Professional Documents
Culture Documents
Kultur jaringan tanaman telah dikenal banyak orang sebagai usaha mendapatkan varietas baru
(unggul) dari suatu jenis tanaman dalam waktu yang relatif lebih singkat dari pada dengan cara
pemuliaan tanaman yang harus dilakukan penanaman secara berulang-ulang sampai beberapa
generasi. Untuk mendapatkan varietas baru melalui kultur jaringan dapat dilakukan dengan cara
isolasi protoplas dari 2 macam varietas yang difusikan. Atau dengan cara isolasi khloroplas suatu
jenis tanaman yang dimasukkan kedalam protoplas jenis tanaman yang lain, sehingga terjadi
penggabungan sifat-sifat yang baik dari kedua jenis tanaman tersebut hingga terjadi hibrid
somatik. Cara yang lain adalah dengan menyuntikkan protoplas dari suatu tanaman ketanaman
lain. Contohnya transfer khloroplas dari tanaman tembakau berwarna hijau ke dalam protoplas
tanaman tembakau yang albino, hasilnya sangat memuaskan karena tanaman tembakau menjadi
hijau pula. Contoh lain adalah keberhasilan mentrasnfer khloroplas dari tanaman jagung ke
dalam protoplas tanaman tebu hasilnya memuaskan (Anik Herawati, 1991).
Sumber: mastegar.blogspot.com
Jumat, 11 Juli 2008
kultur jaringan
I. IDENTITAS BUKU
5. Penerbit : Kanisius
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau
irisan jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan
dipelihara dalam medium pada atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril.
dengan cara demikian sebaian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami
proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan kedlam
medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap
dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari satu irisan kecil
suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi planlet dlama
jumlah yang besar.
Pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman ini berdasarkan teori sel sperti
yang dikemukakan oleh Schleiden, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan
autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi adalah
kemampuan setiap sel, darimana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan
dilingkungan yangsesuai akan tumbuh menjadi tanaman yang sempurna.
Teknik kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang
diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai
bahan dasar untuk pembentukkan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan
yang aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair. Meskipun
pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih bagian
tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem, seperti:
daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya. Bila
menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, yang perlu
diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur dan dormansi.
Setelah diisolasi harus mempuyai sifat yang sama dengan khloroplas yang
Setelah diisolasi masih mempunyai sifat atau aktivitas fotosintesa yang cukup
tinggi.
Contoh isolasi protoplas dalam budidaya jaringan yang sangat berguna adalah
ditemukannya sun-chlorella (jenis ganggang). Ganggang ini secara enzimatis
dijadikan protoplas (sel-selnya ditelanjangi dengan cara diinkubasikan dalam enzim
medium sehingga dinding selnya larut), kemudian dikeringkan dibawah sinar
matahari. Protoplas tersebut selanjutnya dipecah hingga didapatkan khloroplas dan
akhirnya dibuat pil-pil untuk pengobatan.
Menciptakan tanaman baru yang toleran terhadap stress garam pernah dilakukan
oleh Handa dkk. (Suryowinoto, 1985) yaitu terhadap tanaman tomat dan tembakau.
Pada penelitian ini menggunakan penambahan PEG (Poly Ethilen- Glycol) atau
NaCL, yang biasa dipergunakan untuk mendapatkan kultivar yang toleransi
terhadap garam.
Beberapa jenis tanaman ada yang teramcam punah (endangered species), misalnya
berbagai jenis tanaman pisang, tanaman melati, kenanga, kayu jati, dan kayu putih.
Usaha yang paling tepat untuk melestarikan tanaman yang terancam punah adalah
dengan jalan kloning. Dengan usaha kloning ini, populasi dari tanaman tersebut
akan terselamatkan, bahkan dapat bertambah, sekaligus sifat-sifat yang dimiliki
oleh tanaman tersebut tetap terjamin.
Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena dari
usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk pembuatan obat-obatan,
yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kalus ataupun
protokormus, misalnya alkoloid, steroid, dan terponoid. Dengan ditemukannya cara
mendapatkan metabolit skunderdari kalus suatu eksplan yang di tumbuhkan dalam
medium kultur jaringan, mak berarti dapat menghemat waktu dan tenaga. Dengan
cara biasa, untuk mendapatkannya harus menunggu lama samapai tanaman cukup
umur bahkan sampai berproduksi hingga bertahun-tahun. Sedangkan dengan teknik
kultur jaringan hanya membuthkan waktu antara tiga minggu sampai satu bulan
saja. Metabolit yang dihasilkan dari kalus ternyata juga memiliki kadar yang lebih
tinggi daripada dengan cara biasa (langsung dari tanaman). Dengan cara
pengambilan metabolit skunder dari kalus, biasanya selalu diperoleh kandungan
lain yang lebih banyak jenisnya, karena seringkali timbul zat-zat alkaloid atau
persenyawaan-persenyawaan lainnya yang sangat berguna untuk pengobatan.
Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh
para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba
melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman memerlukan
keterampilan khusus dan harus diltar belakangi dengan ilmu pengetahuan dasar
tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian.
Dengan demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa.
Di samping itu, pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak memerlukan laboratorium
khusus, walaupun dapat di usahakan secara sederhana (dalam ruang yang
terbatas), namun tetap memerlukan peralatan yang memadai. Kemungkinan lain
petani akan merasa enggan bekerja secara aseptik. Karena semua pekerjaan harus
dilaksanakan secara hatri-hati dan cermat serta memerlukan kesabaran yang
tinggi. Biaya untuk mewujudkan perbanyakan tanaman cecara in vitro ini juga
sangat mahal, kecuali kita meramu medium sendiri. Bila kia terpaksa harus
membeli medium yang sudah jadi (dalam kemasan) jelas akan sangat mahal, sebab
medium yang sudah jadi masih harus di impor dari luar negeri. Apalagi kita harus
membeli saran untuk perlakuan isolasi dan fusi protoplas, tentu biayanya akan
bertambah besar. Enzim-enzim yang digunakan dalam kultur jaringan juga masih
dibeli dari luar negeri sepertti Jepang.
Lepas semua dari kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui bahwa
teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, terutama
untuk pengembangan bioteknologi.
BIOTEKNOLOGI
GENETIKA
3. BAB III (ALAT-ALAT LABORATORIUM KULTUR JARINGAN)
Alat ini letaknya diruang penabur, yaitu ruang yang selalu harus dalam
keadaan steril. alat ini digunakan sebagai tahap perlakuan penanaman.
B. Entkas
Merupakan bentuk lama dari alat penabur (LAFC), maka fungsinya pun sama
seperti (LAFC)
C. Shaker (penggojok)
D. Autoklaf
Autoklaf adalah alat sterilisasi untuk alat dan medium kultur jarinang
tanaman.
E. Timbangan Analitik
Jenis alat ini bermacam-macam, tetapi yang penting adalah timbanagn yaang
dapat dipergunakan untuk menimbang sampai satuan yang sangat keil. Alat ini
berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
kultur jaringan.
F. Stirer
G. Erlenmeyer
H. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk menakar air suling dan bahan kimia yang akan
digunakan.
I. Gelas Piala
Alat ini digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan
air suling dalam pembuatan medium.
J. Petridish
Alat ini merupakan semacam jenis gelas piala yang mutlak dibutuhkan dalam
kultur jaringan.
L. Lampu Spiritus
M. Tabung Reaksi
Alat ini digunakan pada saat mengerjakan isolasi protoplas dan isiolasi
khloroplas.
Ruang Tamu.
Ruang Administrasi.
Ruang Staf.
Bahan kimia yang mahal harganya seperti hormon tumbuh dan enzim untuk isolasi
protoplas harus disimpan dala ruangan yang sejuk.
Alat-alat dari gelas seperti erlenmeyer, gelas ukurdan alat gelas lainnya perlu
disimpan dalam almari tersendiri.
Ruang Preparasi.
Di dalam ruangan ini disediakan peralatan dan tempat untuk mencuci alat-
alat laboratorium yang akan digunakan. Peralatan yang ada antara lain keranjang-
keranjang plastik untuk tempat peralatan yang baru dicuci.
Rumah kaca adalah suatu bangunan yang atap dan sekeliling dinding bagian
atasnya terbuat dari kaca. Tujuan penyediaan rumah kaca adalah untuk tempat
meletakkan pot-pot bibit tanaman, baik bibit yang akan dijadikan bahan kultur
jarinang maupun bibit hasil dari kultur jaringan yang sudah siap djual atau
dipelihara sendiri.
Ruang Planlet.
Ruangan ini menggunakan alat pendingi (AC), maka temperatur ruangan dapat
mencapai sekitar 25OC sehingga ideal bagi pertumbuhan planlet. Botol-botol yang
berisi planlet jumlahnya dapat mencapai ratusan. Oleh sebab itu, dalam ruangan ini
perlu disediakan rak-rak alumuniaum yang dasrnya berlobang-lobang untuk
meletakkan botol-botol tersebut secara teratur dan rapi.
Ruang Inkubator.
Eksplan yang sudah ditanam dalam media kultur jringan perlu dipantau
pertumbuhannya setiap hari. Untuk pemantauan ini perlu ruangan khusus yang
keadaannya lebih steril dari ruang planlet, yaitu ruang inkubator.
Ruang inkubator harus memiliki suhu kurang lebih 25 OC dan harus dilengkapi
dengan lampu-lampu neon, karena eksplan yang ditumbuhkan dalam ruangan
inkubasi membutuhkan temperatru dan cahaya yang dapat diatur dan disesuaikan
dengan jenis eksplannya.
Eksplan yang baru ditanam dan diinkubasikan dalam ruang inkubator akan
menghasilkan kalus. Bila kalus ini cukup umur, maka dapat diperlukan suspensi sel,
yaitu menumbuhkan suatu eksplan atau kalus dengan menggunakan media cair
(media yang tidak menggunakan zat pemadat atau agar), kemudian digojok di atas
shaker.
Hasil pertumbuhan kalus ini adalah berupa protokormus atau dalam istilah asing
disebut plb (protocorm like bodies). Bentuk protocormus adalah bulat-bulat padat
dan berwarna hijau. Bila keadaan protocormus sudah keadaan demikian maka
sudah siap dipindahkan kedalam media padat untuk di tumbuhkan menjadi planlet.
Enksa juga sering di letakkan dalam satu ruang dengan shaker, kegunaan enkas ini
sama dengan Laminar Air Flow Cabinet, yaitu untuk menabur eksplan.
Ruang Penabur.
Ruang penabur biasanya di buat dengan ukuran yang tidak terlalu besar, yaitu 2x3
m2. tujuannya adalah agar pelaksanaan sterilisasi ruangannya tidak membutuhkan
waktu yang lama dan tidak mengalami kesulitan.
Dinding ruang penabur dilengkapi dengan porselin, sehingga sterilisasi mudah
dilakukan. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan cara menyemprotkan alkohol 96%
dengan hand-sprayer. Sedangkan sterilisasi lantai dengan menggunakan kain pel
yang dibasahi alkohol 96%. Sterilisasi ini mutlak harus dilakukan menjelang ruang
penabur akan digunakan.
Bila saat calon penabur akan memasuki ruangan, lampu ultra violet harus dimatkan
terlebih dahulu kemudian menyalakan lampu neon biasa dan calon penabur
diperbolehkan memasuki ruangan tersebut. Sebaiknya, pada saat akan keluar
lampu neon di matikan dan setelah keluar menutup daun pintu kembali lampu ultra
violet dinyalakan. Dengan demikian steril ruangan dapat dijamin.
1. Garam-garam Anorganik
2. Zat-zat Organik
Zat-zat organik yang biasanya ditambahkan dalam medium kultur jaringan adalah
sukrosa, mio inositol, asam amino, dan zat pengatur tumbuh. Sedangkan sebagai
tambahan biasanya diberi zat organik lain seperti air kelapa, ekstrak ragi, pisang,
tomat, toge dan lain-lain.
Memperkuat untuk tubuh tanaman, karena unsur ini dapat digunakan untuk
memperkuat serabut-serabut akar, sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah
gugur.
Unsur ini digunakan sebagai penyangga (chelati agint) yang sangat penting
untuk menyagga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan
jaringan tanaman.
8. Unsur Sukrosa
Unsur ini sering ditambahkan pada medium kultur jaringan sebagai sumber
energi yang diperlukan untuk induksi kalus.
Unsur ini dapat digunakan sebagai unsur pengganti sukrosa karena dapat
merangsang beberapa jaringan.
Unsur ini diunakan oleh tanaman untuk proses pertumbuhan dan diferensiasi
sel. Kebutuhan unsur asam amino oleh tanaman berbeda.
Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senywa organik bukan hara,
yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah
proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdir dari lima
kelompok yaitu, Auksin, Sitokinin, Giberelin, Etilen dan Inhibitor dengan ciri khas
dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis.
Media tanam harus berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan
eksplan. Bahan-bahan yang diramu berisi campuran garam mineral sumber unsur
makro dan unsur mikro, gula , vitamin, protein, dan hormon tumbuh. media tanam
dalam kultur jaringan adalah tempat untuk tumbuh eksplan. Media tanam tersebut
dapat berupa larutan (cair) atau padat. Media cair berarti campuran-campuran zat
kimia dengan air suling, sedangkan media padat adalah media zat cair tesebut
ditambah dengan zat pemadat agar.
D. Faktor Lingkungan
1. Keasaman (pH)
2. Kelembapan
3. Cahaya
4. Temperatur
Metode pada dilakukan dengan tujuan mendapatkan kalus dan kemudian dengan
medium diferensiasi yang berguna untuk menumbuhkan akar dan tunas sehingga
kalus dapat tumbuh menjadi planlet. Media padat adalah media yang mengandung
semua komponen kimia yang dibutuhkan oleh tanaman dan kemudian dipadatkan
dengan menambahkan zat pemadat. Zat pemadat tersebut dapat berupa agar-agar
batangan, agar-agar bubuk, atau agar-agar kemasan kaleng yang yang memang
khusus digunakan untuk media padat untuk kultur jaringan.
Media yang terlalu padat akan mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar sulit
untuk menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan
menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa tenggelamnya
eksplan yang ditanam. Eksplan yang tenggelam tidak akan dapat tumbuh menjadi
kalus, karena tempat area kalus yaitu pada irisan (jaringan yang luka) tertutup oleh
medium.
Penggunaan metode cair ini kurang praktis dibandingkan dengan metode padat,
karena untuk menumbuhkan kalus langsung dari ekspaln sangat sulit sehingga
keberhasilannya sangat kecil dan hana tanaman-tanaman tertentu yang dapat
berhasil. Oleh karena itu, penggunaan media cair lebih ditekankan untuk suspensi
sel, yaitu untuk menumbuhkan plb (prtocorm like bodies). Dari protokormus ini
nantinya dapat tumbuh menjadi planlet apabila dipindahkan kedalam media padat
yang sesuai.
Pembuatan media cair jauh lebih cepat daripada media padat, karena kita tidak p
erlu memanaskannya untuk melarutkan agar-agar. Media cair juga tidak
memerlukan zat pemadat sehingga keadaannya tetap berupa larutan nutrein.
Bila dilihat dari macam bahan yang digunakan, maka metode kultur jaringan yang
telah dikenal sekarang antara lain adalah:
1) Kultur meristem.
2) Kultur antera
3) Kultru endosperma
5) Kultur protoplas
6) Kultur embrio
7) Kultur spora
8) Dan lain-lain
Alat-alat dissecting –set dan glass ware yang akan digunakan untuk kultur jaringan,
setelah dicuci dan dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas payung dan
o
disterilisasi di dalam autoklaf dengan suhu 121 C, tekanan 15 lb, dan lama
sterilsiasi 20-30 menit.
Botol-botol eksplan yang sudah berisi medium setelah ditutup dengan alumunium
foil, kemudian disterilisasi. Sterilisasi medium lebih sedikit waktunya dibandingkan
dengan sterilisasi alat-alat, yakni 15 menit, tetapi suhu dan tekannya sama.
3. Sterilisasi Eksplan
Cara ini digunakan untuk eksplan yang keras atau berdaging, yaitu dengan
membakar eksplan tersebut di atas lampu spirtus sebanyak tiga kali.
Sterilisasi ini gunakan untuk eksplan yang lunak. Sterilisasi ini menggunakan bahan
kimia. Bahan-bahan yang digunakan untuk sterilisasi:
Sodium hipoklorit
Mercuri chlorit
Alkohol 70%
4. Menabur Eksplan
Menabur eksplan dilakukan di dalam Laminar Air Flow Cabinet dengan kondisi
aseptik. Sebelum kita bekerja di dalam laminar air flow cabinet, semua perhiasan
tangan harus dilepas, dan tangan dibasuh terlebih dahulu dengan alkohol 70%.
Eksplan yang siap ditaman dipotng dengan menggunakan scalpel di dlam cawan
petri. Potongan eksplan dimasukan kedalam erlenmeyer yang berisi media tumbuh,
hingga permukaan yang teriris bersentuhan dengan medium.
Setelah semua pekerjaan menabur selesai, kemudian alat-alat yang sudah dipakai
dibersihkan.
5. Melaksanakan Sub-Kultur
Dalam waktu satu sampai dua minggu, eksplan akan tumbuh menjadi kalus. Kalus
adalah suatu masa sel yang terbentuk pada permukaan eksplan atau irisan eksplan.
Kalus ini akan tumbuh pada media eksplan yang padat., sedangkan pada media cair
akan tumbuh plb (protokormus)
Sub-kultur adalah suatu usaha untuk mengganti media kultur jaringan dengan
media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk kalus atau protokormus dapat
terpenuhi.
III. PEMBAHASAN
Dari hasil perbandingan antara buku yang saya buat ini bila dibandingkan
dengan buku kultur jaringan yang lain ternyata pada laporan buku yang saya buat
ini masih banyak kekurangannya yaitu:
1) Kontaminasi
jaringan.
Lakukan proses penanaman bahan pada keadaan anda nyaman dan cari
2) Pencoklatan/browning
Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang
sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan.
Peristiwa pencoklatan sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa
yang sering terjadi.
3) Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai dengan:
Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang tidaknormal.
4) Variabilitas Genetik
Laju multiflikasi yang tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub kultur
Variasi genetik yang paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur
suspensi sel, hal tersebut terjadi karena munculnya sifat instabilitas kromosom
mungkin akibat teknis kultur, media atau hormon.
6) Praperlakuan
Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja,
pertumbuahn dan perkembangannya dlama botol saja tetapi juga sangat bisa
dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan
muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan.
7) Lingkunagn Mikro
Masalah lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan karena ini juga
sering menjadi masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimasi
pertumbuhan eksplan, suhu yang terlalu rendah aatau tinggi dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.
IV. SIMPULAN
Dari hasil pembuatan laporan buku ini dapat disimpulkan bahwa kultur
jaringan. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai
sifat seperti induknya.
Manfaat dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga memperoleh
tanaman baru yang bersifat unggul.
Aquades
Vitamin
Agar
Gula
Sumber: hamdan-motor.blogspot.com
MANFAAT / KEUNTUNGAN KULTUR JARINGAN
1. Bibit (hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yau~g singkat
2. Sifat identik dengan induk
3. Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
4. Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru
dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat
fisiologi danmorfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan
tanaman ini diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul.
Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus kegunaan dari
kultur jaringan terhadap berbagai ilmu pengetahuan.( hamdan-
motor.blogspot.com/2008/07/kultur-jaringan.html - 169k -)
Sumber: http://www.scribd.com/doc/21288531/Kultur-jaringan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman
dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama
dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan
bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat
steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit
yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah
yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu
menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan
mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan
perbanyakan konvensional.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin,
dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan
lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik
jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang
dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol
kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya
dengan autoklaf.
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah
tunas.
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga
steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang
melakukan kultur jaringan juga harus steril.
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari
adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung
reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di
tempat yang steril dengan suhu kamar.
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan
akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan
dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna
putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar
dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan
terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi
dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan
pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit
generatif.
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan
usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan
yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati,
sengon, akasia, dll.
Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan
pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut
dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek
dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari
kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan
pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih cepat. Selain itu, dengan
adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat maka lahan-lahan yang kosong
dapat c
KEUNTUNGAN PEMANFAATAN
KULTUR JARINGAN
¨ Pengadaan bibit tidak tergantung musim
¨ Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak
dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari
satu mata tunas yang sudah respon dalam 1
tahun dapat dihasilkan minimal 10.000
planlet/bibit)
¨ Bibit yang dihasilkan seragam
¨ Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (meng
gunakan organ tertentu)
¨ Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah
dan mudah
¨ Dalam proses pembibitan bebas dari gang
guan hama, penyakit, dan deraan lingkungan
lainnya
KULTUR jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman)
tumbuh
menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim
diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
Kola Lemahkan Tulang
BOSTON – Konsumsi senyawa kola yang berlebihan pada tubuh, menurut penelitian
baru-baru ini, membuat tulang manusia, terutama wanita menjadi makin lemah.
Hasil tersebut ditemukan oleh Dr. Katherine L. Tucker dari Universitas Boston, yang
melakukan studi korelasi kelemahan tulang pada 2500 peminum kola, yang
dilangsir kantor berita AP awal minggu ini.
Pada penelitiannya tersebut, Dr. Katherine menemukan bahwa peminum kola,
memiliki tingkat kekuatan tulang lebih rendah daripada orang yang tidak meminum
kola. “Tingkat kekuatan tulang dikenal dengan istilah BMD atau Bone Mineral
Density, yang mempengaruhi berbagai masalah kerapuhan tulan,” paparnya.
“Karena kola merupakan salah satu minuman terpopuler yang ada saat ini. Hasil
penelitian ini seharusnya diumumkan secara luas, karena berpengaruh pada taraf
kesehatan kita,” urainya, pada artikel yang telah dimuat di bulan Oktober ini di
Jurnal Klinik Nutrisi Amerika.
Penelitian ini juga menunjukan kebanyakan peminum kola perempuan memiliki
tingkat kerapuhan tulan lebih besar. Dalam catatannya, menurut Dr. Katherine hal
ini dimungkinkan karena banyak wanita lebih banyak meminum susu, namun
banyak meminum soda pada kola.
Fenomena ini dijelaskan oleh Dr. Katherine dikarenakan kola mengandung zat
bernama phosporic acid. Zat tersebut menyerap fungsi kalsium yang telah masuk
dalam tubuh sehingga mineral yang ada dalam kalsium, yang seharusnya dapat
membantu proses penguatan tulang menjadi hilang.
“Sayangnya baru sekarang ada bukti kuat, yang menyatakan zat berkarbonasi
seperti kola, ternyata sangat berpengaruh pada tulang,” tambah Katherine.
Sementara itu, pada kaum lelaki, lebih sedikit efek perapuhan tulang yang
dikarenakan konsumsi kola. (slg)
Bioteknologi
NAA
0 0.5 2.5 5.0
(mg/L)
0 1 2 3 4
0.5 5 6 7 8
2.5 9 10 11 12
5.0 13 14 15 16
Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan metode yang lebih luas menurut deFossard
(1976) diaman 4 kategori, mineral, auksin, organik dan sitokinin diuji masing – masing pada 3
konsentrasi. Percobaan yang besar ini memerlukan 81 perlakuan yang berbeda dan sangat
menghabiskan waktu tapi mungkin diperlukan untuk beberapa tanaman yang sangat sulit
dikulturkan.
12.3. Persiapan Media
Media yang paling banyak digunakan adalah Murashige dan Skoog (1962). Cara yang paling
mudah untuk menyiapkan media MS adalah dengan membeli prepacked media yang banyak
dijual secara komersial.
Berikut adalah hal – hal penting yang mendasar dalam pembuatan media :
1. Sebelum memulai, siapkan lembar media dan tentukan media apa dan
berapa banyak yang akan anda buat. Tulis informasi ini pada lembar kerja
dan periksa setiap langkah sambil anda bekerja. Tanda tangani dan tulis
tanggal pada lembar kerja dan letakkan pada notebook. Anda dapat
menuliskan komentar tentang apa saja yang tidak biasa atau penting yang
terjadi pada saat anda membuat media.
2. Cuci alat gelas dengan air destilata sebelum mulai menyiapkan media.
3. Ukur kira – kira 90% dari volume akhir air destilata, misalnya 900 ml untuk
volume akhir 1 liter, lalu masukkan ke dalam beaker.
4. Jika anda akan memanaskan larutan, pastikan anda menggunakan alat tahan
panas.
5. Sambil mengaduk air, perlahan masukkan bubuk MS dan aduk hingga benar –
benar larut. Cuci bagian dalam paket MS dengan air destilata untuk
mengambil sisa – sisa bubuk dan masukkan ke larutan media.
6. Masukkan bahan tahan panas lainnya – stok GM,myo-inositol, sucrose, BA,
aduk rata.
7. Atur pH media menggunakan NaOH, HCl, or KOH.
8. Buat volume akhir media dengan menggunakan labu takar
9. Jika menggunakan agar, masukkan ke dalam campuran media sebelum
diautoklaf.
10.Media harus selalu diautoklaf dalam wadah dengan ukuran 1 1/2 x atau 2x
lebih besar dari volume media agar media tidak tumpah.
11.Tuangkan media sesuai kebuthan sebelum diautoklaf atau sesudah
diautoklaf, tergantung kebutuhan.
12.Tutp wadah pada saat diautoklaf, tapi jangan terlalu erat, agar ada
pertukaran udara.
13.Media disterilisasi dengan mengautoklaf pada 1 kg/cm2 (15 psi), 121º C
selama kurang lebih 30 menit. Volume yang lebih besar (200 ml atau lebih)
mungkin memerlukan waktu yang lebih lama. Gunakan exhaust yang lambat.
14.Biarkan media mendingin hingga 55º C sebelum menambahkan bahan –
bahan yang tidak tahan panas (acetosyringone, claforan, kanamycin).
15.Media dituangkan ke petri dish biasanya dengan volume 25 ml per petri. Ini
akan menghasilkan sekitar 40 petri per liter media.
16.Dinginkan media di dalam laminar. Jangan pindahkan petri yang telah diisi
media sampai petri tersebut dingin.
17.Simpan media yang sudah dingin di refrigerator.
Sumber: www.fp.unud.ac.id/biotek/kultur-jaringan-tanaman/12-media-kultur-
jaringan/
Kemampuan memperbanyak diri yang sesungguhnya dari suatu perbanyakan secara in-vitro
terletak pada mudah tidaknya suatu materi ditanam ulang selama multiplikasi (Wetherell, 1976).
Eksplan yang dalam kondisi bagus dan tidak terkontaminasi dari tahap inisiasi kultur
dipindahkan atau disubkulturkan ke media yang mengandung sitokinin. Subkultur dapat
dilakukan berulang-ulang kali sampai jumlah tunas yang kita harapkan, namun subkultur yang
terlalu banyak dapat menurunkan mutu dari tunas yang dihasilkan, seperti terjadinya
penyimpangan genetik (aberasi), menimbulkan suatu gejala ketidak normalan (vitrifikasi) dan
frekuensi terjadinya tanaman off-type sangat besar.
Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik,
rumah bibit, dan lapangan sangatlah jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro di dalam botol.
Kondisi di luar botol bekelembaban nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas
cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi dalam botol. Planlet atau tunas mikro lebih bersifat
heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik,
serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan.
Disamping itu tanaman tersebut memperlihatkan beberapa gejala ketidak normalan, seperti
bersifat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vaskulernya tidak berkembang sempurna,
morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagai mana mestinya. Strutur
mesofil berubah, dan aktifitas fotosintesis sangat rendah. Dengan karakteristik seperti itu,
palanlet atau tunas mikro mudah menjadi layu atau kering jika dipindahkan ke kondisi eksternl
secara tiba-tiba. Karena itu, planlet atau tunas mikro tersebut diadaptasikan ke kondisi lngkungan
yang baru yang lebih keras. Dengan kata lain planlet atau tunas mikro perlu diaklimatisasikan
( Yusnita, 2004).
Sumber: http://kultur-jaringan.blogspot.com/2009/08/tahapan-tahapan-kultur-
jaringan.html