Professional Documents
Culture Documents
A. KEMISKINAN
1. Why?
• Kemiskinan dialami oleh semua negara di dunia
• Permasalahan klasik di negara miskin: pertumbuhan versus distribusi
pendapatan
• Penyebaran kemiskinan tidak merata di NSB
• kemiskinan berbeda dengan ketimpangan distribusi pendapatan.
2. WHAT?
• kemiskinan absolut:
• diidentifikasikan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan tertentu
• Didasarkan pada pada konsumsi, terdiri dari dua elemen:
• Pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi
minimum dan kebutuhan mendasar lainnya
• Jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi
• Garis kemiskinan (poverty line):
• Rp/kapita/bulan
• Desa vs kota
• kemiskinan relatif:
• pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing
golongan pendapatan
• Dibandingkan lingkungan di mana tinggal
• kemiskinan kultural
• kemiskinan struktural
3. SEBERAPA BESAR TINGKAT KEMISKINAN TERJADI
• Menggunakan cara Headcount Index: menghitung jumlah miskin sebagai
proporsi dari populasi
• cara Poverty Gap: menghitung transfer yang akan membawa
pendapatan setiap penduduk miskin hingga tingkat di atas garis kemiskinan
Hal ini merefleksikan fakta bahwa harga bahan makanan pokok, khususnya
beras, meningkat kurang cepat sejak tahun 1981 dibandingkan dengan harga-
harga lainnya.
Studi yang dilakukan oleh Sumarto (2002) dari SMERU Research Institute
berdasarkan survei yang dilakukan atas 100 desa selama periode Agustus 1998
hingga Oktober 1999. Hasil studinya menemukan bahwa:
A. PENGERTIAN KEMISKINAN
MENGUKUR KEMISKINAN
Kemiskinan Absolut
Garis tersebut tidak mengenal tapal batas antarnegara dan tidak ada
hubungannya dengan tingkat pendapatan per kapita di suatu negara, dan
perbedaan tingkat harga per hari dalam PPP dolar hingga kurang lebih US$1
mengakibatkan jumlah kemiskinan pada kehidupan masing-masing individu.
Bank Dunia menetapkan dua garis kemiskinan global untuk tahun 1985.
Setiap rumah tangga yang pendapatan tahunannya (dihitung berdasarkan daya
beli US$1 pada tahun 1985) $370 digolongkan "miskin" (poor).
Pada tahun 1987, terdapat sekitar 1,2 miliar manusia yang hidup di bawah
garis kemiskinan. Jumlah ini merupakan 30,1 % dari total populasi penduduk
negara-negara Dunia Ketiga.
Mengingat besar atau kecilnya porsi atau bagian pendapatan yang diterima
oleh kelompok-kelompok penduduk yang paling miskin tidak sama untuk masing-
masing negara, maka mungkin saja suatu negara dengan GNP atau pendapatan
per kapita yang tinggi justru mempunyai persentase penduduk yang berada di
bawah garis kemiskinan internasional yang lebih besar dibandingkan dengan
suatu negara yang pendapatan per kapitanya lebih rendah.
Sebagai contoh, Afrika Selatan memiliki pendapatan per kapita sebesar
US$3.520 pada tahun 1996, tingkat kemiskinan 24 % dan kesenjangan
kemiskinan 6,6 %. Sementara Sri Lanka hanya memiliki pendapatan per kapita
sebesar US$740 pada tahun 1996, memiliki tingkat kemiskinan 4 % dan
kesenjangan kemiskinan 0,7 %.
Tidak puas dengan ukuran pendapatan dalam dolar per hari yang
digunakan oleh Bank Dunia, UNDP berusaha mengganti ukuran kemiskinan
"pendapatan" Bank Dunia dengan ukuran kemiskinan "
manusia".
Oleh karena nilai HPI menunjukkan proporsi penduduk yang secara luas
dipengaruhi oleh hilangnya tiga hal utama (daya hidup, ilmu pengetahuan, dan
ketetapan ekonomi), angka HPI yang rendah berarti menunjukkan hal yang bagus
(yakni, persentase penduduk yang mengalami kehilangan hak yang lebih kecil).
Sementara HPI yang lebih tinggi menunjukkan kehilangan yang lebih besar.
Sepuluh negara dengan peringkat tertinggi (artinya, memiliki HPI rendah) dan
sepuluh negara peringkat paling rendah (artinya, memiliki HPI yang tinggi)
PENYEBAB KEMISKINAN
MENGHILANGKAN KEMISKINAN
Beban Kemiskinan Global Terjadi pada negara yang memiliki populasi yang
besar pada kelompok-kelompok tertentu (kaum wanita), Anak –anak (sisi
pendidikan dan kesehatan). Beban tersebut dapat dilihat dari extreme poverty line
dan poverty line.
Kurva Lorenz
Kurva Lorenz metode lain yang lazim dipakai untuk menganalisiss statistic
pendapatan perorangan adalah dengan menggunakan kurva Lorenz.
gambar disamping
menunjukan mekanisme
kerja kurva tersebut.
Jumlah penerimaan
pendapatan dinyatakan
pada subu horizontal,
tidak dalam arti
absolute meliankan dalam
persentase kumulatif.
• Distribusi fungsional
Teori ini pada dasranya mempersoalkan persentase penghasilan tenaga
kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit atau factor produksi yang
terpisah secara individual, dan membandingkannya dengan persentase
pendapatan total di bagikkan dalam bentuk sewa, bungan, dan laba.
Sebagai ilustrasi
Peraga distribusi pendapatan fungsional didalam sebuah erekonomian pasar.
Dalam peraga tersebut kita asumsikan bahwa hanya terdapat dua factor
produksi saja yaitu: modal, yang persediannya dianggap tetap, dan tenaga kerja,
yang merupakan satu-satunya factor variable.
W = W ( Y, I, P )
Dilihat dari akar penyebabnya, ketimpangan bisa dibagi dua.
Pertama, ketimpangan structural (structural inequality) yang
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa bersejarah seperti penaklukan, kolonisasi,
perbudakan, dan distribusi tanah oleh negara atau kekuatan kolonial. Situasi
ini menciptakan elite-elite yang lahir dengan kebijakan mekanisme non-pasar
(non-market mechanism).
Kedua, ketimpangan yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan
pasar karena kesuksesan dalam pasar bebas (free market) selalu tak sama
antarindividu, kota, wilayah, perusahaan, dan industri.
Antara 1960 dan 1980 tingkat ketimpangan pendapatan melonjak, dan hal
ini ternyata terjadi di semua negara-negara Dunia Ketiga nonkomunis.
Pinjaman yang ditarik negara berkembang itu bisa dijelaskan dengan logika
perdagangan antar waktu (intertemporal trade). Negara berkembang terlalu miskin
modal untuk mengolah segenap investasi yang tersedia, sehingga harus
berhutang dengan negara lain. Sebaliknya negara kaya modal telah mengolah
hampir seluruh peluang investasi produktif yang tersedia, sedangkan tingkat
tabungan nasionalnya begitu besar. Oleh sebab itu, wajar jika para penabung di
negara maju lebih tertarik untuk menginvestasikan uangnya di negara
berkembang yang menyajikan keuntungan lebih banyak. Transaksi ini di atas
kertas menguntungkan kedua belah pihak. Namun kenyaaannya, banyak
penarikan pinjaman negara berkembang yang salah. Banyak yang menggunakan
dana pinjaman bagi investasi yang secara ekonomis tidak menguntungkan,
bahkan dana pinjaman digunakan untuk mengimpor barang konsumsi yang tidak
menghasilkan laba. Padahal laba diperlukan untuk membayar pinjaman baik
pokok maupun bunganya. Selain itu rendahnya tingkat tabungan nasional
diakibatkan oleh penerapan kebijakan yang keliru sehingga negara berkembang
makin tergantung pada pinjaman luar negeri.
Beban biaya pendidikan yang semakin mahal membuat orang tua yang
kurang mampu tidak dapat menyekolahkan anak mereka. Anak yang seharusnya
masih mendapatkan pendidikan justru sudah bekerja mencari nafkah untuk
menyambung hidup keluarga. Rendahnya tingkat pendidikan berakibat rendahnya
tingkat gaji yang diperoleh. Pekerja tanpa pendidikan hanya dinilai sebagai
unskilled labor yang tidak memiliki bargaining position. Daya tawar yang rendah ini
berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan yang mereka peroleh. Sehingga
pada waktu mereka masih tetap saja tidak dapat menyekolahkan anak mereka
sampai ke tingkat pendididkan yang tinggi.
Di sisi lain, orang tua yang kaya mampu menyekolahkan anak mereka
sampai ke tingkat pendidikan tinggi. Dengan tingginya tingkat pendidikan dengan
mudah mereka mendapatkan pekerjaan yang bergengsi serta memiliki bargaining
position yang baik sehingga mendapatkan tingkat pendapatan yang tinggi.