You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia dan jiwa seluruh rakyat
Indonesia yang membimbing bangsa Indonesia menjadi bangsa yang luhur
dan memiliki kepribadian yang khas. Pancasila berasal dari diri bangsa
Indonesia itu sendiri sehingga pancasila tidak dapat dipisahkan dari bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu , perlu adanya tindakan nyata dari rakyat Indonesia
untuk menghayati dan mengamalkan semua cita-cita mulia bnagsa Indonesia
yang sudah tercantum dalam setiap sila pancasila.

B. BATASAN MASALAH
Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran di dalam pembahasan
makalah ini, maka penulis akan membatasi pokok bahasan yang akan dibahas,
yaitu :
1. Landasan pendidikan Pancasila, serta tujuan pendidikan Pancasila.
2. Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
3. Pancasila sebagai sistem filsafat.
4. Pancasila sebagai etika politik.
5. Pancasila sebagai iddeologi nasional.
6. Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan republic Indonesia.
7. Pancasila sebagai paradigma kehidupan.

1
BAB II
PENGERTIAN, LANDASAN, SERTA TUJUAN
PENDIDIKAN PANCASILA

A. PENGERTIAN PANCASILA
1) Secara Etimolologis
Pancasila berasal dari sansekerta dari India. Menurut Moh. Yamin,
dalam bahasa sansekerta pancasila memiliki dua arti secara leksial yaitu :
Panca : lima
Syila (vokal i pendek) : batu sendi, alas, atau dasar
Syiila (vokal i panjang) : peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau yang senonoh
Secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksud yaitu “panca syila”
yang bermakna “ berbatu sendi lima” atau secara harafiah “dasar yang
memiliki lima unsur”.
2) Secara Historis
Pada tanggal 1 juni 1945 di dalam siding BPUPKI Ir. Soekarno
berpidato secara lisan tentang rumusan dasar negara dan beliau memberikan
nama “Pancasila” untuk dasar negara tersebut yang artinya lima dasar.
Menurut beliau nama tersebut atas saran dari salah seorang temannya yang
merupakan ahli bahasa.
Proses perumusan Pancasila secara Terminology histories yaitu :
a. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
Pidato Mr. Moh Yamin pada sidang pertama BPUPKI berisikan lima asas
dasar negara Indonesia Merdeka yang diidam-idamkan , yaitu :
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri ketuhanan
4. Peri kerakyatan

2
5. Kesejahteraan rakyat
Usul tertulis yang diberikan Mr. Moh Yamin untuk rancangan UUD yaitu :
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Ir. Soekarno
Usulan lima asas sebagai dasar negara Indonesia (1 juni 1945) :
1. Nasionalisme atau kebangsaaan Indonesia
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
c. Piagam Jakarta
Rumusan Pancasila yang termuat dalam Piagam Jakarta yaitu :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
3) Secara Terminologis
Pada tanggal 18 Agustus 1945 , PPKI berhasil mengesahkan UUD 1945. UUD
1945 terdiri dari dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal .
Rumusan Pancasila yang tercantum dalam bagian pembukaan UUD 1945 :
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia

3
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadillan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

B. LANDASAN PANCASILA
1) Landasan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk karena melalui suatu proses sejarah
yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Kutai , Sriwijaya , Majapahit
sampai datangnya bangsa asing menjajah bangsa kita. Setelah melalui
proses sejarah yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia akhirnya menemukan jati dirinya , yang di dalamnya tersimpul
cirri khas , sifat dan karakter bangsa Indonesia yang berbeda dengan bangsa
lain. Kemdian para pendiri negara merumuskannya dalam suatu rumusan
yang sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip (lima sila)
yang kemudian diberi nama Pancasila .
Jadi , secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
sila pancasila sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sebelum dirumuskan
dan disahkan menjadi dasar negara . Sehingga asal nilai-nilai pancasila
tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri , dengan kata lain
bangsa Indonesia sebagai kausa materialis pancasila .
Atas dasar itulah maka generasi penerus bangsa terutama kalangan
intelektual kampus harus mengkaji , memahami dan mengembangkan
berdasarkan pendekatan ilmiah , yang pada gilirannya akan memiliki
kesadaran dan wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang
dimilikinya sendiri . Materi inilah yang dalam kurikulum internasiona
disebut civic education , yaitu mata kuliah yang membahas tentang national
philosophy bangsa Indonesia .
2) Landasan Kultural
Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat memiliki
pandangan hidup , filsafat hidup dan pegangan hidup yang berbeda antara
satu bangsa dengan bangsa lainnya . Negara komunisme dan liberalisme

4
meletakkan filsafat negaranya pada suatu konsep ideologi tertentu misalnya
komunisme mendasarkan ideologinya pada suatu konsep pemikiran Karl
Marx .
Berbeda dengan bangsa linnya , bangsa Indonesia mendasarkan
pandangan hidupnya pada suatu asas cultural yang sudah melekat dan
dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri . Nilai-nilai kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila pancasila bukanlah hanya
suatu hasil konseptual seseorang saja melainkan suatu hasil karya besar
bangsa Indonesia sendiri , yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang
bangsa ini miliki , melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara
seperti Soekarno , M Yamin , M Hatta , Soepomo serta para pendiri negara
lainnya.
3) Landasan Yuridis
Landasan yuridis perkuliahan Pendidikan Pancasila di perguruan
tinggi tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa sistem pendidikan
nasional berdasarkan pancasila . Hal ini mengandung makna bahwa secara
material pancasila merupakan sumber hokum pendidikan nasional.
Meskipun secara eksplisit nama mata kuliah pancasila tidak
disebutkan dalam Undang-Undang Sisdiknas , namun mata kulih Pancsila
adalah mata kuliah yang mendidik warga negara akan dasar filsafat
negaranya, nilai-nilai kebangsaan serta kecintaan terhadap tanah air yang
dalam kurikulum internasional disebut sebagai civic education, citizenship
education.
Dalam SK Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/KEP/2006, dijelaskan
bahwa Misi Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memantapkan
kepribadian mahasiswa agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-
nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi, berdasarkan
ketentuan tersebut maka materi pendidikan pancasila wajib diberikan di
perguruan tinggi.

5
4) Landasan Filosofis
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara
adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini
berdasarkan fakta objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang
Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah adanya persatuan yang
terwujudkan sebagai rakyat(merupakan unsure pokok negara), sehingga
secara filosofis negara berpersatuan dan berkerakyatan. Konsekuensinya
rakyat adalah merupakan dasar ontologis demokrasi, karena rakyat
merupakan asal mula kekuasaan negara.
Atas dasar itulah maka pancasila merupakan dasar filsafat negara.
Maka sudah menjadi keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai
dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional,
ekonomi, politik, hokum, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan.
C. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
Pendidikan Pancsila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik
yang berperilaku :
1. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung
jawab sesuai dengan hati nuraninya.
2. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan
kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya.
3. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-
nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.

6
BAB III
PANCASILA DALAM KONTEKS
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancsila yaitu ketuhanan,


kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, dalam fakta objektif telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Proses terbentuknya negara
dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yakni
sejak zaman batu , kemudian zaman kerajaan-kerajaan, sampai datangnya para
penjajah, sampai akhirnya diproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia
tanggal 17 agustus 1945.

A. Zaman Kutai
Kerajaan Kutai memberikan andil terhadap nilai-nilai Pancasila seperti
nilai-nilai sosial poltik dalam bentu kerajaan dan nilai-nilai ketuhanan dalam
bentuk Kenduri yaitu sedekah kepada para Brahmana.

B.Zaman Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritime yang mengandalkan
kekuatan lautnya , dan kerajaan Sriwijaya pun merupakan kerajaan yang
berjaya pada masanya. Selain itu , kerajaan Sriwijaya pun medirikan
universitas agama Budha yang sangat terkenal di Asia.

C. Zaman Majapahit
Kerajaan Majapahit berjaya saat dipimpin oleh raja hayam wuruk dan
patih gajah mada. Dan pada masa itu, agama Hindu dan Budha dapat hidup
berdampingan. Majapahit melahirkan beberapa empu , yaitu empu Prapanca
menulis buku Negara Kertagama (1365) yang di dalamnya terdapat istilah

7
pancasila. Sedangkan empu Tantular menulis buku Sutasoma yang di
dalamnya terdapat seloka persatuan Bhineka Tunggal Ika yang artinya
walawpun berbeda tetapi tetap satu jua. Dan pada tahun 1331 , patih gajah
mada mengucapkan sumpah palapa yang berisi cita-cita mempersatukan
nusantara.
Kemudian perlahan-lahan seiring berjalannya waktu, Majapahit runtuh
dan kemudian masuklah islam dan dilanjutkan dengan kedatangan bangsa
asing ke Indonesia.

D. KEBANGKITAN NASIONAL
Dengan kebangkitan dunia timur pada abad XX di panggung poitik
Internasional tumbuh kesadaran akan kekuatan sendiri. Dan di Indonesia di
awali dengan berdirinya Budi Utomo yang dipelopori oleh dr.Wahidin
Sudirohusodo (20 Mei 1908). Kemudian dilanjutkan dengan organisasi-
organisasi lainnya.
Sejak saat itulah perjuangan nasional Indonesia mempunyai tujuan
jelas yaitu Indonesia merdeka. Kemudian perjuangan dilanjutkana dengan
sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan satu bahasa,
satu bangsa dan satu tanah air Indonesia.

E. DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959


Isi dekrit presiden 5 Juli 1959 yaitu :
1. Membubarkan konstituante.
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUds
1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

8
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara etimologi , filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu
Philoshopia. Terdiri dari dua kata Philos/philem yang artinya suka, cinta,
mencintai. Sedangkan Sophia berarti kebijaksanaan, hikmah, kepandaian ilmu.
Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan.

B. RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI


SUATU SISTEM
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Ciri-ciri sistem :
1. Suatu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Setiap sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu asas
sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang sistematis.
1) Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Bersifat Organis
Kesatuan sila-sila pancsila yang bersifat organis pada hakikatnya
secara filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis mausia sebagai
pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia
monopluralis yang memiliki unsure-unsur, susunan kodrat jasmani-

9
rokhani, sift kodrat individu-makhluk sosial, dan kedudukan kodrat
sebagai pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh
karena sila-sila Pancasila merupakan penjelmaan hakikat manusia
monopluralis yang merupakan kesatuan organis maka sila-sila Pancasila
juga memiliki kesatuan yang bersifat organis pula.
2) Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal
Pengertian matematis pyramidal digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarki sila-sila Pancasila dalam urut-urutan luas(kwuantitas)
dan juga dalam hal isi sifatnya(kualitas).
Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal
:
1. Sila pertama : Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai
sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi dan
dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaaan dalam permusyawaratan perwakilan serta keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila ketiga : persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai sila
Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
meliputi dan menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanan dalam permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila keempat : kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan adalah diliputi dan dijiwai oleh
sila-sila Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, serta meliputi dan menjiwai sila keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

10
5. Sila kelima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah
diliputi dan dijiwai oleh sil-sila Ketuhanan yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikma kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3) Rumusan Hubungan Ksatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi


dan Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila Majemuk Tunggal, Hierarkis Piramidal,
juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Setiap sila
senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.

C. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU


SISTEM FILSAFAT
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem fisafat
memiliki dasar ontologis, dasar epitomologis, dan dasar aksiologis sendiri
yang berbeda dengan sistem filsafat lainnya misalnya materialisme,
liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme, dan lain paham filsafat
di dunia.
1. Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila
Dasar antropologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia
yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat
dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis. Manusia pendukung
pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal mutlak,
yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani dan rokhani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu am makhluk
sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

11
2. Dasar Epitomologis Sila-Sila Pancasila
Suatu ideologi maka Pancasila memiliki tiga unsur pokok agar
dapat menarik loyalitas dari pendukungnya yaitu : logos (rasionalitas
atau penalarannya), pathos (penghayatan), ethos (kesusilaannya).
Tiga persoalan yang mendasar dalam Epitomologis :
1. Sumber pengetahuan manusia.
2. Teori kebenaran pengetahuan manusia.
3. Watak pengetahuan manusia.

3. Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila


Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu
kesatuan dasar aksiologisnya sehingga nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Nilai menurut tinggi rendahnya (Max Sheler) :
1. Nilai-nilai kenikmatan : nilai yang berhubungan dengan
indra manusia.
2. Nilai-nilai kehidupan : nilai-nilai yang penting bagi
kehidupan manusia.
3. Nilai-nilai kejiwaan : dalam tingkatan ini terdapat nilai-
nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekai tidak tergantung
dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga :
1. Nilai material : segala sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia.
2. Nilai vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan.
3. Nilai-nilai kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi
rokhani manusia.

12
BAB V
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

A. PENGERTIAN ETIKA
Etika merupakan kelompok filsafat praktis dan dibagi menjdai dua
bagian, yaitu etika umuum dan etika khusus. Etika adalah suatu ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
Sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus
dibagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban manusia terhadap
diri sendiri, dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia
terhadap manusia lain dalam hidup bermasyarakat, yang merupakan suatu
bagia terbesar dari citra khusus.

B. PENGERTIAN NILAI, NORMA, dan MORAL


a) Pengertian Nilai
Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata
benda abstrak yang artinya “keberhargaan” atau “kebaikan”, dan kata kerja
yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau
melakukan penilaian.
Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences
dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada
pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi, nilai itu pada hakikatnya
adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu
sendiri.

13
b) Hierarki Nilai
Empat tingkatan nilai menurut tinggi rendahnya (Max Sceler) :
1. Nilai-nilai kenikmatan : dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai
yang mengenakan dan tidak mengenakan (die wertreihe des angenehmen
und unangenehmen), yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak
enak.
2. Nilai-nilai kehidupan : dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai yang
penting bagi kehidupan (werte des vitalen fuhlens) misalnya kesehatan,
kesegaran jasmani, kesejahteraan umum.
3. Nilai-nilai kejiwaan : dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai kejiwaan
(geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani
maupun lingkungan.
4. Nilai-nilai kerohanian : dalam tingkatan ini terdapat modalitas nilai dari
yang suci dan tak suci (wermodalitas des heiligen ung unheiligen).
Macam-macam nilai-nilai manusiawi menurut Walter G Everet :
1. Nilai ekonomis : harga pasar dan semua benda yang dapat dibeli.
2. Nilai kejasmanian : kesehatan, efisiensi, dan keindahan badan.
3. Nilai hiburan : permainan dan waktu senggang untuk pengayaan hidup.
4. Nilai sosial : berasal mula keutuhan kepribadian dan sosial yang
diinginkan.
5. Nilai watak : keseluruhan keutuhan kepribadian dan sosial yang
diinginkan.
6. Nilai estetis : niai keindahan dalam alam dan karya seni.
7. Nilai intelektual : pengetahuan dan pengajaran kebenaran.
8. Nilai keagamaan.
Dalam kaitannya dengan derivasi atau penjabarannya, nilai dikelompokkan
menjadi 3:
1. Nilai dasar
Setiap nilai memiliki nilai dasar yaitu merupakan hakikat, esensi,
intisari atau makna yang terdalam dari nilai-nilai tersebut.

14
2. Nilai instrumental
Nilai instrumental merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan
dapat diarahkan.
3. Nilai praksis
Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut
dari nilai instrumental dalam suatu kehidupan yang nyata.
c) Hubungan nilai, norma dan Moral
Agar suatu nilai lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku
manusia, maka perlu dikongkritkan lagi dan diformulasikan menjadi lebih
objektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah
laku secara kongkrit. Maka wujud dari sesuatu yang kongkrit itu adalah norma.
Selanjutnya nilai dan norma senantiasa berkaitan erat dengan moral dan etika.
Moral dan etika sebenarnya memiliki perbedaan. Moral yaitu suatu ajaran-
ajaran atau wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpulan peraturan, baik
lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus bertindak agar menjadi
manusia yang baik. Sedangkan etika adalah suatu cabang filsafat yaitu suatu
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral
tersebut.
d) Nilai-Nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
Negara Indonesia yang berdasarkan sila pertama bukanlah negara
“teokrasi” yang mendasarkan kekuasaan negara pada penyelenggaraan negara
dalam legitimasi religius, melainkan legitimasi hokum serta legitimasi
demokrasi. Walaupun dalam negara Indonesia tidak mendasarkan pada
legitimasi religius, namun secara moralitas kehidupan negara harus sesuai
dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan terutama hukum serta moral dalam
kehidupan negara.

15
BAB VI
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

A. PENGERTIAN ASAL MUA PANCASILA


Secara kausalitas asal mula Pancasila dibedakan dua yaitu asal mula yang
langsung dan asal mula yang tidak langsung.
a) Asal Mula yang Langsung
Rincian asal mula langsung Pancasila menurut Nitinegoro :
1) Asal mula bahan (Kausa Materialis)
Asal bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri
yang terdapat dalam kepribadian dan pandangan hidup bangsa
Indonesia.
2) Asal mula bentuk (Kausa Formalitas)
Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama-sama
Drs, Moh. Hatta serta anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan
membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta nama
Pancasila.
3) Asal mula karya (Kausa Effisien)
Asal mula karya adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan
atas kuasa pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi
dasar negara yang sah, setelah dilakukan pembahasan baik dalam
sidang-sidang BPUPKI, panitia sembilan.
4) Asal mula tujuan (Kausa Finalis)
Asal mula tujuan tersebut adalah para anggota BPUPKI dan
panitia sembilan termasuk Soekarno dan Hatta yang menentukan tujuan
dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI sebagai dasar
negara yang sah.
B) Asal Mula yang Tidak Langsung

16
Asal mula tidak langsung Pancasila adalah terdapat pada kepribadian
serta dalam pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia.
C) Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam “Tri Prakara”
Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam tiga asas atau “Tri Prakara”, yaitu :
1. Pancasila asas kebudayaan.
2. Pancasila asas religius.
3. Pancasila asas kenegaraan.

B. KEDUDUKN dan FUNGSI PANCASILA


a) Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa dalam
perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa
memerlukan nilai-nilai yang luhur. Nilai-nilai yang luhur adalah sebagai
tolak ukur kebaikan yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat mendasar
dan abadi dalam hidup manusia. Pandangan hidup berfungsi sebagai
kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun interaksi
antar manusia.
b) Pancsila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara :
1. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang
Dasar 1945.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar
tertulis maupun lisan)
4. Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara
lainnya (termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional)
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi penyelenggara negara,
para pelaksana pemerintah.

17
c) Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Bangsa Indonesia
1. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti “gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita” dan “logos” yang berarti “ilmu”. Kata “idea”
berasall dari bahasa Yunani yaitu “eidos” yang berarti “bentuk”. Selain itu,
dari kata “idein” yang berarti “melihat”. Maka secara harafiah, ideology
berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari
“idea” disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksudkan yaitu
cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang
bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham.
2. Ideologi terbuka dan Ideologi Tertutup
Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Ciri
khasnya yaitu nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat itu sendiri.
Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri
khas ideology tertutup yaitu adanya tuntutan mutlak bahwa masyarakat harus
taat kepada ideology yang berkembang pada masyarakat.
3. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif
Ideologi Partikular diartikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang
tersusun secara sistematis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas
sosial tertentu dalam masyarakat. Sedangkan Ideologi Komprehensif
diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek
kehidupan sosial.

C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA dengan PAHAM


IDEOLOGI BESAR lainnya di DUNIA
a) Paham Negara Persatuan

18
Negara Persatuan yaitu negara yang mengatasi segala paham
golongan dan paham perseorangan. Jadi Negara Persauan bukanlah negara
yang berdasar individualisme sebagimana diterapkan di negara liberal.
Penjelmaan persatuan bangsa dan wilyah negara RI dissimpulkan dalam
PP.No.6 Tahun 1951, 17 Oktober dan diundangkan 28 November 1951 dan
termuat dalam lembaran negara No. II/ tahun 1951 yaitu dengan lambang
burung garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

b) Paham Negara Kebangsaan


● Hakikat bangsa
Deklarasi bangsa Indonesia sebagai suatu pernyataan hak kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Maka dalam
pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa “…Kemerdekaan adalah hak
segala bangsa”. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan universal hak
kodrat manusia sebagai bangsa, dan merealisasikannya sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.

19
BAB VII
PANCASILA DALAM KONTEKS
KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG 1945


a) Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi
Kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam kaitannya dengan tertib
hukum Indonesia memiliki dua aspek yang sangat fundamental, yaitu
memberikan factor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum dan
memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi.
Syarat-syarat tertib hukum :
1. Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan
hukum.
2. Adanya kesatuan asas kerokhanian, merupakan suatu dasar dari segala
peraturan-peraturan huku dan sumber dari segala sumber hukum.
3. Adanya kesatuan daerah, di mana peraturan-peraturan hukum itu berlaku,
terpenuhi oleh kalimat seluruh tumpah darah Indonesia.
4. Adanya kesatuan waktu, di mana seluruh peraturan-peraturan hukum itu
berlaku.
b) Tujuan Pembukaan UUD 1945
1. Alenia I : untuk mempertanggungjawabkan bawa pernyataan kemerdekaan
sudah selayaknya, karena berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak
dari moral bangsa Indonesia untuk medeka.
2. Alenia II : untuk menetapkan cita-cita bangsa Indonesia yang ingin dicapai
dengan kemerdekaan yaitu terpeliharanya secara sungguh-sungguh
kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan bangsa negara dan daerah
atas keadilan hukum dan moral, bagi diri sendiri dan pihak lain serta
kemakmuran bersama yang berkeadilan.

20
3. Alinea III : untuk menegaskan bahwa demokrasi kemerdekaan menjadi
permulaan dan dasar hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh warga
Indonesia, yang luhur dan suci dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa.
4. Alinea IV : Untuk melaksanakan segala sesuatu dalam perwujudan dasar-
dasar tertentu sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

21
BAB VIII
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang sudah disampaikan, penulis
menyimpulkan bahwa Pendidikan Pancasila sangat penting diajarkan kepada
para pelajar agar para pelajar mengerti dan memiliki pedoman dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan Pendidikan Pancasila bukan hanya
sebuah materi dalam ilmu pendidikan saja akan tetapi sebuah pembuktian
tentang bagaimana bangsa Indonesia terbentuk dan apa saja perangkat-
perangkat sebuah negara.

B. SARAN
Dengan adanya penjelasan tentang Pendidikan Pancasila ini diharapkan
setiap warga negara bisa mengaplikasikan dan mengamalkan semua yang
tercantum dalam setiap sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya.
Bukan hanya mengerti tetapi juga menghayati dan mengamalkannya. Bukan
hanya rakyat saja yang perlu mengaplikasikan setiap sila-sila Pancasila , akan
tetapi semua warga negara Indonesia termasuk para anggota pemerintahan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Edisi Reformasi, 2008. Paradigma :


Yogyakarta.

23

You might also like