Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Magnesium sulfat pertama kali dicoba untuk pengobatan kejang oleh Meltzer pada
tahun 1899 dan bersamaan dengan Auer mencobanya untuk pengobatan kejang pada
kera yang sakit tetanus. Khon dan Sraubee sependapat dengan mereka dan mulai
mengunakan magnesium sulfat untuk pengobatan penderita tetanus.1,2
Pengunaan magnesium sulfat parenteral untuk pengobatan eklampsia pertama
kali dilakukan oleh Horn tahun 1906 dengan penyuntikan secara intrathekal.
Rissmann tahun 1916 memberikan secara subkutan, Fisher tahun 1916 memberikan
secara infus sebanyak 250 ml larutan 2% dan Von Miltner (1920) memberikan
secara gabungan suntikan subkutan dan intramuskuler.2
Eastman dan Steptoe melaporkan pada tahun 1945 mengenai pengunaan
megnesium sulfat pada eklampsia dengan dosis 10 gram di ikuti tiap 6 jam dengan
dosis 5 gram. Setelah mengunakannya untuk 1200 kasus preeklampsia dan
eklampsia, Eastman menyatakan bahwa magnesium sulfat merupakan obat tunggal
yang paling ampuh pada preeklampsia berat. Selain mencegah kejang obat ini tidak
menghambat persalinan.3
Sejak tahun 1951, Pritchard mempelajari penggunaan magnesium sulfat sebagai
pengobatan tunggal pada preeklampsia. Selama 3 tahun terdapat 211 penderita
preeklampsia dan eklampsia yang diobati dengan magnesium sulfat dan dilaporkan
hanya 1 kamatian ibu, sedangkan kamatian perinatal sebesar 10%.2
Zuspan pada tahun 1966 melaporkan 69 kasus eklampsia yang dirawat sejak
tahun 1956 dengan pengobatan magnesium sulfat secara tetes kontinyu dengan
dosis 1 gram/jam dilaporkan 2 kematian ibu (2,9%) yang terjadi 4 minggu pasca
persalinan yang disebabkan kelainan sebagai akibat eklampsia.4
Suplementasi magnesium berupa pemberian oral magnesium aspartate
hidrochloride selama kehamilan untuk menurunkan insiden preeklampsia telah
diteliti oleh Sibai dkk. Walaupun terjadi peningkatan kadar magnesium dalam
plasma darah, hasil analisa menunjukan tidak ada perbedaan bermakna dalam hal
insiden preeklampsia5,6.
2
Sampai saat ini magnesium sulfat merupakan obat yang terpakai banyak untuk
pengobatan preeklampsia dan eklampsia di Amerika Serikat.1,7 Di Indonesia sendiri
pengunaan magnesium sulfat pada penderita preeklampsia dan eklampsia sudah
cukup lama dan pada saat KOGI VI tahun 1985 di Ujung Pandang oleh Satgas
Gestosis POGI ditetapkan magnesium sulfat merupakan satu-satunya obat yang
dipakai untuk pengobatan preeklampsia dan eklampsia8.
Tujuan referat ini akan membahas farmakokinetik dan farmakodinamik
(absorbsi dan ekskresi, mekanisme kerja, interaksi obat dan efek samping, dosis dan
cara pemberian) pada kasus obstetri, serta pengaruh magnesium sulfat pada janin
dan bayi baru lahir.
B. Mekanisme Kerja
1. Sistem Enzym
Magnesium merupakan ko-faktor dari semua enzym dalam rangkaian reaksi
adenosin fosfat (ATP) dan sejumlah besar enzym dalam rangkaian
metabolisme fosfat. Juga berperan penting dalam metabolisme intraseluler,
misalnya proses pengikatan messanger-RNA dalam ribosom.1
2. Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler.
Mekanisme dan aksi magnesium sulfat mesih belum diketahui dan menjadi
pokok pembahasan. Beberapa penulis berpendapat bahwa aksi magnesium
sulfat di perifer pada neuromuskular junction dengan minimal atau tidak ada
sama sekali pengaruh pada sentral. Tapi sebagian besar penulis berpendapat
bahwa aksi utamanya adalah sentral dengan efek minimal blok
neuromuskuler.2
Magnesium menekan saraf pusat sehingga menimbulkan anestesi dan
mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Pengaruhnya terhadap SSP mirip
dengan ion kalium. Hipomagnesemia mengakibatkan peningkatan iritabilitas
SSP, disorientasi, kebingungan, kegelisahan, kejang dan perilaku psikotik.
Suntikan magnesium sulfat secara intravena cepat dan dosis tinggi dapat
menyebabkan terjadinya kelumpuhan dan hilangnya kesadaran. Hal ini
mungkin disebabkan karena adanya hambatan pada neuromuskular
perifer.1,4,11,12
Penghentian dan pencegahan kejang pada eklampsia tanpa menimbulkan
depresi umum susunan syaraf pusat pada ibu maupun janin.10
Donaldson (1978,1986) serta beberapa neurolog lainnya dengan alasan
yang sulit dimengerti, secara keliru menekankan bahwa magensium sulfat
merupakan anti konvulsan yang bekerja perifer dan karenanya merupakan
obat yang jelek. Obat ini hanya bekerja pada konsentrasi yang menyebabkan
kelumpuhan dan akibatnya pasien eklampsia yang diobati akan menjadi
tenang diluar tetapi masih kejang-kejang didalam.10
5
6. Sistem pernapasan
Magnesium dapat menyebabkan depresi pernapasan bila kadarnya lebih dari
10 meq/liter bahkan dapat menyebabkan henti napas bila kadarnya mencapai
15 meq/liter.10
Somjen memonitor secara ketat dua orang penderita dengan kadar
magnesium dalam darah 15 meq/liter akan didapati kelumpuhan otot
pernapasan tanpa disertai gangguan kesadaran maupun sensoris.2,10
Sebagai pengobatan hipermagnesia segera setelah terjadi depresi
pernapasan diberikan kalsium glukonas dengan dosis 1 gram (10 ml dari
larutan 10%) secara intravena dalam waktu 3 menit dan dilakukan
pernapasan buatan sampai penderita dapat bernapas sendiri. Pemberian ini
dapat dilanjutkan 50 ml kalsium glukonas 10% yang dilarutkan dalam
dektrose 10% per infus. Bila keadaan tidak dapat diatasi dianjurkan untuk
hemodialisis atau peritoneum dialisis.
7. Uterus
Pengaruh magnesium sulfat terhadap kontraksi uterus telah banyak dipelajari
oleh para sarjana. Hutchinson dkk meneliti 32 penderita yang diberi 4 gram
MgSO4 secara intravena dan mendapatkan adanya penurunan kontraksi
uterus yang nyata pada 21 penderita , pada 7 penderita terdapat penurunan
kontraksi uterus yang sedang dan pada 4 penderita malah di dapatkan
penambahan kekuatan kontraksi uterus. Perubahan kontraksi ini hanya
berlangsung selama 3-15 menit dimana kadar magnesium meningkat dari 2
meq/liter menjadi 7-8 meq/liter dan menurun kembali 5-6 meq/liter pada
akhir menit ke-15. lama dan derajat perubahan sangat individual, bahkan
diperoleh perbaikan sifat kontraksi uterus.2
Magnesium sulfat (Mg SO4 7[H2O]), sudah cukup lama dikenal
sebagai obat utama pada preeklampsia di Amerika Serikat, namun kini telah
diterima dan bahkan menjadi obat utama diberbagai pusat layanan sebagai
obat tokolitik13. Tahun 1969 Vulpian pertama kali mendemontrasikan
adanya aksi paralisis dari magnesium sulfat. Tahun 1982, Nan Dyke dan
8
Hasting melihat bahwa pada kondisi kadar yang berbeda memberikan respon
yang berbeda pula. Tapi keadaan yang berlawanan justru terjadi yakni
adanya efek relaksasi uterus pada keadaan tidak adanya magnesium maupun
pada keadaan kadar magnesium yang tinggi. Bila kadar magnesium sulfat
berada dalam kadar menengah, nampaknya terjadinya kontraksi
miometrium.14
Pada tahun 1959, Hall melakukan penelitian invitro efek magnesium
sulfat pada miometrium. Pada penelitian ini megnesium sulfat menyebabkan
relaksasi bila konsentrasi mencapai 8-19 mEq/1, penghambatan sempurna
dicapai bila konsentrasi magnesium 14-30 mEq/1. pada penelitian invivo,
digunakan magnesium sulfat dengan kadar dalam darah 5-8 mEq/1.
Toksisitas tampak bila kadar dalam darah mencapai kurang lebih 10 mEq/1.
Hall juga mendemontrasikan perpanjangan proses persalinan pada penderita
preeklampsia yang diberikan pengobatan dengan magnesium sulfat. Lama
proses persalinan secara berlangsung sebanding dengan kadar magnesium
sulfat dalam darah. Tahun 1966, pertama kali pemakaian magnesium sulfat
sebagai obat tokolitik dilaporkan oleh Rusu dan tahun 1975, Kiss dan Szoke
melaporkan pengunaan magnesium secara intravena untuk tokolitik.13
Pemberian magnesium sulfat oleh beberapa ahli disebutkan dapat
menurunkan angka kejadian celebral palsy. Namun grether dkk, tidak
menemukan adanya hubungan yang bermakna antara pemberian magnesium
sulfat dengan resiko cerebral plsy ini. Pada penelitian lainnya Grether telah
membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pemberian
magnesium sulfat dengan resiko kematian neonatus.15
Magnesium adalah kation terbesar kedua didalam sel. Jumlah seluruh
magnesium dalam tubuh adalah 24 g. magnesium intraseluler adalah bagian
terpenting sebagai kofaktor pada reaksi berbagai enzim dan masuk ke dalam
sel secara difusi. Magnesium dikeluarkan dari dalam tubuh melalui ginjal.
Magnesium secara bebas difiltrasi dalam glomerulus dan sebagian
direabsorbsi dalam tubulus renalis. ekskresi dalam urin kurang lebih 3-5%
9
dari magnesium yang difitrasi. Pada wanita hamil kadar magnesium plasma
menurun ; 1,83 mEq/1 untuk wanita tidak hamil menjadi 1,39 mEq/1 untuk
wanita yang hamil.2
Magnesium sulfat tampaknya mempunyai dua aktivitas sebagai obat
tokolitik yakni dengan cara menekan transmisi syaraf ke miometrium dan
secara langsung berefek pada sel-sel miometrium. Pertama, peningkatan
kadar megnesium menurun pelepasan asetikolin oleh motor end plate pada
neuromuscular junction. Sebagai tambahan Magnesium mencagah
masuknya kalsium neuron dan efektif memblokir transmisi syaraf. Kedua,
magnesium berefek sebagai antagonis terhadap kalsium pada tingkat sel dan
dalam ruang ekstraseluler. Peningkatan kadar magnesium menyebabkan
hipokalsemia melalui penekanan sekresi hormon paratiroid dan melalui
peningkatan pembuangan kalsium oleh ginjal. Baik Magnesium dan kalsium
direabsorbsi pada tubulus renalis. Pada sisi yang sama Peningkatan kadar
magnesium mencegah rabsorbsi kalsium dan menyebabkan hiperkalsiuria.
Disamping menyebabkan hipokalsemia, peningkatan kadar magnesium juga
berkompetisi dengan sisi ikatan kalsium yang sama yang mengakibatkan
penurunan menurunnya kadar ATP (adenosine triphosphate) sampai pada
kadar dimana sel tidak mengikat kalsium. Hal ini mencegah aktivasi dari
kompleks aktin dan myosin. Data klinik mendukung teori bahwa magnesium
berefek sebagai tokolitiknya melalui antogonism kalsium : pada keadaan
hipokalsemia pada penderita yang menerima magnesium sulfat kemudian
diobati dengan pemberian kalsium, terjadi peningkatan aktivitas uterus.13
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menilai efektifitas magnesium
sulfat sebagai tokolitik. Namun, batasan saat pemberian tokolitik sulfat
sangat bervariasi. Steer dan Petrie mengemukan bahwa magnesium sulfat
efektif sebagai tokolitik dan ma,pu menghambat persalinan prematur selama
24 jam pada 96% penderita bila pembukaan serviks kurang dari 1 sentimeter.
Tetapi bila pembukaan serviks 2-5 sentimeter hanya 25% yang berhasil. Para
ahli berkesimpulan bahwa makin cepat pemberian obat tokolitik merupakan
10
Pada penyuntikan intravena didapatkan gejala yang kurang enak berupa rasa
panas dimuka, muka merah, mual-mual dan muntah. Reaksi ini segera timbul
karena kadar magnesium segera meningkat dan akan menghilang dengan
menurunnya kadar magnesium. Reaksi tidak didapatkan pada penyuntikan
secara intramuskular walaupun dengan dosis tinggi, karena peningkatan kadar
magnesium secara perlahan-lahan. Rasa panas dimuka dan muka merah akibat
vasodilatasi yang terjadi setelah pemberian magnesium sulfat.
D. Sediaan
Garam magnesium tersedia dalam berbagai bentuk misalnya magnesium sitrat,
magnesium karbonat, magnesium oksida, milk of magnesia, magnesium fosfat,
magnesium trisilikat, dan magnesium sulfat.
Magnesium sulfat atau disebut juga garam Epson, banyak dipergunakan dalam
bidang kebidanan, merupakan sediaan yang dipakai untuk pengunaan parenteral.
Apabila kita menyebut magnesium sulfat maka yang dimaksud adalah senyawa
MgSO4. 7H2O USP (United States Pharmacope) yang merupakan kristal
berbentuk prisma dingin, pahit dan larut dalam air (kelarutan 1 : 1). Satu gram
garam ini setara dengan 4,08 milimol atau 8,12 meq magnesium. Larutan injeksi
MgSO4. 7H2O USP terdapat dalam konsentrasi 10%, 12,5%, 25%, 40%, dan
50%.
E. Dosis dan Cara Pemberian
Magnesium sulfat merupakan garam yang sangat larut dalam air dan dapat
diberikan melalui berbagai cara. Peroral ternyata magnesium sulfat sangat
sedikit diserap dari saluran pencernaan dan jumlah sedikit yang diserap tersebut
segera dikeluarkan melalui urin, sehingga kadar magnesium dalam serum
hampir tidak dipengaruhi. Pemberian secara parenteral barulah dapat menaikan
kadar magnesium. Dalam sejarah pengunaannya, cara pemberian parenteral
sangat bervariasi dari mulai pemberian secara intratekal, intraspinal, hipodemal,
subkutan, intramuskular, intravena sampai perimpus secara terus menerus.
13
Dosis awal
4 gram magnesium sulfat, (20% dalam 20 ml) intravena sebanyal 1 g/menit,
ditambah 4 gram intra muskuler di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan
(40% dalam 10 ml)
Dosis pemeliharaan
Diberikan 4 gram intramuskuler, setelah 6 jam pemberian dosis awal,
selanjutnya diberikan 4 gram intramuskuler setiap 6 jam
b. Eklampsia
Dosis awal
4 gram magnesium sulfat 20% dalam larutan 20 ml intravena selam 4 menit,
disusul 8 gram larutan 40% dalam larutan 10 ml diberikan pada bokong kiri
dan bokong kanan masing-masing 4 gram
Dosis pemeliharaan
Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram intramuskuler
Dosis tambahan
Bila timbul kejang lagi dapat diberikan MgSO4 2gram intravena 2 menit.
Diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir
Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan sekali dalam 6 jam saja
Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan
amobarbital 3-5 mg/KgBB secara intravena perlahan-lahan.
IV. RINGKASAN
Pengunaan magnesium sulfat sebagai pengobatan preeklampsia dan eklampsia lebih
disukai karena mudah mencegah dan mengatasi kejang, penderita tetap sadar, jarang
terjadi aspirasi, pengaruh terhadap bayi sedikit dan mudah dilaksanakan
Cara pemberian dan dosis terpilih magnesium sulfat masih bermacam-macam,
namun semuanya bertujuan untuk mendapatkan kadar magnesium dalam darah yang
dapat memberikan efek pengobatan yang optimal dan berlangsung lama.
V. RUJUKAN
1. Goodman and Gilman’s. The pharmacological bases of therapeutics. 7th edition. New
York : Mac Millian Publishing Co. Inc, 1985: 874-6
2. Idama To, Lindow SW. Magnesium sulfate : a review o clinical pharmacology applied to
obstetrics. Br J Obstet Gynecol 1998; 105: 260-8
3. Pritchard JA. The use of magnesium ion in the management of eclamtogenic toxemia.
Gynecol Obstet 1955;100:131-40.
17
4. Zuspan FP. Treatmen of severe preeclampsia and eclampsia. Clin Obstet Gynecol
1966;9:954-72.
5. Sibai BM, Villar MA, Bray E. Magnesium suplementation during pregnancy : a double
blind randomizid controlled clinical trial. Am J Obstet Gynecol 1989 ; 161:115-9
6. Sibai BM. Prevention of preeclampsia : a big disappointment. Am J Obstet Gynecol 1998;
179:1275-8
7. Livingston JC, Livingston LW, Ramsey R, Mabie BC, Sibai BM. Magnesium sulfate in
women with mild preeclampsia: a randomize controlled trial. Am J Obstet Gynecol 2003;
101: 217-20
8. Angsar MD, Simanjuntak P, Handaya, Syahid S. Panduan pengolahan hipertensi dalam
kehamilan di Indonesia. Edisi pertama. Satgas Gestosis POGI, 1985:1-24
9. Seydoux J, LucPaunier EG, Beguin F. Serum and intracellular magensium during normal
pregnancy and in patients with pre-eclampsia. Br J Obstet Gynecol 1992; 99: 207-11
10. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NP. William obstetrics. Edisi 18. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC, 1995:805-9
11. Sibai BM, Graham JM, Mc Cubbin JH. A comparation of intravenous and intramuscular
magnesium sulphate regimen in preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 1984; 150:728-33
12. Hutchinson HT, Nichols MM, Kuhn CR, Vasicka A. Effects of magnesium sulfate on
uterine contractility, intra uterin fetus and infant. Am J Obstet Gynecol 1964; 88:747-57
13. Gordon MC, Iams JD. Magnesium sulfate. Clin Obstet Gynecol 1995: 38: 706-83
14. Mittendorf R, Pryde P, Khoshnood B, Lee KS. If tocolytic magnesium sulfate is associated
with excess total pediatric mortality, what is its imfact? Obstet Gynecol 1998; 92: 308-11
15. Grether JK, Hoogstrate J, Selvin S, Nelson KB. Magnesium sulfate tocolys and risk of
neonatal death. Am J Obstet Gynecol 1998; 178: 1-6
16. Dudley D, Gagnon D, varner M. Long term tocolysis with intravenous magnesium sulfate.
Obstet Gynecol 1989; 73: 373-8
17. Duley L. Magnesium sulphate : the time of reckoning. Br J Obstet Gynecol 1996; 103: 99-
102
18. Valenzuela GJ, Foster TC. Use of magnesium sulfate to treat hyperstimulation in term labor.
Obstet Gynecol. 1990; 75: 762-4
19. Guinn DA, Parilla BP. Acute therapy for preterm labor. In :Ransom SB, Evans MI,
Dombrowski MP, Ginsburg KA. Contemporery therapy in obstetrics ang gynecology.
Philadelphia : W.B. Saunders company, 2002:33
20. Marnoto, BW. Masalah bayi dari ibu penderita gestosis. Dalam: Pusponegoro T. EPH
gestosis. Unit Perinatologi-Anak,RSAB Harapan Kita, Jakarta 2000.
21. Peaceman AM, Meyer BA, Thorp JA, et al. The effect of magnesium sulfate tocolysis on
the fetal biophysical profile. Am J Obstet Gynecol 1989;161:771-4
22. Carlan SJ, O.brien WF. The effect of magnesium sulfate on the biophysical profile of
normal term fetuses. Obstet Gynecol. 1998; 92: 691-3
23. Holcomb Jr WL, Shakelford GD, Petrie RH. Magnesium tocolysis and neonatal bone
abnormalities : a controlled study. Obstet Gynecol. 1991; 78: 611-4