas. Hal ini karena pola tanamnya bukan monokultur, tetapi beragam jenis dan bergilir sesuai
dengan sifat taaman dan kondisi musim. Artinya, faktor keberuntungan semakin jelas. Karena kecil
kemungkinan resiko gagal panen pada semua jenis tanaman yang ditanam secara bergilir, disisip, dan
beragam - tumpang sari – lihat koleksi PAN Indonesia (1985-1989, 1990-1991, 1993-1996), dan
Biotani Indonesia (1996-1999, dan 2000-2003).

f. Pemasaran.
___Pemasaran, dalam kurang dari setahun ini, saya lebih mementingkan aspek sosial tanpa melupakan
aspek bisnis. Target pasar jelas, dan bukan hanya ditujukan kepada konsumsi orang kaya. Pola
pemasaran adalah lewat jaringan, door to door, pasar tradisional, atau dalam bentuk lain. Yang jelas
baik pertanian maupun produknya adalah bukan hanya tuntutan masyarakat dunia, melainkan juga bagi
konsumen lokal saat ini maupun pada masa mendatang.

___Saya telah menghitung kasar: di sekitar lahan yang saya garap ini terlihat potensi segmen pasar,
yaitu guru-guru PGRI. Saya mendapat informasi koperasi PGRI setempat beranggotakan sebanyak
2.000 orang, dan beberapa swalayan-mini, maupun warung biasa, maka sudah pasti klabakan jika
mereka berminat. Dalam coret-coretan gagasan saya akan namai produk organik "Paritta's Organic".
Kata Paritta = parit 3, nama tempat kebun dan saya berdomisi saat ini. Untuk promosi saya telah
membuat brosur, tinggal menyebarkan ke kantor-kantor instansi pemda. Saya juga akan sebarkan
kuesioner untuk memperoleh data dasar calon konsumen. Pada waktunya.saya akan kenalkan sistem
"member" (kartu) kepada guru-guru anggota koperasi PGRI. Harga jual sekitar Rp1.000 hingga Rp
5.000 per paket (3-4 produk, total tak lebih dari 1,5 kg) per konsumen. Adapun pembayaran konsumen
dilakukan pada setiap akhir atau awal bulan, yaitu koperasi - tanpa komisi - yang akan menagih atau
memotong gaji guru yang bersangkutan. Tetapi pada dasarnya saya akan membatasi kuantitas dan
pasokan pada beberapa produk saja per konsumen. Dalam pandangan saya, konsumen perlu juga diberi
pemahaman agar tidak serakah, melainkan berbagi dengan orang lain, dan juga kepada alam.
Sedangkan kepada pedagang sayur asal pasokan Sumbar dan Sumut, ya, saya katakan hanya ujicoba
semata.

___Saya perlu mengungkapkan, besar kemungkinan gagasan itu terhenti selama beberapa waktu
terhitung medio Mei lalu. Ini karena saya tidak tahan asap dari pembakaran untuk pembukaan lahan
yang marak di Riau belakangan ini; sedangkan tanamannya bukan "daging asap", melainkan "sayur
asap". Tetapi yang terpenting saya harus cari tambahan modal. Tanpa hal itu, maka gagasan itu akan
bergantung di awang-awang bak angan-angan belaka. Sementara ini, seorang petani setempat kini
melanjutkan sistem dan pola yang saya praktekkan selama nyaris selama 8 bulan.
Date: Fri, 10 Jul 2009 18:36:20 +0200 [Friday, 10. July 2009 11:36:20 PM WIT], 10 Mei 09 23:20, dan
02 Jan 09; 17:12.

Fendi YS, relawan lapang Biotani&Bahari Indonesia.

---

Revisi, 27 Juli dari versi 13 Juli

---oo0oo---
Posted by BioTani Indonesia at 04:54
http://biotaniindonesia.blogspot.com/2009/07/tanam-sayur-parittas-organic-peri-urban.html

You might also like