You are on page 1of 15

7 Langkah Membangun Percaya Diri Yang Tak

Tergoyahkan

BERI KOMENTAR
CETAK ARTIKEL INI
DAFTAR MAILING LIST
KIRIM KE TEMAN
KOMENTAR FANS ANGIE
Selasa, 28 November 2006 11:09
KapanLagi.com - Tak dapat dipungkiri kita semua pasti pernah mengalami rasa tak
percaya diri sesekali waktu. Adakalanya agak sulit untuk membangkitkan kembali rasa
percaya diri itu sewaktu kita sedang membutuhkan. Sebenarnya ada latihan sederhana
yang dapat dipraktekkan untuk mendapatkan rasa percaya diri Anda agar kembali ke
jalurnya secepat mungkin saat dibutuhkan. Berikut kami sampaikan tujuh langkah
membangun rasa percaya diri yang tak tergoyahkan.

1. Perhatikan Postur Tubuh - Mungkin kedengarannya ini tak memiliki hubungan


dengan rasa percaya diri yang kita bicarakan ini, tetapi sebenarnya bagaimana sikap
duduk atau berdiri Anda, mengirimkan pesan tertentu pada orang-orang yang ada di
sekekliling Anda. Jika pesan tersebut memancarkan rasa percaya diri, Anda akan
mendapatkan tanggapan positif dari orang lain dan tentu saja ini akan memperbesar rasa
percaya diri Anda sendiri. Jadi mulai perhatikan sikap duduk dan berdiri untuk
menunjukan Anda memiliki rasa percaya diri.

2. Bergaulah Dengan Orang-Orang Yang Memiliki Rasa Percaya Diri Dan


Berpikiran Positif - Lingkungan membawa pengaruh besar pada seseorang. Jika Anda
terus menerus berbaur dengan orang yang memiliki rasa rendah diri, pengeluh dan
pesimis, seberapa besarpun percaya diri yang Anda miliki, perlahan tapi pasti akan pudar
dan terseret mengikuti lingkungan Anda. Sebaliknya, jika Anda dikelilingi orang-orang
yang penuh kebahagiaan dan percaya diri, makan akan tercipta pula atmosfir positif yang
membawa keuntungan bagi diri Anda.
3. Ingat Kembali Saat Anda Merasa Percaya Diri - Percaya diri adalah sebuah
perasaan, dan jika Anda pernah merasakannya sekali, tak mustahil untuk merasakannya
lagi. Mengingat kembali pada saat dimana Anda merasa percaya diri dan terkontrol akan
membuat Anda mengalami lagi perasaan itu dan membantu meletakan kerangka rasa
percaya diri itu dalam pikiran.

4. Latihan - Kapanpun Anda ingin merasakan rasa percaya diri, kuncinya adalah latihan
sesering mungkin. Bahkan Anda dapat membawanya dalam tidur. Dengan kemampuan
yang terlatih, Anda tak akan kesulitan menampilkan rasa percaya diri kapanpun itu
dibutuhkan.

5. Kenali Diri Sendiri - Pikirkan segala hal tentang apa yang Anda sukai berkenaan
dengan diri sendiri dan segala yang Anda tahu dapat Anda lakukan dengan baik. Jika
Anda kesulitan melakukan ini, ingat tentang pujian yang Anda peroleh dari orang-orang -
Apa yang mereka katakan - Anda melakukannya dengan baik? Sebuah gagasan bagus
untuk menuliskan semua ini, hingga Anda bisa melihatnya lagi untuk mengibarkan rasa
percaya diri kapanpun Anda membutuhkan inspirasi.

6. Jangan Terlalu Keras Pada Diri Sendiri - Jangan terlalu mengkritik diri sendiri,
jadilah sahabat terbaik bagi diri Anda. Namun, saat seorang teman sedang melalui masa
sulit, Anda tak akan mau terlibat dalam masalahnya hingga menguras emosi Anda sendiri
kan? Tentu saja Anda tak mau. Pebicaraan yang positif dapat berubah jadi senjata terbaik
untuk menaikan rasa percaya diri, jadi pastikan Anda menanam kebiasaan ini, jangan
biarkan permasalahan orang lain membuat Anda jadi terpuruk.

7. Jangan Takut Mengambil Resiko - Jika Anda seorang pengambil resiko, Anda pasti
akan temukan kalau tindakan ini mampu membuahkan rasa percaya diri. Tak ada yang
lebih bermanfaat dalam menumbuhkan rasa percaya diri layaknya mendorong diri sendiri
keluar dari zona nyaman. Selain itu, tindakan ini juga berfungsi bagus untuk mengurangi
rasa takut Anda akan ha-hal yang tak Anda ketahui, plus bisa dari pembangkit rasa
percaya diri yang luar biasa.

Memupuk Rasa Percaya Diri


Oleh Jacinta F. Rini Team e-psikologi

Jakarta, 16 Oktober 2002

Pernahkah anda mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-hari
"tidak pede" dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan? Saya yakin hampir
setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam rentang
kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut.
Ruang konseling di website inipun banyak diwarnai dengan pertanyaan seputar
kasus-kasus yang berhubungan dengan krisis kepercayaan diri tersebut. Sudah tentu,
hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat mengganggu, terlebih ketika
dihadapkan pada tantangan atau pun situasi baru. Individu sering berkata pada diri
sendiri, “dulu saya tidak penakut seperti ini....kenapa sekarang jadi begini ?” ada
juga yang berkata: "kok saya tidak seperti dia,...yang selalu percaya diri...rasanya
selalu saja ada yang kurang dari diri saya...saya malu menjadi diri saya!”

Menyikapi kondisi seperti tersebut diatas maka akan muncul pertanyaan dalam benak kita:
mengapa rasa percaya diri begitu penting dalam kehidupan individu. Lalu apakah kurangnya
rasa percaya diri dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam
menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal. Jika memang rasa
kurnag percaya diri dapat diperbaiki, langkah-langkah apakah yang harus dilakukan?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan saya jawab dalam artikel ini.

Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu
dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang
tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu
tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa –
karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik
terhadap diri sendiri.

Karakteristik

Karakteristik atau ciri-ciri Individu yang percaya diri

Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang
proporsional, diantaranya adalah :

• Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian,


pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain
• Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain
atau kelompok
• Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani menjadi diri sendiri
• Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil)
• Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan,
tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta
tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain)
• Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, ornag lain dan situasi di
luar dirinya
• Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu
tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

Karakteristik atau ciri-ciri Individu yang kurang percaya diri

Beberapa ciri atau karakteristik individu yang kurang percaya diri, diantaranya adalah:
• Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan
dan penerimaan kelompok
• Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan
• Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan dir) dan memandang
rendah kemampuan diri sendiri – namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik
terhadap diri sendiri
• Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif
• Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target
untuk berhasil
• Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri
sendiri)
• Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai
dirinya tidak mampu
• Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangattergantung
pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain)
Perkembangan Rasa Percaya Diri

Pola Asuh
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan
melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam kehidupan bersama orangtua.
Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola
asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan
rasa percaya diri.Sikap orangtua, akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada
saat itu. orangtua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang
serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percara diri
pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata
orangtuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtua anak melihat
bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung
pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena eksisitensinya. Di kemudian hari anak
tersebut akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai
harapan yang realistik terhadap diri – seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik
terhadap dirinya.
Lain halnya dengan orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anak, atau suka
mengkritik, sering memarahi anak namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, tidak
pernah puas dengan hasil yang dicapai oleh anak, atau pun seolah menunjukkan
ketidakpercayaan mereka pada kemampuan dan kemandirian anak dengan sikap
overprotective yang makin meningkatkan ketergantungan. Tindakan overprotective
orangtua, menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak karena anak tidak belajar
mengatasi problem dan tantangannya sendiri – segala sesuatu disediakan dan dibantu
orangtua. Anak akan merasa, bahwa dirinya buruk, lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan,
selalu gagal, tidak pernah menyenangkan dan membahagiakan orangtua. Anak akan merasa
rendah diri di mata saudara kandungnya yang lain atau di hadapan teman-temannya.
Menurut para psikolog, orangtua dan masyarakat seringkali meletakkan standar dan harapan
yang kurang realistik terhadap seorang anak atau pun individu. Sikap suka membanding-
bandingkan anak, mempergunjingkan kelemahan anak, atau pun membicarakan kelebihan
anak lain di depan anak sendiri, tanpa sadar menjatuhkan harga diri anak-anak tersebut.
Selain itu, tanpa sadar masyarakat sering menciptakan trend yang dijadikan standar patokan
sebuah prestasi atau pun penerimaan sosial. Contoh kasus yang riil pernah terjadi di tanah
air, ketika seorang anak bunuh diri gara-gara dirinya tidak diterima masuk di jurusan A1
(IPA), meski dia sudah bersekolah di tempat yang elit; rupanya sang orangtua mengharap
anaknya diterima di A1 atau paling tidak A2, agar kelak bisa menjadi dokter. Atau, orangtua
yang memaksakan anaknya ikut les ini dan itu, hanya karena anak-anak lainnya pun
demikian.
Situasi ini pada akhirnya mendorong anak tumbuh menjadi individu yang tidak bisa menerima
kenyataan dirinya, karena di masa lalu (bahkan hingga kini), setiap orang mengharapkan
dirinya menjadi seseorang yang bukan dirinya sendiri. Dengan kata lain, memenuhi harapan
sosial. Akhirnya, anak tumbuh menjadi individu yang punya pola pikir : bahwa untuk bisa
diterima, dihargai, dicintai, dan diakui, harus menyenangkan orang lain dan mengikuti
keinginan mereka. Pada saat individu tersebut ditantang untuk menjadi diri sendiri – mereka
tidak punya keberanian untuk melakukannya. Rasa percaya dirinya begitu lemah, sementara
ketakutannya terlalu besar.

Pola Pikir Negatif

Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu mengalami berbagai masalah, kejadian, bertemu
orang-orang baru, dsb. Reaksi individu terhadap seseorang atau pun sebuah peristiwa, amat
dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah, cenderung
mempersepsi segala sesuatu dari sisi negatif. Ia tidak menyadari bahwa dari dalam dirinya
lah semua negativisme itu berasal. Pola pikir individu yang kurang percaya diri, bercirikan
antara lain:

• Menekankan keharusan-keharusan pada diri sendiri (“saya harus bisa begini...saya


harus bisa begitu”). Ketika gagal, individu tersebut merasa seluruh hidup dan masa depannya
hancur.
• Cara berpikir totalitas dan dualisme : “kalau saya sampai gagal, berarti saya memang
jelek”
• Pesimistik yang futuristik : satu saja kegagalan kecil, individu tersebut sudah merasa
tidak akan berhasil meraih cita-citanya di masa depan. Misalnya, mendapat nilai C pada
salah satu mata kuliah, langsung berpikir dirinya tidak akan lulus sarjana.
• Tidak kritis dan selektif terhadap self-criticism : suka mengkritik diri sendiri dan
percaya bahwa dirinya memang pantas dikritik.
• Labeling : mudah menyalahkan diri sendiri dan memberikan sebutan-sebutan negatif,
seperti “saya memang bodoh”...”saya ditakdirkan untuk jadi orang susah”, dsb....
• Sulit menerima pujian atau pun hal-hal positif dari orang lain : ketika orang memuji
secara tulus, individu langsung merasa tidak enak dan menolak mentah-mentah pujiannya.
Ketika diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menerima tugas atau peran yang penting,
individu tersebut langsung menolak dengan alasan tidak pantas dan tidak layak untuk
menerimanya.
• Suka mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri : senang mengingat dan bahkan
membesar-besarkan kesalahan yang dibuat, namun mengecilkan keberhasilan yang pernah
diraih. Satu kesalahan kecil, membuat individu langsung merasa menjadi orang tidak
berguna.

Memupuk Rasa Percaya Diri

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya
dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang
bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya.
Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangkan jika anda sedang mengalami
krisis kepercayaan diri.
1.

Evaluasi diri secara obyektif

Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar “kekayaan” pribadi, seperti
prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan
maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang
mendukung kemajuan diri. Sadari semua asset-asset berharga Anda dan temukan asset yang
belum dikembangkan. Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri
Anda, seperti : pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin
diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun
sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT (Strengths,
Weaknesses, Obstacles and Threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan
menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih realistik.

2.

Beri penghargaan yang jujur terhadap diri

Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah
bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak
dahulu hingga kini. Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti
mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu Anda menemukan jalan yang
tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya
keinginan yang tidak realistik dan berlebihan; contoh: ingin cepat kaya, ingin cantik,
populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu
sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri,
ketidakmampuan menghargai diri sendiri – hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian
diri.

3.

Positive thinking

Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak
Anda. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa nobody’s perfect dan it’s okay if I made a
mistake. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan
terus berakar, bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit
dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan
Anda. Hati-hatilah agar masa depan Anda tidak rusak karena keputusan keliru yang
dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk
kemudian di re-view kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa
melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.

4.

Gunakan self-affirmation

Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata yang
membangkitkan rasa percaya diri. Contohnya:
• Saya pasti bisa !!
• Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang boleh
menentukan hidup saya !
• Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang
sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan
• Sayalah yang memegang kendali hidup ini
• Saya bangga pada diri sendiri

5.

Berani mengambil resiko

Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, Anda bisa memprediksi resiko setiap tantangan
yang dihadapi. Dengan demikian, Anda tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan
lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi
resikonya. Contohnya, Anda tidak perlu menyenangkan orang lain untuk menghindari resiko
ditolak. Jika Anda ingin mengembangkan diri sendiri (bukan diri seperti yang diharapkan
orang lain), pasti ada resiko dan tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan tidak
berbuat apa-apa daripada maju bertumbuh dengan mengambil resiko. Ingat: No Risk, No
Gain.

6.

Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan

Ada pepatah mengatakan yang mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah
orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam hidup.
Artinya, individu tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata
positif. Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak dilihat sebagai pemberian
dari Tuhan. Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas semua berkat, kekayaan, kelimpahan,
prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian, uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta
berbagai pengalaman hidupnya. Ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari
tenggelam, tidak pernah melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan keluhan, rasa
marah, iri hati dan dengki, kecemburuan, kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan
keputusasaan. Dengan “beban” seperti itu, bagaimana individu itu bisa menikmati hidup dan
melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya? Tidak heran jika dirinya dihinggapi rasa
kurang percaya diri yang kronis, karena selalu membandingkan dirinya dengan orang-orang
yang membuat “cemburu” hatinya. Oleh sebab itu, belajarlah bersyukur atas apapun yang
Anda alami dan percayalah bahwa Tuhan pasti menginginkan yang terbaik untuk hidup Anda.

7.

Menetapkan tujuan yang realistik

Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang Anda tetapkan selama ini, dalam arti apakah
tujuan tersebut sudah realistik atau tidak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik,
maka akan memudahkan anda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian anda akan
menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan dalam
mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya resiko yang tidak diinginkan.

Mungkin masih ada beberapa cara lain yang efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
Jika anda dapat melakukan beberapa hal serpti yang disarankan di atas, niscaya anada akan
terbebas dari krisis kepercayaan diri. Namun demikian satu hal perlu diingat baik-baik
adalah jangan sampai anda mengalami over confidence atau rasa percaya diri yang
berlebih-lebihan/overdosis. Rasa percaya diri yang overdosis bukanlah menggambar kondisi
kejiwaan yang sehat karena hal tersebut merupakan rasa percaya diri yang bersifat semu.
Rasa percaya diri yang berlebihan pada umumnya tidak bersumber dari potensi diri yang ada,
namun lebih didasari oleh tekanan-tekanan yang mungkin datang dari orangtua dan
masyarakat (sosial), hingga tanpa sadar melandasi motivasi individu untuk “harus” menjadi
orang sukses. Selain itu, persepsi yang keliru pun dapat menimbulkan asumsi yang keliru
tentang diri sendiri hingga rasa percaya diri yang begitu besar tidak dilandasi oleh
kemampuan yang nyata. Hal ini pun bisa didapat dari lingkungan di mana individu di
besarkan, dari teman-teman (peer group) atau dari dirinya sendiri (konsep diri yang tidak
sehat). Contohnya, seorang anak yang sejak lahir ditanamkan oleh orangtua, bahwa dirinya
adalah spesial, istimewa, pandai, pasti akan menjadi orang sukses, dsb – namun dalam
perjalanan waktu anak itu sendiri tidak pernah punya track record of success yang riil dan
original (atas dasar usahanya sendiri). Akibatnya, anak tersebut tumbuh menjadi seorang
manipulator dan dan otoriter – memperalat, menguasai dan mengendalikan orang lain untuk
mendapatkan apa yang dia inginkan. Rasa percaya diri pada individu seperti itu tidaklah
didasarkan oleh real competence, tapi lebih pada faktor-faktor pendukung eksternal, seperti
kekayaan, jabatan, koneksi, relasi, back up power keluarga, nama besar orangtua, dsb. Jadi,
jika semua atribut itu ditanggalkan, maka sang individu tersebut bukan siapa-siapa. (jp)

sumber : www.e-psikologi.com

Berikut adalah hanya sebagian manfaat dari sikappercaya diri yang bisa Anda
dapatkan:

• Hidup menjadi lebih "hidup"

• Membangun relasi yang harmonis dengan siapa pun.

• Meraih berbagai peluang yang selama ini Anda abaikan

• Hidup lebih damai

• Tidak mudah terganggu oleh kritikan orang lain

• Meraih tujuan Anda, karena Anda mencapainya dengan percaya diri

• Mendapatkan pekerjaan idaman Anda (hal besar yang saya dapatkan dari percaya
diri)

• Menjadi pembicara di depan umum. Ini juga, padahal saya asalnya mudah
grogi dan sulit bicara.

• Hidup lebih termotivasi

• Mendapatkan bisnis yang selama ini Anda impikan

• Tenang menghadapi ujian sehingga mampu mengeluarkan semua kemampuan


Anda.

• Meningkatkan volume penjualan jika Anda seorang penjual

• Lebih diperhatikan dan diperhitungkan oleh rekan dan atasan di tempat kerja.
• Mampu memberikan kontribusi yang besar kepada perusahaan.

• Hidup lebih ceria

• Menghilangkan kekhawatiran

• Memiliki kinerja yang tinggi

Masih ada salah pengertian antara beda makna percaya diri dan sombong. Apa yang
menjadi perbedaan antara percaya diri dan sombong? Apakah orang sombong itu
menunjukan kepercayaan diri yang tinggi atau justru lemah? Apakah orang yang
memiliki cita-cita melebihi cita-cita kita bisa disebut sombong? Pertanyaan ini perlu
dijawab dengan tuntas agar kita terhindar dari sikap sombong, tetapi bisa meraih manfaat
percaya diri.

Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: “Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu
sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang
berserah diri“. (QS.An Naml:30-31)

Dari Iyadl Ibnu Himar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian
merendahkan diri, sehingga tidak ada seorang pun menganiaya orang lain dan tidak ada
yang bersikap sombong terhadap orang lain.” (HR.Riwayat Muslim.)

Dari ayat dan hadits di atas, ada satu kata yang mengikuti kata sombong, yaitu
terhadap… Artinya kata sombong bersifat komparatif, yaitu membandingkan dengan
orang (makhluq) lainnya. Artinya kesombongan bermakna dalam hal merasa lebih tinggi,
lebih baik, atau lebih lainnya dengan orang atau makhluq lainnya. Dia merasa lebih hebat
daripada orang lain. Bahkan banyak yang merasa lebih hebat dibanding Nabi, sehingga
tidak mendengar apa yang dikatakan oleh para Nabi.

Jika sombong lebih kepada membandingkan dengan orang lain, maka percaya diri justru
sebaliknya. Percaya diri lebih berfokus pada kesamaan antara manusia. Orang akan
percaya diri jika dia merasa sama dengan orang lain. Merasa memiliki perbedaan, justru
akan menimbulkan sikap negatif. Merasa lebih rendah disebut rendah diri. Sementara
orang yang merasa lebih baik disebut sombong.

Rendah diri ada yang positif dan ada yang negatif. Rendah diri dihadapan Allah adalah
rendah diri yang positif, sementara rendah diri di hadapan manusia adalah perbuatan
tercela. Tidak ada makhluq yang lebih mulia di sisi Allah, kecuali karena ketaqwaanya.
Artinya manusia itu sama, sehingga yang menentukan nanti di akhirat hanyalah
ketaqwaanya. Bukan pangkat, pendidikan, jabatan, dan harta kekayaan. Kita tidak perlu
merasa rendah diri dihadapan siapa pun, kecuali di hadapan Allah.

Justru, jika kita yakin bahwa kita sama dengan orang lain, akan muncul suatu sikap
percaya diri. Jika orang lain bisa melakukan hal yang luar biasa, maka Anda pun bisa
melakukannya. Teknologi NLP sudah banyak menunjukan bahwa kita bisa melakukan
apa pun yang kita ingin lakukan. Apa lagi jika sudah ada orang lain yang pernah
melakukannya. Yang seringkali menghambat kita untuk melakukan hal yang sama
dengan orang lain, karena justru pikiran kita sendiri. Atau apa yang kita lakukan, belum
sama dengan orang lain.

Intinya, kepercayaan diri menganut prinsip kesamaan antara kita dengan orang lain. Allah
menciptakan manusia sama dengan segala potensinya. Jika kita seolah tidak bisa
melakukan apa yang dilakukan oleh orang lain, sesungguhnya karena kita belum tahu
caranya secara akurat. Mungkin kita baru melakukannya sebagian. Namun disayangkan,
kita sering terburu-buru mengubur potensi diri kita sendiri.

Saat ada orang lain yang memiliki cita-cita tinggi. Bahkan jauh lebih tinggi dibanding
keyakinan kita. Anda tidak perlu menyebutnya sombong. Anda sendiri bisa memiliki
cita-cita dan kemampuan untuk meraihnya seperti orang lain. Yang Anda perlukan ialah
bagaimana memompa pikiran Anda agar memiliki keyakinan yang sama dengan orang
lain. Jadi, sebelum mengatakan orang lain sombong, mungkin kitanya yang rendah diri.

MemBanguN Rasa PercayaDiri (part-1)


Juni 8, 2007 — Hary
Pernahkah anda mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-
hari tidak P.D. dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan? Saya yakin
setiap orang Insya Allah pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam
rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai
usia lanjut. Individu sering berkata pada diri sendiri “dulu saya tidak penakut
seperti ini….. kenapa sekarang jadi begini?”.

Ada juga yang berkata, “koq saya tidak seperti dia … yang selalu percaya diri …
rasanya selalu saja ada yang kurang pada dari diri saya…saya malu menjadi diri
saya!”. Pertanyaan –pertanyaan itulah yang sering muncul dalam diri dan
seringkali ketika akanmelaukan sesuatu terasa di dada begitu berdebar dan
susah untuk ditenangkan kembali. Kadang sampai takut untuk menunjukn
identitas dirinya karena sudah merasa sebagai kekurangan/kelemahan,
walaupun kekurangan itu sebetulnya hanya angan-angan semata. Sudah tentu,
hilangnya ras percaya diri seperti utu menjadi sesuatu yang amat mengganggu
terlebih ketika dihadapkan pada tantangan ataupun situasi baru.baca
seterusnya ………Menyikapi kondisi di atas maka akan muncul pertanyaan dalam
benak kita : mengapa rasa percaya diri (self confidence) begitu penting dalam
kehidupan individu? Lalu apakah kurangnya rasa percaya diri (self confidence)
dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam
menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal? Jika
memang rasa percaya diri dapat diperbaiki, langkah-langkah apakah yang harus
dilakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini, akan dicoba dibahas dari dua sudut
yaitu Dimensi Psikologis dan Dimensi Agama.Akan tetapi sebelum menuju rasa
percaya diri, perlu diketahui tentang perlunya harga diri (self esteem), karena
pada hakekatnya sumber dari tumbuhnya rasa percaya diri adalah berawal dari
terbangunnya sikap self esteem (harga diri). Bahkan cirri-ciri bahwa seseorang
mempunya harga diri yang kuat itu salah satunya adalah dia mempunyai self
confidence (percaya diri). Perbedaan antara self esteem dan self confidence
adalah, kalau sudah mempunyai self esteem berarti sudah pula memiliki self
confidence, akan tetapi walau sudah memiliki self confidence belum tentu
memiliki self esteem.

HARGA DIRI (SELF ESTEEM)

Apa harga diri itu? Harga diri adalah hal menyukai diri. Ini bukannya suatu
kesombongan atau keangkuhan sebagaimana orang yang tersinggung “harga
dirinya”, tapi percaya pada diri dan tindakan kita sendiri, atau nilai-nilai yang
kita berikan pada diri sendiri tentang emosi, fisikal (jasmaniah) dan spiritual
(rohaniah). Atau lebih lengkapnya harga diri adalah perasaan, perilaku dan
mengetahui bahwa anda berhak untuk memilih apa yang anda kehendaki
sebagai bagian dari kehidupan anda dan mengambil sikap untuk melakukan
tindakan yang anda pilih di berbagai area kehidupan anda yang membuat
perasaan diri sendiri menjadi lebih baik dan lebih percaya diri. Self esteem
adalah sebuah ktrampilan yang dapat dipelajari dan dilatih oleh siapapun
seperti halnya mempelajari banyak hal dalam kehidupan ini, bukan sesuatu
yang diketahui sejak lahir.Mengapa harga diri itu penting? Karena :

• Di dalam setiap budaya ada taraf dasar harga diri yang diperlukan,
• Harga diri membantu orang merasa mampu mengembangkan
ketrampilannya dan berguna bagi masyarakat,
• Harga diri yang rendah bisa berkaitan dengan kesehatan, sperti stress,
sakit jantung dan bertambahnya ulah “nakal”.
• Penelitian menyatakan bahwa orang perlu akan harga diri yang kuat agar
merasa yakin berbuat sesuatu dan menggunakan kemampuan serta
bakatnya dengan sebaik-baiknya.

KARAKTERISTIK SELF ESTEEM

Self esteem ditinjau dari kondisinya dibedakan dalam 2 (dua) kondisi :

1. Strong (kuat)
2. Weak (lemah)

Ciri-ciri orang yang memiliki self esteem yang kuata.

1. Self Confidence (percaya diri) yaitu menghadapi segala sesuatu


dengan penuh percaya diri dan tidak mudah putus asa, menyadari
sepenuhnya kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Rasa
percaya diri dimanfaatkan untuk bisa mengatasi segala permasalahan
yang muncul shg tidak mudah putus asa dan bila berhasil juga tidak
besar kepalab.
2. Goal Oriented ( mengacu hasil akhir) yaitu ketika ingin
melaksanakan sesuatu selalu memikirkan langkah yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuaanya denga memikirkan segala konsekuensi yang
diperkirakan akan muncul serta memiliki alternative lainnya untuk
mencapai tujuan tersebut.
3. Appreciative (menghargai) yaitu merasa cukup dan selalu bisa
menghargai yang ada disekelilingnya serta dapat membagi
kesenangannya dengan orang lain.

4. Contented (puas/senang) yaitu bisa menerima dirinya apa adanya


dengan segala kelebihan dan kelemahannya serta mempunyai toleransi yang
tinggi atas kelemahan orang lain dan mau belajar dari orang lain. Dia melihat
masa depan dengan apa yang ada pada dirinya dan yang bisa dilakukannya dan
bukannya masa depan yang sekedar menirukan orang lain.

Orang yang mempunyai Self Esteem yang kuat akan mampu membina relasi
yang baik dan sehat dengan orang lain, bersikap sopan dan menjadikan dirinya
menjadi orang yang berhasil. Cirri –ciri orang yang memiliki self esteem yang
lemah (weak) adalah :

1. Critical (selalu mencela) yaitu selalu mencela orang lain, banyak


keinginannya dan sering kali tidak terpenuhi, senang memperbesar
masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mengakui kelemahannya.
2. Self-centred (mementingkan dirinya sendiri) yaitu biasanya egois,
tidak peduli dengan kebutuhan atau perasaan orang lain, segala
sesuatunya berpusat pada diri sendiri, tidak ada tenggang rasa dengan
lainnya yang akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi.
3. Cynical (sinis/suka mengolok-olok) yaitu senang meledek orang lain
dengan omongan yang sinis, sering mensalahartikan pemikiran, kegiatan,
kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain tidak senang pada
dirinyad. Diffident (malu-malu) yaitu menyangkal atas semua
kelemahannya, tidak pernah bisa membuktikan kelebihannya dan sering
kali gagal dalam melakukan sesuatu.
Kita telah mengetahui bahwa salah satu kemampuan penting yg patut dimiliki adalah
dalam membangun rasa percaya diri atau perasaan yakin akan keberhasilan. Hal ini
terutama ketika kita dihadapkan pada kondisi tidak mendukung dan pengetahuan kita
mengarah pada asumsi gagal. Lebih dari itu, Ini juga merupakan kemampuan yg amat
penting di saat kita harus melakukan sesuatu yg kita belum punya referensi pengalaman
positif tentangnya. Apa sih sebenarnya Percaya Diri itu?

Saya memaknai percaya diri sebagai perasaan yakin akan kemampuan kita untuk
melakukan suatu hal dg baik atau sesuai dg kriteria standar tertentu. Namun bagi saya yg
namanya percaya diri ini bukanlah sekedar memiliki perasaan mantap dalam diri, namun
juga haruslah berwujud tindakan nyata sbg implikasi darinya. Sehingga definisi percaya
diri juga harus melingkupi kemampuan untuk mengambil tindakan efektif dalam situasi
yg sulit dan menantang sekalipun.

Orang yg terampil dan berpengetahuan tidak akan bisa menunjukkan performa terbaik
jika dia miliki percaya diri yg rendah. Semisal orang yg bekerja di bidang sales.
Mempelajari pengetahuan tentang sales dari buku dan melatih teknik sales jelas
merupakan prasyarat menuju sukses. Namun itu semua adl tantangan yg berbeda
dibanding dg terjun langsung ke lapangan dan menerapkan pengetahuan & teknik tsb
secara tatap muka dg seorang prospek. Karena di situlah ujian kompetensi yg sebenarnya.
Terampil & berpengetahuan tak akan banyak membantu jika mentalitas diri belum
mendukung dan percaya diri belum terbangun.

Kita juga bisa melihat PeDe in action dlm urusan berbicara di depan khalayak (public
speaking) yg sering jadi sumber ketakutan bagi banyak orang. Mereka yg begitu percaya
diri ketika berbicara secara tatap muka dan kelompok kecil tiba-tiba menjadi canggung,
ragu, cemas dan miliki PeDe yg rendah. Namun jika orang semacam ini dihipnotis oleh
katakanlah Romy Rafael, maka dia mampu tampil dg baik, all out dan tanpa rasa takut
bahkan ketika mereka belum berlatih atau punya bahan yg telah dipersiapkan. Padahal
hipnotis tidaklah secara ajaib menganugerahkan keterampilan baru, namun dia bisa
menempatkan seseorang dalam kondisi diri penuh percaya diri yg menjadikanny mampu
mengakses segenap potensi dan sumber daya produktif dari dalam dirinya.

Meskipun percaya diri biasanya ditandakan dg perasaan mantap dalam diri, namun bukan
berarti di sana tidak ada perasaan khawatir. Ketika seseorang melakukan apa2 yg belum
pernah dia lakukan atau yg dia belum ahli dalam melakukan, amat wajar jika dia punya
perasaan tak nyaman karena dia merasa tidak memiliki semua jawaban atas beragam
kekhawatiran yg terlintas di benaknya. Namun apa yg penting dari percaya diri adalah
perasaan “It will be okay“, bahwa semuanya akan baik-baik sajal; bahkan jika ada salah
gagal sekalipun, itu semua tak akan jadi masalah. Pada akhirnya, semua akan baik-baik
saja. Orang yg percaya diri biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Dia merasa siap-untuk-bertindak


2. Bisa mengendalikan pikiran dan perasaan dg baik, meskipun kadang masih ada
khawatir di sana
3. Dia bisa bernafas dg lancar
4. Dia menunjukkan sikap proaktif alih2 defensif
5. Dia bisa menertawakan diri sendiri
6. Dia meyakini bahwa semua akhirnya akan jadi baik-baik saja, apapun yg akan
dialami nanti, seberapa lamanya pun nanti

Bagi sebagian orang, ukuran percaya diri ini memang bersifat subyektif. Ada yg
beranggapan bahwa tingkat percaya diri seseorang itu diukur dari cara dia berpakaian,
berbicara dan berperilaku. Bisa jadi memang begitu. Entah itu implikasi atau ciri, apapun
deh, hanya Anda lah yg tahu apa2 yg Anda rasakan dalam diri.

Yang jelas, seluruh karakteristik percaya diri akan mengantarkan kita pada benefit
sebagai berikut:

1. Dg PeDe, gambaran tentang apa2 yg sebenarnya kita inginkan jadi lebih terlihat,
termasuk ke mana sih sebenarnya kita hendak menuju dan apa2 saja yg terbilang
penting atau tak penting.
2. Dg PeDe, kita jadi lebih termotivasi dg apa2 yg kita lakukan, dan bahkan
menikmati dan sampai keasyikan dgnya.
3. Dg PeDe, kita jadi lebih mampu mengelola emosi diri dg lebih baik. Perasaan
khawatir dan takut memang kadang muncul, tapi kita bisa menanganinya dg baik.
4. Dg PeDe, kita jadi lebih punya positif mind-set. Jelas. Artinya kita jadi lebih
terarah untuk melihat sisi baik dari suatu kejadian yg menghempaskan diri, pun
juga jadi lebih bisa memandang sikap orang lain dg positif.
5. Dg PeDe, secara otomatis kiga jadi lebih sadar diri akan apa2 yg kita bagus di
dalamnya serta seberapa mampunya kita melakukan sesuatu.
6. Dg PeDe, kita jadi lebih fleksibel dalam bertindak, yakni dg menyesuaikan dg
keadaan. Yg penting kita sudah bisa meilhat gambaran besar dari apa yg kita
maksud.
7. Dg PeDe, kita jadi lebih bersemangat untuk bertumbuh: yakni untuk terus
mengembangkan diri dan menjadikan tiap hari sebagai pengalaman pembelajaran.
8. Dg PeDe, kesehatan dan energi produktif kita jadi lebih terjaga, karena kita jadi
lebih mampu menangani stress dan miliki energi positif yg melimpah dalam diri.
9. Dg PeDe, kita jadi lebih bersedia untuk mengambil risiko, yakni mengambil
tindakan dari kondisi ketidakpastian dan terus bertindak meskipun kita tidak
mengetahui semua jawaban atau seluruh keterampilan yg dibutuhkan dg baik.

Dengan benefit semacam itu, tentunya kita tidak sekedar ingin menjadikan PeDe sebagai
sebuah perkara sederhana. Karena bahkan mereka yg sudah menganggap dirinya percaya
diri ternyata belum mampu meraup seluruh dampak positif yg tersebut di atas.

You might also like