You are on page 1of 8

Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Universitas Indonesia.

Tugas Essay Diplomasi Indonesia


Nama : Erika
NPM : 0706291243

Indonesia dan ASEAN


Sebuah Refleksi Kritis untuk Menelaah Sisi Diplomasi
dalam Kerangka Hubungan Indonesia dan ASEAN

D
iplomasi dan negara. Kedua kata tersebut merupakan dua hal yang
saling berkaitan satu sama lain, keberadaan suatu negara tidak bisa
dilepaskan dari kegiatan diplomasi negara tersebut dengan
negara-negara lainnya. Mengenai pengertian diplomasi, G.R. Berridge dalam bukunya yang
berjudul Diplomacy, Theory, and Practice mengatakan “Diplomasi adalah sebuah cara dalam
hubungan internasional dengan memakai jalan negoisasi daripada paksaan, propaganda, atau
jalur hukum, untuk tujuan damai (misalnya mengumpulkan informasi atau menimbulkan
maksud baik) yang secara sengaja maupun tidak sengaja direncanakan untuk sebuah
negoisasi.” Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa diplomasi adalah
kegiatan-kegiatan yang menyangkut cara bernegoisasi dalam berhubungan secara
internasional. Diplomasi bukanlah sebuah kegiatan yang mudah dan dapat dilakukan oleh
orang awam. Diplomasi membutuhkan pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman serta
memiliki ciri khas yang terbentuk oleh pemikiran dan kreatifitas yang akan tampak dalam
keberhasilan mencapai tujuan-tujuan yang menjadi amanat bangsa dan negara di dunia
internasional1. Seperti negara-negara lain, Indonesia pun dalam berhubungan dengan negara
lain senantiasa melakukan kegiatan diplomasi untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.
Berbagai kegiatan diplomasi telah dilakukan Indonesia sejak awal terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia, kegiatan diplomasi ini pun terus berlanjut pada masa Orde
Baru hingga masa kini.
Periode yang cukup penting dalam sejarah diplomasi Indonesia adalah pada masa

1
Perjuangan Diplomasi Mengawal Proklamasi Kemerdekaan. http://diplomasionline.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=15&Itemid=1, diakses pada 5 Mei 2008 pukul 16.38.

Page | 1
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

Orde Baru, di mana muncul istilah “Diplomasi Pembangunan”, suatu istilah yang
merujuk pada kegiatan diplomasi yang bertujuan untuk memulihkan perekonomian dalam
negeri, serta lebih berorientasi pada pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Pada Diplomasi
Pembangunan, Presiden Soeharto selaku pemimpin Indonesia pada saat itu, memutuskan
untuk meninggalkan segala bentuk konfrontasi yang tadinya dilakukan Indonesia pada
negara-negara Barat, Malaysia, dan negara lain. Hal ini dilakukan karena Soeharto sadar,
sebagai negara yang masih terbilang muda usianya, Indonesia membutuhkan bantuan dari
berbagai negara besar, terutama dalam hal ekonomi. Senada dengan hal tersebut, Bantarto
Bandoro dalam tulisannya yang berjudul Diplomasi Indonesia: Dahulu, Kini, dan Masa
Depan (Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa, Jakarta : CSIS, 1991) mengatakan bahwa
prioritas utama dari “diplomasi pembangunan” adalah untuk mendapatkan pengikatan diri
dari Amerika Serikat, Jepang, dan mitra perdagangan mereka untuk memulihkan
perekonomian Indonesia. Dari pernyataan tersebut menjadi jelas bahwa pembangunan
ekonomi dalam negeri merupakan sasaran utama dalam kegiatan diplomasi Indonesia pada
masa Orde Baru.
Untuk mendukung pembangunan ekonomi dalam negerinya, Soeharto menyadari
bahwa relasi yang baik antara Indonesia dengan negara tetangga, terutama dengan
negara-negara Asia Tenggara yang berada satu regional dengannya, mutlak dibutuhkan.
Berangkat dari pemikiran tersebut, Presiden Soeharto dalam pidatonya di muka Dewan
Perwakilan Rakyat tanggal 16 Agustus 1966 pun melontarkan gagasan untuk membentuk
suatu organisasi regional (Bantarto Bandoro, Diplomasi Indonesia: Dahulu, Kini, dan Masa
Depan). Bagai gayung bersambut, gagasan ini pun mendapat sambutan positif dari
negara-negara Asia Tenggara. Berbagai pertemuan diplomatik pun dilakukan, hingga
akhirnya lahir keputusan untuk mendirikan suatu organisasi kerjasama regional negara-negara
di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian diberi nama ASEAN (Association of South East
Asian Nations). Adapun ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967, dengan
penandatanganan perjanjian pembentukan ASEAN dilakukan di Bangkok, Thailand.
Perjanjian tersebut ditandatangani oleh lima orang menteri luar negeri, yaitu Adam Malik
(Indonesia), Narcisso R. Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), Rajaratnam
(Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand). Dokumen perjanjian itu kemudian disebut
Page | 2
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

sebagai Deklarasi Bangkok, yang berisi maksud dan tujuan ASEAN, yaitu untuk
menjalin kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain;
juga untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara dengan saling
menghormati di antara negara satu dengan lainnya2.
Dalam pertumbuhannya, ASEAN telah berkembang cukup pesat, mulai dari tahap
yang diliputi saling curiga pada 1960-an, hingga mencapai tahap peningkatan confidence
building, dan sekarang sudah mencapai pada tahap yang cukup jauh, yaitu dengan melakukan
berbagai kerja sama riil di berbagai sektor3. Salah satu kerja sama yang terjadi adalah kerja
sama dalam bidang ekonomi, bentuk kerja sama ekonomi yang paling signifikan terasa terjadi
pada Sidang Para Menteri Ekonomi ASEAN XI (Jakarta, Mei 1981), dan XII (Kuala Lumpur,
Januari 1982) di mana pada sidang tersebut dihasilkan kelima proyek industri ASEAN, salah
satunya Proyek Pupuk Urea di Indonesia (Mochtar Kusumaatmadja, Politik Luar Negeri
Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa Ini, Bandung: Penerbit Alumni, 1983) yang kemudian
mendatangkan penghasilan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kerja sama
yang signifikan selanjutnya terjadi dalam bidang politik, yaitu ditandatanganinya Perjanjian
Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation) yang telah mewajibkan
mereke yang menandatanganinya untuk berpedoman atas prinsip untuk menghindari ancaman
atau penggunaan kekerasan (renunciation of the threat or the use of force) sehingga perbedaan
paham atau percekcokan dapat diselesaikan lewat prosedur yang rasional, efektif, dan cukup
fleksibel dengan menghindari sikap-sikap negatif yang mungkin dapat membahayakan atau
menghambat kerja sama 4 . Kesemua kerja sama tersebut memberikan dampak positif bagi
perkembangan ekonomi dan keamanan Indonesia. Pengaruh positif yang diberikan ASEAN
tidak hanya berupa berbagai kerja sama yang dihasilkannya saja. Data yang didapat
menunjukkan dari 5 juta wisatawan yang melancong ke Indonesia, 40% nya adalah wisman
yang berasal dari ASEAN. Seandainya kita tidak bekerjasama dengan ASEAN, maka belum

2
Lahirnya ASEAN. http://www.deplujunior.org/asean.html?page=558294409, diakses pada 5 Mei 2008, pukul
16.46.
3
Dian Triansyah Djani. ASEAN dari Asosiasi Menuju Komunitas.
http://diplomasionline.net/index.php?option= com_content&task=view&id=19&Itemid=30, diakses pada 5
Mei 2008, pukul 19.29.
4
Mochtar Kusumaatmadja, Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa Ini, (Bandung :
Penerbit Alumni, 1983), hal. 166.
Page | 3
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

tentu jumlah wisman yang masuk ke Indonesia itu mencapai komposisi seperti itu.
Manfaat secara ekonomi yang berhasil didapat Indonesia berkat kerja sama dengan ASEAN
tidak hanya itu. Pada waktu turis asing takut datang ke Indonesia karena teror bom, turis-turis
asal ASEAN tetap datang. Manfaat berikutnya adalah dalam bidang investasi, hampir 38% dari
total investasi yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari ASEAN5. Dari semua penjelasan
tersebut, jelaslah bahwa ASEAN mutlak memberikan pengaruh positif bagi perkembangan
ekonomi Indonesia. Inilah sebenarnya esensi penting dari diplomasi Indonesia yang
dilakukan melalui ASEAN: peningkatan pertumbuhan ekonomi dan keamanan melalui
berbagai kerja sama yang dilakukan dalam payung ASEAN.
Bantarto Bandoro dalam tulisannya Diplomasi Indonesia: Dahulu, Kini, dan Masa
Depan menyebutkan ada beberapa gaya diplomasi yang dapat diidentifikasi antara lain adalah
persuasi dan kompromi, bujukan (inducement) dan tekanan (pressures) dan paksaan.
Sehubungan dengan ASEAN, gaya diplomasi yang dijalankan Indonesia dalam ASEAN
adalah persuasi dan kompromi, yaitu usaha untuk membujuk lawan berunding agar tuntutan
suatu pihak dapat dipahami. Persuasi dan kompromi ini dapat dilakukan secara formal, yaitu
dengan mengeluarkan pernyataan tertentu dalam pers, dan dapat juga dilakukan secara
informal, misalnya melalui cocktail party. Contoh dari pelaksanaan gaya persuasi dan
kompromi yang dilakukan Indonesia dalam ASEAN adalah dalam sidang-sidang dan
pertemuan yang diselenggarakan ASEAN, contoh yang paling terkenal adalah KTT ASEAN.
Namun ada juga kasus di mana Indonesia melalui ASEAN melakukan diplomasi koersif, yaitu
bentuk diplomasi dengan menggunakan tekanan dan paksaan untuk memaksa lawan
berundingnya agar bersedia memenuhi tuntutannya. Hanya saja, gaya diplomasi Indonesia
dalam ASEAN lebih didominasi oleh gaya persuasi dan kompromi, seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya, melalui berbagai pertemuan-pertemuan yang diadakan dalam lingkup
ASEAN. Namun Bantarto Bandoro dalam tulisannya Diplomasi Indonesia: Dahulu, Kini, dan
Masa Depan juga membagi pengklasifikasian gaya diplomasi menjadi tiga, yaitu (1)
memanfaatkan jasa baik pihak ketiga; (2) sebagai mediator; dan (3) diplomasi langsung. Jika

5
Dian Triansyah Djani. ASEAN dari Asosiasi Menuju Komunitas.
http://diplomasionline.net/index.php?option= com_content&task=view&id=19&Itemid=30, diakses pada 5
Mei 2008, pukul 19.29.

Page | 4
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

dilihat melalui klasifikasi ini, maka gaya berdiplomasi Indonesia dalam ASEAN
adalah sebagai mediator; ASEAN digunakan sebagai mediator dalam kegiatan diplomasi
Indonesia dengan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN.
Menanggapi keikutsertaannya dalam ASEAN, pemerintah Indonesia mengatakan
bahwa sejak semula, pemerintah Indonesia memberikan prioritas utama kepada hubungan
harmonis dengan negara-negara tetangga untuk menciptakan kestabilan dan kerjasama
regional di Asia Tenggara 6 . Hal ini berarti pemerintah Indonesia, sebagai decision-maker
dalam berbagai kebijakan luar negeri Indonesia, menggunakan ASEAN sebagai prinsip dan
landasan utamanya dalam berpolitik. Sementara dari sisi Presiden Soeharto, yang merupakan
decision-maker utama pada masa itu, ia menganggap ASEAN merupakan prioritas politik luar
negeri Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari petunjuk Presiden Soeharto sendiri mengenai
pelaksanaan TAP MPR No. IV Tahun 1973, tanggal 11 April 1973. Lebih lanjut, GBHN
1978-1983 dan 1983-1988 menetapkan ASEAN sebagai prioritas dalam pelaksanaan politik
luar negeri Indonesia7. Dua pandangan para decision-maker tersebut mencerminkan persepsi
Indonesia mengenai sasaran diplomasi Indonesia dalam ASEAN, yaitu Indonesia tetap
merumuskan kepentingan dan pendekatannya sesuai dengan konsensus ASEAN8.
Melalui ASEAN, Indonesia berhasil meningkatkan hubungannya dengan berbagai
negara besar. Negara besar yang hubungannya semakin intens dengan Indonesia melalui
ASEAN adalah Jepang. Hubungan antara Indonesia dengan Jepang itu dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu dalam bidang ekonomi, politik, dan sekaligus juga mencakup bidang keamanan.
Dalam bidang ekonomi, perdagangan antara Indonesia dan Jepang merupakan contoh di mana
dua ekonomi nasional dapat saling mendukung dan melengkapi9. Saling melengkapi di sini
mengandung pengertian bahwa Indonesia merupakan sumber bahan mentah untuk keperluan
industri Jepang, sementara untuk pemasaran hasil industrinya, Jepang membutuhkan Indonesia
sebagai tempat pemasaran. Dalam bidang politik, peran ASEAN sebagai pilar politik luar

6
Perjuangan Diplomasi Mengawal Proklamasi Kemerdekaan. http://diplomasionline.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=15&Itemid=1, diakses pada 5 Mei 2008 pukul 16.38.
7
Bantarto Bandoro, Diplomasi Indonesia: Dahulu, Kini, dan Masa Depan, dalam Hadi Soesatro, ed., Untuk
Kelangsungan Hidup Bangsa, (Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1991), hal. 61.
8
Ibid.
9
Bantarto Bandoro, Beberapa Dimensi Hubungan Indonesia-Jepang dan Pelajaran untuk Indonesia, dalam
Bantarto Bandoro, ed., Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru, (Jakarta: Centre for Strategic
and International Studies, 1994), hal. 96.
Page | 5
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

negeri Indonesia sangatlah krusial. Peran ASEAN itulah yang kemudian menjadi
dasar bagi Indonesia untuk membina hubungan politik yang saling menguntungkan dengan
Jepang, agar dapat menciptakan stabilitas di kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan. Jadi
perhatian Pemerintah Indonesia dalam hubungan dan kerja samanya dengan Jepang
sesungguhnya juga dikaitkan dengan kepentingan kawasan Asia Tenggara10.
Semenjak bergabung dengan ASEAN, posisi Indonesia di mata negara-negara
berkembang, dalam hal ini negara-negara Asia Tenggara, meningkat prestise-nya. Tidak dapat
dipungkiri, peran Soeharto dan para desicion-maker Indonesia berhasil meningkatkan nama
baik Indonesia di kancah hubungan internasional. Namun bagaimana sebenarnya posisi
Indonesia jika dilihat dari kacamata negara-negara berkembang? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, penulis mengambil contoh tiga negara yang dianggap dapat mewakili
negara berkembang yang tergabung dalam ASEAN, yaitu Malaysia, Singapura, dan Brunei
Darussalam. Pertama, dengan Malaysia dapat dikatakan hubungan Indonesia dengan
Malaysia seperti hubungan antara Saudara Tua dan Muda. Dikatakan Indonesia memiliki
kecenderungan bertindak sebagai saudara tua dan menginginkan diperlakukan seperti itu. Pada
masa pemerintahan Soeharto, dapat dikatakan hubungan sosial-budaya antar
Indonesia-Malaysia relatif baik, hal ini ditunjukkan dengan pengiriman guru dan dosen
Indonesia untuk mengajar ke Malaysia. Selain itu juga diadakan latihan militer bersama
Malaysia-Indonesia dalam rangka untuk menghancurkan kegiatan komunis di Sabah dan
Serawak. Di tahun 1972, bahasa Melayu dan Indonesia disatukan oleh suatu sistem ejaan yang
sama11. Namun sebagai Saudara Tua, Jakarta merasa bahwa Kuala Lumpur kadang-kadang
lupa memberikan “kehormatan yang semestinya”12.
Kedua, mengenai hubungan Indonesia dengan Singapura. Secara umum, dapat
dikatakan hubungan Indonesia dengan Singapura selama masa Diplomasi Pembangunan I dan
II bersifat saling menguntungkan. Hubungan yang baik antara Indonesia dan Singapura itu
terwujud dalam berbagai kunjungan teratur antara para pemimpin dari kedua negara, terutama
antara Soeharto dan Lee Kuan Yew selaku Perdana Menteri Singapura. Data menunjukkan

10
Ibid.
11
Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, (Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1998), hal.
88.
12
Ibid, hal. 97.
Page | 6
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

pada tahun 1955, Singapura telah menjadi penanam modal kumulatif nomor enam
di Indonesia, setelah Jepang, Hongkong, Taiwan, Amerika Serikat, dan Inggris. Selain itu,
Singapura juga menjadi mitra dagang Indonesia ketiga terbesar, setelah Jepang dan Amerika
Serikat13.
Ketiga, mengenai hubungan Indonesia dengan Brunei Darussalam. Brunei
sendiri merupakan negara yang termasuk masih muda usianya jika dibandingkan dengan
Indonesia, karena Brunei baru menjadi negara merdeka pada bulan Januari 1984. Segera
setelah Brunei memperoleh kemerdekaan, ia langsung bergabung dengan ASEAN. Sejak itulah,
Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan Brunei, Indonesia menganggap Brunei
layaknya seorang Saudara yang Kaya. Hubungan baik Brunei-Indonesia ini ditunjukkan
dengan besarnya intensitas pertemuan antara Presiden Soeharto dengan Sultan Brunei.
Soeharto sendiri telah mengunjungi Brunei sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1984 dan 1989.
Pada tahun 1988, Sultan berkunjung ke Jakarta dan memberikan pinjaman lunak sebesar
US$ 100 juta untuk proyek-proyek Indonesia, setengahnya digunakan untuk membiayai jalan
tol. Ini merupakan bukti dekatnya hubungan Indonesia dengan Brunei.
Sejak berdirinya ASEAN pada tahun 1967 hingga sekarang, tidak dapat dipungkiri
ASEAN telah memberi banyak dampak positif bagi kemajuan nasional Indonesia. Tidak hanya
kemajuan nasional, ASEAN juga berhasil menaikkan nama Indonesia di tingkat regional,
bahkan sampai di tingkat internasional. Hal itu tidak terlepas dari peran Indonesia sendiri, yang
tercermin melalui para decision maker-nya, dalam menjalankan berbagai tugas diplomatik,
dengan negara-negara Asia Tenggara khususnya dan dunia umumnya, dalam payung ASEAN
sebagai mediatornya. ASEAN juga telah menjadi pilar dan landasan utama bagi politik luar
negeri Indonesia. Hubungan Indonesia dengan negara-negara ASEAN merefleksikan
keinginannya untuk memainkan suatu peran aktif dalam masalah-masalah regional yang
seringkali menimbulkan ketegangan dan bahkan friksi14. Namun karena kepiawaiannya dalam
berdiplomasi, berbagai friksi dan ketegangan itu akhirnya berhasil dihindari, bahkan terkadang
berhasil diatasi, oleh Indonesia. Sehingga akhirnya, terciptalah hubungan yang solid antara
Indonesia dengan negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN hingga kini.

13
Ibid, hal. 103.
14
Ibid, hal. 114.
Page | 7
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.

Hal ini tentulah merupakan suatu prestasi membanggakan bagi sejarah diplomasi
Indonesia.

Page | 8

You might also like