Professional Documents
Culture Documents
DEWASA INI
KELAS L
HOME GROUP 5
1
BAB I – PENDAHULUAN
2
Oleh karena itu, makalah yang kami buat ini akan membahas mengenai
pemanasan global yang terjadi saat ini beserta dampak-dampak yang diberikan
oleh pemanasan global terutama di Indonesia.
Data yang digunakan tim penulis dalam makalah ini adalah metode
pengumpulan data sekunder. Data sekunder didapatkan melalui data
referensi seperti buku, internet, koran maupun majalah.
3
BAB II - PEMBAHASAN
2.1.1. Pengertian
4
(BBM), batu bara, dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Energi yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau
partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5%
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
Energi yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra
merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang
dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas karbondioksida untuk dikembalikan
ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan
adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak
terlalu jauh berbeda.
Senyawa karbon dioksida, atau CO2, adalah gas atmosfir yang terdiri
dari satu atom karbon dan dua atom oksigen. Karbon dioksida adalah
hasil dari pembakaran senyawa organik jika cukup jumlah oksigen
hadir. Juga dihasilkan oleh berbagai mikro organisme dalam
5
fermentasi dan dihembuskan oleh hewan. Tumbuhan menyerap karbon
dioksida selama fotosintesis, memakai baik karbon maupun oksigen
untuk membuat karbohidrat. Karbon dioksida hadir di Atmosfer Bumi
dengan konsentrasi rendah dan bertindak sebagai gas rumah kaca.
CO2 dihasilkan dari pembakaran batu bara, minyak bumi, dan gas alam.
6
2C(s) + O2(g) 2CO(g)
CO merupakan gas yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna,
tetapi sangat beracun. Sumber utama CO adalah kendaraan bermotor.
Konsentrasi maksimum adalah 50 bagian per juta (bpj/ppm) udara.
Pada konsentrasi 100 ppm dalam waktu satu jam dapat menyebabkan
sakit kepala, cepat lelah, sesak nafas, dan ketidaksadaran manusia.
Setelah 4 jam dapat mematikan manusia.
Gas karbon monoksida tidak berwarna dan tidak berbau, oleh karena
itu kehadirannya tidak segera diketahui. Gas itu bersifat racun, dapat
menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran pernafasan dan paru-paru.
Bila masuk ke dalam darah melalui pernafasan, CO bereaksi dengan
hemoglobin dalam darah membentuk COHb (karboksihemoglobin).
CO + Hb COHb
O2 + Hb O2Hb
CO + O2Hb COHb + O2
7
Salah satu cara untuk mencegah peningkatan gas CO di udara yaitu
dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan
pengubah katalitik (Catalytic converter) pada knalpot kendaraan
bermotor.
8
pembakaran bahan bakar, misalnya batubara, minyak dan
bensin/premium.
Belerang dioksida adalah oksida yang bersifat asam. Gas ini larut
dalam air hujan sehingga air hujan bersifat asam. Dalam atmosfer, O2
dan Ozon mengubah sebagian SO2 menjadi SO3. SO3 bereaksi dengan
air membentuk asam sulfat dan juga menjadikan air hujan menjadi
bersifat asam.
Asam ini merusak batuan, marmer dan dapat menyebabkan besi mudah
berkarat. Selain itu, hujan asam juga menyebabkan tidak suburnya
tanah.
9
yang terisap, maka yang terbentuk adalah asam sulfat dan asam ini
lebih berbahaya. Oksida belerang dapat pula larut dalam air hujan dan
menyebabkan apa yang disebut dengan hujan asam.
Dampak gas Nitrogen (IV) oksida pada manusia bervariasi, mulai dari
gangguan ringan (bau yang kurang sedap) sampai dengan gangguan
pada paru-paru, bergantung pada konsentrasi gas itu di udara dan
lamanya kontaminasi. NO2 sangat penting dipelajari sebagai polutan
udara karena zat ini membentuk reaksi berantai dan menghasilkan
kabut.
10
(asap-kabut) atau smog dalam bahasa Inggris. Asbut menyebabkan
berkurangnya daya pandang, iritasi pada mata dan saluran pernafasan,
menjadikan tanaman layu dan menurunkan kualitas materi.
Ozon, terdiri dari beratus-ratus zat kimiawi yang terdapat dalam asap
kabut, terbentuk ketika hidrokarbon pekat di perkotaan bereaksi
dengan oksida nitrogen. Tetapi, karena salah satu zat kimiawi itu, yaitu
ozon, adalah yang paling dominan, pemerintah menggunakannya
sebagai tolok ukur untuk menetapkan konsentrasi oksidan secara
umum. Ozon merupakan zat oksidan yang begitu kuat (selain klor)
sehingga beberapa kota menggunakannya sebagai disinfektan pasokan
air minum. Banyak ilmuwan menganggapnya sebagai polutan udara
yang paling beracun; begitu berbahayanya sehingga pada eksperimen
laboratorium untuk menguji dampak ozon, satu dari setiap sepuluh
sukarelawan harus dipindahkan dari bilik pajanan yang digunakan
dalam eksperimen itu karena gangguan pernapasan. Pada hewan
percobaan laboratorium, ozon menyebabkan luka dan kerusakan sel
yang mirip dengan yang diderita para perokok. Karena emisi oksida
nitrogen dan hidrokarbon semakin meningkat, tingkat ozon bahkan di
pedesaan telah berlipat dua, dan kini mendekati tingkat
membahayakan bagi banyak spesies.
2.2.1.6. Hidrokarbon
11
2.2.1.7. Benda Partikulat.
Zat ini sering disebut sebagai asap atau jelaga; benda-benda partikulat
ini sering merupakan pencemar udara yang paling kentara, dan
biasanya juga paling berbahaya. Sistem Pemantauan Lingkungan
global yang disponsori PBB memperkirakan pada 1987 bahwa 70
persen penduduk kota di dunia hidup di kota-kota dengan partikel yang
mengambang di udara melebihi ambang batas yang ditetapkan WHO.
12
Tabel (2). Nilai GWP (Green House Warming Potential) Gas-gas Rumah Kaca
Gambar (12). Sumbangan Gas-gas Rumah Kaca terhadap Terjadinya Efek Rumah
Kaca
Gas rumah kaca (GRK) adalah gas yang diemisikan dari berbagi kegiatan
manusia, yang memiliki kemampuan meneruskan gelombang pendek dan
mengubahnya menjadi gelombang panjang. Selain itu, GRK juga memiliki
kemampuan meneruskan sebagian gelombang panjang dan memantulkan
gelombang panjang lainnya.
13
Gas rumah kaca telah ada dahulu kala. Pada waktu bumi mulai terbentuk,
GRK sangat diperlukan untuk menaikan suhu bumi yang masih sangat dingin
hingga hanya beberapa spesies makhluk hidup yang dapat menghuni bumi.
Masa tinggal GRK di atmosfer juga mempengaruhi efektifitasnya dalam
meningkatkan suhu muka bumi ini. Semakin panjang masa tinggal gas di atmosfer,
semakin efektif pengaruhnya terhadap kenaikan suhu muka bumi.
GRK sebahagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
fosil(batubara, minyak bumi, gas alam) untuk rumah tangga, industri, dan
transportasi. GRK yang dihasilkan terutama Carbon dioksida, Metana, Nitrat
oksida, dan Ozon.
14
korupsi dan pembalakan liar yang akhirnya divonis bebas. Tindakan
yang dilakukan Adelin Lis sangat merugikan, dengan adanya
pembalakan hutan, pohon-pohon yang ditumbangkan tidak dapat
menyerap karbondioksida yang seharusnya pohon tersebut dapat
berfungsi menghasilkan oksigen. Pada saat terjadi kerusakan hutan
akan terjadi pelepasan emisi karbon ke atmosfer. Melalui aktifitas
deforestasi, sekitar 33% karbon akan dilepaskan ke atmosfer.
Sementara akibat pembakaran biomassa dan dekomposisi, emisi
karbon yang dilepas ke atmosfer adalah sebesar 32% dan 22%.
15
Pemanasan Global menyebakan perubahan iklim. Menurut laporan
Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) Ke-3 yang dipublikasikan
pada tahun 2001, terjadi peningkatan konsentrasi CO2 dalam kurun waktu 200
tahun terakhir dari 280 ke 368 parts per million. Diperkirakan pada tahun 2100
terjadi peningkatan antara 540 hingga 970 parts per million. Diprediksikan imbas
dari peningkatan konsentrasi CO2 ini adalah dari tahun 1900-2050 terjadi
peningkatan suhu bumi sebesar 0,8 hingga 2,6 derajat celcius.
1
Wartono. Jelang Pertemuan COP ke-13 di Bali; Mungkinkah Tercipta Tata Dunia yang Peduli Lingkungan.
http://www.pmii.or.id/. Diakses pada 12 November 2007, pukul 06:21:51
16
daratan yang rendah akan tergenangi air laut, bukan karena abrasi melainkan
karena air lautnya yang meninggi. Ini artinya negara-negara dengan daratan yang
rendah atau bahkan lebih rendah dari muka air laut saat ini menjadi sangat
terancam
Kehidupan flora dan fauna secara global juga sangat mungkin terpengaruh. Pola
migrasi burung, ikan, dan mamalia darat dapat berubah dikarenakan pengaruh
berubahnya musim. Sedikit perubahan pada pola migrasi ini bisa berakibat fatal
pada kelangsungan hidup beberapa spesies fauna karena berubahnya pola pakan
dan pola reproduksi2.
2
2050: (Sebagian) Jakarta menjadi kenangan. http://72.14.235.104/search?q=cache:4unLfu8lyJEJ: dono
widiatmoko.wordpress.com/2006/11/14/2050-sebagian-jakarta-tinggal-
kenangan/+akibat+global+warming&hl=id&ct=clnk&cd=20&gl=id. Diakses pada 14 November 2007, pukul
15.25.
3
Ibid.
17
akan mengakibatkan berubahnya pola kehidupan plankton dan jasad renik yang
menjadi panganan ikan-ikan pada mata rantai makanan yang lebih tinggi.
Perubahan rata-rata suhu bumi dan suhu air laut juga akan mengubah peta
tumbuhan karang laut di dunia. Pada daerah yang semula merupakan daerah ideal
koral hidup, kemungkinan daerah tersebut akan menjadi terlalu panas untuk
karang untuk bisa bertahan. Dampak selanjutnya adalah berubahnya ketersediaan
ikan dan aneka ragam jenis produksi laut akibat perubahan suhu rata-rata bumi4.
4
Ibid.
5
Global Warming, Gempa, Tsunami, Penyakit Degeneratif dan Inefisiensi Ekonomi.
http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/digital_documentation/download.php?file_id=750. Diakses pada 30
November 2007, pukul 15.42.
18
Pemanasan global menyebabkan spesies yang masih bertahan tidak akan
lagi memiliki habitat yang nyaman, sementara sebagian lainnya harus bermigrasi
cukup jauh untuk memperoleh tempat hidup yang sesuai guna mendukung
kehidupannya. Simulasi ini diperkirakan cukup akurat mengingat penelitian di
California melaporkan bahwa kupu-kupu jenis Edith Checkerspot telah mulai
menghilang seiring naiknya suhu udara di kawasan tersebut 6 . Sementara itu
populasi penguin jenis Adeline di Antartika berkurang 33% dalam kurun 25 tahun
terakhir akibat surutnya permukaan lautan es. Tim peneliti dari Kanada
melaporkan bahwa jumlah rusa kutub Peary menurun drastis jumlahnya dari
24.000 pada 1961 menjadi hanya sekitar 1.000 pada 1997 akibat perubahan iklim
yang cukup ekstrim 7 . Perubahan iklim membuat berbagai spesies hewan harus
dapat beradaptasi dengan perubahan itu, tetapi diperkirakan lebih banyak yang
tidak mampu beradaptasi dan terseleksi oleh alam.
6
Global Warming dan World Ocean Conference. http://www.lestari-m3.org. Diakses pada 30 November
2007, pukul 16.03.
7
Ibid.
19
yang ekstrim tersebut telah mengakibatkan pencairan es hingga 4.28 million
square kilometer8.
Adapun fakta lain yang memperjelas fenomena alam ini, dan hasilnya cukup
mengejutkan seperti di Tibet iklim mulai tidak stabil sejak Juni 1998 karena
terjadi gelombang udara panas, temperatur berkisar 250C selama 23 hari, kejadian
ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kawasan Siberia, Eropa Timur dan Amerika
Utara yang terkenal dengan udara sangat dingin kini mulai menghangat. Di Kairo
pada Agustus 1998 tercatat suhu udara menembus angka 410C. Pada Agustus
1998 di Sidney Australia terjadi badai besar disertai hujan dengan curah hujan
mencapai tiga kali ukuran normal. Sementara di Indonesia, Meksiko, Spanyol dan
negara-negara lain di berbagai belahan dunia telah terjadi musim kering
berkepanjangan sebagai akibat badai tropis yang berujung pada terbakarnya hutan
jutaan hektar serta presipitasi hujan yang tinggi mengakibatkan bencana banjir
dan kegagalan panen9.
8
Ibid.
9
Ibid.
20
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka
Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional
mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini
berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas
rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka
menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan
dengan pemanasan global.
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations
Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai
Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). [1] Ia dinegosiasikan di
Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998
dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari
2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.
21
untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia
dan 10% untuk Islandia."
Protokol Kyoto adalah protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim (UNFCCC, yang diadopsi pada Pertemuan Bumi di Rio de
Janeiro pada 1992). Semua pihak dalam UNFCCC dapat menanda tangani atau
meratifikasi Protokol Kyoto, sementara pihak luar tidak diperbolehkan. Protokol
Kyoto diadopsi pada sesi ketiga Konferensi Pihak Konvensi UNFCCC pada 1997
di Kyoto, Jepang.
22
Hingga Februari 2005, 141 negara telah meratifikasi protokol tersebut,
termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia dan 25 negara
anggota Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria.
Ada enam negara yang telah menanda tangani namun belum meratifikasi protokol
itu. Tiga di antaranya adalah negara-negara Annex I:
AS, Australia, Italia, Tiongkok, India dan negara-negara berkembang telah bersatu
untuk melawan strategi terhadap adanya kemungkinan Protokol Kyoto II atau
persetujuan lainnya yang bersifat mengekang.
23
kegiatan lainnya. Melalui Japan Times, kantor berita Kyodo, Jepang,
menginformasikan hasil temuan riset di sekitar Juni tahun 1997, yang menyatakan
bahwa kelompok peneliti Jepang dan dari pusat penelitian perusahaan Idemitsu
Kosan yang bekerjasama dengan perusahaan penyulingan minyak Okinawa telah
berhasil sukses dalam mengekstrak minyak dari jenis mikroalgae air tawar yang
dikenal sebagai Botryococcus bravnii. Rekayasa genetik telah mampu
meningkatkan kemampuan produktivitas mikroalgae ini dari awal penanaman
sejumlah 2 gram dihasilkan 10 gram dalam tempo waktu 10 hari di mana 50%
dari berat tersebut (5 gram) merupakan berat minyak yang dapat dihasilkan. Riset
juga melaporkan bahwa kualitas minyak yang dihasilkan memiliki kapasitas
panas yang ekuivalen dengan grade C dari heavy fuel oil yang biasa digunakan
oleh kapal motor (boat). Hasil temuan ini memberikan optimisme bahwa jika
mikroalgae ini dibudi-dayakan pada area seluas 60% Pulau Hokaido, maka akan
mampu menyerap seluruh karbondioksida (CO2) yang ada sebagai bahan polutan
di seluruh Jepang yang diserap oleh mikroalgae ini sebagai sumber karbon dalam
proses fotosintesisnya dan sekaligus memberikan harapan bagi kemungkinan
produksi minyak, yang berarti akan mereduksi ketergantungan Jepang terhadap
minyak sebagai sumber energi strategis bagi sebagian besar kegiatan industri dan
kehidupan di Jepang.
Sebagai negara yang kaya akan sumberdaya hayati, maka temuan ini
sekaligus memberikan harapan, bahwa di Indonesia juga memiliki peluang untuk
dikembangkan, namun kemampuan sumberdaya manusia dalam menguasai ilmu
dan teknologi menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi sehingga kita tidak terus
harus terjebak pada ketidak-berdayaan sebagaimana gambaran kami terhadap
pemanfaatan Chlorella sebagai sumber bahan pangan, pakan dan obat-obatan
yang potensial yang ternyata belum mampu kita manfaatkan.
24
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kenaikan suhu permukaan muka
bumi (global warming):
1) Mengganti bola lampu model tahun 1878 dengan bola lampu fosfor CLF
yang berbentuk seperti es krim, karena bola lampu ini jauh lebih
menghemat 75% energi dan mempunyai daya hidup sepuluh kali lebih
lama dibanding bola lampu fluoroscen.
4) Membawa tas belanja pribadi yang dapat dipakai berulang kali, yang
terbuat dari bahan tahan lama seperti katun. Hindari tas plastik, yang
membutuhkan waktu seribu tahun agar dapat terurai. Sementara satu ton
kantong kertas dibuat dari sekitar 17 batang pohon dewasa.
25
7) Membeli produk lokal yang dihasilkan petani lokal. Selain emisi yang
dikeluarkan dari transportasi lebih kecil, hal ini dapat mendukung ekonomi
pedesaan, melindungi keanekaragaman hayati dan menjaga kelangsungan
hidup bumi.
9) Menggunakan angkutan publik untuk perjalanan jauh. Pilih jalan kaki atau
sepeda untuk menempuh jarak dekat.
10) Aktif dalam menyebarkan kesadaran tentang dampak perubahan iklim dan
pastikan kepedulian ini juga didengar oleh para pembuat kebijakan.
26
BAB III – KESIMPULAN
27