You are on page 1of 20

BAB 10

MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH SOSIAL

Pasca melakukan penelitian, dilanjutkan kemudian menyusun laporan


penelitian (lihat bab 9). Pada umumnya pasca penelitian (baik bidang sosial dan
alam) seorang peneliti merasa berat dalam menyusun laporan penelitian?
Sesulit apakah membuat karya ilmiah sosial? Bagaimana cara membuat karya
ilmiah sosial? Setelah jadi artikel ilmiah, akan dipublikasikan dimana? Pada
bagian ini akan dipaparkan tentang teknik menulis karya ilmiah sosial dengan
apik.
Namun sebelum melangkah pada bagian tersebut, terlebih dahulu akan
dipaparkan tata cara membuat karya ilmiah secara umum. Perlu diketahui
bahwa karya ilmiah sosial merupakan suatu karya (tulisan) yang dibuat
berdasarkan kaidah-kaidah keilmiahan.
Dengan dihadirkan bab ini secara khsuus, diharapkan seorang peneliti
akan mampu menghasilkan artikel ilmiah. Artikel ilmiah merupakan suatu sajian
singkat dan padat yang sifatnya komunikatif tentang suatu pengabaran akan
hasil karya ilmiah. Biasanya artikel ilmiah dapat dilihat pada jurnal ilmiah, koran,
dan majalah.

A. Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosial


Karya tulis ilmiah bidang sosial merupakan sebuah hasil karya seorang ilmuan
sosial dalam rentang perjalanan seseorang melakukan penelitian dan pemikiran
tentang sosial budaya yang dikajinya, apakah itu diperoleh melalui studi pustaka, atau
suatu kegiatan empiris (Winarto dkk, 2004:2). Menurut Winarto dkk (2004:2-3)
beberapa pertanyaan yang patut dimunculkan saat membaca karya tulis ilmuiah sosial
adalah sebagai berikut:

- apakah maksud penulis dengan menyajikan kumpulan data tersebut;


- apakah argumen yang ingin disampaikannya;
- apakah sumbangsih tulisan itu bagi pengembang isu-isu konseptual, teoritis,
metodologis, dan/atau pengayaan pemahaman tentang fenomena sosial-
budaya yang terkait dengan pokok bahasan dalam tulisan itu; dan
- dimanakah posisi karya tulis ilmiah itu dalam koneks pembahasan wacana
yang tengah berkembang dalam perjalanan ilmu sosial pada suatu kurun
waktu dan isu tertentu?

Bagaimana tatacara penulisan karya tulis ilmiah sosial? Pada umumnya setiap
ajang perlombaan karya tulis ilmiah sosial telah dibuatkan tatacara penulisan karya
Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

tulis ilmiah sosial sedemikian rupa oleh penyelenggara (panitia lomba). Ada dua hal
penting yang biasanya berkenaan dengan lomba karya tulis ilmiah sosial, yaitu:
petunjuk teknis penulisan/pengetikan karya ilmiah dan sistematika penulisan karya
ilmiah.

B. Teknis Penulisan/Pengetikan Karya Ilmiah Bidang Sosial


Pada bagian petunjuk teknis penulisan/pengetikan karya ilmiah (untuk
berbagai bidang ilmu) yang dilombakan, biasanya isinya meliputi tentang:
penulisan huruf; tata letak; pengetikan kalimat; penomoran halaman; kebahasaan;
tata bahasa; tanda baca; penulisan tabel dan gambar; dan penyusunan daftar
pustaka (Depdiknas,2008). Petunjuk teknis penulisan/pengetikan karya ilmiah
bidang sosial dapat dipahami pada pemaparan berikut ini.

1. Penulisan Huruf
Naskah diketik 1,5 spasi dengan menggunakan jenis dan ukuran huruf
“Times New Roman 12”, kecuali untuk ringkasan diketik satu spasi.

2. Tata Letak
a. Batas pengetikan:
1) samping kiri 4 cm
2) samping kanan 3 cm
3) batas atas 4 cm
4) batas bawah 3 cm
b. Jarak pengetikan, Bab, Sub-bab dan perinciannya
1) Jarak pengetikan antara Bab dan Sub-bab 3 spasi, Sub-bab dan kalimat di
bawahnya 1,5 spasi.

2) Judul Bab diketik di tengah-tengah dengan huruf besar dan dengan jarak
4 cm dari tepi atas tanpa digaris-bawahi.

3) Judul Sub-bab ditulis mulai dari sebelah kiri, huruf pertama setiap kata
ditulis dengan huruf besar (huruf kapital), kecuali kata-kata tugas, seperti
yang, dari, dan.

4) Judul anak Sub bab ditulis mulai dari sebelah kiri dengan indensi 1 (satu)
cm yang diberi garis bawah. Huruf pertama setiap kata ditulis dengan
huruf besar (huruf kapital), kecuali kata-kata tugas, seperti yang, dari,
dan.

5) Jika masih ada subjudul dalam tingkatan yang lebih rendah, ditulis seperti
pada butir (3) di atas, lalu diikuti oleh kalimat berikutnya.

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 76


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

3. Pengetikan Kalimat

Alinea baru diketik sebaris dengan baris di atasnya dengan jarak 2 spasi.
Pengetikan kutipan langsung yang lebih dari 3 baris diketik 1 spasi menjorok
ke dalam dan semuanya tanpa diberi tanda petik.

4. Penomoran Halaman

a. Bagian pendahuluan yang meliputi halaman judul, nama/daftar anggota


kelompok, kata pengantar dan daftar isi memakai angka romawi kecil dan
diketik sebelah kanan bawah (i, ii dan seterusnya).
b. Bagian tubuh/pokok sampai dengan bagian penutup memakai angka arab
dan diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas
(1,2,3 dan seterusnya)
c. Nomor halaman pertama dari tiap Bab tidak ditulis tetapi tetap
diperhitungkan.

5. Kebahasaan
a. Huruf Miring (Italic)
Huruf miring digunakan untuk menulis beberapa hal sebagai berikut :
1) Kata dan ungkapan asing yang ejaannya bertahan dalam banyak
bahasa
2) Tetapan dan pengubah yang tidak diketahui dalam matematika
3) Kata atau istilah yang diperkenalkan untuk diskusi khusus
4) Kata atau frase yang diberikan penekanan
5) Judul buku atau terbitan berkala yang disebutkan dalam tubuh tulisan
6) Nama ilmiah seperti genus, spesies, varietas dan forma makhluk

b. Huruf Kapital
1) Digunakan untuk huruf pertama pada awal kalimat
2) Setiap kata dalam judul, kecuali kata tugas yang tidak terletak pada
posisi awal
3) Nama bangsa, bahasa, agama, orang, hari, bulan, tarikh, peristiwa
sejarah, lembaga, jabatan, gelar dan pangkat yang diikuti nama orang
atau tempat.
4) Nama-nama geografi, tetapi bukan nama geografi yang digunakan
sebagai jenis (misal: badak sumatera).
5) Penulisan nama orang pada hukum, dalil, uji, teori dan metode.

c. Huruf Tebal

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 77


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

Huruf tebal digunakan untuk judul atau tajuk (heading).

6. Tata Bahasa
a. Fungsi tata bahasa digunakan dengan taat asas dan tegas, sehingga subyek
dan predikat harus selalu ada.
b. Penggunaan ejaan dan istilah resmi.
c. Bahasa yang digunakan bersih dari unsur dialek daerah, variasi bahasa
Indonesia, dan bahasa asing yang belum dianggap sebagai unsur bahasa
Indonesia, kecuali untuk istilah bidang ilmu tertentu.

7. Tanda Baca
a. Tanda Titik (.)
Digunakan pada akhir kalimat, pada singkatan tertentu, sebagai pemisah
bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
b. Tanda Koma (,)
Digunakan untuk memisahkan angka desimal, pemisah unsur-unsur dalam
suatu deret, untuk memisahkan unsur-unsur sisteksis dalam kalimat.
c. Tanda Titik Koma (;)
Digunakan untuk memisahkan unsur-unsur sintaksis yang setara, atau
dalam deret yang sudah mengandung tanda baca lain.

d. Tanda Titik Dua (:)


Digunakan untuk menandakan pengutipan yang panjang, angka
perbandingan, memisahkan nomor jilid dan halaman daftar pustaka.

e. Tanda Tanya (?)


Digunakan pada akhir pertanyaan langsung, untuk menunjukkan keragu-
raguan dalam suatu pernyataan.

f. Tanda Hubung (-)


Digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan
menghubungkan dua kata yang sama.

g. Tanda Kurung ((...))


Digunakan mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan.

h. Tanda Petik (“...”)


Digunakan untuk petikan atau kutipan pembicaraan langsung, istilah yang
kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

i. Tanda Garis Miring (/)

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 78


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

Digunakan untuk menggantikan tanda bagian atau menunjukkan bilangan


pecahan.

8. Penulisan Tabel dan Gambar


a. Tabel
1) Judul tabel merupakan kalimat pernyataan secara ringkas yang berdiri
sendiri dan dapat menerangkan arti tabel
2) Judul tabel diletakkan di atas tabel dengan diawali huruf kapital tanpa
diakhiri dengan tanda titik
3) Setiap tabel yang ada harus dirujuk atau dibahas di dalam kalimat
4) Catatan kaki pada tabel merupakan simbol non numerik seperti *, †
dan ‡.. petunjuk catatan kaki diletakkan pada bagian tabel yang
memerlukan informasi tambahan tersebut.

b. Gambar
1) Judul gambar dapat berupa satu kalimat atau lebih.
2) Judul gambar diletakkan di bawah gambar dan diawali oleh huruf
kapital serta diakhiri dengan tanda titik.
3) Setiap gambar biasanya mempunyai simbol. Untuk itu, setiap simbol
harus diberikan keterangan. Ukuran simbol dan keterangannya harus
proporsional dengan ukuran gambar dan dapat dibaca dengan jelas.
4) Setiap gambar yang terdapat dalam tulisan harus dirujuk di dalam teks.

9. Penyusunan Daftar Pustaka

a. Teladan umum untuk jurnal sebagai panduan yang biasanya mutakhir


Nama tahun. Nama pengarang. Tahun terbit. Judul artikel. Nama jurnal:
nomor volume (nomor terbitan): halaman.

1) Satu Pengarang
Koske R.E. 1989. Scutellospora arenicola and Glomus trimurales: two
new species in the Endogonaceae. Mycologia 81:927-933.

2) Dua Pengarang
Maginn, J.L. dan D.L Tuttle. 1990. Managing Invesment Portofolios:
A Dynamic Process. 2nd ed. Gorham and Lamont Publisher. Boston.

3) Lebih dari Dua Pengarang


Bloomberg, D.J., S. Lemay, dan J.B. Hanna. 2002. Logistics. Pearson
International. New Jersey.

4) Setiap Terbitan Dimulai dengan Halaman Baru

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 79


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

Eliel, E.L. 1976. Stereochemistry Science LeBel and van’t Hoff:


bagian Chemistry 49(3):8-13.

b. Organisasi sebagai pengarang


Badan Pusat Statistik (BPS). 2002. Statistik Potensi Desa Propinsi Banten.
BPS. Jakarta.

c. Teladan umum untuk buku


Nama Pengarang. Tahun Terbit. Judul Buku. Tempat terbit; Nama
Penerbit.
1) Buku Terjemahan
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van
Der, Penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari:
De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

2) Buku dengan Editor


Gilman, A.G., T.W. Rall, dan A.S. Nies., P. Taylor, Editor. 1990 The
Pharmacological Basis of Therapeutics. Pergamon. New York.

d. Prosiding
Nama pengarang. Tahun terbit. Judul artikel. Di dalam: Nama editor.
Judul publikasi atau nama pertemuan ilmiah atau keduanya; tempat
pertemuan, tanggal pertemuan. Tempat terbit: nama penerbit. Halaman
artikel.
Meyer, B. Dan K. Herman. 1985. Formaldehyde Release from Pressed
Wood Products. Di dalam: Turoski, Editor. Formaldehyde: Analyical
Chemistry and Toxicology. Proceedings of the Symposium at the 187th
Meeting on the American Chemical Society. St. Louis, 8-13 April 1984.
Washington: American Chemical Societies. Halaman 101-116.

e. Skripsi/tesis/desertasi
Nama pengarang. Tahun terbit. Judul. Tempat institusi: Nama institusi
yang menganugerahkan gelar.

f. Paten
Nama penemu paten; lembaga pemegang paten. Tanggal publikasi
(permintaan) paten [tanggal bulan tahun]. Nama barang atau proses yang
dipatenkan. Nomor paten.

g. Surat kabar
Nama pengarang. Tanggal bulan tahun terbit. Judul. Nama surat kabar;
Nomor halaman (nomor kolom).
1) Tulisan/berita dalam surat kabar (dengan nama pengarang)

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 80


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah


Pengunggulan? Majapahit Pos, hlm. 4 & 11.

2) Tulisan/berita dalam surat kabar (tanpa nama pengarang)


Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, Jawa
Pos, hlm. 3.

h. Publikasi elektronik
Nama pengarang. Tahun penerbitan. Judul artikel. Nama jurnal [tipe
media] volume (nomor):halaman. Ketersediaan. [Tanggal, bulan dan tahun
akses]

Hsu, Y.H. dan K.Y. To. 2000. Cloning of a cDNA (Accession No.
AF183891) Encoding Type II S-Adenosyl-L-Methionine Synthetase from
Petunia Hybrida. Plant Phsiol. 122:1457.

Hamilton, J.D. 2000. Programming CGI 101.


http://www.cgi.com/class/intro.html [18 Oktober 2000].

C. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah Bidang Sosial


Selanjutnya pada bagian sistematika penulisan karya ilmiah bidang (untuk
berbagai bidang ilmu) yang dilombakan isinya diantaranya tentang; bagian awal,
bagian inti, dan bagian akhir (Depdiknas,2008). Sistematika penulisan karya
ilmiah bidang sosial dapat dipahami pada pemaparan berikut ini.

1. Bagian Awal
a. Halaman Judul
1) Judul diketik dengan huruf besar, hendaknya ekspresif, sesuai dan tepat
dengan masalah yang ditulis dan tidak membuka peluang untuk
penafsiran ganda.
2) Nama penulis dan nomor induk mahasiswa ditulis dengan jelas
3) Perguruan tinggi asal ditulis dengan jelas.
4) Tahun penulisan
5) Kulit Muka luar menggunakan kertas buffalo dengan warna:
 Biru muda untuk karya tulis bidang IPA
 Merah muda untuk karya tulis bidang IPS
 Kuning muda untuk karya tulis bidang Ilmu Pendidikan

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 81


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

b. Lembar Pengesahan
1) Lembar pengesahan memuat judul, nama penulis, dan nomor induk.
2) Lembar pengesahan ditandatangani oleh Dosen Pembimbing, dan
Pembantu Rektor/Ketua/ Direktur Bidang Kemahasiswaan lengkap
dengan stempel perguruan tinggi.
3) Lembar pengesahan diberi tanggal sesuai dengan tanggal pengesahan.

c. Kata Pengantar dari penulis


d. Daftar Isi dan daftar lain yang diperlukan seperti daftar gambar, daftar tabel,
dan daftar lampiran.
e. Ringkasan (bukan abstrak) karya tulis disusun 2-3 halaman yang
mencerminkan isi keseluruhan karya tulis, mulai dari latar belakang, tujuan,
landasan teori yang mendukung, metoda penulisan, pembahasan,
kesimpulan dan rekomendasi.

2. Bagian Inti
a. Pendahuluan
Bagian Pendahuluan berisi hal-hal sebagai berikut:
1) perumusan masalah yang mencakup latar belakang tentang alasan
mengangkat masalah tersebut menjadi karya tulis (dilengkapi dengan data
atau informasi yang mendukung) dan penjelasan tentang makna penting
serta menariknya masalah tersebut untuk ditelaah;
2) uraian singkat mengenai gagasan kreatif yang ingin disampaikan;
3) tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan.

b. Telaah Pustaka
Telaah Pustaka berisi
1) uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep yang
relevan dengan masalah yang dikaji,
2) uraian mengenai pendapat terdahulu yang berkaitan dengan masalah
yang dikaji,
3) uraian mengenai pemecahan masalah yang pernah dilakukan.

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 82


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

c. Metode Penulisan
Penulisan dilakukan mengikuti metode yang benar dengan menguraikan
secara cermat cara/prosedur pengumpulan data dan/atau informasi,
pengolahan data dan/atau informasi, serta analisis-sintesis.

d. Analisis dan Sintesis


1) Analisis permasalahan didasarkan pada data dan/atau informasi serta
telaah pustaka.
2) Sintesis untuk menghasilkan alternatif model pemecahan masalah atau
gagasan yang kreatif.

e. Simpulan dan saran


1) Simpulan harus konsisten dengan analisis permasalahan dan menjawab
tujuan.
2) Saran disampaikan berupa kemungkinan atau prediksi transfer gagasan
dan adopsi teknologi.

3. Bagian Akhir
a. Daftar Pustaka ditulis untuk memberi informasi sehingga pembaca dapat
dengan mudah menemukan sumber yang disebutkan. Penulisan daftar
pustaka untuk buku dimulai dengan menulis nama pengarang, tahun
penerbitan, judul buku, tempat terbit, dan nama penerbit. Penulisan daftar
pustaka untuk jurnal dimulai dengan nama penulis, tahun, judul tulisan,
nama jurnal, volume dan nomor halaman. Penulisan daftar pustaka yang
diperoleh dari internet ditulis alamat website-nya. Secara rinci teknik
penulisan daftar pustaka dapat dilihat pada Lampiran 1.
b. Daftar Riwayat Hidup (biodata atau curriculum vitae) peserta minimal
mencakup nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, karya-karya ilmiah yang
pernah dibuat, penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih.
c. Lampiran jika diperlukan, seperti: foto/dukumentasi, data dan informasi
lainnya yang mendukung isi tulisan.

Pada bagian sistematika penulisan karya ilmiah bidang sosial yang


dilombakan, biasanya terdapat tentang persyaratan penulisan (Depdiknas,2008).
Adapun persyaratan penulisan yang biasa dikenakan yaitu;

a. Naskah, mulai dari Pendahuluan sampai dengan Simpulan dan Saran, ditulis
minimal 20 halaman dan maksimal 30 halaman. Jumlah halaman yang tidak
sesuai dengan ketentuan tersebut dapat mengurangi penilaian.
b. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia baku dengan tata bahasa
dan ejaan yang disempurnakan, sederhana, jelas, satu kesatuan,

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 83


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

mengutamakan istilah yang mudah dimengerti, tidak menggunakan


singkatan seperti tdk, tsb, yg, dgn, dll., sbb.

D. Teknik Dasar Menyusun Karya Ilmiah Bidang Sosial


Pada bagian ini akan dipaparkan tentang hal-hal dasar apa saja yang perlu
dikuasai/ dimiliki penulis dalam menyusun karya ilmia bidang sosial. Jika hal-hal
dasar ini telah dikuasai, diharapkan penulis mampu menyusun karya ilmia bidang
sosial, yang tatacaranya telah disampaikan pada bagian atas.
Hal-hal dasar ini telah dikuasai penulis dalam menyusun karya ilmia bidang
sosial yaitu sebagai berikut; mengenal unsur-unsur tulisan, menyiapkan ragang
tulisan, menyusun paragraf, dan menyusun referensi.

1. Mengenal Unsur-Unsur Tulisan


Pada bagian ini akan dipaparkan tentang tiga hal penting dalam
menyusun suatu tulisan. Tiga tersebut yaitu; unsur-unsur tulisan, model-
model penyusunan controlling idea dan supportting idea, dan persuasi dan
argumen.

a. Unsur-unsur tulisan
Menurut Choesin (Winarto et al, 2004:44) unsur-unsur dalam tulisan
terdapat dua, yaitu gagasan utama (controlling idea) dan dan gagasan
bukan utama (supportting idea).

i. Controlling idea
Contorrling idea juga sering disebut sebagai gagasan utama atau
gagasan pokok. Contorrling idea adalah gagasan paling umum yang
dinyatakan penulis. Contorrling idea berfungsi untuk mengendalikan,
atau mengontrol pikiran penulis ketika dia menulis, yang digunakan
untuk mengendalikan perhatian para pembaca. Contorrling idea akan
menunjukkan apa yang dapat diharapkan dari tulisan ini.

ii. Supportting idea


Supportting idea adalah gagasan atau informasi yang lebih
spesifik tentang keseluruhan subjek penulisan yang telah diungkapkan
dalam controlling idea penulis.

Menurut Arnaudet dan Barret (1984 dalam Winarto, 2994; 42)


terdapat delapan hubungan antara gagasan-gasasan dalam sebuah
tulisan, yaitu:

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 84


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

- Contoh (examplification) yaitu setiap supporting idea adalah contoh


atau perwujudan dari hal yang diungkapkan sebagai controlling idea;
- Kontras yaitu perbedaan antara sejumlah supproting idea diuraikan,
dan kriteria pembedanya diungkapkan dalam controlling idea;
- Perbandingan yaitu persamaan antara sejumlah supporting idea
diuraikan, dan kriteria pembedanya diungkapkan dalam controlling
idea;
- Enumerasi yaitu setiap supproting idea aalah anggota dari sebuah
kategori yang diungkapkan dalam controlling idea;
- Kronologi yaitu setiap supproting idea adalah gejala yang tejadi
secara beruntutan, dan controlling idea-nya mengungkapkan kurun
waktu tertentu;
- Proses yaitu setiap supproting idea merupakan tahap yang perlu
dilalui, atau langkah yang perlu diambil, atau suatu hal terjadi. Hal
yang diungkapkan sebagai controlling idea;
- Kausalitas yaitu sejumlah supproting idea mengungkapkan kejadian-
kejadian yang terjadi secara beruntutan (kronologi), namun ada
asumsi bahwa tiap kejadian mengakibatkan kejadian berikutnya.
Kondisi akhir dari urutan kejadian tersebut diungkapkan sebagai
controlling idea;
- Spasial yaitu tiap-tiap supporting idea tersusun berdasarkan letaknya
dalam ruang tertentu, dan ruang tersebut diungkapkan dalam
controlling idea.

b. Model-model penyusunan controlling idea dan supportting idea


i. Susunan deduktif
Susunan deduktif adalah penulis menempatkan controlling idea
di bagian awal tulisan dalam bentuk beberapa kalimat atau beberapa
alinea. Ini kemudian diikuti oleh supporting idea yang semuanya
mengacu kembali ke controllingidea. Sebuah tulisan dengan susunan
deduktif dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Controlling idea

Supporting idea

Supporting idea

Supporting idea

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 85


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

ii. Susunan induktif


Susunan induktif adalah bentuk terbalik dari susunan deduktif.
Dalam sebuah susunan induktif, penulis mulai dengan memberi uraian
tentang sejumlah hal (supproting idea), lalu merangkumnya menjadi
satu gambaran yang menyeluruh (controlling idea). Sebuah tulisan
dengan susunan induktif dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Supporting idea

Supporting idea

Supporting idea

Controlling idea

iii. Susunan deduktif dengan pengulangan


Susunan deduktif dengan pengulangan adalah menggunakan
susunan deduktif dan induktif secara bergantian. Sebuah tulisan
dengan susunan deduktif dengan pengulangan dapat dilihat pada bagan
berikut ini.

Controlling idea

Supporting idea

Supporting idea

Supporting idea

Controlling idea

c. Persuasi dan Argumen


Langkah selanjutnya adalah menulis. Menurut Wikipedia.org (2009)
menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menurut
Choesin (dalam Winarto, 2004:45-46) tulisan adalah suatu bentuk
komunikasi, dan sebagai bentuk komunikasi, tulisan ii dimaksudkan untuk
mengubah pengatahuan, perasaan, atau perilaku pembacanya. Dari tidak
tahu menjadi tah; dari tidak setuju menjadi setuju (atau sebaliknya).
Persuasi pada umunya diartikan mengajak dan mempengaruhi pembaca.

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 86


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

Pada umumnya terdapat dua gaya dalam menulis, yaitu; gaya


persuasi dan gaya argumen. Persuasi menurut Nardiyana (2008) adalah
suatu cara menyampaikan informasi menggunakan teknik tertentu yang
bertujuan membujuk dan mengajak seseorang agar melakukan sesuatu
sesuai anjuran dengan kesadaran sendiri kini maupun akan datang
sehingga mengubah sikap dan perilaku pembaca. Persuasif menurut KBBI
adalah bersifat membujuk secara halus (supaya menjadi yakin): hanya dng
cara -- pendekatan itu dapat dilakukan; -- manipulatif teks persuasif yg
menggunakan alasan-alasan implisit. Komunikasi persuasif adalah
komunikasi yang bertujuan untuk merubah atau mempengaruhi
kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh komunikator (http://id.wikipedia.
org/wiki/ Komunikasi_persuasi).
Selanjutnya gaya menulis yang kedua yaitu tulisan dengan gaya
argumentasi. Argumentasi secara umum diartikan sebagai suatu pendapat
atau ide untuk membuktikan kebenaran, ada kesimpulan. Argumentasi
juga diartikan sebagai salah satu jenis pengembangan paragraf dalam
penulisan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk
pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa penjelasan,
pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh,
analogi, dan sebab akibat. Kita juga sering mendengar jenis paragraf
argumentasi. Paragraf argumentasi yaitu jenis paragraf yang
mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti
dan fakta (benar-benar terjadi).

2. Menyiapkan Ragang Tulisan


Salah satu cermin keilmiahan sebuah karya tulis adalah perencanaan
susunan tulisan secara runtut. Perencanaan susunan tulisan secara runtut yaitu
proses awal penuangan gagasan dalam bentuk tajuk atau babak sedemikian
rupa sehingga membentuk tata urutan. Hasil perencanaan tersebut adalah
ragangan. Pada bagian menyiapkan ragangan tulisan ini akan dipaparkan
tentang; batasan dan manfaat ragangan, cara penyusunan ragangan, menyusun
paragraf, dan menyusun referensi. Berikut penjelasannya dari tiap-tiap item di
atas.

a. Batasan dan Manfaat Ragangan


Manfaat ragangan tulisan adalah sebagai berikut:
i. ragangan pada dasarnya merupakan hasl pengembangan topik dan
pernyataan tesis, untuk mengembangkan dan menguraikan lebih
lanjut tulisannya;

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 87


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

ii. ragangan memudahkan penulis untuk melihat keseluruhan alur;


tulisan karena ragangan disusun dalam butir-butir yang di singkat;
iii. ragangan memudahkan penulis untuk mengatur klimaks atau
urutan kepentingan bahasan; dan
iv. ragangan membantu penulis dalam membuat judul setiap bab atau
bahasan.

b. Cara Penyusunan Ragangan


Cara penyusunan ragangan ada dua macam, yaitu dengan cara
pemetaan ide dan pemetaan pernyataan tesis, berikut perjelasannya.

i. Pemetaan ide
Pemetaan ide Iidea mapping) merupakan cara penyusunan
rangan dengan bersumberkan topik. Dalam pemetaan ide, segala
gagasan yang diketahui oleh penulis dipetakan hingga berhenti pada
satu titik. (hal65).

ii. Pemetaan pernyataan tesis


Tesis menurut KBBI (2008: 1186) adalah pernyataan atau teori
yang didukung oleh argumen yang dikemukakan dalam karangan.
Dengan cara pemilahan pernyataan tesis, diadakan pemilahan setiap
bagian dalam pernyataan tesis yang berpotensi untuk dikembangkan
namun dengan tetap memperhatikan kesatuan gagasan topik (topik
dan tujuan penulisannya). Pernyataan tesis adalah pernyataan yang
disampaikan dalam sebuah kalimat, yang akan dibuktikan akan
benar atau tidaknya, setelah penelitian dilakukan (Winarto, 2004:66)
Berikut merupakan contoh pengembangan ragangan dengan
teknik pemetaan penyataan tesis. Sebelum menyimak pemetaan
penyataan tesis tentang bunuh diri pada anak, berikut akan dipaparkan
data bunuh diri di Indonesia.

"Jika disimak, antara kurun waktu 2004-2007, banyak peristiwa bunuh diri yang
dilakukan oleh anak usia belasan tahun dan masih bersekolah di sekolah dasar atau
di sekolah menengah pertama (SMP). Ironisnya, faktor penyebabnya lebih banyak
karena ketidakmampuan anak menahan rasa malu. Pada tahun 2005, tingkat bunuh
diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak
bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia
melakukan bunuh diri per harinya. Sementara untuk tahun 2007, terdapat 12 korban
bunuh diri karena terimpit persoalan ekonomi, delapan kasus lainnya akibat penyakit
yang tak kunjung sembuh lantaran tidak punya uang untuk berobat, dan dua kasus
akibat persoalan moral yakni satu orang lantaran putus cinta, dan seorang akibat
depresi. Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 88


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, laki laki melakukan bunuh diri
(comite suicide) empat kali lebih banyak dari perempuan. Namun, perempuan
melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki
laki. Posisi Indonesia sendiri hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti
Jepang, dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan
China yang mencapai 250.000 per tahun". Sumber:
http://nasional.vivanews.com/news/read/110420-kasus_bunuh_ diri_di_indonesia

Topik:
Perilaku bunuh diri pada anak

Tujuan penelitian/ penulisan:


Mendapatkan upaya (cara dan strategi) pengurangan angka bunuh
diri pada anak

Penyataan tesis:
Meningkatkan semangat percaya diri dari rasa malu dapat
mengurangi angka bunuh diri pada anak
I. Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan penelitian
c. Manfaat penelitian
d. Metode penelitian

II. Teori Tebunuh diri


a. Bunuh diri Fatalistik
b. Bunuh diri Altruistik
c. Bunuh diri Anomik
d. Bunuh diri Egoistik

III. Sebab-sebab bunuh diri


a. Ekonomi
b. Ideologi
c. Politik
d. Sosial
e. Psikologi

IV. Meningkatkan nilai percaya diri sebagai upaya mengurangi


angka bunuh diri pada anak
V. Penutup

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 89


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

Pola penulisan rangangan juga dapat dikembangkan dengan pola


pengembangan ragangan induksi, yang dapat dilihat pada bagan
berikut ini;

Gambar. Pola Pengembangan Laporan Induksi

Ada banyaknya diferensiasi ras di dunia

Ras austroloid Ras mongoloid Ras kaukasoid Ras negroid Ras-ras khusus

Aborigin Asiatik Nordic, alpine, African Bushman,


momgoloid, mediteranian, negroid, veddoid,
malayan indic negrito, Polynesian,
mongolid, Melanesian ainu
American
mongoloid

Berkulit kuning Berkulit putih, Berkulit hitam,


dan coklat, hidung rambut kriting,
rambut lurus, mancung, bibir tebal,
bulu bacan rambut pirang kelopak mata
sedikit, mata hingga coklat, lurus
sipit kelopak mata
lurus
(Sumber: Data diolah tahun 2010)

Selanjutnya, bagan ragangan di atas dapat dikembangkan seperti


paragraf berikut;

Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak


sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan
itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya,
maupun jenis kelamin. Ras adalah suatu kelompok manusia yang
memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti
pengelompokan masyarakat dalam empat ras, yaitu: ras autroloid,
meongoloid, kaukasoid, negroid, dan ras-ras khusus.
Ras austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin.
Ras Mongoloid mencakup Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia
Tengah dan Asia Timur), Malayan Mongoloid (Asia Tenggara,
Indonesia, Malaysia, Filiphina, penduduk asli Taiwan), dan American

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 90


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

Mongoloid (penduduk asli Amerika). Ras Kaukasoid meliputi orang


Nordic (Eropa Utara, sekitar L. Baltik),orang Alpine (Eropa Tengah
dan Eropa Timur), orang Mediteranian (sekitar L. Tengah, Afrika
Utara, Armenia, Arab, Iran), dan orang Indic (Pakistan, India,
Bangladesh, Sri Langka). Selanjutnya ras Negroid meliputi African
Negroid (Benua Afrika), Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung
Malaya yang dikenal dengan nama orang Semang, Filipina), dan
Melanesian (Irian, Melanesia). Terakhir adalah ras ras-ras khusus
(tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras pokok). Ras-ras
pokok ini meliputi orang Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan),
Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan), Polynesian
(kepulauan Micronesia dan Polynesia), dan orang Ainu (di pulau
Hokkaido dan Karafuto Jepang).
Secara fisik ciri-ciri ras-ras yang ada di dunia dapat diidenifikasi.
Ras mongoloid yaitu berkulit kuning dan coklat, rambut lurus, bulu
bacan sedikit, mata sipit. Adapun ras kaukasoid yaitu berkulit putih,
hidung mancung, rambut pirang hingga coklat, kelopak mata lurus.
Selanjutnya ras negroid dapat dilihat dengan kulit hitam, rambut
kriting, bibir tebal, kelopak mata lurus.

Pola penulisan rangangan juga dapat dikembangkan dengan pola


pengembangan ragangan deduksi, yang dapat dilihat pada bagan
berikut ini;

Gambar. Pola Pengembangan Laporan Deduksi

Penetuan Penetuan Penentuan


garis garis garis
keturunan keturunan keturunan
melalui garis melalui garis melalui garis
laki-laki perempuan laki-laki &
perempuan

Patrilineal Matrilineal Campuran

Diferensiasi klan

(Sumber: Data diolah tahun 2009)

Selanjutnya, bagan ragangan di atas dapat dikembangkan seperti


paragraf berikut;

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 91


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

"Terdapat keragaman akan pola penentuan garis keturunan (klan) di


belahan masyarkat dunia. Ada penetuan garis keturunan melalui garis
laki-laki. Ada penetuan garis keturunan melalui garis perempuan.
Adapula penentuan garis keturunan melalui garis laki-laki &
perempuan. Secara garus besarnya, pola penentuan garis keturunan di
belahan masyarkat dunia terdapat tiga, yaitu: klan patrilineal (laki-
laki), klan matrilineal (perempuan), dan klan campuran (patrilineal &
matrilineal). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
masyarakat di dunia ini terdapat diferensiasi klan".

3. Menyusun Paragraf
Menurut Datang (2004, dalam Winarto:117) ada tiga syarat dalam
menyusun paragraf karya ilmiah yaitu:

- apakah dalam paragaf tersebut hanya terdapat satu gagasan pokok;


- apakah kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut bertalian atau
berhubungan satu sama lain secara erat;
- apakah pengurutan gagasan-gagasan bahawan (untuk menunjang
gagasan pokok) dalam paragraf diwujudkan dengan penataan yang
teratur.

Ketiga faktor di atas sering disebut dengan istilah kesatuan, kepaduan, dan
pengembangan paragraf.

Menurut Datang (2004, dalam Winarto:119-122) model pengembangan


paagraf (pengurutan gagasan bahawan) ada tujuh yaitu:

- deskripsi,
yaitu pengembangan paragraf dengan model deskripsi adalah suatu
pengembangan paragraf dengan cara menggambar unsur (orang, ruang,
suasana, benda, atau perasaan) dengan penjelasan-penjelasan yang
lengkap;

- definisi luas,
yaitu pengembangan paragraf dengan model definisi luas adalah
pengembangan suatu paragraf dengan cara menguraikan gagasan yang
abstrak atau istilah yang menimbulkan kontroversi sehingga adanya suatu
penjelasan;

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 92


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

- analisis atau uraian,


yaitu pengembangan paragraf dengan model analisis atau uraian adalah
memerikan sesuatu ke dalam unsur-unsur yang membangunnya agar lebih
mudah dipahami;

- klasifikasi,
yaitu pengembangan paragraf dengan model klasifikasi adalah
mengelompokkan berbagai ke dalam suatu kategori sehingga hubungan di
antara berbagai hal itu menjadi jela;

- perbandingan dan pertentangan.


pengembangan paragraf dengan model perbandingan adalah unsur dari
dua hal atau lebih diungkapkan dan diurakan. Sedangkan pengembangan
paragraf dengan model pertentangan adalah unsur yang membedakan dua
hal atau lebih diungkapkan dan diuraikan;

- sebab akibat,
yaitu pengembangan paragraf dengan model sebab akibat adalah
menguraikan hal-hal yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi; atau
sebalinya, diuraikan terlebih dahulu sebuah akibat baru diikuti dengan
penyebabnya; dan

- proses,
yaitu pengembangan paragraf dengan model proses adalah suatu uraian
tentang proses terjadinya sesuatu.

4. Menyusun Referensi
Menyusun referensi sama saja menyusun harga diri. Itulah suatu
pengandaian seperti yang diungkapkan Winarto (2004:75) bahwa menyusun
referensi pada naskah ilmiah yang dipubliskan, disitulah kredibilitas seorang
penulis di pertaruhkan. Selanutnya akan dipaparkan tentang; berfungsi
referensi, masalah-masalah dan langkah mengurangi masalah-masalah saat
penyusunan referensi, serta langkah dalam menyusus referensi.
Referensi yang ada di naskah ilmiah dapat berfungsi untuk;

- sejauh mana penulis mempersiapkan naskah ilmiahnya


- sejauh mana penulis dalam melengkapi informasi pada naskah
ilmiahnya
- sejauh mana penulis dalam keluasan wawasan dan pengetahuan pada
naska ilmiahnya

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 93


Suhadi, SMA 1 Negeri Pamotan Tahun 2010

- sejauh mana kemutakhiran referensi pada naska ilmiahnya

Masalah-masalah yang ditemui penulis dalam menyusun referensi


adalah sebagai berikut:

- penulis kurang cermat, teliti, dan jeli dalam merekam asal mula
sumber tulisan
- tidak adanya naskah asli untuk bahan penulisan ilmiah
- tidak disertakan halaman rujukan tulisan
- tidak disertakan nama lengkap penulis pada tulisan yang dirujuk
- lamanya waktu penyuntingan akhir pada naskah ilmiah
- seringkali penulis suka menjipkal (plagiat) tulisan ilmiah penulis lain

Upaya yang dapat dilakukan dalam hal mengurangi masalah-masalah


saat penyusunan referensi adalah: menyiapkan bahan referensi dengan baik;
menggunakan kartu referensi; dan mencatat nomor halaman dalam kartu
referensi. Selanjutnya langkah-langkah dalam menyusun referensi pada
tulisan ilmiah sosial adalah sebagai berikut:

- menggunakan sistem kartu atau program komputer dalam menyusun


referensi
- mencermati cara penulisan referensi di dalam dan di akhir naskah yang
berlaku dalam karya ilmiah tertentu.

PENELITIAN SOSIAL: SUATU PERSPEKTIF AWAL UNTUK PENELITI PEMULA 94

You might also like