Professional Documents
Culture Documents
Makalah
Diajukan Sebagai Ganti
Ujian Sisipan Satu untuk
Mata Kuliah Pengantar Jurnalistik
Oleh:
Christopher Allen Woodrich
NIM: 084114001
Yogyakarta, ..........................................
Penulis
KATA PENGANTAR
Atas bantuan mereka dalam penyelesaian makalah ini saya ingin ucapkan
terima kasih kepada orang-orang berikut:
2
• Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho, atas dukungannya dalam semua tugas
akademik.
• Drs. B. Rahmanto, M. Hum untuk segala ajarannya, baik yang terkait
dengan mata kuliah maupun yang dimaksud sebagai guyuan.
• Para wartawan Kompas untuk artikel-artikel mereka yang cukup
profesional dan menarik dibaca.
Makalah ini tidak sempurna dan apabila terjadi kekurangan saya mohon maaf
lebih dahulu. Terima kasih.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN I: 130 TRUK BBM DISIAGAKAN ....................................... 12
LAMPIRAN II: KEBEBASAN PERS TERANCAM ................................... 15
3
LAMPIRAN III: MUHAMMADIYAH HARI MINGGU .............................. 20
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ ii
4
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Tujuan dan Metode Analisis ....................................................... 1
C. Sistematika Penyajian ................................................................. 2
BAB II: PENGERTIAN DASAR TEORI PERS .......................................... 3
A. Sistem Pers Otoriter ................................................................... 3
B. Sistem Pers Liberal ..................................................................... 3
C. Sistem Pers Komunis .................................................................. 4
D. Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial .......................................... 4
BAB III: ANALISIS JENIS PERS INDONESIA .......................................... 6
A. Gaya Bahasa Artikel ................................................................... 6
B. Topik Artikel .............................................................................. 7
C. Sudut Pandang Artikel ................................................................ 8
BAB IV: PENUTUP ....................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11
LAMPIRAN ..................................................................................................... 12
BAB I: PENDAHULUAN
5
Telah diajarkan dalam mata kuliah Pengantar Jurnalistik bahwa ada
setidaknya empat jenis pers utama, yaitu pers otoriter, pers liberal, pers komunis, dan
pers tanggung jawab sosial. Keempat macam pers ini mempunyai tujuan dan unsur-
unsur tersendiri; oleh karena itu, cukup simpel menganalisis jenis pers apa saja yang
Secara historis, pers Indonesia (dan sebelumnya Hindia Belanda) tidak diberi
kebebasan untuk melaporkan hal yang bertentangan dengan tujuan pemerintah. Sejak
lahir pers Nusantara pada tengah abad kesembilan belas sampai dengan runtuhnya
Orde Baru pada tahun 1998 pers Indonesia dikendalikan dengan ketat. Akibatnya,
sampai dengan tahun 1998 sistem pers Indonesia adalah pers otoriter.
Namun, sistem pers Indonesia kini beda dari yang sebelumnya. Dalam
Akibatnya, kadang tidak diketahui kini pers Indonesia adalah pers semacam apa.
Indonesia pada zaman pasca-Soeharto ini. Jenis pers Indonesia ini akan dimasuk ke
Untuk mencapai tujuan itu, masalah akan dipecahkan dengan analisis gaya
dan inti dari dua artikel dan satu opini dari harian Kompas dan perbandingan dengan
6
C. Sistematika Penyajian
Makalah ini dibagi menjadi empat bab dan sepuluh subbab. Bab satu adalah
bab pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagai menjadi tiga
subbab dan menjelaskan latar belakang masalah, tujuan dan metode analisis, dan
sistem penyajian.
Bab dua terdiri dari empat subbab. Bab ini berfungsi sebagai informasi latar
belakang yang menjelaskan apa itu keempat teori pers. Terdapat dalam bab ini adalah
penjelasan pers otoriter, pers liberal, pers komunis, dan pers tanggung jawab sosial.
Bab tiga adalah analisis jenis pers Indonesia; ini dibagi dalam tiga subbab
yang terfokus pada satu aspek artikel per subbab. Dalam bab ini akan dipecahkan
apakah macam pers Indonesia menurut teori yang dipelajari dalam kelas. Analisis ini
dilakukan dengan cara memperbanding beberapa aspek artikel dari harian Kompas
Bab empat adalah penutup. Penutup ini merupakan kesimpulan dan saran dari
makalah ini.
7
Teori pers otoriter menyatakan bahwa pers berada untuk menyampaikan
segala tujuan pemerintah kepada rakyat. Pers ini lahir di Eropa pada abad kelima
absolute monarchy. Macam pers ini berkembang pada abad keenam belas tetapi saat
Oleh karena pers otoriter berada karena diizinkan pemerintah setiap penerbit
pers diawasi dengan ketat dan tidak boleh menghina pemerintah atau penguasa. Ini
jelas kelihatan pada Orde Baru. Pada saat itu, berbagai media pers didiri oleh
pemerintah, di antara lain RRI, TVRI dan Suara Karya. Untuk terus-menerus menerbit
setiap pers perlu Surat Izin Cetak, Surat Izin Usaha Penerbitan Pers dan sebagainya
(Rahmanto, 2009).
Pers liberal lahir pada abad ketujuh belas dan berkembang dalam abad-abad
yang disebabkan revolusi industrial; pada saat itu manusia diakui sebagai makluk
Fungsi pers liberal tidaklah terbatas pada mengungkapkan fakta, tetapi juga
untuk memberi hiburan. Ada pula fungsi untuk bertentangan dengan pemerintah dan
monolopinya dalam komunikasi. Oleh karena fungsi-fungsi itu, pers liberal sering
8
ucapkan rahasia pemerintah sebagai akibat dari investigative reporting dan protes
keras ketika ada undang-undang yang membatasi kebebasan pers (Rahmanto, 2009).
Pers komunis lahir agak mirip pers otoriter, tetapi lebih terkendali oleh
pemerintah. Lahir di Uni Soviet pada awal abad kedua puluh dengan runtuhnya
keczaran Rusia, pers komunis berdasarkan teori-teori Karl Marx tentang sosialisme.
komunis, di antara lain Republik Rakyat Cina, Viet Nam, Korea Utara, dan Kuba
(Rahmanto, 2009).
Dalam pers komunis, pers dianggap sebagai alat propaganda partai (penguasa)
dimaksud sebagai alat propaganda, pers komunis sangat terbatas dalam apa yang bisa
dilaporkan. Semua macam pers milik negara dan disensor oleh negara. Sama sekali
tidak boleh ada kritik terhadap partai ataupula tujuannya (Rahmanto, 2009).
Sistem pers tanggung jawab sosial muncul sebagai perkembangan dari pers
liberal pada abad kedua puluh karena pers liberal dianggap terlalu menipu
masyarakat. Dalam sistem pers ini, pers berdiri terpisah dari pemerintah, tetapi wajib
mengendalikan diri sesuai dengan kode etik pers. Dalam kata lain, dalam sistem pers
9
tanggung jawab sosial pers harus coba untuk melaporkan kebenaran saja dan bukan
Oleh karena ada self-control itu, pers tanggung jawab sosial dianggap
dan bias, pers harus bersifat objektif dalam pelaporan peristiwa. Pers juga harus
bersifat nonpartisan dan tidak memihak-pihak dalam isu-isu sosial ataupun pilihan
10
BAB III: ANALISIS JENIS PERS INDONESIA
Gaya bahasa ketiga artikel / opini yang dianalisis cukup standar. Jarang
inflammatory atau sensasionalis yang sering dijumpai dalam pers liberal dan tabloid
Tingkat bahasa cukup sederhana dan dapat dimengerti oleh sebagian besar
pembaca. Tatkala ada kata atau istilah yang agak spesialis, misalnya kata “hasiab”
diartikan. Walaupun ini tidak menandai satu macam pers tertentu, ini memperluas
dengan pers otoriter, pers komunis dan pers tanggung jawab sosial. Misalnya, dalam
artikel “130 Truk BBM Disiagakan” (selanjutnya disebut 130 TBD) terdapatlah
kalimat “Sepeda motor terlihat mendominasi lalu lintas, terutama pada pagi hari”
yang bersifat cukup objektif. Bisa saja dalam pers liberal kalimat itu berbunyi
(selanjutnya disebut KBT) bersifat menegaskan. Ada beberapa kalimat yang diulang-
11
dan “antikebebasan pers” digunakan berkali-kali. Sifat pengulangan dan penegasan
Macam pers Indonesia juga ditandai oleh pilihan judul dan by-line artikel.
Konotasi bisa terbawa dari keterkaitan dua frase di atas artikel. Contohnya, dalam
artikel MHM ada by-line “Pemerintah Belum Memutuskan Tanggal Idul Fitri.”
Ketika hanya judul dan by-line artikel dibaca ada penangkapan bahwa pemerintah
tidak efisien; kritik pemerintah ini sesuai dengan pers liberal atau pers tanggung
jawab sosial.
b) Topik Artikel
Topik artikel (apa yang dibahas dalam artikel) dapat menandai orientasi pers
oleh karena pelesapan adalah cara objektif menyampaikan pikiran. Dalam kata lain,
dengan melesap informasi yang tidak sesuai dengan sudut pandang seorang wartawan
artikelnya.
Dalam kedua artikel yang dianalisis, topik artikel adalah sesuatu yang sangat
berguna bagi sebagian besar masyarakat. Dalam artikel 130 TBD, masyarakat diberi
tahu bahwa telah disediakan bensin ekstra untuk pompa-pompa di Sumatera; dengan
pengetahuan itu masyarakat tidak perlu buru-buru isi bensin dan menyebabkan macet.
menetapkan hari Idul Fitri pada hari Minggu; untuk kaum Islam, pengetahuan awal
12
hari raya ini dapat bantu mereka siapkan diri untuk Lebaran dengan cara menentukan
baru yang menentukan hukum berat untuk pelanggaran rahasia negara. Topik ini
bertentangan dengan posisi pemerintah dan karena itu membuktikan bahwa pers tidak
dipeliharakan seratus persen oleh pemerintah; dalam kata lain, pers Indonesia
Sudut pandang (point of view) ditandai oleh beberapa bagian artikel, di antara
lain diksi, pilihan informasi, pelesapan informasi, kelengkapan artikel, dan juga
dengan tempat letaknya artikel dalam koran. Misalnya, artikel-artikel yang dianggap
penting oleh pers diletakkan di halaman-halaman depan dengan artikel yang besar.
Dalam artikel 130 TBD, sudut pandang cukup objektif. Contohnya, pada akhir
artikel diberi pernyataan oleh wakil pemerintah bahwa takkan ada hambatan yang
berarti dalam perjalanan. Pernyataan ini diseimbangi dengan informasi bahwa jumlah
pemudik bermotor meningkat dan mulai dominasi jalan pada pagi hari. Oleh karena
ada keseimbangan informasi itu, pembaca tidak dipersuasi setuju dengan laporan oleh
antara lain, ketika judul dibaca bersama by-line ada pesan ketidakefisienan
13
pemerintah. Apalagi, walaupun pemerintah diberi lebih banyak kutipan dan fokus
dalam artikel ada pula pernyataan yang terdengar agak menghina. Misalnya,
kali dalam artikel. Kritik pemerintah ini sesuai dengan pers liberal atau tanggung
jawab sosial.
Sudut pandang yang paling jelas terletak pada opini KPT, yaitu posisi anti-
mendalam dalam opini yang penuh emosi. Namun, pembaca tidak diberi kutipan
langsung dari undang-undang tersebut atau lihat semua ayat dan pasal dalam konteks
ataupun komentar dari ahli. Akibatnya, terjadi pelesapan informasi yang cukup besar
dalam opini ini yang mewarnai penangkapan masyarakat. Ini mencerminkan sistem
pers liberal.
14
BAB V: PENUTUP
Dari informasi di atas dapat dimengerti bahwa pers Indonesia pada saat ini
pasti bukan pers otoriter ataupun pers komunis. Pers Indonesia pada saat ini lebih
mengarah ke pers tanggung jawab sosial, yang menjaga sikap dan nama baik dengan
Namun, ada pula beberapa aspek pers liberal yang masih terasa dalam pers
Indonesia pada saat ini. Opini seperti KPT reaksionis dan terbawa emosi, bukan
memeriksanya dengan ahli dalam bidang itu; dalam kasus KPT, ahli hukum.
Oleh karena itu, pers Indonesia moderne tidak dapat disebut seratus persen
pers tanggung jawab sosial. Namun, bisa dikatakan bahwa pers Indonesia pada saat
ini bersifat tanggung jawab sosial dalam artikel tetapi liberal dalam opini.
Agar bisa lebih dipercaya rakyat sebaiknya pers Indonesia ingat pada
kedudukannya sebagai pelapor peristiwa penting yang berguna untuk rakyat. Apabila
ada sesuatu yang sangat memarahkan, sebaiknya opini tentang itu mengkritik dengan
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
minyak jenis solar, premium, dan pertamax di sejumlah titik jalan di Sumatera bagian
selatan. Truk-truk itu membawa cadangan pasokan BBM untuk stasiun pengisian
penyiagaan 130 truk tangki BBM itu seiring dengan pengerahan tim satuan tugas
“Salah satu titik utama penempatan truk BBM itu di jalan linatas timur, yang
merupakan jalan utama di arus mudik dan balik. Ada 18 SPBU di jalintim yang
dipantau,” katanya.
dilakukan agar truk cepat sampai ke SPBU jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Sebanyak
17
Roberth juga menjelaskan, sebagian truk BBM itu milik Pertamina dan ada
Lintasi Nagreg
Nagreg di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dari arah barat ke timur. Namun,
Arus mudik dari Jakarta ke Kota Semarang atau kota-kota lain di Jateng juga
Jateng Kris Nugroho mengatakan belum ada perbedaan yang mencolok dibanding
hari-hari sebelumnya.
jalan yang sebelumnya dalam perbaikan sudah dapat dilalui pada 10 hari sebelum
Lebaran (H - 10).
berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas saat arus puncak, yaitu H - 4 dan H -
3. Sebanyak 17 jembatan timbang di Jateng kami fungsikan untuk posko dan dapat
lalu lintas, terutama pada pagi hari. Pelat nomor kendaraan mereka berasal dari
18
Jakarta, Bandung, Cirebon, dan Lampung. Sebagian besar pengendara sepeda motor
(ONI/ADH/ELD/UTI/WIE)
19
Lampiran II: Kebebasan Pers Terancam
Tahun 2008 dapat disebut sebagai tahun yang paling mengancam kebebasan pers.
Pemerintah dan DPR menerbitkan lima UU, tiga di antaranya – UU Informasi dan
pers.
Tahun 2009, menjelang masa bakti DPR 2004 - 2009 berakhir, pemerintah
dan DPR menyiapkan RUU Rahasia Negara (RUU RN) yang lebih represif
melarang rahasia negara dipidana denda Rp. 50 miliar - Rp. 100 miliar. Ancaman
Ayat (2), perusahaan pers pelanggar ketentuan itu dapat dibekukan atau dicabut
izinnya dan dinyatakan sebagai korporasi terlarang. Pasal 44 Ayat (1), pelanggar
ketentuan rahasia negara - termasuk pers - dapat dipidana penjara tujuh tahun - 20
tahun. Ketentuan paling singkat tujuh tahun berintensi agar wartawan pelanggar dapat
20
Berdasarkan Pasal 11 dan 12, Presiden dapat mendelegasikan penetapan
rahasia negara kepada pimpinan Lembaga Negara. Ketentuan berikut terkait standar
Mengancam Pers
pada era Orde Baru, UU Pokok Pers (No. 11/1966 junto No. 21/1982) melarang
Peraturan Menteri No. 1/1984, Menpen berwenang mecabut surat izin usaha
penerbitan pers.
Sudarsono, sebagai wakil pemerintah dalam pembahasan RUU RN, di Dewan Pers
besar informasi dapat diakses publik, sebagian kecil dikecualikan sebagai rahasia
21
RUU RN tidak memedomani Pasal 28F UUD 1945 bahwa rakyat mempunyai
informasi.
Pers). Sesuai UU Pers, pertama, perusahaan pers tidak boleh diberedel dan dihukum
korporasi terlarang dapat dipidana penjara paling lama dua tahun sesuai Pasal 18
Ayat (7).
diselesaikan dengan hak jawab. Jika pengadu tidak puas atas putusan Dewan Pers
dapat menempuh jalur hukum. Ancamannya, pers teradu dapat dipidana denda paling
Berdasar konsep kebebasan pers yang dianut UU Pers, kriminalisasi pers dan
pidana denda dengan jumlah besar akan melumpahkan fungsi kontrol sosial pers.
pengawasan, kritik, koreksi, dan sarana terhadap hal-hal yang terkait dengan
Pelaksanaan amanat itu adalah bagian kontribusi pers dalam membantu pelaksanaan
22
Masalahnya, bagaimana pers dapat melaksanakan amanat itu jika RUU RN
justru (1) menerapkan rezim ketertutupan, (2) mengancam pers dengan penjara dan
Televisi Indonesia (IJTI), Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS), Yayasan SET,
Lokal (IPML), serta Forum Pemantau Informasi Publik – bertemu Komisi I DPR
dan masukan masyarakat pers yang telah disampaikan kepada Menhan sebulan
Saat penulis bertemu Agus Brotosusilo, Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang
perusahaan pers sebagai korporasi terlarang dihapus. Ancaman pidana penjara turun,
paling singkat empat tahun, denda menjadi maksimal Rp. 5 miliar. Atas perubahan
itu, dosis sianida RUU RN dikurangi, tetapi masih mengancam kebebasan pers.
23
Kesimpulan
Dari desain RUU RN itu dapat disimpulkan, pertama, harapan rakyat agar
bersih dikhawatirkan kian sulit terwujud. Ancaman penjara dan denda besar akan
bahkan berpotensi menutup akses publik dan pers atas sumber informasi yang
LEO BATUBARA
24
Lampiran III: Muhammadiyah Hari Minggu
Syawal 1430 Hijriah jatuh pada 20 September 2009, Muhammadiyah mengacu pada
Sementara itu, Departemen Agama dan Majelis Ulama Indonesia baru akan
melangsungkan siding isbat penetapan hari Idul Fitri pada hari Sabtu (19/9).
Fatah Wibisono mengatakan, hasil hisab itu sudah dicantumkan dalam maklumat PP
Syawal, dan 1 Zulhijah tertanggal 23 Juli 2009. Penetapan berdasarkan siding hasil
2009.
“Majelis memedomani hisab hakiki wujudul hilal dan hasilnya 1syawal 1430
Hijriah jatuh pada 20 September 2009,” ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta,
Minggu.
pemerintah belum menentukan Idul Fitri secara resmi. Rencananya Depag baru akan
25
Hargai
tanggal Idul Fitri. Hal itu adalah hak setiap organisasi massa dalam menentukan hari
raya keagamaan yang disesuaikan dengan keyakinan dan cara perhitungan masing-
Berdasarkan hisab atau perhitungan mereka, Idul Fitri jatuh pada hari Minggu,”
ujarnya.
Dalam siding itu, semua ormas Islam, termasuk Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah, akan diundang dan dilibatkan dalam Dewan Hisab dan Rakyat
Departemen Agama.
hari Idul Fitri oleh Depag sebagai wakil pemerintah juga bukan untuk kepentingan
menunggu siding isbat dan merayakan Idul Fitri tahun ini dengan mengikuti
keputusan pemerintah.
penetapan awal bulan, yakni hisab dan rukyat hilal. Hasil kedua metode itu bisa saja
berbeda.
Hisab hakiki merupakan penghitungan awal bulan dalam tahun Hijriah, yang
antara lain menggabungkan ilmu falak dan matematika. Sementara rukyat hilal
26
mengutamakan pengamatan langsung hilal atau bulan sabit pada hari pertama sebagai
(RAZ/REK)
27