You are on page 1of 55

Piagam Madinah

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah SAW, di kalangan mukminin dan
muslimin (yang berasal dari) Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikui
mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.

Pasal 1
Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komuitas) manusia lain.

Pasal 2
Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu
membayar diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara
baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 3
Banu Auf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di
antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik
dan adil di antara mukminin.

Pasal 4
Banu Sa’idah sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat
di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan
baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 5
Banu Al-Hars sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat
di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan
baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 6
Banu Jusyam sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat
di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan
baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 7
Banu An-Najjar sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar
diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan
baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 8
Banu ‘Amr bin ‘Awf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu
membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan
tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 9
Banu Al-Nabit sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat
di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan
baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 10
Banu Al-‘Aws sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat
di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan
baik dan adil di antara mukminin.

Pasal 11
Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat menanggung utang
diantara mereka tetapi membantunya dengan baik dalam poembayaran tebusan atau diat.

Pasal 12
Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan dengan sekutu mukmin
lainnya tanpa persetujuan dari padanya.

Pasal 13
Orang-orang mukmin yang taqwa harus menentang orangyang diantara mereka mencari
atau menuntut sesuatu secara zalim , jahat, melakukan permusuhan atau kerusakan di
kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya, sekalipun ia anak
dari salah seorang di antara mereka.

Pasal 14
Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran membunuh
orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang kafir untuk (membunuh)
orang beriman.

Pasal 15
Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikaj oleh mereka yang dekat.
Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada golongan lain.

Pasal 16
Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan,
sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya.

Pasal 17
Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat perdamaian
tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Allah, kecuali atas
dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.

Pasal 18
Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu membahu satu sama lain.

Pasal 19
Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam peperangan di
jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk yang terbaik dan
lurus.

Pasal 20
Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik) Quraisy,
dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.

Pasal 21
Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas perbuatannya, harus
dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela (menerima diat). Segenap orang beriman
harus bersatu dalam menghukumnya.

Pasal 22
Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah dan Hari
Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman kepadanya. Siapa
yang memberi bantuan dan menyediakan tempat tinggal bagi pelanggar itu, akan
mendapat kutukan dari Allah pada hari kiamat, dan tidak diterima dari padanya
penyesalan dan tebusan.

Pasal 23
Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah
Azza Wa Jalla dan (keputusan) Muhammad SAW.

Pasal 24
Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.

Pasal 25
Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi
agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku)
bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal
demikian akan merusak diri dan keluarga.

Pasal 26
Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 27
Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 28
Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 29
Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 30
Kaum Yahudi Banu Al-‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 31
Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 32
Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 33
Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Pasal 34
Sekutu-sekutu Sa’labah diperlakukan sama seperti mereka (Banu Sa’labah).

Pasal 35
Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).

Pasal 36
Tidak seorang pun dibenarkan (untuk berperang), kecuali seizin Muhammad SAW. Ia
tidak boleh dihalangi (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang lain). Siapa
berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan menimpa diri dan
keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesunggunya Allah sangat membenarkan ketentuan ini.

Pasal 37
Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi mauk muslimin ada kewajiban biaya.
Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam menghadapi musuh piagam ini.
Mereka saling memberi saran dan nasehat. Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang
tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada
pihak yang teraniaya.

Pasal 38
Kaum Yahudi memikul bersama mukiminin selama dalam peperangan.

Pasal 39
Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga piagam ini.

Pasal 40
Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang tidak
bertindak merugikan dan tidak khianat.

Pasal 41
Tidak boleh jaminan diberikan kecuali seizin ahlinya.

Pasal 42
Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini, yang
dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut (ketentuan)
Allah Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah paling
memelihara dan memandang baik isi piagam ini.

Pasal 43
Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi pendukung
mereka.

Pasal 44
Mereka (pendukung piagam) bahu membahu dalam menghadapi penyerang kota Yatsrib.

Pasal 45
Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan)
memenuhi perdamaian serta melaksankan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus
dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi
ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang
agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya.

Pasal 46
Kaum Yahudi Al-‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban seperti
kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari semua
pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan
(pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Sesungguhnya
Allah paling
membenarkan dan memandang baik isi piagam ini.

Pasal 47
Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang keluar
(bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim dan
khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad
Rasulullah SAW.
Perjanjian Hudaibiyah

Suatu ketika selagi masih berada di Madinah, Rasulullah SAW bermimpi bahwa
beliau bersama para sahabat memasuki Masjidil-Haram, mengambil kunci
Ka’bah, melaksanakan thawaf dan umrah, sebagian sahabat ada yang mencukur
dan sebagain lain ada yang memendekkan rambutnya Beliau menyampaikan
mimpinya kepada para sahabat dan mereka tampak senang, karena menurut
perkiraan pada tahun itu pula mereka bisa memasuki Makkah. Tidak lama
kemudian beliau menyatakan hendak melakukan umroh. Maka mereka
melakukan persiapan untuk mengadakan perjalanan jauh.

Informasi tersebut ternyata begitu cepat terdengar oleh Quraisy dan mereka
mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid Bin Al-Walid untuk melakukan
berbagai upaya guna menghalang-halangin kaum muslimin memasuki Masjidil-
Haram. Sehingga Rasululloh harus mengalihkan jalur perjalanan untuk
menghindari bentrokan fisik meski harus mengambil jalur yang sulit dan berat di
antara celah-celah gunung melewati Al-Hamsy menuju Tsaniyyatul-Murar
sebelum turun ke hudaibiyah.

Upaya Quraisy tersebut belum juga berujung kata menyerah, beberapa utusan
pun dikirim untuk melancarkan misinya, seperti Urwah bin Mas’ud Ats-yang
akhirnya harus berhadapan dengan keponakannya sendiri Al-Mughirah bin
Syu’bah yang tak lain adalah ajudan Rasululloh yang siap membelanya kapan
pun. Negosiasi yang dilakukan pihak Quraisy di level pimpinan, ternyata tidak
sinergis dengan para pemudanya yang dengan semangat membara terus
memancing bara peperangan dengan menyusup ke barisan kaum muslimin.
Muhammad bin Maslamah yang bertugas sebagai komandan berhasil
menangkap mereka dan setelah diserahkan ke Rasulullah, beliau pun memaafkan
mereka karena sejak semula menginginkan suasana damai (Q.S. Al-Fath:24).

Sarana Diplomasi

Sejak peristiwa itu, Rasululloh menegaskan kepada Quraisy sikap dan tujuan
beliau dalam perjalanan kali ini, adalah bukan untuk berperang, tapi datang
hendak melaksanakan umrah. Awalnya Umar bin Khathab yang didaulat, namun
menyadari posisinya di Makkah yang tidak mendapat dukungan dari sanak
keluarganya Bani Ka’b, maka dipilihlah Ustamn bin Affan untuk menyampaikan
maksud tersebut kepada Quraisy. Perjalanan ke arah negosiasi ini pun sempat
menimbulkan isu terbunuhnya Ustman karena cukup lamanya Quraisy menahan
Ustman bin Affan di Makkah. Isu ini terdengar juga oleh Rasulullah dan beliau
bersabda, “kita tidak akan beranjak sebelum membereskan urusan dengan
mereka” dan terjadilan Baiat Ridhwan (karena dilaksanakan di bawah sebuah
pohon), dan setelah proses baiat itu selesai, Utsman bin Affan muncul dan ikut
berbaiat.
Posisi Quraisy yang demikian terjepit telah disadari dan diutuslah Suhail bin
Amr guna mengadakan diplomasi, yang intinya menegaskan kepada Rasululloh
untuk pulang ke Madinah. Setelah bertemu Rosul, kedua belah pihak
menyepakati klausul-klausul perjanjian sebagai berikut :
1. Rasulullah harus pulang ke Madinah Tahun ini dan tidak boleh memasuki
Makkah kecuali tahun depan bersama orang-orang muslim, dan mereka diberi
jangka waktu 3 hari berada di Makkah dan hanya boleh membawa senjata yang
biasa di bawa musafir, yaitu pedang yang disarungkan dan Quraisy tidak
menghalangi dengan cara apa pun.
2. Gencatan senjata kedua belah pihak selama 10 tahun dan sebagian tidak boleh
memerangi sebagian yang lain.
3. Barangsiapa yang ingin bergabung dengan pihak Muhammad dan
perjanjiannya, maka dia boleh melakukannya begitu juga yang akan bergabung
dengan pihak Quraisy, dan kabilah yang bergabung tersebut menjadi bagian dari
pihak tersebut, sehingga penyerangan yang ditujukan kepada kabilah tertentu,
dianggap sebagai penyerangan terhadap pihak yang bersangkutan dengannya.
4. Siapa pun orang Quraisy yang mendatangi Muhammad tanpa izin walinya,
maka dia harus dikembalikan kepada pihak Quraisy, dan siapa pun dari pihak
Muhammad yang mendatangi Quraisy tanpa izin walinya, maka dia tidak boleh
dikembalikan kepadanya.

Setelah perjanjian selesai ditulis, Rasulullah memerintahkan untuk menyembelih


hewan Qurban dan mencukur rambut sebagai tanda umroh, namun hal ini tidak
dilaksanakan oleh para sahabat. Akhirnya atas saran Ummu Salamah, beliau
melakukannya sendiri dan akhirnya diikuti oleh sahabat yang lain.

Pelajaran dari Klausul-Klausul Perjanjian

Kemenangan yang amat besar bagi kaum muslimin setelah sekian lama tidak
diakui oleh Quraisy bahkan hendak diberantas sampai akar-akarnya, di samping
orang-orang Quraisy merasa tidak sanggup lagi menghadapi kaum muslimin.
Dikukuhkan dalam Firman-Nya Q.S. Al-Fath:1, “sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” Berikut hal-hal yang dapat
dipetik dari per-klausulnya:
1. Klausul ketiga menunjukkan pihak Quraisy lupa terhadap kedudukannya
sebagai pemegang roda kehidupan dunia dan kepemimpinan agam, mereka lebih
memikirkan keselamatan diri mereka sendiri. Artinya kalau pun semua orang
baik Arab maupun selain Arab masuk Islam, mereka tidak memedulikannya dan
tidak akan ikut campur, hal ini merupakan kegagalan yang telak bagi Quraisy dan
kemenangan bagi pihak muslim. Terbukti jumlah kaum muslimin yang tidak
lebihd ari 3000 orang sebelum genjatan senjata, semakin bertambah setelah
masa dua tahun menjadi sepuluh ribu.
2. Klausul kedua, bahwa perjanjian genjatan senjata yang disepakati berlaku
selama sepuluh tahun, tentu akan membatasi kedengkian dan dendam mereka.
Lagi-lagi ini adalah kemenangan yang besar karena pihak Quraisy lah yang
mengawali peperangan.
3. Klausul pertama merupakan pagar pembatas bagi Quraisy, sehingga mereka
tidak bisa menghalangi seseorang memasuki Masjidil-Haram, karena
pembatasan yang disepakati hanya selama satu tahun.
4. Klausul keempat, celah ini sebenarnya tidak banyak berarti dan tidak
membahayakan kaum muslim. Karena bagi penduduk Makkah yang masuk
Islam, kalau pun tidak bisa datang ke Madinah, toh bumi Allah itu amat luas.

I. Pembentukan Ummat
Pasal 1

Sesungguhnya mereka satu bangsa negara (ummat), bebas dari (pengaruh dan kekuasaan)
manusia.

Pasal 2

Kaum Muhajirin dari Quraisy tetap mempunyai hak asli mereka, saling menanggung,
membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat) karena suatu pembunuhan, dengan
cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman.

Pasal 3

1. Banu 'Awf (dari Yathrib) tetap mempunyai hak asli mereka, tanggung
menanggung uang tebusan darah (diyat).
2. Dan setiap keluarga dari mereka membayar bersama akan uang tebusan dengan
baik dan adil di antara orang-orang beriman.

Pasal 4

1. Banu Sa'idah (dari Yathrib) tetap atas hak asli mereka, tanggung menanggung
wang tebusan mereka.
2. Dan setiap keluarga dari mereka membayar bersama akan wang tebusan dengan
baik dan adil di antara orang-orang beriman.

Pasal 5

1. Banul-Harts (dari suku Yathrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka, saling
tanggung-menanggung untuk membayar uang tebusan darah (diyat) di antara
mereka.
2. Setiap keluarga (tha'ifah) dapat membayar tebusan dengan secara baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman.

Pasal 6
1. Banu Jusyam (dari suku Yathrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka,
tanggung-menanggung membayar wang tebusan darah (diyat) di antara mereka.
2. Setiap keluarga (tha'ifah) dapat membayar tebusan dengan secara baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman

Pasal 7

1. Banu Najjar (dari suku Yathrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka,
tanggung-menanggung membayar wang tebusan darah (diyat) dengan secara baik
dan adil.
2. Setiap keluarga (tha'ifah) dapat membayar tebusan dengan secara baik dan adil di
kalangan orang beriman.

Pasal 8

1. Banu 'Amrin (dari suku Yathrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka,
tanggung-menanggung membayar wang tebusan darah (diyat) di antara mereka.
2. Setiap keluarga (tha'ifah) dapat membayar tebusan dengan secara baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman.

Pasal 9

1. Banu An-Nabiet (dari suku Yathrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka,
tanggung-menanggung membayar wang tebusan darah (diyat) di antara mereka.
2. Setiap keluarga (tha'ifah) dapat membayar tebusan dengan secara baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman.

Pasal 10

1. Banu Aws (dari suku Yathrib) berpegang atas hak-hak asli mereka, tanggung-
menanggung membayar wang tebusan darah (diyat) di antara mereka.
2. Setiap keluarga (tha'ifah) dapat membayar tebusan dengan secara baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman.

III. Persatuan Se-agama


Pasal 11

Sesungguhnya orang-orang beriman tidak akan melalaikan tanggung jawabnya untuk


memberi sumbangan bagi orang-orang yang berhutang, karena membayar uang tebusan
darah dengan secara baik dan adil di kalangan orang-orang beriman.

Pasal 12
Tidak seorang pun dari orang-orang yang beriman dibolehkan membuat persekutuan
dengan teman sekutu dari orang yang beriman lainnya, tanpa persetujuan terlebih dahulu
dari padanya.

Pasal 13

1. Segenap orang-orang beriman yang bertaqwa harus menentang setiap orang yang
berbuat kesalahan , melanggar ketertiban, penipuan, permusuhan atau pengacauan
di kalangan masyarakat orang-orang beriman.
2. Kebulatan persatuan mereka terhadap orang-orang yang bersalah merupakan
tangan yang satu, walaupun terhadap anak-anak mereka sendiri.

Pasal 14

1. Tidak diperkenankan seseorang yang beriman membunuh seorang beriman


lainnya karena lantaran seorang yang tidak beriman.
2. Tidak pula diperkenankan seorang yang beriman membantu seorang yang kafir
untuk melawan seorang yang beriman lainnya.

Pasal 15

1. Jaminan Tuhan adalah satu dan merata, melindungi nasib orang-orang yang
lemah.
2. Segenap orang-orang yang beriman harus jamin-menjamin dan setiakawan
sesama mereka daripada (gangguan) manusia lain

IV. Persatuan Segenap Warga Negara


Pasal 16

Bahwa sesungguhnya kaum-bangsa Yahudi yang setia kepada (negara) kita, berhak
mendapatkan bantuan dan perlindungan, tidak boleh dikurangi haknya dan tidak boleh
diasingkan dari pergaulan umum.

Pasal 17

1. Perdamaian dari orang-orang beriman adalah satu


2. Tidak diperkenankan segolongan orang-orang yang beriman membuat perjanjian
tanpa ikut sertanya segolongan lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Tuhan,
kecuali atas dasar persamaan dan adil di antara mereka.

Pasal 18

Setiap penyerangan yang dilakukan terhadap kita, merupakan tantangan terhadap


semuanya yang harus memperkuat persatuan antara segenap golongan.
Pasal 19

1. Segenap orang-orang yang beriman harus memberikan pembelaan atas tiap-tiap


darah yang tertumpah di jalan Tuhan.
2. Setiap orang beriman yang bertaqwa harus berteguh hati atas jalan yang baik dan
kuat.

Pasal 20

1. Perlindungan yang diberikan oleh seorang yang tidak beriman (musyrik) terhadap
harta dan jiwa seorang musuh Quraisy, tidaklah diakui.
2. Campur tangan apapun tidaklah diijinkan atas kerugian seorang yang beriman.

Pasal 21

1. Barangsiapa yang membunuh akan seorang yang beriman dengan cukup bukti
atas perbuatannya harus dihukum bunuh atasnya, kecuali kalau wali (keluarga
yang berhak) dari si terbunuh bersedia dan rela menerima ganti kerugian (diyat).
2. Segenap warga yang beriman harus bulat bersatu mengutuk perbuatan itu, dan
tidak diizinkan selain daripada menghukum kejahatan itu.

Pasal 22

1. Tidak dibenarkan bagi setiap orang yang mengakui piagam ini dan percaya
kepada Tuhan dan hari akhir, akan membantu orang-orang yang salah, dan
memberikan tempat kediaman baginya.
2. Siapa yang memberikan bantuan atau memberikan tempat tinggal bagi
pengkhianat-pengkhianat negara atau orang-orang yang salah, akan mendapatkan
kutukan dan kemurkaan Tuhan di hari kiamat nanti, dan tidak diterima segala
pengakuan dan kesaksiannya.

Pasal 23

Apabila timbul perbedaan pendapat di antara kamu di dalam suatu soal, maka
kembalikanlah penyelesaiannya pada (hukum) Tuhan dan (keputusan) Muhammad SAW.

V. Golongan Minoritas
Pasal 24

Warganegara (dari golongan) Yahudi memikul biaya bersama-sama dengan kaum


beriman, selama negara dalam peperangan.

Pasal 25
1. Kaum Yahudi dari suku 'Awf adalah satu bangsa-negara (ummat) dengan warga
yang beriman.
2. Kaum Yahudi bebas memeluk agama mereka, sebagai kaum Muslimin bebas
memeluk agama mereka.
3. Kebebasan ini berlaku juga terhadap pengikut-pengikut/sekutu-sekutu mereka,
dan diri mereka sendiri.
4. Kecuali kalau ada yang mengacau dan berbuat kejahatan, yang menimpa diri
orang yang bersangkutan dan keluarganya.

Pasal 26

Kaum Yahudi dari Banu Najjar diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari Banu 'Awf
di atas

Pasal 27

Kaum Yahudi dari Banul-Harts diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari Banu 'Awf
di atas

Pasal 28

Kaum Yahudi dari Banu Sa'idah diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari Banu 'Awf
di atas

Pasal 29

Kaum Yahudi dari Banu Jusyam diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari Banu 'Awf
di atas

Pasal 30

Kaum Yahudi dari Banu Aws diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari Banu 'Awf di
atas

Pasal 31

1. Kaum Yahudi dari Banu Tsa'labah, diperlakukan sama seperti kaum yahudi dari
Banu 'Awf di atas
2. Kecuali orang yang mengacau atau berbuat kejahatan, maka ganjaran dari
pengacauan dan kejahatannya itu menimpa dirinya dan keluarganya.

Pasal 32

Suku Jafnah adalah bertali darah dengan kaum Yahudi dari Banu Tsa'labah, diperlakukan
sama seperti Banu Tsa'labah
Pasal 33

1. Banu Syuthaibah diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari Banu 'Awf di atas.
2. Sikap yang baik harus dapat membendung segala penyelewengan.

Pasal 34

Pengikut-pengikut/sekutu-sekutu dari Banu Tsa'labah, diperlakukan sama seperti Banu


Tsa'labah.

Pasal 35

Segala pegawai-pegawai dan pembela-pembela kaum Yahudi, diperlakukan sama seperti


kaum Yahudi.

VI. Tugas Warga Negara


Pasal 36

1. Tidak seorang pun diperbolehkan bertindak keluar, tanpa ijinnya Muhammad


SAW
2. Seorang warga negara dapat membalaskan kejahatan luka yang dilakukan orang
kepadanya
3. Siapa yang berbuat kejahatan, maka ganjaran kejahatan itu menimpa dirinya dan
keluarganya, kecuali untuk membela diri
4. Tuhan melindungi akan orang-orang yang setia kepada piagam ini

Pasal 37

1. Kaum Yahudi memikul biaya negara, sebagai halnya kaum Muslimin memikul
biaya negara
2. Di antara segenap warga negara (Yahudi dan Muslimin) terjalin pembelaan untuk
menentang setiap musuh negara yang memerangi setiap peserta dari piagam ini
3. Di antara mereka harus terdapat saling nasihat-menasihati dan berbuat kebajikan,
dan menjauhi segala dosa
4. Seorang warga negara tidaklah dianggap bersalah, karena kesalahan yang dibuat
sahabat/sekutunya
5. Pertolongan, pembelaan, dan bantuan harus diberikan kepada orang/golongan
yang teraniaya

Pasal 38

Warga negara kaum Yahudi memikul biaya bersama-sama warganegara yang beriman,
selama peperangan masih terjadi
VII. Melindungi Negara
Pasal 39

Sesungguhnya kota Yatsrib, Ibukota Negara, tidak boleh dilanggar kehormatannya oleh
setiap peserta piagam ini

Pasal 40

Segala tetangga yang berdampingan rumah, harus diperlakukan sebagai diri-sendiri, tidak
boleh diganggu ketenteramannya, dan tidak diperlakukan salah

Pasal 41

Tidak seorang pun tetangga wanita boleh diganggu ketenteraman atau kehormatannya,
melainkan setiap kunjungan harus dengan izin suaminya

VIII. Pimpinan Negara


Pasal 42

1. Tidak boleh terjadi suatu peristiwa di antara peserta piagam ini atau terjadi
pertengkaran, melainkan segera dilaporkan dan diserahkan penyelesaiannya
menurut (hukum ) Tuhan dan (kebijaksanaan) utusan-Nya, Muhammad SAW
2. Tuhan berpegang teguh kepada piagam ini dan orang-orang yang setia kepadanya

[sunting] Pasal 43

Sesungguhnya (musuh) Quraisy tidak boleh dilindungi, begitu juga segala orang yang
membantu mereka

Pasal 44

Di kalangan warga negara sudah terikat janji pertahanan bersama untuk menentang setiap
agresor yang menyergap kota Yathrib

IX. Politik Perdamaian


Pasal 45

1. Apabila mereka diajak kepada pendamaian (dan) membuat perjanjian damai


(treaty), mereka tetap sedia untuk berdamai dan membuat perjanjian damai
2. Setiap kali ajakan pendamaian seperti demikian, sesungguhnya kaum yang
beriman harus melakukannya, kecuali terhadap orang (negara) yang menunjukkan
permusuhan terhadap agama (Islam)
3. Kewajiban atas setiap warganegara mengambil bahagian dari pihak mereka untuk
perdamaian itu

Pasal 46

1. Dan sesungguhnya kaum Yahudi dari Aws dan segala sekutu dan simpatisan
mereka, mempunyai kewajiban yang sama dengan segala peserta piagam untuk
kebaikan (pendamaian) itu
2. Sesungguhnya kebaikan (pendamaian) dapat menghilangkan segala kesalahan

X. Penutup
Pasal 47

1. Setiap orang (warganegara) yang berusaha, segala usahanya adalah atas dirinya
2. Sesungguhnya Tuhan menyertai akan segala peserta dari piagam ini, yang
menjalankannya dengan jujur dan sebaik-baiknya
3. Sesungguhnya tidaklah boleh piagam ini dipergunakan untuk melindungi orang-
orang yang dhalim dan bersalah
4. Sesungguhnya (mulai saat ini), orang-orang yang bepergian (keluar), adalah aman
5. Dan orang yang menetap adalah aman pula, kecuali orang-orang yang dhalim dan
berbuat salah
6. Sesungguhnya Tuhan melindungi orang (warganegara) yang baik dan bersikap
taqwa (waspada)
7. Dan (akhirnya) Muhammad adalah Pesuruh Tuhan, semoga Tuhan mencurahkan
shalawat dan kesejahteraan atasnya

PERJANJIAN HUDAIBIYAH (Bagian 2)

Baiat ar-Ridhwan
Utusan dari pihak Quraisy tetap tidak berhasil meyakinkan penduduk Makkah, bahwa
maksud kedatangan Rasulullah saw. dan rombongannya adalah untuk menunaikan
umrah. Perundingan di antara kedua belah pihak menemui jalan buntu. Masing-masing
pihak bersikukuh dengan maksudnya. Rasulullah saw. ingin tetap terus mengunjungi
Baitullah, sementara pihak Quraisy tidak mengizinkannya dan menghalang-halangi
kedatangan kaum Muslim.

Akhirnya, Rasulullah saw. mengambil inisiatif, memanggil Khirasy bin Umayah al-
Khuzai, lalu mengutusnya guna menemui orang-orang Quraisy. Beliau menyerahkan
untanya kepada Khirasy bin Umayah dan memerintahkan untuk menyampaikan pesan
kepada orang-orang Qurasiy. Tatkala Khirasy bin Umayah sampai di tempat orang-orang
Quraisy, mereka justru menyembelih unta yang ditunggangi Khirasy, dan bermaksud
hendak membunuh Khirasy bin Umayah. Akan tetapi, hal itu dicegah oleh sebagian
lainnya. Mereka melepaskan Khirasy dan kembali ke tempat Rasulullah saw.
Di tengah-tengah ketegangan yang semakin memuncak, pihak Quraisy melakukan
provokasi agar Rasulullah saw. terpancing melakukan peperangan. Dengan itu, pihak
Quraisy mempunyai alasan bahwa Rasulullah saw. yang pertama kali memulai
peperangan, dan untuk itu layak dihukum. Pihak Quraisy juga ingin menunjukkan bahwa
kunjungan Rasulullah saw. ke Baitullah hanyalah kedok untuk melakukan serangan tiba-
tiba terhadap penduduk Makkah.
Akan tetapi, provokasi mereka menemui kegagalan. Rasulullah saw. tetap tidak
terpancing untuk melakukan serangan atau memulai peperangan. Pihak Quraisy pun
menunggu-nunggu langkah apa yang akan dilakukan Rasulullah saw. selanjutnya.
Kemudian Rasulullah saw. memanggil Utsman bin Affan, memerintahkannya untuk
menemui Abu Sufyan bin Harb dan tokoh-tokoh Quraisy lainnya, sekaligus menjelaskan
kepada mereka bahwa beliau tidak datang untuk berperang, namun untuk mengunjungi
Baitullah dan mengagungkannya.
Utsman bin Affan berangkat ke Makkah dan berjumpa dengan Abban bin Said bin al-
Ash. Abban bin Said memberikan perlindungan kepadanya hingga ia bisa menyampaikan
pesan Rasulullah saw. Sesudah itu Utsman menjumpai Abu Sufyan bin Harb dan tokoh-
tokoh Quraisy, lalu menyampaikan pesan Rasulullah saw kepada mereka. Selesai
menyampaikan pesannya, mereka berkata kepada Utsman, "Apabila engkau ingin
melakukan thawaf, silakan saja."
Utsman bin Affan menjawab, "Aku tidak akan melakukan thawaf hingga Rasulullah saw
yang memulai thawaf."
Utsman bin Affan ditahan oleh orang-orang Quraisy di tempat mereka. Akan tetapi,
berita yang sampai kepada Rasulullah saw. dan kaum Muslim adalah Utsman bin Affan
dibunuh. Berita yang masih simpang-siur mengenai Utsman membuat Rasulullah saw.
dan kaum Muslim mempertimbangkan langkah-langkah berikutnya.
Tatkala Rasulullah saw. memperoleh berita bahwa Utsman bin Affan dibunuh, beliau
bersabda, "Kita tidak pulang hingga mengalahkan kaum tersebut."
Beliau lalu mengajak kaum Muslim untuk berbaiat. Lalu berlangsunglah Baiat ar-
Ridhwan yang dilakukan di bawah pohon. Mereka bertekad bulat, jika memang benar
Utsman bin Affan dibunuh, mereka akan menyerang dan memerangi penduduk Makkah
sampai mati.
Akan tetapi, tidak lama kemudian Utsman bin Affan kembali ke perkemahan Rasulullah
saw. Ia melaporkan apa yang telah dilihat dan dilakukannya. Sementara itu, ketegangan
di antara kedua belah pihak mulai mencair.

Perjanjian Hudaibiyah
Kemudian orang-orang Quraisy mengutus Suhail bin Amr, saudara Bani Amir bin Luai
kepada Rasulullah saw. Mereka berkata kepada Suhail, "Pergilah kepada Muhammad,
berdamailah dengannya, dan isi perdamaian itu adalah bahwa ia harus pergi dari tempat
kita tahun ini. Demi Allah, orang-orang tidak boleh memperbincangkan kita bahwa ia
datang kepada kami dengan kekerasan."
Suhail bin Amr berjumpa dengan Rasulullah saw. Melihat kedatangannya, Rasulullah
saw bersabda, "Orang-orang Quraisy menginginkan perdamaian dengan mengutus orang
ini."
Perundingan berlangsung sangat alot. Jalannya perundingan disaksikan oleh seluruh
rombongan Rasulullah saw. Tatkala segala sesuatunya sudah beres dan tinggal penulisan
(teks perjanjian), Umar bin al-Khaththab berdiri dan mendatangi Abu Bakar. Ia tampak
kurang berkenan dengan berbagai klausul perjanjian, tetapi jawaban Abu Bakar tidak
memuaskannya. Kemudian Umar mendatangi Rasulullah saw. dan bertanya kepada
Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, bukankah engkau adalah utusan Allah?"
Rasulullah saw menjawab, "Ya, memang benar."
Umar bertanya lagi, "Bukankah kita ini adalah kaum Muslim?"
Rasulullah saw. Menjawab, "Ya, memang benar."
Umar berkata lagi, "Bukankah mereka itu adalah orang-orang musyrik?"
Rasulullah saw. Menjawab, "Ya, memang benar."
Umar berkata, "Jika demikian, mengapa kita menerima kehinaan untuk agama kita?"
Lalu Rasulullah saw. Menjawab, "Aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak
akan menentang perintah Allah dan Dia tidak akan melalaikan aku."
Sesaat kemudian, Rasulullah saw. memanggil Ali bin Abi Thalib ra. dan berkata
kepadanya, "Tulislah: Bismillâhirrahmânirrahîm."
Suhail bin Amr menukas, "Aku tidak mengenal kata-kata itu. Tulis saja
Bismikallâhumma.
Rasulullah saw. pun berkata kepada Ali, "Tulislah Bismikallâhumma."
Ali bin Abi Thalib pun menuliskannya. Rasulullah saw. melanjutkan perkataannya
kepada Ali, "Tulislah: Ini adalah perjanjian antara Rasulullah dan Suhail bin Amr."
Suhail bin Amr menukas, "Jika aku memandangmu sebagai Rasulullah, aku pasti tidak
akan memerangimu. Tulis saja namamu dan nama ayahmu."
Rasulullah saw. pun berkata kepada Ali, "Tulislah: Ini adalah perjanjian antara
Muhammad bin Abdullah dan Suhail bin Amr. Keduanya berjanji untuk menghentikan
perang selama 10 tahun. Masing-masing pihak memberikan keamanan selama jangka
waktu tersebut. Masing-masing pihak saling menahan diri terhadap pihak lainnya.
Barangsiapa di antara orang-orang Quraisy datang kepada Muhammad tanpa izin
pemiliknya (walinya), maka ia harus dikembalikan kepadanya. Barangsiapa di antara
pengikut Muhammad pergi kepada orang-orang Quraisy, maka ia tidak dikembalikan
kepadanya. Kita harus menjalankan isi perjanjian. Pencurian dan pengkhianatan tidak
diperbolehkan. Barangsiapa ingin bergabung dengan perjanjian Muhammad, maka ia
masuk ke dalamnya. Barangsiapa yang ingin bergabung dengan perjanjian orang-orang
Quraisy, maka ia pun masuk ke dalamnya."
Orang-orang Khuza'ah berdiri, lalu berkata, "Kami bergabung ke dalam perjanjiannya
Muhammad."
Orang-orang Bani Bakr juga berdiri lalu berkata, "Kami bergabung ke dalam
perjanjiannya orang-orang Quraisy."
Isi perjanjian tersebut lanjutannya adalah: Engkau (Muhammad) pulang dari tempat kami
tahun ini dan tidak boleh memasuki Makkah pada tahun ini. Tahun depan kami keluar
Makkah, kemudian engkau memasuki Makkah dengan para sahabatmu. Engkau berada di
sana selama tiga hari dengan membawa senjata layaknya seorang musafir, yaitu pedang
di sarungnya dan tidak diperkenankan membawa persenjataan lainnya.
Setelah menyelesaikan perjanjian, Rasulullah saw. berjalan ke arah hewan
sembelihannya, lalu menyembelihnya; beliau pun duduk dan mencukur rambutnya
(tahallul). Kaum Muslim yang masih memendam kekecewaan terhadap klausul Perjanjian
Hudaibiyah, tatkala menyaksikan beliau menyembelih hewan sembelihan dan mencukur
rambut, mereka pun segera mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah saw.
Usai menyelesaikan seluruh keperluan kaum Muslim, Rasulullah saw. kembali ke kota
Madinah. Pada saat beliau berada diantara Makkah dan Madinah, turunlah surat al-Fath.
Sejak peristiwa ini tidak ada orang yang membicarakan Islam melainkan ia pasti masuk
ke dalamnya. Dalam jangka waktu dua tahun setelah peristiwa Perjanjian Hudaibiyah,
orang-orang yang masuk Islam jumlahnya sama dengan jumlah orang-orang yang masuk
Islam sebelum periode tersebut, bahkan lebih banyak lagi
Konsep Diabetes
Melitus
Written by Cyber Nurse
Thursday, 08 January 2009 12:12
a. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia. Glukosa secara

normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati

dari makanan yang dikonsumsi (Brunner & Sudda

rth, 2002).

b. Tipe Diabetes Melitus

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:

1. Diabetes Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

2. Diabetes tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM]), terjadi akibat penurunan sensitivitas

terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi

insulin

3. Diabetes Melitus tipe lain


4. Diabetes Melitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus [GDM])

c. Etiologi Diabetes Melitus

Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak

Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel ? dan

resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. Sel ? tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini

sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat

dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada

rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel ?

pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran,

2001).

d. Patofisiologi Diabetes Melitus (Brunner & Suddarth, 2002)

1. Diabetes Tipe I

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel ?

pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap

kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut

diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh

pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan

diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)

dan rasa haus (polidipsi).

2. Diabetes Tipe II

Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu:

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat

dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin

dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme

glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam

darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita

toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang

berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel ? tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat

danterjadi diabetes tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes

tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah

pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis

diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II

yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang

dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi

glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II

dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat

mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak

sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.

3. Diabetes Gestasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.

Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon

plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang

menderita diabetes gestasional akan kembali normal.


e. Manifestasi Klinis

Diagnosis DM Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) ditandai dengan

adanya gejala berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas dan berat badan turun.

Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur

dan impoteni pada pria serta pruritus vulva pada wanita.

f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk

DM, yaitu kelompok usia dewasa tua (> 40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi,

riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan bayi > 4000 gr,

riwayat DM pada kehamilan dan dislipidemia.

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah

sewaktu, kadar glukosa darah puasa. Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi

Glukosa Oral (TTGO) standar.

Cara pemeriksaan TTGO (WHO, 1985) adalah:

1. Tiga hari sebelum pemerksaan pasien makan seperti biasa.

2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.

3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.


4. Perikasa glukosa darah puasa.

5. Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam

waktu 5 menit.

6. Perikasa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.

7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperisa tetap istirahat dan tidak merokok.

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu

> 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. bila hasil pemeriksaan

glukosa darah meragukan, pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan

diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya

diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya

diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM

pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal.

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan

penyaring dan diagnosis (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena < 110 110 – 199 > 200


- Darah kapiler < 90 90 – 199 > 200

Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena < 110 110 – 125 > 126

- Darah kapiler < 90 90 – 109 > 110

A. Penatalaksanaan Medis

1. Perencanaan Makan

Tujuan penatalaksanan diet pada penderita diabetes adalah:

1. Memberikan semua unsur makanan esensial (mis. Vitamin dan mineral)

2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

3. Memenuhi kebutuhan energi

4. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan

kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan

praktis

5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat


6. mencegah komplikasi akut dan kronik

7. meningkatkan kualitas hidup

Prinsip dasar diit diabetes (Perencanaan Makan Penderita Diabetes Dengan Sistem

Unit, 1997)

Prinsip dasar diit diabetes adalah pemberian kalori sesuai dengan kebutuhan. Cara

sederhana untuk mengetahui kebutuhan dasar adalah sebagai berikut:

Untuk wanita : (Berat Badan Ideal x 25 kalori) ditambah 20 % untuk aktifitas

Untuk pria : (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20 % untuk aktifitas

Prinsip kedua adalah menghindari konsumsi gula dan makanan ynag mengandung

gula didalamnya. Sebaiknya juga menghindari konsumsi hidrat arang hasil dari

pabrik yang berupa tepung dengan segala produknya. Hidrat arang olahan ini akan

lebih cepat diubah menjadi gula di dalam darah.

Prinsip ketiga adalah mengurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari.

Tubuh penderita diabetes akan lebih mengalami kelebihan lemak darah, kelebihan

lemak ini berasal dari gula darah yang tidak terpakai sebagai energi.

Prinsip keempat adalah memperbanyak konsumsi serat dalam makanan. Yang

terbaik adalah serat yang larut air seperti pectin (ada dalam buah apel), segala jenis

kacang-kacangan dan biji-bijian (asal tidak digoreng!). serat larut air ini terbukti

dapat menurunkan kadar gula darah. Semua jenis serat akan memperbaiki
pencernaan, mempercepat masa transit usus, serta memperlambat penyerapan gula

dan lemak.

Perencanaan makan bagi penderita diabetes sesuai standar yang dianjurkan adalah

makanan dengan komposisi: Karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-

25%.makanan dengan komposisi KH sampai 70-75% masih memberikan hasil

yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan

lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA, Mono Unsaturated

Fatty Acid) dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak

jenuh. Jumlah kandungan serat 25 gr/hari, diutamakan serat larut. Pemanis buatan

yang tidak bergizi, yang aman dan dapat diterima untuk digunakan pasien diabetes

termasuk yang sedang hamil adalah: sakarin, aspartame, acesulfame, potassium

dan sucralose (PERKENI, 2002). Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,

status gizi, umur, ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (1997), Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Hartono, A.,

Kuncara, M., Ester, M., Edisi 8, Vol. 2, Jakarta: EGC

Waspadji, S. (1996), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, Jilid I, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Smetzer. (2001), Buku Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Waluyo, A., Edisi 8,

Vol. I, Jakara: EGC

Mansjoer, A. (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid pertama, Jakarta:

Media Aesculapius FKUI

Carpenito, L. (), Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, Jakarta: EGC

Sibbuea, W. (1997), Perencanaan Makan Penderita Diabetes Dengan sistem Unit,

Jakarta: Infomedika

Doenges, M. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Kariasa, M,. Sumarwati,

M., Edisi 3, Jakarta: EGC

Carpenito, L. (2000), Diagnosa Keperawatan, editor Ester, M,. Edisi 8, Jakarta: EGC

Atmosukarto, K. (2001), Terapi Nutrisi Kromium Untuk Penderita Diabetes, Majalah

Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XXIX, No. 2, Page 107-110

Sarwono, S. (1993), Sosiologi Kesehatan, Jogjakarta: UGM


http://forum.ciremai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7:konsep-
diabetes-melitus&catid=7:keperawatan-medikal-bedah&Itemid=20
ASKEP DIABETES MELLITUS
Posted on April 16, 2008 by harnawatiaj

1.Pengertian diabetes mellitus

- Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)
- Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi
sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
- Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
- Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Suyono, 2002).

2.Etiologi

Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti
dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah
merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih
satu penyebab yang mendasarinya.

Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a.Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus
dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita
diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat
yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.Faktor non genetik
1.)Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi
genetic terhadap diabetes mellitus.
2.)Nutrisi
a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)Malnutrisi protein
c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.)Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan
hyperglikemia sementara.
4.)Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi
glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat

3.Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :


a.Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu
dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian
insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya
pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b.Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang
dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1.)Non obesitas
2.)Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya
resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
c.Diabetes mellitus type lain
1.)diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes
karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
2.)Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.)diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak
dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi
hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini
meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

4.Patofisiologi

Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh
sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai
1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan
lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam
jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang
tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah
glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225
mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah
filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila
kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah
dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar
asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari
1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.

5.Gambaran Klinik

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :


Pada tahap awal sering ditemukan :
a.Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b.Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c.Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat
peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di
tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
walaupun banyak makan akan tetap kurus
e.Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

6.Diagnosis

Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes
mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika
keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang lebih
216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa
7.Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral
dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis
untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes
mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).

Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
a.Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein
20 %.
b.Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c.Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d.Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
a.Kurang tahan lapan dengan dietnya.
b.Mempunyai hyperkolestonemia.
c.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler
acident (cva) penyakit jantung koroner.
d.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum
ada nefropati yang nyata.
e.Telah menderita diabetes dari 15 tahun
Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita
diabetes terutama yang :
a.Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
b.Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
c.Masih muda perlu pertumbuhan.
d.Mengalami patah tulang.
e.Hamil dan menyusui.
f.Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g.Menderita tuberkulosis paru.
h.Menderita penyakit graves (morbus basedou).
i.Menderita selulitis.
j.Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar
tinggi.
Indikasi B2 dan B3
Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya
masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet B2
a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.
b.Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak)
hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
c.Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.
Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers
kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat diet B3
a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b.Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
c.Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila
tidak akan merubah jumlah protein).
d.Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
e.Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan
secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk
menurunkan BB.
Penyuluhan kesehatan.
Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media
cetak dan elektronik.

8.Komplikasi

a.Akut
1.)Hypoglikemia
2.)Ketoasidosis
3.)Diabetik
b.Kronik
1.)Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi, pembuluh darah otak.
2.)Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.)Neuropati diabetic.

B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode
ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis
dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan
rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem endokrin.

1.Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama,
sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a.Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas
bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c.Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.
f.Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada
pria.

2.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak
dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

3.Rencana Keperawatan
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan
kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.
3.)Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.
4.)Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respons pasien secara individual.

b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2.)Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan
utilisasinya).
3.)Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan
makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.)Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga
untuk memahami nutrisi pasien.
5.)Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.


Tujuan :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan
keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3).Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
4).Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan
resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.

d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak
dengan realitas.
3.)Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan
sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4.)Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,
kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan
kulit dan gangguan keseimbangan.

e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.


Tujuan :
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan.
Intervensi :
1.)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas
meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.)Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.)Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan
aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.)Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi.

f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak


dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil
tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.)Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di
rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan
masalah.
2.)Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri
sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin
mengganggu kemampuan koping.
3.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri
dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan
gejala dengan faktor penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1.)Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.
2.)Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan
dalam memilih gaya hidup.
3.)Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam
merencanakan makan/mentaati program.
4.)Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan
pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-diabetes-mellitus/

Asuhan keperawatan medikal bedah


Agustus 23rd, 2009

Asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes melitus

1. Pengertian

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan


metabolik akibat gangguan hormonal yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, di sertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron ( Mansjoer Arif
dkk, 1999 ).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi Diabetes Melitus terdiri atas :

a. Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)

b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM).


c. Gestational Diabetes Melitus pada golongan ini hanya terjadi pada ibu
hamil.

d. Gangguan toleransi glukosa.

e. Malnutrisi Related Diabetes Melitus.

3. Anatomi dan Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan , strukturnya sangat mirip dengan


kelenjar ludah, panjangnya kurang lebih 15 cm, mulai dari duodenum sampai
limpa, terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang
retroperitonial dan terdiri dari tiga bagian, yaitu :

a. Kepala pankreas

b. Badan pankreas

c. Ekor pankreas

4. Etiologi

Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes tergantung insulin disebabkan
oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) disebabkan kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh sel hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa
bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami
desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer. A dkk, 1999).

5. Patofisiologi

Keadaan tubuh yang sehat makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin serta
air dalam saluran cerna dipecah menjadi polisakarida, glukosa menjadi monosakarida,
mengalir dalam pembuluh darah vena porta sehingga terjadi rangsang sel beta pankreas
untuk mengeluarkan insulin. Monosakarida disimpan diotot dan hati sebagai dalam
glikogen, sisanya beredar dalam pembuluh darah dan dikontrol oleh insulin.

Jika glukosa berkurang maka terjadi pemecahan glikogen yang disebabkan oleh
reaksi glikogenolisis. Sedangkan bila kadar glukosa berlebihan maka disimpan
dalam bentuk glikogen, reaksi ini disebut glikogenesis.
Pada penderita Diabetes Melitus terjadi pengeluaran glukosa yang berlebihan di
liver melalui glikogenolisis dan glikoneogenesis serta oleh tidak adekuatnya
penggunaan glukosa oleh otot-otot skeletal, jaringan adiposa dan hati. Trigliserida
ditransformasi dari sel-sel menuju kehati dirubah menjadi keton yang digunakan
oleh otot.

Pada IDDM sekresi insulin sangat sedikit atau tidak ada sama sekali, sedangkan
pada NIDDM terdapat ketidak sesuaian Glukosa Sinsing Mekanism oleh sel beta
pankreas. Demikian pula pada obesitas, ada penurunan jumlah reseptor insulin
pada membran sel otot dan sel lemak. Pada obesitas di ekskresikan sejumlah besar
insulin, tapi tidak efektif penggunaannya karena berkurangnya jumlah reseptor
insulin. Saat glukosa darah meningkat tubulus renal tak mampu mereabsorsi
seluruh glukosa saat glumerolus filtrasi sehingga tidak terjadi glukosuria. Glukosa
darah yang tinggi menyebabkan osmotik diuresis karena gula bersifat mengikat air.
Air, sodium, clorida, photasium dan phospat menjadi hilang keluar bersama urin,
sehingga klien menjadi haus. Bila insulin defisiensi atau tidak ada, glukosa tidak
dapat masuk kedalam sel dan menyebabkan sel dalam keadaan lapar, tetapi di
pihak lain glukosa meningkat dalam tubuh. Jika sel tidak dapat memakai glukosa
sebagai bahan bakar,maka alternatif yang digunakan yaitu dengan memecah asam
lemak, keton bodies dalam jumlah terbatas. Keton bodies ini berhasil digunakan
oleh sel sebagai energi

6. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada Diabetes Melitus adalah dengan adanya gejala
khas berupa klien banyak makan (polifagia), banyak kencing (poliuria), banyak minum
(polidipsia), paralysis, parastesisa. Kadar glukosa dalam darah yang tinggi menyebabkan
klien banyak mengeluarkan urin (poliuria), tubuh akan memerlukan lebih banyak air
untuk mengimbangi jumlah besar cairan yang keluar sebagai urine, oleh karena itu klien
merasa haus. Tanda-tanda lain badan terasa lemas dan berat badan menurun, gejala lain
yang mungkin dikeluhkan oleh klien Diabetes Melitus adalah kesemutan, gatal, mata
kabur dan impotensi pada pria serta pruritus vulva pada wanita.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penyaringan perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi


untuk Diabetes Mellitus, yaitu kelompok usia dewasa tua (> 40 tahun), obesitas,
hipertensi, riwayat keluarga diabetes mellitus, riwayat kehamilan dengan berat
badan lahir > 4.000 gr, riwayat Diabetes Melitus pada kehamilan dan dislipidemia.

Pemeriksaan penyaringan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa sewaktu, kadar


gula darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
standar. Untuk pemeriksaan penyaringan ulangan tiap tahun bagi pasien berusia > 45
tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan tiap tiga tahun

8. Komplikasi
a. Akut : Koma hipoglikemia, ketoasidosis, koma hiperosmolar nonketotik.

b. Kronik : Makroangiopati, Mikroangiopati, Neuropati, Nefropati, Retinopati,


kaki diebetik.

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Diabetes Melitus dalam jangka pendek bertujuan untuk menghilangkan


keluhan atau gejala Diabetes Melitus. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk
mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar
glukosa darah, lipid, dan insulin. Lebih penting pula mengajarkan agar pasien mampu
mandiri dan hidup normal dengan Diabetes Melitusnya.

a. Terapi diet, klien Diabetes Melitus dianjurkan dengan diet tinggi serat dengan
prinsip jumlah kalori yang tepat, gula dan produk gula dilarang, diit sesuai pola
hidup, tinggi serat, cukup vitamin dan mineral.

b. Terapi latihan, dianjurkan latihan jasmani teratur, 3 – 4 kali setiap minggu


selama setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmical,
Interval, Progressive, Endurance training). Latihan yang dapat dijadikan pilihan
adalah jalan kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Hal yang
perlu diperhatikan jangan memulai olah raga sebelum makan, memakai sepatu
yang pas, selalu didampingi oleh orang yang tahu mengatasi serangan
hipoglikemia, harus selalu membawa permen, membawa tanda pengenal
sebagai penderita Diabetes Melitus, selalu memeriksa kaki secara cermat setelah
olah raga.

c. Terapi insulin, diberikan sebagai bantuan bila klien telah melakukan


pengaturan makan dan olah raga tetapi belum berhasil.

10 . Manajemen Diet

a. Diet berisi kalori, protein dan vitamin serta mineral yang adekuat 30
kal/kgBB.

b. Dapat ditambah 35-40 kal/kgBB untuk aktifitas yang meningkat.

c. Dapat dikurangi 15 – 25 kal/kg BB untuk pasien gemuk / kurang

beraktifitas.

d. Tinggi serat.

B. Asuhan Keperawatan .
Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan Pada Klien
Diabetes Melitus
1. Pengkajian

Adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga


dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.

Menurut Marilyn. E. Doenges (2000), data dasar pengkajian pasien dengan Diabetes
Melitus, yang perlu dikaji adalah :

a. Aktifitas/Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, keram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur atau istirahat.

Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktifitas,
letargi atau disorieantasi, koma.

b. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, infark miokar akut, klaudikasi, kebas,


kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.

Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang


menurun atau tak ada, disritmia, krekels, kulit panas, kering, kemerahan, bola
mata cekung.

c. Integritas ego

Gejala : Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.

Tanda : Ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria ), nokturia. Rasa nyeri / terbakar,


kesulitan berkemih ( infeksi ), ISK baru / berulang, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi


oliguri/anuria jika terjadi hipovolemia berat, urine berkabut, bau busuk infeksi ),
abdomen keras, adanya ansietas, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif
( diare ).
e. Makanan / cairan

Gejala : Hilang napsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa hari / minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid ).

Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen,


muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan
peningkatan gula darah ), bau halitosis/manis, bau buah ( napas aseton ).

f. Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan,kebas kelemahan pada otot,


parestesia, gangguan penglihatan.

Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor / koma ( tahap lanjut ),


gangguan memori , reflek tendon menurun, kejang.

g. Nyeri / keamanan

Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri ( sedang/berat ).

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

h. Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen


( tergantung adanya infeksi/tidak ).

Tanda : Lapar udara, batuk dengan / tanpa sputum purulen ( infeksi ), frekuensi
pernapasan.

i. Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi, menurunnya kekuatan


umum / rentang gerak, parestesia / paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan
( jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam ).

j. Seksualitas

Gejala : Rabas vagina ( cendrung infeksi ), masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita.

k. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga, DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi,
penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik /tiazid ,
dilantin dan fenobarbital ( dapat meningkatkan kadar glukosa darah ).

Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama di rawat 5 sampai 9 hari.

Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan


diet,pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

1. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan dibuat setelah data-data terkumpul dan di analisis.

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien Diabetes


Melitus, adalah :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare, muntah, masukan


dibatasi, mual, kacau mental.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan kesadaran.

c. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa


tinggi, penururnan fungsi leukosit, perubahan dari sirkulasi,

d. Perubahan sensori-perseptual (uraikan) berhubungan dengan perubahan


kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa atau elektrolit.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan fungsi metabolik insufisiensi


insulin.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit yang tidak dapat diobati,


ketergantungan dengan orang lain.

g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat kesalahan interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber infomasi.

1. Perencanaan

Adapun perencanaan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus berdasarkan


diagnosa keperawatan yang muncul, adalah :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare, muntah, masukan


dibatasi, mual, kacau mental.
Hasil yang diharapkan : Tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba turgor
kulit dan pengisisan baik, haluaran urin tepat secara individu, kadar elektrolit
dalam batas normal.

Rencana tindakan :

1) Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya perubahan TD.

2) Pantau pola pernafasan seperti adanya pernafasan kussmaul atau


pernafasan berbau keton.

3) Pantau frekuensi pernafasan, penggunaan otot bantu nafas, adanya


sianosis.

4) Pantau suhu, warna kulit dan kelembaban

5) Ukur berat badan tiap hari.

6) Observasi nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran


mukosa.

7) Pertahankan pemberian cairan paling sedikit 2500 ml/hari.

Beri lingkungan nyaman.

9) Kolaborasi dalam pemberian cairan sesuai dengan indikasi

Rasionalisasi :

1) Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia,


perkiraan berat ringan hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah
sistolik klien turun lebih dari 10 mmhg dari posisi baring keposisi
duduk/berdiri.

2) Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang


menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap ketoasidosis,
pernapasan yang berbau aseton berhubungan pemecahan asam aseto-asetat
dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.

3) Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan


frekuensi pernapasan mendekati normal, tetapi peningkatan kerja
pernapasan dangkal, cepat serta muncul sianosis.

4) Demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi pada


proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin
sebagai cerminan dari dehidrasi.
5) Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

6) Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang


adekuat.

7) Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.

Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap klien lebih lanjut


akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.

9) Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
dan respons secara individual.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


ketidakcukupan insulin, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan kesadaran.

Hasil yang diharapkan : Mencerna jumlah kalori yang tepat, menujukkan


tingkat energi yang biasanya, berat badan stabil.

Rencana tindakan :

1) Timbang berat badan sesuai dengan indikasi.

2) Tentukan program diet dan pola makan pasien.

3) Auskultasi bising usus,catat adanya nyeri abdomen kembung,


mual,pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.

4) Beri makanan cair yang mengandung nutrien dan elektrolit identifiasi


makanan yang disukai.

5) Observassi tanda-tanda hipoglikimia.

6) Kolaborasi dalam pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger


stick”.

7) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah.

Rasionalisasi :

1) Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat termasuk absorbsi dan


utilisasinya.
2) Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapiutik.

3) Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat


menurunkan motilitas/fungsi lambung yang akan mempengaruhi pilihan
intervensi.

4) Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar dan fungsi
gastrointestinal baik.

5) Metabolisme karbohidrat mulai terjadi dan gula darah akan berkurang


dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi,
jika klien dalam keadaan koma hipoglikemia mungkin terjadi tanpa
memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran, secara potensial dapat
mengancam kehidupan yang harus dikaji dan ditangani secara cepat
melalui tindakan protokol yang direncanakan.

6) Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat dari pada
memantau gula darah dalam urine yang tidak cukup akurat untuk
mendeteksi fluktuasi kadar gula darah dan dapat dipengaruhi oleh
ambang ginjal klien secara individual atau adanya retensi urine/gagal
ginjal.

7) Gula darah akan menurun perlahan dengan penggunaan cairan dan


terapi insulin terkontrol, dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa
kemudian dapat masuk kedalam sel dan digunakan untuk sumber kalori,
hal ini terjadi sehingga kadar aseton akan menurun dan asidosis dapat
dikoreksi.

Seputar HIV/AIDS
March 24, 2009 by mirzal tawi

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan sindrom atau kumpulan


gejala penyakit yang disebabkan oleh retrovirus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh/pertahanan tubuh. Pertama kali didiagnosis pada tahun 1981 di Amerika Serikat
dan sampai saat ini telah menyerang sebagian besar negara di dunia (pandemi) baik di
negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini telah menjadi masalah
internasional karena dalam waktu relatif cepat terjadi peningkatan jumlah penderita dan
melanda semakin banyak negara. Belum diketemukannya obat/vaksin yang efektif
terhadap AIDS telah menyebabkan keresahan dan keprihatinan di seluruh dunia (Beni,
2006).
Perkembangan epidemi HIV/AIDS di Indonesia termasuk dalam kelompok tercepat di
Asia. Bahkan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menyatakan bahwa fase
epidemik HIV/AIDS di Indonesia telah berubah dari “ low” menjadi “concentrated” .
Prevalensi terkonsentrasi berarti bahwa jumlah ODHA kurang dari 1% dari total
penduduk secara keseluruhan, namun pada kelompok resiko tinggi sudah terinfeksi lebih
dari 5% penduduk pada kelompok tersebut (Usman&Apriyanthi,2005).

Pengertian HIV/AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus HIV (Human Immuno deficiency Virus) yang merusak sebagian dari sistem
kekebalan tubuh manusia. Orang yang terkena penyakit tersebut akan mudah terserang
berbagai penyakit yang mematikan. Menurut Soemarsono (1991) menjelaskan lebih rinci
tentang kepanjangan dari huruf-huruf yang terdapat dalam AIDS yaitu;
a. Acquired (didapat) : ditularkan dari satu orang ke orang lain, bukan merupakan
penyakit bawaan.
b. Immune (kebal) : sistem pertahanan/kekebalan tubuh, yang melindungi tubuh terhadap
infeksi.
c. Deficiency (kekurangan) : menunjukkan adanya kadar atau nilai yang lebih rendah dari
normal/biasanya
d. Syndrome (sindrom) : suatu kumpulan tanda atau gejala yang bila didapatkan secara
bersamaan, menunjukkan bahwa seseorang mengidap suatu penyakit/keadaan tertentu
(ASA-INSIST, 2003).

Gejala Penderita HIV/AIDS


Banyak orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun. Mereka merasa
sehat dan juga dari luar nampak sehat-sehat saja, namun orang yang terinfeksi HIV akan
menjadi pembawa dan penular HIV kepada orang lain. Kelompok orang-orang tanpa
gejala ini dapat dibagi 2 kelompok yaitu:
a. Kelompok yang sudah terinfeksi HIV, tetapi tanpa gejala dan tes darahnya negatif.
Pada tahap dini ini antibodi terhadap HIV belum terbentuk. Waktu antara masuknya HIV
ke dalam peredaran darah dan terbentuknya antibodi terhadap HIV disebut Window
Period yang memerlukan waktu antara 15 hari sampai 3 bulan setelah terinfeksi HIV.
b. Kelompok yang sudah terinfeksi HIV, tanpa gejala, tetapi tes darah positif. Keadaan
tanpa gejala seperti 5 tahun atau lebih (Nursalam, 2006).

Penularan HIV/AIDS
Virus HIV ini sangat mudah menular dan mematikan serta hidup dalam 4 jenis cairan
tubuh manusia yaitu darah, sperma, cairan vagina dan air susu ibu (ASI). Virus ini tidak
hidup di dalam cairan tubuh lainnya seperti air ludah (air liur), air mata maupun keringat
sehingga penularannya hanya lewat empat cairan tubuh tersebut (Hutapea, 2005).

Penularan HIV yang terjadi apabila terjadi kontak atau pertukaran cairan tubuh yaug
mengandung virus melalui sebagai berikut:
a. Hubungan seksual (homoseksual dan heteroseksual) yang tidak terlindung dengan
seseorang yang mengidap HIV.

b. Transfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oloh HIV. Transfusi darah yang
tercemar HIV secara langsung akan menularkan HIV ke dalam sistem peredaran darah
dari si penerima.
c. Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) yang tercemar oleh HIV.
Oleh karena itu, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama oleh pecandu narkotika
akan mudah menularkan HIV di antara mereka, apabila salah satu di antara mereka
adalah pengidap HIV.

d.Penularan ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada anak yang dikandungnya. Penularan
dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan atau selama menyusui (Nursalam, 2006).

Mengingat pola penularan HIV seperti tersebut di atas, maka orang-orang yang berisiko
lebih besar untuk tertular HIV/AIDS adalah:
a.Individu yang sering berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual.
b.Penjaja seksual dan pelanggannya
c.Pengguna jarum suntik secara bersamaan (bergantian).
d. Bayi yang dikandung ibu yang terinfeksi.
e. Orang-orang yang memerlukan transfusi darah secara teratur : (thalesemia, haemofili)
bila darah donor tidak dilakukan skrining (Nursalam, 2006).

Kegiatan hubungan seksual sering dilakukan sehingga sebagian besar penularan HIV
melalui hubungan seksual,yaitu 80-90% dari total kasus dunia. Adapun intensitas dari
penyebaran HIV lainnya yaitu transfusi darah sebesar 3-5%, perinatal sebesar 0,1%, dan
penggunaan suntikan/jarum sebesar 5-10 % dari total kasus dunia (Notoadmodjo, 2007).

Penularan dari sub-populasi berperilaku berisiko kepada isteri atau pasangannya juga
dapat terjadi. Diperkirakan pada akhir tahun 2015 akan terjadi penularan HIV secara
kumulatif pada lebih dari 38,500 anak yang dilahirkan dari ibu yang sudah terinfeksi HIV
(KPAN, 2008)

HIV dapat digolongkan sebagai salah satu infeksi menular seksual. Hutapea (2005)
menjelaskan tentang infeksi melalui hubungan seksual yaitu sebagai berikut:
a.Risiko penularan seksual dari pria ke wanita lebih besar daripada dari wanita ke pria.
Hal ini disebabkan wanita adalah resipien partner (pasangan penerima) dalam hubungan
seksual.
b.Seks anal berisiko lebih tinggi daripada seks melalui vagina karena seringkali terjadi
perlukaan pada daerah anal.
c.Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan menggunakan kondom secara tepat dan
konsisten pada mereka yang berperilaku berisiko.

Penularan infeksi HIV melalui hubungan seksual paling banyak terjadi. Menurut Hutapea
(2005) menjelaskan bahwa kelompok berisiko tinggi tertular HIV/AIDS mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
a.Aktif dalam perilaku seksualnya. Makin aktif, makin tinggi risikonya Golongan yang
sangat aktif adalah WPS (wanita pekerja seks), PTS (pria tuna susila) dan pelanggan
WTS/PTS. Ditinjau dari usianya yang mempunyai kemungkinan tertinggi untuk
berperilaku seksual aktif adalah orang-orang yang berusia remaja ke atas.
b.Kaum biseksual maupun homoseksual. Makin sering dia melakukan praktek
homoseksual, makin tinggi risikonya.
c.Mereka yang suka/pernah melakukan hubungan seksual dengan orang asing yang
berasal dari daerah-daerah di mana insidens AIDS tinggi.

Diagnosis HIV/AIDS
Masa inkubasi atau laten terinfeksi HIV sangat tergantung ubuh masing-masing, rata-rata
5-10 tahun. Tahap ini tidak terlihat gejala walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan
sel T4 semakin turun dan semakin merusak fungsi sistem kekebalan tubuh. Hal ini yang
menunjukkan ODHA tidak dapat dibedakan dengan orang lain kecuali bila telah
diperiksa darahnya, karena tidak menunjukkan gejala klinis. Mereka dapat melakukan
aktifitas apapun seperti layaknya orang biasa (Arjoso, 2006).

Diagnosis HIV terbagi dalam 4 stadium, yaitu :


1. Stadium pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV, diikuti perubahan serologik ketika antibodi
terhadap virus berubah dari negatif menjadi positif. Rentang waktu perubahan tersebut
disebut window period yang lamanya 1-3 bulan, bahkan berlangsung sampai 6 bulan.
2. Stadium kedua : asimptomatik (tanpa gejala)
Organ tubuh yang terdapat HIV tidak menunjukkan gejala-gejala dan dapat berlangsunr
rata-rata 5-10 tahun. Cairan tubuh yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV.
3. Stadium ketiga : Pembesaran Kelenjar Limfe
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (persistent Generalized
Lymphadenopathy) , tidak hanya satu tempat dan berlangsung lebih dari 1 bulan.
4. Stadium keempat : AIDS
Disertai adanya bermacam penyakit lain akibat infeksi oportunistik seperti penyakit
konstitusional, penyakit saraf dan penyakit infeksi sekunder lainnya.

Penanggulangan dan Pencegahan HIV/AIDS


Masalah HIV/AIDS dan masalah IMS merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Penanggulangan HIV/AIDS merupakan bagian integral dari
penanggulangan IMS di Indonesia karena beberapa hal sebagai berikut:
a. Cara penularan terpenting dari HIV/AIDS dan IMS lainnya adalah melalui hubungan
seksual.
b. Pencegahan penularan seksual HIV/AIDS dan IMS umumnya sama, baik caranya
maupun khalayak sasarannya
c. Adanya IMS pada seorang penderita akan memudahkan tertular HIV berlipat kali
dibanding orang yang tidak menderita IMS (disebut sebagai co-faktor penularan
HIV/AIDS). Oleh karena itu, diagnosis IMS dan pengobatan yang efektif merupakan
strategi yang penting untuk pencegahan penularan HIV.
d. Kecenderungan adanya peningkatan penderita IMS dapat dijadikan indikator dari
adanya perubahan perilaku seksual (Nursalam, 2006). Pada tahun 2003, STRANAS 2003
–2007 diluncurkan sebagai respons terhadap berbagai perubahan, tantangan dan masalah
HIV dan AIDS yang semakin besar dan rumit. Tahun 2004 Program penanggulangan
HIV dan AIDS di tempat kerja diluncurkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dengan pemberlakuan Kaidah ILO.
Untuk meningkatkan penyelenggaraan upaya pengurangan dampak buruk (Harm
Reduction) penyalahgunaan napza ditandatangi Nota Kesepahaman tentang upaya
terpadu pencegahan penularan HIV dan AIDS dan pemberantasan penyalahgunaan
NAPZA dengan cara suntik antara Menko Kesra selaku Ketua KPA dan KAPOLRI
selaku Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN). Untuk memenuhi kebutuhan, maka obat
ARV mulai diproduksi di alam negeri oleh perusahaan farmasi pemerintah PT Kimia
Farma.

Percepatan respons di 6 provinsi dengan prevalensi HIV dan AIDS tertinggi dilakukan
setelah Komitmen Sentani pada Januari 2004 dan meluas ke 8 provinsi lainnya.
Penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dimulai tahun 2005 dan terus ditingkatkan.
Pada awal 2005 diluncurkan program akselerasi di 100 kabupaten/kota di 22 provinsi,
disertai dengan diberlakukannya Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan HIV dan
AIDS Nasional.

Pada Juli 2006 Institusi KPA Nasional diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 75
Tahun 2006 (Perpres 75/2006) yang melibatkan lebih banyak sektor, TNI dan Polri dan
masayarakat sipil. Tahun 2006 diakhiri dengan perhitungan estimasi jumlah sub-populasi
rawan terhadap penularan HIV tahun 2006 sebagai dasar perencanaan mendatang,
penerbitan Peraturan MenkoKesra/Ketua KPA Nasional tentang Kebijakan
Penanggulangan HIV dan AIDS melalui Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Jarum
Suntik sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman KPA-BNN yang ditandatangani
pada tahun 2003. dan retrukturisasi sekretariat KPA Nasional.

Di tahun-tahun mendatang tantangan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan HIV


dan AIDS semakin besar dan rumit sehingga diperlukan strategi baru untuk
menghadapinya. Strategi Nasional 2007-2010 (STRANAS 2007-2010) menjabarkan
paradigma baru dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia dari upaya
yang terfragmentasi menjadi upaya yang komprehensif dan terintegrasi diselenggarakan
dengan harmonis oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder).(KPAN, 2008).

Strategi dalam penanggulangan IMS-HIV/AIDS akan dilakukan antara lain, pencegahan,


surveilans, pendidikan dan pelatihan, serta koordinasi dan kerjasama lintas program dan
sektor. Upaya pencegahan terhadap IMS dan HIV/AIDS akan dilakukan melalui kegiatan
yaitu, uji saring darah, promosi kondom, penerapan kewaspadaan universal, dan
pencegahan penularan vertikal dan penyalahgunaan obat (Depkes RI, 2001).

Area prioritas penanggulangan HIV dan AIDS untuk tahun 2007-2010 adalah sebagai
berikut:

1. Pencegahan HIV dan AIDS;


2. Perawatan, Pengobatan dan Dukungan kepada ODHA;
3. Surveilans HIV dan AIDS serta Infeksi menular Seksual;
4. Penelitian dan riset operasional;
5. Lingkungan Kondusif;
6. Koordinasi dan harmonisasi multipihak;
7. Kesinambungan penanggulangan (KPAN, 2008).

Sedangkan upaya-upaya kegiatan dalam program penanggulangan HIV/AIDS menurut


Ditjen PPM & PL (2002) adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan gaya hidup sehat (reducing vulnerability of specific pop).
b. Promosi perilaku seksual aman (promoting safer sexual behavior).
c.Promosi dan distribusi kondom (Promoting and distributing condom).
d. Pencegahan dan pengobatan IMS.
e. Penyediaan darah transfusi yang aman.
f. Pengurangan dampak buruk NAPZA suntik (Promoting of safer drug infection
behavior).
g. Pengobatan dan perawatan ODHA (orang hidup dengan HIV/AIDS).
h. Dukungan Sosial Ekonomi ODHA (mitigating the impacton people infected and
affected by HIV/AIDS).
i. Peraturan Perundang-undangan HIV/AIDS
j. Surveilans.
k. Pendidikan dan latihan.
1. Penelitian dan pengembangan.
m. Kerjasama internasional.

Cara pencegahan penularan HIV/AIDS dalam masyarakat dapat dilakukan antara lain
sebagai berikut:
a. Menghindari hubungan seksual di luar nikah atau tidak berganti-ganti pasangan.
b. Menghindari hubungan dengan kelompok berisiko tinggi.
c. Penggunaan alat protektif (pemakaian kondom) bagi kelompok resiko tinggi.
d. Kelompok risiko tinggi tidak menjadi donor darah.
e. Penggunaan jarum suntik harus steril dan bukan bekas orang lain (Aulia, 2003).

Menurut Suesen (1991) dalam Dachlia (2000), pencegahan penularan HIV melalui
hubungan seksual memerlukan pendidikan/penyuluhan yang intensif dan ditujukan untuk
mengubah perilaku seksual masyarakat tertentu sedemikian rupa sehingga mengurangi
kemungkinan penularan HIV. Pendekatan pendidikan/penyuluhan tentang perilaku
seksual, ditujukan terutama mengenai jumlah dan pilihan pasangan seksual, misalnya
tidak mengadakan hubungan seksual (abstinence), monogami, mengurangi pasangan
seksual sekecil mungkin, menghindari hubungan dengan WTS dan meningkatkan
pemakaian kondom (UNFPA, 2005).

Promosi penggunaan kondom merupakan upaya pencegahan IMS, akan tetapi sering
menghadapi kendala. Masih banyak kelompok masyarakat yang khawatir promosi
kondom akan mendorong sebagian masyarakat untuk berperilaku seksual yang berisiko.
Banyak juga mitos atau pendapat keliru yang mendorong rendahnya penggunaan kondom
pada pria yang melakukan hubungan seksual beresiko, misalnya mengurangi kenikmatan
seksual, tidak praktis dan kondom tidak bermanfaat (Aulia, 2002).
Berdasarkan informasi dari Ditjen PPM & PL (2002) bahwa hasil survey menunjukkan
bahwa penjualan kondom melalui social marketing mencapai hasil yang baik dan terus
meningkat. Social marketing kondom yang dilakukan telah berhasil mendapatkan pangsa
pasar penjualan sejumlah 2-3 juta kondom perbulan di tahun 2001. Disamping itu,
pemerintah secara nasional mendistribusikan kondom melalui BKKBN dengan program
multifungsi kondom yaitu selain untuk pencegahan kehamilan, juga untuk pencegahan
penularan HIV/AIDS dan IMS, serta pemerintah secara insidentil juga menyediakan
kondom.

Pada kelomnpok resiko tinggi khususnya WPS, salah satu alternatif perilaku positif
dalam mencegah HIV/AIDS agar tidak tertular dan menularkan kepada pelanggan
maupun individu lain dalam melakukan hubungan seksual dengan melaksanakan salah
satu cara seks yang aman yaitu:
a. Mewajibkan pelanggan untuk memakai kondom.
b. Memakai kondom khusus untuk dirinya sendiri (female condom).
c. Memakai kondom kedua-duanya (Depkes RI, 2001).

http://syehaceh.wordpress.com/2009/03/24/seputar-hivaids/

You might also like