You are on page 1of 17

Syahadah

Khat Syahadah
Syahādah (‫)الشهادة‬, atau ucapan kepercayaan, adalah pernyataan kepercayaan dalam keesaan
Tuhan (Allah) dan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai rasulnya. Mengucap dua kalimah
syahadah merupakan salah satu daripada lima Rukun Islam. Apabila dinyatakan dengan kuat
secara ikhlas, seseorang itu secara rasmi dianggap mengisytiharkan diri sebagai penganut
baru Islam.
 Teks bahasa Arab:
o ‫ال إله إال هللا محمد رسول هللا‬

 Transliterasi:
o LA ILAHA ILALLAH MUHAMMAD RASULULLAH.

 Terjemahan bahasa Melayu


o Tiada Tuhan Melainkan Allah; Muhammad Itu Pesuruh Allah.

Pengucapan syahādah secara jujur, dalam Bahasa Arab, di hadapan dua orang saksi Muslim,
adalah cukup untuk seorang menjadi seorang Islam menurut kebanyakan sekolah-sekolah
tradisional.

Biasanya frasa ‫' أشهد أن‬ašhadu 'an = "Saya bersaksi bahawa" ditambahkan di awal kedua-dua
Syahadah.

Syarat sah syahadah


Bagi seseorang yang bukan Islam mengucapkannya beserta kepercayaan di dalam hati, maka
terpelihara diri, harta dan nyawa seperti orang Islam.

Syarat bagi sahnya syahadah adalah:

1. Tertib lafaz syahadah seperti yang dinyatakan.


2. Melafazkan kedua-dua kalimah syahadah dengan berturut-turut (tanpa diselangi
perbuatan lain)
3. Mamahami makna kedua-duanya.
4. Mendustakan perkara yang menyalahi atau bertentangan dengan maksud syahadah.
5. Menggunakan perkataan "asyhadu" (ُ‫ )ﺃَ ْﺷﻬَﺪ‬pada keduanya.
6. Tidak syak atau ragu-ragu akan kedua-duanya.

Hak Syahadah Setelah seseorang mengucapkan syahadah maka wajib bagi beliau
menunaikan hak kalimah. Hak kalimah adalah untuk disebarkan kepada mereka yang tidak
mengucapkan kalimah(orang bukan Islam) dengan menerangkan kepada mereka maksud
kalimah iaitu Tiada Tuhan selain Allah, Tiada yang Berkuasa selain Allah, Tiada yang beri
faedah dan bahaya selain Allah dan Muhammad(saw) itu pesuruh Allah sehingga mereka
yakin dan tanpa paksaan mereka mengucap syahadah. Inilah dakwah yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad(saw) dan para sahabat sebelum datang perintah solat

REF: http://sufipejuang.wordpress.com/2008/01/03/tuntutan-kalimah-syahadat/

Tuntutan Kalimah Syahadat
Ditulis oleh sufipejuang di/pada Januari 3, 2008

Kalimat Laailahaillallah merupakan tapak asas dalam ajaran Islam. Jika persoalan ini
selesai, maka persoalan orang lain akan selesai pula. Kita perkatakan apakah kehendak
kalimah ini.

Ucapan Laailahaillallah kalau dilihat di dalam kitab-kitab utama ada menamakan


Kalimah Syahadah, Kalimah Tauhid, Kalimah Toyibah ataupun Zikir Utama.

Sebab dipanggil kalimat Laailahaillallah itu karena :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Merupakan Kalimah Syahadah atau kalimah


peryaksian, yaitu siapa yang mengucapkan Laailahaillallah dia telah mengumumkan
dirinya pada orang banyak bahwa dia orang muslim atau Islam.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Merupakan Kalimah Tauhid karena dalam kalimah


itulah dibahas tentang Ke Esaan Zat Allah SWT.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Merupakan Zikir Utama karena dalam ajaran Islam


itu ada bentuk zikir yang paling utama ialah kalimah Laailahaillallah. Barangsiapa
yang mau masuk Islam harus menempuh pintu gerbangnya dahulu yaitu
Laailahaillallah dan tidak sah dengan zikir atau lain-lain perbuatan.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Mengucapkan Kalimah Toyibah, kalimah yang baik


karena kalau seseorang itu benar-benar mengucapnya dari hati, hati itu teguh dan
dapat mencetuskan segala kebaikan kepada Allah SWT. Hati itu akan mendorong
seseorang melakukan kebaikan.

Di dalam Al Quran Allah telah bandingkan kalimah Toyyibah ini dengan sebatang pohon
yang akar tunjangnya kukuh di bumi membuat pohon itu teguh / kokoh. Ini sebagai
isyarat dari Allah terhadap orang yang kuat imannya. Begitulah jika seseorang itu kuat
imannya, bila datang ujian sebesar manapun baik ujian itu berbentuk nikmat atau
penderitaan, orang begini bila diuji makin bertambah imannya. Diuji dengan nikmat, dia
bersyukur kepada Allah. Bila diuji dengan penderitaan dia sabar dan redha. Itulah hasil
dari kalimah Laailahaillallah, lahir dari hati seseorang.

Bagaimana dengan hati orang yang tidak dapat merasakan kalimah ini dari hati. Bila
diuji dia akan tidak sabar. Kadang-kadang dapat durhaka dengan Allah dan menzalimi
orang lain.

Jadi, sebatang pohon yang diibaratkan oleh Allah dengan akar tunjan yang kukuh
bahkan batangnya kuat. Begitu juga dengan dahan-dahan, ranting-ranting, daun dan
bunga, serta buahnya hingga menawan hati orang lain. Orang akan berteduh di
bawahnya dan dapat makan buahnya pula. Ini artinya orang yang mengucap
Laailahaillallah itu dari hati, dan jiwa yang sadar dan takut itu hingga dapat
membangunkan segala kebaikan. Kebaikan yang dibuat bukan saja dapat manfaat
bahkan orang lain juga dapat ikut merasakan. Itulah jalan yang sebaik-baiknya, seperti
hadits Rasulullah SAW yang artinya :

“Sebaik-baik manusia itu dapat memberi manfaat kepada manusia lain”

Orang yang mengucapkan kalimah Laailahaillallah itu tidak lahir dari hatinya, maka dia
tidak akan mampu mencetuskan kebaikan, bahkan orang lain tidak akan dapat manfaat
darinya.

Sebenarnya tuntutan kalimah ini begitu banyak, sebanyak yang diminta oleh ajaran
Islam. Sebanyak yang diminta oleh Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Diantaranya :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Siapa saja yang mengucapkan dua kalimah


Laailahaillallah dari hatinya dia akan dapat membangunkan Al Quran dan
Sunnah dari dalam dirinya, keluarganya, masyarakat, negara, dan alam
sejagad.

Dalam satu sejarah pernah terjadi, Rasulullah SAW bersabda yang artinya “

“Barangsiapa yang berkata Laailahaillallah akan masuk Syurga”

Mendengar hadits itu Para Sahabat langsung sampaikan kepada Sahabat-Sahabat yang
lain. Mereka tidak menunda-nunda untuk menyampaikannya karena mereka teringat
hadits Rasulullah yang artinya :

“Sampaikan dariKu walau satu ayat”

Seorang Sahabat bila bertemu dengan Sayidina Umar dia langsung sampaikan hadits ini.
Tiba-tiba dia kena tampar oleh Sayidinna Umar. Sahabat tadi agak terperanjat. Setelah
mereka berfikir, siapa yang benar, siapa yang salah, akhirnya mereka berjumpa
Rasulullah. Kata Rasulullah kedua-dua Sahabat ini betul. Apa buktinya ? Sahabat tadi
sampai dia yakin dengan apa yang dikatakan Rasulullah itu benar. Pada Sayidina Umar
pula, dia takut Sahabat tadi sampaikan hadits inni pada orang yang jahil, tidak paham
tuntutan kalimah itu yang menyebabkan dia tidak buat amal lagi. Sedangkan yang lain
asyik dengan zikir Laailahaillallah saja. Sebab itu awal-awal lagi Sayidina Umar tampar
Sahabat tadi.

<!--[if !supportLists]-->2. Tiada Tuhan yang disembah selain Allah.<!--[endif]-->

Seluruh sikap dan perbuatannya hendak dijadikan ibadah dan dipersembahkan kepada
Allah atau dengan kata lain hamba kepada Allah. Bukan saja pada ibadah-ibadah asas,
tetapi juga pada ibadah-ibadah sunnat, sunnat muakad, sunat ghairu muakkad dan
fadhoilul a’mal atau amalan utama. Bahkan perkara harus juga hendak dijadikan sebagai
ibadah kepada Allah.

Ia tidak akan menjadi ibadah kalau tidak menempuh 5 syarat :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Niat harus betul

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Pekerjaan yang dilakukan sah menurut syariat


<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Pelaksanaan harus betul

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Hasilnya disalurkan ke tempat yang benar

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jangan meninggalkan perkara yang asas

<!--[if !supportLists]-->3. Tiada yang ditakutkan melainkan Allah.<!--[endif]-->

Siapa yang mengucapkannya tiada lain yang dia takut melainkan Allah. Menurut
keyakinan orang mukmin, yang memberi bekas adalah Allah. selainNya tidak, walau
sebesar mana sekalipun kuasanya. Firman Allah SWT yang artinya :

“Jangan kamu takut cercaan orang yang mencerca”

[Q.S. Al Maidah : 54]

Benarkah kita meletakkan Allah yang kita takut, selainNya tidak ? Kalau kita nilai sikap
kita ini, banyak yang kita takut selain dari Allah. Contoh, kalau kita sedang bekerja, tiba-
tiba datang dua perintah :

Perintah tuan

Perintah Tuhan

Bila masuk waktu shalat, manakah yang hendak kita dahulukan, selesaikan kerja atau
shalat ???

<!--[if !supportLists]-->4. Tiada yang dicinta melainkan Allah.<!--[endif]-->

Sabda Rasulullah SAW yang artinya :

“Tidak beriman seorang kamu sehingga dia menjadikan Allah dan RasulNya paling
dicintai dibandingkan selain daripadanya”

Jadi, Allah dan Rasul saja yang dia cinta. Kalaupun dia cinta keluarga, anak, isteri, harta
dan sebagainya tidak sampai mengatasi cintanya kepada Allah dan Rasul. Sejauh
manakah cinta kita kepada Allah selama ini ? Bagaimana kalau tengah kita tidur di
waktu malam, tiba-tiba ayam yang kita sayang dicuri orang ? Berbanding dengan
sengaja hendak bangun tahajud di tengah malam karena tanda cinta kita kepada Allah.

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Tiada yang dia redho melainkan Allah.

Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :

“Aku redho Allah sebagai Tuhan”

Allah saja yang dia redho sebagai Tuhan.

Apa tanda kita redho Allah sebagai Tuhan ??? Kalau sekedar mengaku di mulut saja kita
ini redha Allah sebagai Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Orang kafir pun
mengaku juga Allah sebagai Tuhan, tetapi mereka tidak redho Allah itu sebagai Tuhan.
Firman Allah SWT yang artinya :
“Sesungguhnya jika kamu (Muhammad) tanya kepada orang kafir itu, siapa yang
menjadikan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab “Allah”.

Orang yang redho dengan Allah, walau apa Allah buat padanya, dia tetap mengaku Allah
itu sebagai Tuhan walau apa yang dihajatinya tidak dapat.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Tiada tempat yang dia tawakal kecuali Allah.

Allah lah tenpat dia menyerah diri, sesuai dengan ucapat Rasulullah SAW yang artinya :

“Kepada Engkau kami bertawakal”

Tawakal itu ada 4 :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tawakal pada diri

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tawakal pada harta

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tawakal pada orang

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tawakal pada Allah

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tawakal pada diri

Kita yakin kepada diri dapat berusaha untuk beri rezeki sebab badan masih kuat. Dia
lupa Allah yang memberi kuasa, Allah yang memberi rezeki.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tawakal pada harta

Dia tidak bimbang karena sudah ada rumah sewa lima buahl. Dia tidak bimbang dengan
rezeki. Hatinya yakin pada harta, bukan pada Allah. Inilah yang dikatakan Syirik Kahfi.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tawakal pada orang

Dia yakin selagi orang itu beri bantuan padanya, dia tidak bimbang dengan rezeki.
Sudah ada jaminan hidup diri dan keluarga.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tawakal kepada Allah

Dia tidak peduli orang bantu atau tidak, ada kerja atau tidak, dia tetap bertawakal pada
Allah, bersandar pada Allah, menyerah diri pada Allah. Dia yakinn Allah saja yang
memberi bekas. Inilah tawakal orang mukmin sejati.

<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Tidak ada hukuman kecuali Allah.

Tidak ada undang-undang kecuali undang-undang Allah. Dia akan terima hukuman,
undang-undang dari Allah saja untuk dirinya, keluarga, masyarakat, negara dan alam
sejagad.

Jadi siapa saja yang tidak berhukum dengan hukum dari Allah, baik dirinya,
keluarganya, masyarakatnya, ekonomi, negara dan alam sejagad dan lain-lain. Coba kita
lihat firman Allah yang artinya :
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka dia akan jatuh kafir”.

[ Q.S. Al Maidah : 44 ]

Firman Allah yang lain :

“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah dia akan jatuh zalim”.

[ Q.S. Al Maidah : 45 ]

Firman Allah yang lain :

“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah dia akan jatuh fasik”.

[ Q.S. Al Maidah : 47 ]

Itu merupakan sebagian kecil saja tuntutan kalimah. Sebenarnya ada banya, sebanyak
yang diminta ajaran Islam.

Jadi barangsiapa yang mengucapkan Laailahaillallah, jika kita melaksanakan tuntutannya


berarti kita telah melakukan “Amru bil Ma’ruf wanahyu Anil Munkar”, mengajak kepada
kebaikan dan mencegah dari yang mungkar. Berjuang dan berjihad menegakkan Al
Quran dan Sunnah dalam diri, keluarga, masyarakat, seterusnya negara dan alam
sejagad.

REF: http://www.hanan.com.my/print.php?sid=1562

Tuntutan syarat sah kalimah syahadat

Artikel Dari: Portal Komuniti Muslimah -- Hanan.com.my

http://www.hanan.com.my/

Tarikh: Sabtu, 28 Ogos 2004 @ 15:40:54


Topik: Tazkirah

SATU kekeliruan besar yang berlaku kepada umat Islam pada hari ini yang perlu
diperbetulkan segera ialah ajaran yang mengenai Rukun Islam pertama iaitu kalimah
syahadat.

Jika ditanya kepada seorang Islam, apakah Rukun Islam pertama, maka pasti menjawab
mengucap dua kalimah syahadat. Jawapan yang penuh dengan kekeliruan dan kesalahan yang
tidak disedari umum.

Sebenarnya orang yang mengucap dua kalimah syahadat dikira baru memeluk Islam. Selepas
masuk Islam,barulah terjatuh wajib atasnya kelima-lima rukun Islam itu.
Dalam semua hadis berkaitan Rukun Islam, maka rukun pertama diungkapkan dengan
perkataan "bersaksi" dan bukan perkataan "mengucap". Kedua-dua perkataan itu
mempunyai kesan berbeza. Ungkapan bersaksi perlu pada amalan dan ungkapan mengucap
tidak perlu kepada amalan.

Harus difahami bahawa kelima-lima Rukun Islam perlu disempurnakan dengan tiga syarat
iaitu dengan niat, lafaz dan amali. Tidak sah mana-mana rukun yang lima itu, jika salah satu
syarat ditinggalkannya. Umpamanya tidak sah solat dengan berniat saja tanpa diikuti lafaz
dan amali. Pada umumnya, semua umat Islam tahu amalan pada rukun kedua iaitu solat,
rukun ketiga puasa, rukun keempat zakat, rukun kelima haji dan
menunaikannya dengan sempurna. Tetapi ramai umat Islam tidak tahu apakah amalan untuk
rukun pertama.

Untuk maklumat semua, kelima-lima Rukun Islam ini tidak datang kepada Rasulullah saw
sekali gus, tetapi satu demi satu. Beliau terima rukun pertama iaitu kalimah syahadat pada
umur 40 tahun, solat (52 tahun), puasa (54 tahun), zakat (59 tahun) dan haji (61 tahun).
Baginda berhijrah pada usia 53 tahun.

Apabila Rasulullah saw menerima rukun pertama iaitu kalimah syahadat, maka amalan yang
dilakukan ialah menziarahi manusia di kota Makkah dan sekelilingnya dan seterusnya diikuti
oleh semua sahabat tanpa kecuali. Mereka membuat ziarah ke seluruh dunia. Dari contoh
Rasulullah saw dan sahabat ini, maka jelaslah
bahawa amalan pada rukun pertama ialah membuat ziarah bertemu manusia untuk menyeru
kepada Allah.

Apa tidaknya? Apabila ziarah dan pertemuan dibuat,maka berlakulah saksi menyaksikan di
antara orang yang menziarahi dengan orang yang diziarahi. Allah memang menuntut supaya
umat Islam membuat amalan persaksian di atas manusia. Ini sebagaimana diterangkan dalam
firman-Nya bermaksud : "Dan demikian itulah Kami jadikan kamu umat yang istimewa
supaya kamu menjadi saksi-saksi atas manusia dan Dia jadikan Rasul atas kamu sebagai
saksi..." (Surah al-Baqarah, ayat 143).

Daripada dalil ayat al-Quran di atas, maka dapatlah kita sedar bahawa amalan pada rukun
pertama ialah ziarah bertemu manusia. Inilah maksud kata "bersaksi". Oleh sebab ziarah
bertemu manusia kerana Allah adalah amalan pada rukun pertama, maka tiap-tiap orang
Islam tidak kira pangkat atau darjat, raja atau rakyat, miskin atau kaya, orang parti itu atau
parti ini, ahli tarekat itu atau tarekat ini, wajib melakukannya sebagaimana wajibnya solat,
puasa, zakat dan haji.Ramai tidak sanggup membuat amalan ziarah kerana rasa terhina. Kita
tidak ada pilihan kerana Rasulullah saw yang termulia pun membuat amalan ziarah.
Sebenarnya inilah sifat yang harus kita sanggup terima kerana agama, kehinaan di sisi
manusia adalah kemuliaan di sisi Allah. Tanpa amalan ziarah secara Rasulullah saw bererti
tidak sah rukun pertamanya seperti tidak sah solat tanpa rukuk dan sujud.

Dengan berlakunya tidak sah rukun pertama,maka tidak sempurnalah lima rukun Islamnya
dan dengan ini akan menyebabkan dia akan diazab oleh Allah kerana inilah balasan atas
sesiapa yang meninggalkan mana-mana amalan Rukun Islam.

Pada zaman Rasulullah saw dan sahabat, ziarah bertemu manusia untuk menyeru kepada
Allah hanya dibuat kepada orang kafir. Ini kerana pada masa itu, 100 peratus orang Islam
membabitkan diri dengan amalan ziarah. Tetapi hari ini, ziarah perlu dibuat juga kepada
orang Islam. Ini untuk mengajak mereka mengambil bahagian dalam amalan ziarah kerana
ramai umat Islam tidak melakukannya disebabkan tidak sedar bahawa ziarah bertemu
manusia itu amalan rukun pertama dan meninggalkannya adalah sama berdosa seperti
meninggalkan solat, puasa, zakat dan haji.

Dalam perkataan lain amalan ziarah bertemu manusia untuk menyeru kepada Allah adalah
diistilahkan dengan nama dakwah. Dengan ini bolehlah kita buat rumusan,bahawa dakwah itu
adalah amalan pada rukun pertama. Tetapi bukanlah segala macam perbuatan yang kita
panggil dakwah pada hari ini boleh dikirakan sebagai amalan rukun pertama. Hanya dakwah
yang menepati cara Rasulullah saw boleh diambil kira, kerana inilah syarat sah kelima-lima
rukun Islam iaitu mesti ikut cara Rasulullah saw. Umpamanya tidak sah solat yang tidak
mengikut cara Rasulullah saw.

Oleh itu, apakah dakwah yang dikatakan mengikut cara Rasulullah saw? Pertama seperti
syarat sah amalan rukun lain. Ia mesti dimulakan dengan niat ikhlas mengsajakan untuk
keluar buat ziarah kepada manusia kepada Allah pada waktu hendak keluar.

Kedua, mesti diikuti dengan perbuatan pergi ziarah berjumpa manusia untuk menyeru kepada
Allah.

Ketiga amalan ziarah ini, mesti dilakukan dengan diri,masa dan harta sendiri tanpa
mengambil upah atau gaji atau bayaran kerana inilah syarat melakukan semua kelima-lima
Rukun Islam. Iaitu dengan diri, masa dan harta sendiri.

Oleh sebab dakwah cara Rasulullah saw ini adalah amalan rukun pertama dan ramai umat
Islam tidak melakukannya kerana tidak tahu akan kedudukannya dan tidak sedar akan kesan
dosa meninggalkannya. Maka tidak hairan, Rasulullah saw ada menegaskan bahawa umat
Islam akan terpecah kepada 73 golongan dan semuanya akan dimasukkan ke neraka kecuali
suatu golongan iaitu "jemaah yang mengikuti jalanku dan sahabatku".

Keterangan hadis itu adalah seperti berikut:


"sesungguhnya pengikut kedua kitab (Yahudi dan Nasrani) dalam hal agama mereka terpecah
belah menjadi 72 golongan. Dan sungguh umat (Islam) ni pun akan terpecah menjadi 73
golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu, iaitu al-jamaah". (Hadis riwayat Abu Daud
dan disahihkan oleh Al-Albani dalam catatan kakinya atas syarah Ah-Thahawiyah, hlm 578,
Al-Maktbaul Islami).

Dalam suatu riwayat disebutkan: Sahabat bertanya,Siapakah golongan yang selamat itu,
wahai Rasulullah saw? Baginda menjawab,"Golongan yang mengikut jalanku dan
sahabatku". (Hadis riwayat Tirmudzi).

Dalam hadis di atas Rasulullah saw menegaskan satu golongan yang terselamat iaitu ialah
"jemaah yang mengikut jalanku dan jalan sahabatku". Maka apakah yang dimaksudkan
dengan perkataan jalanku dan sahabatku itu? Jawapannya dijelaskan oleh Allah melalui
firman-Nya berrmaksud: "Katakanlah wahai Muhammad saw inilah jalanku. Aku menyeru
kepada Allah atas yang lurus. Aku dan orang yang mengikutiku.." (Surah Yusof, ayat 108).

Daripada dalil di atas, maka nyatalah bahawa maksud jalanku dan jalan sahabatku ialah
"menyeru kepada Allah". Maka usaha orang menyeru kepada Allah itu adalah dakwah. Maka
apabila dirangkaikan kedua-dua maksud hadis di atas, maka jadilah ia "jemaah dakwah".
Inilah saja satu golongan yang dikatakan terselamat.Hadis ini adalah hadis sahih. Daripada
hadis ini,Rasulullah saw adalah sebagai memberi peringatan kepada kita bahawa umat Islam
akhir zaman, akan menjaga Rukun Islam kedua, ketiga, keempat dan kelima dengan baik
kerana mereka sedar bahawa meninggalkannya adalah berdosa. Tetapi mereka akan
meninggalkan amalan rukun pertama iaitu ziarah dan dakwah tanpa rasa berdosa kerana tidak
sedar ia sebagai rukun pertama.

Oleh itu, marilah kita bangun berserta dengan jemaah dakwah untuk menyelamatkan diri dan
menyempurnakan kelima-lima Rukun Islam.

Kesilapan berasa cukup dengan mengucap dua kalimah syahadat saja sebenarnya pernah
berlaku pada zaman Rasulullah saw ke atas orang Arab gunung. Maka Allah membuat
teguran bahawa dengan mengucap saja dia baru masuk Islam dan dia perlu buktikan dengan
berjihad di jalan Allah dengan diri, masa dan harta sendiri seperti keterangan ayat 14 dan 15
surah Al-Hujurat. Firman-Nya bermaksud: "Orang Arab gunung berkata: "Kami sudah
beriman katakan wahai Muhammad saw, kamu belum beriman tetapi katakanlah kami sudah
masuk Islam kerana iman belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah
dan Rasul-Nya. Dia tidak akan mengurangi(pahala) amalanmu sedikit pun. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

"Sesungguhnya orang mukmin itu hanya orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah. Mereka itulah orang yang benar.

Artikel ini datangnya dari: Portal Komuniti Muslimah -- Hanan.com.my


http://www.hanan.com.my/

URL untuk Artikel ini:


http://www.hanan.com.my/article.php?sid=1562

REF: http://taqwa4913.esmartweb.com/tauhid2.htm

MENU

SYARAT-SYARAT SYAHADAT DAN YANG


MEMBATALKANNYA
Sinopsis: Syahadat, pintu gerbang kemusliman seseorang, merupakan pekerjaan hati,
lisan dan perbuatan. Ada syarat sahnya syahadat yang harus terpenuhi jika dirinya
hendak selamat dunia dan akherat. Artikel ini akan membahas syarat sah syahadat
yang harus dipenuhi seseorang dan juga hal-hal yang membatalkan syahadat untuk
dihindari.

Lebih lengkapnya, klik:


Pendahuluan syarat sah syahadat
1. ILMU
2. Adanya keyakinan yang mantap
3. Menerima dengan hati dan lisan terhadap segala sesuatu yang menjadi tuntutan
kalimat ini ( Qobul )
4. Melaksanakan terhadap apa yang ditunjukkan oleh kalimat ini dan tidak
meninggalkannya (Inqiyad )
5. Benar dalam mengikrarkannya, tidak ada dalam hati atau lisannya sebuah
kebohongan (As Shidqu)
6. IKHLAS
7. Kecintaan (Al Mahabbah )
II. YANG MEMBATALKAN SYAHADAT.

Kalimat tauhid La illaha ilallah adalah merupakan jalan menuju kemenangan dan
kebahagiaan. Kalimat yang dengannya diutus para Rasul dan diturunkannya Kitab-kitab.
Barang siapa yang mengikrarkannya yakin dengan makna yang terkandung di
dalamnya, mengerjakan apa yang menjadi tuntutan-tuntutannya dalam segala
perkataan yaitu perkataan hati [keyakinan] dan perkataan lisan [pengikraran dengan
kata kata Islam]- dan perbuatan yaitu perbuatan hati [ niat dan keikhlasan ] serta
perbuatan anggota badan, kemudian dia mati dalam keadaan beriman, maka ia akan
dibangkitkan pada hari pengumpulan dalam keadaan selamat dari api neraka dan
aman dari rasa kegoncangan. Ini adalah suatu hal yang harus ada padanya.

Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda : artinya : tidaklah seorang hamba yang
berkata bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah, kemudian ia mati dalam keadaan demikian
kecuali akan masuk Jannah". ( HR. Shohih dari Abi Dhurbutulah )

Sebuah kunci kebahagiaan yang harus dipegang dan dipegang hingga titik darah penghabisan.
Akan tetapi yang harus diketahui bersama bahwa maksud dari hal tersebut bukanlah hanya
sekedar banyak membaca dan menghafalnya, berapa banyak dari orang awam yang selalu
mendengungkannya dalam berbagai perkumpulan begitu juga berapa banyak orang yang
hafal akannya, sehingga lafadz-lafadz tersebut keluar darinya seperti meluncurnya anak
panah, namun bisa disaksikan bersama mereka terpuruk dalam lubang-lubang dosa sehingga
membatalkannya, ataupan melaksanakan hal-hal yang jelas membatalkan, namun tidak
disadarinya. Sehingga banyak disaksikan syiar-syiar yang dikumandangkan di berbagai
daerah bahwa "LAA ILAHA ILLAALLAH" adalah kunci surga, namun ia mengatakan
laksana tong kosong berbunyi nyaring. Berangkat dari hal inilah, di sini akan dicoba untuk
memaparkan syarat-syarat dalam mengikrarkan "LAA ILAHA ILLAALLAH" yang
dengannya akan memberikan manfaat bagi yang mengatakannya di dunia maupun di akhirat,
yaitu akan termasuk orang Islam, sehingga selamat dari neraka dan mendapatkan Jannah.
Dari nash-nash Al Qur'an dan As Sunnah, jelas-jelas ada hal yang terkait dengan ketujuh
syarat yang ada yang tidak bermanfaat bagi yang mengatakannya, bila hanya dalam batas di
mulut saja. Kecuali bila terkumpul di dalamnya kesempurnaan ketujuh syarat yang ada.
Maksudnya dengan berkumpul pada diri seseorang hanya dalam batas pengikraran saja, tanpa
memperhatikan hal-hal yang dapat membatalkannya. Sehingga bukan hanya mengatakan dan
melafadzkannya. Di dalam buku " Ma'arijul Qobul " syeikh Hafidz Hukmi, menyebutkan
tujuh syarat tersebut :

1. ILMU Mengilmui segala ma'na yang ada yaitu menetapkan dan menafikan segala ketidak
tahuan yang ada dengannya. Allah Ta'ala berfirman yang artinya :" Maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya tidak ada ilah kecuali Allah ".QS. Muhammad : 19 Yaitu dengan "LAA
ILAHA ILLAALLAH" mereka mengetahui dengan hati mereka terhadap apa yang diucapkan
oleh lisan-lisan mereka. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim
disebutkan Dari Usman ra berkata ia, telah bersabda Rasulullah Saw :" barang siapa yang
mati sedangkan ia mengetahui, sesungguhnya tidak ada ilah kecuali Allah, masuk Jannah"
Dari syarat pertama di atas menuntut Ummat Islam untuk segera mengetahui, terhadap ma'na
dari "LAA ILAHA ILLAALLAH" yaitu tidak ada Ma'bud ( sembahan ) yang Haq kecuali
Allah, yang pada akhirnya harus segera menghilangkan segala bentuk peribadatan yang
ditujukan kepada selain Allah, yang perlu juga diketahui oleh Ummat, bahwa dengan
memahami kalimat Tauhid ini harus segera ditinggalkan segala macam bentuk tandingan
terhadap Allah. Dengan pengikraran"LAA ILAHA ILLAALLAH" ini Ummat Islam dilarang
untuk bertawakkal, minta perlindungan, memberikan ketaatan, meminta rezeki, sekaligus
berhukum kecuali kepada Allah Swt saja.

2. Adanya keyakinan yang mantap, yang menghilangkan segala keragu-raguan. Dengan


syarat kedua ini menuntut setiap yang mengatakan "LAA ILAHA ILLAALLAH" untuk
yakin terhadap apa yang diwajibkan atau ditujukan oleh kalimat ini, kenyakinan dengan
kemantapan yang solid. Sesungguhnya keImanan tidak bermanfaat bila hanya dengan ilmu
yang dikira-kira ( gamang ), melainkan harus dengan ilmu yang yakin. Yang tidak boleh
timbul di dalamnya suatu keragu-raguan. Allah berirman yang artinya : " Sesungguhnya
Orang-orang yang berIman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasulnya kemudian tidak ada sedikitpun keraguan dan mereka berJihad dengan harta dan
jiwa mereka di jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar ". QS . Al Hujuraat : 15
Suatu keyakinan yang betul-betul yakin dengan "LAA ILAHA ILLAALLAH" . suatu
keyakinan yang dengannya seseorang akan masuk Jannah. Namun manakala hal ini hilang,
maka hilang juga apa yang dijanjikan Allah. Dalam praktek keseharian terkadang ummat
Islam terlena, sehingga masuk di dalamnya hal-hal yang dapat menghilangkan keimanannya.
Keyakinan ini tentunya harus selalu ditanamkan sehingga tidak hanya dilafalkan melainkan
menancap dalam hati seorang muslim.

3. Menerima dengan hati dan lisan terhadap segala sesuatu yang menjadi tuntutan
kalimat ini ( Qobul ) Dalam berbagai nash Allah Swt menceritakan akan balasan terhadap
orang-orang yang membangkang terhadap segala sesuatu yang menjadi kewajibannya dan
enggan, begitu juga pahala bagi mereka yang menerima segala yang datang dari kalimat ini.
"Dan demikianlah, kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun
dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata:
"sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu Dien dan sesungguhnya
kami adalah pengikit jejak-jejak mereka. ( Rasul itu ) berkata: " apakah ( kamu akan
mengikutinya juga ) sekalipun aku membawa untukmu ( Dien ) yang lebih ( nyata ) memberi
petunjuk dari pada, apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya ?" mereka
menjawab:" sesungguhnya kami mengingkari Dien yang kamu diutus untuk
menyampaikanya. " Maka kami akan membinasakan mereka, maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu." Qs. Az Zuhruf: 23-25 Suatu
pelajaran yang harus segera dipahami bahwa kalimat At Tauhid ini menuntut seseorang untuk
mau menerima, terhadap apa yang datangnya dari Allah, begitu juga dalam mengikrarkan
kalimat ini, tidak hanya dalam batas di mulut saja. Melainkan dengan ilmu yang yakin dan
siap untuk menerima segala sesuatu yang menjadi tuntutan kalimat ini. Sehingga tidaklah
seharusnya bagi seorang Muslim untuk mengatakan kalimat ini namun
menyombongkan diri dan enggan dengan perintah Allah. Berapa banyak orang yang
telah mengikrarkannya, akan tetapi dia menolak dan enggan untuk menerima dan
melaksanakan apa yang telah Allah Swt sampaikan.

4. Melaksanakan terhadap apa yang ditunjukkan oleh kalimat ini dan tidak
meninggalkannya (Inqiyad ) "Dan bertaubatlah kamu kepada Rabbmu dan berserah
dirilah kepada-Nya." QS. Az Zumar: 54 . Dalam sebuah Hadits juga diterangkan. "Tidaklah
sempurna Iman seseorang diantara kamu sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku
( Rasul ) datangkan." Di sinilah adanya bukti dari adanya pengikraran Tauhid. Allah
berfirman : Yang artinya" Maka demi Rabbmu mereka hakikatnya tidak beriman sehingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasakan dalam hati mereka suatu keberatan terhadap keputusan yang kamu
berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya."QS. An Nisa': 65 . Ibnu katsir
mengatakan dalam Tafsirnya : bahwa sesungguhnya Allah Swt bersumpah dengan zatnya
sendiri, pada dasarnya tidak beriman seseorang sehingga bertahkim terhadap Rasulullah Saw
dalam segala urusan, maka apa-apa yang telah dihukumi itulah suatu kebenaran yang harus
dilaksanakan secara lahir dan batin.

5. Benar dalam mengikrarkannya, tidak ada dalam hati atau lisannya sebuah
kebohongan (As Shidqu) "Dan diantara manusia ada mengatakan : "Kami beriman kepada
Allah dan kepada hari kemudian padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman padahal hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar dalam hati mereka ada penyakit lalu
ditambah Allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
QS Al Baqarah :8-10. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : "Dari Mu'az bin jabal ra, dari nabi
Saw bersabda:" barangsiapa diantara kamu bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah
kecuali Allah dan Muhammad itu hamba dan rasul-Nya dan membenarkan dalam hatinya
kecuali Allah akan mengharamkannya dari api Neraka."(HR Bukhori Muslim) Berkata Ibnu
Qayyim: bahwa Tasdiq (membenarkan) kalimat "LAA ILAHA ILLAALLAH" dengan
menuntut adanya pengikraran dan pelaksanaan hak-haknya yaitu Syari'at Islam yang
merupakan perincian kalimat ini. membenarkan segala apa yang ada padanya,
melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya. Pada dasarnya membenarkan kalimat
ini adalah dengan menunjukkan semua yang ada. Sudah menjadi maklum bahwa
terpeliharanya harta dan jiwa secara utuh itu tidak akan bisa kecuali dengan melaksanakan
hak-hak tersebut. Dalam sebuah hadits dijelaskan : Artinya :" Rosulullah Saw bersabda aku
akan memberikan syafaat bagi orang yang bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah
secara ikhlas membenarkan hatinya akan lisannya dan juga lisannya hatinya." HR Hakim fil
mustadrok . Ibnu Rojab berkata: " barang siapa yang mengatakan La Ilaha Illallah dengan
lisannya, kemudian mentaati syaithon dan hawa nafsunya di dalam berma'siat kepada Allah
dan menyelisihinya, maka perbuatan itu telah mendustakan perkataannya, dan telah
mengurangi keimanannya . sejauh mana ia bemaksiat dan mentaati hawa nafsunya dan
syaithon".

6. IKHLAS yaitu membersihkan amalan-amalan dengan memperbaiki niat dari segala polusi
kesyirikan. Fudlail bin iyadh mengatakan :" sesungguhnya semua amalan seandainya
dikerjakan dengan keikhlasan akan tetapi belum benar (sebagaimana Rasulullah Saw)
tidak akan diterima, seandainya sudah benar dan sesuai tetapi tidak dengan rasa ikhlas
tidak akan diterima pula, hingga menjadi ikhlas dan benar , keikhlasan yang hanya
untuk Allah dan benar mengikuti apa yang ada pada sunnah. Dalam mengikrarkan
kalimat "LAA ILAHA ILLAALLAH" inipun dituntut adanya keikhlasan mulai dari segala
kesyirikan terhadap Allah dan taslim kepadanya. Allah berfirman : Artinya: " sesungguhnya
orang-orang yang sombong dari beribadah kepadaku, maka mereka akan masuk dalam
neraka jahannam dalam keadaan terhina ". ( ghofir : 60 )

7. Kecintaan (Al Mahabbah ) Terhadap kalimat ini dengan apa yang menjadi tuntutannya,
serta menunjukkan kecintaannya terhadap ahli Tauhid yang mengamalkannya, yang
beriltizam dengannya dan membenci segala bentuk yang membatalkannya lihat ( Al
Baqaroh :165 ) dan ( Al Maidah : 54 ) Rasulullah Saw bersabda : Artinya " Tiga perkara
yang akan mendapatkan manisnya keimanan : menjadikan Allah dan Rosulnya lebih dicintai
daripada selainnya, dan mencintai seseorang kecuali mencintai karena Allah, dan benci
untuk kembali kepada kepada kekafiran setelah Allah menyalematkannya sebagaimana ia
benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka.( HR Bukhori) Dalam hal ini Syekh Hafidz al
Hakim mengatakan : " tanda kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya adalah dengan
mengedepankan apa yang dicintai (Rabbnya) walaupun bertentangan dengan hawa
nafsunya, membenci apa yang dibenci Rabbnya walaupun hawa nafsunya condong
kepadanya, sekaligus mengadakan perwalian kepada mereka yang berwali kepada Allah dan
Rasul Nya serta mengadakan permusuhan terhadap yang memusuhinya.

Begitu pula Syahadat La Ilaha Illallah tidak akan sempurna kecuali dengan Syahadat
"MUHAMMAD RASULULLAH", dengan demikian tidak ada jalan lain untuk mencari
kecintaan Allah kecuali dengan mengikuti Rasulullah Saw. Jelas bahwa kalimat Tauhid
bukanlah hanya sekedar berucap namun harus ada di dalamnya syarat-syarat yang
kesemuanya adalah menuntut adanya pelaksanaan apa yang menjadi tuntutan dari
kalimat tersebut.

Ketujuh Syarat di atas tidak boleh ditinggalkan walaupun hanya satu. Ketujuh di atas adalah
merupakan syarat yang terkumpul dalam diri seseorang, maka ia akan dapat mengambil
manfaat darinya. Muhammad bin Abdul Wahab menyatakan : " diantara hal yang paling
besar dalam keterangan makna La Ilaha Illallah adalah dengan tidak hanya sekedar
mengucapkan kemudian terjaga harta dan nyawa akan tetapi menuntut adanya pengertian
terhadap maknanya dan lafadznya sekaligus mengikrarkannya, tidak mensyirikkan Allah dan
tidak akan diharamkan darah dan hartanya, kecuali dengan menghilangkan apa-apa yang
disembah selain Allah, barang siapa yang bimbang dan ragu maka darah dan hartanya
tidaklah haram. Dari sini bisa dilihat kerusakan Aqidah Murji'ah yang mengatakan bahwa
keimanan hanyalah dengan mengetahui, dan kafir cukup pada ketidaktahuan, yang juga
mengatakan bahwa segala bentuk amalan apapun tidak ada efek sampingan terhadap
keimanan.

II. YANG MEMBATALKAN SYAHADAT.

Dari hal-hal yang menjadi syarat syahadat diatas maka dapat disimpulkan juga hal-hal yang
dapat membatalkannya, Syaikh Ibnu Taimiyah dalam bukunya " Majmu' At Tauhid "
menyebutkan adanya sepuluh hal-hal yang membatalkan Syahadat ini.

1. Syirik dalam beribadah kepada Allah. Contohnya : Sembelihan yang disembelih bukan
untuk Allah. Firman Allah yang berarti : " sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
orang yang berbuat syirik ( besar ) kepadanya , dan ia akan mengampuni kepada selainnya (
selain syirik ) bagi yang Allah kehendaki ". QS An Nisa ' : 48

2. Menjadikan selain Allah sebagai perantara, meminta syafa'at dan bertawakkal kepadanya.
Maka ia telah KAFIR menurut ijma' para Ulama.

3. Barang siapa yang tidak mengkafirkan orang-orang Musyrik atau merasa ragu dengan
kekafirannya, bahkan membenarkan madzhabnya maka hal itu sungguh telah kafir.

4. Barang siapa yang menyakini bahwa selain petunjuk ( hudan ) Nabi Saw itu lebih
sempurna dari petunjuk atau hukumnya maka ia kafir hukumnya .

5. Barang siapa yang membenci apa-apa yang telah dibawa Rasul, maka ia telah kafir
menurut ijma'.

6. Barang siapa yang mempermainkan Dienullah dengan sesuatu, baik yang berhubungan
dengan pahala atau iqobnya, maka telah kafirlah ia.

7. Melakukan sihir, dan diantaranya sampai condong mempercayainya dengan ridho maka ia
telah kafir.

8. Menjalin hubungan dengan orang musyrik, dan membantu mereka daripada orang-orang
Muslim .

9. Barang siapa yang berkeyakinan bahwa sebagian manusia tidak diwajibkan


berittiba'( mengikuti ) Rasulullah Saw dan ia memberikan kelonggaran untuk keluar dari
syariat-syariatnya , maka telah menjadi kafirlah ia.

10. Berpaling dari Dienullah, dan tidak mempelajari serta mengamalkannya. Oleh karena itu
sebagai seorang yang mengaku dirinya Muslim untuk memperhatikan hal-hal di atas,
khususnya yang dapat menyebabkan batalnya keislaman Atau ketauhidan seseorang.
Syeikh Muhammad ibnu Abdul Wahab mengatakan : " bahwa Islam adalah Tasdiq wa
inqiyad ( meyakini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan ) atau Al Wala' wa Baro'."

REF: http://muslim.or.id/aqidah/syarat-syahadat-laa-ilaaha-illallah.html#Scene_1

Syarat Syahadat Laa Ilaaha Illallah

Setiap ibadah memiliki rukun dan syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tersebut sah.
Seseorang yang hendak sholat tentu akan berwudhu terlebih dahulu, karena suci adalah syarat
sah sholat. Begitu pula ibadah yang lain seperti haji, puasa dan zakat juga memiliki rukun-
rukun dan syarat yang tidak boleh tidak harus dipenuhi. Segala sesuatu yang harus dipenuhi
sebelum mengerjakan sesuatu yang lain disebut syarat. Lalu bagaimana pula dengan
mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh? Tidak diragukan lagi bahwa syahadat adalah
setinggi-tingginya derajat keimanan dan rukun islam yang paling utama. Di sana ada syarat-
syarat yang harus dipenuhi agar kalimat Laa Ilaaha Illalloh yang kita ucapkan dianggap sah.

Para ulama menjelaskan bahwa syahadat Laa Ilaaha Illalloh memiliki delapan syarat:

1. Ilmu

Sebuah pengakuan tidak dianggap kecuali dengan ilmu. Oleh karena itu, wajib bagi kita
untuk mengucapkan kalimat syahadat ini dengan mengilmui makna dari kalimat tersebut.
Alloh berfirman, “Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Alloh tidak dapat
memberi syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya).” (Az Zukhruf: 86). Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mati dalam keadaan mengilmui Laa Ilaaha
Illalloh pasti masuk surga.” (HR. Al Bukhori dan Muslim). Dan makna yang benar dari
kalimat Laa Ilaaha Illalloh yaitu tidak ada sesembahan yang haq melainkan Alloh Ta’ala.

2. Yakin

Yakin adalah tidak ragu-ragu dengan kebenaran maknanya sehingga tidak mudah terombang-
ambing oleh berbagai cobaan. Alloh berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman
itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Alloh dan Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Alloh. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al Hujurat: 15)

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang engkau jumpai dari balik
dinding ini dia bersaksi Laa Ilaaha Illalloh dengan keyakinan hatinya sampaikanlah kabar
gembira untuknya bahwa dia masuk surga.” (HR. Muslim)

3. Menerima

Alloh menceritakan keadaan orang kafir Quraisy yang tidak menerima dakwah Nabi
Muhammad dalam firman-Nya, “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada
mereka: ‘Laa ilaaha Illalloh’ (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Alloh) mereka
menyombongkan diri. Dan mereka berkata: ‘Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?’.” (As Shoffat: 35-
36)

Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Inilah sifat orang kafir, tidak
menerima kebenaran kalimat Laa ilaaha Illalloh. Sungguh hanya Alloh lah yang berhak
disembah dan diibadahi.

4. Tunduk

Maksudnya yaitu melaksanakan konsekuensinya lahir dan batin. Alloh berfirman, “Dan
barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya
kepada Alloh-lah kesudahan segala urusan.” (Luqman: 22)

Nabi bersabda, “Tidaklah sempurna iman kalian sehingga hawa nafsunya tunduk mengikuti
ajaranku.” (HR. Thabrani)

5. Jujur

Alloh berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-
orang yang benar (jujur) dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al
‘Ankabut: 2-3)

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tak seorang pun bersaksi Laa Ilaaha Illalloh
dan Muhammad hamba Alloh dan rasul-Nya dengan kejujuran hati kecuali Alloh
mengharamkan neraka untuk menyentuhnya.” (HR. Al Bukhori dan Muslim)

Betapa kejujuran menjadi syarat sahnya syahadat. Lihatlah bagaimana syahadat orang
munafik ditolak oleh Alloh karena tidak jujur. Sebagaimana firman-Nya, “Apabila orang-
orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: ‘Kami mengakui, bahwa sesungguhnya
kamu benar-benar Rasul Alloh.’ Dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-
benar Rasul-Nya; dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu
benar-benar orang pendusta.” (Al Munafiqun: 1)

6. Ikhlas

Ikhlas hakikatnya mengharapkan balasan dari Alloh saja, tidak kepada selain-Nya. Alloh
berfirman, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh dengan
mengikhlaskan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya
mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.” (Al Bayyinah: 5)

Apa yang dimaksud dengan ikhlas?

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh Alloh mengharamkan bagi neraka
menyentuh orang yang mengatakan Laa Ilaaha Illalloh karena semata-mata mencari wajah
Alloh.” (HR. Al Bukhori dan Muslim)
7. Cinta

Alloh berfirman, “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Alloh. Dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Alloh semuanya dan bahwa Alloh amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal).” (Al Baqoroh: 165)

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga hal barangsiapa memilikinya pasti
akan merasakan kelezatan iman: Alloh dan rasul-Nya lebih dia cintai dibanding selain
keduanya, dia mencintai seseorang karena Alloh, dan dia benci untuk kembali kafir
sebagaimana kebenciannya jika dilempar ke dalam api.” (HR. Al Bukhori dan Muslim)

8. Mengingkari peribadatan kepada Thoghut.

Thoghut adalah segala sesuatu selain Alloh yang ridho disembah/diibadahi. Alloh berfirman,
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thoghut dan
beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al
Baqoroh: 256)

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengucapkan Laa Ilaaha


Illalloh dan mengingkari sesembahan selain Alloh, haramlah harta dan darahnya sedang
perhitungannya adalah terserah kepada Alloh Azza Wa Jalla.” (HR. Muslim)

Perlu diperhatikan, syarat-syarat ini tidak bermanfaat sama sekali jika sekedar dihafalkan,
tanpa diamalkan. apakah kita sudah mengevaluasi syahadat kita? Sudahkah terpenuhi delapan
syarat ini dalam syahadat Laa Ilaaha Illalloh yang kita ikrarkan? Belum terlambat.
Berbenahlah! Semoga kita bertemu dengan Alloh sebagai seorang yang bertauhid, bukan
sebagai seorang musyrik. Wal ‘iyaadzu billah.

You might also like