Professional Documents
Culture Documents
Ulangan I
1. Memberi contoh berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat.
2. Mendeskripsikan bentukbentuk perubahan sosial.
3. Memberikan contoh faktor pendorong Perubahan Sosial.
4. Mengidentifikasikan faktorfaktor penghambat perubahan sosial.
5. Memberikan contoh kasus dampak perubahan sosial.
6. Mengidentifikasi tantangan globalisasi terhadap eksistensi jati diri bangsa
7. Mengemukakan gagasan atau pemikiran untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa
8. Deskripsikan studi kasus suatu proses perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar
9. Deskripsikan studi kasus suatu proses perubahan sosial yang terjadi di pada masyarakat asing
10.
Ulangan II
Menjelaskan pengertian lembaga sosial
Menjelaskan proses pembentukan lembaga sosial.
Mengidentifikasi tipetipe lembaga sosial.
Menguraikan hubungan antar lembaga sosial.
Menguraikan peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, pendidikan, politik, dan lembaga ekonomi
Kisikisi ulangan I
Menjelaskan proses perubahan sosial di masyarakat
Menganalisis dampak perubahan sosial terhadap kehidupan masyarakat.
Menjelaskan hakikat lembaga sosial
Mengklasifikasikan tipetipe lembaga sosial
Mendeskripsikan peran dan fungsi lembaga sosial
Mendeskripsikan perubahan sosial di daerah sekitar
Mendeskripsikan perubahan sosial yang jauh di sekitar kita
Ulangan I
Memberi contoh berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat.
Kepada siswa kelas XII program IPS yang saya cintai dan saya banggakan. Dibawah ini merupakan
contoh berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat, dari berbagai bidang. Dengan diberikan ulasan
yang kompleks tentang berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat, semoga para siswa semakin
peka terhadap realitas perubahan. Beberapa bidang yang dihantarkan diantara bidang ideologi, politik,
ekonomi, pendidikan, gender, perumahan dan permukiman, lingkungan, kependudukan, kesehatan,
komunikasi, hiburan, keluarga, dan bidang transportasi. Perubahan memang tanda kemajuan, namun
lihat dulu, mana dulu yang berubah, dan mana dulu yang maju. Dengan demikian, para siswa akan lebih
peka dan kritis dalam memandang suatu perubahan yang terjadi di masyarakat. Berikut adalah
ulasannya;
− bidang ideologi: kita sepakat bahwa pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Pengakuan
akan Ketuhanan yang Mahaesa, selalu berharap setiap manusia indonesia selalu bersikap adil
dan berperilaku yang beradap, selalu dalam pangkuan ibu pertiwi dengan mengedepankan
persatuan, berbagai ragam kehidupan selalu mengedepankan musyawarah, serta selalu
mengedepankan keadilan tanpa pandang bulu. Namun apa yang kita lihat saat ini. Contoh saja
realitas KKN, Terorisme, dan hilangnya pulau terluar Indonesia. Korupsi, kolusi, dan nepotisme
telah memperdalam kubangan bangsa ini semakin tertinggal. Begitu halnya tindakan kekerasan
terorisme yang ditampilkan dengan perusakan fasilitas umum dan banyak menelan korban. Kita
prihatin jika pulaupulau terluar bangsa ini diambil orang asing, dan dijual untuk orang asing.
Lantas bagaimana sistem pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia.
− bidang politik: berbagai status (kekuasaan dan jabatan) politik pada saat ini diraih dengan
pemilu langsung dengan memilih kandidat langsung. Di tingkat nasional (presiden dan DPR
pusat), di tingkat provinsi (gubernur dan DPRD provinsi), di tingkat kabupaten/ kota (Bupati,
walikota, DPRD kabupaten/ kota). Status dan jabatan tersebut dapat diraih dengan cara
pemilihan langsung, dimana pemilih langsung berinteraksi dengan calon/ kandidat. Hal ini
berbeda dari sebelumnya, dimana status dan jabatan di atas di dapat melalui partai politik
dengan sistem kursi terbanyak.
− bidang ekonomi/ kesejahteraan: semakin hari masyarakat kita gila akan materi. Dengan
menguasai materi, dipercaya akan menguasai segalanya. Dengan menghalalkan segala cara,
bahkan dengan KKN dipandang tidak masalah, asalkan kaya. Semakin hari masyarakat kita
semakin buta akan perilaku memberi dan peka terhadap orang yang perlu diberi. Kesejahteraan
hanya milik beberapa golongan belaka. Mereka bangga dengan mendapatkan sumbangan BLT
dan kompos gas dari pemerintah, walau kemudian uang BLT habis dalam sekejab, dan kompos
gas di jual lagi, karena isi ulang gas semakin mahal. Masyarakat kita sekarang lebih
materialistik, bukan seperti cerita dahulu, dimana saat tetangga sedang memanen padi, mereka
yang tidak punya sawah akan mendapatkan padi. Nilai memberi, kebersamaan, dan
persaudaraan seakan hilang di telan angin yang tiada henti.
− bidang pendidikan: berbagai lapisan masayrakat berbondongbondong mengenyam bangku
sekolah. Dengan sekolah dipercaya dapat merubah kualitas hidup dari yang tidak baik menjadi
baik (!). Anak usia dini sekarang wajib masuk PAUD, dilanjutkan SD/ sederajat, dilanjutkan
SMP/ sederajat, dilanjutkan SMA/ sederat, dan banyak juga yang melanjutkan ke bangku
perguruan tinggi. Bahkan bagi yang mampu, masih diwajibkan les pada pelajaran yang di Uji
Nasionalkan. Hal ini berbeda dengan generasi sebelumnya, dimana pendidikan menjadi pilihan
kedua setelah nikah.
− bidang gender: antara lakilaki dan perempuan saat ini memiliki peluang yang sama dalam hal
karier. Pada era kartini, perempuan cenderung lebih akrab dengan wilayah domestik (menjadi
ibu rumah tangga). Namun sekarang kita mudah menemukan perempuan yang menempati status
sosial yang dahulu selalu di isi oleh golongan lakilaki. Hal ini dapat dilihat perempuan yang
banyak menjadi wakil rakyat, pengusaha, dan wartawan. Dahulu, pekerjaan tersebut langka
sekali dikerjakan oleh kaum perempuan.
− bidang lingkungan: eksploitasi sumber daya alam saat ini lebih kentara, di kawasan Rembang
misalnya. Jika kita melihat kawasan pamotan, kita akan mudah melihat eksploitasi batu tras.
Begitu halnya di kawasan kragan, tepatnya di desa terjan, kita mudah melihat eksploitasi
gununggunung yang ambil batu untuk bahan bangunan dan material perbaikan jalan raya.
Masyarakat saat ini lebih senang menjual sumber daya alam untuk hidup sejahtera, bukan untuk
diwariskan dalam bentuk tanah kepada anak cucunya. Siapsiap sajalah kita, akan kerusakan
lingkungan sekitar kita yang setiap saat akan mengancam kelangsungan hidup dan nyawa kita.
− bidang perumahan/ pemukiman: pada saat ini masyarakat kita lebih senang membangun rumah
dari tembok. Bukan hanya di perkotaan, di pedesaan juga seperti pamotan. Pada jaman dahulu,
anak yang telah dinikahkan akan dibuatkan rumah oleh orang tua dengan cara menanam kayu
terlebih dahulu, jika dirasa kayu sudah siap tebang, baru mendirikan rumah. Namun pada saat
ini, untuk membuat rumah dari kayu, secara hitungan ekonomi malahan lebih mahal. Begitu
halnya dengan pemukiman. Kantong pemukiman yang berkembang pesat adalah wilayah yang
ramai, misalnya pemukiman nelayan dan pemukiman dekat dengan pusat pemerintahan. Hal ini
berdampak mimicu hilangnya kawasan pesisir pantai yang terkena abrasi, dan sepanjang jalan
yang raman macet pada kawasan pusat pmerintahan. Begitu halnya harga tanah, semakin hari
semakin melambung tinggi.
− bidang kependudukan: pandangan bahwa banyak anak banyak rejeki, mungkin saja segera
tamat. Lihat saja mereka yang bertengger pada status sosial tinggi, PNS misalnya, golongan ini
cenderung lebih suka punya anak paling banyak tiga anak. Begitu hal nya dalam hal bertempat
tinggal pasca menikah, orang dahulu lebih suka bertempat tinggal pasca menikah dekat dengan
orang tuanya, namun sekarang tidak demikian, dimana tempat yang memberikan kepastian
kesejahteraan, lebih disukai. Hal ini dapat kita lihat banyaknya pasangan usia muda yang
kontrak di daerah perkotaan.
− bidang komunikasi: handphone (hp) telah menjadi sarana komunikasi dominan pada masyarakat
kita. Pada jaman dahulu, untuk berkomunikasi dengan kerabat jauh harus melakukan perjalanan
panjang, namun sekarang dapat dilakukan dengan hitungan detik, komunikasi antar kerabat jauh
dapat dilakukan.
− bidang hiburan: anakanak dan orang dewasan saat ini (tanpa terkecuali) telah memiliki dan
menikmati hiburan televisi. Senetron seperti ”Inayah”, ”cinta fitri”, ”KDI” dan yang tayangan
lainnya dengan mudahnya dinikmati. Hal ini berbeda jauh pada jaman dahulu, anakanak dan
orang dewasa cenderung menciptakan jenis hiburan dan permainan tradisional. Hanya saja,
masyarakat saat lebih menjadi konsumtif, bukan produktif dalam hal hiburan dan atau
permainan.
− bidang keluarga: perjodohan pada jaman sekarang tidak lagi seperti jaman siti nurbaya. Mereka
yang melangsungkan pernikahan tidak lagi dari pilihan orang tua, namun mereka para gadis dan
perjaka saling berinteraksi, mencari sendiri, dan menyesuaikan diri untuk menuju jenjang
pernikahan.
− bidang transportasi: alat transportasi saat ini seakan menjadi barangbarang kebutuhan rumah
tangga. Setiap orang saat ini sebagian besar memiliki alat transportasi (seperti sepeda motor),
seperti halnya kepemilikan piring, sendok, garpu dan barang pecah belah. Sarana transportasi
seperti jalan beraspal juga tersedia sampai pelosokpelosok pedesaan. Hal ini tidak kita temukan
pada masa lampau, dimana alat dan sarana transportasi masih menjadi barang langka.
− bidang kesehatan: saat ini masyarakat kita lebih dekat dengan dokter, tidak lagi dukun. Lihat
saja pasangan muda yang sedang hamil, mereka rajin sekali memeriksakan kehamilannya tiap
bulan ke bidan atau dokter spesialis kehamilan. Hal yang nampak juga pada pemilihan obat saat
sakit, pada jaman dahulu obatobatan tradisional banyak yang mengkonsumsi, namun sekarang
masyarakat kita lebih dekat dengan obat yang tersedia di apotek dan kelontong obat lainnya.
Mendeskripsikan bentukbentuk perubahan sosial.
Menurut Soekanto (1990) beberapa bentuk perubahan sosial adalah sebagai berikut;
− perubahan lambat dan perubahan cepat
− perubahan kecil dan perubahan besar
− perubahan yang dikehendaki/ direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki/ tidak
direncanakan
− ***perubahan progresif dan perubahan regresif***
Memberikan contoh faktor pendorong Perubahan Sosial.
Menurut Marzali (2005) setiap bangsa memiliki strategi atau cara dalam mencapai tujuan bangsanya.
Tidak ada strategi atau cara yang yang berlaku untuk umum. Setiap bangsa memiliki cara sendiri untuk
mencapai tujuannya tersebut, sesuai dengan kultur mereka.
Tidak ada satupun kelompok masyarakat yang tidak mengalami proses perubahan. Dengan proses
perubahan dalam masyarakat, dinamika sosial tetap berjalan berdasarkan peran dan fungsinya untuk
mencapai tatanan sosial yang ideal, tentunya.
Menurut Soekanto (1990) beberapa faktor pendorong jalannya proses perubahan adalah sebagai
berikut;
− kontak dengan kebudayaan lain
− sistem pendidikan formal yang maju
− sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
− toleransi
− sistem terbuka
− penduduk yang heterogen
− ketidakpuasan masyarakat terhadap bidangbidang kehidupan tertentu
− orientasi ke masa depan, dan
− nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
Berdasarkan tinajuan Soekanto di atas, dibawah ini adalah contohcontoh dari setiap item yang
disampaikan soekanto;
No. Faktor pendorong Contohcontohnya
1 − kontak dengan kebudayaan Temuan baru (invention) merupakan bentuk hasil
lain kebudayaan. Hal ini dapat dilihat penggunaan alatalat
pertanian (mesin perontok padi) dan alat tulis elektronik
(komputer). Proses penggunaan hasil kebudayaan
namanya difusi, yaitu penyebaran hasil karya ke berbagai
daerah/ wilayah untuk menjawab kesulitan hidup (tani
dan perkantoran).
2 − sistem pendidikan formal Menurut jenisnya, lembaga pendidikan digolongkan
yang maju menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, non formal, dan
informal. Pendidikan formal contohnya SD hingga
perguruan tinggi. Pendidikan non formal misalnya
pondok pesantren. Selanjutnya pendidikan informal
misalnya model pendampingan masyarakat yang
dilakukan LSM. Dengan adanya pendidikan formal, maka
kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap akan
sepadan dengan komptensi pendidikan global.
3 − sikap menghargai hasil karya Akhirakhir ini hasil karya seni (batik dan lagu) marak di
seseorang dan keinginan perdebatkan. Di indonesia, sebagian penghargaan akan
untuk maju karya seni ini hanya sebatas kegemaran (menikmati saja)
tanpa ada nilai tukar yang sepadan. Jika masyarakat
memberikan apresiasi yang nyata, maka karya seni batik
dan lagu akan membuka lapangan kerja yang luas.
Namun yang terjadi adalah sebliknya. Walaupun
demikian, saat ini masyarakat kita sedikit demi sedikit
telah memberi pengahargaan dengan cara pengajuan hak
cipta dan tidak rela karyakarya di atas diakui oleh
bangsa asing (malaysia).
4 − toleransi Sikap saling menghormati antas sesama adalah bentuk
dari nilai toleransi. Suatu bangsa yang dianggap besar dan
maju, jika masyarakat memiliki perilaku toleran yang
tinggi, asal tidak kebablasan. Hal ini dapat dilihat
misalnya tampilnya golongan muda yang diberi
kesempatan begitu luas dalam melaksanakan program
pembagunan di desa, walaupun sesekali salah, jika
golongan tua memberi kesempatan, maka golongan muda
akan lebih produktif dalam mengabdi kepada bangsa dan
negara.
5 − penduduk yang heterogen Telah menjadi keniscahyaan (tidak dapat di tolak) bangsa
indonesia terdiri dari dari berbagai kelompok etnis. Hal
ini dapat dilihat terdapat etnis jawa, sunda, batak, aceh,
dayak, makasar, dan yang lainnya. Begitu hal dalam hal
ras, indonesia memiliki penduduk dengan ras melanosoit
dan mongoloit. Selama ini keragaman itu tidak dipandang
sebagai kekayaan yang nyata, malah sebagai sumber
pembeda untuk saling merendahkan satu sama yang lain.
Kenapa keragaman penduduk itu tidak digali akan nilai
nilai pembangun, yang mana akan menopang pondasi
pembangunan bangsa.
6 − sistem terbuka Bentuk tercapainya keadilan sosial diantaranya dapat
dilihat dengan ada tidaknya keterwakilan dari berbagai
kelas dan golongan dalam melaksanakan program
pembangunan. Di bidang politik dan pemerintahan, tiap
tiap daerah akan berpotensi besar dalam melaksanakan
program pembangunan. Bukan sistem tertutup yang
cenderung tidak ada unsur keterwakilan, yang kemudian
mengundang unjuk rasa untuk merusak hasil
pembangunan.
7 − ketidakpuasan masyarakat Salah satu sifat dan karakter masyarakat indonesia adalah
terhadap bidangbidang dengan mudah dan cepat merasa puas. Perlu di ketahui,
kehidupan tertentu semakin orang puas akan sesuatu, maka semakin
tertutupnya kreatifitas untuk menghasilkan sesuatu. Di
bidang politik, dengan berhasil melengserkan Soeharto,
masyarakat kita sudah puas, tanpa bagaimana
membangun dan meracik sistem reformasi pemerintahan
yang memihal masyarakat sipil. Begitu juga dalam bidang
usaha, jika toko seseorang sudah ramai pembelinya,
sebagian besar tidak memperhatikan mutu dan pelayanan,
yang akhirnya kalah saat bermain dalam percaturan
ekonomi global. Dalam bidang pertahanan dan
keamanan, orang indonesia telah puas mengusir penjajah,
tanpa adanya penciptaan musuh yang lebih tinggi
derajatnya, misalnya bagaimana kita memusuhi
kebodohan dan kemiskinan. Sikap tidak puas akan
keadaan memang perlu ditanamkan kepada generasi
muda saat ini, namun bukan ketidakpuasan dalam
melakukan hal yang negatif.
8 − orientasi ke masa depan, dan Setelah merdeka bangsa kita mau apa? Setelah lulus
sekolah, kita akan melakukan apa? Apa saja yang harus
kita miliki pada saat kita merdeka? Apa saja yang harus
kita miliki pada saat kita lulus sekolah? Pertanyaan
tersebut merupakan contoh pandangan hidup menuju
orientasi ke masa depan. Orientasi adalah tujuan dan
capaian hidup yang positif yang tiada akhir. Suatu
masyarakat yang memiliki orientasi ke masa depan, maka
masyarakat itu tidak akan terlindas oleh zaman.
9 − nilai bahwa manusia harus nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk
senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya, merupakan pandangan hidup
memperbaiki hidupnya. pada masyarakat yang ingin maju. Sebalikya, masyarakat
yang mudah menyerah, malas, dan tidak mau berusaha,
adalah ciriciri suatu bangsa yang lebih suka akan
keadaan serba kurang/ miskin. Hari ini harus lebih baik
dari pada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik
dari hari ini, merupakan suatu prinsip hidup yang
menekankan pada keihktiaran, bukan pasrah dan saling
menyalahkan.
Mengidentifikasikan faktorfaktor penghambat perubahan sosial.
Menurut Marzali (2005) setiap bangsa memiliki strategi atau cara dalam mencapai tujuan bangsanya.
Tidak ada strategi atau cara yang yang berlaku untuk umum. Setiap bangsa memiliki cara sendiri untuk
mencapai tujuannya tersebut, sesuai dengan kultur mereka.
Menurut Soekanto (1990) faktorfaktor yang menghalangi terjadinya perubahan adalah sebagai berikut;
− kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
− perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
− sikap masyarakat yang sangat tradisional
− adanya kepentingankepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interests
− rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
− prasangka terhadap halhal baru atau asing atau sikap yang tertutup
− hambatanhambatan yang bersifat ideologis
− adat atau kebiasaan
− nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki
Memberikan contoh kasus dampak perubahan sosial.
Dalam sosiologi, saat memperbincangkan perubahan sosial, tidak pernah lepas akan lembaga sosial,
struktuk sosial, diferensiasi sosial, dan stratifikasi sosial. Hal yang paling mendasar saat mengkaji
perubahan sosial adalah kebudayaan. Tidak mungkin terjadi perubahan sosial jika kebudayaannya tidak
berubah. Kebudayan yang dimaksud di sini adalah pondasi utama (pandangan) yang kemudian
mempengaruhi struktur bangunan sosial pada umumnya.
Pada kesempatan kali ini akan dihantarkan contoh kasus perubahan sosial di bidang politik, ekonomi,
dan gender. Setelah itu, akan dipaparkan apa saja dampak yang dimunculkan dari perubahan dari
beberapa bidang tersebut.
Pertama, perubahan di bidang politik. Pada saat ini Indonesia dalam memilih Presiden, Gubernur,
Bupati, Walikota, wakil rayat, dan Dewan Perwakilan Daerah, dengan cara langsung yaitu rakyat
memilih calonnya. Hal ini tidak terjadi sebelum era reformasi, dimana jabatanjabatan tersebut di raih
dengan model keterwakilan. Hal ini latarbelakangi bahwa pemilik negara adalah rakyat, jadi model
demokrasi dengan pemilihan langsunglah yang paling tepat. Dengan demikian terjadi perubahan pada
UndangUndang/ peraturan pemilihan status sosial yang prestisius itu. Dampak dari perubahan sistem
demokrasi itu adalah adanya keseriusan dari calon pejabat di atas dalam berinteraksi dengan rakyat
secara langsung, berlombalomba mencetak prestasi, mengmbil kebijakan yang populis (mengena
kebutuhan rakyat), dan setiap calon akan berdaya upaya untuk menguasai kemampuan untuk
menjalankan pemerintahan dan atau pengawasan. Partai politik saat ini hanya sebagai organisasi
perantara untuk menjual kadernya, bukan lagi menjadi penentu siapa yang mewakili partainya. Peran
dan fungsi lembaga politik dari pusat hingga daerah terjadi perubahan akan peran dan fungsinya.
Karena setiap meraka yang akan mencalonkan diri harus berdaya upaya untuk dekat, tahu, dan
memberikan sesuatu pada daerah pemilihannya (dapil).
Kedua, dalam bidang ekonomi. Dalam perilaku transaksi ekonomi (jual beli) pada jaman dahulu harus
dilakukan secara langsung. Orang cina yang akan menjual pernak pernik ke Indonesia, penjualnya
harus datang langsung ke Indonesia melalui jaur laut yang memakan waktu berbulanbulan. Begitu
halnya orang Indonesia yang akan menjual rempahrempah ke Eropa, harus berbulanbulan di atas
kapal. Namun di era globalisasi saat ini tidak demikian. Transaksi barangbarang apa saja dapat
dilakukan dalam hitungan jam, menit, bahkan detik. Bagi produsen yang menyediakan barang siap jual,
cukup dengan mengiklankan di media massa. Proses tawar menawarnya juga digantikan dengan media
maya (internet). Dalam proses pembayarannya juga dilakukan di Bankbank yang telah dipercaya.
Mereka yang menjual barang pula tidak perlu mengirim barang dengan sendiri, begitu juga pembeli
tidak perlu datang ke pabrikpabrik utama. Saat ini terdapat lembaga jasa yang tugasnya sebagai
perantara, mulai dari distribusi hingga pengiriman barang ke alamat rumah pembeli. Perubahan
transaksi ekonomi ini telah menciptakan lembaga yang banyak, yang berfungsi sebagai lapangan kerja
dari hulu hingga hilir. Suatu perubahan yang manarik untuk dicermati.
Ketiga adalah contoh perubahan sosial di bidang gender dan dampaknya. Di jaman Indonesia masih di
jajah Belanda dan para kolonial lainnya, perempuan Indonesia hanya memiliki ruang masak , macak
(berias diri), dan manak (melahirkan dan mengasuh anak). Pekerjaan seperti pejabat pemerintahan dan
pengusaha benarbenar dilakukan oleh kaum lakilaki. Namun pada saat ini, antara lakilaki dan
perempuan memiliki peluang yang sama. Kita tidak hanya dapat melihat perempuan yang menjadi
pejabat pemerintahan dan pengusaha, seorang sopir, pilot, dan jendral, juga banyak dari golongan kaum
hawa ini. Hal demikian terjadi karena adanya pandangan bahwa saat ini antara lakilaki dan perempuan
memiliki ruang gerak yang sama, atau yang sering disebut dengan istilah kesetaraan gender. Dengan
demikian peran dan fungsi pada anggota masyarakat tidak hanya didasarkan pada jenis kelamin, namun
lebih didasarkan pada tingkat pendidikan dan kepiawaian dalam berinteraksi.
Mengidentifikasi tantangan globalisasi terhadap eksistensi jati diri bangsa
Mengapa globalisasi seakan menjadi sumber permasalahan besar yang diduga akan meruntuhkan
eksistensi jati diri bangsa? Mengapa banyak irang yang khawatir bahwa globalisasi akan membawa
kultur asing yang negatif? Apakah benar, bahwa yang salah itu globalisasi? Apa sebaliknya, bahwa
terdapat lahan yang subur di Indonesia untuk tumbuhnya kultur yang negatif? Beberapa pertanyaan di
atas sebagai pembuka untuk mengidentifikasi tantangan globalisasi dan hubungannya dengan jati diri
bangsa.
Menurut Fedyani (2009) pada awalnya, sifatsifat dan kepribadian dasar masyarakat (karakter bangsa)
telah ramai dikaji oleh negaranegara Eropa. Saat itu tepatnya pada masa kolonial serta sebelum dan
sesudah perang dunia kedua. Menjelang perang dunia kedua, kajiankajian tersebut dikembangkan
untuk mengetahui sifatsifat dan kepribadian dasar masyarakat musuh atau yang potensial sebagai
musuh. Dengan kajiankajian tersebut akan diketahui kekuatan dan kelemahan lawan sehingga dapat
dibangun strategistrategi untuk memenangkan peperangan.
Globalisasi dapat dikatakan sebagai pola/ tatatanan yang dibutuhkan masyarakat dunia saat ini,
khususnya dalam hal ekonomi, yang serba cepat dan irit. Sebelum adanya alat komunikasi canggih,
pada abat 18 kita mengirim rempahrempah ke Eropa membutuhkan waktu berbulanbulan. Sekarang
tidak lagi, transaksi perdagangan hanya cukup dalam hitungan hari, jam, menit, bahkan hitungan detik.
Jelaslah kemudian, bahwa globalisasi adalah solusi perilaku perdagangan di dunia saat ini. Namun
dengan mudahnya kita melakukan transaksi ekonomi, kenapa terdapat gejalagejala yang
menghawatirkan, diantaranya; pola perilaku konsumerisme, nepotisme, sadistik, agresif, hipokrit,
materialistik, individualistik, dan hedonistik.
Menurut Marzali (2005) terdapat hubungan antara globalisasi ekonomi dan perilaku yang mengancam
jati diri bangsa. Pertama, pendekatan pembangunan nasional yang berbasis materiil. Kedua, masyarakat
kita telah terjangkiti pemikiran liberal kapitalisme amreka, yaitu menekankan pada maksimalisasi
pemilikan materiil dan optimalisasi kepuasan badaniah. Ketiga, pengaruh dari iklan yang menawarkan
barangbarang. Keempat, perilaku masyarakat dalam posisi transisi. Adapun menurut Boeke (1946,
dalam Marzali, 2005) orang Indonesia pada umumnya memberikan tempat yang lebih tinggi pada
kebutuhankebutuhan sosial dan keagamaan, daripada kebutuhan ekonomis.
Lantas, sekarang apa jati diri atai identitas yang dimiliki bangsa Indonesia.
Tidak mudah mendiskusikan apa saja jati diri atau identitas bangsa Indonesia. Indonesia adalah bangsa
yang kompleks akan batasan sosial budaya, termasuk batasan demografisnya. Melacak jatidiri bangsa
atau identitas bangsa, sama saja kita harus membongkar identitasidentitas sosial yang tersebar pada
masyarakat Indonesia. Bayangkan saja, kita harus mengkaji berbagai golongan etnis, golongan agama,
golongan ekonomi, golongan daerah tempat tinggal, dan lainlain. Hingga sekarang identitas bangsa itu
belum selesai ditemukan. Hal ini dikarenakan pendekatan pembangunan Nasional selama ini cenderung
difokuskan pada pembangunan fisik dan ekonomi, serta mengabaikan pembangunan manusia (identitas
atau jati diri) Indonesia.
Namun terdapat sumber yang dapat dijadikan rujukan, sehubungan dengan jati diri bangsa. Menurut
Lubis (dalam Maryali, 2005) orangorang belanda (VOC) telah mengenal sifat negatif dan sikap positif
orang Indonesia. Ciriciri negatif psikokultural orang Indonesia adalah sebagai berikut; amat khianat,
tidak mau memegang teguh perjanjian, amat suka membunuh, mau berperang saja, tidak jujur, seperti
binatang (beestachtig) maha kejam, kurang sanggup melakukan kerja otak yang tinggi (hooge
geestarbeid), dan sedangsedang saja (middelmatig) dalam beragama, gairah kerja, kejujuran, rasa
kasihan, dan rasa terima kasihnya. Sebaliknya, manusia Indonesia itu juga diakui memiliki sifat
sifatpositif, yaitu; hormat, tenang, dapat dipercaya, baik, loyal, ramah pada tamu, lembut, tidak suka
memikirkan yang susahsusah, tidak punya pendirian, dan tak punya kemauan, tak bisa mengambil
keputusan.
Menurut Lubis (2005) sendiri, orang Indonesia memiliki enam ciriciri pokok, plus beberapa ciriciri
umum lainnya, yaitu; manusia Indonesia adalah hipokritik atau munafik, manusia Indonesia adalah
segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya – putusannya – kelakuannya – pikirannya – dan
sebagainya, manusia Indonesia di dalamnya bersemanyam jiwa feodalisme, manusia indonesia percaya
kepada tahayul, manusia Indonesia adalah artistik, dan manusia indonesia itu wataknya lemah.
Lanjut Lubis, manusia Indonesia juga memiliki ciriciri negatif dan ciriciri positif. Selanjutnya Lubis
memaparkan ciriciri negatif manusia Indonesia, yaitu; tidak hemat, tidak suka bekerja keras kecuali
kalau terpaksa, jadi pegawai negeri adalah idaman utama apalagi di tempat yang basah, suka
menggerutu di belakang dan tidak berani terbuka, cemburu dan dengki pada orang lain yang lebih kaya,
dan sikap tidak peduli dengan nasib orang lain. Adapun ciriciri positif orang Indonesia antara lain;
kemesraan hubungan antarmanusia, kasih ibu dan bapak pada anakanaknya, berhati lembut dan suka
berdamai, punya rasa humor yang cukup baik, otaknya encer dan cepat bisa belajar, serta sabar.
Koentjaraningrat ((1974) juga memaparkan sikap mental bangsa Indonesia, terdapat lima mentalitas/
karakter atau sifat, yang dipandang menghambat pembangunan, yakni: (1) mentalitas yang
meremehkan mutu; (2) mentalitas yang suka menerabas; (3) sifat tidak percaya kepada diri sendiri; (4)
sifat tidak berdisiplin murni; dan (5) sifat tidak bertanggung jawab.
Berdasarkan sifatsifat dan mentalitas manusia Indionesia di atas, dan berdasarkan uraian globalisasi di
atas pula, dapat ditarik benang merah bahwa pemikiran, sikap, dan perilaku negatif yang dikira ekses
dari globalisasi, tidak lah semuanya benar. Manusia Indionesia telah memiliki dan mewarisi ruang yang
dapat digunakan untuk tumbuhnya perilaku konsumtif, individuais, dan hedonis. Walaupun demikian,
kita harus lebih peka dan kritis akan globalisasi.
Mengemukakan gagasan atau pemikiran untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa
Melalui proses globalisasi, pengaruhpengaruh budaya dan sosial dari luar sering dipahami secara
keliru. Diterima dengan kekaguman terhadap unsurunsur fisik yang tampak ”gemerlapan” namun
”miskin” dalam makna. Kita juga harus mengakui, terdapat hal negatif dari hasil pembangunan
nasional bangsa kita, yaitu suatu kondisi yang cenderung menyuburkan materialisme, praktikpraktik
korupsi, serta berbagai perilaku tak terpuji lainnya. Mengapa demikian, karena jati diri bangsa kita
telah pudar sedikit demi sedikit.
Menurut Meutia (2009) karakter bangsa yang harus dimiliki oleh bangsa Indonesia, yang tersirat dalam
ahlak atau sifat yang tampak dalam kehidupan seharihari, adalah: (1) sifat menghargai mutu/ kualitas;
(2) kesabaran untuk meniti usaha dari awal; (3) adanya rasa percaya diri karena yakin dirinya
berkualitas; (4) sikap disiplin dalam waktu dan pekerjaan; (5) sikap mengutamakan tanggung jawab.
Meutia menambahkan, nilainilai pancasila perlu melandasai akhlak bangsa indonesia, sehingga bangsa
indonesia terlihat sebagai bangsa yang: (1) beribadah (apapun agama dan kepercayaan yang dianut); (2)
berperikemanusiaan; (3) mampu menjaga persatuan (tidak mengotakkotakkan diri) dan mencintai
tanah air; (4) mengutamakan musyawarah mufakat; dan (5) menguatakan keadilan terhadap sesama
anak bangsa.
Deskripsikan studi kasusu suatu proses perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar
“Perubahan Sosial pada Masyarakat Sekaran Gunungpati Semarang”
Masukkan Abstrak:
Deskripsikan studi kasusu suatu proses perubahan sosial yang terjadi di pada masyarakat asing
”Perubahan Sosial pada Masyarakat Mentawai”
Masukkan Abstrak: