You are on page 1of 6

SIKAP TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

Sikap merupakan suatu perilaku seseorang terhadap suatu obyek seperti

yang dijelaskan oleh Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihlauw, ”sikap adalah pola

perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku terhadap orang, ide, atau obyek

yang tetap dalam jangka waktu yang lama.” 1 Definisi lain menjelaskan bahwa sikap

adalah predisposisi atau kecenderungan umum dalam merespon suatu obyek secara

konsisten dalam bentuk suka atau tidak suka “Sikap adalah suatu predisposisi yang

dipelajari dalam merespon secara konsisten sesuatu obyek, dalam bentuk suka atau

tidak suka.”2

Kemudian sikap itu dapat diuraikan sebagai suatu evaluasi tertentu terhadap

suatu obyek, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ajzen and Fishbein,

“Attitude can be described as a particular evaluation of an object, which


could influence emotions, knowledge or behaviour with regard to the
object”3. (Terjemahan: Sikap dapat diuraikan sebagai evaluasi tertentu dari
suatu obyek, yang bisa mempengaruhi emosi-emosi, pengetahuan atau
perilaku mengenai obyek.)

Schiffman dan Kanuk (2004) mendefinisikan sikap dalam konteks perilaku

konsumen sebagai kecenderungan yang tetap untuk bertindak,

“attitude within the context of consumer behaviour as a constant tendency


to behave accordingly in a concrete situation, regarding a certain object or
a group of objects”4 (terjemahan: sikap dalam konteks perilaku konsumen
sebagai kecenderungan tetap untuk bertindak dalam suatu situasi konkrit,
mengenai satu obyek tertentu atau satu kelompok objek.)

1
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihlauw. Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005) h. 104
2
Ibid h. 104
3
Jūratė Banytė, et.al,. Relationship of Consumer Attitude and Brand: Emotional Aspect, ENGINEERING
ECONOMICS. 2007. No 2 h.66
4
Ibid
Maka dari beberapa definisi diatas dapat diambil satu kesimpulan bahwa

sikap adalah kecenderungan umum yang tetap dan evaluasi tertentu terhadap suatu

obyek dalam bentuk suka atau tidak suka yang dapat mempengaruhi emosi, perilaku

atau pengetahuan mengenai obyek tersebut.

Tiga komponen sikap menurut Schiffman dan Kanuk adalah “a cognitive

component, an afective component and conative component” (komponen kognitif,

afektif, dan konatif).5

Komponen kognitif menyatakan persepsi dan pengetahuan yang diperoleh

melalui interaksi langsung dengan obyek,

“cognition revealing knowledge and perception, acquired during a direct


interaction with the object of attitude and having information from various
sources, related with the object”6. (Terjemahan: Kognitif menyatakan persepsi
dan pengetahuan, yang diperoleh selama satu interaksi langsung dengan obyek
dari sikap dan mempunyai informasi dari berbagai sumber, yang terkait dengan
obyek.)

Komponen afektif menyatakan “emosi atau perasaan terhadap suatu obyek

tertentu.”7 Komponen konatif menyatakan “kecenderungan seseorang untuk

melaksanakan suatu tindakan dan perilaku dengan cara tertentu terhadap suatu obyek

sikap.”8

Dalam bersikap selalu ada obyek yang disikapi. Obyek disini mempunyai

arti yang luas seperti masalah atau pokok persoalan, tindakan, perilaku, cara kerja,

orang atau peristiwa. Dalam obyek perilaku konsumen, obyek dapat diartikan sebagai

kategori produk. Kemudian obyek tersebut adalah segala hal yang dapat

mempengaruhi atau berdampak pada sikap, seperti yang dijelaskan oleh Solomon,

5
Leon G. Schiffman dan Kanuk “Consumer Behaviour”. (New Jersey, 2004,) p. 256
6
Jūratė Banytė, et.al,. Op. Cit.,, p. 67
7
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihlauw. Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005) h.107
8
Ibid.
Bamossy and Askegaard (2002) “everything that can impact the attitude towards

something as the object of attitude”9 (terjemahan: semua hal yang dapat berdampak

pada sikap terhadap sesuatu sebagai obyek dari sikap)

Lingkungan hidup secara umum “berarti kondisi alam sekitar kita, terutama

tentang tanah, air, udara, tumbuhan, binatang, sinar matahari dan lainnya yang

mengisi planet bumi ini”10 Sebagaimana yang dijelaskan oleh Otto Soemarwoto,

”lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati oleh mahluk hidup bersama dengan

benda tak hidup didalamnya.”11

Menurut UU No. 4 Tahun 1982 lingkungan hidup adalah:

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya”12

Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai:

1. Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada.

2. Keadaan/kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup.

3. Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk

hidup, terutama:

1. Kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang

mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk

hidup untuk bertahan hidup.

9
Jūratė Banytė, et.al,. Relationship of Consumer Attitude and Brand: Emotional Aspect, ENGINEERING
ECONOMICS. 2007. No 2 p.
10
http://elearning.unej.ac.id/courset/12345/document/PENGANTAR_ILMU_LINGKUNGAN_power_point.ppt?
cidReq=12345 (Diakses pada 29 Desember 2008)
11
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Jakarta: Djambatan, 1994)
12
UU No 4 Tahun 1982 dan Revisinya, Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
(http://www.google.com)
2. Gabungan dari kondisi sosial dan budaya yang berpengaruh pada keadaan

suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas mahluk

hidup."13

Selanjutnya pengertian lain mengenai lingkungan hidup

“lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan
mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup
lainnya.”14

Lingkungan hidup merupakan sistem yg meliputi: “lingkungan alam hayati,

lingkungan alam non-hayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lainnya.”15

Unsur lingkungan hidup terdiri atas “sumberdaya manusia, sumberdaya

alam hayati, sumberdaya alam non-hayati dan sumberdaya buatan.”16

Tuti Nuraini Bagian DKKD FIK-UI dalam Biologi Lingkungan dan

Kesehatan membagi lingkungan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Lingkungan Fisik
• Tanah dan komposisi kimianya
• Udara
• Iklim
• Suhu
• Kelembaban
• Radiasi
• Curah hujan
• Perubahan musim

13
http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_hidup. diakses pada 5 Desember 2008
14
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/pengertian-linkungan-hidup.html. diakses pada 5 Desember 2008
15
UU No 23 Tahun 1997 dan Revisinya, Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
(http://www.google.com)
16
Ibid
2. Lingkungan Biologis
• Jenis dan distribusi habitat
• Flora dan fauna
• Patogen
• Vektor
• Reservoir”17

Dari definisi-definisi tentang lingkungan dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang yang terdiri atas sumberdaya alam hayati

dan sumberdaya alam non-hayati, yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan

mahluk hidup guna melangsungkan kehidupannya dan terbagi atas lingkungan fisik

dan lingkungan biologis.

Ketika konsumen sudah menentukan sikap mereka terhadap lingkungan

hidup, khususnya jika mereka bersikap baik terhadap lingkungan hidup mereka,

dalam artian mereka peduli terhadap lingkungan, mereka akan berusaha untuk

menjaga kelestarian lingkungan hidup mereka. Banyak cara yang dapat mereka

lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan, salah satu caranya adalah dengan

mengkonsumsi atau menggunakan produk yang ramah lingkungan. Akan tetapi

produk ramah lingkungan itu pada dasarnya mempunyai harga yang lebih mahal

dibandingkan produk biasa pada umumnya. Namun demikian sikap konsumen

terhadap lingkungan dapat mempengaruhi kesediaan mereka membayar lebih untuk

produk ramah lingkungan, dengan kata lain konsumen akan berani membayar lebih

mahal untuk produk ramah lingkungan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Michel

Laroche dkk,

17
http://72.14.235.132/search?q=cache:k9Xb4qRU9-
8J:staff.ui.edu/internal/132206698/material/biolingkungan.ppt+lingkungan+biologis&hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=id
(diakses pada 30 Desember 2008)
“Several factors that may influence consumers’ willingness to pay more for
environmentally friendly products have been identified. These factors can be
classified into five categories: demographics, knowledge, values, attitudes and
behavior”18 (Terjemahan: Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesediaan
konsumen membayar lebih untuk produk ramah lingkungan telah diidentifikasi.
Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan ke dalam lima kategori: demografi,
pengetahuan, nilai, sikap dan perilaku).

Dari penjelasan tersebut dapat terlihat bahwa selain sikap masih ada faktor

lain yang dapat mempengaruhi kesediaan konsumen membayar lebih untuk produk

ramah lingkungan.

Kemudian dia menjelaskan kembali, dengan lebih menitik beratkan pada

komponen kognitif dari sikap,

“An individual’s perception about the severity of ecological problems might


influence his/her willingness to pay more for ecologically compatible
products.”19 (Terjemahan: Persepsi individu tentang kepelikan masalah
lingkungan mungkin mempengaruhi kesediannya membayar lebih untuk produk
ramah lingkungan).

Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sikap konsumen terhadap

lingkungan adalah predisposisi (kecenderungan umum) yang dipelajari atau dibentuk

dalam merespon secara konsisiten terhadap kesatuan ruang yang terdiri atas

sumberdaya alam hayati dan sumberdaya alam non-hayati, yang meliputi suatu

mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup guna melangsungkan kehidupannya

dan terbagi atas lingkungan fisik dan lingkungan biologis, dalam bentuk suka (positif)

atau tidak suka (negatif), yang didasarkan pada komponen kognitif yaitu pengetahuan

dan prsepsi mereka mengenai masalah lingkungan, afektif yaitu emosi atau perasaan

mereka terhadap lingkungan dan konatif yaitu perilaku mereka terhadap lingkungan.

18
Michel Laroche, et.al,. Targeting Consumers Who Are Willing To Pay More For Environmentally Friendly
Products, JOURNAL OF CONSUMER MARKETING, VOL. 18 NO. 6 2001, h. 504
19
Ibid, p. 507

You might also like