You are on page 1of 32

1.9.

2 Chikungunya
Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan alphavirus yang
isebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti. Namanya berasal dari
sebuah kata alam bahasa Makonde yang berarti "yang melengkung ke atas", merujuk
kepada tubuh yang membungkuk akibat gejala-gejala arthritis penyakit ini.

1. Pengertian Chikungunya

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang
berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up),
mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat
(arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor
Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta
persendian tangan dan kaki. Selain kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah
wilayah Indonesia, masyarakat direpotkan pula dengan kasus Chikungunya. Gejala
penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat C, nyeri pada
persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang
belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat
juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit fotofobia. Penyakit ini biasanya
dapat membatasi diri sendiri dan akan sembuh sendiri.

2. Penyebab Chikungunya

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam
berdarah dengue. Meski masih "bersaudara" dengan demam berdarah, penyakit ini
tidak mematikan. Penyakit Chikungunya disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Apakah penyakit ini juga disebabkan virus dengue? Lalu, apa bedanya dengan DBD
dan bagaimana membedakannya? Penyakit Chikungunya disebabkan oleh sejenis
virus yang disebut virus Chikungunya. virus Chikungunya ini masuk keluarga

32
Togaviridae, genus alphavirus. Sejarah Chikungunya di Indonesia Penyakit ini
berasal dari daratan Afrika dan mulai ditemukan di Indonesia tahun 1973.

3. Vektor Penyakit

Gambar 9. Nyamuk Ae. Aegypti12

1. Klasifikasi ilmiah Klasifikasi ilmiah


2. Kerajaan: Animalia
3. Filum: Filum: Arthropoda
4. Kelas: Kelas Insecta
5. Order: Diptera
6. Keluarga: Culicidae
7. Genus: Aedes
8. Spesies: Ae. aegypti

Nyamuk demam kuning, Aedes aegypti (= Stegomyia aegypti, = Aedes


(Stegomyia) aegypti), adalah nyamuk yang dapat menyebarkan demam berdarah,

33
Chikungunya dan virus demam kuning, dan penyakit lainnya. Nyamuk dapat dikenali
dengan tanda-tanda pada kaki putih dan sebuah tanda dari bentuk kecapi di dada.
Nyamuk berasal dari Afrika, tapi sekarang ditemukan di daerah tropis di seluruh
dunia

4. Alphavirus penyebab cikungunya

Gambar 10. Skema Klasifikasi Virus Chikungunya12-15

Gambar 11. Alphavirus12-15

34
1. Grup : Grup IV ((+) ssRNA)
2. Keluarga : Togaviridae
3. Genus : Alphavirus

Dalam biologi dan imunologi, Alphavirus memilik kelompok keluarga


Togaviridae IV virus tersebut adalah sistem klasifikasi berdasarkan komposisi genom
virus yang diperkenalkan oleh David Baltimore pada tahun 1971. Alphaviruses,
seperti semua kelompok lain IV virus memiliki arti positif genom RNA beruntai
tunggal. Terdapat 27 alphaviruses, mampu menginfeksi berbagai vertebrata seperti
manusia, binatang pengerat, burung, dan mamalia besar seperti kuda serta
invertebrata. Transmisi antara spesies dan individu terjadi melalui nyamuk membuat
alphaviruses kontributor koleksi. Bentuk Alphaviruses memiliki diameter 70 nm,
cenderung bulat (walaupun sedikit pleomorphic), dan memiliki 40 nm isometrik
nucleocapsid.

Genome alphaviruses terdiri dari RNA. Panjang genom total berkisar antara
11.000 dan 12.000 nukleotida, dan memiliki 5 'topi, dan 3' ekor poli-A. Ada dua
genom terbuka (ORF's), non-struktural dan struktural. Yang pertama adalah non
struktural dan mengkodekan protein untuk transkripsi dan replikasi RNA virus, dan
yang kedua empat struktural protein encode: kapsid protein C, Amplop glikoprotein
E1, Amplop glikoprotein E2, dan E3 glikoprotein Envelope. Ekspresi dari protein dan
replikasi genom virus semua terjadi di sitoplasma dari sel inang.

Ada banyak alphaviruses tersebar di seluruh dunia dengan kemampuan


menyebabkan penyakit pada manusia. Infectious arthritis, ensefalitis, ruam dan
demam yang paling sering diemui. Paling banyak jenis mamalia seperti manusia dan
kuda sangat sedikit menjadi transmisi penularan virus, namun dalam kasus ensefalitis

35
kuda Venezuela virus diperkuat terutama pada kuda. virus bertahan di alam hidup
dalam nyamuk, tikus dan burung.

Alphavirus infeksi yang ditularkan melalui vektor serangga seperti nyamuk. Sekali
manusia digigit oleh nyamuk yang terinfeksi, virus dapat masuk ke dalam aliran
darah, menyebabkan viremia. The Alphavirus bisa juga masuk ke dalam Sistim Saraf
Pusat di mana ia dapat berkembang biak dalam neuron. Hal ini dapat menyebabkan
ensefalitis, yang dapat berakibat fatal.

Chikungunya siklus penularan Chikungunya virus adalah virus RNA peka panas
(Togaviridae keluarga dan genus yang Alphavirus - Group IV +). Ada tiga kelompok
utama virus ini yaitu afrika barat, pusat dan asian african.

Chikungunya virus membutuhkan agen untuk transmisi dan karenanya langsung


penularan manusia ke manusia tidak mungkin. Sejauh ini tidak ada insiden seperti
dilaporkan. Biasanya penularan terjadi bila nyamuk menggigit orang yang terinfeksi
dan kemudian menggigit orang yang tidak terinfeksi. Chikungunya juga
mempengaruhi monyet dan juga diduga bahwa mereka adalah reservoir utama bagi

Gambar 12. Siklus Penularan manusia ke manusia11,13

36
5. Gejala Penderita Chikungunya

Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam
diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah
timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulangtulang, ada yang
menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip
dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini
dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes
aegypti. virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini akan berkembang biak
di dalam tubuh manusia. virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun
dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam
tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak
kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu
muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering
dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti
rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada
orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan
kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa
mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama
tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya
dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat,
renjatan (shock) maupun kematian.

6. Chikungunya tidak menyebabkan kematian / kelumpuhan

Dengan istirahat cukup, obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang
demam, penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam tujuh hari. Tidak Menyebabkan
Kematian atau Kelumpuhan ! Masih banyak anggapan di kalangan masyarakat,
bahwa demam Chikungunya atau flu tulang atau demam tulang sebagai penyakit

37
yang berbahaya, sehingga membuat panik. Tidak jarang pula orang meyakini bahwa
penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan. Memang, sewaktu virus berkembang
biak di dalam darah, penderita merasa nyeri pada tulang-tulangnya terutama di
seputar persendian sehingga tidak berani menggerakkan anggota tubuh. Namun, perlu
diperhatikan bahwa hal ini bukan berarti terjadi kelumpuhan. Melainkan lebih dari
sekedar keengganan si penderita melakukan gerakan karena rasa ngilu pada
persendian. Masa inkubasi dari demam Chikungunya dua sampai empat hari.
Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai 10 hari. virus ini termasuk self limiting
disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri masih tertinggal dalam
hitungan minggu sampai bulan. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk
Chikungunya. Cukup minum obat penurun panas dan penghilang rasa sakit yang bisa
dibeli di warung. Yang penting cukup istirahat, minum dan makanan bergizi. virus ini
termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Walau demikian, rasa
nyeri masih akan tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Jadi, jangan panic
dulu apabila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini, sebab tidak
sampai menyebabkan kematian. Serta ngilu pada persendian itu tidaklah
menyebabkan kelumpuhan. Penderita bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala.
Dokter biasanya hanya memberikan obat penghilang rasa sakit dan demam atau
golongan obat yang dikenal dengan obat-obat flu serta vitamin untuk penguat daya
tahan tubuh. Sebagian orang mengatakan penyakit ini bisa diatasi dengan
mengonsumsi jus buah segar, benarkah? Bagi penderita sangat dianjurkan makan
makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak
mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar. Sebaiknya minum jus buah
segar. Setelah lewat lima hari, demam akan berangsur-angsur reda, rasa ngilu maupun
nyeri pada persendian dan otot berkurang, dan penderitanya akan sembuh seperti
semula. vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk menghadapi
penyakit ini. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan
karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan
istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu pada persendian cepat hilang. Minum banyak

38
air putih juga disarankan untuk menghilangkan gejala demam. Bagaimana cara
menghindari penyakit ini?

7. Cara menghindari Chikungunya

Cara menghindari penyakit ini adalah dengan membasmi nyamuk pembawa


virusnya. Ternyata nyamuk ini punya kebiasaan unik. Pertama, Mereka senang hidup
dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga
kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Kedua, Serangga bercorak hitam
putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang
ada di belakang pintu kamar. Ketiga, nyamuk ini sangat menyukai tempat yang gelap
dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka
cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk
tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah
dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya.
malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding.
Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-
benda yang menggantung.

Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini
adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga
dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut
berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang
memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang.
Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore,
agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara
dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal

39
bagi nyamuk tersebut. Bisakah seseorang terserang penyakit ini berkali-kali? Kabar
baiknya, penyakit ini sulit menyerang penderita yang sama. Sebabnya, pada tubuh
penderita akan membentuk antibodi yang akan membuat mereka kebal terhadap
wabah penyakit ini di kemudian hari. Dengan demikian, kecil kemungkinan bagi
mereka untuk kena lagi.

1.9.3 Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang dapat mengancam kehidupan. Kurang dari 100
kasus tetanus yang dilaporkan di Amerika Serikat setiap tahunnya, karenanya diambil
langkah-langkah pencegahan melalui vaksinasi. Pengobatan untuk tetanus dapat tidak
berfungsi dan mungkin tidak mengarah ke penyembuhan. Penyakit ini biasanya
disebabkan oleh lecet terinfeksi dengan bakteri dan dapat menyebabkan kejang otot,
kekakuan otot-otot rahang atau otot-otot lain, menyebakan kesulitan bernapas, dan
akhirnya dapat menghentikan jantung. Infeksi tetanus meproduksi racun dalam tubuh.

Gejala yang paling jelas dengan tetanus termasuk otot-otot yang kaku, rahang
kaku, otot kejang, biasanya dari rahang atau leher, otot mudah marah, dan demam.
Sebagai akibat meningkatnya racun di seluruh tubuh, gejala dapat menjadi lebih jelas
dan kejang otot dapat menjadi sangat parah. Kekakuan leher, kesulitan menelan,
mudah marah, dan sesak napas dapat menjadi lebih umum menunjukkab penyakit
semakin parah.
Kingdom: Bakteri
Filum : Firmicutes
Kelas : Clostridia
Order : Clostridiales
Keluarga Clostridiaceae
Genus: Clostridium
Spesies: C. tetani
Gambar 13. Clostridium Tetani14

40
1. Sejarah
Tetanus dikenal orang-orang kuno, yang berhubungan antara luka-luka dan
kekejangan otot fatal. Pada tahun 1884, Arthur Nicolaier mengisolasi
strychnine-seperti toksin tetanus dari alam bebas, bakteri anaerobik tanah.
Etiologi penyakit ini dijelaskan lebih lanjut pada tahun 1884 oleh Antonio
Carle dan Giorgio Rattone, yang menunjukkan transmissibility tetanus untuk
pertama kalinya. Mereka memproduksi tetanus dari kelinci dengan
menyuntikkan ke saraf skiatik mereka, dengan nanah dari suatu kasus tetanus
manusia yang fatal pada tahun yang sama. Pada tahun 1889, C. tetani ini
terisolasi dari korban manusia, oleh Kitasato Shibasaburo, yang kemudian
menunjukkan bahwa organisme bisa menghasilkan penyakit ketika
disuntikkan ke binatang, dan toksin bisa dinetralkan oleh antibodi spesifik.
Pada tahun 1897, Edmond Nocard menunjukkan bahwa antitoksin tetanus
disebabkan kekebalan pasif pada manusia, dan dapat digunakan untuk
profilaksis dan pengobatan. Toksoid tetanus vaksin ini dikembangkan oleh P.
Descombey pada tahun 1924, dan secara luas digunakan untuk mencegah
tetanus yang disebabkan oleh luka-luka pertempuran selama Perang Dunia II.

2. Karakteristik
C. tetani adalah berbentuk batang, obligat anaerob Gram positif. Selama
pertumbuhan vegetatif, organisme tidak dapat bertahan di hadapan oksigen,
sangat sensitif terhadap panas dan memiliki flagela yang memberikan
mobilitas terbatas. Sebagai bakteri matang, ia mengembangkan terminal
spora, yang memberikan penampilan yang khas organisme. Spora C. tetani
sangat kuat, dan tahan terhadap panas dan paling antiseptik. spora tersebar

41
secara luas dalam pupuk kandang-tanah diperlakukan, dan juga dapat
ditemukan pada kulit manusia yang terkontaminasi.

3. Toksisitas
C. tetani biasanya masuk host melalui luka pada kulit dan kemudian
bereplikasi. Setelah infeksi oleh C. tetani menghasilkan dua exotoxins,
tetanolysin dan tetanospasmin. Sebelas galur C. tetani telah diidentifikasi,
yang berbeda terutama dalam flagellar antigen dan kemampuan mereka untuk
menghasilkan tetanospasmin. Gen yang menghasilkan racun dikodekan pada
plasmid dalam semua toxigenic strain, dan semua strain yang mampu
menghasilkan racun yang identik.
Tidak diketahui fungsi Tetanolysin untuk C. tetani, dan alasan untuk apa
diproduksi toksin tersebut oleh bakteri tidak diketahui dengan pasti.
Tetanospasmin adalah racun saraf dan menyebabkan manifestasi klinis
tetanus. Tetanus toksin yang dihasilkan bakteri hidup, dan dilepaskan ketika
bakteri lyses, seperti selama pertumbuhan spora atau selama pertumbuhan
vegetatif. Jumlah minimal spora dan pertumbuhan sel vegetatif yang
diperlukan untuk produksi toksin.
Berdasarkan berat, tetanospasmin adalah salah satu racun yang paling kuat
dikenal. Perkiraan dosis mematikan manusia minimum adalah 2,5 nanogram per
kilogram berat badan, atau 175 nanogram dalam 70 kg (154 lb) manusia. Satu-
satunya racun yang lebih mematikan untuk manusia adalah botulinum toksin yang
diproduksi oleh Clostridium botulinum relatif dekat dan eksotoksin yang dihasilkan
oleh Corynebacterium diphtheriae, agen penyebab difteri.
Tetanospasmin tergantung seng-metalloproteinase, yang mirip struktur botulinum
toksin, tetapi setiap racun menghasilkan efek berbeda. C. tetani mensintesis
tetanospasmin sebagai nenek moyang tunggal polipeptida 150kDa racun, yang
kemudian dipotong oleh protease menjadi dua fragmen; fragmen A (a 50kDa "terang
rantai") dan fragmen B (yang 100 kDa rantai berat) yang tetap terhubung melalui

42
disulfida jembatan. Pembelahan nenek moyang toksin ke fragmen A dan B juga dapat
diinduksi secara buatan dengan tripsin.
4. Aksi Toxin
Tetanospasmin didistribusikan dalam darah dan sistem limfatik host. Racun
bekerja pada beberapa situs dalam sistem saraf pusat, termasuk terminal saraf perifer,
saraf tulang belakang, dan otak, dan di dalam sistem saraf simpatik. Racun dibawa ke
dalam saraf akson dan sinapsis diangkut melintasi persimpangan, sampai mencapai
sistem saraf pusat, di mana ia tetap cepat untuk gangliosides di persimpangan dari
presynaptic penghambatan saraf motorik.
Manifestasi klinis tetanus disebabkan ketika toksin tetanus blok inhibisi impuls,
oleh campur dengan rilis neurotransmiter, termasuk glisin dan gamma-asam
aminobutyric. Hal ini menyebabkan kontraksi otot dan kejang. Fitur karakteristik
risus sardonicus (senyum kaku), trismus (umumnya dikenal sebagai "lock-rahang"),
dan opisthotonus (kaku, melengkung kembali). Kejang mungkin terjadi, dan sistem
saraf otonom mungkin juga akan terpengaruh. Tetanospasmin muncul untuk
mencegah pelepasan neurotransmiter oleh selektif berlayar padanya sebuah
komponen yang disebut vesikula sinapsis synaptobrevin II.

Perlu dicatat bahwa organisme itu sendiri tidak memiliki akses ke sistem saraf,
namun tetanospasmin diarahkan ke sistem saraf. Alasan mengapa hal ini terjadi masih
menjadi bahan kontroversi. Tampaknya racun merupakan hasil disintesis selama
pertumbuhan bakteri, dan sasaran mereka adalah ditentukan oleh adanya atau tidak
adanya reseptor spesifik pada sel manusia di mana mereka dapat mengikat dan
dengan demikian menimbulkan efek. Ini hanya menjelaskan mengapa toksin tetanus
bekerja pada sistem saraf, tetapi mengapa organism tersebut dapat mencapai sitem
syaraf, hak itu mungkin sebuah fenomena alam.

Pencegahan tetanus termasuk vaksinasi, dan membersihkan luka primer.


Profilaksis yang efektif, dalam bentuk vaksin toksoid tetanus, yang diberikan dengan

43
atau tanpa imunisasi pasif dengan tetanus immune globulin. Sangat sedikit kasus
tetanus terjadi pada individu dengan up-to-date vaksinasi tetanus. Vaksin DPT
(diphtheria-pertussis-tetanus) diberikan di sebagian besar dunia. Hal ini diberikan
pada usia 2, 4, 6, dan usia 15-18 bulan, diikuti oleh booster sebelum masuk ke
sekolah (4-6 tahun). Rejimen ini menyediakan perlindungan dari penyakit tetanus
selama sekitar 10 tahun, dan setiap 10 tahun sesudahnya, suatu suntikan vaksin
tetanus dianjurkan.
Tetanus tidak menular dari orang ke orang, dan merupakan satu-satunya penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin yang menular, tetapi tidak menular. Sebuah infeksi
C. tetani tidak mengakibatkan kekebalan tetanus, dan tetanus vaksinasi harus
diberikan segera setelah pasien stabil.
Mencegah tetanus jauh lebih efektif daripada mencoba untuk mengobatinya. Bayi
dan anak-anak secara rutin divaksinasi terhadap tetanus, dan orang dewasa harus
sepanjang masa hidupnya. Namun, tidak biasa bagi orang dewasa untuk melakukan
pekerjaan yang buruk dalam menjaga perawatan medis mereka kecuali jika ada
masalah dan dengan demikian kehilangan mereka dijadwalkan untuk vaksinasi
tetanus.
Tetanus bisa sangat serius atau fatal. Karena hal tersebut sangat jarang, karena
seorang pasien telah mengalami infeksi tetanus dan selamat tidak berarti bahwa
mereka tiba-tiba kebal terhadap infeksi tetanus lain. Pencegahan dan perawatan luka
yang cukup dapat mencegah terjadinya infeksi. Penggunaan antibiotik, berpakaian
bersih, dan perawatan luka signifikan dapat mengurangi kemungkinan infeksi tetanus

1. Apa yang dimaksud dengan disaster surveillance cycle


Disaster surveillance cycle atau surveilans siklus bencana, yaitu tanggap
bencana dengan melakukan pencegahan terjadinya bencana sesuai Standar Minimal
Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi,
menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor : 1357/Men
es/SK/XII/2001.

44
1.1 Analisis situasi
Bencana yang disertai dengan pengungsian sering menimbulkan masalah
kesehatan. Dalam situasi bencana selalu terjadi kedaruratan di semua aspek
kehidupan. Terjadinya kelumpuhan pemerintahan, rusaknya fasilitas umum,
terganggunya system komunikasi dan transportasi, lumpuhnya pelayanan umum yang
mengakibatkan terganggunya tatanan kehidupan masyarakat. Jatuhnya korban jiwa,
hilangnya harta benda, meningkatnya angka kesakitan merupakan dampak dari
adanya bencana .
Pada pasca bencana beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dan kajian
lebih lanjut adalah :
1. Perkiraan jumlah orang yang menjadi korban bencana (meninggal, sakit, cacat) dan
ciri–ciri demografinya.
2. Jumlah fasilitas kesehatan yang berfungsi milik pemerintah dan swasta.
3. Ketersediaan obat dan alat kesehatan.
4. Tenaga kesehatan yang masih melaksanakan tugas.
5. Kelompok–kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (bayi, balita, ibu hamil,
bunifas dan manula)
6. Kemampuan dan sumberdaya setempat

2.2 Kebijakan
1. Setiap korban encana dengan masalah kesehatan akan mendapatkan
pelayanan kesehatan secara optimal.
2. Mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui upaya
Pencegahan dan pemberantasan penyakit dengan peningkatan surveilans
epidemiologi.
3. Memberikan pelayanan pangan dan gizi dalam jumlah dan jenis yang
Cukup untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan dan
Keadaan gizi yang terdiri dari.
a. Penanggulangan masalah gizi pengungsi melalui orientasi dan pelatihan

45
secara professional oleh tenaga lapaangan.
b. Menyelenggarakan intervensi gizi dilaksanakan berdasarkan tingkat
kedaruratan dengan memperhatikan prevalensi, keadaan penyakit,
ketersediaan sumberdaya (tenaga, dana dan sarana). kebijakan yang ada,
kondisi penampungan sera latar belakang social budaya
c. Melakukan survelans gizi untuk memantau perkembangan jumlah
pengungsi, keadaan status gizi dan kesehatan.
d. Meningkatkan koordinasi lintas program, lintas sector, LSM, dan ormas
dalam penanggulangan masalah gizi pada setiap tahap, dengan
melibatkan tenaga ahli dibidang : gizi, sanitasi, evaluasi dan monitoring
surveilans serta loghistik.
e. Pemberdayaan pengungsi dibidang pemenuhan kebutuhan pangan
dilakukan

2.3 Pelayanan kesehatan dalam bencana

Kesehatan mempunyai peran penting sejak awal yakni sebelum terjadi bencana, saat
terjadi bencana dan setelah terjadi bencana antara lain mencakup: P3K, pengobatan,
gizi, farmasi, surveilans dan pencegahan penyakit, sanitasi, persalinan, serta
kesehatan jiwa. Tujuan pelayanan kesehatan adalah:
1. Mempersiapkan masyarakat untuk memperkecil jatuhnya korban
2. Memudahkan akses pelayanan kesehatan dalam rangka upaya tanggap darurat
3. Mengurangi penderitaan korban
4. Mencegah atau mengurangi masalah kesehatan setelah terjadinya bencana
5. Melaksanakan rehabilitasi kesehatan

Dalam pelayanan kesehatan memang tidak bisa hanya dilakukan oleh institusi
pemerintah saja sehingga diperlukan juga dukungan dari berbagai pihak, sehingga
dinas kesehatan mempunyai kwajiban untuk memobilisasi potensi yang ada termasuk

46
pihak swasta. Selain itu pelayanan dilaksanakan secara berjenjang sejak dari
pelayanan di tingkat pertama (P3K) sampai dengan pelayanan rujukan di rumah sakit.

2.4 Pencegahan.

Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk di sepanjang siang hari


(pagi sampai sore) karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Hal
tersebut dapat dilaksanakan dengan menghindari berada di lokasi-lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita Demam Berdarah
Dengue- nya. Bila memang sangat perlu untuk berada di tempat tersebut kenakan
pakaian yang lebih tertutup, celana panjang dan kemeja lengan nyamuk (Mosquito
Repellant) yang banyak dijual di toko-toko, pada bagian badan yang tidak tertutup
pakaian. Buang atau timbun benda-benda tak berguna yang menampung air, atau
simpan sedemikian rupa sehingga tidak menampung air. Taburkan serbuk abate (yang
dapat dibeli di apotik) pada bak mandi dan tempat penampung air lainnya, juga pada
parit / selokan di dalam dan di sekitar rumah, terutama bila selokan itu airnya tidak /
kurang mengalir. Kolam / akuarium jangan dibiarkan kosong tanpa ikan, isilah
dengan ikan pemakan jentik nyamuk. Semprotlah bagian-bagian rumah dan halaman
yang merupakan tempat berkeliarannya nyamuk, dengan obat semprot nyamuk (yang
banyak dijual di toko-toko) bila tampak nyamuk berkeliaran di pagi/siang/sore hari.
Hubungi PUSKESMAS setempat untuk meminta fogging di rumah-rumah di
lingkungan setempat untuk pembersihan sarang nyamuk ( PSN) atau lakukan
Abatisasi untuk memutuskan mata rantai pembiakan serta memberikan bimbingan
teknis untuk melakukan antisipasi peningkatan penyakit khususnya yang berpotensi
KLB seperti diare, ISPA, dan Malaria.

2.5 Bagaimana menghindari timbulnya penyakit Pasca Banjir

47
1. Bersihkan lingkungan tempat tinggal,kumpulkan & buanglah sampah yang
terbawa arus air ke dalam lubang dihalaman rumah / atau ketempat sampah .
Bersihkan lantai & dinding didalam rumah bersihkan dengan cairan desifektan
2. Kuburlah lubang-lubang bekas air.
3. Air sumur atau air keran yang berpotensi terkontaminasi, sebaiknya tidak
digunakan dulu , meskipun akan dimasak/ direbus dulu sebelum digunakan.
Check dahulu air yang akan digunakan secara fisik ( warna, rasa, bau) dan
diajurkan untuk menganalisa air secara kimia ( PH,Fe,Na, Ni, Chlor dll),dan
biologi ( E Coli). Sampai dipastikan bahwa air tersebut layak untuk
dikonsumsi.
4. Pakai Alat pelindung yang beralas keras ( Sandal / sepatu) apabila berjalan
dalam genangan air
5. Tingkatkan daya tahan tubuh , minumlah supplemen vitamin, konsumsilah
makanan yang bergizi dan teratur, istirahatlah yang cukup
6. Buanglah makanan yang telah terkontaminasi
7. Cucilah sayuran terlebih dahulu sebelum dimasak, hindari mengkonsumsi
sayuran yang telah terkontaminasi. Tutuplah makanan yang akan disajikan
8. Obati luka yang terbuka dengan plester tahan air
9. Cucilah tangan dengan sabun sebelum atau sesudah makan
10. Laranglah anak anak anda bermain didaerah banjir, bila melakukannya mandi
& cuci tangan yang bersih.
11. Hindari tempat persembunyian tikus, dengan menutup lobang tikus yang ada
12. Bagaimanakah mencegah penyebaran Leptospirosis. Pada orang yang
pekerjaannya mempunyai resiko tinggi harus memakai pakaian, sepatu dan
sarung tangan pengaman (PPE) untuk mengurangi pemaparan dengan bakteri.
Mengenali dan menghilangkan kemungkinan terkena air dan tanah yang
terkontaminasi selama aktivitas rekreasional, dan pengawasan binatang
pengerat di tempat tinggal manusia dan hewan piaraan dapat mengurangi
pemaparan

48
2.6 Langkah-langkah penanggulangan bidang Kesehatan

1. Mengeluarkan himbauan kepada jajaran kesehatan di seluruh Provinsi


Kalimantan Barat melalui bidang-bidang teknis untuk melakukan berbagai
persiapan tindakan antisipasi timbulnya outbreak dampak kesehatan akibat
asap dan akibat sampingan yaitu kekeringan/kemarau panjang, terutama di
Kota Pontianak dan sekitarnya.
2. Membuka Posko bidang kesehatan di Dinas Kesehatan Prov. Kalbardalam
rangka penyediaan informasi dan fasilitasi bantuan tenaga kesehatan dan obat-
obatan serta masker. Melakukan pemantauan/surveilans penyakit akibat asap
dan kemarau.
3. Melakukan pemantauan/surveilans penyakit akibat asap dan kemarau.
4. Melakukan tindakan antisipasi akibat sampingan kabut asap yaitu
kekeringan/kemarau dengan melakukan pemantauan kesehatan lingkungan
yaitu persediaan air bersih di daerah-daerah rawan kekeringan, serta
melakukan pembinaan dan bimbingan kepada masyarakat untuk mendapatkan
air bersih yang sehat.
5. Melakukan distribusi masker pada dinkes kabupaten/kota dan puskesmas,
LSM, instansi terkait, sekolah-sekolah dan masyarakat serta pada even
tertentu berdasarkan permintaan.
6. Melakukan penyuluhan dan himbauan pada masyarakat melalui mass media,
media elektronik dan surat-surat resmi pada akhir bulan Juli dan Agustus.
7. Menyiagakan puskesmas dan rumah sakit daerah sebagai rujukan bagia
masyarakat yang terkena dampak asap dan kemarau, dengan fasilitas (obat
dan sarana) serta pelayanan yang sesuai dengan standar pengobatan dasar
yang telah ditetapkan pemerintah.
8. Berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Bapedalda, Pemda dan pihak
keamanan untuk melakukan distribusi masker dan dalam rangka menyediakan
informasi yang berkaitan dengan asap dan kemarau.

49
9. Melakukan koordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Depkes dalam
rangka memberikan laporan secara lisan dan bantuan binaan untuk
penanggulangan dampak kesehatan akibat asap.
10. Membuat laporan tertulis secara berkala setiap hari dalam 2 minggu kepada
Satkorlak PB dan PPK Depkes.

2.7 Aspek Kesehatan Lingkungan

1. Tempat Pengungsian

Saat bencana terjadi tempat pengusian darurat akan menjadi tujuan semua
korban bencana. Untuk mengantisipasi masalah kesehatan lingkungan yang
akan timbul maka dalam memilih, melengkapi, atau memperbaiki tempat
pengungsian darurat sebaiknya melibatkan tenaga kesehatan dan ahli teknik
pengairan. Di samping itu, ketika merencanakan lokasi pengungsian darurat
semestinya dipertimbangkan juga dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan
jangka panjang di sekitar area tersebut (Wisner & Adams, 2002).
Tidak semua penduduk akan mengungsi ke tempat pengungsian bersama.
Kadang-kadang penduduk korban bencana mengungsi ke rumah saudara atau
tetangganya. Pada kondisi seperti ini perlu diinformasikan pada mereka
bahwa suplai air mungkin terkontaminasi dan air permukaan mungkin
terkontaminasi kotoran. Informasi mengenai metode sederhana penyaringan,
sedimentasi, penyimpanan, dan disinfeksi seharusnya diberikan. Perlu juga
dilakukan pendistribusian tablet klorinasi atau pemutih air untuk disinfeksi air
di rumah. Hal yang sangat penting pula adalah mengamankan air minum yaitu
mulai dari penyaringan, perebusan, disinfeksi, menyimpan dalam air tertutup,
dan sebagainya. Juga menginstruksikan pada mereka tentang pembuangan
sampah yang aman, tempat buang air besar, dan terapi rehidrasi oral bagi anak
yang terkena diare (Wisner & Adams, 2002).

50
2. Suplai Air

Prioritas utama di tempat pengungsian adalah menyediakan jumlah air yang


cukup, walaupun kualitasnya buruk, dan mencegah sumber air dari
kontaminasi. Suplai air seharusnya dilakukan dengan atau sebagai bagian dari
program promosi kesehatan yang bekerja sama dengan penduduk yang
terkena dampak (Wisner & Adams, 2002).

Kebutuhan dan ukuran kedaruratan suplai air jangka pendek mungkin


berbeda menurut komunitas desa atau semikota, situasi perkotaan dimana
pusat layanan air tersedia, populasi di pemindahan lokasi atau penampungan
sementara. Komunitas pedesaan biasanya kurang rentan terhadap
terganggunya suplai air saat bencana daripada komunitas perkotaan karena
suplai air umumnya terdesentralisasi dan menggunakan teknologi yang
sederhana, dan seringkali sumber alternatifnya ada. Namun bencana tertentu
seperti banjir dan kekeringan akan berdampak lebih besar pada area pedesaan
dibandingkan area perkotaan. Pada area perkotaan, prioritas seharusnya
diberikan pada area kota yang suplai airnya terganggu atau terkontaminasi,
tapi tidak punya sumber alternatif (Wisner & Adams, 2002).
Jumlah minimum air yang diperkenankan untuk perorangan untuk minum,
masak, dan kebersihan ditentukan oleh United Nations High Commisioner for
Refugees (1992a) sebanyak 7 liter per hari per orang selama periode darurat
jangka pendek. Pada kebanyakan situasi, kebutuhan air mungkin lebih banyak
yaitu : 15-20 liter per hari per orang untuk penduduk umum, 20-40 liter per
hari per orang untuk beroperasinya sistem pembuangan kotoran, 20-30 liter
per hari per orang untuk dapur umum, 40-60 liter per hari per orang untuk
rumah sakit terbuka atau pusat pertolongan pertama, 5 liter per pengunjung

51
untuk masjid, 30 liter per hari per sapi atau unta untuk hewan ternak, dan 15
liter per hari per kambing atau hewan kecil lainnya. Tambahan 3-5 liter per
orang per hari dibutuhkan untuk minum dan masak, suplai air yang cukup
penting untuk mengontrol penyebaran penyakit yang ditransmisikan karena
kurangnya kebersihan (water washed diseases) bahkan jika suplai air tidak
memenuhi petunjuk kualitas air minum yang ditetapkan WHO atau standard
nasional (Wisner & Adams, 2002).

Air yang diduga terkontaminasi mikroorganisme harus direbus minimal 10


menit sebelum penggunaan. Air yang terkontaminasi bahan kimia, minyak
atau gasoline tidak dapat ditreatment dengan perebusan atau klorinasi. Karena
itu jika polusi air karena bahan kimia atau minyak terjadi sebaiknya air tidak
digunakan lagi, dan harus disediakan air dari sumber lain (Koren dan Bisesi ,
2003).

Sesudah bencana, penilaian kerusakan sumber air yang tersedia dan


kebutuhan yang belum terpenuhi akan memudahkan tenaga kesehatan
mengatur sumber-sumber yang dibutuhkan.
3. Sanitasi

Feses manusia mengandung banyak organisme yang menyebabkan


penyakit meliputi virus, bakteri, dan telur atau larva dari parasit.
Mikroorganisme yang ada pada feses manusia mungkin masuk ke tubuh
melalui makanan, air, alat makan dan masak yang terkontaminasi atau melalui
kotak dengan benda-benda yang terkontaminasi. Diare, kolera, dan typhoid
tersebar dengan cara ini dan penyebab utama kesakitan dan kematian dalam
bencana dan kedaruratan. Sedangkan urin relatif kurang berbahaya, kecuali di
area dimana schistosomiasis karena urin terjadi (Wisner & Adams, 2002).
Sullage (sampah cair dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian)

52
mengandung organisme yang menyebabkan penyakit, khususnya dari pakaian
kotor, tapi bahaya kesehatannya terjadi terutama ketika berkumpul di daerah
dengan pembuangan limbah yang buruk dan menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk Culex. Tikus, anjing, kucing, dan binatang lain yang
mungkin adalah carrier (reservoir) bagi organisme penyebab penyakit tertarik
pada makanan, pakaian, pembalut medis dan komponen lain sampah padat.
Kumpulan air hujan yang sedikit pada sampah padat dapat menjadi tempat
berkembang biak nyamuk Aedes (Wisner & Adams, 2002).
Hubungan antara sanitasi, suplai air, dan kesehatan secara langsung
dipengaruhi oleh perilaku kebersihan. Aspek perilaku ini penting sekali
dipertimbangkan saat memilih tehnik-tehnik yang ada sehingga fasilitas yang
disediakan dalam darurat dapat diterima dan digunakan dan dipelihara
kebersihannya oleh pengguna (Wisner & Adams, 2002).
Penyimpangan atau penampungan sampah hendaknya 1 tanki 100 L per 10
keluarga atau 50 orang. Untuk transportasi sampah dianjurkan 1 gerobak per
500 orang atau 1 tenaga pembuang sampah untuk 5000 orang. Sedangkan
untuk pembuangan akhir sampah 1 lubang (2m x 5m dan dalam 2 m) dan 1
pembakaran digunakan untuk 500 orang (Komisi Tinggi PBB untuk Urusan
Pengungsi. Thn).

4.Sistem Pembuangan

Karena rusaknya sistem pembuangan limbah maka sangatlah potensial


terjadi outbreak suatu penyakit. Dua jenis teknik yang dibutuhkan dalam
situasi darurat ini. Pertama, mengoperasikan kembali sistem pembuangan
limbah sesegera mungkin dan mendisinfeksi seluruh area dengan chlorine
dimana buangan mungkin sudah kontak dengan material dan struktur yang
berhubungan dengan manusia. Kedua, menyediakan privies sementara, toilet

53
portable, dan holding tanks untuk individual selama dan setelah bencana
(Wisner & Adams, 2002).

Jumlah kakus, sebagaimana dianjurkan PBB, adalah 1 kakus per keluarga.


Namun apabila tidak memungkinkan bisa 1 kakus per 20 keluarga, bahkan 1
kakus per 100 orang (Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi. Thn).

5. Penguburan Jasad

Sebelum dilakukan pemakaman maka sedapat mungkin semua jasad


diidentifikasi dan dicatat hasilnya. Tingkat kematian saat bencana mungkin
sekali lebih tinggi dibanding dalam keadaan normal. Penguburan jasad
merupakan cara yang paling sederhana dan terbaik yang sejauh ini dapat
diterima dan dimungkinkan.

Saat menangani jasad, pekerja harus melindungi dirinya dengan sarung


tangan, penutup muka, sepatu lars dan baju kerja terusan. Sesudahnya pekerja
harus membersihkan diri mereka sendiri dengan sabun dan air (Komisi Tinggi
PBB untuk Urusan Pengungsi. Thn).

6. Keamanan Makanan

Makanan kemungkinan akan sulit didapat pada keadaan darurat atau


setelah bencana. Panen mungkin rusak di sawah, ternak tergenang, dan suplai
makanan terganggu, dan penduduk terpaksa menyelamatkan diri ke area
dimana tidak ada akses ke makanan. Lebih lanjut, keamanan semua makanan
berakibat besarnya risiko epidemi foodborne disease (Wisner & Adams,
2002). Putusnya pelayanan vital, seperti suplai air atau listrik, juga sangat
mempengaruhi keamanan pangan. Kekurangan air minum dan sanitasi yang
aman menghambat penyiapan makanan secara higienis dan meningkatkan

54
risiko kontaminasi makanan. Makanan khususnya rentan terhadap
kontaminasi ketika disimpan dan disiapkan di luar atau di dalam rumah yang
rusak dimana jendela dan dinding mungkin tidak lagi utuh (Wisner & Adams,
2002).
Menyusul terjadinya bencana, penilaian mengenai efek bencana pada kualitas
dan keamanan makanan harus dibuat sebagai upaya untuk mengonttrol
makanan. Besarnya dan jenis kerusakan makanan harus dinilai, dan sebuah
keputusan dibuat mengenai pemisahan dan pengkondisian ulang makanan
yang berhasil diselamatkan (Wisner & Adams, 2002).

Jika panen sawah terkontaminasi kotoran manusia, seperti setelah banjir


atau kerusakan sistem pembuangan, penilaian harus dibuat segera untuk
menilai kontaminasi panen dan menetapkan tindakan, seperti menunda panen
dan memasak secara sepenuhnya, untuk mengurangi risiko transmisi patogen
fekal (Wisner & Adams, 2002).

WHO (1991) menetapkan Aturan Baku Penyiapan Makanan Secara Aman


sebagai berikut:

1. Masak makanan mentah sampai benar-benar matang


2. Makan makanan yang dimasak segera mungkin.
3. Siapkan makanan hanya untuk sekali makan
4. Hindari kontak antara makanan mentah dan makanan matang
5. Pilih makanan yang diproses untuk keamanan
6. Cuci tangan berulang-ulang
7. Jaga semua penyiapan makanan tetap bersih
8. Gunakan air bersih
9. Waspada dengan makanan yang dibeli di luar.
10. Berikan ASI pada bayi dan anak kecil.

55
Pada kondisi bencana biasanya didirikan banyak dapur umum. Penyiapan
makanan secara massal mempunyai banyak kekurangan yang meliputi transmisi
food borne disease. Karena itu penting bagi pengelola makanan dan supervisor
untuk ditraining pengolahan makanan secara aman dan Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP). Adalah penting sekali bahwa tenaga masak
dan sukarelawan yang menyiapkan makanan tidak menderita gejala berikut :
jaundice (kuning) , diare, muntah, demam, sakit tenggorokan (dengan demam),
luka kulit yang tampak terinfeksi (borok, luka, dan lain lain) atau ekskreta dari
telinga, mata atau hidung (Wisner & Adams, 2002).
Fasilitas yang dibutuhkan untuk dapur umum antara lain : suplai air, toilet
untuk staf dan pengguna, fasilitas cuci tangan, fasilitas untuk mengelola sampah
cair dan padat, meja, fasilitas untuk mencuci peralatan dapur, bahan yang cukup
dan sesuai untuk makan, kontrol terhadap rodent dan pes yang lain, serta
informasi keamanan makanan (Wisner & Adams, 2002).
Makanan beku yang tidak dibekukan lagi sebaiknya dibuang. Makanan yang
disimpan di lemari es yang disimpan di bawah 41° F dan belum terkontaminasi
air sungai atau yang lain atau bahan yang potensial berbahaya dapat digunakan
(Koren dan Bisesi , 2003)

7. Kontrol Pest dan Vektor

Selama situasi darurat dan periode sesudahnya, insekta dan rodent mungkin
meningkat dengan kecepatan tinggi. Peluang penyebaran penyakit meningkat
tajam. Karena sistem pembuangan rusak, rodent meninggalkan area ini dan
mencari sumber makanan lain. Yang jelas, setelah bencana, sampah padat yang
meliputi bahan-bahan yang bisa menjadi sumber makanan rodent berkumpul
(Koren dan Bisesi , 2003).

56
Bahaya infeksi yang serius mungkin meningkat ketika migrasi massal
membawa penduduk secara bersama-sama dari asal yang berbeda ke tempat
penampungan sementara yang sudah ada vektor penyakitnya. Pada kondisi
demikian, penduduk yang relatif carrier imun terhadap parasit dapat memulai
siklus penyebaran penyakit pada penduduk yang lemah dan penduduk yang jadi
korban tapi tidak kebal. Contoh outbreak penyakit yang diobservasi pada
kondisi demikian meliputi malaria (oleh nyamuk Anopheles), epidemic typhus
(oleh kutu), dan demam dengue (oleh nyamuk Aedes). Malaria adalah salah
satu dari lima penyebab kematian pada situasi darurat, dan di area endemik
kontrolnya mungkin menjadi salah satu prioritas kesehatan utama (Wisner &
Adams, 2002).

Banjir dan hujan yang deras menimbulkan banyak genangan air yang
berakibat meningkatnya jumlah tempat perkembangbiakan nyamuk yang pada
akhirnya dapat menyebabkan outbreak penyakit. Karena menghilangkan
genangan air adalah sesuatu hal yang tidak mungkin maka perlu dilakukan
program penyemprotan secara massal (Koren dan Bisesi , 2003)

Kontrol Penyakit Menular dan Pencegahan Kejadian Luar Biasa


Lima penyakit penyebab kematian terbanyak saat keadaan darurat dan bencana
adalah diare, ISPA, measles, malnutrisi, dan malaria (pada daerah endemik).
Kepadatan penduduk, sanitasi dan higiene yang buruk, air minum yang
terkontaminasi, banyaknya tempat perkembangbiakan nyamuk merupakan
faktor risiko lingkungan terjadinya beberapa penyakit tersebut (Wisner &
Adams, 2002).

Training bagi petugas kesehatan sebelum bencana terjadi dalam


mengidentifikasi dan menatalaksana penyakit tertentu, persiapan stok lokal
bahan dan alat untuk diagnosis dan terapi penyakit yang mungkin terjadi,

57
perbaikan sistem surveillans kesehatan, dan kesadaran penduduk yang terkena
bencana terhadap penyakit menular, dan rujukan segera ke fasilitas kesehatan
dapat meningkatkan kemampuan untuk mengontrol penyakit menular dan
mencegah kejadian luar biasa (Wisner & Adams, 2002).

8. Partisipasi masyarakat

Pelibatan masyarakat (terutama korban bencana) penting untuk


menurunkan kerentanan terhadap bencana, untuk memfasilitasi pemulihan
setelah bencana, dan untuk menstimulasi organisasi masyarakat yang
merupakan basis untuk pembangunan berkelanjutan. Masyarakat hendaknya
didorong untuk ambil bagian dalam mengidentifikasi hazard yang mereka
hadapi, dalam menilai kerentanan mereka sendiri, dan dalam merencanakan
jalan untuk meningkatkan kesiapan mereka dalam bencana (Wisner & Adams,
2002).
Masyarakat pada umumnya lebih mengenal situasi dan kondisi lingkungan
setempat, mengetahui bagaimana perilaku dan kebiasaan, serta kebutuhan
masyarakat setempat korban bencana. Dengan melibatkan masyarakat setempat
maka program penanggulangan bencana yang ada akan lebih tepat sasaran,
efektif, dan efisien.

3. Terdapat empat mitos tentang bencana, yaitu :


1. tenaga medis sukarela luar negeri dari berbagai latarbelakang diperlukan
2. epidemi dan wabah tidak dapat dihindari setelah terjadi bencana
3. bencana adalah pembunuhan secara acak, dan
4. segala sesuatu kembali normal setelah beberapa minggu.

Buatlah suatu uraian mengenai keempat hal tersebut pada kenyataannya

58
3.1 tenaga medis sukarela luar negeri dari berbagai latarbelakang diperlukan

Mitos dibutuhkan sukarelawan tenaga kesehatan dengan spesialis apapun


kenyataannya penduduk hampir selalu melakukan penyelamatan segera. Hanya
keterampilan yang tidak ada di tempat bencana yang diperlukan. Hanya sedikit
korban yang selamat berkat pertolongan dari luar daerah. (masyarakat setempat
hampir selalu dapat memenuhi usaha pertolongan pertama. Tenaga yang
dibutuhkan hanya personel medis trampil yang tidak tersedia di negara tempat
bencana terjadi)

3.2 epidemi dan wabah tidak dapat dihindari setelah terjadi bencana
Betul, karena akan banyak timbul wabah penyakit yang diakibatkan oleh
bencana baik itu bencana banjir, longsor, gempa dan lain-lain. Epidemiologi
untuk engetahui:
Masalah prioritas di antara masyarakat yang menjadi korban Penyebaran
penyakit-penyakit , Faktor-faktor risiko khusus, Prioritas intervensi kesehatan,
Luas kerusakan dan kapasitas, sarana/prasarana local, Memantau trend
kesehatan dan Menilai dampak program pertolongan dengan
Tantangan menghadapi situasi khusus akibat
1. Kerusakan fisik
2. Ketakutan dan kecemasan masyarakat
3. Kekacauan sosial
4. tidak ada infrastruktur pengumpulan data
5. Waktu mendesak
6. Perpindahan penduduk
7. Kurangnya dukungan sarana dan keahlian di tempat bencana

3.3 bencana adalah pembunuhan secara acak

59
Adakah sesuatu yang lain terjadi, ketika ramai-ramai berbicara bencana gempa
dengan prediksi ilmiah kota padang, yang muncul malah banjir bandang dan
longsor, berbicara kehutanan, muncul bencana flu burung di pembantu bupati,
berbicara penyakit, muncul pesawat jatuh. Lingkaran bencana di indonesia bisa
menjadi siklus yang tidak pernah berhenti (kisah tentang bencana yang
beruntun yang pernah terjadi dalam sejarah)

Kecelakaan besar (bus wisata di probolinggo) -> Longsor pacet-> Longsor


Bahorok -> KelaparanNTT -> Penyakit DB-> Gempa Timika-> Gempa
Tsunami->Pesawat/helikopter saling jatuh-> Penyakit baru (fluburung)->
Penyakit DB dan lumpuh layu-> Kelaparan yakuhimo-> Longor jember->
Longsor banjarnegara, kereta api saling tubrukan bahkan dikemudikan orang
gila, pesawat tergelincir, longsor di trenggalek, di cipatat bandung ini
merupakan bencana secara acak yang menimbulkan korban jiwa dalam jumlah
banyak atau bisa disebut pembunuhan secara acak

3.4 segala sesuatu kembali normal setelah beberapa minggu.

Reaksi terjadi dalam hari sampai minggu setelah bencana


1. Ketakutan, waspada, siaga berlebihan
2. Mudah tersinggung, marah, tidak bisa tidur
3. Khawatir, sangat sedih
4. Flashbacks berulang (ingatan terhadap peristiwa yang selalu datang
berulang dalam pikiran)
5. Menangis, rasa bersalah
6. Kesedihan
7. Reaksi positif termasuk pikiran terhadap masa depan
8. Menerima bencana sebagai suatu Takdir Semua itu adalah reaksi
alamiah Dan hanya

60
9. membutuhkan intervensi psikososial. Setelah semua fase terlewati
semuanya kembali normal karena semuanya mampu menerma hal
tersebut sebagai takdir yang diterima secara ikhlas.

4. KESIMPULAN
Bencana terjadi bisa akibat ulah manusia dan kejadian alam, bisa dianalogikan bumi
yang terus berputar dalam usia yang sudah renta memerlukan istirahat pada saat bumi
ingin istirahat terjadi pergeseran, retakan lempeng bumi sehingga menimbulkan
bencana gempa bumi, gunung meletus dan ulah manusia menimbulkan banjir, longsor
karena hutan gundul, kebakaran hutan karena adanya pembalakan hutan secara liar
dan rakus tanpa memikirkan akibatnya. Setiap bencana bisa menimbulkan penyakit,
trauma, kerusakan ekonomi, lingkungan dan psikososial. Untuk menanggulangan
tersebut diperlukan langkah-langkah penanggulangan yang optimal seperti yang telah
diungkapkan dalam tulisan ini. Mitos adalah hal yang belum terbukti bisa dikatakan
mitos adalah empiris menurut filsafat yang sesuatu yang dibicarakan oleh masyarakat
menjadi fenomena yang belum jelas kebenarannya.

61
DAFTAR PUSTAKA

Berita terkini. Tersedia dari http://www.ppk.depkes.org

1. Sidang asean menghadapi kasus asap Tersedia dari http://ir-2007-


umy.blogspot.com

2. Surveilans epidemiologi Tersedia dari http://bidan kita.com

3. Immunization Tersedia dari http://cart.nap.edu

4. Waspadai enam penyakit akibat asap tersedia dari


http://djemarijal.blogspot.com

5. Waspadai enam penyakit akibat asap tersedia dari http://ads. Masbuchin.com

6. Waspadai enam penyakit akibat asap tersedia dari http://cat.nap.edu

7. penyakit akibat asap tersedia dari http://google.co.id

8. penyakit akibat kebakaran http://google.co.id

9. Leptospirosis tersedia dari http://www.litbang.defkes.go.id

10. Leptospirosis tersedia dari http://id.wikipedia.org

11. Malaria tersedia dari http://id.wikipedia.org

12. Cikungunya tersedia dari http://id.wikipedia.org

13.Alphavirus http://id.wikipedia.org
14.Apa leptospirosis http://id.wikipedia.org

15.Togaviridae tersedia dari http://id.wikipedia.org


16. Tetanus tersedia dari http://id.wikipedia.org
17.Klasifikasi virus & action tersedia dari http://id.wikipedia.org
18.Aedes aegypti. http://id.wikipedia.org
19. Malaria pusat nformasi penyakit informasi http:mikrobia.worpress.com

62
20. Virus dan penyakit cikungunya tersedia dari http://mikrobia .wordpress.com.
21.kenali penyakit pasca banjir http://liliswijaya.wordpress.com
22.Mengembangkan Sistem Informasi Bencana Alam tersedia dari
http://cetak.kompas.com
23.Bencana Alam INFO KESEHATAN tersedia dari http://lempu-org.co
24.http://www.tempointeraktif.com
25.Pendekatan psikologi bencana tersedia dari http://tanya dokteranda.com
26.Masalah kesehatan akibat bencana alam di beberapa kabupaten
http://kesbandungkab-go.id
27.Sugianto ginting. Awan vertical. http://www.hrcentro.com
28. Dibutuhkan kesiapsiagaan bencana alam. Tersedia dari Pikiran rakyat oline.
24-11-2009.
29. Lab pencerahan. Mitos bencana. 4 oktober 2009
30. Hari kusnanto. Epidemiologi bencana.http://www.desentralisasi-kesehatan
net.
31.Pedoman teknis penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana tersedia dari
www.ppk-depkes-org.
32.Harun yahya. Bencana kemanusiaan akibat darwinisme tersedia dari
http://ponpesafitrahap.files.wordpress.com
33. Kapan lagi mau peduli tersedia dari cibermed/cbn.net/cbrh

63

You might also like