Professional Documents
Culture Documents
Program Linear, pasti kebanyakan kita diam atau bengong. Kalaupun njawab, pasti
asal2an dan sekenanya. Tapi kalau ditanya, siapa yang mau punya pendapatan maksimal
dengan pengeluaran minimal, pasti banyak yang tunjuk jari. Padahal, Program Linear
itulah, salah satu solusi untuk memperoleh hasil maksimal tadi.
Yang belum pernah berdomisili di kelas XII (atau kelas 3) SMA atau SMK pasti salah
paham dengan judul yang saya tulis, karena Program Linear yang saya maksud hanya ada
di Pelajaran Matematika kelas XII.
Sebenarnya topik tersebut bisa membantu menyelesaikan persoalan biasa yang dijumpai
dalam kehidupan sehari2, tapi jarang yang menerapkannya. Anggapan bahwa
Matematika itu sulit sudah terlanjur menjadi anggapan umum, bahkan sebagian ada yang
merasa bahwa Matematika itu hanya ada di sekolah.
Permasalahan yang bisa diselesaikan dengan Program Linear adalah yang berkaitan
dengan memaksimalkan ataupun meminimalkan sesuatu. Beberapa contoh permasalahan
sehari2 yang bisa diselesaikan dengan Program Linear secara akurat misalnya seperti
berikut ini.
Kita tak bisa menyederhanakan permasalahan dengan hanya melihat keuntungan kue B
yang lebih besar, lalu bahan yang ada dibikin kue B semua. Kalau itu yg dilakukan, maka
ketika gula sudah habis, terigunya masih sisa. Ini artinya jumlah kue yang diproduksi
pastilah jumlahnya tidak maksimal, dengan kata lain keuntungan yang didapatpun pasti
tidak maksimal pula.
Apakah itu artinya harus buat kue A saja?. Tentu inipun akan terjadi hal serupa, ketika
terigunya habis, masih tersisa gula karena kue A membutuhkan terigu yang lebih banyak
ketimbang kue B.
Jadi mesti dibuat dalam dua jenis, yaitu sebagian dibuat kue A dan sebagian kue B. Lha
untuk menghitung masing2 berapa biji itulah kita musti gunakan Program Linear.
Dalam kenyataannya, nggak bakal ada perusahaan yang mau repot menyelesaikannya
dengan Program Linear. Kenapa?. Pertama, manajemen kita kebanyakan menggunakan
manajemen teplak-teplok dan tak taat azas, artinya kalau ada bahan tersisa, biasanya
langsung ditambahkan ke adonan, atau disimpan kembali untuk produksi berikutnya, atau
dibuat kue jenis lain dan dijual tersendiri. Yang lebih parah adalah mengurangi ukuran
maupun bahan.
Pertanyaannya, harus beli masing2 berapa biji agar anjuran dokter terpenuhi tapi uang
yang dikeluarkan seminim mungkin?.
Dan lagi2 pastinya nggak ada pasien yang mau repot gunakan Program Linear untuk
menyelesaikan kasus ini, karena bisa2 malah penyakitnya tambah satu lagi yaitu sakit
kepala.