Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Koloid tanah yang memiliki muatan negative besar akan dapat menjerap
sejumlah besar kation. Jumlah kation yang dapat dijerap koloid dalam bentuk dapat
tukar pada pH tertentu disebut kapasitas rukar kation (KTK). Kapasitas tukar kation
merupakan jumlah muatan negative persatuan berat koloid yang dinetralisasi oleh
kation yang yang mudah diganti. Kapasitas tukar kation didefinisikan sebagi nilai
yang diperoleh pada pH 7, yang dinyatakan dalam milligram setara per 100 gram
koloid.
horizon B ( horizon argilik) dibedakan menjadi tanah Alfisol (pelapukan belum lajut)
dan tanah Ultisol (pelapukan lanjut). Tanah Alfisol kebanyakan ditemukan didaerah
beriklim sedang, tetapi dapt pula ditemukan didaerah tropika dan subtropika.
Ultisol hanya ditemukan didaerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8 o C
Ultisol adalah tanah dengan horizon argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa
rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari
o
35%. Vertisol ditemukan di seluruh dunia diantara 45 LU dan 45o LS dan luas
selurinhnya meliputi 2.350.000 km 2. Di Indonesia ditemukan didaerah JawaTimur
yang mempunyai iklim dengan musim yang nyata, Lombok Selatan dan lain-lain.
Vertisol merupakan tanah-tanah berwarna gelap dengan tekstur liat dan luas
didaerah beriklim tropic dan sub tropik dengan curah hujan 1500 mm pertahun.
Sebagian hasil dari faktor-faktor pembentuk tanah yang spesifik didaerah seperti ini,
berwarna gelap, seluruh bagian solum yang mengerut dan retak dimusim kering serta
sungai/mengalami banjir, sehingga dapat dianggap masih muda dan belum ada
diferensiasi horizon. Endapat Alluvial yang sudah tua dan menampakkan akibat
pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk Inseptisol, mungkin lebih berkembangan.
Kation, pada tanah Alfisol, tanah Ultisol, tanah Vertisol dan tanah Aluvial serta untuk
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui perbandingan KTK pada tanah
Kegunaan dari percobaan ini yaitu sebagai bahan informasi dalam pengolahan
II TINJAUAN PUSTAKA
grumosol. Bentuk dari tanah ini tuff vulkan biasanya mempunyai tekstur yang ringan,
gumpal membulat, teguh (kering) atau agak gembur (lembab), mempunyai bercak-
bercak dari besi dan mangan yang biasanya terdapat konkresi dibawah pada bajak dan
mempunyai selaput liat pad ped surface. pH bervariasi sekitar 6,5-7,0, KTK 25-35
Tanah-tanah ini berkembang pada hutan hujan tropic baik dari bahan-bahan
angkutan maupun dari bahan induk residu dimana pelapukan telah berlangsung lama
dan intensif. Solum tebal 1,5-10 meter, berwarna merah himgga kuning, kandungan
liat pada seluruh bagian sangat seragam sehingga tidak terdapat horizon B yang jelas.
Liat terdiri dariseskuieksida dengan kandungan liat tipe 1:1 seperti kaolinit, tipe liat
ini menyebabkan kapasitas tukar kation rendah, kandungan basa-basa total yang dapat
ditukarkan dan unsure-unsur dalam larutan tanah rendah. Kejenuhan basa rendah
hingga sedang 20-65 %, dan agak masam hingga netral pH 6,0-7,5, struktur tanah
cenderung menjadi mantap. Jumlah bahan organik dalam tanah mineral ini kurang
tinggi namun cukup berperan dalam memberikan warna untuk menghasilkan horizon
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organic rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga menentukan
besarnya KTK tanah. Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung karbonat
dan tidak lebih dari pleistosin. Di daerah dingin hamper semuanya berasal dari
bahan induk berkapur yang sangat muda. Di daerah basah biasanya bahan induk
Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyaki
ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian
terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian.
Problem tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun
pengapuran dan pemupukan, keadaan tanah yang sangat masam sangat menyebabkan
tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation
(Hardjowigeno,1993).
kemasaman dapat tukar dan kemasaman tertitrasi pada Ultisol. Sumber-sumber lain
mikrotopografi yang khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang
(Hardjowigeno, 1993).
Koloid tanah yang memiliki muatan negetif besar akan dapat menjerap
sejumlah besar kation. Jumlah kation yang dapat dijerap koloid dalam bentuk dapat
tukar pH tertentu disebut kapasitas tukar kation. KTK merupakn jumlah muatan
negatif persatuan berat koloid yang dinetralisasi oleh kation yang muda
diganti(Pairunan,dkk,1997).
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga menentuka
tanah yang tidak di persawahan. Perbedaan yang sangat nyata dapat dijumpai pada
granular dan warna coklat tua (10 YR 4/3). Sedangkan epipedon tanah Aluvial yang
dipersawahan tidak berstruktur dan berwarna berubah menjadi kelabu (10 YR5/1)
(Munir, 1984).
banyak bahan organik sekitar setengah dari kapasitas tukar katio (KTK) berasal dari
bahan bahan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber
energi dari sebagian besar organism tanah dalam memainkan peranannya bahn
ditandai dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Vegetasi kebanyakan lumut
yang tumbuh rendah. Tumbuhan tumbuh dengan lambat, tetapi suatu lahan yang
yang berlangsung pada hari Rabu tanggal 25 April 2007 pukul 14.00 WITA sampai
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tempat roll film, saringan,
tabung destilasi, elenmeyer,, gelas ukur, timbangan, lampu spritus, dan corong.
kertas, tissue roll, kertas label, larutan Amonium Asetat 1N, aquadest, alkohol 70 %,
larutan NaOH 10N, MgO, Larutan Baric Acid dan larutan HCL 0,1N
Tanah pada kertas saring dicuci dengan alcohol 70% sampai bebas NH3
4.1 Hasil
Tabel 2 : Hasil Pengamatan Kapasitas Tukar Kation pada Tanah Alfisol, Ultisol,
4.2 Pembahasan
Tanah Alfisol memiliki nilai KTK sebesar 2,63 c mol/kg dengan kriteria
sangat rendah. Hal ini disebabkan karena adanya pencucian karbonat dan braunifikasi
sehingga pada tanah Alfisol terjadi pencucian karbonat sehingga plasma lebih muda
bergerak bersama dengan air perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini, KTK tanah
menjadi lebih rendah dan tanah menjadi lebih masam. Kadang-kadang sampai
mencapai pH 4,5. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1987), bahwa
dengan adanya pencucian ini plasma bergerak dengan air kebawah sehingga KTK
Tanah Ultisol memiliki nilai KTK sebesar 0,55 c mol/kg dengan kriteria
sangat rendah. Hal ini disebabkan karena pada tanah Ultisol terus mengalami
pencucian yang berlangsung terus yang menyebabkan erosi dengan tingkat basa yang
sangat rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan, dkk (1997), bahwa KTK
rendah disebabkan karena proses luxiviasi dan pedsolisasi kejenuhan basa yang
rendah.
Tanah Vertisol memiliki nilai KTK sebasar 3,33 c mol/kg dengan kriteria
sangat rendah. Hal ini disebabkan karena tanah Vertisol yang mempunyai kandungan
liat yang terbungkus oleh mineral liat montmorillonit yang bertipe 2:1 yang
mempunyai kemampuan air mengikat air yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lopulisa (2004), bahwa tanah Vertisol memiliki kandungan liat yang tinggi
Tanah Alluvial memiliki nilai KTK sebesar 2,04 c mol/kg dengan kriteria
sangat rendah. Hal ini disebabkan karena tanah Alluvial sebagian besar terbentuk
karena hasil endapan sungai atau delta-delta, dimana hasil endapan itu sebagian besar
merupakan lapisan topsoil yang kaya akan unsure hara. Dengan adanya erosi yang
terus menerus, menyebabkan tanah-tanah itu berkembang dengan sangat lambat. Hal
ini sesuai dengan pendapat Pairunan, dkk (1997), bahwa tanah-tanah Alluvial yang
terbentuk , merupakan hasil sedimentasi dari sungai-sungai atau akibat dari erosi