You are on page 1of 20

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

karunaia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Pemerataan Pendidikan di Indonesia“ dapat

diselesaikan. Salam dan Taslim ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

memberikan petunjuk bagi kita semua agar tetap beraktivitas sebagai seorang hamba yang di

ridhoi oleh Allah SWT.

Cukup banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan skripsi

ini. Meskipun demikian, atas petunjuk dan limpahan rahmat-Nya hambatan dan kesulitan

tersebut dapat teratasi dengan adanya uluran tangan dan bantuan dari berbagai pihak.

Sehingga pada saatnya makalah ini dapat terwujud meskipun dalam bentuk sederhana. Untuk

itu sudah sepantasnya jika penyususn menyampaikan penghormatan yang setinggi-tingginya

dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing

Najamuddin,S.Pd.,M.Pd , atas petunjuk dan bimbingan yang diberikan kepada Penyusun

sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada

rekan-rekan dan segenapa pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data

selama penyusunan makalah ini. Keberhasilan penyusunan makalah ini takkan ada tanpa

restu dan dorongan kedua orang tua kamis tercinta. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan

rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Disadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

saran dan kritikan yang konstruktif senantiasa diharapkan demi perbaikan.

Akhirnya kepada Allah SWT. penulis memohon doa restu atas segala jasa-jasa
mereka dapat dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
Maros, 18 Desember 2009
Penyusun,

Basri

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................................


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................
D. Manfaat ...................................................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................................

A. Pengertian Guru ......................................................................................................


B. Tugas Guru..............................................................................................................
C. Peran guru menurut Para Ahli ................................................................................
D. Kompetensi dan peran Guru ...................................................................................

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................

A. Pemerataan Guru ....................................................................................................


B. Kendala Pemerataan Pendidikan ............................................................................
C. Pemecahan Masalah dalam rangka Pemerataan Pendidikan ..................................

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terus mendapat sorotan dan


menjadi perhatian khusus. Kondisi pendidikan yang sangat memprihatinkan itu
ternyata beralasan. Pasalnya, pemerataan pendidikan di Indonesia belum terlaksana
dengan baik, apalagi guru-guru di kota masih jauh lebih banyak jumlahnya daripada
di pedesaan.

Keengganan mengajar di desa ini yang membuat pendidikan desa dan kota
terus mengalami margin yang besar. Padahal sesuai amanat Undang Undang Dasar
1945, pendidikan harus merata dan tidak ada perbedaan antara kota dengan desa.

"Kenyataannya pemerataan pendidikan itu belum terlaksana dengan baik,


masih terjadi kesenjangan akibat guru-guru hanya mau mengajar di kota tidak mau di
desa. Kondisi ini menciptakan pendidikan kita masih memprihatinkan," kata Komisi
E DPRD Sumut Brilian Moktar, kemarin di sela-sela seminar pendidikan di kampus
Unimed.

Padahal pemerintah mulai dari pemerintah provinsi, kabupaten dan kota


serta pusat terus memperhatikan guru, seperti tunjangan sertifikasi dan insentif, meski
masih ada sebagian guru yang belum mendapatkannya.

Menurut Brilian, komitmen mengajar itu harus berlandaskan dari Dinas


Pendidikan. Jangan guru itu nantinya tidak mau ke desa, akibatnya peningkatan
kualiatas pendidikan menjadi tidak merata. "Guru harus siap ditempatkan untuk
mengajar di desa terpecil sekalipun, demi tewujudnya pemerataan pendidikan. Untuk
itu pemerintah perlu meningkatkan kesejahteraan sekaligus memberikan insentif
mereka," tegas Brilian.

Dikatakannya, jika guru kota, jangan diletakkan di desa, karena tidak akan
sanggup. Sebaliknya guru desa dibina menjadi guru yang baik dan kembali desa.

3
Namun bagi guru yang masih mau bersikap Marsipature Hutanabe (membangun desa
sendiri) harus mau belajar dan membangun daerahnya.

Pemerintah Provinsi Sumut melalui Dinas Pendidikan harus memerhatikan


kualitas pendidikan di daerah terpencil dan harus membuat grand design pendidikan
untuk visi-misi gubernur, di antaranya punya masa depan.

"Masing-masing satuan kerja dan perangkat daerah harus memiliki grand


design yang mengacu ke sana, baru bisa tercapai," jelasnya.

Kepala Dinas Pendidikan Sumut Drs Bahrumsyah MM menyebutkan,


pemerintah terus berupaya memperhatikan peningkatan pendidikan, misalnya dengan
memberikan tujangan insentif bagi guru yang mengajar di desa terpencil.

Bahrum mengaku, rendahnya kualitas pendidikan itu selain belum


meratanya pendidikan juga disebabkan masih banyak guru belum memenuhi standar
kompetensi dan tidak sesuai dengan bidang keahliannya.

Bersarkan data, pada tahun 2005, kekurangan guru untuk tingkat keseluruhan di
Indonesia mencapai 218.838 orang dan untuk tahun 2006 memerlukan tambahan 38
ribu guru dan jumlah itu masih diperlukan lagi hingga 6 ribu guru, termasuk di
Sumut.

Dengan kondisi pendidikan yang belum merata ini, jadi wajar jika Brilian
menilai sebaiknya pelaksanan Ujian Nasional (UN) ditunda. Sebab untuk kelulusan
siswa tidak mutlak hasil dari UN. Semestinya dibuat standar ukuran, tapi bukan
standar kelulusan. Jika standar pendidikan di Indonesia sudah merata dan dinilai
perlu, bisa diberlakukan.

Staf ahli Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sumut Syahdian


mengatakan, standar kelulusan tetap dibutuhkan dalam dunia pendidikan, demi
menilai sudah sejauh mana perkembangan maupun mutu peserta didik.

4
"Standar kelulusan diperlukan untuk menilai keberhasilan peserta didik.
Jadi kalau tidak ada standarnya, kita tidak bisa melakukan penjaminan terhadap mutu
pendidikan," ucapnya.

Menurutnya, standar pendidikan itu tidak terlepas dari keberadaan sarana


dan prasarana sekolah yang belum merata, terutama untuk sekolah-sekolah yang
berada di daerah terpencil.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :

1. Apa itu pemerataan pendidikan ?


2. Mengapa mesti ada pemerataan guru di Indonesia ?
3. Bagaimana menanggulangi ketidakmerataan guru yang ada di Indonesia ?

C. Tujuan

Dari rumusalan masalah di atas maka dapat diberikan tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Untuk mencari pengertian pemerataan pendidikan di Indonesia


2. Untuk mengetahui dampak ketikmerataan guru di Indonesia
3. Untuk mencari dan menyelidiki kendala terjadinya ketidakmerataanya guru di
Indonesia

D. Manfaat

Dari tujuan di atas maka dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui pengertian pendidikan dan guru


2. Dapat mengantisipasi dampak ketidakmerataan pendidikan di Indonesia
3. Dapat memberikan sumbangsi kepada dunia pendidikan tentang solusi tentang
pemerataan guru
4. Dapat mengetahui penyebab guru tidak ingin ditempatkan di daerah terpencil

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Guru

Beberapa tahun terakhir ini, profesionalisme guru banyak dibicarakan dan


dibahas, hal ini terkait dengan sertifikasi guru. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 18 tahun 2007 ditetapkan tanggal 4 Mei 2007, bahwa sertifikat pendidik
diperoleh setelah guru mengikuti uji kompetensi yang dilakukan dalam bentuk
portofolio, yang merupakan pengakuan atas profesional guru dalam bentuk penilaian
terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan sepuluh komponen meliputi:
kualifikasi akademik; pendidikan dan pelatihan; pengalaman mengajar; perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran; penilaian dari atasan dan pengawas; prestasi
akademik; karya pengembangan profesi; keikutsertaan dalam forum ilmiah;
pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan penghargaan yang
relevan dengan bidang pendidikan (pasal 2 ayat 1, 2 dan 3).
Menurut Grandt (1993), guru yang profesional dituntut untuk memiliki lima
hal. Pertama, guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini
berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya. Kedua,
guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara
mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, ini merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa
melalui berbagai teknik evaluasi, mulai dari pengamatan dalam perilaku siswa sampai
tes hasil belajar. Keempat, guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, selalu ada waktu untuk guru

6
guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang dilakukannya. Untuk belajar
dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk
dampaknya bagi proses belajar siswa. Kelima, guru seyogianya merupakan bagian
dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI
dan organisasi profesi lainnya, misalnya, untuk guru fisika dapat bergabung dengan
Asosiasi Guru Fisika Indonesia (silakan kunjungi website www.agfipusat.com). Ciri-
ciri tersebut di atas menurut Dedi Supriadi (1998) sangat sederhana dan pragmatis
sehingga mudah dicapai dan dinilai dengan kriteria yang terukur.
Dalam kaitan dengan proses globasisasi yang efeknya sangat berpengaruh
dalam dunia pendidikan, Winarno Surakhmad (2000) menekankan perlunya guru
memperhatikan karakteristik peralihan paradigma, dari paradigma lama ke paradigma
1 baru, dari tingkat profesionalisme yang rendah ke profesionalisme yang tinggi.
Pertama, peralihan paradigma dari yang terlalu berorientasi ke masa lalu ke
paradigma yang berorientasi ke masa depan. Guru dengan karakteristik profesional
yang demikian, akan mengajar dengan lebih banyak menggunakan bahasa harapan
masa depan, dan bukan bahasa nostalgia masa lalu. Kedua, peralihan dari paradigma
pendidikan yang hanya mengawetkan kemajuan, ke paradigma pendidikan yang
merintis kemajuan. Guru dengan orientasi profesional demikian, akan merangsang
anak didiknya untuk mencari jawaban, untuk meneliti masalah, dan mengembangkan
sendiri berbagai informasi baru. Dia tidak secara dogmatis atau indoktriner
memaksakan informasi usang yang sudah tidak berharga apa-apa di dalam kehidupan
anak didik. Ketiga, peralihan paradigma dari yang berwatak feodal ke paradigma
pendidikan yang berjiwa demokratis, guru dengan tingkat profesionalisme yang tinggi
antara lain, adalah guru yang mampu menghidupkan alam dan kehidupan demokrasi
di dalam situasi mengajar dan belajar sebagai sebuah cara hidup. Tanpa kewaspadaan
guru, sangat mudah proses itu menjadi feodalistik dan paternalistik. Guru adalah
lambang democracy in action, bukan democracy in words. Keempat, peralihan
paradigma pendidikan yang terpusat di satu tangan ke seragam, menjadi paradigma
pendidikan yang kaya dalam keberagaman, dengan titik berat pada peran masyarakat
dan anak didik. Di sini, guru bertanggung jawab, lebih masalah sebelumnya, sebagai
pengelola proses belajar dan mengajar. Profesionalisme guru yang tinggi, akan
menciptakan kemandirian lembaga. Masyarakat dalam era globalisasi adalah
masyarakat informasi. Sepanjang manusia dapat menguasai secara berarti media yang
baru, baik cetak apalagi elektronik, ia dapat menjadi an informed person. Tetapi

7
literacy di era itu harus lebih dari sekedar melek baca, tulis dan hitung. Walaupun
kebanyakan informasi yang diperlukan dapat diperoleh dengan mudah melalui media
baru yang tersedia namun informasi tersebut harus dikonversi agar menjadi
pengetahuan yang berarti sehingga mempunyai peranan dalam dunia pendidikan.
Dalam kaitan ini, secara teknis, guru hendaknya mempunyai kemampuan menurut
Drucker (1989) untuk mengkonversi informasi menjadi pengetahuan melalui
organized, systematic dan purposeful learning. Selain itu, guru profesional hendaknya
memiliki daya pandang masa depan dalam melaksanakan profesinya. Guru
professional, dimanapun ia berada, ia adalah sebuah aset. Ia adalah seorang yang
berperan sebagai fasilitator belajar siswa-siswanya untuk mewujudkan impian tinggi
mereka. Ia adalah pelaku pendidikan. Dan, tentu kita semua setuju bahwa pendidikan
itu penting.

B. Tugas Guru

Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk


pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang
kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan
kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan
pada siswa

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya


sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para
siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi
hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka
kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.

Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran


suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan
sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan
peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan
seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret

8
guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari
"citra" guru di tengah-tengah masyarakat

C. Peran Guru

1. Dalam Proses Belajar Mengajar

Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangar


signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar
mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor,
motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan disini adalah peran
yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:

a. Demonstrator
b. Manajer/pengelola kelas
c. Mediator/fasilitator
d. Evaluator
2. Dalam Pengadministrasian

Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat


berperan sebagai:

a. Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan


b. Wakil masyarakat
c. Ahli dalam bidang mata pelajaran
d. Penegak disiplin
e. Pelaksana administrasi pendidikan
3. Sebagai Pribadi
Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai:
a. Petugas social
b. Pelajar dan ilmuwan
c. Orang tua
d. Teladan
e. Pengaman

9
4. Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis adalah:
a. Ahli psikologi pendidikan
b. Relationship
c. Catalytic/pembaharu
d. Ahli psikologi perkembangan

D. Kompetensi dan Profesi guru

1. Kompentensi Pribadi
a. Mengembangkan Kepribadian
1) Bertqwa kepada Allah SWT
2) Berperan akkif dalam masyarakat
3) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru
b. Berinteraksi dan Berkomunikasi
1) Berinteraksi dengan rekan sejawat demi pengembangan kemampuan
professional
2) Berinteraksi dengan masyarakat sebagai pengemban misi pendidikan
c. Melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan
1) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
2) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus
d. Melaksanakan Administrasi Sekolah
1) Mengenal administrasi kegiatan sekolah
2) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolahe.
e. Melaksanakan penelitian Sederhana Untuk Keperluan PengajaranÂ
1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah
2) Melaksanakan penelitian sederhana
2. Kompetensi Profesional
a. Menguasai landasan kependidikan
1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional
2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat.
3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan
dalam proses belajar mengajar.
b. Menguasai bahan pengajaran

10
1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dari menengah
2) Menguasai bahan pengajaran.
c. Menyusun program pengajaran
1) Menetapkan tujuan pembelajaran
2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran
3) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
4) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
d. Melaksanakan program pengajaran
1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
2) Mengatur ruangan belajar
3) Mengelola interaksi belajar mengajar
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pemerataan Guru

Guru adalah profesi, guru profesional adalah guru yang memiliki dedikasi
tinggi dalam pendidikan, tanpa dedikasi tinggi maka proses belajar mengajar akan
kacau balau. Dalam proses belajar menagajar, yang telah berlangsung di dalam kelas,
dapat ditemukan beberapa komponen yang bersama-sama mewujudkan proses belajar
mengajar yang dapat juga dinyatakan sebagai struktur dasar dalam proses belajar
mengajar. Dalam hal ini guru sebagai pendidik dan murid sebagai peserta didik dapat
saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam
mengembangkan murid dalam mencapai cita-citanya. Seperti tertuang pada hadis
Nabi Khairunnaas anfa’uhum linnaas artinya sebaik baik manusia adalah yang paling
besar memberikan manfaat bagi orang lain.

Menurut Zakiah Darajat (1992), tidak sembarangan orang dapat melakukan


tugas guru, tetapi orang-orang tertentu yang memenuhi persyaratan berikut ini yang
dipandang mampu : bertakwa, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik.

11
B. Kendala Pemerataan Pendidikan

Pengamat Pendidikan Dr Max Ruindungan MPd Senin (20/11) kemarin


menyatakan penyebab terjadinya penyebaran guru yang tidak merata disebabkan oleh
belum adanya policy yang jelas serta manajemen guru yang tidak profesional.
“Jadi kuncinya ada pada kebijakan mengenai pengang-katan guru dan penempatan
yang sekarang belum jelas. Misalnya saja sulit melakukan mutasi guru tidak ada biaya
yang terkait de-ngan mutasi tersebut,” jelas Ruindungan yang juga adalah Ketua
Forum Cendekiawan Kristen Sulut ini.

Hal ini juga menurut Ruindu-ngan juga terkait dengan rekrut-men para
Kadis Diknas. “Sebab Kadis Diknas direkrut berda-sarkan political appointee bukan
profesional appointee. Bagai-mana mengelola pendidikan dan guru, kalau kadisnya
tidak me-ngerti konsep pendidikan,” imbuhnya.

Sementara Rektor Unika De La Salle Pastor Johanis Mangkey MA secara


terpisah menyatakan bahwa masalah pemerataan ini serat kaitannya dengan kesejah-
teran guru. “Bagaimanapun guru kan ingin hidup layak”.

1. Pemerintah masih belum menggalakkan paradigma Pendidikan Dasar 9 Tahun


menjadi satu kesatuan paket program proses belajar mengajar ;
2. Masih banyaknya anak didik putus sekolah di tingkat dasar (SD 6 Thn) ;
3. Biaya pendidikan masih tinggi (Biaya informal)

Sedangkan ketidakmerataan kesempatan mendapatkan pendidikan bisa


dilihat dari sex, tempat tinggal, dan terutama menurut status sosial ekonomi. Teori
klasik menyatakan bahwa pendidikan akan menjembatani jurang antara kelompok
kaya dan kelompok miskin di masyarakat sudah banyak mendapatkan kritikan dan
tantangan. Teori-teori dependency, dengan bukti-bukti empiris dari dunia kerja,
menunjukkan bahwa justru pendidikan memperbesar jurang kaya dan miskin. Sebab
pada diri pendidikan itu sendiri terdapat stratifikasi sosial (karabel dan Halsey, 1977).

Kalau ketidakmerataan memperoleh pendidikan menurut sex dan


desa/kota, sudah mulai dapat diperkecil dengan berbagai kebijakan pendidikan yang

12
telah dilaksanakan, tidak demikian dengan ketidakmerataan pendidikan di antara
penduduk miskin dan kaya. Perbedaan pendidikan menurut status ekonomi antara
kaya dan miskin masih sulit untuk dipecahkan. Hal ini erat kaitannya dengan kualitas
sekolah. Kualitas sekolah dan juga jenis atau jurusan akan menentukan status di masa
depan. Sedangkan sebagian besar anak didik yang bisa memperoleh sekolah yang juga
relatif rendah kualitasnya. Hal ini tidak mengherankan, karena anak didik yang dapat
memenuhi kualifikasi untuk masuk sekolah favorit sebagian besar adalah anak dari
keluarga yang relatif mampu, yang memang secara rill lebih pandai.

Permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari


kualitas tenaga pendidikan dalam hal ini guru. Karena guru memiliki peran sebagai
pendidik. Guru merupakan ujung tombak terselenggaranya pendidikan yang
berkualitas. Namun kita tahu pada diri guru itu sendiri memiliki banyak permasalahan
yang sampai pada hari ini belum dapat terselesaikan sesuai dengan tuntutan dan
harapan guru sebagai pendidik. Seorang pendidik harus mampu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan kebutuhan untuk itu belum
dapat dipenuhi dari penghasilan yang diperoleh sebagai imbalan yang diberikan
pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan. Ini dapat dibandinkan dengan tenaga
profesi lain seperti arsitek jika mereka ketemu yang dia bahas bagaimana merancang
suatu bangunan supaya dapat berdiri kokoh dan berkualitas, dokter juga begitu
bagaimana menangani suatu pasien yang memiliki gangguan kesehatan tertentu agar
cepat sembuh, tetapi apa yang diperdebatkan oleh seorang guru bila ketemu dengan
teman seprofesinya, bagaimana mereka bisa menyelesaikan potongan gajinya yang
setiap bulan untuk memenuhi cicilan rumah atau motor kreditnya. Tapi Alhamdulillah
walaupun mereka mengalami hal seperti itu mereka tetap memikirkan tuntutan utama
yang harus dipenuhi oleh seorang guru, bagaimana membekali diri sehingga apa yang
dimiliki dapat menjadi bekal untuk memenuhi kewajibannya sebagai pendidik. Tak
lepas dari itu masih banyak yang mempengaruhi permasalahan pendidikan kita.

Maka pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan


permasalahan pendidikan tentang guru dapat digunakan pendekatan macrocosmics
dan microcosmics. Pendekatan macrocosmics berarti permasalahan guru dikaji dalam
kaitannya dengan faktor-faktor lain di luar guru. Hasil pendekatan ini adalah bahwa
rendahnya kualitas guru dewasa ini di samping muncul dari keadaan guru sendiri juga

13
sangat terkait dengan faktor-faktor luar guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas guru, antara lain: a) penguasaan guru atas bidang studi, b) penguasaan guru
atas metode pengajaran, c) kualitas pendidikan guru, d) rekrutmen guru, e)
Konpensasi guru, f) Status guru di masyarakat, g) manajemen sekolah, h) dukungan
masyarakat, dan i) dukungan pemerintah.

Penguasaan guru atas bidang studi yang akan diajarkan kepada siswa
merupakan sesuatu yang mutlak sifatnya. Sebab, dengan materi bidang studi tidak
saja guru akan mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi lebih dari
pada itu, dengan materi bidang studi itu guru akan menanamkan disiplin,
mengembangkan critical thinking, mendorong kemampuan untuk belajar lebih lanjut,
dan yang tidak kalah pentingnya adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung
dalam ilmu pengetahuan itu sendiri pada diri siswa.

Penguasaan kemampuan guru dibidang metodologi pengajaran juga


penting. Tetapi perlu dicatat bahwa, kemampuan metode dalam pengajaran yang
dimiliki oleh guru masih perlu ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan.

Rendahnya penguasaan guru pada bidang studi tidak lepas dari kualitas
pendidikan guru dan rekrutmen calon guru. Pada tahun 2004 kembali terdapat
perubahan kurikulum pendidikan yang terjadi tidak bisa dilepaskan begitu saja pada
pemahaman akan hakikat profesi guru. Lanjut pada tahun 2006 diaplikasikan lagi
kurikulum KTSP. Implikasi perubahan ini tidak menuntut pendidikan dapat
menghasilkan lulusan dengan standar tertentu melainkan menuntut lulusan dibekali
dengan kemampuan minimal. Kemampuan ini dari waktu ke waktu harus ditingkatkan
agar dapat melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan perkembangan
masyarakat. Oleh karena itu, lembaga in-service training bagi soft-profession amat
pentng. Barangkali wartawan, advokat, dan guru merupakan contoh dari kategori
profesi ini.

Kualitas guru tidak bisa dilepaskan dari konpensasi yang mereka terima
dan status guru di masyarakat. Namun, konpensasi atau gaji guru tidak bisa
dilepaskan dari kondisi ekonomi suatu negara. Artinya, perbandingan gaji guru antar
negara akan tidak pas kalau tidak ditimbang dengan kemakmuran bangsa tersebut.
Gaji guru di Malaysia lebih besar dibandingkan dengan gaji guru di Indonesia, secara

14
absolut. Namun, perbandingan akan berbeda manakala kedua gaji tersebut
diperbandingkan dengan pendapatan perkapita negara masing-masing. Oleh karena
itu, bukan hanya gaji guru yang penting melainkan bagaimana dukungan masyarakat
dan pemerintah bagi kesejahteraan dan status guru. Lagu “Guru Pahlawan Tanpa
Tanda Jasa” sangat mulia dan terhormat. Dalam setiap kesempatan wisuda sering lagu
tersebut diperdengarkan, dan hadirin terbuai dengan kesyahduan. Namun, barangkali
bagi guru sendiri akan lebih senang kalau lagu diubah menjadi “Guru Pahlawan
Penuh Tanda Jasa”. Dengan demikian, kelak tidak hanya muballigh yang ber BMW
atau ber-Mercy, tetapi juga para guru akan berinova atau ber-terrano, simbol
kemakmuran masyarakat dewasa ini. Namun, barangkali merupakan suatu
kemustahilan, paling tidak untuk jangka pendek, untuk merealisir kompensasi guru
yang memadai kalau hanya bersandarkan kepada anggaran pemerintah. Barangkali
sudah masanya untuk dipikirkan mobilisasi dana pendidikan atau dana kesejahteraan
guru yang berasal dari masyarakat. Kalau untuk keperluan lain dana mudah diperoleh
misalnya untuk prestasi olahraga, mengapa tidak bisa prestasi guru. Disinilah
letaknya, partisipasi orang tua dan dukungan masyarakat mutlak diperlukan untuk
meningkatkan kualitas guru.

Karena selama ini telah dilakukan upaya peningkatan kualitas guru dengan
penataran untuk meningkatkan kemampuan tidak cukup. Sebab masih ada faktor lain
yang perlu sentuhan, yakni semangat dedikasi guru dan kesejahteraannya. Mudah-
mudahan dengan adanya Undang-undang Guru dan Dosen dapat memberikan solusi
tentang permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia

C. Pemecahan Masalah dalam rangka Pemerataan Pendidikan

Pemerintah pusat membatasi masa berlaku penggunaan sistem team teaching


dan sistem remedial selama dua tahun sebagai alternatif kegiatan untuk memenuhi
tuntutan mengajar 24 jam per pekan.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan


Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Dr Baedhowi
saat ditemui wartawan di sela-sela kesibukannya, Jumat (4/9).

15
Dalam kesempatan itu, Baedhowi mengatakan, diperbolehkannya sistem
team teaching dan remedial sebagai alternatif kegiatan untuk memenuhi tuntutan
beban mengajar selama 24 jam/pekan disebabkan tidak meratanya jumlah guru di
sejumlah sekolah.

Menurutnya, sistem team teaching dan remedial itu hanya berlaku selama
dua tahun. Dengan demikian, selama kurun waktu dua tahun itu, pihaknya akan
mendesak kepada pemerintah daerah untuk melakukan pemeratan jumlah guru di
masing-masing daerahnya.

“Persoalan tidak meratanya jumlah guru ini bukan kesalahan guru, tetapi
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah. Jadi, waktu dua tahun itu masa transisi
yang cukup bagi pemerintah daerah untuk melakukan pemerataan guru di daerahnya.
Seharusnya sekolah yang mempunyai tenaga guru berlebih bisa dipindahkan pada
sekolah yang kekurangan tenaga guru,” tandas Baedhowi.

Lebih lanjut, Baedhowi menjelaskan, masa berlaku dua tahun penggunaan


system team teaching dan remedial itu tidak berlaku untuk daerah terpencil. Pasalnya,
di daerah terpencil selama ini cenderung kekurangan jumlah tenaga pendidik. Hal
inilah yang membedakan kedua sistem belajar itu tetap bisa digunakan di daerah
terpencil.

1. Memperluas dan meratakan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu


tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan
kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi
secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti
agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.
3. Memperbaharui sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa
diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan
kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat,
serta diversifikasi jenis pendidikan secara profesional.

16
4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai
pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi
keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai.
5. Memperbaharui dan memantapkan sistem pendidikan nasional berdasarkan
prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen.
6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh
masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang
efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah,
terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh
komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai
dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.

Akhir kata dari guru yang berjasa pada bidang pendidikan semoga dengan sekian
regulasi kebijakan sistem pendidikan nasional yang ada dapat mengantarkan kita
menjadi bangsa yang terhormat, bermartabat, bermoral, dan mandiri. Wassalam

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat dibuat kesimpulan bahwa


permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari kualitas tenaga
pendidikan dalam hal ini guru. Karena guru memiliki peran sebagai pendidik. Guru
merupakan ujung tombak terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Namun kita
tahu pada diri guru itu sendiri memiliki banyak permasalahan yang sampai pada hari
ini belum dapat terselesaikan sesuai dengan tuntutan dan harapan guru sebagai

17
pendidik. Seorang pendidik harus mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sedangkan kebutuhan untuk itu belum dapat dipenuhi dari penghasilan
yang diperoleh sebagai imbalan yang diberikan pemerintah sebagai penyelenggara
pendidikan. Ini dapat dibandinkan dengan tenaga profesi lain seperti arsitek jika
mereka ketemu yang dia bahas bagaimana merancang suatu bangunan supaya dapat
berdiri kokoh dan berkualitas, dokter juga begitu bagaimana menangani suatu pasien
yang memiliki gangguan kesehatan tertentu agar cepat sembuh, tetapi apa yang
diperdebatkan oleh seorang guru bila ketemu dengan teman seprofesinya, bagaimana
mereka bisa menyelesaikan potongan gajinya yang setiap bulan untuk memenuhi
cicilan rumah atau motor kreditnya. Tapi Alhamdulillah walaupun mereka mengalami
hal seperti itu mereka tetap memikirkan tuntutan utama yang harus dipenuhi oleh
seorang guru, bagaimana membekali diri sehingga apa yang dimiliki dapat menjadi
bekal untuk memenuhi kewajibannya sebagai pendidik. Tak lepas dari itu masih
banyak yang mempengaruhi permasalahan pendidikan kita. Maka pendekatan yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan tentang guru dapat
digunakan pendekatan macrocosmics dan microcosmics. Pendekatan macrocosmics
berarti permasalahan guru dikaji dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain di luar
guru. Hasil pendekatan ini adalah bahwa rendahnya kualitas guru dewasa ini di
samping muncul dari keadaan guru sendiri juga sangat terkait dengan faktor-faktor
luar guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas guru, antara lain: a) penguasaan
guru atas bidang studi, b) penguasaan guru atas metode pengajaran, c) kualitas
pendidikan guru, d) rekrutmen guru, e) Konpensasi guru, f) Status guru di masyarakat,
g) manajemen sekolah, h) dukungan masyarakat, dan i) dukungan pemerintah.1.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut

1. Memperluas dan meratakan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu


tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan
kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi
secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti
agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.

18
3. Memperbaharui sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa
diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan
kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat,
serta diversifikasi jenis pendidikan secara profesional.
4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai
pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi
keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai.
5. Memperbaharui dan memantapkan sistem pendidikan nasional berdasarkan
prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen.
6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh
masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang
efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah,
terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh
komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai
dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.harian-global.com/index.php?option=com_content&view
=article&id=27251:pendidikan-belum-merata-guru-harus-siap-mengabdi-di-
desa&catid=56:edukasi&Itemid=63. dibaca dan didownload tanggal 15 Desember
2009
2. http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=113602. dibaca dan
didownload tanggal 15 Desember 2009

19
3. http://www.solopos.com/2009/pendidikan/pemda-didesak-lakukan-pemerataan-guru-
4235. dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009
4. http://asbabulismu.blogspot.com/2009/07/peran-guru-dalam-proses-belajar.html .
dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009
5. http://www.anneahira.com/artikel-pendidikan/pengertian-pendidikan.htm. dibaca dan
didownload tanggal 15 Desember 2009
6. http://www.hariankomentar.com/arsip/arsip_2006/nov_21/didik01.html Berita
Pendidikan dan Budaya posting 21 nopember 2006 . dibaca dan didownload tanggal
15 Desember 2009
7. http://maxnyitblog.blogspot.com/2009_04_24_archive.html diposting 10 Desember
2009. dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009
8. http://www.solopos.com/2009/pendidikan/pemda-didesak-lakukan-pemerataan-guru-
4235 . dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009
9. http://sma1candiroto.wordpress.com/2009/08/28/problematika-pendidikan-oleh-
supardin/. dibaca dan didownload tanggal 15 Desember 2009

20

You might also like