You are on page 1of 24

TUGAS III

TEKNOLOGI KOSMETIK

Cream Anti Aging


(Materi 35)
Diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat mengikuti UTS

Oleh :
Zulpakor Oktoba (06334059)

Dosen Pembimbing:
DR. Teti Indrawati, MS, Apt

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2009
i
KATA PENGANTAR

Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas III Teknologi Kosmetik
dengan judul “Cream Anti Aging” yang membahas mengenai sediaan kosmetika cream
anti aging untuk kulit.
Dalam penyusunan hingga penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan, khususnya kepada Ibu
DR. Teti Indrawati, MSc, Apt selaku dosen untuk mata kuliah Teknologi Kosmetika dan
rekan-rekan yang telah memberi dukungan dan motivasi.

Penulis berharap tugas ini dapat memberikan manfaat besar bagi pembacanya. Dan
penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai koreksi untuk tugas
mendatang.

Jakarta, Nopember 2009

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ II
DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 3
BAB II DASAR TEORI
2.1 Teori Aging (Penuaan) .................................................................................... 4
2.2 Mekanisme Terjadinya Aging (Penuaan) ........................................................ 5
2.3 Anti Aging Atau Anti Keriput/Kerut............................................................... 6
2.4 Definisi Cream ................................................................................................ 7
2.5 Klasifikasi Cream ............................................................................................ 8
2.6 Komponen Cream Anti aging.......................................................................... 8
BAB III PRAFORMULASI
3.1 Kriteria Cream Yang Baik ............................................................................... 9
3.2 Contoh Formula Cream Anti Aging ................................................................ 9
BAB IV METODE PEMBUATAN ............................................................................... 12
BAB V EVALUASI ....................................................................................................... 14
BAB VI BROSUR & KEMASAN ................................................................................. 17
KESIMPULAN .............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

“ the overall deterioration of the body that comes with growing old is not
inevitable…we now realize that some aspects of it can be prevented or reserved. “
(Daniel Rudman, MD). Menua adalah suatu proses alami yang akan dialami semua
makhluk di alam semesta ini, yang sampai saat ini belum diketahui penangkalnya.
Menua merupakan suatu proses irreversibel yang terjadi dan terus berkembang sejak
seorang mature dan akan menghasilkan sejumlah perubahan atau penyimpangan dari
kondisi yang ideal, atau penurunan kemampuan untuk kembali ke kondisi ideal atau
keduanya.

Proses menua merupakan suatu akumulasi secara progresif berbagai


perubahan patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan waktu.
Menurut constantidies (1994), menjadi tua atau aging adalah suatu proses
menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan–lahan untuk memperbaiki atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya. Akibatnya
tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut.
(Soepardiman, 2003; Setiati, 2003 ).

Proses penuaan adalah suatu proses alamiah yang akan dialami setiap manusia
dan dulu dianggap bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegah proses
tersebut. Namun dari penelitian beberapa belas tahun terakhir ternyata menunjukkan
bahwa proses penuaan dapat dicegah, diperlambat, bahkan sebagian dapat dibalikkan.
( Djuanda, 2003; Setiati, 2003 ). Menurut tinjauan pustaka oleh Schneider dan Reed,
proses menua dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Olahraga yang teratur


2. Diet mengandung anti oksidan
3. Asupan trace mineral
4. Aspirin
5. Asupan asam lemak omega 3 ( dalam penelitian )

Saat ini ilmu pengetahuan dan tekhnologi masih ditantang untuk menerangkan sebab–
sebab orang menjadi tua, bagaimana prosesnya dan cara memperlambat proses
tersebut. Banyak teori yang menjelaskan tentang menua, namun belum ada teori yang
dapat memberikan jawaban yang memuaskan.

1
Proses menua merupakan sesuatu hal yang alamiah yang dapat terjadi pada
seluruh organ tubuh termasuk kulit. Saat mulai terjadi proses tersebut tidak sama pada
setiap orang. Penipisan lapisan ozon mengakibatkan peningkatkan radiasi ultraviolet,
sehingga dapat mempercepat terjasinya photoaging, yaitu proses menua pada kulit
yang terus- menerus terpapar sinar matahari. ( Aryani, 2000 ; Djauzi, 2001 )

Umumnya dimasyarakat peremajaan kulit dilakukan untuk meningkatkan


penampilan dan bukan untuk kesehatan, sehingga kulit yang diremajakan hanyalah
kulit yang terlihat oleh orang lain (exposed skin), misalnya daerah muka, leher, dada
bagian atas, lengan atas, lengan bawah, tangan dan tungkai bawah. Orang dewasa
jarang sekali meremajakan kulit bagian dalam, kecuali memakai kosmetik perawatan.
Namun harus tetap diingat bahwa usaha meremajakan kulit bukanlah usaha untuk
memperpanjang umur, karena bagaimanapun umur manusia tetap terbatas
sebagaimana kodrat yang telah ditentukan oleh-Nya. (Wasitaatmadja, 2003).

Anti-aging creams umumnya krim pelembab berbasis cosmeceutical produk


perawatan kulit yang dipasarkan dengan janji membuat konsumen tampak terlihat
lebih muda dengan mengurangi kerutan, garis-garis ekspresi, cacat, perubahan
pigmentasi, discolourations dan lingkungan lainnya (terutama dari matahari) terkait
kondisi kulit.

Meskipun banyak permintaan, banyak produk dan pengobatan yang belum


terbukti abadi atau memberikan efek positif utama. Penurunan kedalaman kerut 10%
adalah khas. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa beberapa bahan mempunyai
efek. Secara tradisional, krim anti-penuaan telah dipasarkan terhadap perempuan, tapi
produk yang khusus ditujukan bagi laki-laki semakin umum.

1. 2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana teori- teori tentang penuaan (aging) dan anti aging dan mekanisme
terjadinya?
2) Apa saja komponen yang termasuk dalam formula sediaan cream Anti aging ?
3) Bagaimana metode pembuatan sediaan cream anti aging yang sesuai standar
CPKB dan cara evaluasinya?
4) Bagaimana cara kerja obat Anti aging dalam menghambat proses penuaan?
5) Apa manfaat dari pemakaian obat Anti aging?

1.3 Tujuan
1) Tujuan Umum
Mendapatkan deskripsi tentang formulasi sediaan kosmetik cream Anti aging
dan teknologi yang digunakan dalam pembuatan Anti aging tersebut.

2
2) Tujuan Khusus
- Menjelaskan bagaimana memformulasikan sediaan kosmetik cream Anti aging
dalam menghambat proses penuaan.
- Memberikan informasi tentang manfaat pemakaian obat Anti aging dalam
menghambat proses penuaan.
- Menjelaskan teknik metode pembuatan dan evaluasi sediaan cream anti aging
dan kemasannya.
1.4 Manfaat
1) Bagi civitas akademika Prodi Farmasi F-MIPA ISTN Jakarta;
Makalah ini bisa menjadi bahan pustaka yang berguna bagi civitas akademika
Prodi Farmasi F-MIPA ISTN Jakarta, sehingga pengetahuan tentang teknologi
sediaan kosmetika cream anti aging yang menghambat proses penuaan
menjadi lebih jelas dan detail.
2) Bagi masyarakat;
Diharapkan dari makalah ini dapat memberikan informasi tentang manfaat dan
akibat yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian cream anti aging dalam
menghambat proses penuaan.
3) Penulis;
- Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang memformulasikan sediaan
cream anti aging dalam menghambat proses penuaan.
- Dapat meningkatkan keterampilan dalam menulis, berpikir logis dan aplikatif
dalam memecahkan permasalahan ilmiah.

3
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Teori Aging (Penuaan)


Ada 3 teori yang mendasari terjadinya aging, yaitu:
A. Teori sel
- Teori Wear and Tear
Dr. August Weismann, tahun 1882 menyatakan teori ini berdasarkan pada
beban penggunaan (pekerjaan) sel jaringan tubuh yang berlangsung lama,
disertai pengaruh diet yang berlebihan, beban fisik dan stres. Mengakibatkan
sel jaringan rapuh (robek), dan mati.
- Adanya faktor genetik yang membatasi usia sel (Hayflick limit).
- Teori “clock” dan “counter”:
Setiap sel diatur oleh suatu DNA yang disebut telomere (clock) yang terdapat
pada bagian akhir setiap chromosom di dalam inti sel. Sesudah terjadi
pembelahan sel, telomere akan mengecil dan memendek. Apabila telomere
terlalu pendek akan menyebabkan sel menua dan mati. Pada penelitian
diketemukan suatu enzim disebut telomerase (counter) yang dapat
memperpanjang usia telomere. Sebagian besar sel tubuh mengandung
telomerase, tetapi dalam keadaan “off” (tidak aktif) sehingga sel dapat tua
dan mati, sedangkan dalam beberapa sel tubuh lain dalam posisi “on”
misalnya hemopoietic cells asal sel darah yang tidak bisa mati (immortal).
Contoh lain sel kanker yang tidak dapat tua (mati), karena ia memproduksi
telomerase (“on”) sehingga telomere tetap aktif. Dimasa datang terapi
telomere dapat mengontrol waktu hidup setiap sel, menghambat telomerase
pada sel kanker untuk menghentikan pertumbuhannya dan memperpanjang
usia telomere pada aging sel sehingga sel tersebut menjadi remaja kembali.

- Dr. Wong’s Hypothesis


Grace Wong, Ph.D., adalah ilmuwan di departemen oncology moleculair
Genentech menyatakan aging disebabkan terjadinya degradasi protein didalam
sel akibat oksigen radikal bebas yang mengaktifasi enzim proteases
(destructive enzym), banyaknya protein yang rusak mengakibatkan aging sel
dapat mengalami apoptosis (mati). Antioxidant, seperti vitamin C dan E dapat
mengikat radikal bebas dan mencegah aktifitas proteases. Pada penelitiannya
ditemukan pula bahwa hormon pertumbuhan (HP) ternyata dapat mengaktifasi
terbentuknya protease inhibitor yang menghambat langsung kerja proteases.
Pada laboratorium percobaannya, HP mampu melindungi binatang dari efek
radikal bebas yang mematikan saat dilakukan radiasi dan hyperoxia. Ini berarti
bahwa biarpun banyak radikal bebas didalam sel akan tidak mampu
mengaktifasi proteses sehingga proses kematian sel tidak terjadi.
Pada penelitian akhir-akhir ini, menunjukan HP tidak hanya mempengaruhi sel
saja, tetapi bekerja juga pada DNA (blueprint of the cell).
4
- Accumulated Glycosolation Endproduct (AGE)
Tanda lain dari aging sel adalah protein mengalami proses cross-linking
(perlekatan). Suatu bentuk yang terjadi saat molecul gula mengikat protein dan
DNA yang dikenal sebagai glycosolation yang membentuk AGE. Ini yang
menyebabkan terjadinya katarak pada mata, penyumbatan pada pembuluh
darah, hambatan filtrasi pada ginjal.

B. Teori Neuroendokrin

- Dr. Dilman’s Hypothesis


Vladimair Dilman mengatakan hypothalamic-pituitary axis dibentuk sebagai
neuroendocrine “clock” aging. Seperti telomere “clock” yang mengontrol
berapa kali suatu sel membelah diri, neuroendocrine mengatur waktu usia rata-
rata sistim organ tubuh kita. Pada saat kita muda feedback system antara
hypothalamus, pituitary gland dan kelenjar endokrin lain bekerja sangat baik
seperti thermostat ruangan. Mekanisme ini disebut homeostasis. Tetapi saat
kita tua thermostat menjadi terganggu atau rusak, sehingga mengganggu
homeostasis yang menyebabkan timbulnya proses aging pada sel dan sistim
organ tubuh kita. Dr. Dilman yakin dengan mengembalikan homeostasis
seperti pada saat kita remaja merupakan kunci untuk mengatur aging. Dialah
yang mengilhami para anti-aging physicians bahwa aging dapat diobati.

C. Teori Imunitas
Dr. Keith Kelley, peneliti imunologis University of Illinois mengatakan
“Adanya hubungan terjadinya proses penuaan dengan penyusutan kelenjar
thymus”. Kelenjar thymus adalah organ utama pertama dari sistem imunitas
yang terletak pada tulang dada atas bagian belakang, dimana berfungsi sebagai
tempat pematangan T-cell lymphocytes yang peranannya sangat penting untuk
melawan penyakit. Pada usia rata-rata 12 tahun kelenjar thymus mulai
menyusut, sampai usia 40 tahun terlihat tipis kecil dan sukar diketemukan
pada usia diatas 60 tahun. Akibatnya T-cell lymphocyte berkurang seiring kita
tua yang membuat terjadinya Auto Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
dimana disertai dengan meningkatnya penyakit-penyakit seperti kanker,
penyakit infeksi, penyakit autoimmune, dll. Pada penelitiannya dengan
memberikan suntikan GH3 sel ( sel yang dibiakan dilaboratorium yang dapat
mengeluarkan GH ) pada tikus tua dimana kelenjar tymusnya sudah menyusut.
Kelenjar tymus membesar dan tikus tua tersebut menjadi tikus muda kembali.
Ini membuktikan adanya hubungan antara penuaan dengan menyusutnya
kelenjar tymus dan menurunnya hormon pertumbuhan. Hasil penelitiannya di
publikasikan pada papernya, “GH3 Pituitary Adenoma Implants Can Reverse
Thymic Aging”.

5
2.2 Mekanisme terjadinya Aging atau Penuaan

Gejala Penuaan

Kerut/keriput merupakan gejala utama penuaan pada kulit. Namun umur bukanlah
penyebab utama. Hanya garis tawa (laugh lines) yang merupakan dampak alami dari
penuaan. Garis-garis di sekitar sudut mata seperti juga kerut antara hidung dan bibir
bagian atas disebabkan serat elastis dalam kulit berkurang sehingga menyebabkan
kulit mengendur dan melipat menjadi kerut/keriput. Sebagian besar garis-garis wajah
dan kerut/keriput disebabkan oleh pemaparan berlebihan terhadap sinar UV, baik
UVA yang bertanggung jawab atas noda gelap, kerut/keriput, dan melanoma maupun
UVB yang bertanggung jawab atas kulit terbakar dan karsinoma.

Terjadinya Kerut/Keriput
Berkurangnya ketebalan dermis sebanyak 20%
pada orang tua berkaitan dengan hilangnya serat elastin
dan kolagen. Kolagen dan elastin adalah komponen
utama lapisan dermis. Hilangnya serat-serat ini
berdampak buruk terhadap kelembaban dan ketegangan
kulit sehingga menimbulkan kerut/keriput.
Gambar 1. Kolagen merupakan komponen utama di epidermis,
Kulit Kekurangan Kolagen dengan 75% berat kering dan 18-30% volume lapisan
epidermis. Kolagen kaya akan asam amino
hidroksiprolin, hidroksilisin, dan glisin.

Fibroblast dermis memproduksi prekursor yang dikenal sebagai pro kolagen.


Pro kolagen ini mengandung terdiri dari 300-400 asam amino tambahan pada setiap
cabangnya, tambahan ini dipindahkan setelah sekresi menghasilkan molekul kolagen.

2.3 Anti Aging atau Anti Kerut/Anti Keriput

Efek Penuaan
Anda tidak bisa membalikan waktu dan menjadi muda. Bagaimanapun,
dengan kemajuan teknologi pengobatan kulit sekarang, anda dapat menghilangkan
efek dari penuaan dan photoaging (penuaan yang disebabkan oleh sinar matahari).
Anda tidak dapat menjadi muda tapi anda dapat terlihat muda dan lebih menarik
dengan perawatan anti penuaan atau lebih dikenal dengan anti aging.
Anti aging atau anti penuaan adalah sediaan untuk mencegah proses
degeneratif. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit
seperti keriput, kulit kasar, noda-noda gelap. Kerutan ataupun keriput dapat diartikan
secara sederhana sebagai penyebab menurunnya jumlah kolagen dermis.

6
Gambar 2. Perbedaan Penampang kulit

Indonesia mempunyai iklim tropis dengan sinar matahari melimpah yang dapat
menyebabkan resiko tinggi terhadap kerusakan kulit atau penuaan dini (premature
aging). Masalah yang timbul pada kulit akibat sinar matahari dapat diatasi dengan
pengobatan dermatologis. Pengobatan yang diaplikasikan langsung ke kulit biasanya
lebih efektif. Kosmetika anti kerut/anti keriput sangat digemari oleh para wanita saat
ini. Memang kerut/keriput identik dengan usia yang sudah lanjut. Namun,
kerut/keriput dapat muncul pada wanita muda yang lebih dikenal dengan sebutan
penuaan dini (premature aging). Sinar UV dianggap sebagai penyebab utama
terjadinya penuaan dini. Oleh sebab itu, kosmetika dan perawatan tubuh yang
berfungsi sebagai anti kerut/anti keriput banyak digunakan untuk mencegah dan
menghilangkan dampak penuaan dini.
Untuk menghilangkan dampak dari sinar UV dan sebagai anti kerut/anti
keriput, telah tersedia banyak kosmetika yang mengandung antioksidan. Antioksidan
berfungsi menangkap radikal bebas dalam kulit akibat sinar UV dan polusi. Molekul
antioksidan berfungsi sebagai sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan
radikal bebas. Dalam proses tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan
digunakan untuk pembentukan radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti.
Antioksidan “mengorbankan dirinya” untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga
melindungi protein atau asam amino penyusun kolagen dan elastin. Diantara
antioksidan yang paling sering digunakan adalah vitamin C yang telah terbukti secara
ilmiah. Vitamin C terbukti menekan proses pigmentasi kulit sehingga banyak juga
digunakan sebagai bahan pemutih kulit wajah (whitening). Disamping juga mencegah
proses pembentukan bintik kecil kulit (freckle), bintik coklat kulit (brownspots) serta
memulihkan efek kantong mata (eye-sack). Proses pencerahan kulit dengan vitamin C
dianggap lebih aman dibanding bahan lain, seperti hidroquinone sehingga cocok bagi
kulit wanita di Asia.

7
2.4 Definisi cream

Cream merupakan sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air


tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (FI III). Menurut
Moh. Anief, cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe
cream ada 2, yaitu tipe air minyak (w/o) dan tipe minyak air (o/w). Sedangkan
menurut Farmakope Indonesia Edisi IV cream adalah sediaan semi solid yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai. Ukuran partikel emulsi sekitar >1000 nm.

Cream merupakan bentuk kosmetik perawatan klasik karena range


stabilitasnya yang lebar. Bentuk ini diformulasikan dengan minyak, humectan, air,
dan komponen lainnya.

2.5 Klasifikasi cream


1. Tipe O/W
Pada cream tipe O/W fase minyak dan fase air disiapkan secara terpisah
kemudian dicampur. Cream O/W (moisturizing cream) yang digunakan akan
hilang tanpa bekas. Pembuatan cream O/W sering menggunakan zat
pengemulsi campuran dari surfaktan (non ionik) yang umumnya merupakan
rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa kosmetik pemakaian asam
lemak lebih popular. Cream ini menggunakan surfaktan non inonik (setil
alcohol) dan surfaktan ampifilik (stearil alcohol) agar menjadikan cream lebih
stabil.
2. Tipe W/O
Berbeda dengan tipe W/O, cream jenis ini membutuhkan pengemulsi dengan
HLB (Hydrophile/Lipophile Balance) sekitar 5-7. Prinsip cream ini sama
dengan tipe O/W, kecuali fase air ditambahkan ke dalam fase minyak.

Cream berminyak mengandung zat pengemulsi W/O yang spesifik seperti


adeps lanae, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam
lemak dengan logam bervalensi 2, misal Ca. Cream W/O dan O/W
membutuhkan emulgator yang berbeda. Jika emulgator tidak tepat, dapat
terjadi pembalikan fase.

2.7 Komponen cream anti aging


Komponen sediaan cream anti aging terdiri atas :
1. Fase minyak (hidrokarbon, lilin, asam lemak dll);
2. Fase air (humektan, alkohol, pengental dan air murni);
3. Surfaktan/emulgator
- nonionic : gliserin stearat, PEG sorbitan sabun asam lemak, dll;
- anionic : sabun asam lemak, sodium alkil sulfat, dll.

8
4. Tambahan
- antioksidan (BHT, BHA, Vitamin C, Vitamin E, Hormon pertumbuhan
(growth hormone), dll.
- pengawet (asam sorbat, golongan paraben, dll)
- antikelat (EDTA)
- anti mikroba
- parfum, pewarna dan lain-lain.

9
BAB III

PRAFORMULASI

3.1 Kriteria sediaan cream yang baik


Cream yang baik, harus memiliki kriteria :
1. Mudah dioleskan merata pada kulit.
2. Mudah dicuci besih dari daerah lekatan.
3. Tidak berbau tengik.
4. Bebas partikulat keras dan tajam.
5. Tidak mengiritasi kulit.
6. Dalam penyimpanan, harus memiliki sifat sebagai berikut :
 Harus tetap homogen dan stabil.
 Tidak berbau tengik.
 Bebas partikulat keras dan tajam.
 Tidak mengiritasi kulit.

(Formularium Kosmetik Indonesia Hal 33)

3.2 Formula Cream anti aging

Sediaan cream anti aging dimaksudkan untuk mengembalikan penampilan


yang kencang dan muda pada kulit wanita berusia diatas 40 tahun. Bahan aktif yang
terpenting adalah hormon-hormon folikel dan bahan yang erat hubungannya dengan
itu, seperti estrogen concenterate/sintesis dan bahan-bahan kompleks, seperti ekstrak
plasenta. Sedangkan bahan aktif yang lain tergolong sebagai anti oksidan seperti ; α-
tokoferol (Vitamin E), As. askorbat (Vitamin C) dan mungkin juga terdapat royal
jelly, hidrolisat protein, dan enzim-enzim.

Contoh formulasi 2 formula yang berbeda


I II

Paraffin wax ………………………….. - 7,0


Petrolatum ………………………….. - 42,5
Almond oil ………………………….. 2,5 -
Isopropyl myristate ………………………….. - 4,0
Cethyl alcohol ………………………….. 0,8 2,0
Anhydrous lanolin ………………………….. - 4,0
Stearic acid ………………………….. 20,0 -
Pregnenolone ………………………….. 0,5 -
Estrogen concenterate ………………………….. - 0,5
Triethanolamine ………………………….. 1,8 -

10
Sorbitan mono-oleate ………………………….. - 4,0
Magnesium sulfate ………………………….. - 0,2
Glycerol ………………………….. 5,0 -
Sorbitol liquid ………………………….. - 2,0
Preservative ………………………….. 0,2 0,2
Perfume ………………………….. 0,2 0,2
Air ………………………….. 69,2 33,4

11
BAB IV

CARA PEMBUATAN

Metode pembuatan
Umumnya, tanpa memperhatikan tipe emulsi w/o atau o/w, campur zat pengemulsi
yang larut dalam minyak ke dalam fase minyak, jika perlu pemanasan, dan zat emulsi
yang larut dalam air ke fase air. Tambahkan fase air ke dalam fase minyak, dengan
hati-hati, suhu kedua fase diatur lebih kurang sama.
Jika dalam formula terdapat parfum atau minyak atsiri, ditambahkan ke dalam
campuran setelah suhu mencapai suhu 45-500 C.

Cream tipe O/W ini dibuat dengan mencampurkan fase minyak yang terdiri
atas fase minyak, surfaktan, anti oksidan yang telah dibuat sebelumnya dan
dipanaskan pada suhu 70-800C dan ditambahkan parfum kemudian dilakukan proses
stirring pada suhu 700C. Fase minyak ini kemudian ditambahkan kedalam fase air
(purified water) yang telah dicampur dengan humektan pada suhu 700C kemudian
didinginkan. Fase minyak ditambahkan kedalam fase air untuk dilakukan pre
eliminary emulsification suhu 700C. Dan dilakukan proses emulsifikasi suhu 700C
dengan alat Homomixer untuk membuat partikel seragam. Setelah itu dilakukan
proses filtering dan proses pendinginan menggunakan Heat Exchanger untuk
membuat krim dalam kualitas stabil.
Saat proses ini harus diperhatikan setting putaran kecepatan silinder dan
temperatur final sehingga diperoleh krim yang stabil. Kemudian dimasukkan kedalam
tangki penyimpanan untuk selanjutnya diisikan kedalam wadah-wadah (proses
filling).

12
Metil paraben
dilarutkan dalam
propilen glikol

Fase Minyak Fase Air


isopropil miristat steareth-21 campurkan
setil alkohol steareth-2
BHT
Propil paraben

dipanaskan di cawan
porselen di penangas air
0
pada suhu 70 C

campur Homogenkan

dikembangkan dengan air Sediaan cream


Xanthan gum Basis cream anti aging
campur dan homogenkan

Larutkan dalam air panas/air suhu normal


Zat Aktif
v
campur dan homogenkan

Gambar 3. Skema Pembuatan cream Anti aging

13
BAB V

EVALUASI

Evaluasi yang dilakukan pada sediaan cream Anti aging, yaitu:


A. Uji Mikrobiologi terdiri dari :
1) Angka Lempeng Total
Menurut persyaratan yang ditetapkan oleh Badan POM tidak boleh lebih dari
5x102 koloni/ ml.
2) Mikroba Patogen
3) Menurut persyaratan yang ditetapkan oleh Badan POM mikroba patogen
(Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans) harus
negatif.

B. Uji Stabilitas Krim:


1) Organoleptis atau penampilan fisik
Uji organoleptis dilakukan secara visual dengan menggunakan panca indera,
yang meliputi warna, bau dan bentuk sediaan.
2) Homogenitas
Pada pemeriksaan ini secara makroskopik dilihat apakah kadar atau ukuran
partikel zat aktif sama di seluruh bagian krim. Untuk zat aktif yang larut dalam
fase internalnya dilihat apakah ukuran partikel minyak sama di seluruh bagian
krim. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan alat metalograf.
Adapun caranya adalah sebagai berikut :
- Sejumlah krim yang akan diamati dioleskan pada kaca objek yang bersih
dan kering sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis, kemuian ditutup
dengan kaca preparat (cover glass).
- Preparat krim diletakkan pada tempat yang tersedia pada metalograf.
Pengamatan dilakukan dengan pembesaran 400 kali. Krim dinyatakan
homogen apabila krim mempunyai fase dalam yang tampak rata dan tidak
menggumpal.
3) Uji Viskositas (sifat Aliran)
Secara umum kenaikan viskositas akan meningkatkan stabilitas sediaan.
Walaupun viskositas merupakan kriteria penampilan pokok, penggunaannya
untuk pengkajian shelf-life tidak berkenaan dengan harga viskositas absolut,
tetapi engan perubahan dalam viskositas selama penyimpanan. Pada saat
menguji viskositas dapat diketahui kecenderungan atau kemajuan terjadinya
creaming dan breaking. Menggunakan viskometer ostwald.
4) Uji pH
Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 karena
jika krim memiliki pH yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik,
sedangkan pH yang terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit.
Untuk membantu kulit mempertahankan pH, beberapa sediaan topikal
disesuaikan dengan pH kulit. pH krim dapat dengan mudah diketahui dengan
14
menggunakan pH meter (dengan metode standar) atau dengan ”test Paper”
(kertas indikator).
5) Uji Pemisahan fase
Becher menyatakan bahwa sentrifugasi pada 3750 rpm dalam suatu radius
sentrifugasi 10 cm untuk waktu 5 jam setar dengan efek gravitasi untuk kira-
kira satu tahun, sedangkan hukum stokes menunjukkan bahwa pembentukkan
krim merupakan suatu fungsi gravitasi dan karenanya kenaikan dalam
garvitasi mempercepat pemisahan.
Dilakukan dengan menggunakan alat sentrifugator, yaitu dengan cara
sebagai berikut :
a. Sejumlah krim dimasukkan kedalam tabung sentifus berukuran 10 cm
dan ukur tingi krim tersebut sebelum disentrifuse.
b. Tabung sentrifuse yang berisi krim dimasukkan kedalam sentrifusgator
5.500 rpm selama 15 menit.
c. Setelah 15 menit, tinggi diukur kembali setelah disentrifuse.
Tinggi krim awal dengan krim akhir dibandingkan.
6) Uji Penentuan Tipe Emulsi
Untuk penentuan tipe emulsi terdapat sejumlah cara, yaitu dengan metode
warna, metode pengenceran, metode pencucian, percobaan cincin dan
pengukuran daya hantar.
Penentuan tipe emulsi dilakukan terhadap setiap formula selama 6 minggu,
dengan pengamatan sebanyak 7 kali (selang waktu 1 minggu). Pengujian
dilakukan dengan cara mencampur krim dengan beberapa tetes larutan bahan
pewarna larut air (Metilen biru) dan bahan pewarna larut lemak (Sudan III) di
atas kaca objek. Amati dengan mikroskop.
Hasilnya :
a. Emulsi minyak dalam air
Pada penambahan Metilen biru, tetesan cairan (fase dalam) tidak
berwarna, sedangkan dasar emulsi (fase luar) berwarna biru. Atau
pada penambahan Sudan III, tetesan cairan (Fase dalam) berwarna
merah, sedangkan fase luarnya tidak berwarna.
b. Emulsi air dalam minyak
Pada penambahan Metilen biru, tetesan cairan (ase dalam) berwarna
biru, sedangkan dasar emulsi (fase luar) tidak berwarna. Atau paa
penambahan Sudan III, tetesan cairan (fase dalam) tidak berwarna,
sedangkan fase luarnya berwarna merah.
Cream dikatakan stabil jika :
- Tidak ada perubahan yang berarti dalam ukuran partikel atau distribusi
partikel dari globul fasa dalam selama life time produk.
- Distribusi globul yang teremulsi adalah homogen.
- Memiliki aliran tiksotropik (mudah mengalir atau tersebar tetapi
memiliki viskositas yang tinggi untuk meningkatkan stabilitas
fisiknya).
- Tidak terjadi koalesen fasa internal, creaming dan perubahan
penampilan, bau, warna, serta sifat fisik yang lain.
15
7) Uji Stabilitas Dipercepat :
Analisis frekuensi ukuran dari emulsi dari waktu kewaktu dengan makin
lamanya produk etrsebut. Untuk emulsi yang pecah dengan cepat,
penyelidikan mikroskopik dari fase dalam yang terpisah sudah cukup.

C. Uji Isi Minimum ( FI Edisi IV )


- Pengujian krim yang dikemas dalam wadah dengan etiket yang
mencantumkan bobot bersih tidak lebih dari 10 g.
- Ambil 10 contoh, isi wadah dikeluarkan, bersihkan dan keringkan,
timbang wadah.
- Timbang lagi masing-masing wadah yang kering dan bersih beserta
bagian-bagiannya.
- Perbedaan antara kedua penimbangan adalah bobot bersih isi wadah.
- Bobot bersih + isi dan wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada
etiket dan tidak satu pun wadah yang bobot bersih isinya kurang dari 90%
dan bobot yang tertera pada etiket untuk bobot ≤ 60 g dan tidak kurang
dari 95% dari bobot yang tertera pada etiket. Untuk bobot lebih besar dari
60 g dan lebih dari 150 g. Jika persyaratan ini tidak terpenuhi, tetapkan
bobot minimum.

16
BAB VI
BROSUR & KEMASAN

Netto: 10 g

Mengandung Estrogen Concenterate (Growth Hormone)


Indikasi, Pemakaian, Penyimpanan Lihat brosur.

Dibuat oleh :
Pharmacetical Laboratorium-ISTN
Jakarta-Indonesia

Netto : 10 g

Simpan pada suhu kamar dan terlindung


dari cahaya matahari.

No. POM CD 1005600327


Sub Kategori: Anti aging & anti wrinkle

Gambar 4. Desain dus cream anti aging


Netto : 10 g
CREAM Netto : 10 gram
® ®
ANTI ANTIAGING CREAM ANTI AGING
Komposisi : Komposisi :
Mengandung Estrogen concenterate(Growth Hormone)
Mengandung :
Estrogen concenterate (Growth Hormone)
Indikasi : Anti keriput pada kelopak mata dan mencegah penuaan dini

Indikasi : No. POM CD 1005600327


Antioksidan Kategori: Sediaan Perawatan Kulit
Sub Kategori: Anti aging & anti wrinkle
Menyamarkan kerutan dan keriput
Membatasi pembentukan garis – garis halus wajah
Mencegah penuaan dini Dibuat oleh :
Pharmacetical Laboratorics-ISTN
Pemakaian : Jakarta-Indonesia
Oleskan tipis pada kelopak mata dan wajah

Penyimpanan :
Simpan pada suhu kamar dan terlindung dari
cahaya matahari

Kemasan :
Dus, tube 10 g

No. POM CD 1005600327


Kategori: Sediaan Perawatan Kulit
Sub Kategori: Anti aging & anti wrinkle

Dibuat oleh : 17
Pharmacetical Laboratorics-ISTN
Jakarta-Indonesia
Contoh kemasan/wadah

18
KESIMPULAN

Berdasarkan teori diatas dapat kita simpulkan bahwa aging bukanlah proses
alami atau takdir atau God’s will, tetapi adalah sama dengan proses terjadinya suatu
penyakit. Situasi ini sama dengan kita menghadapi proses aging atau penuaan, yang
ternyata diakibatkan antara lain menurunnya sekresi Hormon pertumbuhan, sistem
imunitas menurun dan adanya radikal bebas akibat oksidasi oxigen. Berarti aging atau
proses penuaan dapat kita cegah maupun kita terapi.
Cream anti aging adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar untuk
digunakan mencegah proses degeneratif. Tipe cream ada 2, yaitu tipe air minyak
(w/o) dan tipe minyak air (o/w). Cream anti aging memiliki kriteria: mudah dioleskan
merata, mudah dicuci bersih dari daerah lekatan, tidak berbau tengik, bebas partikulat
keras dan tajam, tidak mengiritasi kulit dan stabil dalam penyimpanan. Tanpa
memperhatikan tipe emulsi w/o atau o/w, pembuatan cream anti aging sama.
Komponen cream anti aging adalah: fase minyak (hidrokarbon, lilin, asam lemak dll),
fase air (humektan, alkohol, pengental dan air murni), surfaktan/emulgator dan bahan
tambahan antioksidan (-tokoferol, as. Askorbat/Vitamin C), pengawet, antikelat,
antimikroba, farfum, dll. Evaluasi yang dilakukan pada sediaan cream anti aging,
yaitu uji mikrobiologi, uji stabilitas (organoleptis, homogenitas, viskositas, pH,
pemisahan fase, penentuan tipe)

Anti-aging creams umumnya krim pelembab berbasis cosmeceutical produk


perawatan kulit yang dipasarkan dengan janji membuat konsumen tampak terlihat
lebih muda dengan mengurangi kerutan, garis-garis ekspresi, cacat, perubahan
pigmentasi, discolourations dan lingkungan lainnya (terutama dari matahari) terkait
kondisi kulit.

19
DAFTAR PUSTAKA

H.D Goulden, Emil G Harmann Donald, H. Power edward sagarin.1957.Cosmetics


science and technology. Interscience Publishers Inc: New york
Harry’s Cosmetology eigth edition, edited by Matin M. Rieger, Ph.d, Chemical
Publishing Co, Inc New York 2000
New cosmetic science, edited takeo mitsui, Ph.d Former Senior Executive Director
And Director Research And Development Division Shiseido Co. Ltd 1997.
Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Dr. Retno Iswari Tranggono, Sp.KK, &
Dra. Fatma Latifah, Apt
Wasiaatmadja, Syarif. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik.UI-Press: Jakarta
Ainnley Wada And Paul J. Weller, Handbook Of Pharmaceutical Exipients.
Cyril A Keele, M.D and Eric Neil, M.D. “Samson Wright’s Applied Physiology”.
Oxford University Press, Twelfth Edition, 1971. § 57 (494-500)
International Hormone Society, “A Practical Application of Treating Adult Hormone
Deficiencies”, First Practical Symposium, Las Vegas November 30th –
December 1th 2004.
Robert Berkow, M.D., Editor. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy.
Thirteenth edition 1977. Chapter 12, 1244 – 1265.
Ronald Klatz, M.D . “Ten Weeks To A Younger You” . Copyright 1999: 17 – 26
Wintrobe, Thorn, Adams, Braunwald, Isselbacher. Petersdorf. Harrison’s “Prinsiples
of Internal Medicine” Copyright 1974 by McGraw-Hill, Inc. Section 3
Hormonal disorders. 444,447,465.
Cosmeology-Theory and Practice, Karlheinz and Andreas Domsch, volume III, 2005
Rieyer M. R., 2000, Harry’s Cosmetiology, Eighth Edition, Chemical Publishig Co.,
Inc., New York.
Immanuel, Suzanna. Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine. Artikel
dari Cermin Dunia Kedokteran vol. 35 no. 2/161 (Apr. 2008), halaman 82
Mykytyn, Courtney Everts. Anti Aging Medicine : A Patient / Practitioner Movement
to Redefine Aging: Artikel dari Social Science & Medicine
(www.elsevier.com/locate/sosscimed) vol.62 no.3 (Feb.2006), halaman 643-653

20

You might also like