You are on page 1of 25

VISI JSIT INDONESIA

Menjadi pusat penggerak dan pemberdaya Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju sekolah
efektif dan bermutu.

MISI JSIT INDONESIA


1. Membangun jaringan efektif antar Sekolah Islam Terpadu di Indonesia
2. Meningkatkan efektifitas pengelolaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia
3. Melakukan pemberdayaan tenaga kependidikan
4. Melakukan pengembangan kurikulum Sekolah Islam Terpadu di Indonesia   
5. Melakukan aksi dan advokasi bidang pendidikan
6. Menjalin kemitraan strategis dengan institusi nasional dan internasional.
7. Menggalang sumber-sumber pembiayaan pendidikan

Tujuan
1. Menciptakan jaringan kerjasama dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Sekolah
Islam Terpadu di Indonesia
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalitas tenaga kependidikan Sekolah Islam
Terpadu di Indonesia

3. Melakukan proses perbaikan dan pengembangan Kurikulum Sekolah Islam Terpadu di


Indonesia

4. Menjalin kemitraan strategis dengan instansi/institusi nasional maupun internasional

Sasaran
Untuk mencapai tujuannya, JSIT INDONESIA memiliki sasaran sebagai berikut:
1. Terwujudnya media komunikasi yang efektif antar anggota JSIT INDONESIA
2. Terselenggaranya pemberdayaan manajemen sekolah, pengembangan kurikulum dan
pembinaan tenaga kependidikan

3. Terjalinnya kerjasama yang sinergis dengan pihak-pihak yang terkait dengan riset
pendidikan, penentu kebijakan pendidikan, sumber dana pendidikan, dan imtak/iptek

Jatidiri
Sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) yang bergerak di bidang pendidikan, JSIT
INDONESIA bersifat non-partisan, nirlaba dan terbuka dalam arti siap bekerjasama dengan
pihak manapun selama mendatangkan maslahat dan manfaat bagi anggota serta berkesesuaian
dengan visi, misi, tujuan dan sasaran JSIT INDONESIA.

Fungsi
Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan dan sasarannya, JSIT INDONESIA menjalankan 6
(enam) fungsi operasional, yaitu fungsi penggerak, koordinasi, supervisi, advokasi, fasilitasi, dan
riset pengembangan.
1. Penggerak: mempelopori pemberdayaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju
sekolah efektif dan bermutu
2. Koordinasi: mengkoordinasikan program kerjasama antar Sekolah-Sekolah Islam
Terpadu yang menjadi anggotanya.

3. Supervisi: melakukan penilaian, pengawasan, dan pembinaan penyelenggaraan dan


pengelolaan Sekolah-Sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggotanya ke arah sekolah
efektif dan bermutu.

4. Advokasi: melakukan pembelaan untuk umat Islam di bidang pendidikan

5. Fasilitasi: melakukan aktivitas melayani, membantu, memfasilitasi sekolah-Sekolah


Islam Terpadu
6. Riset Pengembangan: melakukan penelitian dan pengkajian bidang pendidikan bagi
pengembangan Sekolah-Sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggotanya
SURAT KEPUTUSAN
DEWAN PENDIRI JARINGAN SEKOLAH ISLAM TERPADU
(JSIT INDONESIA)
No: 001/SK/JSIT INDONESIA /VI/2003

DEWAN PENDIRI JARINGAN SEKOLAH ISLAM TERPADU (JSIT) INDONESIA

Menimbang:

 Bahwa dipandang perlu segera mengangkat personalia Pengurus Pusat


Jaringan Sekolah Islam Terpadu.

1. Bahwa orang-orang yang namanya tercantum dalam lajur 2


dipandang mampua dan cakap serta memenuhi syarat untuk
diangkat dalam jabatan sebagaimana tercantum dalam lajur 3
lampiran Surat Keputusan ini.

Mengingat:

 Tujuan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia.

1. Anggaran Dasar JSIT Pasal 14 ayat (1)3. Anggaran Rumah Tangga


JSIT Indonesia Pasal 7

Memperhatikan:

 Rapat Dewan Pendiri JSIT Indonesia pada hari Sabtu-Aad tanggal 15-16
Maret 2003

 M E M U T U S K A N

Menetapkan:
Pertama : Mengangkat orang-orang yang nama-namanya tercantum pada
lajur 2 untuk menduduki jabatan sebagaimana tercantum pada
lajur 3 dari lampiran Surat Keputusan ini selama satu tahun
sejak 31 Juli 2003.
Kedua : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan apabila terdapat kekeliruan di kemudian hari
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ketiga : ASLI Surat Keputusan ini diberikan kepada yang bersangkutan
untuk digunakan sebagaimana mestinya

 Ditetapkan di YogyakartaPada tanggal 31 Juli 2003


Ketua Dewan Pendiri JSIT INDONESIA

Drs. Musholli
ARAH KEBIJAKAN

Aspek Organisasi
1. Menyempurnakan struktur organisasi kepengurusan pusat, regional, wilayah dan
daerah sesuai dengan tuntutan situasi kondisi.
2. (Menyusun struktur sesuai dengan jenjang Sekolah: TK, SD, SMP, SMA).
3. Mendorong efektifitas dan aktivitas JSIT pusat, regional, wilayah dan daerah
4. Mengupayakan gedung sekretariat pusat permanent
5. Mewujudkan tertib administrasi dan registrasi keanggotaan, mempertegas hak dan
kewajiban anggota.
6. Mempertegas status hukum (legal aspect) JSIT

Aspek Pemberdayaan
1. Merumuskan standar mutu SIT
2. Mewujudkan lembaga penjamin mutu SIT
3. Mengukur Mutu Output (lulusan) SIT agar terlihat komparasi dan kompetisi SIT
tingkat Nasional.
4. Meningkatkan frekwensi dan efektifitas pemberdayaan leadership kepala sekolah.
5. Meningkatkan kompetensi guru ke arah pencapaian sertifikasi.
6. Meningkatkan kompetensi tenaga kependidikan.
7. Memfasilitasi mutasi dan rotasi guru antar Sekolah Islam Terpadu
8. Memfasilitasi pemberdayaan Yayasan pengelola SIT

Aspek Komunikasi
1. Mengintensifkan komunikasi antar SIT melalui pembentukan forum kepala sekolah di
tingkat nasional, regional, wilayah dan daerah.
2. Mengefektifkan dan mengoptimalkan peran website dan milis
3. Mewujudkan buletin JSIT Indonesia.

Menggalang kemitraan dengan:


1. Lembaga pemberdayaan sekolah, guru dan kepala sekolah.
2. Media cetak dan elektronik
3. Pemerintah pusat dan daerah
4. LSM Pendidikan
5. Tokoh dan pakar pendidikan
6. Pusat-pusat sumber ilmu dan sumber belajar
7. Lembaga pendidikan/NGO luar negeri
ORGANISASI

Kepengurusan
Kepengurusan JSIT INDONESIA terdiri dari Pengurus Pusat, Wilayah dan Daerah yang
masing-masing adalah kesatuan organisasi dan kepemimpinan di tingkat nasional, provinsi
dan kota/kabupaten. Dewan Pembina secara khusus juga dibentuk sebagai unsur pembantu
Pimpinan Pusat yang aktif menyampaikan masukan, pertimbangan, nasehat, konsep dan
rumusan yang terkait dengan pembinaan JSIT INDONESIA dalam mencapai tujuan-
tujuannya.

Dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan dan sasarannya, JSIT INDONESIA melengkapi
setiap kepengurusan dengan adanya Divisi Sekolah Dasar (SD), Divisi SLTP dan Divisi
SLTA.

1. Surat Keputusan Dewan Pendiri


2. Susunan Pengurus

Keanggotan
Unit Sekolah Islam Terpadu dan sekolah Islam lainnya yang menjadikan Islam sebagai
landasan konsepsional, manajerial dan operasional serta menyetujui AD-ART dan aktif
berpartisipasi dalam kegiatan untuk pencapaian tujuan JSIT INDONESIA, dapat diterima
sebagai anggota JSIT INDONESIA.

Status keanggotaan diperoleh dari Pengurus Pusat JSIT INDONESIA setelah sebelumnya
mengajukan permohonan secara tertulis melalui Pengurus Daerah/Wilayah JSIT INDONESIA
terdekat dimana calon anggota tersebut berdomisili. Keanggotaan secara formal diwakili oleh
kepala sekolah atau penyelenggara pendidikan dari unit sekolahnya.

Pembiayaan Keuangan JSIT INDONESIA


Sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) bidang pendidikan yang bersifat nirlaba, JSIT
INDONESIA bekerja dengan menggunakan pendanaan yang berasal dari iuran anggota
dengan besar ditetapkan oleh Pengurus Pusat, dari infaq dan sumbangan yang tidak mengikat,
dan dari pendapatan usaha yang dihasilkan oleh berbagai proyek komersil JSIT INDONESIA
yang tidak bertentangan dengan tujuan organisasi.
ANGGARAN DASAR

JARINGAN SEKOLAH ISLAM TERPADU INDONESIA

(JSIT INDONESIA)

 MUQADDIMAH

  Tugas penting sekolah yang harus dimainkan pada kondisi bangsa yang dilanda krisis multi
dimensi ini adalah membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas demi terwujudnya
kepemimpinan masa depan yang kuat. Pencapaian target ini sangat ditentukan oleh efektifitas
penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah itu sendiri. Sebagaimana pesan Allah SWT: “..Dan tolong-
menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa…..” (Al-Qur'an: Al-Maaidah ayat 2).

Oleh karena itu meningkatkan kualitas sekolah merupakan salah satu komitmen penting para
aktivis pendidikan dalam kaitannya dengan kepedulian peningkatan kualitas sumberdaya manusia
masa depan. Segala faktor yang mendukung untuk terciptanya efektifitas tersebut menjadi tuntutan
yang mesti diadakan, dan itu semua menuntut perhatian dan keterlibatan seluruh pihak dari setiap
elemen masyarakat ini.

            Diantara faktor pendukung untuk mewujudkan penyelenggaraan dan pengelolaan


sekolah yang berkualitas adalah menciptakan kerjasama yang efektif  antar sekolah-sekolah
yang memiliki visi, misi dan cita-cita yang sama.  Melalui kerjasama  inilah  program-
program strategis pemberdayaan institusi sekolah dapat terlaksana. Juga diharapkan dengan
ini akan terjadi sinergi diantara sekolah-sekolah yang terlibat yang pada gilirannya melahirkan
kreatifitas  pemberdayaan sekolah secara berkelanjutan.

Disisi lain, kerjasama efektif antara Sekolah-Sekolah Islam Terpadu ini diharapkan juga dapat
menjalankan peran untuk mempengaruhi kebijakan pendidikan nasional demi kemaslahatan
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Forum atau organisasi yang akan memungkinkan
terjadinya kerjasama antar sekolah – sekolah tersebut menjadi tuntutan yang tak terelakkan, dan
dengan ini Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia (JSIT INDONESIA)  diharapkan dapat
merealisasikan tujuan dan cita – cita tersebut.   

Dengan harapan sebagaimana tersebut di atas itulah, maka dengan Rahmat Allah SWT
sekolah-Sekolah Islam Terpadu di seluruh wilayah Indonesia berhimpun dalam wadah
organisasi Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia (JSIT INDONESIA) dengan
berpedoman pada Anggaran Dasar sebagai berikut:

BAB I

NAMA, KEDUDUKAN, WAKTU

Pasal 1

Nama

Organisasi ini bernama “Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia” dan disingkat “JSIT
INDONESIA”

 
Pasal 2

Kedudukan

JSIT INDONESIA berkedudukan di Jakarta dan dapat mendirikan cabang-cabangnya di


seluruh Indonesia

Pasal 3

Waktu

JSIT INDONESIA didirikan pada tanggal 31 Juli 2003 di Yogyakarta untuk jangka waktu
yang tidak ditentukan

BAB II

ASAS, SIFAT, BENTUK,  DAN FUNGSI

Pasal 4

Asas

JSIT INDONESIA berasaskan Islam

Pasal 5

Sifat

JSIT INDONESIA bersifat nirlaba, independen, terbuka, dan siap bekerjasama dengan
pihak manapun selama mendatangkan maslahat dan manfaat bagi anggota dan berkesesuaian
dengan visi dan misi JSIT INDONESIA

Pasal 6

JSIT INDONESIA adalah organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan.

Pasal 7

Fungsi

JSIT INDONESIA menjalankan fungsi sebagai :

1. Penggerak: mempelopori pemberdayaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju sekolah


efektif dan bermutu
2. Koordinasi: mengkoordinasikan program kerjasama antar anggota JSIT Indonesia

3. Supervisi: melakukan penilaian, pengawasan dan pembinaan penyelenggaraan dan


pengelolaan sekolah bagi anggota JSIT Indonesia ke arah sekolah efektif dan bermutu.  

4. Advokasi: melakukan pembelaan untuk umat Islam di bidang pendidikan

5. Pelayanan : melakukan aktivitas melayani, membantu dan memfasilitasi kebutuhan anggota


Islam Terpadu

6. Riset Pengembangan: melakukan penelitian dan pengkajian bidang pendidikan bagi


pengembangan sekolah-sekolah yang menjadi anggotanya

BAB III

TUJUAN 

Pasal 8

1. Terciptanya jaringan kerjasama dalam penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah yang menjadi
anggota JSIT INDONESIA

2. Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas tenaga kependidikan Sekolah Islam Terpadu di


Indonesia

3. Berlangsungnya proses perbaikan dan pengembangan Kurikulum Sekolah Islam Terpadu di


Indonesia 

4. Terjalinnya kemitraan strategis dengan instansi/institusi nasional maupun internasional

 BAB IV

KEANGGOTAAN

 Pasal 9

1.   Anggota  JSIT INDONESIA adalah unit sekolah yang menjadikan Islam sebagai ciri khas 
sekolahnya yang memenuhi persyaratan organisasi, menyetujui dan mendukung Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga JSIT INDONESIA

2.   Persyaratan dan prosedur keanggotaan JSIT INDONESIA diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga

3.   Keanggotaan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dan 2 pasal ini diwakili  oleh kepala
sekolah atau penyelenggara pendidikan

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 10
Struktur wilayah kerja

1.   JSIT INDONESIA dibentuk dalam kepengurusan pusat, wilayah dan daerah

2.   Pengurus Pusat ialah kesatuan organisasi dan kepemimpinan yang berada di tingkat nasional

3.   Pengurus  Wilayah ialah kesatuan organisasi dan kepemimpinan yang berada di tingkat
provinsi

4.   Pengurus Daerah ialah kesatuan organisasi dan kepemimpinan yang berada di tingkat
kota/kabupaten

5.   Untuk wilayah yang belum memiliki daya dukung, kepengurusan berada dalam struktur
wilayah yang terdekat atau yang paling mudah dalam koordinasi dan komunikasi

6.   Setiap kepengurusan dilengkapi dengan divisi Sekolah Dasar, divisi SLTP dan divisi SLTA

7.   Ketentuan tentang hubungan struktural dan fungsional antara Pengurus Pusat, Pengurus
Wilayah dan Pengurus Daerah ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 11

Struktur Kewenangan

1.  Musyawarah Nasional (MUNAS) adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi

      JSIT INDONESIA yang berwenang untuk:

a. Menetapkan dan mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

b. Menentukan arah dan haluan organisasi JSIT INDONESIA

c. Memilih anggota dan ketua formatur

d. Meminta dan mengesahkan laporan pertanggung-jawaban Pengurus Pusat

2. Musyawarah Wilayah (MUSWIL) adalah pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat

     provinsi yang berwenang untuk:

a. Menjabarkan keputusan organisasi yang ada di atasnya

b. Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja untuk tingkat

     provinsi

c. Memilih ketua JSIT INDONESIA Wilayah

d. Meminta dan mengesahkan laporan pertanggung-jawaban Pengurus Daerah

3.  Musyawarah Daerah (MUSDA) adalah pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat


     kabupaten/kota yang berwenang untuk:

a. Menjabarkan keputusan organisasi yang ada di atasnya

b. Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja untuk tingkat

     kabupaten/kota

c. Memilih ketua JSIT INDONESIA Daerah

d. Meminta dan mengesahkan laporan pertanggung-jawaban Pengurus Daerah

Pasal 12

Kuorum dan Pengambilan Keputusan

Kuorum dan Pengambilan Keputusan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 13

Hak Suara dan Hak Bicara

Hak suara dan hak bicara dalam musyawarah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 14

Jenis Rapat-rapat Organisasi

Bentuk dan jenis-jenis rapat yang bersifat teknis operasional diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 15

Pimpinan Organisasi

1.   Pengurus Pusat


a.    Pengurus Pusat adalah pimpinan tertinggi dalam organisasi JSIT INDONESIA
b.    Pengurus Pusat dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Nasional untuk masa jabatan 3
(tiga) tahun
c.    Pengurus Pusat terdiri dari Pengurus Harian Pusat yang akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga

2.   Pengurus Wilayah


a. Pengurus Wilayah memimpin organisasi JSIT INDONESIA di provinsi dan melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat
b. Pengurus Wilayah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Wilayah untuk masa jabatan 3
(tiga) tahun
c. Pengurus Wilayah disahkan oleh Pengurus Pusat dengan Surat Keputusan
d. Pengurus Wilayah terdiri dari Pengurus Harian Wilayah yang akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga

3.   Pengurus Daerah


a. Pengurus Daerah memimpin organisasi JSIT INDONESIA di Kabupaten/Kota dan
melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Pengurus Wilayah
b. Pengurus Daerah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Daerah untuk masa jabatan 3
(tiga) tahun
c. Pengurus Daerah disahkan oleh Pengurus Wilayah dengan Surat Keputusan
d. Pengurus Daerah terdiri dari pengurus Harian Daerah yang akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga

Pasal 16

Unsur Pembantu Pimpinan Organisasi

1.   Dewan Pembina adalah unsur pembantu pimpinan pusat yang berfungsi:
a.    Membina JSIT INDONESIA dalam mencapai tujuan-tujuannya
b.    Memberi nasehat kepada pengurus JSIT INDONESIA
c.    Membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi organisasi baik internal
maupun eksternal.

2.   Tata cara pembentukan dan mekanisme kerja Dewan Pembina diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB VI

KEUANGAN

Pasal 17

Sumber Keuangan

1.   Iuran Anggota

2.   Infaq dan sumbangan yang tidak mengikat

3.   Usaha yang sah dan tidak bertentangan dengan sifat dan tujuan organisasi serta tidak melanggar
ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia

Pasal 18

Pengelolaan Keuangan

1.   Pengelolaan keuangan dilakukan secara profesional, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan 

2.   Ketentuan pengelolaan keuangan diatur dalam Peraturan yang akan ditetapkan tersendiri

Pasal 19

Pertangungjawaban Pengelolaan Keuangan

Pengelolaan keuangan harus dipertanggungjawabkan oleh:

1.   Pengurus Pusat kepada Musyawarah Nasional

2.   Pengurus Wilayah kepada Musyawarah Wilayah

3.   Pengurus Daerah kepada Musyawarah Daerah


4.   Pengurus JSIT INDONESIA kepada donatur dan publik

BAB VII

ATRIBUT DAN KELENGKAPAN ORGANISASI

Pasal 20

JSIT INDONESIA mempunyai atribut-atribut, simbol, lambang dan kelengkapan organisasi lainnya, 
diatur dalam Peraturan yang akan ditetapkan tersendiri

BAB VIII

PERATURAN PERALIHAN

Pasal 21

1.   Sebelum Musyawarah Nasional pertama dilaksanakan, Pengurus Pusat ditetapkan oleh
Musyawarah Dewan Pendiri

2.   Peraturan-peraturan yang ada tetap berlaku selama belum diadakan perubahan dan tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar ini

3.   Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Nasional

BAB IX

PENUTUP

Pasal  22

1.   Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain

2.   Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran  Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga

3.   Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

  

Ditetapkan di           :  Yogyakarta

Pada Tanggal          :  31 Juli 2003


ANGGARAN RUMAH TANGGA

JARINGAN SEKOLAH ISLAM TERPADU INDONESIA

(JSIT INDONESIA)

BAB I

ARTI NAMA DAN LAMBANG ORGANISASI

Pasal 1

Arti nama

1. Jaringan adalah wadah kerjasama efektif dalam pemberdayaan pengelolaan pendidikan.

2. Sekolah Islam Terpadu adalah lembaga penyelenggara pendidikan formal tingkat dasar dan
menengah yang menjadikan Islam sebagai landasan filosofis, konsepsional, operasional; dan
menumbuhkan seluruh potensi fitrah peserta didik yang didukung oleh penyelenggara
pendidikan, orangtua, masyarakat, pemerintah, dan lingkungan.

Pasal 2

Arti Lambang JSIT INDONESIA

1. Bentuk lambang JSIT INDONESIA memiliki arti sebagai berikut :

a. Pena menunjukkan kekuatan ilmu pengetahuan dan pendidikan

b. Tiga Jejak Bulan Sabit menunjukkan jaringan kerja yang solid

c. Tulisan JSIT INDONESIA menunjukkan identitas organisasi

2. Warna lambang JSIT INDONESIA memiliki arti sebagai berikut :

a. Biru menunjukkan cerdas dan bijaksana

b. Hijau menunjukkan Islam sebagai rahmatan lil'aalamiin

c. Kuning emas menunjukkan kecemerlangan dan kejayaan

3. Arti lambang secara keseluruhan berarti JSIT INDONESIA berperan sebagai penggerak
munculnya kekuatan pendidikan Islam Indonesia untuk membangun kejayaan umat

BAB II

SASARAN DAN SARANA

Pasal 3

Sasaran

Untuk mencapai tujuan JSIT INDONESIA dirumuskan sasaran berikut :

1. Terselenggaranya pemberdayaan manajemen sekolah, pengembangan kurikulum dan


pembinaan tenaga kependidikan
2. Terwujudnya media komunikasi yang efektif antar anggota

3. Terjalinnya kerjasama yang sinergis dengan pihak-pihak yang terkait dengan riset
pendidikan, penentu kebijakan pendidikan, sumber dana, dan imtak/iptek

Pasal 4

Sarana

Dalam mewujudkan tujuan dan sasarannya JSIT INDONESIA menggunakan cara dan sarana
yang tidak bertentangan dengan norma-norma hukum dan kemaslahatan umum, antara lain:
forum komunikasi, seminar, forum silaturahim, sarasehan, pendidikan dan pelatihan, riset dan
pengembangan, website, milis, ekshibisi, aksi dan advokasi.

BAB III

KEANGGOTAAN

Pasal 5

Persyaratan Anggota

Yang dapat diterima menjadi anggota JSIT INDONESIA adalah:

1. Sekolah Islam Terpadu dan sekolah lainnya yang menjadikan Islam sebagai landasan
filosofis, konsepsional dan operasional

2. Menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta berpartisipasi dalam
mencapai tujuan dan kegiatan JSIT INDONESIA.

3. Mendapat rekomendasi sekurang-kurangnya dari 2 (dua) anggota JSIT INDONESIA

4. Mengajukan permohonan dan menyatakan secara tertulis kesediaan menjadi anggota

5. Bersedia mentaati peraturan yang berlaku

Pasal 6

Prosedur Penerimaan Anggota

1. Permohonan untuk menjadi anggota harus diajukan secara tertulis melalui Pengurus
Daerah/Wilayah terdekat di mana calon anggota yang bersangkutan berdomisili

2. Pengurus Daerah/Wilayah setelah meneliti persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon
anggota tersebut, harus memberitahukan keputusannya secara tertulis selambat-lambatnya 1
(satu) bulan sejak surat permohonan tersebut diterima secara lengkap

3. Kepada anggota yang diterima diberikan Kartu Tanda Anggota yang diterbitkan oleh
Pengurus Pusat

4. Jika Pengurus Daerah/Wilayah menolak permohonan menjadi anggota, maka Pengurus


Daerah/Wilayah berkewajiban memberitahukan secara tertulis

5. Pengurus Wilayah melaporkan data anggota daerah kepada Pengurus Pusat

6. Pengurus Daerah melaporkan data anggota daerah kepada Pengurus Wilayah


Pasal 7

Hak dan Kewajiban Anggota

1. Berhak mendapatkan supervisi ke arah penyelenggaraan Sekolah Islam Terpadu yang


efektif dan bermutu.

2. Berhak mendapatkan pembelaan sesuai dengan aturan hukum dan undang-undang yang
berlaku

3. Berhak mendapatkan segala informasi yang bermanfaat bagi pemberdayaan sekolah

4. Berkewajiban mentaati AD/RT dan peraturan serta tata tertib organisasi

5. Berkewajiban menyampaikan segala informasi yang bermanfaat bagi pemberdayaan


sekolah kepada pengurus JSIT

BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 8

Pengurus Pusat

Struktur Pengurus Pusat terdiri dari :

1. Pengurus Harian yang terdiri dari: satu orang ketua umum, wakil ketua umum, dan dua
orang ketua-ketua, satu orang sekretaris umum dan satu orang wakil sekretaris, satu orang
bendahara umum dan dibantu 2 orang Bendahara

2. Untuk pelaksanaan tugas-tugas ketua-ketua, maka Pengurus Harian membentuk biro,


departemen, dan koordinator regional

3. Bidang terdiri dari beberapa departemen dan setiap departemen dipimpin oleh Ketua
departemen dengan beberapa anggota

Pasal 9

Pengurus Wilayah

Struktur Pengurus Wilayah terdiri dari:

1. Pengurus Harian yang terdiri dari: satu orang Ketua, satu orang sekretaris dan satu orang
Bendahara

2. Untuk Pelaksanaan tugas Ketua dapat membentuk unit-unit kerja sesuai dengan yang
dibutuhkan

Pasal 10

Pengurus Daerah

Struktur Pengurus daerah terdiri dari:


1. Pengurus Harian yang terdiri dari satu orang ketua dan satu orang wakil ketua, satu orang
sekretaris dan satu orang wakil sekretaris, satu orang bendahara dan satu orang wakil
bendahara

2. Untuk Pelaksanaan tugas Ketua dapat membentuk bidang-bidang yang terdiri dari beberapa
departemen dan dipimpin oleh Ketua departemen dengan beberapa anggota

Pasal 11

Dewan Pembina

1. Pengertian

Dewan Pembina adalah lembaga/unsur pembantu Pimpinan Pusat JSIT INDONESIA yang di
dalamnya berhimpun para pakar di bidang pendidikan, agama dan ilmu pengetahuan dan
memiliki perhatian terhadap perkembangan sekolah Islam di Indonesia.

2. Tugas dan Wewenang

Aktif memberikan masukan, pertimbangan, nasehat, konsep-konsep dan rumusan-rumusan


yang berkaitan dengan pembinaan JSIT INDONESIA dalam mencapai tujuan-tujuannya,
termasuk dalam rangka menyelesaikan berbagai masalah internal dan eksternal organisasi

3. Struktur Kepengurusan

Struktur kepengurusan Dewan Pembina sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan
anggota

Pasal 12

Syarat Kepengurusan

1. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, dan berakhlak mulia

2. Sehat jasmani-rohani

3. Praktisi/pakar/pemerhati pendidikan.

4. Memiliki kepedulian terhadap pendidikan

5. Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik

6. Tidak sedang terlibat kasus pidana/perdata

7. Bukan anggota organisasi terlarang atau aliran sesat

8. Usia minimal 20 tahun

BAB V

FORUM PENGAMBILAN KEBIJAKAN

Pasal 13

Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional (Munas) adalah forum pengambilan kebijakan tertinggi dalam


Organisasi JSIT INDONESIA yang diadakan atas undangan Pengurus Pusat dan dilaksanakan
sekali dalam 3 (tiga) tahun yang dihadiri oleh : Peserta Munas, Peninjau Munas dan
Undangan Munas

2. Peserta Munas terdiri dari: Pengurus Harian Pusat, Pengurus Harian Wilayah, Pengurus
Harian Daerah

3. Peninjau Munas terdiri dari: utusan yang ditunjuk oleh Pengurus Daerah atau Wilayah,
Seluruh Dewan Pembina, dan anggota Pengurus Pusat

4. Undangan Munas adalah peserta yang diundang oleh Pengurus Pusat untuk menghadiri
acara pembukaan dan/atau penutupan Munas

5. Hak Suara dan Hak Bicara

a. Hak Suara dan Hak Bicara hanya dimiliki oleh peserta Munas

b. Hak Bicara dimiliki oleh Peninjau Munas

c. Undangan Munas tidak memiliki Hak Suara maupuan Hak Bicara

Pasal 14

Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah (Muswil) adalah forum pengambilan kebijakan tertinggi di tingkat


Wilayah dalam organisasi JSIT INDONESIA yang diadakan atas undangan Pengurus Wilayah
dilaksanakan sekali dalam 3 (tiga) tahun dan dihadiri oleh: Peserta Muswil, Peninjau Muswil
dan Undangan Muswil

2. Peserta Muswil terdiri dari: Seluruh Pengurus Wilayah, seluruh Pengurus Harian Daerah di
wilayah tersebut

3. Peninjau Muswil terdiri dari: tokoh-tokoh masyarakat yang dipandang tepat oleh Pengurus
Wilayah dan dua orang utusan dari Pengurus Pusat

4. Undangan Muswil adalah peserta yang diundang oleh Pengurus Wilayah untuk menghadiri
acara pembukaan dan/atau penutup Muswil

Pasal 15

Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah (Musda) adalah forum pengambilan kebijakan tertinggi di tingkat


Daerah dalam organisasi JSIT INDONESIA yang diadakan atas undangan Pengurus Daerah
dilaksanakan sekali dalam 3 (tiga) tahun dan dihadiri oleh:

a. Peserta Musda

b. Peninjau Musda dan

c. Undangan Musda

2. Peserta Musda terdiri dari:

a. Seluruh Pengurus Daerah

b. Seluruh Anggota JSIT INDONESIA Daerah tersebut

3. Peninjau Musda terdiri dari:


a. Tokoh-tokoh masyarakat yang dipandang tepat oleh Pengurus Daerah

b. Dua orang utusan dari Pengurus Wilayah

4. Undangan Musda adalah peserta yang diundang oleh Pengurus Daerah untuk menghadiri
acara pembukaan dan/atau penutup Musda

Pasal 16

Forum pengambilan kebijakan Luar Biasa

1. Forum pengambilan kebijakan luar biasa adalah forum pengambilan keputusan yang
dilaksanakan untuk membicarakan masalah-masalah yang luar biasa, yang waktu dan sifatnya
tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya forum pengambilan kebijakan seperti
tercantum dalam Bab ini

2. Forum pengambilan kebijakan luar biasa terdiri dari Munas luar biasa, Muswil luar biasa
dan Musda luar biasa

3. Forum pengambilan kebijakan luar biasa dilaksanakan atas permintaan sekurang-kurangnya


2/3 dari jumlah Pengurus JSIT INDONESIA dibawah jenjang tersebut

4. Peserta forum pengambilan kebijakan luar biasa sama dengan peserta forum pengambilan
kebijakan biasa yang tersebut dalam Bab ini

5. Acara pokok forum pengambilan kebijakan luar biasa adalah :

a. Mengganti dan menetapkan Ketua JSIT INDONESIA

b. Menjaga keselamatan organisasi JSIT INDONESIA

6. Seluruh ketentuan dalam forum pengambilan kebijakan seperti di Bab ini berlaku untuk
forum pengambilan kebijakan luar biasa

Pasal 17

Rapat-rapat

1. Jenis-jenis rapat

a. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Khusus tingkat pusat:

a.1 Menjabarkan hasil Munas dalam bentuk program kerja


a.2 Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam jangka waktu antar Rakernas dan
menjabarkan hasil Munas
a.3 Mengevaluasi Kinerja pengurus selama masa waktu periode rakernas sebelumnya
a.4 Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan program kerja JSIT INDONESIA
a.5 Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan materi-materi Munas untuk yang akan
datang

b. Rapat Paripurna dihadiri seluruh anggota dan Pengurus

c. Rapat Pleno dihadiri oleh Pengurus Pusat dan Dewan Pembina

d. Rapat Harian dihadiri oleh Pengurus Harian JSIT INDONESIA

2. Rincian lebih lanjut tentang ketentuan-ketentuan penyelenggaraan rapat-rapat tersebut


dirumuskan dalam peraturan yang ditetapkan kemudian
Pasal 18

Kuorum Pengambilan Keputusan

Pengambilan Keputusan dalam Munas, Muswil, dan Musda dinyatakan sah apabila dihadiri
oleh setengah tambah satu dari jumlah peserta terdaftar

Pasal 19

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dalam munas, Muswil, dan musda diutamakan dengan musyawarah
mufakat, namun jika musyawarah mufakat tidak tercapai dilakukan pemungutan suara(voting)

BAB VI

KEUANGAN

Pasal 20

Sumber Pembiayaan

Keuangan organisasi diperoleh dari :

1. Iuran Anggota yang besarnya ditetapkan oleh Pengurus Pusat dengan memperhatikan
kondisi wilayah/daerah

2. Donasi tetap maupun tidak tetap yang jumlahnya tidak ditentukan

3. Infaq dari hasil usaha yang didapat ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dan tidak
mengikat

4. Pendapatan dari usaha yang dihasilkan dari berbagai proyek komersil JSIT INDONESIA

Pasal 21

Pengelolaan Keuangan

1. Pembiayaan organisasi ditetapkan dalam anggaran tahunan yang disahkan oleh rapat kerja
Pengurus

2. Pertanggung-jawaban keuangan dibuat dalam laporan keuangan menurut standar akuntansi


pada umumnya

BAB VII

SANKSI ORGANISASI

Pasal 22

Sanksi Organisasi

Sanksi organisasi dapat diberlakukan kepada pengurus dan anggota apabila:

1. Yang bersangkutan nyata-nyata menurut pengamatan dan penilaian pengurus telah


melanggar AD/ART dan ketentuan-ketentuan organisasi lainnya

2. Melakukan tindakan yang tidak terpuji yang dapat merusak nama baik JSIT INDONESIA
3. Tidak membayar iuran dalam jangka waktu tertentu
Pasal 23

Bentuk-Bentuk Sanksi

1. Teguran tertulis diberikan oleh Pengurus JSIT INDONESIA kepada yang melanggar

2. Pemberhentian Sementara/Skorsing

a. Pemberhentian sementara anggota JSIT INDONESIA ditetapkan oleh rapat harian


Pengurus Daerah

b. Pemberhentian sementara anggota Pengurus JSIT INDONESIA ditetapkan oleh Ketua JSIT
INDONESIA jenjang di atas kepengurusan yang bersangkutan

3. Pemberhentian Tetap

a. Pemberhentian tetap anggota JSIT INDONESIA ditetapkan oleh rapat pleno Pengurus
Daerah dan disetujui oleh Pengurus Pusat

b. Pemberhentian tetap anggota Pengurus JSIT INDONESIA ditetapkan oleh ketua JSIT
INDONESIA jenjang di atasnya

Pasal 24

Mekanisme Pembelaan Diri

1. Pembelaan Diri secara Tertulis

a. Pembelaan diri secara tertulis dilakukan oleh anggota JSIT INDONESIA atau anggota
pengurus JSIT INDONESIA yang ditujukan kepada ketua pengurus jenjang yang
bersangkutan

b. Keputusan diambil oleh Pengurus JSIT INDONESIA yang bersangkutan dalam rapat yang
khusus diadakan untuk itu

2. Kehadiran dalam Sidang Pembelaan Diri

a. Anggota JSIT INDONESIA atau Anggota Pengurus JSIT INDONESIA yang diberhentikan
sementara diminta hadir dalam sidang pembelaan diri dalam rapat Pengurus Daerah

b. Pengurus Daerah menetapkan keputusan tersebut setelah berkonsultasi dengan Pengurus


Wilayah

3. Pembelaan Diri dalam Sidang Pengurus Wilayah

a. Anggota JSIT INDONESIA atau Anggota Pengurus JSIT INDONESIA Daerah yang
diberhentikan sementara atau diberhentikan tetap dapat melakukan pembelaan diri dalam
Sidang Pengurus Wilayah

b. Pengurus Wilayah mengukuhkan sanksi atau membatalkan sanksi berdasarkan


pertimbangan sidang

4. Pembelaan Diri dalam Sidang Pengurus Pusat

a. Anggota JSIT INDONESIA atau Anggota Pengurus Daerah JSIT INDONESIA yang
diberhentikan sementara atau diberhentikan tetap dalam Sidang Pengurus Wilayah dan tidak
puas terhadap keputusan tersebut dapat melakukan pembelaan diri dalam sidang Pengurus
Pusat

b. Anggota JSIT INDONESIA atau Anggota Pengurus JSIT INDONESIA Wilayah yang
diberhentikan sementara atau diberhentikan tetap dalam Sidang Pengurus Wilayah dan tidak
puas terhadap keputusan tersebut dapat melakukan pembelaan diri dalam Sidang Pengurus
Pusat

c. Pengurus Pusat mengukuhkan sanksi atau membatalkan sanksi berdasarkan pertimbangan


sidang

Pasal 25

Pembatalan Status Anggota

Status Anggota menjadi batal karena :

1. Unit sekolahnya bubar, atau dibubarkan pihak berwenang

2. Atas permintaan sendiri, berdasarkan rapat keputusan unit sekolah/yayasan yang


menaunginya

3. Dibatalkan berdasarkan pasal 22 ayat 3 Angaran Rumah Tangga

BAB VIII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


SERTA PEMBUBARAN

Pasal 26

Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga JSIT INDONESIA hanya dapat
dilakukan oleh Musyawarah Nasional

2. Rencana Perubahan pada ayat 1 pasal ini dapat diajukan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus
Wilayah atau Pengurus Daerah

3. Rencana Perubahan disampaikan kepada Pengurus Pusat JSIT INDONESIA selambat-


lambatnya dalam waktu 2 (dua) bulan sebelum Musyawarah Nasional dimulai

4. Pengurus Pusat JSIT INDONESIA menyampaikan salinan rencana perubahan pada ayat 3
pasal ini kepada Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah

5. Rencana perubahan pada ayat 3 pasal ini hanya dapat diagendakan dalam Musyawarah
Nasional apabila disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) peserta

Pasal 27

PEMBUBARAN

1. Pembubaran JSIT INDONESIA hanya dapat dilakukan dalam suatu Musyawarah Nasional
yang diadakan khusus untuk maksud tersebut

2. Harta kekayaan dan segala hak milik JSIT INDONESIA akan diserahkan kepada badan-
badan sosial atau perkumpulan-perkumpulan lainnya yang ditetapkan oleh Musyawarah
Nasional
BAB IX

ATURAN TAMBAHAN DAN PENUTUP

Pasal 28

Aturan Tambahan

1. Jika struktur Pengurus Daerah atau Pengurus Wilayah belum memungkinkan terbentuk,
maka kepengurusan berada dalam koordinasi daerah/wilayah terdekat

2. Setiap anggota JSIT INDONESIA dianggap telah mengetahui isi Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga JSIT INDONESIA

3. Setiap anggota dan Pengurus harus mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
JSIT INDONESIA

Pasal 29

Penutup

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga akan
diatur dalam ketetapan tersendiri

2. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Yogyakarta

Pada Tanggal : 31 Juli 2003

You might also like