You are on page 1of 6

8 Desember 2009

Hipotesa penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai kesimpulan sementara terhadap masalah yang


diajukan. Dalam kegiatan penelitian, yang dapat menjadi sumber masalah adalah
adanya kesenjangan antara “yang seharusnya terjadi” dengan “yang sebenarnya
terjadi”.

Dengan demikian, yang menjadi masalah adalah “apa yang menjadi penyebab timbulnya
kesenjangan antara yang sebenarnya terjadi dengan yang seharusnya terjadi”. Sedangkan
jawaban terhadap masalah tersebut terdiri dua macam kesimpulan, yaitu : a) Kesimpulan
secara Deduktif – Teoritik yang berupa Kesimpulan, dan b) Kesimpulan secara Induktif –
Empirik yang berupa Analisis Data Lapangan.

Dalam dunia akademik, suatu masalah terlebih dahulu dijawab secara teoritik.
Berdasarkan konsep teoritik tersebut maka dapat diajukan suatu hipotesis. Dengan
hipotesis tersebut suatu masalah sudah dapat dijawab, tetapi jawaban masih bersifat
teoritik dan bersifat sementara. Oleh sebab itu, diperlukan data lapangan untuk
memastikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Kebenaran hipotesis tergantung pada analisis data lapangan. Hipotesis yang diajukan
dapat diterima kebenarannya jika analisis data lapangan sesuai dengan teori, sebaliknya
jika analisis data lapangan bertolak belakang (berbeda) dengan teori, maka hipotesis yang
diajukan dapat ditolak.

Hipotesis dapat bersifat Kuantitatif dan dapat bersifat Kualitatif. Secara statistik,
hipotesis yang bersifat kualitatif tidak dapat diuji, sedangkan yang dapat diuji adalah
hipotesis yang bersifat kuantitatif. Hipotesis yang demikian, disebut Hipotesis Statistik
(Statistical Hypothesis) karena selain harus disajikan dalam bentuk angka, hipotesis
statistik juga merupakan pernyataan tentang bentuk fungsi yang menggambarkan
hubungan antar variabel yang diteliti.

Secara statistika terdapat dua macam hipotesis, yaitu Hipotesis Nol (Null Hypothesis)
yang diberi symbol dengan Ho, dan Hipotesis Alternatif (Alternative Hypothesis) yang
diberi symbol dengan Ha. Ho menyatakan tidak ada perbedaan antara statistik sampel
dengan parameter populasi atau tidak ada hubungan antara dua variabel atau lebih. Ha
menyatakan terdapat perbedaan antara statistik sampel dengan parameter populasi atau
terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dalam merumuskan suatu hipotesis, agar hipotesis yang diajukan dapat diuji atau
dianalisis maka yang perlu mendapatkan perhatian adalah bahwa hipotesis hendaknya : a)
Menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih; b) Dinyatakan dalam kalimat
pernyataan; c) Dirumuskan secara jelas dan padat (sistematik); dan d) Dapat diuji
kebenarannya berdasarkan data lapangan.
Dalam pengujian hipotesis terdapat dua tipe kesalahan, yaitu Tipe Kesalahan I jika dalam
pengambilan keputusan berdasarkan pada penolakan hipotesis yang benar (yang
seharusnya diterima), sedangkan Tipe Kesalahan II jika kesimpulan berdasarkan pada
penerimaan hipotesis yang salah (yang seharusnya ditolak).
Probabilitas untuk terjadinya kesalahan disebut dengan “Taraf Signifikan” atau
disimbolkan dengan α, dimana nilai taraf signifikan tersebut dinyatakan dalam prosentase
(misalnya α : 5%, 10% dan lain-lain). Lawan dari taraf signifikan adalah tingkat
keyakinan, yaitu bernilai sebesar 1 - α. Misalnya jika taraf signifikan sebesar 5% maka
tingkat keyakinan sebesar 95 %, jika α sebesar 10% maka tingkat keyakinan bahwa
hipotesis yang diajukan benar adalah sebesar 90%.

Dalam pengujian hipotesis terdapat dua cara yang dapat dilakukan, yaitu pengujian
hipotesis satu arah (One Tail Test) dan pengujian hipotesis dua arah (Two Tail Test).
Untuk pengujian hipotesis satu arah dibagi menjadi dua, yaitu pengujian hipotesis satu
arah negatif dan pengujian hipotesis satu arah positif (tergantung hipotesis alternatif yang
diajukan). Pengujian hipotesis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengujian hipotesis dapat dilakukan untuk menguji perbedaan, yaitu uji beda rata-rata
dan uji beda proporsi. Uji beda rata-rata dibagi menjadi empat bagian, yaitu uji beda satu
rata-rata sampel kecil (sampel >= 30), uji beda dua rata-rata sampel kecil (sampel >= 30).
Sedangkan uji beda proporsi dibagi menjadi dua bagian, yaitu uji beda satu proporsi dan
uji beda dua proporsi.
Pembagian uji beda tersebut di atas, dapat dipetakan sebagai berikut :
Untuk memperjelas materi : Pengujian Hipotesis 2, yang membahas peta uji beda maka
berikut ini akan diberikan contoh penggunaan uji beda tersebut.
Contoh 1 : Uji beda satu rata-rata.
Data yang dikeluarkan oleh suatu lembaga menyatakan bahwa pendapatan rata-rata per
hari pedagang kaki lima di kota “Pn” sebesar Rp. 7.250,-. Seorang peneliti menduga
bahwa pendapatan rata-rata perhari pedagang kaki lima tersebut lebih dari Rp. 7.250,-.
Untuk membuktikan dugaan peneliti tersebut maka diambil sampel sebanyak 20
pedagang kaki lima untuk diwawancarai. Dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata
pendapatan perhari pedagang kaki lima di kota “Pn” sebesar Rp. 8.100,- dengan standat
deviasi sebesar Rp. 2.300,-. Jika dalam pengujian digunakan taraf signifikan sebesar 5%,
ujilah kebenaran data yang dikeluarkan lembaga tersebut.
Contoh 2 : Uji beda dua rata-rata.
Seorang dosen yang mengajar Mata Kuliah Statistika kelas pararel (kelas A dan B)
menyatakan bahwa rata-rata nilai ujian statistika kelas A dan kelas B adalah sama. Untuk
menguji pernyataan tersebut maka diteliti sebanyak 50 mahasiswa kelas A dan 50
mahasiswa kelas B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai ujian kelas A
adalah 67 dengan varian 25,2. Sedangkan untuk kelas B rata-rata nilai ujian adalah 70
dengan varian 38,7. Dengan menggunakan taraf signifikan 5% ujilah pernyataan dosen
tersebut.

Contoh 3 : Uji beda satu proporsi.


Pimpinan perusahaan komputer menyatakan bahwa 90% produk yang dihasilkan dalam
kualitas standart. Untuk menguji pernyataan tersebut maka diambil sampel sebanyak 250
buah untuk diteliti kualitasnya dan ternyata terdapat sebanyak 16 buah yang dinyatakan
mempunyai kualitas tidak standart. Ujilah pernyataan pimpinan tersebut dengan tingkat
keyakinan 95%.
Diposkan oleh Ahmad Kurnia El-Qorni di 17:06

Ada empat tipe pengukuran atau skala pengukuran yang digunakan didalam
statistika (berdasarkan cara menyusunnya), yakni: nominal, ordinal, interval, dan
rasio. Keempat skala pengukuran tersebut memiliki tingkat penggunaan yang
berbeda dalam riset statistik. Skala nominal hanya bisa membedakan sesuatu yang
bersifat kualitatif (misalnya: jenis kelamin, agama, warna kulit). Skala ordinal selain
membedakan juga menunjukkan tingkatan (misalnya: pendidikan, tingkat
kepuasan). Skala interval berupa angka kuantitatif namun tidak memiliki nilai nol
mutlak (misalnya: tahun, suhu dalam Celcius). Sedangkan skala rasio berupa angka
kuantitatif yang memiliki nilai nol mutlak.

You might also like