You are on page 1of 15

Peran United Nations Development Programme (UNDP) dalam

Membantu Pembangunan di Burma (1973-1989)

Disusun oleh :
Erika
0706291243
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Tugas Makalah Akhir


Mata Kuliah Organisasi Internasional
Program Studi S1 Reguler Ilmu Hubungan Internasional
Semester Ganjil 2007/2008

DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2008

Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fase 1963-1982 dinilai sebagai fase evolusi dari keterlibatan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (untuk selanjutnya disebut PBB) pada pembangunan ekonomi negara-negara
berkembang. Hal ini didorong oleh banyaknya proses dekolonisasi yang terjadi, yang lantas
berbuntut pada munculnya banyak negara-negara baru. Kemerdekaan politik yang diperoleh
negara-negara baru dari penjajahnya ini tidak lantas membuat negara baru itu mampu
mencapai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Pengaruh penjajahan yang sudah
sedemikian lama membuat negara baru itu seperti lumpuh secara ekonomi ketika ditinggalkan
penjajahnya. Negara baru membutuhkan bantuan dari dunia internasional untuk membantu
mereka keluar dari kondisi keterpurukan pembangunan pasca penjajahan, dan untuk dapat
bangkit secara pembangunan dan ekonomi demi menunjang eksistensinya di dunia
internasional. Kebutuhan akan bantuan teknis dan bantuan keuangan di negara berkembang
pun semakin meningkat. PBB, sebagai organisasi internasional yang memiliki anggota
terbanyak tentu tidak bisa tinggal diam menyikapi kebutuhan bantuan teknis dan keuangan
negara-negara anggotanya tersebut. Pada saat itu, PBB masih didominasi oleh sisi politik,
perang, dan perdamaian. Munculnya negara-negara baru lantas membuat PBB berpikir untuk
membentuk Dewan Ekonomi dan Sosial (Economy and Social Council, selanjutnya disebut
ECOSOC), demi membantu mengatasi berbagai masalah ekonomi dan sosial yang mulai
timbul di dunia internasional kala itu.
Pendirian ECOSOC tidak lantas membuat permasalahan dunia di bidang ekonomi
dan sosial lantas terselesaikan, PBB menyadari kehadiran ECOSOC sendiri kurang dapat
mengatasi masalah ekonomi dan sosial yang semakin hari semakin pelik. Untuk membantu
tugas ECOSOC sehubungan dengan peningkatan permintaan akan bantuan pembangunan di
bidang bantuan teknis dan finansial inilah PBB mendirikan UNDP (United Nations
Development Programme). Salah satu dari sekian banyak negara yang meminta PBB untuk
membantu kondisi pembangunan di negaranya adalah Myanmar (yang ketika itu masih
bernama Burma). Sebagai negara yang baru bergabung dengan PBB, Burma ketika itu sadar
keadaan ekonomi dan pembangunannya yang masih lemah membutuhkan UNDP sebagai
pendorong pembangunannya. Permintaan Burma akan bantuan pembangunan UNDP pun
Page | 2
dikabulkan PBB, sejak 1971 dimulailah upaya pembangunan Burma yang dilakukan UNDP,
dan upaya pembangunan itu berakhir pada tahun 1989.

1.2. Permasalahan
Makalah ini akan membahas mengenai peran UNDP dalam membantu pembangunan
di Burma, selanjutnya makalah ini akan membahas efektifitas dari peran UNDP di Burma
tersebut.

1.3. Kerangka Konsep


1.3.1. Konsep Pembangunan
Pembangunan dimengerti sebagai pergerakan kualitatif dan kuantitatif menuju
sasaran yang pantas dan dapat diraih1. Pembangunan ekonomi juga seringkali didefinisikan
sebagai suatu proses berdimensi jamak yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam
struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan
pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan, dan pemberantasan kemiskinan
absolut2. Michael P. Todaro mengatakan setidaknya ada tiga komponen dasar atau tata nilai
inti yang harus dipenuhi sehubungan dengan terwujudnya konsep “pembangunan”. Tiga tata
nilai inti pembangunan itu adalah :
1. Nafkah hidup: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) yang
terdiri dari kebutuhan pangan, papan, kesehatan, dan perlindungan,
2. Harga diri : menjadi orang, dimengerti sebagai terpenuhinya unsur pengakuan
dan penghormatan,
3. Bebas dari perbudakan, konsep kebebasan di sini dimaksudkan sebagai
kebebasan yang lebih mendasar atau emansipasi dari keterasingan
kondisi-kondisi material dalam kehidupan dan dari perbudakan sosial, terhadap
alam, kebodohan orang lain, kesengsaraan, lembaga-lembaga, dan kepercayaan
yang bersifat dogmatis3.

1.3.2. Penjelasan mengenai ECOSOC PBB


Economic and Social Council (ECOSOC), merupakan sebuah badan prinsipil yang
bekerja secara sinergi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dalam menangani bidang

1
David J. Whittaker, United Nations in the Contemporary World, (London : Routledge Press, 1997), hal. 25.
2
Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1994), hal. 90.
3
Ibid, hal. 92.
Page | 3
kerja ekonomi dan sosial. ECOSOC memiliki 54 anggota, di mana masing-masing anggota
akan bekerja selama 3 tahun masa kerja. ECOSOC antara lain memiliki fungsi dan kekuatan,
antara lain4:
a. Membuat suatu forum sentral sebagai tempat diskusi isu-isu ekonomi dan sosial dan
memformulasikan sebuah rekomendasi kebijakan atas sebuah isu terhadap Majelis
Umum dan sistem PBB,
b. Memprakarsai penelitian dan laporan, serta rekomendasi hal-hal di bidang ekonomi,
sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, dan isu-isu yang berkaitan lainnya,
c. Mendorong adanya penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia dan kebebasan yang
fundamental,
d. Menggalang suatu konferensi dan menyiapkan draft konvensi sebagai suatu bentuk
kepatuhan terhadap Majelis Umum,
e. Menegosiasikan perjanjian dengan agensi-agensi dengan spesialisasi tertentu,
f. Mengkoordinasikan aktivitas dari agensi-agensi tersebut, melakukan konsultasi, serta
pemberian rekomendasi terhadap mereka, dan terhadap Majelis Umum atau pun
anggota-anggota PBB,
g. Melaksanakan pelayanan yang disetujui oleh Majelis Umum dan, apabila diminta,
terhadap agensi-agensi,
h. Berkonsultasi dengan non-govermental organization yang memiliki perhatian yang
sama atas isu tertentu.
ECOSOC memiliki badan-badan tambahan yang berhubungan dengan ECOSOC itu
sendiri, antara lain:
a. Sembilan Komisi Fungsional
b. Lima Komisi Regional
c. Empat Standing Committees
d. Beberapa Badan Ekspert di dalam bidang perencanaan pembangunan, sumber daya
natural, sumber daya yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, ekonomi,
sosial, maupun hak budaya.
e. Komite Eksekutif5.
Pembentukan ECOSOC PBB didasarkan pada kesadaran akan pentingnya usaha
mempromosikan pembangunan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan dan penderitaan

4
United Nations, Basic Facts about the United Nations, (New York : United Nations Publications, 1995), hal.
12.
5
Ibid, hal. 13.
Page | 4
sosial, dan meningkatkan penghargaan akan hak asasi manusia6. Didasarkan pada kesadaran
itulah, PBB membentuk ECOSOC yang terdiri dari 54 anggota yang bertugas selama kurun
waktu tiga tahun. Pembentukan dan tugas-tugas ECOSOC sendiri diatur dalam Chapter 9
Artikel 60 Piagam PBB. Delapan belas anggota baru kemudian dipilih setiap tahunnya untuk
mengisi masa jabatan tiga-tahun dan menggantikan 18 anggota lama yang masa jabatan
tiga-tahun-nya telah habis. Pada ECOSOC berlaku sistem voting mayoritas, dengan satu
anggota masing-masing memiliki satu suara. Dalam sistem PBB, terdapat eberapa Badan
Ekspert di dalam bidang perencanaan pembangunan, sumber daya natural, sumber daya yang
dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, ekonomi, sosial, maupun hak budaya seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Salah satu Badan Ekspert yang bergerak aktif untuk
memajukan pembangunan negara-negara berkembang anggota PBB adalah UNDP (United
Nations Development Programme).
UNDP adalah salah satu Program PBB terkait ECOSOC yang hadir untuk
memberikan bantuan, baik secara teknis maupun secara finansial pada negara-negara yang
dianggap layak mendapatkan bantuan. UNDP didirikan untuk memenuhi keinginan
masyarakat dunia berkembang yang mendambakan adanya badan yang dapat memberikan
bantuan pembangunan bagi mereka. UNDP juga bertujuan menciptakan pembangunan yang
merata di seluruh negara anggota PBB, memberi bantuan pada negara-negara anggota PBB
yang masih lemah dalam hal pembangunan untuk kemudian mendorong terciptanya
kemandirian bagi negara anggota PBB.

6
Peter Wilensky, “UN’s Structure in Post-Cold War Period” dalam Adam Roberts dan Benedict Kingsbury
United Nations, Divided World, The UN’s Roles in International Relations. (New York : Clarendon Press,
1993), hal. 459.
Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Awal Mula Terbentuknya United Nations Development Programme (UNDP)


Pada mulanya, UNDP hadir untuk memenuhi tujuan dari PBB sendiri, yaitu “to
achieve international co-operation in solving international problem of an economic, social,
cultural, or humanitarian character” dan untuk mewujudkan “higher standard of living, full
employment and conditions of economic and social progress and development”. Kedua tujuan
PBB itu dicapai UNDP melalui pemberian bantuan teknis pada negara-negara berkembang,
demi terciptanya kesejahteraan dunia.
Dalam membantu pembangunan negara berkembang, kerja sama dalam bentuk
pemberian bantuan teknis (technical aid) sangat diperlukan dan esensial perannya. Bantuan
teknis tersebut dapat membantu negara berkembang untuk mencapai self-reliance dengan
memfasilitasi dan mendukung investasi, pembangunan sumber daya manusia, riset dan
pelatihan, dan dengan memperkuat kapabilitas nasional untuk pembangunan negara tersebut7.
Bantuan teknis yang diberikan juga berfokus pada usaha perbaikan perumahan, fasilitas
umum, pelayanan sosial. Kesemuanya dilakukan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
(living conditions) di negara berkembang, untuk membantu pembangunan kapasitas
pembangunan nasional, serta untuk membantu negara tersebut dalam berbagai masalah
sehubungan dengan kependudukan. Urgensi akan bantuan teknis bagi negara berkembang
inilah yang kemudian mendorong PBB untuk mendirikan suatu badan yang berfokus pada
usaha perbaikan kondisi pembangunan negara-negara berkembang.
Awal pembentukan UNDP sebenarnya bermula dari pembentukan “Expanded
Programme of Technical Assistance for Economic Development of Under-Developed
Countries” (EPTA) pada 1950. Dalam pembentukkannya, dikatakan bahwa EPTA akan :
1. Memberikan bantuan hanya dengan persetujuan dari pemerintah negara tersebut dan
hanya bila pemerintah negara tersebut mengajukan permintaan pada PBB,
2. Tidak menjadi alat untuk intervensi ekonomi luar negeri dan alat politik, dan tidak
memberikan perlakuan berbeda dikarenakan perbedaan struktur negara, ras, atau
kepercayaan,
3. Mengusahakan terciptanya kebutuhan spesifik seperti yang dikehendaki pemerintahan

7
Department of Public Information United Nations, Basic Facts about the United Nations, (New York : United
Nations Publications, 1989), hal. 100.
Page | 6
domestik8.
Selepas pembentukan EPTA, permintaan negara-negara berkembang akan adanya
bantuan teknis dan finansial untuk membangun negaranya semakin berkembang, sehingga
akhirnya PBB memutuskan untuk mendirikan satu badan lagi yang berfungsi sebagai badan
pelengkap EPTA, yaitu Special Fund for Economic Development (SUNFED). Berbeda
dengan EPTA, SUNFED lebih difokuskan pada usaha pencarian dan pengumpulan dana
untuk terlaksananya proyek-proyek yang dikerjakan EPTA. Pada Januari 1966, ECOSOC
PBB memutuskan untuk menggabungkan EPTA dan SUNFED ke dalam satu wadah, yaitu
United Nations Development Programme (UNDP).
UNDP memiliki dua macam program, program lima-tahun pembangunan, dan
program intercountry. Kedua program tersebut menyediakan dan mengkoordinasikan
aktivitas pembangunan di hampir setiap sektor ekonomi dan sosial termasuk di dalamnya,
pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan, manufaktur, energi, transportasi, komunikasi,
perumahan dan pembangunan gedung, perdagangan dan turisme, nutrisi, kesehatan, sanitasi,
perlindungan alam, pendidikan dan pelatihan, pembangunan masyarakat, kesejahteraan sosial,
perencanaan ekonomi, dan administrasi publik 9 . Proyek-proyek UNDP bertujuan untuk
membantu negara berkembang agar dapat menggunakan sumber daya alam dan sumber daya
manusianya dengan baik, meningkatkan standar kehidupan, mempertinggi produktivitas, dan
agar dapat berkontribusi pada perekonomian dunia10. Selain menjalankan tujuan tersebut,
UNDP juga bertugas untuk :
1. Eksekusi survey dan berbagai studi untuk mengetahui nilai ekonomi dari sumber daya
alam suatu negara dan untuk menemukan potensi-potensi lain dari negara tersebut demi
meningkatkan output negara dan distribusi barang dan jasa yang lebih luas,
2. Memperkuat sistem pendidikan dari sekolah dasar sampai tingkat universitas, serta
mendukung berbagai instruksi teknis dan profesional, dari pelatihan berbasis orientasi
kerja (work-oriented) sampai pada berbagai spesialisasi studi,
3. Membangun fasilitas untuk melaksanakan riset teknologi modern untuk mengatasi
masalah pembangunan, serta untuk mendistribusikan penemuan-penemuan baru dan
berbagai teknologi produksi,
4. Memperbaharui kapabilitas ekonomi nasional dan perencanaan pembangunan sosial

8
Soe Saing, United Nations Technical Aid in Burma, A Short Survey, (Singapore : Institute of Southeast Asian
Studies, 1990), hal. 12.
9
Department of Public Information United Nations, op.cit., hal 101.
10
Ibid, hal. 102.
Page | 7
negara bersangkutan11.
Hal yang perlu diperhatikan adalah, UNDP hanya dapat memberikan bantuan
pembangunan bila ada permintaan dari pemerintah negara yang bersangkutan sebagai respon
terhadap kebutuhan rakyatnya, dan proyek-proyek UNDP haruslah terintegrasi dalam rencana
nasional dan regional negara yang bersangkutan12.

2.2. Perkembangan UNDP


Saat ini, UNDP telah menjadi media terbesar bagi kerja sama pra-investasi dan
kerja sama teknis pembangunan13. UNDP telah aktif di lebih dari 166 negara berkembang
dan teritori, dengan kurang lebih 6000 proyek telah dilaksanakan dengan dibantu oleh 16
agensi spesial (specialised agencies) yang melibatkan paling tidak 8.000 pakar internasional
di berbagai bidang14. Hingga saat ini, UNDP telah memperoleh dana jutaan dollar Amerika,
yang kesemuanya berasal dari sumbangan negara-negara anggota PBB dan agensi-agensi
PBB lainnya. Delapan persen dari dana UNDP itu kemudian akan diarahkan untuk usaha
pembangunan di negara-negara dengan pendapatan per kapita di bawah $75015. UNDP juga
memainkan peran penting dalam memobilisasi investasi modal bagi pembangunan ekonomi
negara berkembang. Selama 25 tahun terakhir, aktivitas finansial UNDP terbukti telah
menstimulasi sedikitnya 98 milyar dollar Amerika dalam berbagai sektor publik dan privat16.
Hingga kini, hasil kerja UNDP dalam membantu kondisi pembangunan di
negara-negara berkembang (developing countries) dapat dikatakan telah menuai kesuksesan,
terbukti dengan banyaknya negara berkembang yang tadinya mendapat bantuan
pembangunan UNDP kini sudah mampu berdiri sendiri. David J. Whittaker malah
mengatakan UNDP adalah program PBB yang dinilainya paling berhasil, ia pun memberi
julukan “the first mammoth UN programmes”17 pada UNDP, yang sampai saat ini telah aktif
di lebih dari 160 negara dengan kurang lebih 6.000 proyek, mengkoordinasikan pembangunan
di hampir semua sektor ekonomi dan sosial.

2.3. Peran UNDP dalam Membantu Pembangunan di Burma


Salah satu negara di Asia Tenggara yang dapat dikatakan masih berada dalam

11
Ibid.
12
Ibid.
13
Ibid, hal. 101.
14
Whittaker, op.cit., hal. 26.
15
Department of Public Information United Nations, loc.cit., hal 101.
16
Ibid, hal. 102.
17
Whittaker, loc.cit., hal. 71.
Page | 8
kondisi belum mampu secara ekonomi adalah Myanmar. Tidak hanya tidak mampu secara
ekonomi, Myanmar jugalah merupakan negara yang masih belum stabil keadaan dalam
negerinya, dari sisi politik terutama. Pembangunan di Myanmar pun dapat dikatakan masih
rendah kualitas maupun kuantitasnya. Rakyatnya masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Kondisi Myanmar, yang bernama Burma ketika awal kemerdekaannya, yang masih rendah
kualitas dan kuantitas pembangunannya ini sangat kontras dengan misi utama UNDP,
mewujudkan negara yang mandiri (self-reliance) karena hingga saat ini Myanmar masih
belum merupakan negara yang mandiri dari segala sisi. Namun bukan berarti UNDP tidak
berbuat apa-apa untuk membantu pembangunan di Myanmar, terutama pada masa awal
berdirinya Myanmar. Faktanya, UNDP sebenarnya telah melakukan berbagai upaya untuk
membantu pembangunan di Myanmar (yang untuk selanjutnya disebut Burma, karena ketika
UNDP bekerja, negara tersebut belum mengalami pergantian nama menjadi Myanmar).
Burma memperoleh kemerdekaannya sejak 4 Januari 1948, dan ia bergabung dengan
PBB pada 19 April 1948. Sebagai anggota PBB yang masih berada dalam kondisi belum
berkembang, Burma mempunyai hak untuk meminta bantuan teknis pada PBB melalui UNDP,
dan hal tersebut dilakukan Burma pada awal tahun 1970-an, ketika Burma menyetujui upaya
UNDP untuk melakukan rencana pembangunan selama 20 tahun, yang dibagi menjadi lima
Rencana Empat-Tahun (Four-Year Plans). Saat itu diproyeksikan Burma akan mendapat
bantuan dana sebesar 500 juta dollar Amerika selama pelaksanaan lima Rencana
Empat-Tahun tersebut. Rencana Empat-Tahun itu sendiri mulai dilaksanakan pada Periode
Pertama yaitu tahun 1973-1977, dan direncanakan selesai pada tahun 1989. Rencana
Empat-Tahun itu sendiri dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
diberikan oleh Burma Socialist Programme Party (BSPP), partai yang ketika itu berkuasa di
Burma. Perencanaan pada level makro dilakukan oleh Menteri Perencanaan dan Keuangan
Burma, dan fungsi operasional diserahkan paada Departemen Perencanaan (Planning
Department).
Periode Pertama (yang dinamakan First Country Programme/CP I) bertujuan untuk
membantu pemerintah Burma untuk melakukan riset sehubungan dengan perencanaan
pendidikan, layanan kesehatan, perdagangan, ilmu kelautan dan berbagai teknologi mineral
terbaru; serta menyediakan bantuan bagi post dan telekomunikasi dan operasi komputer18.
Sementara dalam bidang pertanian, CP I bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
pertanian. Dalam praktiknya, CP I ternyata tidak berhasil dilaksanakan karena berbagai sebab,

18
Saing, loc.cit., hal. 24.
Page | 9
antara lain kesalahan dari formula kebijakan pemerintah Burma yang tidak beradaptasi
dengan rencana-rencana CP I, dan pengalaman administratif yang minim. Periode yang dapat
dikatakan cukup berhasil adalah Periode Kedua/CP II, yang dilaksanakan pada tahun
1974-1978. CP II berisi rencana-rencana investasi dan pemberian bantuan finansial sebesar
lebih dari 126 juta dollar Amerika (yang merupakan dana gabungan dari International
Development Association/IDA, Asian Development Bank/ADB, UNDP, dan dari
Pemerintahan Jerman) pada pemerintah Burma, serta pemberian jasa profesional dalam
bidang layanan kesehatan, pelatihan proyek telekomunikasi, dan peningkatan produktivitas
pertanian. Dari 35 proyek yang direncanakan pada CP II, 26 proyek berhasil diselesaikan.
Periode Ketiga dilaksanakan pada tahun 1979-1982, yang berfokus pada usaha riset
dan eksplorasi; pendidikan dan pelatihan; perencanaan, manajemen, dan pelayanan; serta
pra-investasi. Ketika itu terjadi hambatan di tahun 1981, yang menyebabkan seluruh proyek
yang sedang terjadi terhambat, namun masih banyak proyek yang berhasil dilaksanakan, salah
duanya adalah bidang pengajaran dan riset ilmu laut (Marine Science Teaching and Research)
yang merupakan proyek bersama UNDP dan UNESCO, dan sensus kependudukan yang
dilaksanakan tahun 1983 dan bekerja sama dengan UNFPA. Periode Keempat/CP IV
dilaksanakan pada 1982-1985 (tapi kemudian diperpanjang satu tahun menjadi sampai 1986).
Berbeda dengan periode-periode sebelumnya, CP IV lebih berfokus pada usaha
pemberdayaan sumber daya alam Burma, seperti usaha konservasi hutan, perikanan, dan
lingkungan yang dimotori UNDP; masalah air bersih sehubungan dengan adanya
International Drinking Water Supply and Sanitation Decade (IDWSSD); strategi pangan
nasional bekerja sama dengan World Food Council dan FAO, dan berbagai usaha lainnya. CP
IV juga mengikutsertakan WHO dalam usaha pengadaan layanan kesehatan yang memadai di
Burma. Bila Periode Keempat lebih dititikberatkan pada pengayaan sumber daya alam,
Periode Kelima/CP V dari Rencana Empat-Tahun yang diselenggarakan pada tahun
1986-1989 lebih dititikberatkan pada usaha modernisasi dan pembangunan, seperti
modernisasi sektor pertanian yang meliputi usaha diversifikasi dan peningkatan kapasitas
pertanian, pembangunan sektor agro-industri yang merupakan usaha intensifikasi antara
pertanian dan industri, pembangunan infrastruktur fisik untuk menunjang barang dan jasa dan
sumber energi nasional, serta pembangunan infrastruktur sosial yang berupa peningkatan
pelatihan dalam servis sosial19.

19
Ibid, hal. 30.
Page | 10
2.4. Analisa terhadap Peran UNDP di Burma
Dalam menanggapi peran UNDP di Burma, muncul berbagai opini positif dan
negatif. Pandangan positif pada peran UNDP di Burma mengatakan bahwa UNDP dinilai
memainkan peran yang vital sebagai katalis bagi investasi di Burma, karena UNDP bersama
World Bank dan Asian Development Bank telah menyediakan berbagai bantuan teknis
sehubungan dengan mobilisasi sumber-sumber keuangan Burma 20 . Pandangan positif
terhadap UNDP ini memandang hubungan UNDP yang erat dengan pemerintah Burma-lah
yang menyebabkan UNDP menjadi suatu organisasi yang unik, karena tidak seperti agensi
pemberi bantuan lain, gerak UNDP tidak dibatasi. Ia dapat bergerak ke sektor mana saja,
sesuai dengan permintaan pemerintah, tentunya. Pandangan positif pada peran UNDP di
Burma juga muncul sehubungan dengan besarnya bantuan finansial yang diberikan UNDP
pada pemerintah Burma, tercatat pada periode 1951-1966, UNDP dalam bentuk SUNFED
telah memberikan bantuan sebesar 22 juta dollar Amerika, belum termasuk berbagai bantuan
teknis yang diberikan UNDP pada Burma.
Walaupun harus diakui UNDP memang telah memberikan bantuan yang cukup
signifikan dalam bentuk finansial dan bantuan teknis, namun penulis rasa UNDP belum
berhasil melaksanakan fungsinya sebagai badan pembantu pembangunan di Burma. Mengapa?
Sebab bantuan-bantuan yang diberikan UNDP tidak lantas membuat Burma mandiri secara
pembangunan. Tujuan utama UNDP, yaitu membimbing dan membawa suatu negara yang
belum mampu dan belum berkembang ke arah kemandirian secara ekonomi dan
pembangunan, penulis rasa, belum tercapai di Burma. Terbukti hingga saat ini, Burma (atau
sekarang telah berganti nama menjadi Myanmar) masih merupakan negara dengan tingkat
pendapatan yang rendah. Walaupun tingkat pendapatan bukanlah indikator terciptanya
“pembangunan” menurut Michael P. Todaro seperti yang disebutkan pada bagian Kerangka
Konsep, namun penulis rasa tingkat pendapatan Myanmar yang rendah membuktikan negara
tersebut masih hidup dalam kondisi miskin. Selain itu, penulis memandang, unsur pertama
dari tata nilai inti pembangunan menurut Michael P. Todaro, yaitu kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar belumlah terwujud pada rakyat Myanmar secara mayoritas.
Masyarakat Myanmar, kenyataannya, masih belum bisa memenuhi beberapa kebutuhan dasar
misalnya seperti pangan yang harganya semakin melonjak belakangan ini. Ketidakmampuan
rakyat Myanmar untuk mandiri secara pembangunan dan ketidakmampuan rakyat Myanmar
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itulah yang menurut penulis membuktikan peran UNDP

20
Ibid, hal. 18.
Page | 11
dalam Burma sebenarnya gagal.

2.5. Kritik terhadap UNDP


Di sini penulis akan memaparkan beberapa kritik terhadap UNDP, secara general
dalam praktiknya di seluruh dunia, dan secara khusus dalam praktiknya di Burma.
Kritik pertama, terhadap prinsip dasar kerja UNDP, yang sangat dekat dengan
pemerintah negara objek bantuan UNDP. Menurut penulis, kedekatan UNDP dengan
pemerintah memang merupakan hal yang bagus karena berarti UNDP memiliki akses yang
lebih luas ke segala bidang pembangunan. Selain itu, kedekatan UNDP dengan pemerintah
juga berarti UNDP dapat lebih tepat sasaran dalam melaksanakan rencana pembangunan,
karena bagaimanapun pemerintah suatu negara pasti lebih mengetahui dan lebih paham
tentang keadaan rakyatnya, sehingga dengan bekerja sama dengan pemerintah dalam
menentukan rencana pembangunan, usaha UNDP dapat lebih maksimal, tepat sasaran, dan
tepat guna. Akan tetapi perlu diingat bahwa kedekatan UNDP dengan pemerintah dapat
menghambar keberhasilan UNDP tersebut dari segi penyampaian bantuan finansial. Ini
karena bantuan finansial yang diberikan UNDP tersebut seringkali tidak sampai ke tangan
rakyat yang membutuhkan, seringkali terjadi korupsi, penyelundupan dana, dan hal-hal yang
membuat rakyat pada akhirnya tidak merasakan bantuan finansial tersebut. Inilah mengapa,
kedekatan UNDP dengan pemerintah bisa menjadi boomerang bagi keberhasilan usaha UNDP
itu sendiri.
Kritik kedua pada UNDP menurut penulis adalah, seringkali usaha-usaha dan
proyek-proyek yang dilakukan UNDP itu tidak lantas membuat rakyat suatu negara menjadi
mandiri, sebaliknya yang sering terjadi adalah negara tersebut menjadi tergantung dengan
bantuan-bantuan yang diberikan UNDP. Bantuan-bantuan UNDP malah membuat suatu
negara terlena dan lupa bahwa sebenarnya bantuan itu hanya bersifat sementara. Bantuan
yang penulis maksud di sini bisa dalam berbagai bentuk, baik bantuan finansial ataupun
bantuan teknis. Dalam bentuk suntikan dana finansial, tentu saja hal itu akan membuat rakyat
suatu negara terlena dan lantas tergantung pada dana-dana UNDP tersebut. Dalam bentuk
bantuan teknis juga seperti itu, negara akan cenderung bergantung pada bantuan dari tenaga
ahli asing untuk mengatasi berbagai permasalahannya. Negara objek UNDP akan merasa
lebih aman untuk bergantung pada bantuan tenaga ahli asing. Sikap tergantung dan terlena
pada bantuan UNDP inilah yang menghambat munculnya kemandirian pembangunan di suatu
negara, dan tidak adanya kemandirian tentu berarti negara itu tidak akan sanggup bertahan
sendiri di dunia internasional.
Page | 12
BAB III
KESIMPULAN

Keadaan dunia pada masa Perang Dingin merupakan keadaan yang menuntut PBB
untuk lebih memperhatikan pembangunan negara-negara anggotanya, karena pada masa itu
banyak muncul negara-negara baru yang relatif masih membutuhkan bantuan PBB untuk
dapat mandiri secara pembangunan dan secara ekonomi. Kebutuhan yang tinggi akan bantuan
pembangunan itu mendasari PBB untuk mendirikan UNDP (United Nations Development
Programme) yang bertujuan membantu negara berkembang agar dapat melewati masa-masa
sulitnya sehingga dengan demikian dapat tumbuh menjadi negara yang mandiri. Dalam
praktiknya, UNDP bekerja sama dengan pemerintah negara objek proyek UNDP, baik dalam
perencanaan proyek sampai pada pelaksanaan proyek. Bantuan yang diberikan UNDP berupa
bantuan teknis, bantuan finansial, dan berbagai bantuan pelatihan—kesemuanya ditujukan
untuk membantu negara berkembang yang tadinya berada dalam kondisi pembangunan
rendah menjadi negara mandiri dengan kondisi pembangunan baik.
Dari semua upaya pembangunan yang dilakukan UNDP, salah satu proyek UNDP
adalah membantu pembangunan di Myanmar, ketika masa awal kebergabungannya dengan
PBB, yaitu dari tahun 1973-1989. Myanmar, yang ketika itu bernama Burma, pada waktu itu
merupakan negara yang baru merdeka dan masih membutuhkan bantuan UNDP untuk dapat
berkembang. Berbagai bantuan pun diberikan UNDP, baik dalam bentuk bantuan finansial
yang langsung diberikan pada pemerintah Burma, sampai pada berbagai rencana proyek dan
didatangkannya tenaga-tenaga ahli untuk memberikan pelatihan pada rakyat Burma. Proyek
UNDP yang dilaksanakan selama 18 tahun itu dikatakan cukup berhasil karena mayoritas dari
proyek yang direncanakan berhasil dilakukan. Namun walaupun proyek yang direncanakan
UNDP berhasil diselesaikan, namun tidak berarti pekerjaan UNDP di Burma dapat dikatakan
berhasil, sebab ternyata selepas kepergian UNDP terbukti Burma belum dapat mandiri secara
ekonomi dan pembangunan. Selepas kepergian UNDP, Burma kembali terpuruk seperti
kondisinya sebelum kedatangan UNDP. Ini membuktikan peran UNDP di Burma terbilang
gagal, karena gagalnya tercapai tujuan utama UNDP yaitu melahirkan Burma yang mandiri
dan berada dalam kondisi pembangunan yang baik.
Kegagalan UNDP dalam menangani Burma itu disebabkan oleh dua hal. Pertama,
karena kedekatan UNDP dengan pemerintah, yang disinyalir membuat berbagai bantuan
Page | 13
finansial yang seharusnya sampai ke tangan rakyat mengalami penyelundupan di tingkat
pemerintah. Tidak sampainya bantuan finansial tersebut tentu menyebabkan rakyat Burma
tidak merasakan dampak langsung dari upaya UNDP tersebut. Faktor kegagalan kedua adalah
ternyata upaya UNDP itu malah membuat rakyat Burma menjadi tergantung pada
bantuan-bantuan asing, baik dari segi bantuan finansial maupun dari segi bantuan teknis.
Berbagai bantuan yang diberikan UNDP malah membuat rakyat Burma terlena dan lupa
bahwa segala bantuan itu tidak permanen sifatnya. Ketergantungan rakyat Burma pada
bantuan-bantuan UNDP itulah yang menyebabkan tidak tumbuhnya kemandirian di dalam
Burma selepas kepergian UNDP.
Berbagai kritik sehubungan dengan aktivitas UNDP merupakan tantangan besar bagi
perkembangan UNDP di masa mendatang. Namun hingga kini, UNDP dapat dikatakan
merupakan organisasi internasional yang penting yang signifikan perannya dalam membantu
pembangunan negara-negara berkembang anggota PBB. Sehubungan dengan berbagai kritik
yang datang, UNDP perlu berbenah diri, agar berbagai kesalahan-kesalahan yang
diperbuatnya di masa lalu dapat dijadikan bahan perenungan di masa depan menuju
pembentukan UNDP yang lebih baik lagi.

Page | 14
DAFTAR PUSTAKA

Department of Public Information United Nations. 1989. Basic Facts about the United
Nations. New York : United Nations Publications.
Saing, Soe. 1990. United Nations Technical Aid in Burma, A Short Survey. Singapore :
Institute of Southeast Asian Studies.
Todaro, Michael P. 1994. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
United Nations. 1995. Basic Facts about the United Nations. New York : United Nations
Publications.
Whittaker, David J. 1997. United Nations in the Contemporary World. London : Routledge
Press, 1997.
Wilensky, Peter. 1993. “UN’s Structure in Post-Cold War Period” dalam Adam Roberts dan
Benedict Kingsbury United Nations, Divided World, The UN’s Roles in International
Relations. New York : Clarendon Press.

Page | 15

You might also like