Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
1
Sedangkan dalam GSPS 2008 menunjukkan, Indonesia menempati
peringkat ke-12 atas pemakaian software tanpa lisensi. Peringkat itu
tidak berubah dibandingkan posisi tahun sebelumnya. Namun angka
kerugian akibat software piracy di Indonesia pada tahun 2008
mencapai US$ 544 juta, atau naik cukup tajam dibandingkan angka
kerugian tahun sebelumnya US$ 411 juta.
Di Indonesia pembajakan terhadap piranti lunak komputer
bukanlah hal yang aneh. Kondisi itu terjadi karena memang daya beli
masyarakat Indonesia yang masih rendah, sehingga piranti lunak
bajakan merupakan solusi sementara untuk tetap bisa menggunakan
TI. Namun perlu diingat kondisi tersebut tidak bisa digunakan secara
terus-menerus. Terlebih lagi, pembajakan melanggar hak kekayaan
intelektual (HKI) sebagaimana diatur dalam UU 19 tahun 2002
tentang Hak Cipta.
Selain pelanggaran terhadap HKI, pembajakan piranti lunak
praktis berdampak ekonomis terhadap Indonesia berupa sanksi
dagang oleh negara lain. Sebagai contoh, sebelum USTR (United
States Trade Representative/Kantor Perwakilan Dagang Amerika
Serikat) mengeluarkan daftar peringkat negara yang termasuk sering
melanggar HKI pada tahun 2006, Indonesia telah masuk dalam
priority watch list. Kondisi itu sedikit lagi menyebabkan Indonesia
masuk ke dalam foreign country dan mendapat sanksi dagang.
Lebih parah lagi, pemakaian software ilegal juga tidak
melindungi konsumen atau perusahaan dari kemungkinan resiko
hukum dan denda yang tinggi, serta dapat merusak reputasi apabila
tertangkap pihak yang berwajib. UU tentang Hak Cipta telah
mengatur, jika ditemukan adanya penggunaan software bajakan
maka perusahaan dan manajemen senior perusahaan tersebut
dapat dihukum maksimal tujuh tahun penjara dan denda sebesar Rp
5 miliar.
Perjuangan memberantas pembajakan, mungkin terlalu besar
untuk dibebankan pada beberapa lembaga yang terlibat. Di sini
peran aktif masyarakatlah yang merupakan kunci dari keberhasilan
upaya memberantas pembajakan. Pemerintah sendiri secara aktif
sudah melaksanakan kampanye nasional yang berlangsung mulai 1
Februari hingga 30 Juni 2009. Kampanye ini dirasa perlu lantaran
praktek pembajakan software berada dalam situasi memprihatinkan.
Hasilnya cukup efektif, setidaknya ada sembilan industri
software yang mendukung kampanye ini. Tiga perusahaan
multinasional yang bergabung adalah Autodesk, Microsoft, dan
Symantec. Sedangkan enam perusahaan lagi adalah perusahaan
2
lokal yaitu Andal Software, Bamboomedia, Collega Inti Pratama,
Intelix, SPSS Indonesia, dan Zahir.
Kampanye Tim Nasional ini secara konkret dilakukan melalui
berbagai program. Misalnya direct mailer program dengan
mengunjungi para CEO sekitar 20 ribu perusahaan lokal dan
multinasional di Indonesia, mengirim surat ke mal-mal atau pusat
pembelanjaan agar tidak memberikan tempat/ruang sewa bagi
pedagang yang menjual produk bajakan, serta penyediaan paket
stimulus dari para produsen software seperti memberikan diskon
untuk pembelian produk software mereka.
Sejatinya jika pembajakan software ilegal bisa ditekan melalui
kampanye nasional, maka posisi Indonesia di mata dunia
internasional tentunya semakin dihargai. Terbukti USTR telah
menurunkan status Indonesia dari daftar priority watch list ke watch
list. Artinya, Amerika Serikat telah mengubah persepsinya terhadap
Indonesia sebagai negara dengan tindakan pembajakan tinggi di
dunia.
**
DALAM suatu kesempatan, Menristek Kusmayanto Kadiman
pernah mengungkapkan, untuk mencegah terjadinya pembajakan di
bidang HKI khususnya tentang pelanggaran penggunaan komputer,
pemerintah memiliki kewajiban memberikan opsi. Itu artinya rakyat
lah yang berhak memilih apakah menggunakan komputer legal
dengan membayar lebih, atau menggunakan komputer berbasis
open source yang lebih murah.
Sejak semangat Indonesia, Go Open Source! (IGOS)
diluncurkan, Kementerian Negara Ristek mendeklarasikan seluruh
komputer yang ada 100% legal sejak September 2006. IGOS
sebagai sebuah semangat gerakan meningkatkan penggunaan dan
pengembangan perangkat lunak sumber terbuka di Indonesia,
dideklarasikan pada 30 Juni 2004 oleh 5 kementerian yaitu
Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Departemen Komunikasi
dan Informatika, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Departemen Pendidikan Nasional.
Gerakan ini melibatkan seluruh stakeholder TI (akademisi,
sektor bisnis, instansi pemerintah dan masyarakat), yang dimulai
dengan program menggunakan perangkat lunak sumber terbuka di
lingkungan instansi pemerintah. Diharapkan langkah ini dapat diikuti
oleh semua lapisan masyarakat dengan menggunakan perangkat
lunak legal.
3
Gerakan ini memiliki sasaran memberikan lebih banyak
alternatif perangkat lunak yang dapat digunakan masyarakat secara
legal dan terjangkau. Dampak positifnya jumlah pengguna komputer
meningkat, kemampuan riset dan pengembangan teknologi
informasi nasional bidang perangkat lunak juga meningkat, serta
mampu menciptakan kompetisi pengembangan teknologi informasi
agar bisa bersaing di percaturan global.
Di sejumlah negara di dunia, penerapan Open Source Software
(OSS) sudah mampu memberikan nilai tambah tersendiri bagi
negara yang bersangkutan. Seperti Jerman yang telah menerapkan
standar dan struktur aplikasi e-goverment berbasis OSS dengan
pertimbangan faktor keamanan. Brasil berhasil mendorong
pemanfaatan OSS untuk pemerintah. Pemerintah Denmark
menggunakan OSS dalam e-goverment untuk membuka pasar
perangkat lunak yang kompetitif. Bahkan negara tetangga kita,
Malaysia secara resmi mendanai studi yang menyarankan
penggunaan OSS.
Sebagai negara yang berpikiran maju, tentu saja Indonesia
tidak mau kalah begitu saja. Saat ini pemanfaatan perangkat lunak
legal dan OSS, sedang gencar-gencarnya diterapkan di instansi
pemerintah. Sebab pengembangan dan pemanfaatan OSS,
merupakan salah satu langkah strategis dalam mempercepat
penguasaan TI di Indonesia. Sebab itu, guna memperoleh manfaat
optimal, perlu dilakukan langkah-langkah menggunakan perangkat
lunak legal di setiap instansi pemerintah, menyebarluaskan
pemanfaatan OSS di Indonesia, menyiapkan panduan (guideline)
dalam pengembangan dan pemanfaatan OSS, mendorong
terbentuknya pusat-pusat pelatihan, competency center dan pusat-
pusat inkubator bisnis berbasis open source di Indonesia, serta
mendorong dan meningkatkan koordinasi, kemampuan, kreativitas,
kemauan dan partisipasi di kalangan pemerintah dan masyarakat
dalam pemanfaatan OSS secara maksimal.
Bila kondisi semacam ini mampu disinergikan, Indonesia
memiliki peluang besar untuk dapat memanfaatkan OSS dalam
kehidupan. Siapa pun bisa bebas-bebas saja mengembangkan open
source. Namun dengan sumber daya yang terbatas, dibutuhkan
suatu panduan penelitian di bidang open source agar bisa sinergi.
Dengan kata lain, suatu upaya secara nasional untuk memperkuat
sistem TI nasional serta untuk memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi global melalui pengembangan dan pemanfaatan
OSS, sudah sangat diperlukan saat ini.
4
Ke depan, open source bukan sekadar produk yang dapat
menggantikan software-software mahal, tetapi lebih pada terbukanya
peluang berinovasi dengan kode-kode yang terbuka untuk
dikembangkan menjadi berbagai aplikasi lainnya. Ini yang
membedakan dengan software pro yang dijual dengan harga
puluhan hingga ribuan dolar AS. Jadi kalau tidak sekarang kapan
lagi masyarakat di tanah air dapat memanfaatkan OSS. Ayo
bersama kita bias.
**
BIODATA
5
6
Bertahan Hidup Dengan Open Source
ABSTRAK
Mengubah kebiasaan seseorang ke sesuatu hal baru merupakan
hal yang tidaklah mudah, untuk itu diperlukan waktu yang tidak
singkat. Begitu pula halnya dalam penggunaan piranti lunak,
sebagai contoh dalam menggunakan piranti lunak proprietary
(commercial) kemudian beralih ke piranti lunak berbasis open
source (open source software).
Kebijakan PT. AMS yang sukses melakukan migrasi dari piranti
proprietary ke piranti lunak open source mementahkan stigma
negatif yang beredar, bahwa menggunakan Open Source itu
sulit. Namun demikian, tak berarti migrasi tersebut berlangsung
tanpa hambatan. Tantangan terbesar datang dari karyawan
perusahaan itu sendiri, sebagian karyawan, mungkin itu adalah
untuk kali pertama mereka bersentuhan dengan piranti lunak
Open Source setelah bertahun-tahun menggunakan komputer
dengan software proprietary. Ketakutan terbesar muncul dari
pengguna komputer ketika ditawarkan untuk hijrah ke Open
Source. Seperti adanya anggapan akan sulit terhubung atau
tidak support (interoperability) dengan perangkat lain.
Jika perusahaan tetap mengambil sikap mengalah dan
membiarkan karyawan tetap menggunakan software ilegal,
maka hal ini sama dengan membiarkan bom waktu yang
sewaktu-waktu dapat meledak mengguncang.
Dengan keberanian PT. AMS beralih/bermigrasi ke piranti lunak
open source ini, dan dengan keyakinan bahwa dengan
kebijakan baru ini tidak mengubah produktivitas perusahaan,
maka instansi ini dianggap pantas menerima Open Source
Award dari Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri
Komunikasi dan Informatika di ajang IGOS Summit II Mei 2008.
7
Dengan blak-blakan, salah satu petinggi perusahaan ini pun
mengaku bahwa alasan utama yang mendorong perusahaannya
memilih Open Source adalah karena masalah efisiensi biaya.
Mereka menganggap bahwa dengan menggunakan Open Source
pengeluaran mereka untuk mendanai penggunaan aplikasi dapat
ditekan seminimal mungkin.
Dan keyakinan itu ternyata manjur. Sebab, perusahaan tak
perlu lagi membeli lisensi layaknya software proprietary, namun
tetap saja bukan berarti pula tak ada biaya yang dikeluarkan sama
sekali. Sementara penghargaan Open Source Award yang diberikan
langsung oleh Menristek Kusmayanto Kadiman yang kala itu
didampingi Menkominfo Mohammad Nuh boleh dianggap sebagai
hadiah tambahan atas 'keberanian' mereka
Mengapa disebut 'berani'? Pasalnya, PT AMS sukses
mementahkan stigma negatif yang beredar hingga saat ini yang
menyatakan bahwa menggunakan Open Source itu sulit. Pun
demikian, tak berarti migrasi dari proprietary ke Open Source
semulus yang dibayangkan. Tetap saja ada tantangan yang
menyertai, yang terbesar datang dari karyawan perusahaan itu
sendiri.
Ya, masalah utama yang dimaksud adalah kebiasaan. Bagi
sebagian karyawan, mungkin itu adalah kali pertama mereka
bersentuhan dengan software Open Source setelah bertahun-tahun
menggunakan komputer dengan dicekoki software proprietary. Hal
ini pula yang menjadi ketakutan terbesar pengguna komputer lain
ketika disodori untuk hijrah ke Open Source. Enggan untuk
beradaptasi dari awal dan menganggap Open Source sulit terhubung
atau tidak support (interoperability) dengan perangkat lain.
Namun ketakutan tersebut nyatanya mampu dipatahkan oleh
PT AMS. Hanya saja perusahaan harus berani mengambil
ketegasan alias diperangi dengan kebijakan 'tangan besi'. Jika
kebijakan sudah ditetapkan maka mau tak mau para karyawan
'dipaksa' untuk belajar kembali mengenai seluk beluk software yang
baru dikenalnya tersebut. Jika hal itu tekun dilakukan, niscaya tak
butuh waktu lama mereka sudah mahir dan terbiasa dengan Open
Source.
Selain itu, saat ini Open Source tak lagi kaku seperti beberapa
tahun lalu. Tampilan (interface) yang disajikan sudah user friendly
bak software proprietary. Sementara interoperability atau aplikasi
pendukung dengan perangkat lain pun sudah banyak tersedia,
seperti untuk printer, scanner hingga modem internet 3G. Jadi
8
buanglah jauh-jauh mimpi buruk seputar Open Source karena
memang tak semenyeramkan yang dikira.
*Bom Waktu *
9
lain, jika diibaratkan ada 100 komputer maka 85 diantaranya
menggunakan software bajakan.
Nah, sekarang coba sebutkan software apa yang paling sering
digunakan pengguna komputer Tanah Air? Sulit untuk
mengingkarinya, namun harus diakui software besutan Microsoft
seperti sistem operasi Windows serta aplikasi perkantoran Microsoft
Office masih menjadi pilihan utama. Sehingga jika perusahaan milik
Bill Gates tersebut menjalankan tindakan represif maka tak
terbayangkan berapa banyak perusahaan di Indonesia yang kocar-
kacir lantaran menggunakan software ilegal.
*Bertahan Hidup *
10
Bagi pebisnis atau pengembang software Open Source pun
bukan berarti tak bisa bertahan hidup. Seperti yang telah disebutkan
di atas bahwa kacamata bisnis Open Source tak melulu harus
berjualan lisensi, namun juga bisa mengambil sisi komersialnya dari
memberikan jasa.
**
BIODATA
11
12
BUKA MATA, BUKA HATI, BUKA PIKIRAN
ABSTRAK
MORPHEUS
NEO
MORPHEUS
13
Apa itu Open Source?
Sebelum berkenalan dengan open source, ada baiknya kita
kenali dahulu berbagai jenis software menurut biaya lisensi dan
ketersediaan source-codenya. Menurut Robert Charpentier dan
Richard Carbone (2004), berbagai jenis lisensi software dapat
disusun dalam taksonomi berikut:
Taksonomi Software
Pada gambar di atas, ada dua lisensi utama, yaitu free (gratis)
dan propietary yang meminta kompensasi biaya atas pembelian atau
penggunaan perangkat lunak. Pengembang pada kedua jenis lisensi
utama tersebut dapat menerapkan skema open source
(menyediakan source code) maupun closed source (tidak
menyediakan source code). Sehingga dapat ditemui adanya
perangkat lunak gratis yang tidak open source, maupun perangkat
lunak berbayar yang open source. Pada skema open source, ada
yang dikembangkan oleh perusahaan (corporate) dan komunitas
(collaborative). Software open source kolaboratif ada yang sudah
matang (mature) dan sedang dalam pengembangan (in
development).
Secara sederhana, ada dua kategori lisensi software yang
banyak dipakai, yaitu:
14
1) FOSS (Free / Open Source Software) adalah dua istilah yang
maksudnya hampir sama, yakni program yang tidak perlu biaya
izin (free = bebas) digunakan dan kode sumbernya tidak
dirahasiakan (open = tersedia), sehingga cara kerjanya dapat
dipelajari, lalu dikembangkan, dan disebarluaskan. Contoh:
Linux, OpenOffice, GIMP, Inkscape.
15
open source. Berikut ini definisi open source menurut lembaga
nirlaba Open Source Initiative (OSI):
16
3. HASIL MODIFIKASI ATAU TURUNAN
Lisensi harus mengijinkan modifikasi atau pembuatan turunan
dari program tersebut, dan harus mengizinkan program yang
diturukan untuk dilisensikan dengan lisensi yang sama dengan
program aslinya.
Alasan Logis: Ketersediaan akses untuk membaca source code
4
saja tidak cukup untuk mendukung peer review secara
independen dan pengembangan evolusioner yang cepat. Agar
hal tersebut dapat terjadi, diperlukan eksperimen pada source
code dan distribusi ulang hasil modifikasinya.
17
5. TIDAK ADA DISKRIMINASI P ADA ORANG ATAU KELOMPOK ORANG
Lisensi tidak boleh membatasai orangatau kelompok orang untuk
menggunakan atau terlibat dalam proses pengembangan
program open source.
Alasan Logis: Untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari
proses pengembangan aplikasi open source, maka tingkat
perbedaan orang atau kelompok orang yang terlibat dalam
prosesnya juga harus maksimal. Setiap orang harus memiliki hak
yang sama untuk berkontribusi pada proyek open source apa
pun. Dengan kata lain, tidak boleh ada larangan bagi siapapun
untuk terlibat dalam proses pengembangan open source.
7. DISTRIBUSI L ISENSI
Hak-hak yang melekat pada program harus dapat diterapkan
pada seluruh pengguna; tanpa memerlukan tambahan lisensi.
Alasan Logis: klausa ini dimaksudkan untuk menghindari
penutupan software secara tidak langsung.
18
9. LISENSI TIDAK BOLEH MEMBATASI SOFTWARE LAIN
Lisensi tidak boleh membatasi software lain yang didistribusikan
bersama program yang dilisensikan. Misalnya, lisensi tidak boleh
memaksa bahwa program lain yang didistribusikan dalam media
yang sama harus merupakan software yang open source.
Alasan Logis: Distributor software open-source memiliki hak
untuk menentukan pilihan mengenai software mereka. Lisensi
GPL (GNU General Public License) juga mengadaptasi hal ini.
Software yang menggunakan pustaka berlisensi GPL hanya
diharuskan berlisensi GPL bila membentuk satu software yang
sama, bukan pada software apa saja yang didistribusikan
bersamanya.
19
KEUNGGULAN GNU\LINUX DAN OPEN SOURCE
KEUNGGULAN UMUM
1. Biaya Investasi
Biaya lisensi untuk perangkat lunak, nol atau sangat rendah (karena
masih ada biaya distribusi perangkat lunak).
Perangkat keras: berbeda dengan penggunaan proprietary software,
yang mensyaratkan spesifikasi perangkat keras tertentu, OSS tidak
terlalu bergantung pada jenis perangkat keras tertentu. Pasalnya
OSS dapat beroperasi pada PC standar dan berbagai platform
perangkat keras.
Pengeluaran biaya tertuju pada perawatan (maintenance) sistem
OSS.
3. Keamanan
Dengan menggunakan OSS, faktor keamanan (security) selalu dapat
ditingkatkan. Pasalnya, akses pada source code yang terbuka akan
memudahkan pendeteksian kerusakan sistem, sehingga bisa
langsung diperbaiki.
4. Lokalisasi
Pengembang dapat memodifikasi program sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat sekitar, contohnya translasi Linux ke
dalam suatu bahasa tertentu.
Meningkatkan kapasitas pengembang perangkat lunak lokal.
20
5. Independensi (kebebasan)
Berkurangnya ketergantungan terhadap suatu vendor perangkat
lunak.
21
(penghematan 65%). Netproject’s Cost of Ownership report
menemukan penghematan yang signifikan dan melaporkan
penyebabnya sebagai berikut:
a) Eliminasi harga lisensi baik untuk perangkat lunak
sistem maupun perangkat lunak perkantoran (office).
b) Eliminasi vendor yang memaksa update perangkat
lunak yang tidak perlu.
c) Pengurangan dalam jumlah security updates untuk
perangkat lunak.
d) Tidak memerlukan pembelian perangkat lunak antivirus.
e) Pengurangan jumlah staff yang diperlukan untuk
support.
PENGHEMATAN BIAYA
Dilihat dari sudut pandang biaya, sumber penghematan yang bisa
diperoleh yaitu:
1. Hemat biaya lisensi pengadaan perangkat lunak, lisensi up-
grade, dll.
2. Hemat biaya dukungan teknis.
3. Hemat biaya pembelian perangkat keras dan up-grade
parangkat keras (sebab, Linux sangat fleksibel terhadap
hardware).
4. Sedikit kehilangan laba ketika sistem down. Mengapa?
Karena sistem Linux jarang (bahkan hampir tidak pernah)
down. Desain yang modular juga memungkinkan recovery
yang cepat karena kerusakan pada satu modul tidak akan
menyebar ke seluruh sistem.
5. Hemat biaya yang harus dikeluarkan ketika data hilang
karena kesalahan program di sistem operasi atau perangkat
keras yang dipersyaratkan oleh sistem operasi.
6. Hemat biaya yang harus keluar karena gangguan virus.
22
3. Dapat melihat dan mencari kelemahan software, bahkan
dapat memperbaikinya bila mau. Update biasanya jauh lebih
cepat tersedia daripada closed software.
4. Dapat memindahkan software tersebut ke sistem operasi
yang lain atau yang baru atau hardware yang berbeda.
5. Dapat menggunakan source code untuk membuat aplikasi
yang disesuaikan kebutuhannya.
6. Sehingga staf divisi TI (teknologi informasi) memiliki waktu
luang lebih yang biasa dipakai untuk perbaikan. Mereka pun
dapat memanfaatkan waktu luang tersebut untuk
mengembangkan aplikasi bisnis berbasis TI yang lebih baik
untuk kantor atau perusahaannya.
23
tendensi pembelian. Yang tadinya membeli paket solusi lengkap dari
satu vendor, kini ngetrend untuk membeli sistem per komponen.
Meski demikian, Linux dan perangkat lunak open source masih
belum menjadi main-stream di kalangan pengguna desktop
rumahan. Menjadi side-stream bukanlah hal yang buruk. Sesuatu hal
menjadi side-stream bukan karena hal itu tidak mampu untuk
menjadi main-stream, tapi karena kekuatannya yang besar belum
dikelola dengan baik. Pengelolaan kekuatan yang besar kadang
hubungannya lebih dekat dengan pengelolaan penjualan (atau
bagaimana cara menjual).
Contoh yang bisa disamakan adalah film Hollywood yang
menjadi main-stream perfilman dunia. Apakah karena film-film
Hollywood mempunyai cerita yang bagus? Tidak juga. Banyak film
9
independen yang punya cerita lebih bagus. Hollywood berjaya
karena kekuatan finansialnya dalam membuat jaring-edar film-film
mereka. Karena mereka punya dana besar untuk beriklan. Karena
mereka sudah terlalu lama menjadi main-stream, penonton
kebanyakan sudah lupa kalau ada film lain yang bagus dan bisa
ditonton selain film Holywood. Dan mungkin itu Bollywood atau
10
Tangkiwood .
Kebanyakan programmer Linux terlalu asyik dengan
pengembangan Linux itu sendiri sebagai program dibandingkan
dengan bagaimana melakukan penetrasi lebih intensif ke pengguna.
Kebanyakan orang masih melihat Linux sebagai sebuah kelompok
komunitas, kantong-kantong programmer handal yang anti-Microsoft,
dan bahkan sebagai orang iseng yang hanya hobi membuat
program.
Belum tumbuh secara maksimal dalam diri para pengguna
Linux untuk meleburkan diri mereka sebagai sesama pengguna
komputer apalagi kesadaran untuk menggunakan kekuatan media
sebagai sarana promosi. Semua memang sudah mulai dilakukan.
Tapi sekali lagi, masih kurang maksimal.
Apa artinya sebuah produk bagus tanpa promosi yang bisa
menginformasikannya kepada masyarakat? Linux harus belajar
24
banyak pada Microsoft bagaimana caranya mempromosikan produk
dengan baik. Microsoft sangat berhasil dalam hal ini sehingga
promosi itu mampu menghilangkan ingatan pengguna komputer
bahwa ada sistem operasi lain yang bisa digunakan selain Microsoft.
People of the same trade seldom meet together but the conversation
ends in a conspiracy against the public, or in some contrivance to
raise prices.
Adam Smith
25
peran open source sangat besar. Dengan konsep yang terbuka kita
bisa mengejar ketertinggalan dari negara maju. Karena kita tidak
perlu memulai semuanya dari nol. Tinggal dimodifikasi dan
dikembangkan.
Selain itu, kita bisa menghemat biaya lisensi. Biaya yang
dikeluarkan untuk membeli lisensi seharusnya bisa digunakan untuk
biaya pendidikan, serta mengembangkan berbagai inovasi lain yang
akan membuat kita lebih cepat berkembang. Menurut data Badan
11
Pusat Statistik , pendapatan nasional per kapita kita adalah 15,5
juta per tahun pada 2007. Artinya hanya sekitar satu juta per bulan.
Angka tersebut pun baru berupa pendapatan rata-rata.
Pemerataannya masih timpang. Ada yang pendapatannya masih
jauh di bawah angka tersebut. Ada pula segelintir yang
penghasilannya berlipat dari angka tersebut.
Bila pendapatan tersebut digunakan untuk membeli software,
bagaimana bangsa kita memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan? Sedangkan harga sistem operasi Windows XP Professional
SP2 adalah $144 atau Rp 1,742,400. Sebelum dapat bekerja,
pengguna masih harus membeli Office 2007 Basic (Word, Excel,
Outlook) seharga $170 atau Rp 2,057,000. Belum lagi bila pengguna
memerlukan Adobe Photoshop CS4 versi 11 seharga $698 atau Rp
12
8,445,800. Harga perangkat lunak asli , bisa jauh lebih mahal dari
perangkat kerasnya. Sedangkan satu distribusi Linux biasanya
sudah menyertakan berbagai aplikasi yang diperlukan dalam
kegiatan sehari-hari. Termasuk aplikasi office (OpenOffice.org) dan
desain grafis (GIMP) yang memadai.
Standar terbuka adalah hal yang penting. Bayangkan bila data
penting Anda tersimpan dalam format tertentu yang hanya bisa
dibuka oleh aplikasi tertentu. Apa yang akan Anda lakukan bila
beberapa tahun kemudian aplikasi tersebut tidak lagi tersedia, atau
format lama tidak lagi didukung? Nah, standar terbuka
memungkinkan formatnya dapat dibuka oleh aplikasi apa saja.
Sebab, tersedia spesifikasi dan source code implementasi format
tersebut. Bahkan setiap orang dapat membuat aplikasi sendiri
menggunakan format penyimpanan tersebut. Contohnya adalah
26
Open Document Format (ODF) yang telah terdaftar sebagai standar
ISO.
Standar terbuka itu sangat penting untuk interoperabilitas. Kalau
ada interoperabilitas, akan menghasilkan pemanfaatan TI yang jauh
lebih besar dan ketidaktergantungan pada salah satu vendor.
Dengan demikian, kompetisi bisa lebih sehat. Jika kompetisi lebih
sehat, yang akan diuntungkan adalah pengguna karena harga lebih
murah, service lebih baik, pilihan lebih banyak.
Pemberlakuan UU HaKI (Undang-undang tentang Hak atas
Kekayaan Intelektual) pun tidak dapat membendung pola konsumtif
ini. Pengguna Windows masih tetap dominan, sebab pembajakan
tetap berlangsung. Mereka belum beralih ke Linux, misalnya karena
dianggap susah digunakan. Padahal mereka juga tidak mampu
membeli lisensi Windows. Barangkali jika pembajakan benar-benar
dihentikan, mereka akan berbondong-bondong migrasi ke Linux.
Sebab, Linux gratis, kode programnya terbuka (open source), dan
bisa dimodifikasi sesuka hati.
Tapi sayangnya, seringkali mereka yang sudah menggunakan
Linux hanya berpikir bahwa ini gratis. Mereka tidak berpikir bahwa ini
dapat dimodifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan. Padahal
seharusnya ini diarahkan pada kemandirian IT. Sebab, bangsa kita
memiliki potensi besar untuk menjadi pengembang. Misalnya
mengembangkan distro khusus game atau pendidikan dan
menjualnya dengan harga yang relatif masuk akal. Sebagai contoh,
lihatlah Thailand. Perlahan mereka membangun ladang industri TI
yang cukup canggih dengan menawarkan jasa programming dan
animasi yang kuat di Asia Tenggara. Thailand merupakan salah satu
sumber open source yang unik karena berbagai perusahaan dan
sekolahan berupaya untuk membuat dan menggunakan distro Linux
nasional.
Harap diingat bahwa huruf Thai berbeda dengan tulisan latin
yang kita gunakan. Jadi bukan sekedar bahasanya yang harus
diganti, tapi juga semua karakternya yang ada di seluruh sistem.
Belum lagi untuk aplikasi OpenOffice.Org, tapi mereka pantang
mundur. Karena kemampuan mereka berpaling ke Linux dan
perangkat lunak open source, pada tahun 2003 Microsoft Thailand
terpaksa menurunkan harga Windows dan Office dari sekitar 600
dolar AS ke 37 dolar AS. Microsoft Windows XP Starter Edition juga
mulai dibuat untuk mengantisipasi program open source Thailand,
karena takut negara-negara lain akan mengikuti jejak tetangga kita
ini.
27
Urgensi kemandirian dalam teknologi informasi tidak dapat
ditunda lagi. Teknologi Linux warisan UNIX yang sudah matang dan
tersedia secara free tidak bisa hanya dianggap barang gratisan. Ada
potensi besar di baliknya bila bangsa kita mau berusaha
mempelajarinya dan mengembangkannnya. Open source bukan
hanya jalan pintas untuk Cut-Budget, namun lebih dari itu. Ia adalah
sarana untuk kemajuan dan kemandirian dalam teknologi informasi,
baik dalam level sistem operasi maupun aplikasi.
Bangsa besar yang langganan medali emas berbagai olimpiade
sains ini seharusnya bisa menjadi produsen dan pemimpin teknologi
informasi dunia, bukan hanya pengguna. GNU\Linux dan teknologi
open source adalah pintu gerbang menuju ke sana. Semangat
mengejar ketertinggalan adalah langkah kaki menuju pintu gerbang
tersebut.
28
mereka memang lebih baik. Tanpa keuletan dan kegigihan, mereka
tidak akan mati-matian memperjuangkan gagasan baru tersebut.
NCSA Mosaic yang dikembangkan oleh sekelompok
mahasiswa University of Illinois at Urbana-Champaign adalah
browser pertama dan satu-satunya waktu itu. Setelah lulus, mereka
beramai-ramai mendirikan perusahaan dan bertekad membangun
browser yang lebih modern dibandingkan Mosaic. Meski akhirnya
produk browser tersebut dirilis sebagai Netscape pada tahun 1994,
nama kodenya saat masih dalam tahap pengembangan adalah
Mozilla. Ia merupakan akronim dari Mosaic Godzilla yang secara
slang dapat diartikan sebagai Mosaic Killer.
Nah, ketika Netscape menjadi piranti lunak browser paling
populer, Microsoft pun mengincarnya. Strategi awal Microsoft adalah
membeli Netscape. Sayangnya, anak-anak muda Netscape yang
masih punya idealisme selangit itu terang-terangan menolak tawaran
Microsoft. Akhirnya Microsoft membeli browser dari perusahaan lain,
yaitu Spyglass. Setelah dipoles sana-sini plus penambahan fitur,
lahirlah Internet Explorer. Sialnya, tentu saja Spyglass melisensi
teknologi browsernya dari NCSA Mosaic. Anda bisa
membuktikannya dengan melihat menu Help-About pada Internet
Explorer. Anda akan melihat tulisan, “Based on NCSA Mosaic...”.
Pemasaran Internet Explorer (IE) yang intensif dengan dibundel
pada sistem operasi Windows langsung menyerang pangsa pasar
Netscape. Muncullah anggapan bahwa Microsoft ingin memonopoli
pasar browser dan mengendalikan HTML dan HTTP secara de-facto
untuk mengeluarkan Netscape dari pasar server.
Strategi open source pada browser Netscape yang masih
populer akhirnya berhasil membendung niat Microsoft untuk
memonopoli browser. Pasar server pun sampai sekarang masih
dikuasai Apache. Kolaborasi open source diharapkan mempercepat
pengembangan dan perbaikan browser. Sehingga Microsoft IE akan
tertinggal dan dapat dicegah agar tidak mendefinisikan HTML secara
eksklusif. Strategi ini bekerja dengan baik. Terbukti, Mozilla lebih
14
dulu memperkenalkan teknologi tabbed-browsing . Pengguna IE
baru bisa menikmatinya pada versi 7.
Sayangnya, semangat kaum muda Indonesia masih banyak
digunakan untuk tawuran atau demo. Padahal potensi mereka
sangat besar bila diarahkan untuk melahirkan inovasi.
31
pemrograman tertentu. Apalagi sampai bergantung kepada salah
satu vendornya. Seorang pengguna, dan terlebih lagi developer
harus merdeka dari perangkat yang mereka gunakan. Mereka yang
memerintah alat-alat tersebut untuk bekerja menghasilkan karya
yang berguna bagi masyarakat luas.
**
BIODATA
Nama : Amin Rois
Tempat Tgl Lahir :-
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat :-
Telepon :-
Pekerjaan :-
32
PEMBERDAYAAN OPEN SOURCE SOFTWARE
ABSTRAK
Masyarakat Indonesia umumnya dan atau para pengguna
(user) komputer pada khususnya, telah mengenal penggunaan
dan pemanfaatan perangkat lunak (software) berikut sistem
operasinya (operating system) baik untuk kegiatan yang bersifat
administratif maupun teknis. Software berikut operating system
yang digunakan dan dimanfaatkan oleh para pengguna
komputer sebagian besar masih bersifat ilegal (bajakan), hal ini
juga disebabkan umumnya komputer yang digunakan oleh
umumnya para pengguna merupakan komputer rakitan,
sehingga software berikut operating system di dalamnya ilegal.
Untuk mengurangi dampak penggunaan software bajakan,
saat ini tersedia software berbiaya relatif minim dan mudah
didapat, serta dapat dimanfaatkan dan dikembangkan tanpa
batas oleh para pengguna komputer di seluruh Indonesia.
Software yang dimaksud adalah software yang berkode terbuka
(Open Source Software). Pengalaman dalam hal penggunaan
dan pemanfaatan open source software diharapkan dapat
disebarluaskan ke seluruh masyarakat pengguna komputer
diseluruh Indonesia agar dapat memberdayakan produk
software dalam negeri, khususnya dalam pengembangan open
source software.
33
KATA PENGANTAR
Penulis
34
BAB I
PENDAHULUAN
35
tersebut harus adanya software yang bersifat gratis dan bisa
dimanfaatkan serta dikembangkan bersama tanpa batas. Salah satu
dari software gratis tersebut adalah Software Open Source yang
berbasis Linux.
Sekilas terlihat manfaat dari OSS serta potensinya dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh banyak pengguna.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pengadopsian
OSS tidak berjalan mulus di semua sektor. Permasalahannya adalah
saat ini pemerintah telah mempunyai software open source IGOS
tinggal pakai yang sifatnya legal namun bagaimana software
tersebut dapat diterapkan di Indonesia. Sehingga dengan adanya
penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
dan mengubah paradigma bahwa software Open Source tidak sulit
serta lebih bagus daripada OS yang bersifat komersial.
36
1.4. Metode Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Close Software
37
b. Share Software
c. Free Software
38
2. Languages (bahasa Pemrograman): GNU C/C++, Perl,
Phyton, dan Tcl
3. Windowing System (System Window) : The X Window
System dan Xfree86
4. Web Browser : Mozilla FireFox, Opera, adn Netscape
Navigator
5. Desktop : GNOME, KDE, dan GNUStepXfee
6. Aplication (Aplikasi) : ABIWord dan GNU Image Manipulation
Program (GIMP)
7. Office Suites (Aplikasi Perkantoran) : OpenOffice dan Koffice
8. Server : Samba, Apache, PhP, Zope, MySql, dan
PostgreSQL
(Anonim, 2006)
a. Open Source
39
7. Networking: FileZilla
8. Security: Eraser, KeePass Password Safe
9. Hardware: Tcl, Open HPI
10. SysAdmin: TightVNC, phpMyAdmin
11. VoIP: trixbox, freePBX
12. CMS: Atutor, os-Commerce, Joomla, Mambo, Moodle
(Anonim, 2006)
40
free software lebih menekankan pada hal hakiki yaitu kebebasan
mengembangkan perangkat lunak. Sedangkan menurut Eric S.
Raymond (2000), OSS lebih menekankan aspek komersial seperti
kualitas tinggi, kecanggihan, dan kehandalan.
Dengan demikian, konsep OSS diharapkan lebih menarik
perhatian pelaku bisnis, investor, dan bahkan para raksasa
perangkat lunak. Bahkan Esther Dyson (1998) memperkirakan,
bahwa raksasa seperti Microsoft pun akan memperhitungkan serta
memanfaatkan OSS, seperti halnya mereka memanfaatkan internet.
Konteks pembahasan tulisan ini ialah posisi kelompok negara
yang sedang berkembang dalam memanfaatkan OSS. Negara
seperti ini terkadang diobok-obok oleh lembaga-lembaga dunia
seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB)
dengan penunggangan agenda-agenda lain secara terselubung.
Penunggangan tersebut umpamanya berupa pemaksaan sepihak,
terhadap pengertian konsep Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Dengan demikian, yang secara tidak langsung mereka telah
menuduh masyarakat kita sebagai pembajak, pencuri, tidak
bermoral, tidak menjunjung nilai etika, dan sejenisnya. Perlu
diingatkan bahwa negara kita bukan satu-satunya surga perangkat
lunak tidak berlisensi. Hal ini sudah mendarah daging di seluruh
Asia. Kita hanya kalah melakukan public relation dalam hal pura-
pura aktif melakukan pemberantasan. Bahkan di sebuah negara
Asia Tenggara yang konon sudah "maju" dan "beradab", ditemukan
perangkat lunak tanpa lisensi secara melimpah ruah.
41
Setahun kemudian, bung Paulus Suryono Adisoemarta dari Texas,
memperkenalkan distribusi SLS dengan kernel versi 0.9 kepada
masyarakat Indonesia. Sayang sekali, versi tersebut pada saat itu
masih memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam mendukung
perangkat keras seperti ethernet board dan serial board. Pada tahun
1994, penulis memperkenalkan distribusi Slackware dengan kernel
versi 1.0.8 kepada masyarakat akademika di Universitas Indonesia.
Distribusi ini sudah mendukung TCP/IP serta X11R4. Slackware
menjadi populer dikalangan para mahasiswa UI, karena pada waktu
itu merupakan satu-satunya distribusi yang ada. Secara bersamaan,
Linux mulai digunakan pada salah satu mesin operasional IPTEKnet,
yaitu MIMO.
Bersamaan dengan pengenalan distribusi ini, Internet komersial
mulai hadir di Indonesia. Sustainable Development Network
Indonesia dapat dikatakan merupakan merupakan proyek pertama
(1994) yang menggunakan Linux di luar komunitas riset/ pendidikan.
Distribusi yang digunakan ialah Slackware (kernel 1.0.9) pada mesin
486 33Mhz, 16 Mbyte RAM, 1 Gbyte disk, serta leased-line ethernet
10 Mbps ke IndoInternet. Setahun kemudian (1995), IndoInternet
berhasil diyakinkan untuk mulai mengadaptasi sistem Linux. Sistem
pertama yang digunakan untuk operasional merupakan router
dengan tiga ethernet board (kakitiga.indo.net.id) yang digunakan
untuk mensegmentasi intranet mereka. Selain itu, sistem
pendaftaran domain ".ID" pun (nomad.extern.ui.ac.id), menggunakan
mesin Linux.
Tanda-tanda aktivitas Linux pun mulai bermunculan serentak di
mana-mana pada tahun 1995 tersebut. Bung Bambang Nurcahyo
Prastowo memperkenalkan distribusi S.u.S.E 4.4.1 (kernel 2.0.29)
pada masyarakat Yogyakarta. Sebuah milis Linux pernah dirintis
pada tahun 1996, namun gagal karena kekurangan inersia. Setahun
berikutnya, dapat dikatakan sebagai tahun kebangkitan Linux
Indonesia. Sebuah milis kembali terbentuk, yang diikuti oleh
berbagai InstallFest, lokakarya, seminar, serta publikasi berturut-
turut di media KompuTek, Mikrodata, dan InfoKomputer. Kelompok
Pengguna Linux Indonesia (KPLI) pun menjamur di berbagai kota di
Indonesia (Samik, 2000).
42
memiliki lisensi untuk melegalkan bahwa software tersebut
tercantum pengarang dari source code untuk disebarluaskan. Tanpa
adanya lisensi, bisa saja orang mengaku dirinya sebagai penggagas
dan pengembang software tersebut. Ada beberapa software yang
bersifat open source telah memiliki lisensi :
43
35. OCLC Research Public License 2.0
36. Open Group Test Suite License
37. Open Software License
38. PHP License
39. Phyton License (CNRI Phyton License)
40. Phyton Software Foundatin License
41. Qt Public License (QPL)
42. RealNetworks Public Source License V1.0
43. Reciprocal Public License
44. Ricoh Source Code Public License
45. Sleepycat License
46. Sun Industry Standards Source License (SISSL)
47. Sun Public License
48. Sybase Open Watcom Public license 1.0
49. University of Illinois/NCSA Open Source License
50. Vovisa Software License V 1.0
51. W3C License
52. wxWindows Library License
53. X.Net License
54. Zope Public License
55. zlib/libpng license
Jika kita lihat daftar lisensi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sudah banyak software yang bersifat open source untuk
dimanfaatkan dalam pengembangan informasi dan teknologi, kita
tidak perlu lagi melakukan pembajakan. Memang, dibandingkan
dengan software yang bersifat license masih belum sepadan namun
bisa mengobati rasa kecewa terhadap software yang memiliki lisensi
dan harus membayar dengan harga cukup mahal.
45
secara bottom-up. Dukungan pimpinan dibutuhkan untuk mendorong
pengurangan secara bertahap penggunaan perangkat lunak yang
dianggap tanpa lisensi sah. Dukungan top-down ini perlu ditunjukkan
dengan mengangkat CIO (Chief Information Officer) yang memiliki
komitmen terhadap OSS. Tidak dapat dipungkiri, bahwa usaha ini
membutuhkan pengalokasian sumber daya manusia dan biaya yang
tidak sedikit. Diperlukan pula unsur kolaborasinya karena banyak hal
yang tidak bisa dikerjakan sendiri. Dukungan secara grass-root/
bottom-up akan membantu terbentuknya Masyarakat Digital Gotong
Royong (MDGR) yang bersifat tidak formal (Samik, 2000).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
Raymond, Eric S., 1997, The Cathedral and Bazaar, per November
2001: http://www.tuxedo.org/~esr/writings/cathedral-bazaar/
47
Stallman, Richard M., 1998, Proyek GNU, per November 2001:
http://gnux.vlsm.org/gnu/thegnuproject.id.html.
BIODATA
48
Gerakan Indie di Tengah Resesi Dunia
ABSTRAK
49
Sebuah perhelatan akbar diadakan Presiden George W. Bush
di Washington, DC, Amerika Serikat, pek an ini. Bush mengundang
para kepala negara yang tergabung dalam Kelompok 20 (G-20)
untuk membahas krisis finansial dunia. Inilah agaknya pertemuan
internasional terakhir yang dipimpin Bush, sebelum kursi
kepresidenannya diambil Barack Obama, yang akan dilantik menjadi
Presiden Amerika Serikat, 20 Januari nanti. ‘’Pertemuan ini akan
mengindentifikasi penyebab krisis. Selanjutnya akan dicari solusi
paling efektif untuk mengatasinya,’’ kata Ed Lazear, ketua penasihat
ekonomi kepresidenan, kepada pers setempat. Tentu saja, dapat
dibayangkan sejumlah kening bakal berkerut untuk menemukan
jawabannya. Toh, tak semua kening berlipat akibat krisis ekonomi.
‘’Tidak seperti perkiraan orang, penerimaan kami justru meningkat
sebesar 13% per tahun,’’ kata Rich Green, Wakil Presiden Eksekutif
Sun Microsystems, kepada sejumlah situs berita. Hal itu disetujui Jim
Whitehurst, seorang CEO dari Red Hat. ‘’Bisnis kami justru dalam
kondisi stabil dalam situasi krisis finansial ini,’’ ujar Green. Baik Red
Hat maupun Sun Microsystems adalah perusahaan peranti lunak
yang berbisnis atas dasar konsep open source. Artinya, produk
peranti lunak open source disebarkan dalam system terbuka yang
kode programnya dapat disebarluaskan atau dikembangkan. Ibarat
membuat kue, resep
dasarnya dibagi-bagikan
secara gratis. Terserah
kepada konsumen, akan
ditambahkan cita rasa
tertentu. Tapi, jika ingin
pelayanan ekstra, jasa
servis inilah yang harus
dibayar. Ini tak seperti
50
berbagai produk yang dikembangkan raksasa komputer Microsoft
selama ini, yang berdasarkan hak kepemilikan atau proprietary
rights. Di bawah tekanan ekonomi pada saat ini, komunitas open
source justru unjuk gigi. Mereka mengklaim, angka produksi dan
pemakaian peranti terbuka melonjak tinggi. Salah satunya adalah
dari jumlah unduhan OpenOffice versi 3.0, sebuah program kantoran
untuk menulis, yang mencapai 10 juta kali. Padahal, OpenOffice
baru diluncurkan empat minggu lalu. ‘’Jumlah itu terus bertambah
350.000 unduhan per hari. Bagi suatu produk yang dipasarkan tanpa
biaya iklan sama sekali, ini adalah tonggak bersejarah,’’ tutur John
McCreesh, Marketing Project Lead OpenOffice, dalam konferensi
tahunan kesembilan komunitas pengguna OpenOffice di Beijing Cina
, Senin lalu. McCreesh mengatakan, target pangsa pasar
OpenOffice sebesar 40% pada 2010 dapat saja tercapai. Benar atau
tidaknya klaim itu, memang harus dibuktikan di lapangan. Namun
lembaga survei Gartner memproyeksikan, sekitar 90% perusahaan
dan industri dunia akan mulai lebih banyak memakai peranti lunak
terbuka itu pada 2012.
Pengamat dan praktisi teknologi informasi (TI), Onno W. Purbo,
melihat hal yang sama. Soalnya, peranti terbuka dilihat sebagai
alternatif jalan keluar dalam kondisi terjepit. ‘’Yang bermain di
perangkat lunak atau integrasi system open source bisa mendulang
keuntungan cukup banyak di masa krisis. Mereka tak terpengaruh
sama sekali, malah untung,’’ kata Onno kepada wartawan Gatra Arif
Sujatmiko. Pengusaha peranti lunak terbuka, Bhra Eka Gunapriya,
yang menjadi Chairman PT EBConnect Indonesia, mengakui gejala
itu. Open source sangat layak menjadi pilihan bukan sekadar karena
gratis, melainkan juga layak diandalkan. ‘’Kualitasnya pun tidak
kalah oleh produk berlisensi. Apalagi, ada dukungan produk-produk
dari orang-orang yang memang ahli di bidang itu,’’ ujar Bhra.
Kelak, menurut Presiden Direktur PT Sun Microsystems
Indonesia, Wibisono Gumulya, open source tak hanya berhenti
sebagai suatu pilihan belaka, juga bisa menjadi penentu masa
depan. ‘’Kami percaya, suatu produk akan lebih berkualitas jika
dikembangkan pada suatu komunitas. Ini juga akan berhasil di
pasar,’’ kata Wibisono kepada wartawan Gatra Anwar Riksono. Bagi
para pendukung konsep terbuka ini, open source akan membantu
masyarakat dunia bergerak dari perekonomian berbasis produk
menjadi perekonomian berbasis layanan-jasa. Perubahan basis ini
dianggap penting untuk menciptakan perekonomian yang
berkesinambungan dan stabil. Agar perekonomian layananjasa ini
51
tercapai secara optimal, diperlukan suatu komunitas yang berperan
sebagai mesin pencetus gagasan, pengembang yang sekaligus
menjadi konsumen. Karena itu, salah satu alat yang dianggap paling
ampuh untuk meningkatkan kemampuan bisnis tak lain justru
dengan membagikan hak cipta kepada komunitas. Inilah yang terjadi
pada situs penyedia jasa eksiklopedia Wikipedia. Kegiatan kantor
Wikipedia
Sehari-hari --dengan staf 15 orang lebih mirip lembaga
pengabdian masyarakat ketimbang industri digital raksasa. Namun
bujet Wikipedia pada tahun ini dilaporkan mencapai US$ 4,6 juta,
meningkat pesat dari tahun lalu yang hanya US$ 2,2 juta. Dari mana
dana sebesar itu? Dari mana lagi kalau bukan dari sumbangan
komunitas setia mereka, yang kini sedikitnya berjumlah 45.000
orang. Contoh sukses lainnya adalah kisah seorang pengusaha,
Marc Fleury, yang mendirikan Jboss (jboss.org), perusahaan aplikasi
server Java terkemuka dunia. Awalnya, Fleury mendapat banyak
cemoohan karena berusaha membangun perusahaannya dengan
konsep open source. Fleury sempat mengalami jatuh-bangun dalam
usahanya. Namun kini, sejumlah perusahaan kapitalis berebut untuk
membiayai Jboss. Antara lain Accel Partners dari California dan
Matrix Partners dari Massachusetts. Dari keduanya, Jboss meraup
dana sampai US$ 10 juta. Secara keseluruhan, menurut
VentureOne, sebuah lembaga survei keuangan, Jboss meraih dana
US$ 149 juta pada 2004.
Memang tak semua perusahaan model terbuka menarik
perhatian pemodal. Karena itu, mereka berusaha menarik dana
dengan mendirikan divisi profit tersendiri. Itulah yang dilakukan
Mozilla, lembaga nirlaba penerbit Firefox, sebuah mesin penjelajah
(browser) dunia maya. Divisi profit Mozilla ini diizinkan menarik
untung dari penjualan, layanan, dan servis produk. Hal yang sama
dilakukan Google. Perusahaan situs pencari di dunia maya ini juga
banyak menarik dana dari sejumlah anak perusahaannya.
Maklumlah, Google butuh dana banyak untuk membiayai proyek
pembangkit energi alternatifnya, seperti eSolar dan Makani Power.
Kisah-kisah sukses itulah yang kemudian membuat para penyokong
open source berani bertindak lebih jauh. Mereka melebarkan paham
‘’bagi-bagi’’ itu ke luar bidang teknologi. Mereka mengembangkan
apa yang disebut ‘’open source politik’’ atau ‘’open source
government’’. Dalam konsep ini, proses politik hendaknya
berlangsung secara terbuka, menganut asas timbal balik dalam
berkomunikasi, dan demokratis. Open source merasa perlu ikut
52
campur dalam urusan ini karena banyak proses politik menggunakan
jasa teknologi. Baik berupa e-mail, blog, situs kampanye, maupun
beragam aplikasi teknologi lainnya. Bahkan muncul apa yang
disebut ‘’agama open source’’, khususnya di kalangan umat Yahudi
sejak tahun 2000-an. Sesuai dengan namanya, paham ini mengajak
umatnya memandang agama sebagai sesuatu yang ‘’holistik’’, bukan
‘’terkotakkotak’’. Karena itu, perlu dialog antar-umat beragama dalam
komunitas ini. Lepas dari kontroversi yang timbul, apakah suatu hari
kelak gerakan ini benarbenar dapat berkembang di luar bidang
teknologi? ‘’Wah, masih jauh. Untuk saat ini, fenomena ini lebih
cocok ibarat musik indie, suatu inovasi baru,’’ kata Presiden Direktur
Computrade Technology International, Harry Surjanto. Dalam kondisi
krisis ekonomi pada saat ini, open source memang menjadi alternatif
yang menjanjikan. Tapi, menurut Harry, untuk berkembang menjadi
pengganti produk berlisensi, sulit juga. Produk gratis terbuka itu
memang akan selalu mengekor peranti lunak berlisensi yang banyak
digunakan. ‘’Jika peranti itu menjadi umum dan standar, biasanya
akan muncul versi open source-nya,’’ kata Harry kepada wartawan
Gatra Arif Koes Hernawan. Namun, untuk perangkat lunak yang
canggih dan rumit, hal itu jarang terjadi. Meski demikian, peluang
untuk mengubah wajah dunia tak pernah padam. Sejarah mencatat,
wajah dunia lebih cepat berubah sejak terjadi revolusi di bidang
teknologi.
**
BIODATA
53
54
KETIKA SEKAT-SEKAT DUNIA TERHAPUS
Oleh: Mubarok
ABSTRAK
55
tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan
produktivitas. Namun di sisi lain teknologi informasi juga bisa
menimbulkan model ketergantungan baru dari suatu negara
terhadap negara lain atau pemasok teknologi utama. Kondisi ini bisa
dilihat sebagai wujud penjajahan baru yang tidak lagi menggunakan
pendekatan militer melainkan determinasi penguasaan teknologi.
Sebuah negara yang tergantung secara teknologi terhadap negara
lain maka sesungguhnya secara ekonomi, politik dan budaya berada
dalam kendali negara tersebut. Sebaliknya mereka yang menguasai
teknologi informasi memiliki kesempatan untuk menguasai dunia di
berbagai bidang.
Sebagai contoh, penggunakan sofware komputer yang ”closed
source” membuat suatu negara tidak bisa mengembangkan diri dan
maju di bidang teknologi informasi. Pada program yang closed
source, paket program tidak dapat didistribusikan lagi selain oleh
pembuat program tersebut. Jika ada distribusi yang dilakukan oleh
selain vendor program tersebut, maka dianggap sebagai
pembajakan software. Cerita tentang warnet, rental komputer dan
perkantoran yang mengalami razia karena menggunakan produk
bajakan menjadi contoh bagaimana ketergantungan tarhadap
software closed source telah membuat bangsa ini menjadi pembajak
hak cipta. Dari sisi ekonomi bisa dibayangkan berapa milyar yang
harus dikeluarkan bangsa ini untuk membeli lisensi software asli.
Dalam pengembangan teknologi informasi kita bisa mencontoh
apa yang telah dilakukan bangsa lain untuk maju dan mandiri.
Bandingkan dengan India yang akselerasi pengembangan bisnis
teknologi informasinya telah berkembang pesat. Vietnam sejak tahun
2000 sudah mencanangkan program pengiriman tenaga kerja
domestik ke luar negeri sebanyak 10 ribu orang per tahun di bidang
teknologi informasi (TI). Saat ini kualitas industri TI di Indonesia
masih jauh tertinggal di bawah India dan China.
Salah satu kunci keberhasilan kedua negara tersebut adalah
kemampuan mereka untuk mengembangkan kebutuhan TI dalam
negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap produk asing.
Pemerintah Indonesia sebenarnya telah mencanangkan proyek
Indonesia Go Open Source (IGOS) untuk merangsang pertumbuhan
pemakaian open source. Upaya ini bisa digunakan sebagai langkah
awal untuk mengejar ketertinggalan kita di bidang TI.
56
Open Source, sebuah solusi
57
Mereka terkesan eksklusif dan pelit untuk berbagi ilmu ke
masyarakat pengguna komputer. Namun hal itu juga bisa
disebabkan oleh keengganan masyarakat untuk belajar sehingga
kamunitas open source lebih memilih untuk bersikap pasif.
58
Di bidang teknologi informasi, pemakaian open source
memberi peluang untuk menjadi bangsa yang maju dan mandiri
sejajar dengan bangsa lain. Kita tidak perlu khawatir ketika tiba-tiba
vendor utama menaikkan harga lisensi atau bahkan memutus
pasokan sofware karena kita bisa membuatnya sendiri. Tak tidak
perlu pusing ketika muncul wabah milenium seperti Y2K. Open
source menawarkan peluang untuk menjadi bangsa maju dan
mandiri di bidang TI. Kalau kita tetap memakai closed source dan
enggan untuk migrasi maka sesungguhnya kita sedang menuju
model penjajahan gaya baru. Tidak hanya dijajah dari sisi ekonomi,
tapi juga kemampuan sebagai sebuah bangsa untuk maju dan
berkembang.
Seminar, sosialisasi dan event open source semestinya tidak
sekedar dijadikan ajang pemberian informasi sofware gratis atau
mengarahkan orang menjadi user semata. Pengajuan anggaran
implementasi open source tanpa ada nilai tambah sedikitpun perlu
dipertimbangkan kembali. Kalau sekedar membagi software gratis
atau mengajari orang menjadi pemakai terus kapan kita menjadi
bangsa mandiri.
Ini yang harus diperbaiki bahwa arah penggunaan open source
lebih utama adalah pada kemandirian bangsa dalam bidang TI.
Opensource adalah soal save, share dan independency. Tujuan
akhirnya adalah membentuk masyarakat sejahtera karena
mengimplementasikan sistem terkomputerisasi yang efektif.
Prinsip save, mewakili kemampuan open source untuk memberi
peluang bagi keamanan suatu negara di bidang teknologi informasi.
Selain itu juga menghemat devisa negara yang digunakan untuk
membayar lisensi closed source. Sebuah negara juga memiliki
kesempatan untuk mengembangkan dan membagi teknologi
informasi kepada masyarakatnya ketika menggunakan open source.
Inilah prinsip share dalam pengembangan teknologi informasi. Pada
akhirnya perjalanan tersebut akan mengarah pada kemandirian
bangsa di bidang teknologi informasi sehingga menjadi bangsa yang
maju dan bebas dari kendali bangsa lain. Prinsip independency ini
akan bisa terwujud jika kita bersatu padu dan memiliki orientasi yang
sama untuk kemajuan bangsa ini.
Sesuai data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) di tahun 2008, jumlah pengguna Internet di Indonesia ada
sekitar 10 juta orang. Ini adalah potensi besar yang harus
dimanfaatkan. Potensi Indonesia untuk berkembang seperti India
dan China sebenarnya sangat besar, permasalahannya terletak
59
pada pandangan negatif masyarakat yang menganggap open source
belum mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga tidak
heran apabila open source masih dipandang sebelah mata dan
hanya dijadikan komoditas percobaan mahasiswa semata. Ini adalah
masalah kepercayaan yang harus terus dibangun melalui sosialisasi,
dan tentu saja teladan nyata dari pemerintah untuk menggunakan
produk ini.
Pada akhirnya, lihatlah ketika sebuah batu dilempar ke tengah
telaga dengan air yang tenang. Sejurus kemudian nampak
gelombang air yang semula kecil kemudian melebar sampai ke
semua tepi telaga. Demikian halnya sebuah perubahan, dari sebuah
langkah kecil kemudian berkembang menjadi sebuah langkah yang
besar. Perjalanan menuju kemandirian bangsa di bidang tenologi
informasi membutuhkan prOpen source es dan waktu namun yang
pasti langkah sekecil apapun yang kita berikan akan menjadi
kontribusi yang bermanfaat. Open source menawarkan kesempatan
tersebut, inilah saatnya bangsa ini maju dan berkembang. Pastikan
bahwa kita menjadi bagian dari perjalanan bangsa untuk menjadi
bangsa yang mandiri.
**
BIODATA
Nama : Mubarok
Tempat Tgl Lahir :-
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Timoho Raya 276 Bulusan, Tembalang
– Semarang
Telepon : 081326004861
Pekerjaan : Penulis
60
Meningkatkan Kepedulian Masyarakat Untuk
Pengguna Open Source Sotfware
Kewiraswastaan Tekno-Patriotis berbasis Open Source
61
6. meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan iptek;
7. mengatasi degradasi fungsi lingkungan;
8. mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam;
9. serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya
iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan
iptek.
62
B. Membangun bangsa dengan Kewiraswastaan Tekno-Patriotis
berbasis Open Source
63
Ide dasarnya adalah penciptaan komunitas baru, yaitu komunitas
wiraswastawan dalam bidang teknologi informasi dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi open source
dalam rangka mencapai tujuan ekonomis sekaligus mewujudkan
semangat patriotis untuk memajukan bangsa.
Pengertian UMKM
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Indikatornya
adalah memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan
bangunan sebesar Rp. 50 juta atau penjualan tahunan Rp. 300
juta.
64
dalam Undang-Undang ini. Indikatornya adalah memiliki kekayaan
bersih tidak termasuk tanah dan bangunan sebesar Rp. 500 juta –
10 milyar atau penjualan tahunan Rp. 2,5 – 50 milyar.
Dengan memfokuskan upaya untuk mengembangkan UKM baik
dari segi jumlah UKM maupun dari segi omzet penjualannya, maka
UKM dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang dahsyat bagi
Indonesia. Semisal dengan penerapan teknologi informasi
komunikasi berbasis open source akan mampu meningkatkan
efisiensi operasional UKM maka itu akan dapat meningkatkan omzet
penjualannya. Demikian juga bilamana dengan penggunaan TIK ini
dapat memperoleh jumlah pelanggan dan kualitas layanan dari UKM
terhadap konsumen, maka omzet penjualannya akan meningkat.
Secara akumulatif nilai ini akan memberikan kontribusi yang besar
pada perekonomian nasional .
65
dan efisien. Ujungnya selain menekan biaya, penggunaan software
opensource ini akan meningkatkan daya saing dalam bentuk daya
tanggap dalam melayani konsumen secara lebih cepat, terarah,
sistematis dan lebih baik serta dapat menaikkan pamor perusahaan.
Dalam dunia
5 Pilar Utama Open Source. Dapat dikatakan bahwa kemajuan pesat
software open source ditunjang oleh lima pilar utama yaitu:
66
4. Tantangan Teknologi Informasi Komunikasi Nasional
Pada dasarnya tantangan teknologi informasi komunikasi nasional
dalam hal pemanfaat open source terletak pada empat hal dalam
enam dimensi, yaitu:
a Kompetensi. Dalam hal ini tantangannya adalah tingkat
kompetensi penggunaan dan pemanfaat teknologi open source
oleh developer/programmer, educator (pendidik), operator
(pengguna yang mengoperasikan software), implementor (orang
yang membantu pelaksanaan implementasi open source dalam
kegiatan perusahaan atau organisasi), sponsor (yaitu pihak yang
mendorong, mendanai dan memfasilitasi pemanfaatan teknologi
open source) serta entity (yaitu suatu badan hukum atau bentuk
usaha yang menjadi organisasi bagi para pelaku teknologi
informasi dalam memberikan jasa dan layanannya dalam bidang
open source kepada dunia bisnis, birokrasi dan masyarakat
pada umumnya)
b Usage Function. Hal ini mencakup penggunaan teknologi open
source dalam fungsi-fungsi manajemen suatu perusahan atau
organisasi yang terdiri dari fungsi marketing, finance, accounting,
human resources development, enterprise resources planning,
administration, library, communication, news/portal, email, short
message service.
c User yaitu instansi pengguna dari teknologi open source yaitu
koperasi, ukm, perusahaan besar, instansi pemerintah, lembaga
pendidikan dan organisasi lainnya baik bisnis dan non bisnis
yang membutuhkan solusi open source untuk menunjang
efisiensi dan efektifitas operasionalnya
d Strategic implementation phase. Yaitu suatu pentahapan
penerapan teknologi open source sesuai tahapan pertumbuhan
perusahaan atau organisasi, dimana implementasi open source
disesuikan dengan tingkat kompleksitas sistem informasi dari
perusahaan tersebut.
67
Tabel Tantangan Teknologi Informasi Komunikasi Nasional
Patriotic Technopreneurship
Sektor
Bisnis: Instansi
Pengguna Pemerintah
Open Layanan Publik:
Source Pengguna Open
Source
Sektor Tenaga Kerja
Rujukan:
1. http://musrenbangnas.bappenas.go.id/?page_id=328
2. http://sourceforge.net
68
BIODATA
Nama : Titus Permadi
Tempat Tgl Lahir :-
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat :-
No Telepon : 0888 685 8882,
Email : tituspermadi@gmail.com
Pekerjaan :-
69
70
Kita Butuh Open Source !
Oleh: Selamet Hariadi
ABSTRAK
71
Dari sisi yang tak menggunakan perangkat lunak open source
ada yang beranggapan masih nyaman akan penggunaan perangkat
lunak yang sekarang meski berbayar, namun ada yang beranggapan
pula sulitnya penggunaan perangkat lunak open source sebagai
kendalanya. Bagi pengguna dan peminat perangkat lunak open
source, penggunaan perangkat lunak yang berbasis open source
akan terasa lebih aman karena pengembangannya yang tak dibatasi
oleh suatu pihak tertentu. Entah kita mau berdebat atau tidak,
sebagian besar pengguna perangkat lunak yang non open source
mendapatkan serta menggunakan perangkat lunaknya dengan cara
yang ilegal dan cukup banyak merugikan pihak pembuat dan
pengembangnya selain juga pemerintah sebagai penyedot pajak
darinya.
Sebenarnya kalau kita elaborasi atau gali lebih dalam tentang
keuntungan penggunaan perangkat lunak open source sangat
banyak sekali. Diantaranya adalah ketenangan kita sebagai pemakai
dalam menggunakan perangkat lunak open source sehingga tidak
takut untuk dihantui ketakutan akan adanya razia perangkat lunak
yang hampir sering terjadi di tempat-tempat yang memungkinkan
kita membawa peralatan yang menggunakan perangkat lunak yang
kita miliki. Masyarakat sebagai pengguna seharusnya dapat memiliki
pilihan yang utama pada perangkat lunak open source bila kita tak
ingin dihantui rasa takut ketika kita berada di keramaian
menggunakan perangkat lunak yang berbayar namun kita ilegal
dalam mendapatkannya.
Semangat penggunaan perangkat lunak open source mulai
menjamur, tidak hanya di dunia melainkan juga merambah ke
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari bermunculan serta
berkembangnya komunitas – komunitas pengguna perangkat lunak
open source. Melihat fenomena yang terjadi saat ini, tak dapat
dipungkiri untuk masa yang akan datang penggunaan perangkat
lunak open source di Indonesia akan mengalahkan penggunaan
perangkat lunak non open source. Perkembangan ini dikarenakan
semangat yang cukup baik yang dimiliki sebagian masyarakat dalam
penggunaan perangkat lunak yang aman dan tidak ilegal. Tentu saja
perkembangan komunitas pecinta open source ini haruslah didukung
pemerintah secara berkala agar masyarakat indonesia tak lagi
bermuka muram sebagai pengguna yang cukup besar dalam hal
perangkat lunak berbayar yang ilegal.
72
Penggunaan perangkat lunak open source serta tak kalah
kualitasnya dengan perngkat lunak berbayar haruslah menjadi
pilihan kita bagi yang belum merasakan kenikmatan
menggunakannya. Sebagian masyarakat masih memahami bahwa
perangkat lunak open source masih digambarkan sebagai suatu
yang menakutkan dalam penggunaannya. Padahal perlu kita ketahui
bersama bahwa dengan perangkat lunak open source kita dapat
menggali lebih dalam tentang dunia pernagkat lunak serta kita akan
mengembangkannya lebih baik bila kita dapat melakukannya. Masa
yang akan datang ketika perkembangan perangkat lunak open
source dapat mengalahkan perngkat lunak yang tertutupi hukum
maka dunia akan dengan lugasnya memilih perangkat lunak open
source dalam penggunaan perangkat lunak.
Dengan berkembangnya komunitas-komunitas pecinta serta
pengembang perangkat lunak open source di Indonesia, tak dapat
dipungkiri peran Pemerintah sangat berarti dalam mendorong
inovasi dan kreasi anak bangsa dalam mengembangkan dunia open
source ini di tanah air. Semakin berkembangnya dunia menjadi
globalisasi, maka inovasi serta kreatifitas pengembang perangkat
lunak open source di Indonesia juga tak harus diam di tempat
menunggu negara lain berkembang. Hal ini dapat diwujudkan
dengan baik bila materi mengenai open source harus dikenalkan
sejak dini bagi pelajar di Indonesia.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari sini adalah kebutuhan akan
perangkat lunak open source memang tak dapat dipungkiri.
Perkembangan perangkat lunak open source kapan pun dan
dimanapun akan terus menggeliat dengan banyak yang siap
melakukan pengembangannya. Mengalahkan tembok besar
perangkat lunak berbayar memang tidaklah semudah
menganggukkan kepala saja, namun haruslah dimulai dari diri kita
sendiri untuk sedikit demi sedikit menggunakan perangkat lunak
berbasis open source karena perubahan yang dimulai dari personal
ke personal kemudian masuk pada ranah komunitas dan menyebar
ke khalayak ramai akan lebih baik.
**
73
BIODATA
74
MENINGKATKAN KEPEDULIAN MASYARAKAT UNTUK
PENGGUNAAN OPEN SOURCE SOFTWARE (OSS)
ABSTRAK
Pendahuluan
Saat ini open source telah menjadi suatu tren dan berita besar
di berbagai media massa. Berbagai perusahaan perangkat lunak
besar, seperti IBM, Oracle, Sun, pun berbondong-bondong
mengumumkan bahwa produk-produk yang dihasilkannya adalah
produk open source. Namun demikian apakah sebenarnya open
source tersebut.
"Open source Software" (OSS), menurut Esther Dyson (1998),
didefinisikan sebagai perangkat lunak yang dikembangkan secara
gotong-royong tanpa koordinasi resmi, menggunakan kode program
(source code) yang tersedia secara bebas, serta didistribusikan
melalui internet. Menurut Richard Stallman (1998), budaya gotong
royong pengembangan perangkat lunak itu sendiri, telah ada sejak
komputer pertama kali dikembangkan. Namun ketika dinilai memiliki
75
nilai komersial, pihak industri perangkat lunak mulai memaksakan
konsep mereka perihal kepemilikan perangkan lunak. Dengan
dukungan finansial yang kuat -- secara sepihak -- mereka
membentuk opini masyarakat bahwa penggunaan perangkat lunak
tanpa izin/ lisensi merupakan tindakan kriminal.
Tidak semua pihak menerima konsep kepemilikan tersebut di
atas. Richard Stallman (1994, 1996) beranggapan bahwa perangkat
lunak merupakan sesuatu yang seharusnya selalu boleh
dimodifikasi. Menyamakan hak cipta perangkat lunak dengan barang
cetakan merupakan perampasan kemerdekaan berkreasi. Semenjak
pertengahan tahun 1980-an, yang bersangkutan merintis proyek
GNU (GNU is Not Unix) – dengan tujuan memberdayakan kembali
para pengguna (users) dengan kebebasan (freedom) menggunakan
dan mengembangkan sebuah perangkat lunak. Proyek ini
memperkenalkan
konsep copyleft yang pada dasarnya mengadopsi prinsip
copyright, namun prinsip tersebut digunakan untuk menjamin
kebebasan berkreasi. Jaminan tersebut berbentuk pelampiran
source code, serta pernyataan bahwa perangkat lunak tersebut
boleh dimodifikasi asalkan tetap mengikuti prinsip copyleft. Konsep
dari proyek GNU ini lebih dikenal dengan istilah "free software".
Prinsip-prinsip free software tersebut memiliki banyak
kesamaan dengan OSS. Namun menurut Richard Stallman (1998),
free software lebih menekankan pada hal hakiki yaitu kebebasan
mengembangkan perangkat lunak. Sedangkan menurut Eric S.
Raymond (2000), OSS lebih menekankan aspek komersial seperti
kualitas tinggi, kecanggihan, dan kehandalan. Dengan demikian,
konsep OSS diharapkan lebih menarik perhatian pelaku bisnis,
investor, dan bahkan para raksasa perangkat lunak. Bahkan Esther
Dyson (1998) memperkirakan, bahwa raksasa seperti Microsoft pun
akan memperhitungkan serta memanfaatkan OSS, seperti halnya
mereka memanfaatkan internet.
Konteks pembahasan tulisan ini ialah posisi kelompok negara
yang sedang berkembang dalam memanfaatkan OSS. Negara
seperti ini terkadang diobok-obok oleh lembaga-lembaga dunia
seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB)
dengan penunggangan agenda-agenda lain secara terselubung.
Penunggangan tersebut umpamanya berupa pemaksaan sepihak,
terhadap pengertian konsep Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Dengan demikian, yang secara tidak langsung mereka telah
menuduh masyarakat kita sebagai pembajak, pencuri, tidak
76
bermoral, tidak menjunjung nilai etika, dan sejenisnya. Perlu
diingatkan bahwa negara kita bukan satusatunya surga perangkat
lunak tidak berlisensi. Hal ini sudah mendarah daging di seluruh
Asia. Kita hanya kalah melakukan public relation dalam hal pura-
pura aktif melakukanpemberantasan. Bahkan di sebuah negara Asia
Tenggara yang konon sudah "maju" dan "beradab", ditemukan
perangkat lunak tanpa lisensi secara melimpah ruah.
77
ditentukan oleh pengguna. Sedangkan komputer branded/trade mark
adalah komputer yang telah mempunyai merk terkenal yang telah
siap/jadi hanya tinggal pakai. Salah satu perbedaan antara komputer
yang dirakit (rakitan) dengan komputer branded yaitu ketersediaan
perangkat lunak didalamnya baik sebagai sistem operasi (operating
system/OS) maupun aplikasi yang menyertai OS tersebut. Selain itu
dari segi harganya lebih murah sedangkan komputer yang telah jadi
(branded) biasanya komputer dengan merek yang ternama telah
tersedia (include) perangkat lunak tersebut sehingga harga tentunya
lebih mahal. Komputer yang berada di LAPAN Pusat sebagian besar
masih menggunakan komputer yang bersifat rakitan walaupun
dengan spesifikasi yang tinggi namun perangkat lunak yang ada
didalamnya baik OS maupun aplikasinya masih bersifat illegal
artinya tidak menggunakan software yang berlisensi karena harga
software yang berlisensi diantaranya OS dan aplikasi windows cukup
mahal. Untuk menanggulangi pembelian software yang mahal
tersebut harus adanya software yang bersifat gratis dan bisa
dimanfaatkan serta dikembangkan bersama tanpa batas. Salah satu
dari software gratis tersebut adalah Software open source yang
berbasis Linux.
Permasalahannya adalah saat ini pemerintah telah mempunyai
software open source IGOS tinggal pakai yang sifatnya legal namun
bagaimana software tersebut dapat diterapkan di masing-masing
pemerintah.
Gerakan Open Source mendefinisikan bahwa open source tidak
hanya sekedar kemudahan akses pada kode sumber, namun suatu
software dapat disebut open source bila distribusinya memenuhi
kriteria-kriteria berikut ini typeset@protect @@footnote
SF@gobble@opt http://www.opensource.org:
• Free redistribution. Lisensi software tersebut tidak boleh
membatasi suatu pihak untuk menjual atau memberikan
software, baik software yang berdiri sendiri maupun software
yang menjadi komponen software lain.
• Kode sumber. Program harus menyertakan kode sumber dan
harus memungkinkan pendistribusian dalam bentuk kode sumber
maupun terkompilasi.
• Derived works. Lisensi harus memungkinkan modifikasi dan
pekerjaan turunan, serta harus memungkinkan mereka
didistribusikan berdasarkan syarat-syarat yang sama dengan
yang ada pada lisensi software awal.
78
• Integritas kode sumber. Lisensi dapat membatasi distribusi kode
sumber dalam bentuk termodifikasi hanya jika lisensi
memungkinkan distribusi patch filestypeset@protect
@@footnote SF@gobble@opt Patch file adalah
perbaikanperbaikan kode sumber yang didistribusikan untuk
memperbaiki software yang telah didistribusikan dahulu. Patch
file ini biasanya tidak berukuran besar. Dengan adanya patch file
maka seseorang tidak perlu mengambil ulang seluruh software
sehingga menghemat waktu download. serta kode sumber demi
pemodifikasian program pada saat kompilasi. Lisensi harus
secara eksplisit mengijinkan distribusi software yang dibangun
dari kode sumber termodifikasi. Derived works harus
mengenakan nomor versi atau nama yang berbeda dari software
aslinya.
• Tidak ada diskriminasi terhadap orang atau kelompok.
• Tidak ada diskriminasi terhadap fields of endeavor. Lisensi tidak
boleh membatasi seseorang menggunakan program dalam
bidang tertentu.
• Distribusi lisensi. Hak-hak yang ada dalam program harus
berlaku pula bagi tiap pihak yang menerima program, tanpa
memerlukan lisensi tambahan.
• Lisensi tidak boleh spesifik terhadap suatu produk.
• Lisensi tidak boleh mempengaruhi software lain. Lisensi tidak
boleh membatasi software-software yang didistribusikan beserta
software terlisensi open source.
79
• Meningkatnya keamanan. Selain itu dengan tersedianya kode
sumber maka segala kesalahan yang terdapat dalam program,
misalnya kesalahan logika ataupun kesalahan pengkodean,
dapat segera diperbaiki tanpa perlu menunggu waktu yang lama,
karena seseorang yang menemukan kesalahan tersebut dapat
saja segera memperbaikinya dan mengirimkan perbaikan
tersebut ke Internet atau bila ia tidak mampu memperbaikinya ia
dapat memberitahu pihak-pihak lain. Sebagai contoh, suatu
kesalahan dalam Linux umumnya segera diperbaiki dalam kurun
waktu kurang dari satu hari, bahkan dalam beberapa jam sejak
dikeluarkan. Namun demikian, software yang didistribusikan
secara open source tidak menjamin bahwa software tersebut
aman.
• Selain itu dengan tersedianya kode sumber maka customer akan
merasa lebih nyaman, lebih yakin karena ia tidak membeli kucing
dalam karung. Bagaimanakah perasaan Anda bila mobil yang
Anda beli tidak dapat dilihat mesinnya ataupun bagian-bagian
dalam lainnya?
80
pasar 31% menurut studi Netcraft. Apache merupakan program
webserver untuk menangani lalu lintas web pada suatu server.
Sebuah survei Netcraft pada bulan April 2001 memperkirakan
bahwa lebih dari 62% web server merupakan Apache
servertypeset@protect @@footnote SF@gobble@opt
http://www.netcraft.com/survey/.
• Perl dan PHP. Keduanya adalah bahasa pemrograman yang
sangat berguna dalam administrasi sistem, pembuatan program
serta dapat pula digunakan dalam pembuatan web site yang
dinamis.
81
Center dan Kluwek (Kelompok LinUx ceWEK) menyelenggarakan
acara Pengenalan Linux bertempat di Auditorium President
University, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat. Acara
yang semula ditargetkan dihadiri oleh sekitar 200 peserta ternyata
menarik perhatian sangat besar dari wilayah di luar Jababeka.
Alhasil peserta membludak sampai kurang lebih 740 orang. Panitia
pun kewalahan mengatasi antrian pengunjung yang panjang sampai
ke luar pintu masuk auditorium."
Rusmanto juga memberi penjelasan bahwa berbagai distro linux
telah menyediakan
tampilan muka yang lebih mudah dipakai oleh pemakai pemula.
Solusi lebih banyak melakukan demo penggunaan linux di kelompok
pendidikan dan dunia kerja. Ia juga menjelaskan kelebihan dan
kelemahan dari linux. Menurutnya, filosofi linux paling penting adalah
memberi kebebasan dan kemandirian bagi pemakainya untuk
menggunakan, menggandakan, mempelajari cara kerja,
mengembangkan, dan menyebarluaskan.
Penggunaan linux bagi sektor pendidikan formal bertujuan agar
para pendidik dan siswa:
• memahami konsep hak cipta dan HaKI
• menguasai cara kerja komputer dan open source
• menguasai perintah dan menu untuk menjalankan program
(melalui tampilan muka teks dan grafis)
• menguasai aplikasi perkantoran
• memahami aspek keamanan dalam open source
82
sendiri. Dengan melakukan kegiatan melalui komunitas, baik di
lingkungan pendidikan formal maupun non formal, kebutuhan biaya
dan sumber daya dapat dibagi merata sehingga tidak menjadi beban
yang berat.
Setiap presentasi dan demo disertai dengan sesi diskusi yang
karena keterbatasan waktu belum sepenuhnya menampung
antusiasme rasa ingin tahu peserta. Diskusi yang berjalan
mengungkapkan bahwa hambatan dari penggunaan open source
software adalah minimnya publikasi pada masyarakat luas sehingga
terbatas sekali komunitas yang mengetahui adanya pilihan lain
bernama linux. Belum lagi adanya informasi dan persepsi negatif
terhadap linux yang jika dicermati sebenarnya merendahkan
kemampuan pemakai pemula. Selain itu, lemahnya kondisi
penegakan hukum di Indonesia menjadikan banyak orang merasa
nyaman menggunakan software bajakan.
Setelah dua pemberi materi selesai, Yuyun Kusuma tampil
untuk memperkenalkan Kluwek kepada peserta. Ia menjelaskan
beberapa divisi dan rencana Kluwek ke depan seraya mengundang
peserta perempuan yang hadir untuk mengunjungi website dan
menjadi anggota milis Kluwek.
Sesi lain yang menghebohkan adalah saat pembagian berbagai
bingkisan dan doorprize dari sponsor kepada peserta. Di antaranya
adalah pembagian bingkisan dari XL, Beauty Gold, dan liburan di
penginapan Tanjung Lesung. Kluwek sangat bangga bahwa usaha
mereka melakukan kegiatan edukasi membuahkan banyak
ketertarikan dari pihak bisnis untuk menjadi sponsor. Pihak President
University juga mengapresiasi inisiatif kluwek dan panitia internal
yang berasal dari mahasiswa President University dalam
penyelenggaraan cara ini. Semoga kegiatan ini menjadi awal yang
positif bagi gerakan open source yang dilakukan Kluwek di masa
depan. Viva Kluwek! (NikenLestari)
83
terdokumensi secara sistematis, sehingga pembahasan ini semata
berdasarkan catatan pribadi (Samik-Ibrahim, 1998a, 2000a, 2000b).
Namun, diharapkan sudah cukup untuk memberikan gambaran
perihal rangkaian kejadian pada saat tersebut.
Hingga 1970an, perangkat keras komputer berbentuk main
frame atau mini yang dikelola oleh sebuah tim yang eksklusif di
dalam sebuah "ruang kaca" yang steril. Populasi komputer secara
keseluruhan sangat sedikit berhubung harganya sangat mahal.
Pemeliharaan instalasi komputer dipercayakan kepada agen
pemasok (supplier), sehingga supervisi kepemilikan perangkat lunak
dapat dilakukan secara relatif ketat. Walau pun demikian,
terkandang para pemasok tersebut meminjamkan perangkat lunak
tanpa seizin pemilik lisensi.
Tahun 1980an ditandai dengan kemunculan komputer Apple II
berbasis 6502 /1 Mhz dengan opsi tambahan prosesor Zilog Z80/ 2
MHz. Komputer ini menggunakan media penyimpanan disket yang
mudah digandakan, sehingga memudahkan pendistribusian
perangkat lunak Public Domain (PD) mau pun Shareware. Namun,
media disket ini pun menyebabkan kehadiran perangkat lunak tanpa
lisensi yang sering diberi istilah perangkat lunak bajakan.
Pola penggunaan perangkat lunak tersebut dilanjutkan pada
saat kehadiran PC berbasis Intel 8088 (16 bit/ 4.77 MHz/ PC/MS-
DOS), serta work station unix berbasis Motorola 68k (32 bit). Jika
sebelumnya bentuk pendistribusian dalam bentuk binner, pada
sistem berbasis unix juga disertakan source code dari program
tersebut. Selain dengan media magnetik, pendistribusian juga mulai
dilakukan melalui jaringan secara online (ARPAnet), atau pun secara
batch (usenet) dengan newsgroup seperti comp.source.unix,
alt.source, dan sejenisnya. Penyertaan source code dan
pendistribusian melalui jaringan ini merupakan cikal bakal tradisi
OSS.
Tema penelitian bidang ilmu komputer pada era 1980an ini
mencakup pemodifikasian dan pem-porting-an perangkat lunak jenis
PD. Motivasi penggunaan PD ini tersebut bukan berdasarkan moral,
melainkan kepraktisan belaka yaitu meneruskan/ mengikuti trend
penelitian di luar negeri. Beberapa perangkat lunax yang digunakan
pada waktu itu seperti GCC Compiler untuk Unix, UUCP, CNEWS
2.11, X.400 ean, Silicon Compiler, Cross Compiler (Modula 2,
Pascal), UIUC Notes, dan lain sebagainya.
84
Proses Pemasyarakatan Linux di tahun 1990an
85
Tanda-tanda aktivitas Linux pun mulai bermunculan serentak di
mana-mana pada tahun 1995 tersebut. Bung Bambang Nurcahyo
Prastowo memperkenalkan distribusi S.u.S.E 4.4.1 (kernel 2.0.29)
pada masyarakat Yogyakarta. Sebuah milis Linux pernah dirintis
pada tahun 1996, namun gagal karena kekurangan inersia. Setahun
berikutnya, dapat dikatakan sebagai tahun kebangkitan Linux
Indonesia. Sebuah milis kembali terbentuk, yang diikuti oleh
berbagai InstallFest, lokakarya, seminar, serta publikasi berturut-
turut di media KompuTek, Mikrodata, dan InfoKomputer. Kelompok
Pengguna Linux Indonesia (KPLI) pun menjamur di berbagai kota di
Indonesia. Perlu dicatat dan ditekankan, bahwa kegiatan tersebut
berkembang di luar UI dan IndoInternet. Bahkan dapat dikatakan,
kontribusi UI dalam memasyarakatkan Linux: "nyaris tak terdengar".
Faktor Sukses
86
Terakhir, suasana dan event yang mendukung. Linux mulai
marak pada tahun 1997 seiring dengan peningkatan kepopuleran
internet di Indonesia (pra krismon). Inersia yang cukup akan
membangkitkan reaksi rantai. Semakin banyak yang menggunakan
Linux berarti semakin sedikit yang tidak menggunakan. Populasi
pengguna linux yang banyak akan menarik pengguna yang lebih
banyak lagi. KPLI yang muncuk dibentuk di sebuah kota dapat
mendorong proses pembentukan KPLI di kota berikutnya. Selain itu,
pengembangan Linux ini mendapat dukungan teknis secara gotong
royong melalu milis.
Pada perioda 1991 - 1994, kegiatan penyebaran Linux kurang
mendapatkan sambutan. Dalam kondisi demikian, provokasi
secanggih apa pun tidak akan banyak berpengaruh. Baru mulai
1994, motivasi penggunaan Linux ialah alternatif terminal X11 yang
murah meriah. Setahun kemudian, Linux bahkan mulai digunakan
secara operasional di sebuah penyelenggara Internet komersial.
Selama 1994 - 1997 ini, momentum penggunaan Linux dalam
keadaan sangat kritis yaitu: memiliki peluang sama untuk sukses
atau pun gagal. Dukungan institusional (top down) dari Universitas
Indonesia dan IndoInternet membantu menstabilkan momentum ini,
namun tidak sampai menjadi faktor utama kesuksesan Linux di
Indonesia! Justru, motor dari kesuksesan Linux ialah para
profesional muda yang terjun ke bidang Internet pasca 1997.
Sayang sekali, gerakan OSS ini baru berhasil di lingkungan
teknis, yang biasanya kurang tertarik untuk menggunakan OSS
untuk keperluan bisnis. Diperlukan usaha ekstra untuk memajukan
sektor office automation ini. Masalah ini tidak dapat hanya diatasi
secara bottom-up. Dukungan pimpinan dibutuhkan untuk mendorong
pengurangan secara bertahap penggunaan perangkat lunak yang
dianggap tanpa lisensi sah. Dukungan topdown ini perlu ditunjukkan
dengan mengangkat CIO (Chief Information Officer) yang memiliki
komitmen terhadap OSS. Tidak dapat dipungkiri, bahwa usaha ini
membutuhkan pengalokasian sumber daya manusia dan biaya yang
tidak sedikit. Diperlukan pula unsur kolaborasinya karena banyak hal
yang tidak bisa dikerjakan sendiri. Dukungan secara grass-root/
bottom-up akan membantu terbentuknya Masyarakat Digital Gotong
Royong (MDGR). yang bersifat tidak formal.
Jika negara-negara yang sedang berkembang ini
memanfaatkan OSS, dengan sendirinya berarti tidak menggunakan
perangkat lunak yang berlisensi. Menurut I Made Wiryana (1998),
inisiatif penggunaan OSS dapat dimulai oleh para pendidik bidang
87
teknologi informasi. Harapan mulia ini berpotensi untuk menjadi
solusi "win-win" untuk semua pihak. Tak lupa penulis mengingatkan -
- terutama kepada diri sendiri -- bahwa para musuh-musuh OSS
pada umumnya tidak akan tinggal diam menyaksikan kesuksesan
gerakan OSS ini. Mereka akan mencoba secara sistematis untuk
mempertahankan pangsa pasar yang telah mereka genggam.
Mereka pun tidak akan henti-hentinya menjelek-jelekkan OSS,
seperti menuduh tidak handal, tidak terjamin, tidak dipelihara, dst.
Keuntungan
88
Kesalahan (bugs, error) lebih cepat ditemukan dan diperbaiki.
Karena jumlah developernya sangat banyak dan tidak dibatasi, maka
kemungkinan untuk mendeteksi bugs lebih besar. Visual inspection
(eye-balling) merupakan salah satu metodologi pencarian bugs yang
paling efektif. Selain itu, karena source code tersedia, maka setiap
orang dapat mengusulkan perbaikan tanpa harus menunggu dari
vendor.
"Given enough eyeballs, all bugs are shallow. (Linus Torvalds)”
89
Kekurangan
Office productivity
• StarOffice. Produk ini merupakan versi kompatibel dari
Microsoft Office. Pada mulanya StarOffice merupakan produk
gratis yang dikembangkan oleh StarDivision, sebuah perusahaan
di Jerman. Kemudian perusahaan ini dibeli oleh Sun
Microsystems dan StarOffice menjadi produk dari Sun
Microsystems yang didistribusikan secara gratis. Akan tetapi
90
pada akhirnya perusahaan Sun akan mengkomersialkan produk
ini. Sebagai gantinya ada produk OpenOffice.
• OpenOffice. Merupakan produk office suite yang gratis dan
terbuka sebagai pengganti StarOffice yang menjadi tertutup.
• Abiword4.
Database
91
• PostgreSQL6. Merupakan database yang juga bersifat open
source.
Lain-lain
92
harus dapat menentukan sikap dan mengambil keputusan agar
dapat memilih informasi yang tepat bagi dirinya.
Pada dasarnya informasi yang ada baik atau buruk, benar atau
salah pada hakekatnya bersifat netral. Artinya akibat dan efek
informasi bagi seseorang atau masyarakat tergantung pada
kepandaian dan kepiawaian seseorang atau masyarakat untuk
menggunakan informasi tersebut. Pada saat ini sumber informasi
sangat banyak, beragam dan tersebar dimana-mana. Sangat sulit
untuk membatasi atau membentengi suatu informasi untuk tidak
samapai kepada suatu masyarakat tertentu. Langkah yang terbaik
bukannya menghalangi kehadiran informasi karena hal itu tidak
mungkin, yang tepat adalah menyiapkan masyarakat untuk bisa
menangani, menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi
yang tersedia. Penyiapan kondisi psikologis bagi masyarakat untuk
menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi bagi diri
mereka sendiri akan lebih efektif dan mendewasakan masyarakat
untuk bisa mengelola informasi dengan baik. Dengan kemajuan
teknologi informasi seseorang atau masyarakat akan mendapat
kemudahan akses untuk menggunakan dan memperoleh informasi.
Misalnya saja Internet, Internet dapat merubah perilaku
konsumen. Dari yang semula pasif (mendengar, membaca dan
melihat) menjadi aktif (interaksi dan menulis/posting). Dari indvidual
ke grup/social networking. Dari reader menjadi Publisher (writing,
reviewing, recomending). Konsumen bukan lagi seorang manusia
yang pasif dan serta merta menyerap iklan atau pun bombardir
pesan marketing lainnya, mereka telah berubah menjadi media dan
media adalah kekuasaan. Banyak para ‘newbies’ dan para konsultan
web maupun mereka yg menyebutnya pakar mengatakan secara
tersirat bahwa teknologi informasi dan komunikasi mengubah
perilaku konsumen dalam hal membeli.
Padahal yang benar adalah teknologi tidak dapat mengubah ciri
dan sifat dasar manusia yaitu keinginan atau emosi yang merupakan
faktor utama dalam hal membeli, namun Internet membuat kita,
sebagai pemasar dan pelaku bisnis untuk memodifikasi caranya
menjangkau dan memasarkan bisnis kita kepada calon pembeli
Karakter dan sifat suatu pelanggan di era pra-internet maupun
di era internet sama yaitu asalkan kita dapat menanamkan
kepercayaan kepada mereka, mereka dapat menjadi pelanggan kita.
93
Oleh sebab itu, kepercayaan adalah pelumas yang paling
esensial untuk bisnis digital. Tanpa membangun kepercayaan di
sekitar calon pelanggan, bisnis digital akan kandas.
Kepercayaan juga dibangun lewat komunikasi secara berkala
atau follow-up, tanpa adanya follow-up, sulit sekali kita dapat
menjual produk lewat internet sama halnya seperti dalam dunia
penjualan konvensional, transaksi umumnya dapat terjadi karena
hasil follow-up. Karena internet tidak mengubah sifat bawaan alami
ini, maka kita pun perlu membuat suatu sistem yang dapat
melakukan follow-up.
Beberapa tahun belakangan ini seiring dengan meningkatnya
teknologi di dunia ini diikuti dengan berubahnya ilmu dan strategi
marketing secara cepat dan dinamis. Bagi orang yang berkecimpung
di dalam dunia marketing, maka harus disadadari bahwa strategi
pemasaran yang dijalankan saat ini mungkin hanya bertahan paling
lama satu hingga dua tahun ke depan. Apakah yang menyebabkan
perubahan itu terjadi dengan begitu cepatnya? Jawabannya adalah
perubahan perilaku konsumen yang terjadi juga sangat cepat. Perlu
diketahui bahwa perilaku konsumen saat ini pasti tidak sama dengan
perilaku konsumen pada 10 tahun, 5 tahun, dan mungkin saja 1
tahun yang lalu.
Dasar dari perubahan perilaku konsumen itu adalah semakin
sedikitnya waktu yang dihabiskan dengan perusahaan yang dimiliki
seorang pengusaha, mengingat banyaknya kompetitornya yang
bermain di laut yang sama (red ocean) sehingga konsumen akan
menjadi bingung dalam membuat keputusan pembelian dan loyal
terhadap suatu produk. Faktor lain yang mengakibatkan cepatnya
perubahan perilaku konsumen adalah semakin berkembangnya
teknologi di dunia ini, sehingga konsumen sudah dimanjakan dengan
berbagai kemudahan dan kepraktisan. Salah satu contohnya produk
perbankan, dimana dua puluh tahun yang lalu ketika kita ingin
melakukan trasnsfer uang ke sebuah rekening, maka anda harus
datang ke bank tersebut, mengisi slip, dan menyerahkan slip
tersebut serta menyetorkan uang tersebut. Apabila kita bandingkan
dengan keadaan saat ini, konsumen hanya cukup melakukanya
lewat Automatic Teller Machine (ATM), atau lewat internet (online
banking), dan dalam beberapa tahun terakhir ini sudah bisa
menggunakan teknologi mobile banking dimana cukup
menggunakan ponsel saja.
94
Selain persaingan dengan kompetitor yang semakin ketat dan
perubahan perilaku konsumen, Para pemasar masih harus bersaing
dengan tingginya biaya pemasaran, distribusi, dan lainya. Untuk
mengatasi berbagai permasalahan itu, teknologi dapat menjadi
solusinya. Contohnya, untuk mempertahankan konsumen agar tetap
royal maka digunakanlah berbagai macam software CRM, Software
Accounting, Pajak, dan sebagainya.
Di sisi lainya, teknologi juga telah mengubah selamanya dimana
jarak bukanlah menjadi halangan bagi konsumen untuk menjangkau
produk yang diinginkanya. Dunia menjadi semakin kecil, dan
mobilitas menjadi semakin tinggi. Alasan mengapa saya memilih
perkembangan tersebut adalah seperti yang dikemukakan di atas
bahwa perkembangan teknologi informasi dapat menawarkan segala
kemudahan dan kepraktisan.
Di dalam perkembangan tekhnologi saat ini yang sudah
semakin tinggi masih terdapat masalah-masalah pada penggunaan
software di dalam masyarakat. Dua alasan klasik yang sering
dikemukakan mengapa masyarakat kita tetap memilih menggunakan
software bajakan adalah soal mahalnya harga software asli dan
masalah sudah terbiasa menggunakan software-software tersebut.
Lalu bagaimana jika kita memaksakan diri untuk menggunakan
software-software proprietary secara legal, akan berimplikasi pada
semakin berkurangnya kemampuan masyarakat kita terhadap
perkembangan teknologi informasi. Yang pada gilirannya akan
mengakibatkan timbulnya kesenjangan digital di Indonesia yang
semakin parah.
Mengenai kondisi masyarakat kita yang sudah terlalu terbiasa
dengan software-software berbasis OS Windows, memang ini
bukanlah perkara yang mudah, mengingat sistem operasi Microsoft
Windows sudah sangat mendarah daging di masyarakat kita.
Solusi yang digunakan untuk menyelesaikan semua
permasalahan itu adalah dengan open source. Sebenarnya pilihan
software open source sudah sangat banyak. Software-software itu
juga telah berkembang baik dari segi interface yang semakin user
friendly juga kemampuan yang tak kalah dengan software berbayar.
Seperti yang kita ketahui hampir setiap software berbayar ada
padanan open source-nya sebagai solusi alternatif yang bisa
digunakan gratis tanpa harus mencuri. Microsoft Windows sendiri
contohnya, bukanlah ‘The Operating System’ yang terbaik jika
dibandingkan dengan Linux yang berbasis open source. Memang
soal kenyamanan dan kemudahan, Microsoft Windows telah berhasil
95
membuai para penggunanya. Namun demikian, banyak juga distro-
distro Linuk yang menawarkan kemudahan sekelas Windows seperti
Distro Mandrake misalnya.
Tapi untuk itu semua memang butuh pengorbanan, baik dari
segi waktu maupun tenaga. Masuk akal juga, jika banyak
perusahaan atau instansi yang masih keberatan berpindah ke open
source. Ya, karena untuk langsung beralih ke operating system non
Windows bukanlah perkara yang mudah. Perlu pembelajaran
kembali yang mau-tidak mau akan sangat berpengaruh terhadap
kelancaran usaha. Padahal, untuk jangka panjang ada beberapa
keuntungan yang bisa diperoleh jika perusahaan mulai
menggunakan program-program open source, yaitu rendahnya biaya
instalasi program, reliabilitas yang tinggi, keamanan yang tinggi,
sehingga total cost of ownership-nya menjadi rendah. Selain itu
dengan menggunakan program-program open source maka
perusahaan tidak perlu terikat pada satu vendor, baik vendor
hardware maupun software. Jika perusahaan menemui
permasalahan, ia dapat menghubungi pembuat program ataupun
mencari perusahaan-perusahaan jasa untuk menangani masalah
tersebut.
Jadi sebenarnya hanya perlu niat untuk mau berusaha
memeras otak untuk sedikit beradaptasi dan belajar dengan
software-software baru berbasis open source tersebut.
Kita tidak perlu kawatir menggunakan aplikasi-aplikasi berbasis
open source. Tidak selamanya yang mahal itu jauh lebih baik.
Karena justru aplikasi-aplikasi open source memiliki tingkat
reliabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan program-program
closed source (proprietary) mengingat kode sumber untuk program-
program open source tersedia secara bebas, hingga program yang
dibuat oleh seseorang ataupun sesuatu organisasi akan
mendapatkan review dari rekan-rekannya ataupun pihak-pihak lain.
Selain itu dengan tersedianya kode sumber maka segala
kesalahan, baik kesalahan logika ataupun kesalahan pengkodean
dalam program, dapat segera diperbaiki dan perbaikan tersebut
dikirimkan ke Internet oleh siapapun yang kebetulan menemukan
kesalahan tersebut. Selain itu biasanya open source memiliki
dukungan komunitas yang cukup baik dan solid. bagi yang kurang
tahu soal pemprograman, mereka bisa memperoleh pertolongan
melalui keberadaan komunitas tersebut. Namun demikian, software
yang didistribusikan secara open source tidak menjamin bahwa
software tersebut aman. Justru dengan disajikannya kode sumber
96
tanpa encripsi, maka pengguna akan lebih yakin tidak membeli
kucing dalam karung, bebas dari kode-kode susupan yang tidak
perlu, atau bisa saja merugikan.
Keterbatasan yang lain adalah mengenai hardware compatible
yang masih sedikit ribet pada operating system berbasis open
source, dikarenakan kebanyakan vendor yang tidak memberikan
dukungan driver untuk peralatan yang mereka produksi. Mau tidak
mau kita harus mencari dan men-download driver-driver tersebut
dari internet. Mungkin pemerintah bisa membantu dengan
mengeluarkan regulasi agar para vendor menyediakan driver untuk
operating system open source bagi peralatan produksinya.
Lalu bagaimana sebenarnya perkembangan open source di
Indonesia dewasa ini?
Sebenarnya sudah banyak proyek open source yang dikerjakan
komunitas pengembang lokal di Indonesia seperti:
Proyek Penerjemahan distribusi Linux SUSE, Proyek
Penerjemahan manual programprogram UNIX, Proyek Dokumentasi
menerjemahkan dokumentasi-dokumentasi Linux yang biasa dikenal
sebagai Linux-HOWTO ataupun Linux-Mini-HOWTO ke dalam
bahasa Indonesia. Proyek ini telah berjalan cukup baik dan
dokumen-dokumen hasil proyek ini telah diintegrasikan ke dalam
distribusi Linux RedHat, Proyek Penerjemahan perintah-perintah
atau menu-menu yang ada dalam program-program KDE ke dalam
bahasa Indonesia, Pembuatan Perangkat Lunak Billing Warnet,
Perpustakaan Online, dll. Beberapa produk open source buatan
anak Indonesia atau yang dibuat di Indonesia bisa ditemukan di
alamat ini : http://www.oss.lipi.go.id/
Keterlibatan pemerintah dalam mendukung gerakan open
source di Indonesia juga cukup besar. Setelah tanggal 30 Juni 2004
dideklarasikan penggunaan dan pengembangan open source
software (OSS) yang ditandatangani oleh : Menteri Riset dan
Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Kehakiman
dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri
Pendidikan Nasional, pemerintah melaui IGOS (Indonesia, Go Open
Source!), telah meluncurkan operasi Linux gratis IGOS Nusantara
2006.
Melihat perkembangan yang ada, saya yakin jika berbagai
kemajuan tersebut terus menjadi fokus utama dari pemerintah, maka
usaha pemberantasan software ilegal akan mengalami kemajuan
yang berarti. Memang sudah seharusnya, pemerintah tidak hanya
melulu melakukan razia terhadap penggunaan software bajakan.
97
Sebab yang jauh lebih penting adalah menjadi motivator, pelopor
dan fasilitator dalam penggunaan aplikasi open source sebagai
salah satu alternatif solusi pengembangan dan pemakaian software
legal di Indonesia. Jika perlu penggunaan aplikasi komputer berbasis
open source ini diajarkan di sekolah-sekolah. Kalau dulu kita
mendapatkan materi aplikom dengan windows dan MS Office
sebagai bahan materinya, mungkin saat ini bisa mulai ditambah
Linux dan open office, sebagai alternatif. Dengan demikian
masyarakat bisa memiliki alternatif jalan keluar saat menghadapi
sweeping software bajakan. Saya yakin jika ini dilakukan maka
penolakan terhadap sweeping software bajakan akan semakin
berkurang.
Selalu ada harapan untuk meraih sesuatu yang baik. jadi mari
kita terus berharap agar prestasi memerangi pembajakan di
Indonesia akan terus membaik. Dari 97% ditahun 1996, turun
menjadi 88% di tahun 2001 (berdasarkan data Asosiasi Piranti
Lunak Indonesia). Semoga tingkat pembajakan akan semakin turun,
hingga kita bisa kembali bangga menjadi bangsa yang bermartabat
dan berbudaya.
98
Operasi GNU/Linux ataupun sistem operasi open source lainnya,
sehingga mahasiswa dan dosen tidak hanya tahu teori, namun juga
tahu penerapannya dalam dunia nyata. Kemudian dengan
menginstalasi sistem operasi open source, misalnya GNU/Linux,
seseorang umumnya telah memperoleh aplikasi-aplikasi yang cukup
lengkap, sehingga ia tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk
membelinya.
Bagi Pemerintah
99
ataupun trojan horse yang dapat membahayakan pemanfaatannya
dalam bidang yang sensitif, seperti bidang pertahanan keamanan.
100
3. Mengadakan workshop-workshop ataupun seminar-seminar
tentang open source Software ini.
Berikut ini adalah beberapa buah proyek open source yang ada
di Indonesia. Proyek-proyek tersebut ada yang sudah berjalan lama
dan terbilang sukses dan ada pula yang baru berjalan.
101
Proyek ini bertujuan untuk menerjemahkan perintah-perintah
atau menu-menu yang ada dalam program-program KDE ke dalam
bahasa Indonesia. Proyek ini dimulai pada April 1999, dan saat ini
belum selesai karena kurangnya tenaga sukarelawan/ti yang turut
serta.
102
aturan-aturan hukum yang tidak berjalan serta tidak dihargainya para
aparat penegak hukum, misalnya belum ditegakkannya hukum bagi
Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Kesemuanya ini akan
menghambat perkembangan open source, karena dengan mudah
dan murahnya orang memperoleh software-software proprietary
maka software-software open source tidak akan diterima oleh
masyarakat umum.
103
software-software tersebut tersedia di para pedagang, umumnya
merupakan software-software distribusi Sistem Operasi yang
terkenal, misalnya RedHat Linux, SuSe Linux, sehingga untuk
mereka yang memiliki kebutuhan yang berbeda akan timbul
masalah.
SARAN-SARAN
Agar mampu ikut serta dalam gerakan open source ini, maka
sumber daya manusia (SDM) yang ada perlu ditingkatkan mutunya.
Hal ini dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal
sebagaimana yang ada di sekolah-sekolah ataupun perguruan
tinggi, ataupun melalui jalur pendidikan informal, seperti kursus-
kursus, seminar-seminar, pelatihan-pelatihan. Yang dapat
104
diharapkan berperan besar dalam proses peningkatan mutu SDM ini
adalah dunia pendidikan, dunia bisnis.
Dunia pendidikan dapat memulai dengan mengenalkan peserta
didik pada software-software open source, mengajarkan pemakaian
beberapa software yang dirasakan bermanfaat, serta akhirnya
mengajarkan pemrograman dengan menggunakan software-
software bahasa pemrograman open source, seperti C/C++, Perl,
Python, PHP.
Dunia bisnis dapat membantu dunia pendidikan dengan
memberikan hardware mereka yang sudah tidak dipakai lagi namun
masih berfungsi, agar dapat digunakan dalam proses
mengajarkan software-software open source pada peserta didik.
Hal ini akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, bagi
dunia bisnis, akan menghemat biaya penyimpanan maupun
pemeliharaan, sementara dunia pendidikan mendapatkan hardware
yang dibutuhkannya. Kemudian dunia bisnis dapat pula
menyelenggarakan pelatihanpelatihan, seminar-seminar yang
berkaitan dengan open source, bekerja sama dengan dunia
pendidikan untuk membuat software-software open source, misalnya
suatu perusahaan software dapat bekerja sama dengan dunia
pendidikan untuk membuat suatu software yang memanfaatkan riset
yang ada di dunia pendidikan.
Memperbaiki infrastruktur
105
seberapa lama telpon dipakai, atau pemerintah dapat menghapus
monopoli telekomunikasi yang selama ini dimiliki oleh suatu
perusahaan sehingga akan bermunculan para pesaing yang dapat
menurunkan biaya. Dengan rendahnya tarif telpon maka akan
semakin banyak masyarakat yang terkoneksi dengan Internet,
Internet Service Provider (ISP) semakin banyak, akibatnya ISP
berlomba-lomba untuk memperbaiki pelayanan mereka, misalnya
dengan memperbaiki jaringan mereka agar dapat memberikan
koneksi yang cepat, reliable dan murah, karena bila tidak customer
dapat berpindah ke ISP lain yang lebih baik.
106
Pada umumnya, program-program yang membentuk Linux
berlisensi GNU Public License. Setiap orang tidak hanya berhak
memperoleh software bersifat open source secara gratis, tetapi juga
berhak memodifikasi source code software tersebut.
Meracik software yang bersifat open source menjadi satu
software yang mudah diinstalasi dan digunakan, kemudian
menjualnya dengan menyertakan pelayanan dan support kepada
pembeli adalah bentuk dasar dari bisnis model open source.
Kelebihan dari bisnis model ini adalah, biaya untuk membangun
sebuah software dapat ditekan serendah mungkin tanpa mengurangi
kualitas dari software tersebut.
Walaupun bisnis model ini tidak lebih sederhana dari bisnis
model software yang konvensional, penulis yakin bahwa bisnis
model ini bisa menjadi satu pemecahan untuk mengatasi
pembajakan software yang merupakan masalah besar di dunia
software komputer. Di Indonesia sendiri kurang lebih 90% dari
software yang ada di masyarakat adalah software bajakan. Kondisi
ini pula merupakan salah satu kendala yang menghambat
perkembangan dunia software di Indonesia.
Pada masa mendatang, dimulai dari Linux, diperkirakan akan
muncul banyak perusahaan software yang akan membuat
produknya secara open source. Bila budaya open source ini dapat
juga berkembang di Indonesia hembusan angin segar akan dapat
dirasakan oleh pengembang software di tanah air. Semoga.
**
BIODATA
107
108
MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP
PERANGKAT LUNAK OPEN SOURCE LINUX
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia dikenal oleh dunia internasional dengan
sebutan negara pembajak Software komputer terbesar bersama
beberapa negara Asia lainnya, dikarenakan penggunaan perangkat
lunak Microsoft oleh masyarakat Indonesia yang ilegal (tidak
membeli lisensi).
Dengan adanya perangkat lunak yang bersifat open source,
maka penggunaan software ilegal diharapkan dapat ditekan
seminimal mungkin. Open source dapat juga memberdayakan
masyarakat Informatika Indonesia lebih bebas untuk berkompetisi
dalam pengoperasian perangkat lunak dan pengembangan software.
109
Perangkat lunak merupakan software yang berfungsi untuk
menjalankan sistem komputer, tanpa perangkat lunak sebuah
komputer dengan prosessor yang berkecepatan tinggi dan dengan
RAM yang berkapasitas besar komputer tidak dapat berfungsi.
Tujuan
Penelitian dengan judul “Membangkitkan minat belajar siswa
terhadap perangkat lunak Open Source Linux” mempunyai tujuan :
a. Siswa diharapkan dapat migrasi dari penggunaan software
ilegal ke software yang legal
b. Siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan /
skillnya terhadap perangkat lunak Open Source yang legal
c. Siswa diharapkan dapat membedakan software ilegal dan
software yang legal
d. Siswa diharapkan dapat mensosialisasikan tentang software
Open Source kepada masyarakat umum
Batasan Masalah
Dunia Teknologi Informasi di Indonesia dewasa ini mendapat
predikat yang kurang baik dimata dunia internasional, yaitu sebagai
negara pembajak software terbesar.
Untuk mengantisipasi proses pembajakan yang lebih besar lagi,
pemerintah sudah berusaha untuk mengalihkan penggunaan
perangkat lunak yang ilegal dan mengajak masyarakat
umum/masyarakat pengguna Teknologi Informasi untuk migrasi ke
Open Source.
Salah satu perangkat lunak yang bersifat Open Source yaitu
Linux. Penggunaan Linux di Indonesia pada umumnya dan di SMK
Negeri 2 Bogor pada khususnya masih terdapat kendala. Sejak
dibukanya program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK
Negeri 2 Bogor, Linux sudah diperkenalkan kepada para siswa.
Kendala yang umum sifatnya yaitu setiap siswa sejak duduk di
bangku sekolah dasar dan menengah pertama lebih mengenal
perangkat lunak Microsoft, walaupun mereka tidak mengetahui kalau
penggunaannya ilegal.
110
(c) Menumbuhkembangkan penggunaan perangkat lunak Linux di
lingkungan SMK Negeri 2 Bogor pada umumnya dan jurusan
Teknik Komputer dan Jaringan pada khususnya.
Rumusan Masalah
Penelitian dengan judul “Membangkitkan minat belajar siswa
terhadap perangkat lunak Open Source Linux” dapat dirumuskan
sebagai berikut : “Bagaimana Membangkitkan minat belajar siswa
terhadap perangkat lunak Open Source Linux ?”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Minat
Minat adalah suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja
yang lahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan
lingkungan (Sujanto Agus: 1981). Untuk membangkitkan minat
diperlukan proses pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk
kegiatan, misalnya bekerja dan pengalaman yang didapat dari
lingkungan secara berkelompok. Dalam menjalani pembelajaran
setiap orang memerlukan pemusatan perhatian agar yang dipelajari
dapat dipahami, sehingga terjadilah perubahan perilaku.
Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik Pemar: 2001).
Berdasarkan pengertian di atas, makna belajar yaitu suatu proses
kegiatan, tetapi bukan pencapaian target suatu tujuan. Target hasil
dari belajar yaitu perubahan perilaku menjadi lebih dewasa dan
memahami permasalahan yang ada.
111
dari Minix atau Unix yang dikembangkan pertama kali oleh seorang
programer komputer dari Finlandia yaitu Linus Trovald pada tahun
1990.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X Teknik Informatika Program
Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan SMK Negeri 2 Bogor,
yang berlokasi di Jl. Pangeran Sogiri No. 404 Tanah Baru Ciluar
Kota Bogor, telepon 0251 – 8652085. Jumlah siswa sebagai
sampel 31 orang dengan latar belakang sosial ekonomi
haterogen.
B. Persiapan Penelitian
Untuk memperlancar pelaksanaan Penelitian ini, telah
dipersiapkan instrumen dan cara penilaian untuk pengolahan
data.
C. Siklus Penelitian
Penelitian menggunakan 2 siklus yaitu :
1. Pendahuluan
Mempersiapkan materi yang akan dijadikan bahan
pembelajaran,
yaitu :
1.1 Mata Pelajaran : Perangkat lunak Dasar
1.2 Standar Kompetensi : Menginstal perangkat
lunak berbasis text
1.3 Kompetensi Dasar :
1.3.1 Mempersiapkan instalasi perangkat
lunak berbasis text
1.3.2 Melaksanakan instalasi sesuai
Installation Manual
1.3.3 Mengecek hasil instalasi dengan
menjalankan sistem
operasi dan melakakukan
troubleshooting sederhana
1.4 Indikator :
112
1.4.1 Menggunakan paket instalasi yang
legal
1.4.2 Proses sesuai Installation Manual
1.4.3 Hardware mendukung perangkat
lunak
2. Langkah Utama
Proses kegiatan belajar mengajar pada awal
semester pertama, telah disurvei dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan bahwa perangkat lunak
komputer tidak hanya Microsoft (Windows)
seperti yang dikenal oleh siswa.
2. Guru meminta siswa menuliskan data lengkap
dengan menambahkan keterampilan komputer
yang pernah diterima pada waktu duduk di
bangku SMP.
3. Guru menyimpulkan sementara, pada dasarnya
semua siswa telah mengenal komputer dengan
baik.
3. Langkah Penutup
Setiap selesai memberikan materi pelajaran dalam
kegiatan belajar, Guru selalu menyimpulkan tentang
materi perangkat lunak open source yang
disampaikan, beserta tujuan dari proses
pembelajarannya.
D. Pembentukan Instrumen
Untuk mendapatkan data yang akurat dan valid dari
seluruh siswa sebagai sampel, Guru mempersiapkan
intrumen berupa lembar angket/kuisioner dengan beberapa
pertanyaan (14 pertanyaan berisikan tentang perangkat
lunak open source secara umum dan satu pertanyaan
khusus tentang perangkat lunak open source yang telah
dikuasai oleh siswa). Lembar kuisioner/angket terlampir.
113
lunak open source Linux. Kuisioner dibagikan kepada siswa
pada tanggal 25 Pebruari 2008. Pemaparan data hasil
analisis dapat dibahas pada Bab selanjutnya.
BAB IV
PEMAPARAN DAN ANALISA DATA
A. Analisa Data
Proses pengolahan data kuisioner Penelitian dengan
judul “Membangkitkan minat belajar siswa terhadap perangkat
lunak Open Source Linux” dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Analisis
S R Jumlah
No Pertanyaan kuisioner S TS Prosentase
S R angket
tertinggi
Sebagai Siswa, negara
Indonesia mendapat
1 10 11 7 3 31 35%
predikat sebagai pembajak
software
Dengan perangkat lunak
open source, Indonesia
2 7 22 1 1 31 71%
dapat terbebas dari predikat
pembajak software ilegal
Linux wajib dikuasai siswa
3 Teknik Informatika SMK 11 15 0 5 31 48%
Negeri 2 Bogor
Perangkat lunak Linux di
jurusan TI SMK Negeri 2
4 4 13 1 13 31 42%
Bogor sudah bagus
penyampaiannya
Siswa SMK Negeri 2 Bogor
5 akan membentuk forum 11 11 1 7 31 35%
komunitas Linux
Teknik Informatika SMK
6 Negeri 2 Bogor mempunyai 10 18 0 3 31 58%
misi Go Open Source
Kata orang Linux sangat
7 1 11 3 16 31 52%
susah dipelajari
Lebih senang menggunakan
8 software illegal kerena 4 16 7 4 31 52%
mudah
114
Saya akan berusaha
9 mempelajari Linux dengan 10 16 0 5 31 52%
serius
Linux dapat menjadi
kompetensi utama setiap
10 siswa jurusan Teknik 5 7 0 19 31 61%
Informatika SMK Negeri 2
Bogor
Komputer saya
menggunakan system
11 operasi ilegal, supaya tidak 1 15 0 15 31 48%
membajak, akan saya install
open source Linux
Linux sangat mudah dan
menyenangkan, karena
12 7 14 2 8 31 45%
dapat membangkitkan rasa
penasaran
Kalau Linux menyulitkan,
13 saya mencari tahu di forum 6 20 0 5 31 65%
Linux
Kalau Linux menyulitkan
14 0 1 18 12 31 58%
akan saya tinggalkan
30 40 70 80 Jumlah Prosentase
No Pertanyaan kuisioner
% % % % angket tertinggi
Perangkat lunak Linux yang
15 24 6 1 0 31 77%
saya kuasai saat ini
Keterangan :
( Kuisioner nomor 15 jawaban Perhitungan Prosentase Tertinggi (PPT) .
khusus ) PPT = (skor jawaban terbanyak) / (jumlah total
SS = Sangat Setuju angket) X 100%
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
RR = Ragu – ragu
115
Piramid Tabel Hasil Pengolahan Data
Keterangan :
a. Siswa setuju, Linux sudah bagus cara penyajiannya = 42%
b Siswa setuju, SMK Negeri 2 Bogor membentuk forum Linux =
35%
c Siswa setuju. Indonesia sebagai Negara pembajak software =
35%
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil pemaparan analisis data angket kuisioner Penelitian ini,
dapat disimpulkan :
1. Masyarakat Indonesia pada umumnya dan siswa SMK
Negeri 2 Bogor kelas X jurusan Teknik Komputer dan
Jaringan pada khususnya, masih mempunyai keinginan
menjadi pembajak software, dan mempunyai karakter ingin
dimudahkan karena malas untuk memulai sesuatu hal yang
baru apabila merasa dipersulit.
2. Sebagian besar siswa Teknik Komputer dan Jaringan SMK
Negeri 2 Bogor menginginkan menggunakan software yang
legal, karena ada tantangan untuk mempelajari sesuatu yang
baru.
3. Untuk dapat menguasai perangkat lunak Linux lebih
mendalam, siswa Teknik Komputer dan Jaringan SMK
Negeri 2 Bogor pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya memerlukan bimbingan.
B. Saran
Untuk menindaklanjuti hasil Penelitian ini, beberapa saran yang
membangun dapat dituliskan, yaitu :
1. Pengenalan software yang legal sebaiknya dilakukan sejak
dini oleh pihak pemerintah, dan memberikan solusi
kemudahan dalam mengoperasikan sehingga generasi
muda dapat secepatnya menggunakan produk software legal
di berbagai bidang.
2. Diharapkan pihak pemerintah dapat memfasilitasi
penggunaan software komputer yang legal untuk sekolah
dari tingkat dasar sampai tingkat menengah.
3. Karena adanya minat siswa Teknik Komputer dan Jaringan
SMK Negeri 2 Bogor untuk menguasai Linux, fasilitas
praktek sebaiknya menggunakan software open source, dan
siswa dipermudah dalam menggunakan komputer berbasis
open source untuk latihan.
117
DAFTAR PUSTAKA
118
PEMERINTAH KOTA BOGOR
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ( SMK ) NEGERI 2 BOGOR
BIDANG STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA
BIDANG STUDI KEAHLIAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Jl. Pangeran Sogiri No. 404 Tanah Baru Ciluar Bogor Utara Telepon
(0251) 8652085
SURAT KETERANGAN
Nomor : / - SMKN.2 / 2009
Nama tersebut di atas adalah benar guru sekolah kami, dan yang
bersangkutan telah melaksanakan penelitian dengan judul:
"MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP
PERANGKAT LUNAK OPEN SOURCE LINUX" pada Juli 2007 s/d
25 Pebruari 2008
Penelitian dengan judul tersebut di atas akan diikutsertakan dalam
lomba penulisan tentang open source (www.lomba-oss.com).
119
Demikianlah surat keterangan ini dibuat agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya
120
KUISIONER / ANGKET PENELITIAN
PERANGKAT LUNAK DASAR
121
c. Tidak setuju d. ragu-ragu
**
BIODATA
122
Membangun OSS Berbasis Organisasi Sosial
ABSTRAK
1. Pengantar
123
Indonesia. Pada kesempatan ini, saya ingin mencoba memberikan
masukan dari batu pijakan yang lain.
Menurut Bales dan Homans (1999), pada hakekatnya manusia
memiliki sifat sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk
berkeTuhanan. Dalam hal ini, saya mencoba menghubungkan model
sosialisasi atau penetrasi terhadap keberhasilan OSS di Indonesia.
Menurut saya, model pendekatan yang tepat akan mampu
menyampaikan pesan yang sesuai dengan keterandalan yang
dimiliki oleh OSS bagi rakyat Indonesia.
Selama ini, masyarakat seakan terkena mouth of marketing
atas keberadaan OSS di sekitarnya. Stigma yang terlanjur tumbuh,
mengesankan OSS sebagai software yang kurang familiar bagi para
user. Padahal, OSS beberapa kali telah terbukti mampu untuk
membuat inovasi tiada henti, hingga didukung oleh beberapa
korporasi besar di tingkat internasional.
2. Pembahasan
124
kemauan agen OSS dalam menggandeng user, diharapkan dapat
merangkum pandangan mereka kepada hal positif yang berdampak
pada kepuasan user terhadap suatu produk OSS.
Sementara dalam analisa interaksi sosial, kita mengenal
pemberian dan permintaan informasi. Kondisi demikian juga akan
membentuk sistem komunikasi sosial yang sanggup menciptakan
perubahan kebudayaan. Perubahan yang dimaksud, diharapkan
akan berbentuk apresiasi positif atas nilai-nilai yang dimiliki
masyarakat, terhadap keberadaan OSS di Indonesia.
Pendekatan solutif yang dimaksud, disodorkan melalui perilaku
formil organisasi sosial kemasyarakatan. Organisasi tersebut
ditengarai telah mampu mewarnai keseharian masyarakat Indonesia.
Melalui organisasi sosial kemasyarakat, gerakan OSS diharapkan
mampu hinggap pada interaksi sosial yang mampu mempengaruhi
individu secara efektif. Hal ini sejalan dengan filosofi pengembangan
OSS dengan mengedepankan individu yang cerdas dan memiliki visi
terbuka. Sebuah relasi yang diperkuat melalui konstruksi efektif atas
sukarelawan yang memiliki ketertarikan yang sama.
Berpijak pada pendapat Gabriel Terde (1999) tentang the law of
descent pada interaksi sosial, menyebutkan bahwa suatu golongan
yang atas akan menjadi obyek peniruan dari golongan yang ada di
bawahnya. Sehubungan dengan itu, saya berpendapat bahwa
organisasi sosial keagamaan merupakan pintu yang paling efektif
bagi usaha pengembangan OSS di Indonesia.
Dalam hal ini organisasi sosial keagamaan dipandang cukup
memiliki basis kepemimpinan, pengaruh, pengetahuan,
keterampilan, kedudukan, dan kewibawaan di tengah masyarakat
Indonesia. Sistem komunikasi OSS yang disalurkan melalui
organisasi sosial keagamaan diharapkan mampu memberikan
orientasi ketaatan (ideologi), kognitif dan simbolik yang bersumber
kepada pengetahuan, teknologi, politik, sosial, budaya, ekonomi,
atau pun beberapa hal berbau kontemporer yang lain. Menurut saya,
organisasi sosial keagamaan dapat digunakan oleh gerakan OSS di
Indonesia untuk memberikan dominasi, kontrol dan layanan
terhadap pengguna komputer. Organisasi sosial keagamaan akan
mampu berperan menjadi institusi mediasi antara produk OSS
dengan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang teknologi
informasi.
Beberapa contoh keberhasilan organisasi sosial keagamaan
dalam perubahan sosial, dapat dengan mudah untuk kita tilik dalam
sejarah. Kita mengetahui, betapa ideologi Kristen telah berhasil
125
digunakan oleh Kerajaan Roma untuk menundukkan suku-suku kecil
di sekitarnya. Belum lagi relasi antara revolusi industri di Eropa
dengan etika Protestan. Sementara di Indonesia, komunikasi yang
disampaikan oleh seorang Kyai misalnya, akan terkesan lebih efektif,
ketimbang paparan OSS yang disampaikan tengah oleh seorang
pakar teletematika di hadapan para santri.
126
5. Meningkatkan program beasiswa keterampilan khusus OSS,
bagi siswa yayasan/lembaga yang berada di bawah naungan
organisasi sosial keagamaan
127
3. Simpulan dan Penutup
4. Referensi
**
BIODATA
Nama : Yuniawan Heru Santoso
Tempat Tgl Lahir :-
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat :-
Telepon : yuniawan@unair.ac.id
Pekerjaan :-
128
MENGAKSELERASI DAYA SAING BANGSA DAN
MEMASYARAKATKAN OPEN SOURCE SOFTWARE MELALUI
KOMPETISI
ABSTRAK
Keluarnya Indonesia dari priority watch list country (daftar
negara yang prioritas diamati) ke kelompok watch list country
(daftar negara yang diamati) untuk pembajakan karya cipta
intelektual merupakan sebuah prestasi yang luar biasa dan
patut disyukuri. Pencapaian prestasi di atas tidak terlepas dari
keberadaan Program IGOS atau (Indonesia, Go Open Source!).
Dimana Salah satu tujuan Utama Program tersebut adalah
Mengurangi penggunaan perangkat lunak bajakan/ilegal, yang
merupakan bagian dalam proses penegakan hukum di bidang
HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).Meski cukup
menggembirakan, prestasi ini masih jauh tertinggal dibanding
dengan negara lain di dunia. Karya tulis ini menjelaskan bahwa
program IGOS perlu diakselerasi di berbagai kegiatan
mengingat besarnya manfaat yang akan diperoleh. Meski masih
terdapat sejumlah Kendala yang menghambat optimalisasi
penggunaan OSS diseluruh lapisan masyarakat seperti:
kurangnya pemahaman masyarakat tentang open source,
kemudahan dalam memperoleh perangkat lunak bajakan,
sulitnya memperoleh perangkat lunak open source, masih
minimnya penggunaan OSS di dunia pendidikan dan lembaga
litbang, serta kurangnya dukungan pemerintah. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk memasyarakatkan OSS
adalah melalui berbagai ajang kompetisi.dan pemberian
apresiasi atas penggunaan dan pemanfaatan OSS.
129
tingkat pembajakan ini menjadikan Indonesia diusulkan oleh
International Intellectual Property Alliance (IIPA) kepada United State
Trade of Representative (USTR) masuk dalam prioritas untuk
diawasi (priority watch list). Usulan tersebut jelas akan memberi
pengaruh negatif terhadap ekonomi bangsa karena negara yang
termasuk dalam daftar tersebut akan kehilangan fasilitas
Generalized System of Preference (GSP) yakni fasilitas khusus
untuk negara berkembang berupa pembebasan tarif dalam
pelaksanaan ekspor.
Pencapaian prestasi di atas tidak terlepas dari Program IGOS
atau Indonesian, Go Open Source! yang telah dimulai dan semakin
semarak digalakkan di Indonesia sejak lima tahun terakhir. IGOS
merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengedukasi,
mensosialisasikan serta mempromosikan penggunaan open source
software (OSS). Salah satu tujuan utamanya adalah mengurangi
pembajakan perangkat lunak komputer sebagai bagian dalam
proses penegakan hukum di bidang HaKI (Hak atas Kekayaan
Intelektual) yang hasilnya sudah kita rasakan dalam bentuk
penurunan dari `priority watch list country` ke kelompok `watch list
country`. Meski cukup menggembirakan, prestasi ini masih jauh
tertinggal dibandingkan banyak negara yang telah merasakan
banyak manfaat dari OSS di berbagai bidang kehidupan. Karenanya,
IGOS ke depan perlu semakin diakselerasi mengingat besarnya
manfaat yang akan kita dapat.
Beberapa manfaat besar pemanfaatan OSS lainnya antara lain :
pertama, memperkecil kesenjangan teknologi informasi antara
Indonesia dengan negara maju melalui pengembangan software;
melalui bidang ini kita memiliki peluang untuk mengejar
ketertinggalan dan mensejajarkan diri dengan negara-negara high-
tech. Kedua, mempercepat, mengembangkan, menciptakan,
menarik program-program pemerintah bidang teknologi informasi
skala nasional yang mempunyai dampak politis (percepatan program
e-government), ekonomi (penghematan devisa negara dalam
pengadaan lisensi, stimulasi pengembangan UKMK bidang TI),
sosial (peningkatan pengguna komputer, pelatihan, dan peningkatan
akses informasi), pendidikan (iptek, e-learning; e-library), dan
hankamnas (pertukaran informasi/trafficking lebih terlindungi). Selain
itu, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang berbasis
open source secara optimal juga akan memberi peluang untuk
meningkatkan daya saing sekaligus mewujudkan kemandirian
bangsa khususnya di bidang software.
130
Kompetisi sebagai Akselerasi
Terdapat sejumlah kendala dan masalah di lapangan yang
menghambat optimalisasi penggunaan OSS secara luas di
masyarakat. Di antaranya : kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang open source, kemudahan masyarakat dalam memperoleh
perangkat lunak bajakan, sulitnya memperoleh perangkat lunak open
source, masih minimnya penggunaan OSS oleh dunia pendidikan
dan lembaga litbang, dan kurangnya dukungan pemerintah. Salah
satu cara yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
mendorong daya saing bangsa dan lebih memasyarakatkan OSS
adalah melalui ajang kompetisi.
Ada beberapa pemikiran, realita dan manfaat dari kompetisi
sebagai sarana untuk mengakselerasi IGOS. Pertama, kita memiliki
potensi dan SDM handal dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sudah teruji dan terbukti di berbagai event
internasional seperti olimpiade. Pembinaan yang tepat dan sarana
yang kondusif tentu akan lebih banyak memunculkan SDM yang tak
kalah mumpuni termasuk di bidang Open Source Software (OSS).
Potensi yang masih terpendam tersebut perlu didukung, dimotivasi
dan difasilitasi agar lebih teraktualisasi dan memberi kontribusi nyata
bagi kemajuan dan kemandirian bangsa di kemudian hari.
Tentunya diperlukan imbal prestasi yang layak sebagai bentuk
apresiasi. Sebagai contoh, Microsoft menyediakan hadiah senilai Rp
1 milyar dalam lomba software mereka. Pemerintah kita mungkin
belum mampu menyediakan hadiah sebesar itu namun pemerintah
khususnya dalam hal ini Menristek sebagai tangan kanan
pemerintah dalam bidang OSS, harus berusaha maksimal.
Keterbatasan anggaran dapat disiasati dengan menggandeng
banyak partner sebagai sponsor. Hadiahnya dapat berupa beasiswa
bagi pelajar dan mahasiswa. Dalam hal ini Menristek dapat bekerja
sama dengan perusahaan/pihak swasta atau langsung dengan
perguruan tinggi yang bersangkutan. ITB atau ITS misalnya, untuk
memberikan beasiswa pendidikan bagi para pemenang. Atau bisa
pula dalam bentuk pekerjaan baik tetap atau sementara (magang), di
lembaga pemerintah atau swasta terkait. Kalau perlu diangkat
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Negara tentu tidak akan rugi
mempekerjakan SDM-SDM yang terbukti kompeten dan berdedikasi
tinggi di bidangnya masing-masing. Semakin besar apresiasi yang
diberikan, tentu akan semakin memotivasi masyarakat yang
kompeten di bidang software untuk mempersembahkan karya
terbaik mereka. Sebaliknya, jika pemerintah tidak mengakomodir
131
potensi, kreativitas dan inovasi di bidang software anak negeri
dengan baik, bisa saja para programmer handal di negeri ini lebih
suka “menjualnya” ke pihak atau negara lain yang lebih menghargai
karya mereka.
Kedua, semangat berkompetisi di era global yang sangat
kompetitif seperti sekarang, mutlak diperlukan untuk membangun
daya saing bangsa. Sumber daya alam kita yang berlimpah tidak
akan terolah optimal dan memberi banyak manfaat jika SDM kita
tidak punya semangat berkompetisi dengan negara lain untuk
menjadi lebih baik dan mandiri. Lihat saja Jepang, Korea dan India.
Mereka berlomba-lomba menghasilkan berbagai produk inovatif dan
kompetitif untuk menjadi yang terbaik. Semangat berkompetisi telah
mengantarkan mereka sebagai ”pemenang” di banyak bidang dan
”raja” di pasar internasional. Karenanya, semangat berkompetisi
perlu dibudayakan dan terus dikembangkan terutama di kalangan
generasi muda Indonesia, karena mereka punya potensi.
Semangat ini, jika terus dipupuk dan dikembangkan secara
benar dengan dukungan yang optimal, dapat mengikis secara
perlahan mentalitas bajakan yang sudah mendarah daging dalam
kultur masyarakat kita. Bukan tidak mungkin, kitapun akan menjadi
negara produsen utama yang mungkin salah satunya di bidang open
source. Bukan lagi negara penjiplak terbesar di dunia.
Masyarakat juga perlu dimotivasi untuk mau menggunakan
OSS. Apalah artinya teknologi berbasis open source canggih dan
berkualitas jika masyarakat sebagai pengguna utama merasa
enggan, tidak mengenal dan atau merasa sulit untuk
menggunakannya. Sekian lama dimanjakan oleh software bajakan
yang mudah didapat, tentu akan membuat proses transisi dari
software bajakan ke OSS memerlukan waktu yang lama dan usaha
ekstra. Dalam hal ini, kompetisi dapat pula menjadi salah satu
sarana untuk mengakselerasi.
Kompetisi bagi masyarakat dapat berupa reward atau award
(penghargaan) bagi mereka yang paling concern menggunakan
OSS. Ajang ini dapat menjadi sarana untuk menggugah semangat,
kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk menghargai dan
bangga menggunakan produk OSS negeri sendiri. Program ini dapat
dimulai dari instansi pemerintah di semua departemen dari pusat
hingga daerah sebagai pilot project. Dan atau dunia pendidikan yang
kemudian berlanjut ke lembaga swasta dan dunia usaha hingga ke
kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM). Perlu kerja sama dan
dukungan semua pihak agar cita-cita lebih memasyarakatkan OSS
132
ke semua segmen dan komponen masyarakat dan negara dalam
rangka membangun daya saing dan kemandirian bangsa dapat
terlaksana dengan baik. Saatnya membuktikan Indonesia juga bisa!
**
BIODATA
133
134
MENINGKATKAN KEPEDULIAN MASYARAKAT UNTUK
PENGGUNAAN OPEN SOURCE
Oleh: Imdul Fatah Umasugi
ABSTRAK
Penyusunan karya tulis ini, dilakukan dengan mengadakan
observasi penggunaan Open source (OSS) selama 3 hari di
warnet dikota Ambon. Dari hasil pengamatan menunjukkan
bahwa OSS sangat bermanfaat, Piranti Lunak dengan kode
terbuka ini, dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan pengguna.
Kehadiran OSS memberikan peluang baru dalam berinovasi
didunia IT, Tulisan ini memberikan jawaban mengapa OSS
belum banyak digunakan meskipun banyak keuntungan yang
diperoleh.Selain itu penulis mengajak masyarakat untuk mulai
menggunakan OSS, dengan demikian anak bangsa dapat
berperan aktif dan sekaligus menimbulkan sikap mandiri, dan
tumbuhnya rasa percaya diri serta bangga akan produk dalam
negeri. Kurangnya informasi atau sosialisasi tentang OSS
merupakan salah satu penyebab terhambatnya penggunaan
OSS di masyarakat. Sosialisasi ke sekolah-sekolah merupakan
kegiatan yang perlu dilaksanakan agar siswa yang memiliki
keingintahuan terhadap OSS dapat terakomodir dan selajutnya
dapat berinovasi dengan peranti tersebut. Dan selanjutnya
menarik minat siswa untuk mengembangkan dan menjadi
programer profesional yang handal, khususnya Bidang OSS
dimasa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
136
dan memang di sekolah – sekolah adalah adalah tempat yang
bagus untuk diperkenalkan software yang open source karena open
source lebih bagus dari software yang close source dan juga
menumbuhkan semangat open source semangat menggunakan
open source sebagai software yang melengkapi kehidupan dan
keperluan kita dalam bidang IT tentunya dan mengikuti
perkembangan open source kedepan.
Dan pertanyaan yang muncul mengapa software yang open
source seperti software dari linux tidak banyak digunakan padahal
disini kita ketahui bahwa software yang open source di dapat dengan
mudah, gratis, dan terjangkau, dan dapat ubah sesuai keperluan
penggunya penulis dapat menjawab bahwa kurangnya suatu
informasi tentang software yang open source itu sendiri masyarakat
masih bingung apa itu linux dan bagaimana penggunaanya kata ini
didapat dari orang orang yang penulis pantau dengan demikian
kurang adanya suatu informasi memag sudah ada tapi hanya untuk
orag tertentu seperti perusahaan dan tenaga-tenaga IT saja dan
sekolah adalah tepat yang bagus untuk melestarian software yang
open source karena memang siswa memerlukan software yang
seperti ini yang mudah di jangkau oleh siswa.
Dan perkembangan software open source memberikan dampak
berarti untuk kita karena selain bersifat open source yang kode
sumbernya terbuka juga bisa di dapat sebagian gratis dan mudah
dijangkau dan mudah di mengerti oleh masyarakat luas maka
marilah kita beralih ke karena banyak manfaatnya dan kita terlepas
dari hal-hal yang tidak menguntungkan pengguna.
B. Perumusan Masalah dan Hipotesis
A. Masalah
1. Apakah mudah menggunakan open source khusus di
masyarakat?
2. Apakah ada dampak negatif dari penggunaan software
yang open source?
3. Apakah Software yang open source bermanfaat bagi
masyarakat luas?
4. Bagaimana mendorong inovasi dan kreatifitas anak bangsa
melalui open source tersebut ?
5. Mengapa software yang open source tidak banyak
digunakan ?
6. Siapa sajakah yang dapat Menggunakan Open source
tersebut?
137
7. Dimanakah kita bisa mendapatkan software yang open
source ini ?
B. Hipotesis
1. H=1
2. H=0
3. H=1
4. H=1
5. H=1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah Software yang open source
bermanfaat bagi masyaraka khususya di bidang pendidikan
2. Untuk mengetahui pemanfaatan open source dalam
membantu kita untuk meyelesaikan masalah software yang
mungkin belum cocok untuk kita
3. Untuk mengetahui dampak open source itu sendiri
4. Untuk mengetahui kemudahan meggunakan perangkat
lunak open source
5. Untuk Mendorong inovasi dan kreatifitas anak bangsa
khususnya di Indonesia
6. Untuk meningkatkan semangat open source
7. Untuk menjadikan software yang open source sebagai
sarana pebelajaran
138
BAB II
TELAAH PUSTAKA
139
siswa karena banyak siswa yang tidak mengetahui apa itu open
source apakah sulit menggunakannya, dengan demikian pengenalan
open source di dunia pendidikan juga harus di mulai dari sekarang
dengan begitu dunia pendidikan Indonesia semakin maju dan
pemerintah jangan hanya mengatakan jangan beli bajakan ayo
perangi bajakan tapi tidak mengetahui bagaimana langkahnya dan
jalan keluarnya maka dari itu open source memberikan kebebasan
untuk menyalin tanpa terikat hak cipta maka itu mari kita beralih ke
.
B. Open source sebagai sarana pembelajaran
140
banyak siswa yang ingin menjadi programer yang handal ini adalah
usia dimana siswa ingin sekali menjelajahi semua yang ada
padaperangkat lunak dari komputer dan open source juga
memberikan dampak dari siswa menuju masyarakat luas dan
indonesia semakin maju dan tidak kalah saing dengan negara-
negara lainnya. Open source sangat bagus bila di jadikan sarana
pembelajaran OSS mencakup samua dari bagian perangkat lunak itu
sendiri banyak pembelajaran yang di dapat secara langsung maupun
tidak langsung itulah open source manfaatnya selain dari kebebasan
yang sudah di tawarkan secara langsung dan tidak langsung sudah
terdapat pembelajaran sendiri dari open source untuk kita semua
open begitu bermanfaat banyak yang bisa kita buat dengan open
source dan sangat bersahabat dengan masyarakat dan di sekolah
masyarakat semuanya membutuhkan open source.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
141
lagi software yang bajakan karena bersifat free untuk di salin dan kita
tidak berpikir lagi biaya yang mahal untuk mendapatkannya karena di
dapat juga dengan free karana OSS bersifat gratis diataranya juga di
dapat
142
- Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat tentang IT
- Meningkatkan kreatifitas anak bangsa dalam mengeksplorasikan
bakat IT kreatifitas tidak di batai oleh software yang ada
- Melepasakan masyarakat dari pengaruh vendor yang mempunyai
perangkat lunak yang mahal.
143
C. Untuk Mendorong inovasi dan kreatifitas anak bangsa melalui
open source
2. Pembelajaran :
Software tersebut bekerja maka itu adalah suatu pembelajaran
yang sangat bagus kita bisa mengetahui cara kerja software
tersebut dan pembelajaran yang baru.
144
3. Hemat :
Sangat murah dan terjangkau bahkan oleh masyarakat yang
kurang mampu karena sangat terjangkau harganya bahkan
gratis dan di salin tanpa rasa khawatir .
A. Lokasi Pengamatan
Mengingat waktu penulis memilih lokasi di 2 buah warnet di
sekitar rumah penulis satu memakai OS linux dan yang
satunya bukan dari kalangan open source dan penulis
meniliti mengenai open source LINUX karena disini
terjangkau
B. Waktu Pengamatan
Observasi open source (linux) selama 3 hari (tgl 30 juni 2009
s/d 2 juli 2009)
D. Kesimpulan
Dengan telah melakukan penilitian penulis dapat simpulkan
bahwa penggunaan tidak jauh berbeda dengan Close
Source Software bahkan open source memberikan banyak
keuntungan di bandingkan close source dan jawaban dari
pertanyaan mengapa dalam hal linux tidak banyak
digunakan di masyarakat dan jawabannya karena kurangnya
informasi dan sosialisasi tentang open source dalam hal linux
145
itu sendiri karena dari pengamatan dan tanya jawab kepada
teman-teman dari penulis mereka katakan bahwa open
source contihnya linux sangat sulit di gunakan padahal hal
tersebut salah dan dengan kurangnya informasi dan
sosialisasi ke masyarakat tentang open source maka dalam
benak mereka dan menjadi pradigma sekarang bahwa
software yang open source ini sangat sulit digunakan dalam
hal dari linux sangat sulit di gunakan dan tidak bersahabat
dengan masyarakat padahal pradigma itu sangat salah justru
sangat mudah di gunakan di bandingkan sengan close
source software bahkan orang yang baru menggunakannya
sekalipun dan ini menunjukan bahwa software yang open
source tidak banyak di gunakan karena masih kurang
informasi ke masyarakat luas hanya kepada instansi tertentu.
146
dengan software yang tidak berlisensi ini hal yang buruk dalam
dunia pendidikan kita mendidik siswa indonesia dengan barang
yang tidak berlisensi atau bajakan maka mulai dari sekarang mari
kita bangkitkan semangat open source di kalangan generasi muda
sampai kalangan tua indonesia tidak perlu mencari software yang
tidak berlisensi,bahkan dalam diri kita takut akan rajia software
bajakan maka hal ini dapat di kurangkan dengan adanya software
yang open source dan maanfaat dan fungsi open source tidak di
ragukan lagi sangat bermanfaat bagi kita semua dan dengan open
source ini indonesia akan semakin maju dan memberikan dampak
ke generasi muda maupun yang tua sehingga IT indonesia
berkembang dan menyamai negara-negara besar lainnya dan
untuk apa pemerintah melarang jangan membajak sedangkan
masih saja di gunakan software yang mahal, close source bahkan
masih kalah dengan software open source maka pemerintah harus
mengambil sebuah tindakan yaitu indonesia beralih ke (OOS) hal
ini akan memberikan sedikit yang menyalahi aturan seperti
mennyalin atau membajak karena untuk apa membajak open
source sedangkan kode sumber softwarenya terbuka dan
kebebasan menyalin dan sebagainya hal ini sangat bagus untuk
kita beralih ke IT yang lebih bagus dan open source untuk
indonesia yang lebih baik Insya ALLAH dengan open source IT
indonesia semakin maju dan berkualitas open source adalah
saranan pembelajaran yang bagus sehingga seperti menulis
coding kita sendiri yang menulis, memikirkan dan membuatnya
semua itu kita sendiri yang melakukannya
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
147
menganggap bahwa open source sangat sulit bahkan
mereka tidak mengerti apa itu open source dengan demikian
perlu di tingkatkan lagi sosialisasi dan pemerintah harus
segera memberitahukan kepada masyarakat luas untuk
mempergunakan open source dan hal ini dapat membuat
masyarakat mengetahui akan open source itu sendiri dan
open source pengguna hanya mengeluarkan uang untuk
membeli buku referensi yang membutuhkan uang yang
sedikit jumlahnya
B. SARAN
Wasalam
**
BIODATA
148
MENINGKATKAN KEPEDULIAN MASYARAKAT UNTUK
PENGGUNAAN OPEN SOURCE (OSS)
ABSTRAK
Assalammualaikum wr.wb
Wassalammualaikum wr.wb.
**
BIODATA
150
OPEN SOURCE, BEKAL MENGEJAR KETERTINGGALAN
Oleh: Wahyu Kuncoro SN
ABSTRAK
151
meskipun sejak 2004 bangsa ini telah mendeklarasikan Indonesia
Go Open Source (iGos) oleh lima menteri, dengan keluarnya Inpres
No 6/2001 tentang E-Gov serta UU No 3/2003 tentang Open Source
Software (OSS). Padahal semangat pemberlakukan iGos adalah
untuk menekan angka pembajakan. Kenyataan ini tentu menjadi
pekerjaan rumah yang berat bagi pemerintah karena berimbas bagi
kampanye Indonesia Go Open Source (iGos) yang terasa sia-sia.
Kerja keras dalam menanggulangi pembajakan yang telah dilakukan
pemerintah terasa tiada harganya. Namun demikian, kita tentu
berharap justru kondisi tersebut harus memacu pemerintah untuk
semakin menggiatkan perlawan terhadap pembajakan.
Terlepas bahwa kita semua bersepakat pembajakan harus
diperangi, kita tak bisa memungkiri bahwa sebagai negara masih
’berstatus’ negara berkembang posisi Indonesia dan negara-negara
berkembang lainnya memang acap diobok-obok oleh lembaga-
lembaga dunia termasuk World Bank (WB) dengan penunggangan
agenda-agenda lain secara terselubung. Penunggangan tersebut
umpamanya berupa pemaksaan sepihak, terhadap pengertian
konsep Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Dengan demikian,
yang secara tidak langsung mereka telah menuduh masyarakat kita
sebagai pembajak, pencuri, tidak bermoral, tidak menjunjung nilai
etika, dan sejenisnya.
Perlu diingatkan bahwa negara kita bukan satu-satunya surga
perangkat lunak tidak berlisensi. Hal ini sudah mendarah daging di
seluruh Asia. Kita hanya kalah melakukan public relation dalam hal
pura-pura aktif melakukan pemberantasan. Bahkan di sebuah
negara Asia Tenggara yang konon sudah maju dan beradab,
ditemukan perangkat lunak tanpa lisensi secara melimpah ruah.
Namun di atas itu semua, tentu kondisi tersebut tidak lantas menjadi
alasan pembenar bagi masyarakat untuk melakukan pembajakan
dan atau menikmati barang bajakan.
152
memaksakan konsep mereka perihal kepemilikan perangkat lunak.
Dengan dukungan finansial yang kuat -- secara sepihak -- mereka
membentuk opini masyarakat bahwa penggunaan perangkat lunak
tanpa izin/ lisensi merupakan tindakan kriminal. Tidak semua pihak
menerima konsep kepemilikan tersebut di atas. Richard Stallman
(1994, 1996) beranggapan bahwa perangkat lunak merupakan
sesuatu yang seharusnya selalu boleh dimodifikasi. Menyamakan
hak cipta perangkat lunak dengan barang cetakan merupakan
perampasan kemerdekaan berkreasi.
Semenjak pertengahan tahun 1980-an, yang bersangkutan
merintis proyek GNU (GNU is Not Unix) -- dengan tujuan
memberdayakan kembali para pengguna (users) dengan kebebasan
(freedom) menggunakan dan mengembangkan sebuah perangkat
lunak. Proyek ini memperkenalkan konsep copyleft yang pada
dasarnya mengadopsi prinsip copyright, namun prinsip tersebut
digunakan untuk menjamin kebebasan berkreasi. Jaminan tersebut
berbentuk pelampiran source code, serta pernyataan bahwa
perangkat lunak tersebut boleh dimodifikasi asalkan tetap mengikuti
prinsip copyleft.
Konsep dari proyek GNU ini lebih dikenal dengan istilah "free
software". Prinsip-prinsip free software tersebut memiliki banyak
kesamaan dengan OSS. Namun menurut Richard Stallman (1998),
free software lebih menekankan pada hal hakiki yaitu kebebasan
mengembangkan perangkat lunak. Sedangkan menurut Eric S.
Raymond (2000), OSS lebih menekankan aspek komersial seperti
kualitas tinggi, kecanggihan, dan kehandalan. Dengan demikian,
konsep OSS diharapkan lebih menarik perhatian pelaku bisnis,
investor, dan bahkan para raksasa perangkat lunak. Bahkan Esther
Dyson (1998) memperkirakan, bahwa raksasa seperti Microsoft pun
akan memperhitungkan serta memanfaatkan OSS, seperti halnya
mereka memanfaatkan internet. Harus diakui, penggunaan
perangkat lunak (software) komputer sistem gratis pada Indonesia
Go Open Source (IGOS) telah digencarkan sejak 2004.
Namun, penetrasi penggunaan open source di lingkungan
lembaga pemerintah, departemen, dan instansi lainnya masih sangat
rendah. Persentasinya tak sampai angka lima persen. Artinya proses
migrasi ke sistem open source berjalan sangat lamban. Faktor
utama penyebabnya adalah kesadaran bahwa mencuri hak cipta
merupakan tindakan kriminal dan penegakan hukum yang lemah.
Bisa jadi lembaga-lembaga penegak hukum, seperti kejaksaan,
kepolisian, hingga ke polsek-polsek sampai Dirjen HAKI
153
Dephukham, sudah seluruhnya bebas dari pembajakan. IGOS
memang sudah mulai diterapkan di departemendepartemen, di
antaranya Depkominfo, Depdiknas khususnya di sekolah-sekolah
kejuruan, dan beberapa departemen lainnya. Di samping itu, pemda
juga banyak yang berkeinginan untuk menerapkan open source,
namun masih terbatas.
Oleh karenanya, yang perlu dibangun adalah pengembang atau
promotor dari sistem open source tersebut. Selanjutnya, mereka
akan dijadikan agen-agen, misalnya pusat untuk Aceh ada di
Syahkuala. Mengingat Aceh merupakan provinsi yang paling
semangat menerapkan open source, bahkan mereka telah
mendeklarasikannya.
154
bekerja di perusahaan yang khusus mengembangkan software untuk
dijual. Kumpulan skill ini memiliki nilai yang berlipat-lipat tidak
sekadar ditambahkan saja.
Kedua, adanya peer review meningkatkan kualitas, reliabilitas,
menurunkan biaya, dan meningkatnya pilihan (choice). Adanya
banyak pilihan dari beberapa programmer membuat pilihan jatuh
kepada implementasi yang lebih baik. Contoh nyata dari hal ini
adalah web server Apache yang mendominasi pasar server web.
Ketiga, konsep open source menjamin masa depan (future) dari
software. Dalam konsep closed-source, software sangat bergantung
kepada programmer. Bagaimana jika programmer tersebut berhenti
bekerja atau pindah ke perusahaan lain? Hal ini tentunya akan
merepotkan perusahaan pembuat software tersebut. Di sisi pembeli
juga ada masalah. Bagaimana bila perusahaan pembuat software
tersebut sudah gulung tikar? Nilai closed-source software akan
cenderung menjadi nol jika pembuat perusahaan tersebut sudah
bangkrut. Dengan kata lain, the price a consumer will pay dibatasi
oleh expected future value of vendor service. Open source tidak
memiliki masalah di atas.
155
untuk keperluan bisnis. Diperlukan usaha ekstra untuk memajukan
sektor office automation ini. Masalah ini tidak dapat hanya diatasi
secara bottom-up. Dukungan pimpinan dibutuhkan untuk mendorong
pengurangan secara bertahap penggunaan perangkat lunak yang
dianggap tanpa lisensi sah. Tidak dapat dipungkiri, bahwa usaha ini
membutuhkan pengalokasian sumber daya manusia dan biaya yang
tidak sedikit. Diperlukan pula unsur kolaborasinya karena banyak hal
yang tidak bisa dikerjakan sendiri. Dukungan secara grass-root/
bottom-up akan membantu terbentuknya Masyarakat Digital Gotong
Royong (MDGR) yang bersifat tidak formal. Jika negara-negara
yang sedang berkembang ini memanfaatkan OSS, dengan
sendirinya berarti tidak menggunakan perangkat lunak yang
berlisensi.
**
BIODATA
Nama : Wahyu Kuncoro SN
Tempat/Tgl Lahir : Klaten, 25 Pebruari 1972
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat rumah : Perum BINA MARGA
Jalan Raya Menganti 300-D, Wiyung –
Surabaya
Telepon : Telp. 031-7523782
HP. 081 2320 8565 / Flexy : 031-71914276
wahyuksn@gmail.com atau
wahyuksn@yahoo.com
Pekerjaan : Jurnalis/Wartawan
156
Open Source, Bisnis Masa Depan & Inovasi Tanpa Henti
Oleh: Andhika Hendra
ABSTRAK
157
namun teorinya lebih dominan dibandingkan praktek memegang
komputer. Mau tak mau, demi nilai, saya pun hanya menghafal
rumus-rumus MS-DOS. Pelajaran itu hanya didapatkan pada kelas
1, ketika kelas 2 hingga 3, saya pun tidak memegang komputer
sama sekali. Sayang, saya lupa nilai pelajaran komputer itu.
Kok gaptek banget sih? Ya, saya memang tinggal di desa.
Sebuah desa bernama Penggarit, dan SMP di Banjardawa, ibu kota
kecamatan Taman di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Namun,
saya senang bisa mengenal komputer di kelas 1 SMP, masih banyak
temanku yang tidak bersekolah di SMP favorit tidak mendapatkan
pelajaran komputer. Saya termasuk beruntung karena pernah
memegang komputer pada usia 12 tahun.
Seiring umur makin berjalan, saya memasuki SMA, tepatnya di
SMA 1 Pemalang. Saya pun mendapatkan pelajaran tambahan yaitu
komputer, yang diselenggarakan setelah jam sekolah selesai. Ketika
itu tahun 2001, saya menerima buku panduan mengenai
MICROSOFT WORD. Pada pelajaran pertama, saya masih ingat,
saya sangat terkagum-kagum ketika komputer juga bisa
mengeluarkan suara. Benar, itu tidak bohong. “Wah, benda ini bisa
menjadi penentu masa depan manusia,” demikian apa yang ada di
benakku. Seminggu tiga kali, saya mendapatkan pelajaran
tambahan. Saya belajar mengetik menggunakan program windows.
Saya tidak tahu persis apa itu windows, ketika itu. Saya juga tidak
mengetahui kalau windows itu dibuat oleh Bill Gates dan
memakainya harus membayar lisensi. Yang penting, saya bisa
mengetik dengan komputer, dan mendapatkan nilai baik. Dan
tentunya tidak gagap teknologi lagi.
Ketika kelas 3 SMA, kota Pemalang dimasuki oleh internet. Ada
orang yang mendirikan warung internet, dengan tarif Rp6.000 per
jam. Tarif itu tergolong mahal bagi saya, anak SMA. Namun, saya
bersama teman-teman sering iseng bermain internet. Ketika itu,
internet sangat bermanfaat untuk mencari tempat kuliah. Ketika itu,
saya tidak bisa menggunakan fasilitas email, chatting, dan lainnya.
Yang penting ketika itu, saya dan teman-teman bisa membuka
internet explorer dan mengetik google untuk mencari informasi yang
diinginkan.
Belajar dari pengalaman hidup saya, memang Windows dan
Microsoft memang telah merasuki pemikiran dan ideologi
masyarakat Indonesia secara umum yang mengerti komputer.
Maklum, masih banyak masyarakat Indonesia yang buta huruf dan
pastinya tidak mengenal komputer. Jika berbicara mengenai
158
komputer, maka Windows dan Microsoft pun selalu dikaitkan.
Termasuk saya sebagai orang awam dalam dunia komputer, juga
pernah mengalami fase tersebut..
Open source, saya kenal melalui teman satu kos yang kuliah di
jurusan teknik elektro Universitas Brawijaya. Untung, saya tinggal
banyak mahasiswa teknik sehingga saya tidak ketinggalan informasi
mengenai teknologi. Wajar, saya mahasiswa sastra yang berkutat
dengan novel dan puisi. Saya mengenal salah satu bentuk open
source adalah Linux. Terus terang, saya tidak meng-instal Linux
dalam program komputer saya, karena terlalu rumit dan ribet di
pelajari. Maklum saya orang awam dalam dunia teknologi.
Namun, teman saya itu yang bernama Sugeng, selalu
mendesak saya untuk menginstal Linux di PC (Personal Computer)
yang saya miliki. Berbeda dengan Windows yang mudah untuk
menginstalnya, menginstal Linux lama sekali. Sedikit demi sedikit
pun saya belajar mengoperasikan Linux. “Entar beberapa tahun ke
depan, Linux akan semakin mudah dioperasikan. Masalahnya,
semuaReporter at International Desk on Seputar Indonesia Daily in
Jakarta, orang bisa membantu mengembangkan Linux,” demikian
kata temanku, Sugeng. Ternyata, apa yang diungkapkan Sugeng itu
benar adanya. Kini, Linux semakin mudah digunakan.
Sayang, adanya asosiasi antara komputer dengan windows
menjadi candu bagi masyarakat. Apalagi, sebagian besar
masyarakat belum mengenal open source. Tak bisa dihindari jika
perkembangan open source di masyarakat kita sangatlah lambat.
Masyarakat lebih memiliki memakai windows, walaupun bajakan,
karena alasan murah dan mudah digunakan. Mereka ada yang
menyadari bahwa bajakan itu dilarang, namun dengan alasan
keterpaksaan, semuanya bisa dihalalkan.
159
Yang jelas, open source akan menjadi piranti lunak di masa
depan. Kenapa bisa begitu? Alasan utamanya adalah gratis.
Sehingga semua orang pun cenderung melirik dan menggunakan
open source. Apalagi, open source memiliki beberapa keuntungan
dan kelebihan dibandingkan jenis piranti lunak yang harus merogeh
kocek.
Adapun keuntungan open source, seperti dikutip dari
www.harry.sufehmi.com, sebuah situs yang dikelola oleh Harry
Sufehmi, seorang konsultan teknologi informasi ternama, antara lain
legal. Open source, dengan berbagai kelebihannya, juga legal.
Penggunaan software Open source di seluruhIndonesia akan
menyebabkan tingkat pembajakan software di Indonesia menjadi
turun drastis, dari 88% menjadi 0%.
Harapannya jika seluruh masyarakat Indonesia menggunakan
open source, maka kedudukan Indonesia sebagai pembajak
terbesar pun sirna. Indonesia berada pada posisi nomor 4 negara
pembajak terbesar di dunia. Hal itu berdampak buruk terhadap posisi
tawar-menawar Indonesia melemah di dunia perdagangan, dan
menjadikan Indonesia menuai kecaman dari negara-negara lainnya.
Menurut pandangan saya, open source dapat menjadi ‘dewa
penyelamat’ bagi Indonesia di pergaulan internasional, baik bagi
pemerintah dan masyarakat. Pemerintah pun tidak perlu malu lagi
ketika berdiplomasi baik di hubungan bilateral, regional, maupun
internasional. Bagi masyarakat Indonesia, kita tidak lagi disebut lagi
pembajak. Saya yakin, jika open source telah memasyarakat, kita
semua akan semakin percaya diri dalam pergaulan internasional.
Lebih lanjut, diungkapkan Harry Sufehmi, keamanan negara
dan perusahaan software yang banyak dipakai untuk mengetik
harganya adalah US$ 600. Untuk perbandingan, harga laptop adalah
sekitar US$ 435. Dan pendapatan per kapita/bulan adalah hanya
sekitar US$ 134 dengan menggunakan solusi berbasis open source,
maka dapat dilakukan penghematan devisa negara secara
signifikan. Dana tersebut dapat dialokasikan ke usaha-usaha untuk
kesejahteraan rakyat.
Kalau keamanan negara adalah keuntungan open source,
menurut Harry Sufehmi, pada tahun 1982, terjadi ledakan dahsyat di
jalur pipa gas Uni Sovyet di Siberia. Kekuatan ledakan tersebut
sekitar 3 kiloton, atau 25% dari kekuatan bom nuklir Hiroshima. 16
tahun kemudian baru diketahui oleh publik bahwa ledakan tersebut
disebabkan oleh software komputer proprietary/tertutup yang telah
160
diubah oleh CIA. Software Open source bebas dari bahaya ini,
karena bisa dilakukan audit terhadap kode programnya.
Paling penting bagi manusia awal, keuntungan open source
adalah keamanan sistem yaitu bebas dari virus, spyware, trojan, dan
berbagai masalah keamanan lainnya. Menurut Harry Sufehmi, pada
topik keamanan sistem, satu buah lubang keamanan saja sudah
cukup untuk menjadi jalan masuk penjahat.
Bagi orang awam, dengan menggunakan open source maka
tidak perlu meng-up date dan membeli anti virus. Jadi, bisa
menghemat ratusan ribu dan data-data yang disimpan di PC atau
pun laptop pun terjamin keamanannya. Tidak ketinggalan,
kenyamanan menggunakan open source pun semakin terjamin.
Paling penting keuntungan open source menurut Harry
Sufehmi, karena software open source bersifat terbuka, maka siapa
saja bisa menyediakan jasa layanannya – bukan hanya vendor
pembuatnya saja. Lapangan kerja menjadi terbuka banyak dan
dapat menghidupi banyak keluarga. Peminat bidang teknologi
informasi (TI) juga mendapat akses ke kode program dari berbagai
software canggih. Pada gilirannya ini akan sangat membantu untuk
menghasilkan pakar-pakar TI Indonesia dengan kualitas dunia.
Industri dalam negeri non-TI turut menikmati, karena jadi mendapat
akses ke software yang ekonomis dan berkualitas, sehingga
kemudian bisa menjadi lebih kompetitif dengan saingan-saingannya
dari luar negeri.
Sementara pendapat lainnya Budi Rahardjo dari Pusat
Penelitian Antar Universitas Bidang Mikroelektronika Institut
Teknologi Bandung, dalam sebuah artikelnya, mengungkapkan
beberapa keuntungan open source antara lain kegiatan open source
biasanya melibatkan banyak orang. Memobilisasi banyak orang
dengan biaya rendah (dan bahkan gratis). Dengan demikian, adanya
peningkatkan kualitasreliabilitas, menurunkan biaya, dan
meningkatnya pilihan.
Ujung-ujungnya, keuntungan open source menjamin masa
depan software . Dalam konsep closed-source, software sangat
bergantung kepada programmer. Bagaimana jika programmer
tersebut berhenti bekerja atau pindah ke perusahaan lain? Hal ini
tentunya akan merepotkan perusahaan pembuat software tersebut.
Di sisi pembeli juga ada masalah.
Reporter at International Desk on Seputar Indonesia Daily in
Jakarta,
161
Bagaimana bila perusahaan pembuat software tersebut sudah
gulung tikar? Menurut Budi Rahardjo, nilai closed-source software
akan cenderung menjadi nol jika pembuat perusahaan tersebut
sudah bangkrut. Dengan kata lain, “the price a consumer will pay”
dibatasi oleh “expected future value of vendor service”. Open source
tidak memiliki masalah tersebut.
Dalam Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia,
Prof.. T. Basarudin, mengungkapkan keuntungan dari sisi ekonomi
pembelian aplikasi software . Seperti aplikasi Windows Vista
Ultimate yang dibanderol seharga Rp 3 juta, Office Professional Rp
4,3 juta, Adobe Photoshop CS3 Rp 5.993.000. Ada pula piranti
ACDSee senilai Rp 500 ribu, CorelDRAW X3 Rp 3,7 juta, Photoshop
Rp 7,2 juta, Adobe Premiere Rp 8,1 juta (Republika Online 19 Juli
2009). Jika semua aplikasi tersebut didownload total pengeluaran
mencapai Rp 32 Juta.
Biaya tersebut, menurut Basarudin, lebih besar dari rata-rata
pendapatan per kapita Penduduk RI pada tahun 2008 yaitu Rp 21,7
Juta. Open source kemudian hadir sebagai teknologi alternatif
dengan keunggulan yang dimiliki seperti lebih cepat menemukan
dan memperbaiki kesalahan (bugs, error); kualitas hasil lebih
terjamin; relatif lebih aman; penghematan biaya serta metode
pengembangannya lebih mudah karena tinggal melanjutkan atau
mengoreksi kreasi yang sudah dilakukan sebelumnya oleh orang
lain. Basarudin juga mengungkapkan, berdasarkan penelitian,
presentasi terbesar dari pengguna open source berasal dari rentang
umur 10 - 25 tahun yaitu sebesar 70 %. Pengguna open source
terbesar ialah para praktisi IT, disusul pelajar pada peringkat
kedua sebanyak 15 %.
Menurut saya pribadi, keuntungan open source mencapai 1001
sebagai kiasan atau tidak terhitung jumlahnya. Kenapa bisa dibilang
begitu, open source akan selalu berkembang dan terus berkembang
tiada henti. Tidak mengherankan keuntungannya pun tidak terhitung
jumlahnya. Apalagi, jika semua bagian dalam pengembangan
teknologi secara umum mengembangkan open source. Maka, open
source akan menjadi raja dan semakin dipuja-puja.
162
perang dengan melawan musuh utama open source dan
menyatakan dukungan kepada open source. Ketika itu, saya
mengacungkan dua jempol ibu jari bagi pemerintah. Saya yakin jika
pemerintah memiliki niat baik, maka open source akan semakin
berkembang pesat. Tanpa dukungan pemerintah, sangat mustahil
mempopulerkan open source.
Hingga pada 30 Juni 2004, Indonesia, Go Open source! (IGOS)
dideklarasikan penggunaan dan pengembangan Open source
Software yang ditandatangani oleh Menteri Riset dan Teknologi,
Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Kehakiman dan HAM,
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Pendidikan
Nasional.
Adapun naskah Deklarasi IGOS DEKLARASI BERSAMA
Indonesia, Go Open source ! (IGOS) berisi dalam rangka
mendukung keberhasilan upaya tersebut, pengembangan, dan
pemanfaatan open source software merupakan salah satu langkah
strategis dalam mempercepat penguasaan teknologi informasi di
Indonesia. Untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari
upaya tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah aksi sebagai
berikut: Menyebarluaskan pemanfaatan open source software di
Indonesia, Menyiapkan panduan (guideline) dalam pengembangan
dan pemanfaatan open source software di Indonesia, Mendorong
terbentuknya pusat-pusat pelatihan, competency center dan pusat-
pusat inkubator bisnis berbasis open source di Indonesia dan
mendorong dan meningkatkan koordinasi, kemampuan, kreatifitas,
kemauan dan partisipasi dikalangan pemerintah dan masyarakat
dalam pemanfaatan open source software secara maksimal.
Hingga kemudian, untuk menindaklanjuti Deklarasi Bersama ini
akan diupayakan Surat Keputusan Bersama antar Menteri agar
pengembangan dan pemanfaatannya dapat dimulai dari lingkungan
instansi pemerintah. Menurut Wendy Aritenang, dalam penerapan
open source softwar ini, pemerintah dalam kegiatan sehari-harinya
diharapkan dapat berperan sebagai suri tauladan untuk tidak
menggunakan software bajakan, dan pelaksanaannya dimulai dari
tingkatan unit terkecil, kemudian pada unit yang lebih besar dan
selanjutnya diharapkan dapat diikuti oleh seluruh instansi lain yang
berada dibawah koordinasinya. Strategi ini diharapkan dapat
mendorong masyarakat agar tidak ragu-ragu dalam
mengembangkan dan memanfaatkan OSS. Oleh karena itu, untuk
tahap awal, program IGOS ini akan akan diimplementasikan dengan
program pemerintah yang sudah lebih dulu berkembang, seperti
163
Warung Informasi Teknologi (WARINTEK), One School One
Computer Lab (OSOL) dan lain-lain.
Kalau boleh dibandingkan, Indonesia sangat tertinggal
dibandingkan dengan negara lain yang telah mengembangkan open
source software . Beberapa negara lain, seperti Jerman, Prancis,
Finlandia, Peru, Brasil, Jepang, Korsel dan India, telah
memanfaatkan open source untuk pelaksanaan pemerintahan
mereka. Namun, saya tetap mengapresiasi bahwa pemerintah
memiliki political will dalam mengembangkan open source.
Padahal, kalau dilihat sumber daya manusia kita sebenarnya
tidak kalah. Hanya saja diperlukan pelatihan serius dan dukungan
dana yang solid dan berkelanjutan. Tanpa itu, saya melihat akan
sulit untuk bisa menyamai negara-negara maju.
Maaf, kalau saya menilai bahwa komitmen Pemerintah
Indonesia dengan open source ternodai dengan kunjungan pendiri
Microsoft yang disambut hangat pada Mei tahun lalu. Bahkan,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertemu lagi dengan
Bill Gates. Bos Microsoft ini bahkan memberikan presidential lecturer
secara khusus.
Dalam pandangan saya, kunjungi Gates tersebut memiliki ‘misi
khusus’ yaitu membendung gerakan open source yang telah
booming. Sepertinya, Bill Gates tidak ingin melepaskan pangsa
pasar raksasa Indonesia. Dia menggelar Goverment Leadership
Forum 2008 di hotel Shangri-La, Jakarta. Janjinya, Microsoft akan
membantu e-Governance dan pengembangan teknologi informasi
kepada pengusaha kecil dan menengah. Publik pun menilai bahwa
pemerintah tidak konsisten dalam pengembangan open source.
Kenapa pemerintah justru masih mendekati Bill Gates?
Pertanyaan ini belum terjawab.
Tahun lalu, saya masih ingat ketika membaca detikinet, di mana
pakar teknologi informasi, Onno W. Purbo mempertanyakan
komitmen pemerintah dalam mengembangkan open source.
Menurut Onno, pemerintah bisa memiliki peran sentral dalam
penyebaran dan pengembangan open source.
“Pemerintah jangan cuma niat, tapi juga perlu gebrakan dan
keberanian,” ujar Onno seperti dikutip detikINET (27 Mei 2008).
Onno mengatakan sebenarnya pemerintah bisa melakukan itu cukup
dengan memberdayakan pengembang piranti lunak lokal.
“Masalahnya, pemerintah punya nyali nggak untuk ngomong hanya
akan pakai Open source? Untuk sampai di situ butuh pemimpin yang
berani melawan Microsoft!” tukas Onno.
164
Onno mengungkapkan, ada 140 juta pekerja yang
menggunakan komputer, kalau terikat dengan proprietary harus
mengeluarkan minimal USD500 per orang untuk menggunakan
windows. “Kalau dihitung berapa besarnya devisa kita yang lari ke
AS? Lebih baik bikin software sendiri kan?” jelasnya.
100% sepakat dengan pendapat Onno. Hanya saja, memang
lobi-lobi dari Microsoft dengan pemerintah sangat kuat dan telah
lama terjadi. Hanya saja, lobi dari kalangan open source terhadap
pemerintah masih maju mundur, sehingga dukungan pemerintah pun
hanya setengah-setengah saja.
Lepas dari politisasi open source, menurut hemat saya,
alangkah baiknya jika pengenalan open source lebih di titik beratkan
kepada sekolah. Di mana, open source di masukkan dalam dari
kurikulum pendidikan di sekolah. Jadi, sedini mungkin, anak-anak
Indonesia lebih mengenal open source dibandingkan lainnya.
Dengan demikian, anak-anak pun akan semakin bersahabat dengan
open source ikut andil dalam mengembangkannya di masa
mendatang. Mereka pun siap menghadapi persaingan global.
Selain itu, pengembangan open source difokuskan kepada
perguruan tinggi. Memang banyak universitas dan institut yang ikut
mengembangkannya. Namun, penemuan dan kreativitas hasil
pengembangan open source dari kampus jarang dipublikasi ke
masyarakat sehingga tidak ada apreasiasi yang memuncak. Publik
pun memandang, open source hanya berkutat bagi orang-orang
komputer dan teknik.
Bahkan, Pemred InfoLinux yang sekaligus Ketua Yayasan
Penggerak Linux Indonesia Rusmanto telah berpikir jauh ke depan.
Dia mengungkapkan perlunya proses sertifikasi atau pengakuan
terhadap kompetensi dalam open source. Pasalnya, pangsa
penggunanya mulai banyak. (Republika Online 19 Juli 2009).
Menurut dia, dengan adanya sertifikasi ini seorang yang
bergelut dalam bidang telematika dipastikan memiliki kemampuan
dan pengetahuan tentang tentang standar profesi/kompetensi,
standar pendidikan profesi, standar pelayanan, kode etik profesi,
akuntabilitas profesi serta aspek hukum yang menyertai profesi ini.
Diperkirakan, programer open source pun akan disederajatkan
dengan profesi yang telah diakui masyarakat seperti guru, dokter,
dan pengacara. Nantinya, para programer open source pun
mendapatkan pengakuan dan hasil kerjanya bisa
dipertanggungjawabkan.
165
Open source di Indonesia Melejit
166
tidak mengeluarkan uang sama sekali. Sistem SMS kali ini pun
merupakan hasil hibah dari organisasi nirlaba asal Amerika,
International Foundation for Electoral System (IFES), yang berbasis
di Washington DC.
Hebatnya lagi SERIS ini cuma dikembangkan dalam waktu dua
pekan saja. Tim SERIS sendiri cuma diawaki oleh 7 orang saja,
termasuk Harry. Anggota tim SERIS lainnya adalah Abdullah Andi
Koro (network administrator), Digit Oktavianto (system
administrator), Johan Rukmana (Flash developer), Riyogarta Pratikto
(lead developer), Rizki (system administrator), Wibisono
Sastrodiwiryo (senior developer), dan Yanmarshus (quality
assurance).
Pertanyaannya apakah SERIS mampu menyeimbangan quick
count? Okezone (9 Juli 2009) melaporkan SERIS mampu
mengimbangi kecepatan quick count. Mengutip pendapat Lead
Developer, yang juga penggagas SERIS, Riyogarta Pratikto. Ketika
ditanya mengenai kemungkinan SERIS digunakan kembali untuk
proses pemilu yang akan datang? “Saat ini, teknologi seperti itu
cuma ada di SERIS. Entah 5 tahun ke depan,” tandasnya.
Bukan hanya SERIS, Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan
Teknologi Penginderaan Jauh– Lapan juga telah memanfaatkan
open source dalam pemanfaatan dan pengembangan penginderaan
jauh di indonesia. Seperti dikutip dari www.lapanrs.com, Lapan telah
mengembangkan software open source untuk Penerimaan,
Perekaman & Penampil Cepat (QL) Data MODIS TERRA-AQUA;
Integrasi software open source untuk Rekonstruksi & Pengolahan
Data (Sistemik & Ekstraksi Informasi) MODIS, AIRS/AMSU/HSB dan
AMSRE; Pemaketan Data Telemetri Satelit Berdasar Struktur
CCSDS; Msphinx (Software alternatif Image Processing terutama
untuk MODIS); HDFLook; DORIS (Software InSar ); PolSarPro
(Software pengolahan Data Full Polarimetrik RADAR); MapServer
(Software untuk WebMapping/Web GIS); dan GRASS.
Inovasi = 5 I
Pengembangan open source tidak lepas dari inovasi. Tanpa
inovasi dunia akan sepi dari penemuan dan pengembangan. Untuk
bisa memahami apa dasar dan defenisi inovasi, ada sebuah buku
yang sangat bagus ditulis oleh Menteri Riset dan Teknologi
Kusmayanto Kadiman berjudul, “Simfoni Inovasi, Cita Dan Realita’.
Buku tersebut memang cukup luas mendeskripsikan permasalahan
inovasi dan teknologi.
167
Menurut Kusmayanto, para akademisi (ilmuwan dan periset)
tentu saja menjadi ’ujung tombak’ dalam pengembangan iptek. Tapi
sering mereka tidak terlibat langsung dalam pemanfaatan iptek. Para
pelaku usaha berperan banyak dalam pemanfaatan iptek, dan
penyebarannya. Dalam kasus-kasus tertentu, para pelaku usaha
juga melakukan riset dan menghasilkan variasi iptek.
Dalam epilog buku “Simfoni Inovasi, cita dan realita”,
Kusmayanto menyimpulkan keterkaitan antara iptek, inovasi dan
jalainan hubungan A-B-G (A (akademis/academicians), B (pelaku
bisnis/business people) dan G (pelaku penyelenggara
pemerintahan/government agencies). Pertama, daya saing
perusahaan-perusahaan, efektivitas program-program layanan
publik (yang melibatkan iptek) dan produktivitas lembaga-lembaga
riset (termasuk perguruan-perguruan tinggi) mencerminkan
kapabilitas inovasi nasional sebuah mayarakat.
Lebih lanjut, kedua adalah kapabilitas inovasi yang tinggi
dihasilkan melalui interaksi, dan pembelajaran dengan menggali
sumber-sumber interaksi tersebut. Melalui interaksi dan
pembelajaran ini, kegiatan produksi iptek, penyebaran dan
pemanfaatannya berlangsung dalam suatu kesatuan arah dan
tujuan.
Ketiga, perkembangan iptek di sebuah bangsa terpaut erat
dengan kemajuan bangsa, seperti yang dipercayai penganut
pandangan instrumentalis. Tapi ini bukan berarti iptek menimbulkan
perubahan dan kemajuan. Perkembangan iptek menimbulkan
kemajuan kalau itu disertai dengan berbagai langkah untuk
membangun kapabilitas inovasi.
Keempat, pelaku-pelaku yang terlibat dalam sebuah sistem
inovasi pada dasarkan berbeda dari satu yang lain. Heterogenitas
pelaku-pelaku ini justru menyediakan sumber-sumber pembelajaran
yang penting untuk membangun kapabilitas inovasi. Proses
membangun kapabilitas inovasi melibatkan transformasi nilai-niali
dan ini merupakan proses kultural.
Kelima, mengenai kapabilitas inovasi bangsa Indonesia,
interaksi antara pelaku-pelaku inovasi masih terbatas intensitasnya,
dan ini membawa implikasi pada kapabilitas inovasi nasional yang
tercermin pada daya saingin industri nasional, dan produktivitas
lembaga-lembaga riset. Satu faktor yang menghambat tumbuhnya
kapabiltas inovasi Indonesia adalah berbaai bentuk pengaruh asing.
Efeknya adalah para pelaku A, B, G nasional terikat pada pelaku-
pelaku asing, dan terisolasi satu dari yang lain.
168
Yang menarik, Kusmayanto memberikan solusi bagaimana jika
kita melengkah ke depan, bilan kita ingin membangun sistem inovasi
yang kuat dan sustainable maka prinsip-prinsip berikuta harus
diperhatikan, yaitu 5I. Apa saja 5I tersebut?
Pertama menurut Kusmayanto adalah Indigenous. Proses
inovasi yang kita laksanakan harus mendorong pengembangan iptek
secara indegenous di segala sektor. Yang menjadi persoalan
bukanlah apakah bergantung pada bantuan asing itu baik atau tidak
baik, pakaha kita perlu independen atau dependen.
Permasalahannya yang mendasar adalah pakaha kita memiliki
kemampuan atau tidak.
Inklusif adalah yang kedua. Kita tampaknya memerlukan sistem
inovasi yang inklusif, di mana berbagai unsur masyarakat, dalam
keanekaragaman kultural dan kenaekaragaman sumber daya
alam/hayati, mendapatkan pelaung untuk terlibat. Menurut
Kusmayanto, kita membutuhkan iklim yang inklusif yang
menstimulasi inetarkasi ilmuwan-entrepreneur-birokrat, baik pusat –
daerah, maupun antardaerah.
Ketiga yakni Institusional. Instusionalisasi iptek mencakup aspk
struktur dan kultur/budaya. Dalam aspek budaya, kita perlu
mendorong berbagai upaya untuk saling bertukar pengetahuan dan
pengalaman dalam kreativitas pengembangan iptek dan inisiasi
berinovasi.
Keempat adalah Interaksional. Kita perlu mengembangkan
regulasi yang memungkinkan para pelaku inovasi dalam organisasi-
organisasi yang berbeda untuk bisa berinteraksi secara erat,
mendalam, bertukar pengetahuan, dan berkesinambungan. Artinya,
regulasi tersebut perlu memberikan keleluasaan bagi interaksi
melintasi batas-batas organisasional.
Dan kelima yaitu Interdependen. Interaksi dan kemitraan
dengan berbagai pelaku inovasi dari mancanegara, merupakan
sumber pembelajaran yang sangat penting. Fortifikasi lokal dan
nasional dapat kita tempuh dengan cara terlibat dalam pergaulan
global. Namun, dalam menjalin dan menjalankan interaksi dan
kemitraan tersebut.
Dari pendapat Kusmayanto yang akrab di kalangan para
blogger dipanggil KK, inovasi bukan hanya permasalahan personal.
Inovasi adalah permasalahan publik dan milik bersama. Bahkan,
jelas sekali bahwa inovasi juga menjadi tanggungjawab pemerintah.
Bahkan, bisa saya simpulkan dari pendapat Kusmayanto bahwa
169
inovasi adalah ruh-nya iptek. Tanpa inovasi, iptek tidak ada artinya.
Tanpa inovasi, open source pun hanya menjadi sampah semata.
170
akhirnya membuat Wordpress cenderung populer dibandingkan
lainnya.
Kedua, dia ingin memenuhi keinginan pengguna, termasuk
pemenuhan open source yang terus berkembang. Mullenweg
mengaku sangat menyukai semua pekerjaan yang menyangkut
Wordpress. "Apalagi, pekerjaan saya seperti memberikan hadiah
pada dunia ini, gratis untuk semua orang, semua orang dapat
menggunakan hasil kerja saya," ujarnya pada bloginterviewer.
Selain Matt Mullenweg, tokoh yang harus menjadi idola para
pengembang OSS Indonesia adalah Linus Torvalds. Dalam artikel
yang pernah saya tulis mengenai Linus Torvalds, pendiri Linux di
harian Seputar Indonesia (16 Juli 2009) pada rubrik MIRROR. Bagi
Linus, inovasi lepas dari dunia teknologi informasi. Siapa yang
berhenti berinovasi dan berkreasi,otomatis akan mati.
Nama besar Torvalds memang melekat pada pemerhati dan
pengguna open source. Dia pun dijuluki sebagai Bapak Open source
Dunia. Semuanya bermula pada 1988, ketika itu Torvalds kuliah di
University of Helsinki dengan Jurusan Ilmu Komputer.Di masa
perkuliahan, mahasiswa umumnya menggunakan Minix. Minix
merupakan sebuah sistem operasi berbasis Unix yang dibuat
Andrew Tannenbaum.
Tannenbaum adalah salah satu dosen Linus yang
menggunakan Minix sebagai alat belajar-mengajar. Jiwa
pemberontaknya mulai muncul.Torvalds tidak menyukai sistem
komputer tersebut.Tak hanya kecewa,dia pun memutar otak untuk
mencari solusi untuk menghasilkan sistem operasional komputer
yang lebih bagus dibandingkan Minix.
Hingga 1991,saat masih di bangku kuliah, Linus membeli IBM
compatible PC berprosesor Intel 386. Sayangnya, Torvalds tidak
puas dengan sistem operasi MS-DOS dalam PC tersebut. Ketika itu,
dia berpikir bahwa sistem operasi tidak mengikuti perkembangan
yang pesawat seperti perangkat kerasnya. MS-DOS itu juga dirasa
tidak dapat memanfaatkan seluruh kemampuan chip 386.
Dia lalu berniat untuk mengganti sistem operasi PC tersebut.
Dia pun berkonsentrasi pada proyek pembuatan sistem operasi ini.
Hingga pada Agustus 1991,Torvalds mengumumkan sistem operasi
buatannya ke forum pengguna Minix. Tujuannya adalah untuk diuji
coba oleh rekan-rekannya sesama pengguna Minix.
Sebulan kemudian, ia berhasil menyelesaikan versi awal dan
versi resmi pertama sistem operasi Torvalds. Awalnya dia ingin
menamakan sistem operasinya dengan nama Freax, kombinasi dari
171
free, freak, dan Minix. Namun, akhirnya dia memilih Linux yang
merupakan singkatan dari Linus Minix.
Torvalds memutuskan untuk menyebarkan Linux dalam lisensi
GNU General Public Licence (GPL). Dengan GPL, orang bebas
mempelajari, menggunakan, memodifikasi, memperluas, dan
mendistribusikan peranti lunak yang bersangkutan. Syaratnya,
source code alias kode pemrograman asli dari peranti lunak tersebut
harus boleh digunakan secara cumacuma.
Torvalds tahu risikonya menggunakan sistem GPL. Dia tidak
akan mendapatkan uang banyak. Namun,dia berpikir bahwa dengan
begitu akan banyak programmer dari seluruh dunia tertarik dan
antusias untuk membantu Linux membangun embrio sistem operasi
tersebut. Bisa ditebak, popularitas sistem operasi Linux berkembang
pesat! Tahun demi tahun, korporasi besar menyadari akan
pentingnya Linux.
Betapa tidak, jika Bill Gates membuat sistem operasi untuk
dijual dan menjadi kaya raya, dengan kata lain sangat berorientasi
bisnis, maka Torvalds adalah kebalikannya.Torvalds tetap hidup
dalam kesederhanaan karena sistem operasi buatannya digunakan
secara cuma-cuma oleh siapa pun yang membutuhkan.Menurut
Torvalds, apa yang dilakukannya hanyalah untuk berbagi.
Prinsip berbagi kepada sesama sangat diterapkannya. Namun,
seperti kata pepatah, rezeki memang tidak akan lari ke mana-mana.
Torvalds mendapatkan saham dari RedHat dan VA Linux
(perusahaan pembuat Linux untuk kalangan perusahaan). Ketika
RedHat dan VA Linux (kini berubah nama menjadi VA Software) go
public,nilai saham Linus di kedua perusahaan tersebut
membengkak.
Mendadak, Linus Torvalds pun menjadi orang yang kaya raya.
Ketika Torvalds membagibagikan kode sumber (source code) kernel
Linux seukuran cakram via internet pada 1991, dia tidak menduga
bahwa apa yang dimulainya melahirkan sebuah bisnis bernilai
miliaran dolar di kemudian hari. Kini,Linux mampu dikembangkan ke
dalam server, komputer desktop, tablet PC, PDA, handphone, GPS,
robot,mobil,hingga pesawat ulangalik buatan NASA.
Hingga kini lebih dari 20% pangsa pasar desktop di seluruh
dunia menggunakan Linux jauh di atas Machintosh dan terus
mengejar desktop Windows. Kemudian lebih dari 12,7% server di
seluruh dunia menggunakan Linux,jauh di atas UNIX,BSD, Solaris,
dan terus meningkat menggerus pangsa pasar server Microsoft.
172
Saat ini Linus meninggalkan posisi menjanjikan di perusahaan
semikonduktor Transmeta dan tinggal bersama istri dan tiga
anaknya di sebuah bukit di desa di Portland, Oregon, USA,
berdekatan dengan markas Open source Development Labs.
Menanggapi kesuksesannya? Torvalds menganggap bahwa dia
menghindari rencana jangka panjang. “Saya selalu berpikir easy
going dengan segala sesuatu yang baru. Saya tidak pernah berpikir
sebelum saya menghadapi permasalahan itu,” paparnya.
Satu hal yang ada di pikirannya adalah membuat Linux selalu
lebih baik dan lebih baik lagi. Torvalds pun selalu bangga bisa
menciptakan jutawan baru dari Linux. Mulai dari RedHat, Suse,
Debian,Mandriva,Ubuntu,dan banyak lagi pengembang peranti lunak
open source yang meraih keuntungan besar dari Linux.
Alangkah dahsyatnya, jika generasi muda dan para
pengembang sofware open source mengidolakan dan menjadikan
Matt Mullenweg dan Linus Torvalds sebagai panutan dalam
kehidupan mereka. Misi sosial dan pengembangan teknologi untuk
kepentingan bangsa dan negara ke depannya.
Apa yang patut diteladani dari sosok Matt Mullenweg dan Linus
Torvalds? Menurut saya, misi sosial merupakan hal utama yang
melekat bagi kedua orang tersebut. Mereka berdua berkarya tidak
memandang uang sebagai hal utama. Memang di dunia ini, uang
merupakan faktor penting. Namun, jika manusia mampu
menempatkan uang pada skala prioritas nomer sekian, bukan nomer
pertama, maka dia pasti akan menjadi pahlawan.
Kedua adalah inovasi. Inovasi sangatlah penting, bukan hanya
sebagai programer atau orang yang berkecimpung dalam dunia
teknologi. Namun, semua orang harus terus berinovasi dan
berkreativitas dalam bidang apapun. Tanpa inovasi, kejenuhan dan
stagnansi pun bakal menjadi hantu yang akan terus mengganggu.
Tanpa inovasi, manusia hanya menjadi robot yang bekerja tanpa
henti.
Motivasi yang lain adalah orang yang berkecimpung di bidang
teknologi informasi, di suatu hari nanti, akan menjadi orang kaya.
Muda, kaya, dan pensiun dini merupakan hal yang melekat pada
orang yang berkecimpung di bidang teknologi. Perkembangan
teknologi yang tidak kenal mati, dan selalu menghasilkan uang
adalah suatu hal pasti. Memang terdengar pragmatis berbicara
mengenai uang, tetapi sebagai manusia alangkah bijaksananya jika
kita menempatkan sosial sebagai hal utama, dan kedua adalah
173
uang. Rejeki tidak akan lari ke mana-mana, jika memang telah
menjadi hak manusia itu sendiri.
Pantang menyerah! Setiap pahlawan dan orang sukses selalu
pantang menyerah. Tidak ada kata menyerah pada sosok Matt
Mullenweg dan Linus Torvalds. Saya bisa menjaminnya. Terus
berkarya dan berkarya dengan ditambah berpikir positif akan
menjadi pemacu semangat. Melihat pasar, lingkungan, dan menatap
masa depan untuk berkarya lebih baik. Hari kemarin adalah hari
kemarin, hari ini adalah hari ini, dan hari esok adalah hari yan lebih
baik.
174
software memiliki dua nilai (value): use value dan sale value. Use
value merupakan nilai ekonomis yang diperoleh dari penggunaan
produk tersebut sebagai tool. Sementara sale value merupakan nilai
dari program tersebut sebagai komoditi.
Menurut Eric Raymond dalam bukunya “The Cathedral & The
Bazaar: musing on linux and open source by accidental
revolutionary,” dijelasnya ada tujuh bentuk bisnis open source.
Pertama adalah cost sharing, dengan contoh Apache web
server dimana perusahaan besar (seperti IBM) mendukung Apache
dengan mengalokasikan SDM untuk ikut kontribusi.
Kedua adalah risk spreading, dengan contoh Cisco Print
Spooler dimana pembuat software tersebut merasa bahwa kalau
mereka meninggalkan Cisco maka Cisco akan memiliki resiko
hilangnya orang yang mengerti tentang software itu. Kemudian
ketiga yaitu loss-leader/ market postioner, dengan contoh Netscape
yang membuka source codenya (menjadi Mozilla) sehingga
Microsoft Internet Explorer tidak mendominasi pasar.
Keempat ialah widget frosting, dengan contoh perusahaan
hardware (misalnya printer) yang membuka software driver untuk
hardwarenya itu. Kelima yakni give away the recipe, open a
restaurant dengan contoh Cygnus (yang memberikan support untuk
tools dari GNU yang gratis) atau RedHat (yang mendistribusikan dan
memberikan support untuk Linux).
Keenam, accessorizing, dengan contoh penerbit O’Reilly &
Associates yang menjual buku, seminar, T-shirt, dan barang-barang
yang berhubungan dengan software (terutama software GNU). Dan
terakhir, adalah Free the future, sell the present dengan contoh
perusahaan Aladdin Enterprise yang membuat PostScript viewer.
Sedangkan menurut Romi Satria Wahono artikelnya yang di-
publish di blog pribadinya, dia menyebutkan ada lima Langkah
Menjadi Programmer Entrepreneur. Pertama adalah Fight For
Codeline Freedom! Programming adalah kemampuan dasar yang
wajib dimiliki oleh seorang programmer. Kedua adalah Browsing For
Learning And Researching, tancapkan ke dalam benak kita yang
paling dalam, bahwa kegiatan web browsing bukan hanya ajang klik
URL asal-asalan, kegiatan selingan, iseng atau aktifitas di kala
senggang. Mengakses Internet adalah sebuah investasi.
Lebih lanjut menurut Romi adalah create a “kreatifitas maya”!
Gunakan berbagai data dan hasil analisa yang kita dapatkan pada
saat browsing untuk mulai sedikit demi sedikit membangun
kreatifitas maya. Keempat adalah blogging for personal branding.
175
Kreatifitas maya yang dahsyat dan menggunakan teknologi canggih,
tidak ada artinya apabila tidak diperkenalkan ke publik. Terakhir
adalah be an entrepreneur! Mulai pikirkan untuk masuk jalur
entrepreneur formal lewat bisnis dalam bentuk yang lebih nyata.
Dirikan PT atau CV, sewa kantor, ajak anak-anak muda yang cerdas
nan militan untuk bergabung dengan kita.
Dukungan untuk berwirausaha dalam bidang internet dan media
digital juga diserukan Menteri Negara Riset dan Teknologi
Kusmayanto Kadiman seperti dikutip dari Tempo Interaktif (15 April
2009). Kusmayanto mengatakan, internet dan media digital mulai
dilirik sebagai media alternatif melakukan kegiatan pemasaran dan
komunikasi. “Ini membuka kesempatan dan lapangan pekerjaan bagi
para pelaku industri terkait,” kata Menteri Negara Riset dan
Teknologi Kusmayanto Kadiman hari ini.
Kusmayanto menyambut baik perkembangan industri digital di
Indonesia. Apalagi, katanya, yang paling mengikuti perkembangan
industri ini kebanyakan anak-anak muda. Dia berharap generasi
muda jadi wirausaha dalam bidang yang tergolong industri kreatif ini.
Namun, untuk mampu terjun membuka bisni open source,
alangkah bijaknya jika belajar baik dari buku maupun aktif langsung
dengan orang yang telah terjun terlebih dahulu ke dunia tersebut.
Belajar dari pengalaman akan menguat semangat, motivasi serta
mematangkan strategi sebelum membuka bisnis open source.
Tidak boleh ketinggalan dalam bisnis, selalu berbeda dan unik
dari produk yang telah ada. Bolehkan kita mengembangkan atau
mencari sisi negatif dari produk yang telah ada, kemudian kita
diciptakan sisi positif pada produk baru. Namun, belajar mengenai
manajemen marketing dan ceruk pasar adalah suatu keharusan.
Ingat, bisnis teknologi informasi seperti open source tidak akan mati,
layaknya bisnis makanan sehari-hari dan hiburan. ---
*Penulis merupakan jurnalis yang berkarya di Harian Seputar
Indonesia desk Internasional, dan menjadi dosen lepas di Akademi
Sekertaris dan Manajemen Adminsitrasi Bina Sarana Informatika
dan Akademi Bahasa Asing Bina Sarana Informatika. Penulis juga
aktif pada beberapa lembaga nirlaba yang bergerak di bidang
kewirausahaan dan sumber daya manusia.
176
Referensi
Internet
www.gnu.org
www.harry.sufehmi.com
www.romisatriawahono.net
http://techno.okezone.com/read/2009/07/09/54/237256/sistem-sms-
pemilu-mampu-secepat-quick-count
http://teknologi.vivanews.com/news/read/72764-
teknologi_open_source_topang_tabulasi_kpu
http://teknologi.vivanews.com/news/read/72764-
teknologi_open_source_topang_tabulasi_kpu
http://techno.okezone.com/read/2009/07/09/54/237256/sistem-sms-
pemilu-mampu-secepat-quick-count
http://techno.okezone.com/read/2009/07/09/54/237166/open-source-
selamatkan-sistem-sms-pilpres-2009
http://www.detikinet.com/read/2008/05/27/110152/945700/398/onno-
pertanyakan-nyali-open-source-pemerintah
http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2009/04/15/brk,20090415-
170573,id.html
http://www.lapanrs.com/IGORS/IM_OS/index.php
http://www.republika.co.id/berita/63421/i_Open_Source_i_Cegah_Pe
mbajakan_Piranti_Lunak
Buku
Eric Raymond, “The Cathedral & The Bazaar: musing on linux and
open source by accidental revolutionary,” O’Reilly, 1999.
Digital Review of Asia Pacific 2007/2008: International Development
Research Centre (IDRC), Orbicom: Books.
Kusmayanto Kadiman, “Simfoni Inovasi, cita & Realita”, Foresight;
2008
Koran
Harian Seputar Indonesia edisi 16 Juli 2009 pada rubrik MIRROR
dengan judul “Linus Torvalds, pendiri Linux; Belajar dari
Kekecewaan, Menggapai Kesuksesan”.
Harian Seputar Indonesia edisi 20 Desember 2008 pada rubrik
MIRROR, berjudul “Matt Mullenweg, Pendiri Wordpress; Jangan
Fokus Uang, Kerjakan yang Disukai”.
**
177
BIODATA
178
Perangkat Lunak Open Source merupakan
Jiwa Bangsa Indonesia
ABSTRAK
179
berkembang dan didukung oleh berbagai kalangan, baik industri
maupun perorangan. Perangkat lunak komputer open source lahir
dari sebuah keterkekangan pengguna terhadap lisensi, dimana
lisensi suatu produk perangkat lunak cenderung mengikat dan
membatasi penggunanya dalam berbagai hal. Padahal seorang
pengguna sudah mengeluarkan uang untuk membayar lisensi
tersebut. Salah satu contoh adalah lisensi yang berbasis OEM
(Original Equipment Manufacturer). Lisensi perangkat lunak yang
satu ini dikeluarkan pada saat kita membeli suatu perangkat keras,
atau dengan kata lain lisensi perangkat lunak bawaan atau pabrikan,
contoh lisensi ini terdapat pada software Nero saat pengguna
membeli sebuah CD/DVD RW drive, Sistem Operasi Windows XP
atau Vista saat membeli Notebook, dan lain sebagainya. Dimana
pengguna sudah membayar lisensi tersebut secara terpaksa atau
tidak pada saat membeli perangkat kerasnya, namun lisensi OEM
tersebut tidak berlaku atau akan hilang saat perangkat keras yang
dibeli tadi sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Jadi lisensi
OEM tidak dapat di pakai untuk perangkat keras penggantinya atau
perangkat keras baru yang funsinya sama, dan penggunaan lisensi
ini terhadap perangkat keras penggantinya yang baru disebut
sebagai pembajakan.
Diawali oleh seorang programer bernama Linus Torvalds yang
pertama kali pada tahun 1991 membagi-bagikan source code (kode
sumber) kernel linux-nya perangkat lunak berbasis open source
terus meluas. Apa yang dilakukan Linus Torvalds menjadi cikal bakal
perangkat lunak open source yang berkembang sampai detik ini,
banyak programer dan developer perangkat lunak diseluruh dunia
tertarik mengikuti jejaknya. Semua perangkat lunak yang berbasis
open source harus menyertakan kode sumber aslinya dan bebas
digunakan, digandakan, diubah, diperbaiki, dan didistribusikan
kembali secara umum baik gratis maupun tidak. Salah satu contoh
perangkat lunak open source adalah Linux untuk sistem operasi,
Linux sebagai sistem operasi open source sudah berkembang
dengan ratusan distro dengan berbagai macam aplikasi gratis
didalamnya yang disupport oleh seluruh programer di dunia.
Perangkat lunak open source memberikan kesempatan kepada
siapa saja untuk berkreasi, menambah, mengurangi, atau
mengabungkan isi dari suatu produk open source sehingga menjadi
satu distro tersendiri. Kebebasan untuk melakukan apa saja
terhadap perangkat lunak berbasis open source membuat banyak
pengguna tertarik, selain itu penggunaan perangkat lunak open
180
source kian hari bertambah mudah, baik dari sisi GUI (Graphical
User Interface) maupun yang lain. Sehingga banyak yang pada
awalnya hanya coba-coba, lama kelamaan merasa nyaman
menggunakan perangkat lunak open source tersebut.
Sebenarnya sudah berapa lama bangsa Indonesia mengenal
open source? Untuk di bidang komputer mungkin baru, tapi kalau di
bidang yang lainnya tentu sudah menjadi budaya dan jiwa bangsa
Indonesia. Contoh Batik, siapapun orangnya boleh membuat Batik
Pereng tanpa harus membayar royalti atau lisensi, karena batik
tersebut merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang
diajarkan secara turun temurun tanpa lisensi dengan bahasa
sekarang open source, siapa sebenarnya dahulu yang mendesain
batik pereng entahlah, tapi bagaimana pun hal itu sudah menjadi
budaya bangsa Indonesia. Selain Batik, ada Tari Jaipong, Tari
Kecak, Lagu Gundul Pacul, Ampar-Ampar Pisang dan lainnya
merupakan produk open source Indonesia jaman dulu yang
penggunaanya gratis tanpa harus membayar royalti ataupun lisensi.
Jiwa bangsa Indonesia adalah jiwa open source yang rela membagi-
bagikan keahliannya tanpa biaya atau lisensi yang mengikat. Sudah
selayaknya bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar
menggunakan perangkat lunak open source, karena perangkat lunak
open source merupakan jiwa bangsa Indonesia.
Pemerintah Indonesia melalui program IGOS (Indonesia, Go to
Open Source!) sangat mendukung penggunaan perangkat lunak
open source ini. Namun dalam perkembangannya penggunaan
perangkat lunak ini boleh dibilang sangat lambat di Indonesia,
kenapa demikian? Mungkin faktor utama alasan pengguna adalah
mahalnya mengakses internet di Indonesia menjadikan penghambat
berkembangnya penggunaan perangkat lunak berbasis open source
ini, dengan mahalnya akses tersebut pengguna menjadi susah untuk
mempelajarinya dikarenakan hampir seluruh perangkat lunak open
source memerlukan update ke server supportnya yaitu melalui
jaringan Internet. Hal ini seharusnya bukan masalah besar bagi
bangsa Indonesia karena jaringan RT/RW.NET sudah terbentuk dan
dapat menjadi solusi, selain itu juga komunitas pengguna perangkat
lunak open source sudah banyak sehingga update dapat dilakukan
secara manual lewat DVD atau CD repository, jadi tidak relevan
kalau hal itu dijadikan alasan. Suatu hal yang sangat penting dari sisi
pengguna adalah kemauan untuk berubah dan berbangga dari
pengguna perangkat lunak bajakan menjadi pengguna perangkat
181
lunak open source yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia
sebagai salah satu warisan nenek moyang kita.
Tulisan Artikel:
Menyederhanakan Query Bertumpuk dengan Kode Biner,
INFOKOMPUTER, Desember 1997,
Peluang Bisnis Hiburan Berbasis Jaringan Nirkabel,
INFOKOMPUTER, Desember 2004.
**
BIODATA
182
Pendekatan Multidisiplin Dalam Rangka Meningkatkan
Kepedulian dan Semangat Masyarakat untuk Menggunakan OSS
Oleh: Arli Aditya Parikesit
ABSTRAK
183
proses migrasi, memakan waktu, dan software yang mereka
gunakan hanya tersedia di platform proprietary. Pertanyaan utama
dari para korporasi non IT bukanlah untuk melakukan migrasi ke
OSS, namun kapan mengupgrade perangkat lunak proprietary
mereka. Sebagian dari mereka sudah melakukan migrasi ke OSS,
namun sebagian tetap bertahan di platform proprietary, dengan
alasan seperti yang sudah disebutkan.
Seniman/designer merupakan kalangan yang sangat banyak
menggunakan platform berbasis GUI. Penggunaan GUI yang
sempurna merupakan syarat mutlak dalam melakukan pekerjaan
sehari-hari mereka. Sayangnya, kalangan ini juga relatif lamban
dalam mengadopsi OSS. Alasan yang mereka kemukakan, adalah
GUI dari OSS tidak sesempurna platform proprietary, tidak
tersedianya software gambar/video/audio editor sebaik di platform
proprietary, dan OSS tidak mampu mereproduksi
gambar/video/audio seperti di platform proprietary. Di Indonesia,
sampai sekarang belum pernah terdengar kalangan
seniman/designer yang secara serius bermigrasi ke OSS.
Pendidikan sudah ada sedikit kemajuan. Sudah ada sebagian
sekolah menengah yang mengajarkan OSS kepada siswanya.
Sementara di Perguruan Tinggi, OSS juga sudah mulai populer.
Namun sebagian kalangan pendidikan masih belum bergerak juga
menggunakan OSS. Bahkan ada sebagian perguruan tinggi yang
melakukan kerja sama dengan vendor proprietary.
Kalangan end user adalah pihak yang paling lamban dalam
mengadopsi OSS. Sebenarnya, masalah tidaklah murni berada di
tangan end user, namun juga di sebagian vendor IT. Sebagian
vendor IT, membundel sistim operasi proprietary secara langsung
dengan PC yang mereka jual. Jika ingin diganti dengan OSS, maka
opsinya hanya dua. Pertama, sistim operasi proprietary itu harus
diuninstall sendiri, untuk kemudian diinstall dengan sistim operasi
OSS. Kedua, yaitu meminta vendor mengunistall, namun dengan
biaya tambahan. Kejadian ini terjadi, karena vendor IT tersebut
memiliki kontrak bisnis dengan vendor software proprietary. Hal ini
menjadikan end user tidak tertarik mengadopsi sistim operasi OSS,
ataupun aplikasinya.
184
bisa ditiru oleh vendor OSS. Sebagai contoh, vendor proprietary
memiliki anggaran yang sangat besar untuk iklan. Mereka tanpa
tanggung-tanggung menyewa jasa artis terkenal, untuk
mensosialisasikan produknya. Mereka juga sudah terlebih dahulu
hadir di Indonesia, jauh sebelum OSS. Sehingga, tidak heran kalau
mereka sudah memiliki teknik pemasaran dan advertising yang
sangat mapan. Vendor proprietary sudah sangat sadar, bahwa IT
tidaklah sekedar masalah teknis belaka, yang biasanya diasumsikan
sebagai pencarian teknologi yang paling canggih, namun IT juga
merupakan seni bagaimana memasarkan dan mengiklankan produk
mereka kepada publik. Dari sejak mahasiswa tingkat awal, vendor
proprietary telah mendekati mahasiswa tersebut, untuk
menggunakan software mereka secara gratis dan memberikan
sertifikasi kompetensi dengan murah. Namun, jika mahasiswa
tersebut sudah menjadi manajer, maka vendor proprietary akan
menjual software mereka dengan harga mahal, sesuai dengan
standar korporasi. Vendor proprietary juga sadar, bahwa branding
merupakan kunci untuk menjual produk teknologi. Oleh karena itu,
sebagian vendor proprietary berhasil mengiklankan dirinya sebagai
vendor yang 'gaul', dan 'trendy'. Pendekatan psikologi massa
tersebut sangat sukses, sehingga banyak generasi muda yang
membeli produk vendor tersebut, karena sudah diasosiasikan
dengan produk yang 'trendy', dan 'gaul'. Keberhasilan branding ini,
adalah karena vendor tersebut memang dipimpin oleh seorang
seniman. Sehingga tidak heran, kalau mereka bisa membaca salera
generasi muda, yang memang haus untuk mengekspresikan jiwa
seni mereka.
186
dimenangkan pihak OSS. Sementara, seorang seniman akan
bermanfaat untuk membaca apa aspirasi seniman, sehingga dapat
membantu mendesain aplikasi yang dapat dimanfaatkan secara
intensif oleh mereka.
Adapun, solusi jangka panjang memerlukan perombakan
kurikulum pendidikan IT di perguruan tinggi. Pendidikan IT di
Indonesia sudah mengajarkan beberapa bidang non IT, yang masih
relevan dengannya, misalnya mengajarkan manajemen informatika,
dan lain lain. Adapun, menurut hemat kami, hal ini tidak cukup. Jika
menggunakan terma psikologi, pendidikan IT di perguruan tinggi
masih terlalu terpusat pada pendekatan otak kiri, dimana analisa
kuantitatif dan matematis secara teknis dianggap sebagai superior.
Padahal, IT tidaklah hanya bergantung pada otak kiri, namun juga
otak kanan. Keberhasilan sebuah vendor proprietary menguasai
kalangan seniman dan desain, karena memang mereka melakukan
pendekatan terhadap para seniman, dengan bahasa dan pemikiran
yang 'sejiwa' dengan mereka, bukan dengan bahasa teknis. Hal ini
membuktikan, bahwa IT memang memerlukan sentuhan otak kanan,
dimana seni dan budaya berada. Bisnis bukanlah sekedar hitung-
hitungan matematis, namun juga bagaimana seni meyakinkan orang
lain, dan meyakinkan orang lain hanya bisa dilakukan jika kita
mengetahui latar belakang budaya dan minat mereka. Sejauh ini,
perguruan tinggi sudah memberikan solusi dalam hal ini, misalnya
dengan mengajarkan mata kuliah ilmu sosial dasar pada mahasiswa
IT. Namun, hal ini tidak terlalu mengubah keadaan. Mengajarkan
sekedar ilmu tidaklah terlalu memberikan pengaruh pada soft skills
mahasiswa IT. Mereka harus juga diajarkan bagaimana
mengapresiasi seni, budaya, dan sastra. Semua ilmuwan barat
terkenal, dari Isaac Newton sampai Albert Einstein, membaca buku
filsafat dan sastra, dan mereka menyukai musik klasik. Hal ini terjadi,
karena pengajaran liberal arts di barat. Apresiasi terhadap seni,
budaya, dan sastra menjadikan ilmuwan-ilmuwan tersebut bahkan
juga dihargai oleh kalangan yang berbeda disiplin ilmu dengan
mereka. Penerimaan dari kalangan yang berbeda latar belakang,
tentu merupakan apresiasi dari kerja keras mereka. Jika liberal arts
diajarkan di Indonesia, tentu akan ada sejumlah penyesuaian, sesuai
dengan konteks budaya kita. Namun, yang paling penting adalah,
mahasiswa IT perlu untuk mengapresiasi bidang ilmu yang berbeda
pada mereka, bahkan berkolaborasi dengan bidang ilmu lain, untuk
mensukseskan sosialisasi OSS. Penerimaan dari semua kalangan
187
terhadap OSS hanya dapat berhasil, jika kita memahami latar
belakang mereka, dan mengapresiasi hasil karya mereka.
**
BIODATA
188
SEBUAH INOVASI PEMBELAJARAN JAVA PROGRAMMING
FOR KIDS
Oleh: Teguh Wiyono
ABSTRAK
189
MENINGKATKAN SEMANGAT ANAK-ANAK MENGUNAKAN
OPEN SOURCE SOFTWARE (OSS) DENGAN
MEMPERKENALKAN PROGRAM JAVA DAN TO ECLIPSE PADA
PENERAPAN PENDIDIKAN JAVA PROGRAMMING FOR KIDS
(Sebuah Inovasi Pembelajaran Java Programming For Kids)
190
1. Program Pertama Java Anda
Orang berbicara dengan satu sama lain memakai bahasa
berbeda. Demikian pula, mereka menulis program komputer seperti
permainan, kalkulator, redaktur teks yang memakai bahasa
menyusun yang berbeda. Tanpa program, komputer anda akan
tanpa penggunaan, dan layarnya akan selalu hitam. Bagian-bagian
komputer dianggap perangkat keras, dan program dikenal sebagai
perangkat halus. Bahasa komputer yang paling populer adalah
Visual Basic, C++, dan Java. Buatan yang mana bahasa Java yang
berbeda dengan banyak yang lain?
Terlebih dulu semua, program sama Java bisa jalan (bekerja) di
atas komputer berbeda suka Police Constable, Apel dan lain-lainnya
tanpa ganti. Sebagai soal fakta, program Java tidak menjadi rata
tahu di mana mereka berlari, karena mereka berlari di dalam sebiji
kerang perangkat halus istimewa memanggil Java Virtual Machine
(JVM). Jika, misalnya, program Java anda perlu mencetak beberapa
pesan, meminta JVM melakukan ini, dan JVM tahu bagaimana
caranya untuk berurusan dengan pencetak anda.
Orang berbicara dengan satu sama lain memakai bahasa
berbeda. Demikian pula, mereka menulis program komputer seperti
permainan, kalkulator, redaktur teks yang memakai bahasa
menyusun yang berbeda. Tanpa program, komputer anda akan
tanpa penggunaan, dan layarnya akan selalu hitam. Bagian-bagian
komputer dianggap perangkat keras, dan program dikenal sebagai
perangkat halus. Bahasa komputer yang paling populer adalah
Visual Basic, C++, dan Java. Buatan yang mana bahasa Java yang
berbeda dengan banyak yang lain?
Java lebih sangat kuat daripada banyak bahasa lain. Java
bebas! Anda bisa menemukan segalanya karena membuat program
Java anda di Internet dengan tidak membayar sesen! Bagaimana
caranya untuk memasang Java di atas Komputer Anda Untuk mulai
memprogram di Java anda perlu untuk download perangkat halus
istimewa dari Situs Web perusahaan yang dianggap Mikro- Sistem
matahari, yang menimbulkan bahasa ini. Nama lengkap perangkat
halus ini adalah Java 2 Perkembangan Perangkat Halus Kotak
(J2SDK). Pada saat tulisan ini versi terakhirnya 1,5,0 bisa
didownload dari Situs Web ini:
http://java.sun.com/j2se
Memilih melepaskan J2SE 1,5,0 atau yang lebih baru, dan di
atas Halaman Web berikutnya di bawah Download hak berbunyi klik
atas hubungan ke pengeluaran ini. Lalu berbunyi klik atas Download
191
kata di bawah hak SDK. Accept mengizinkan persesuaian dan
memilih Windows Offline Installation (kecuali kalau anda mempunyai
Mac, Linux atau Solaris komputer). Tekankan Penyelamatan tombol
di atas layar berikutnya dan pilih berkas di atas hard disk anda di
mana you’d suka untuk menghemat berkas instalasi Jawa.
Download berkas akan mulai.
Sesudah download berakhir, memulai instalasi proses – hanya
mengklik berkas dua kali bahwa kamu mendownload, dan ini akan
memasang J2SDK di atas cakra anda. Misalnya, di Jendela
komputer akan membuat berkas seperti yang satu ini: c:\Program
Files\java\j2sdk1.5.0, di mana C: adalah nama hard disk anda.
192
menemukan J2SDK di atas mesin anda. Ganda memeriksa nama
berkas di mana anda memasang Java. Jika Garis Edar variabel
already titik-koma ke sangat mulai
193
Menyusun program untuk menterjemahkannya dari bahasa
Java ke dalam M mengerti. E Program hree Main Steps dalam
memprogram T Untuk membuat program bekerja Java anda perlu
memeriksa anak tangga pohon berikut: Menulis program di Java dan
kecuali itu di atas cakra. Sebyte istimewa kode JV itu Mengalirkan
program. Langkah 1 – Type th Anda bisa mempergunakan redaktur
teks yang mana pun untuk menulis program Java, misalnya Bloknot.
194
Menerangkan bagaimana th R, tetapi di titik ini kepercayaan
saja saya – program ini akan mencetak Dunia Salam kata di langkah
3. Adalah karya program nanti di ini chapte
Compile Program aduh
anda menyusun rogram. Y
menggunakan javac piler,
yang 2SDK. mengatakan
anda program kami N perlu
kepada ini ou’ll ialah p com
sebagian J Let’s
menyelamatkan y di petunjuk
memanggil c:\berlatih. Pilih
menu mulai, berlangsung, dan
mencatat kata cmd untuk
membuka jendela perintah
hitam.
Saja untuk
meyakinkan bahwa anda
menetapkan jalan variabel
sistem dan classpath dengan
benar, memasuki set kata dan pengambilan pandangan lain di nilai.
ke c:\berlatih dan menyusun berganti arus fold rogram: CD\berlatih
Javac HelloWorld.java Anda tidak mesti menyebutkan berkas
berlatih memberinya nama yang mana pun anda suka.
II. TO ECLIPSE
Pembuat program biasanya bekerja di disebut menggabungkan
lingkungan pengembangan (ide. kamu dapat menulis, susun dan lari
program di sana. ide juga punya membantu menjelaskan semua
unsur bahasa, dan membuat ini lebih mudah menemukan dan
196
perbaiki kesalahan program kamu. sementara ide program mahal, di
sana gratis baik sekali ide memanggil .
situs jaringan www. . org.
Di bab ini saya akan membantu kamu download dan install
ide di komputer kamu, ciptakan di sana proyek memanggil halo
dunia, dan setelah ini kami akan membuat semua program kami di
sana. buat sendiri enak di ini adalah alat baik sekali itu banyak
pembuat program jawa profesional menggunakan.
Memasang membuka halaman web www. . org dan klik di
download menu pada sisi kiri (http. klik di link utama download situs
dan pilih versi kamu mau download. mereka biasanya punya satu
terakhir mengeluarkan dan beberapa kandang membangun. terakhir
mengeluarkan secara resmi melepaskan produk. suingguhpun
kandang membangun mungkin mempunyai lebih keistimewaan,
mereka masih mungkin punya masalah kecil. pada ketika dari ini
menulis kandang terakhir membangun 3.0m8. pilih membangun ini
dan you'll lihat berikut following window:
197
punya ruangan di kamu c: kendarai, tekan kancing mengekstrak, jika
tidak pilih disket lainnya yang punya banyak angkasa tersedia.
tergantung pada komputer kamu, dan kebawah
Jika layar kamu melihat berbeda, mulai disebut meja kerja, dan
kearah program dapat juga menemukan tutorial baik bawah
pengguna pengembangan everal file. tekan kancing berikut di baru
198
roject windous. sekarang you'll perlu masuk nama saya baru kamu
pertama proyek: yang daerah kerja untuk proyek java kamu.
memperoleh memulai dengan di seksi ini saya akan pertunjukan
kamu bagaimana kamu dapat dengan cepat membuat . menu
membantu, bantu muatan, dan javauide.
Mulai bekerja di program perlu membuat proyek baru. proyek
sederhana suka kami helloworld akan punya hanya satu file -
helloworld. java. cantik segera kami akan membuat banyak lanjutan
roject itu akan terdiri dari membuat proyek gres di hanya klik di file
menu, baru, proyek, dan kemudian pproject, sebagai contoh
199
Kamu klik di tanda tambah kecil dengan saya pertama proyek,
it'll mengekspansi nvironment (jre ystem perpustakaan yang bagian
dari proyek jika untuk beberapa alasan kamu preferenc kancing
nstalled java, sebagai contoh c: \j2sdk1.5.0. creatin mari kita recr
program java kelas yang mewakili obyek dari hidup nyata. Untuk
mempelajari lebih banyak tentang kelas di berikut bab. membuat
masuk dia metode jika menunjukkan kamu jawa hal run-time wahai
tidak lihat di sana, klik di windows menu, jawa, editor, memasang ,
tambahkan, dan, menggunakan rowse menemukan folder dimana
kamu apakah saya program di gerhana eate helloworld program
dari bab 1 di Eclipse.
200
Kelas di pilih file menu, baru, kelas dan lloworld di nama ladang.
juga, di seksi yang puntung kamu bermaksud membuat, menyebut
kotak escribe kelas kami. setelah komentar anda menemukan kode
kelas helloworld dengan metode kosong main(. metode sabda
berarti aksi. menjalankan kelas jawa sebagai program, kelas ini
harus punya metode memanggil main(. menyelesaikan program
kami, tempat kursor setelah keriting memperkuat di baris dengan
utama, tekan tombol masuk dan ketik berikut di garis baru: tekan
kancing menyelesaikan, dan anda lihat itu menciptakan untuk kamu
kelas helloworld. ini menempatkan komentar program ( teks diantara
/ dan /) di atas sekali - kamu harus merubah mereka ke
System.out.println("Hello World");
201
- program ickly menemukan moda dengan double-clicking di tive.
mari kita meletakkan keriting memperkuat program one-clas proyek.
tetapi segera kamu roject akan telah beberapa kelas java. itu adalah
mengapa sebelum mencari memilih menu cari, kemudian
run…(make aplikasi jawa itu yakin memilih di puncak meninggalkan
pojok), dan masuk nama proyek dan kelas utama: terkompile. tetapi
mari kita bersalah dengan sengaja lihat apa akan terjadi. hapus
keriting lalu memperkuat dan mengenai ctrl- lagi. gerhana akan
tampilan tiada bandingnya memperkuat kesalahan di visi tugas, dan
juga ini akan tempat tanda merah di garis yang punya masalah.
sebagai proyek kamu menjadi lebih besar, telah beberapa file dan
ompiler mungkin mengadakan lebih dari satu kesalahan. kamu dapat
(tidak menetapkan walaupun) meragukan liror pesan di tugas
perspec kembali dan mengenai ctrl- lagi - voila, pemberitahu
kesalahan pergi! mencari helloworld di sederhana kami proyek
untuk pertama kali, kamu perlu memberitahu yang kelas di proyek
ini utama satu.
202
layar. setiap metode mulai dengan garis formulir memanggil tanda
tangan metode: static void main(String[] args)
Siapa dapat akses metode - umum. kata kunci umum essed
dengan beberapa wahai? ? instruksi di bagaimana cara
menggunakan ini - statis. kata kunci statis berarti bahwa kamu tidak
mempunyai membuat hal (salin) dari helloworld benda di ingatan
menggunakan metode ini. kami akan memperbicangkan tentang hal
kelas banyak di berikut bab. ? ? metode kembali beberapa data?
kosong kata kunci berarti bahwa metode main(tidak kembali
beberapa data kepada memanggil program, yang dalam masalah
ini. tetapi jika sebagai contoh, metode mempunyai melakukan
perhitungan, ini dapat telah kembali menghasilkan nomor ke
pemanggil nya. ? ? nama metode utama. ? ? daftar argumen - data
yang dapat memberi kepada metode - string[ arg. di metode
main(string[ arg berarti bahwa metode dapat menerima
mempersiapkan rangkaian yang mewakili data teks. nilai itu sedang
melewati ke metode disebut argumen. saya mengatakan sebelum,
kamu dapat punya itu program terdiri dari beberapa asse, tetapi
salah satu dari mereka punya metode main. kelas jawa biasanya
telah beberapa metode. sebagai contoh, permainan kelas dapat
punya metode startgame, stopgame, readscore, dan di. tubuh
metode kami main hanya satu garis: tanda tangan metode ini
menceritakan kita fol ean bahwa metode main dapat accther kelas
jawa atau jvm sendiri.
System.out.println("Hello World");
203
Keluar. println menceritakan kita itu ada benda mewakili oleh
mething memanggil keluar" punya metode etween kelas dan nama
metode ean bahwa ini metode ada di dalam kelas ini. katakan kamu
punya gadis pingponggame itu punya metode savescore. ini adalah
bagaimana memanggil metode ini untuk dave siapa memenangkan
tiga permainan: variabel keluar dan ini" socalled println. noktah cyou
dapat lagi, data diantara tanda kurung disebut argumen atau bilai
ameter. parameter ini diberikan ke metode untuk macam
memproses, sebagai contoh menyelamatkan data di disket. metode
savescore punya dua argumen -a tali teks" dave" , dan nomor 3.
Eclipse akan menambahkan menyenangkan program java tulisan.
204
REFERENSI
BIODATA
Nama : Teguh Wiyono
Tempat Tgl Lahir : Cempedak Lampung Barat/
12 Oktober 1987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Arimbo Gg. Arimbi No 07 Pringgodani
Mrican Catur Tunggal Depok
Sleman Yogyakarta 55281
Telepon :-
Pekerjaan : Penulis dan Wartawan kabar kampus
Yogyakarta
205
206