You are on page 1of 3

Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional .

Fakultas Ilmu Sosial dan


Ilmu Politik. Universitas Indonesia.

Gerakan Non Blok dan Relevansinya


Sebuah Refleksi Kritis terhadap Peranan GNB dalam Dunia Dewasa Ini

Konsep Gerakan Non Blok pertama kali dicetuskan pada awal tahun 1960-an,
sebagai tekad dari negara-negara merdeka dalam melancarkan aksi politiknya sehubungan
dengan adanya pertentangan antara kedua blok adidaya kala itu, Blok Barat yang
dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet. Cikal-bakal
Gerakan Non Blok ini sebenarnya sudah terlihat ketika dilaksanakannya Konferensi Asia
Afrika di Bandung pada tahun 1955. Dalam konferensi itu, dikembangkan wacana
mengenai politik anti kolonialisme dan perjuangan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa Asia
Afrika yang pada saat itu masih terjajah. Wacana inilah yang kemudian berkembang
menjadi politik non blok. Tujuan dari gerakan ini, seperti yang tercantum dalam
Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan,
integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok"1.
Gerakan Non Blok ini lahir dengan prakarsa 5 pemimpin nasional, yaitu
Presiden Yugoslavia Yosep Broz Tito, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, Perdana
Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, dan Presiden
Indonesia Soekarno. Sifat mendasar yang menjadi ciri dalam Gerakan Non Blok adalah
ketidakberpihakan pada salah satu blok pertahanan. Konsep Non Blok ini sendiri
sebenarnya agak mirip tetapi tidak serupa dengan konsep Netral. Adapun Gerakan Non
Blok ini bukan dimaksudkan untuk menciptakan blok baru, bukan pula untuk bersikap
netral murni melainkan tujuan dari Gerakan Non Blok ini adalah untuk menjembatani
kedua blok yang tengah bersekutu, membela kepentingan negara-negara yang belum
merdeka untuk mencapai kemerdekaan serta mendukung terciptanya perdamaian dunia.
Hakekat Gerakan Non Blok terletak pada sifat “aktif” dan “positif” yang
dimilikinya. Positif dalam arti berusaha meredam ketajaman perselisihan antara kedua
blok yang sedang bertikai kala itu, Blok Barat dan Blok Timur. Sedangkan sifat aktif
dalam Gerakan Non Blok diwujudkan dengan sumbangannya untuk mewujudkan tatanan
hubungan internasional baru yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, keadilan
sosial, dan kesejahteraan bersama.
Seyogyanya, Gerakan Non Blok merupakan suatu awal yang signifikan dalam
pengejawantahan politik luar negeri Indonesia bebas-aktif. Gerakan Non Blok juga dapat
dikatakan berhasil kala itu, mengingat kontribusi yang dilakukan Gerakan Non Blok
seperti membantu negara-negara untuk mendapatkan hak kemerdekaannya walaupun
negara tersebut lemah dalam hal kekuatan militer, ekonomi, dan juga aliansi; juga ketika
Gerakan Non Blok berhasil merealisasikan tujuan utamanya yaitu mencegah meluasnya
perpecahan negara-negara di dunia ke dalam blok-blok yang ada akibat dominasi dan
hegemoni dua kekuatan besar Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dua kiprah yang
1
Tanpa nama. Gerakan Non Blok. Http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Non-Blok, diakses pada 20 Maret
2008, pukul 16.18.

Page | 1
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Universitas Indonesia.

disebutkan terakhir menunjukkan keberhasilan Gerakan Non Blok kala itu.


Dalam makalah “Gerakan Non Blok pada Era Soekarno : Bentuk Konkret
Konsistensi Indonesia untuk Meredam Perselisihan antara Blok Barat dan Blok Timur”,
tim pembuat makalah memuat suatu pernyataan berbunyi: “Walaupun perang dingin di
antara kedua blok besar telah lenyap, Gerakan Non Blok tetap masih dibutuhkan karena
masalah-masalah yang berkembang di dunia bukan lagi sebatas pertarungan antara
kedua blok besar, tetapi begitu banyak masalah internasional yang harus dihadapi”.
Memang, terlepas dari masalah pengutuban dan pemusatan kekuatan dalam bentuk blok
yang sudah tidak ditemui lagi, masih banyak masalah internasional yang harus dihadapi.
Tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah pernyataan tersebut seakan menyatakan
Gerakan Non Blok masih relevan hingga saat ini. Padahal, menurut penulis,
kenyataannya tidaklah demikian. Menurut penulis, jika pada masa silam GNB hadir
dengan positioning di tengah dua blok kapitalis-komunis, di masa sekarang peran tersebut
harus bergeser seiring dengan tuntutan konstelasi tatanan politik dunia yang sangat
timpang. Ini disebabkan semakin memburuknya tatanan politik dunia dewasa ini, dimulai
dari pertikaian-pertikaian antar negara yang kerap terjadi, seperti antara Palestina-Israel,
sampai kepada hegemoni Amerika Serikat dengan sekutunya.
Jadi dapat dikatakan, penulis meragukan relevansi GNB di jaman sekarang.
Selain karena kebijakan-kebijakannya yang dinilai kurang membantu menyelesaikan
berbagai persoalan di dunia, GNB juga tidak berhasil mewujudkan tujuannya untuk
menyejahterakan anggotanya dan mewujudkan perdamaian dunia. Selepas dari Perang
Dingin, dunia semakin dipenuhi oleh berbagai perang dan konflik bersenjata yang terus
terjadi. Ironisnya, pertikaian itu juga sering terjadi dalam tubuh GNB. Bagaimana bisa
GNB mewujudkan perdamaian dunia sementara anggota-anggotanya juga saling
berperang?
Membicarakan mengenai keanggotaan GNB, ada baiknya kita melihat kembali
dalam sejarah, saat kedia Blok Barat dan Blok Timur masih eksis. Jika diperhatikan,
banyak negara anggota GNB yang nampak bergantung pada negara-negara besar,
khususnya pada negara-negara Blok Uni Soviet2. Ini sangat bertentangan dengan gagasan
GNB mula-mula, yaitu sebagai gerakan bagi negara-negara yang tidak berpihak pada
salah satu blok pertahanan. Kenyataannya, GNB banyak dipenuhi oleh anggota yang
tidak sepenuhnya tidak berpihak. Dalam tubuh GNB sendiri terdapat dua kelompok
negara, yang berhaluan radikal dan yang berhaluan moderat. Kelompok yang radikal
lebih menghendaki adanya suatu perjuangan yang frontal dalam menghadapi
masalah-masalah ketidakadilan dan menjadikan Blok Barat sebagai target sasaran
mereka3. Di sini bisa kita lihat, perpecahan antar anggota GNB sebenarnya sudah terjadi
sejak awal, antara kelompok radikal dan kelompok moderat. Selain itu, dari penjelasan

2
Peranan Indonesia sebagai Pendiri Gerakan Non Blok dalam Usaha Memurnikan Tujuan dan
Prinsip-prinsipnya (Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri,
1986), h. 13.
3
Ibid., h. 30.

Page | 2
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Universitas Indonesia.

mengenai kelompok radikal yang cenderung membenci Blok Barat, kita dapat melihat
bahwa sebenarnya keanggotaan GNB pun tidak sesuai dengan prinsip awalnya yang tidak
berpihak.
Masalah berikutnya adalah masalah kesejahteraan, terutama dalam bidang
ekonomi, yang masih belum dapat diraih oleh negara-negara anggota GNB. Masalah
kemiskinan ini bukanlah masalah yang sederhana. Sudah banyak kita temui kasus di
mana kemiskinan bisa mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam dunia. Hal tersebut
senada dengan perkataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya di KTT
Non Blok Havana, Kuba: “Tak akan ada perdamaian dan keamanan yang bisa terjamin
dalam jangka panjang jika 80 persen manusia di Bumi dikuasai oleh 2 persen pemegang
kekayaan.” Oleh karena itu, salah satu cara untuk menciptakan perdamaian dunia adalah
juga dengan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat-rakyat dunia.
Jika kembali mengingat semangat dan tujuan awal pembentukan GNB, tentu
dapat dikatakan GNB sudah tidak relevan lagi. Ini disebabkan runtuhnya Soviet pada
abad ke-20 yang menyebabkan GNB menjadi kehilangan momentum politiknya. Sudah
saatnya bagi GNB untuk mengubah arah perjuangannya dari politik ke arah ekonomi,
mengingat sebagian besar negara anggota GNB masih sangat bergantung pada
negara-negara maju. Benarlah apa yang dikatakan Presiden Venezuela, Hugo Chavez
dalam KTT GNB di Havana, Kuba 19 September 2006 lalu. Chavez menyerukan bahwa
KTT GNB di Kuba ini harus menjadi awal berubahnya peta kekuatan dunia4. Hal ini
penting dilakukan untuk mengejar ketinggalan negara-negara anggota GNB, yang
notabene dikenal sebagai 3rd world countries, dari negara-negara maju lain.
Inilah yang menjadi tantangan bagi GNB. Untuk dapat mempertahankan
relevansinya sebagai sebuah medium untuk mewujudkan kesejahteraan yang berbuntut
pada terwujudnya perdamaian dunia, GNB harus berbenah diri dan meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya masing-masing agar dapat berperan lebih aktif dalam
mengurangi ketidakadilan dan ketimpangan yang melanda dunia5.

4
Tajuk Rencana Pikiran Rakyat, 19 September 2006.
5
Tajuk Rencana Kompas, 16 September 2006.

Page | 3

You might also like