Professional Documents
Culture Documents
DALAM
oleh
H. Mas'oed Abidin
2 PENGENTASAN KEMISKINAN
Sumatera Barat, dengan akar budaya
Minangkabau, sangat intens (basitungkin) dalam
mengantisipasi berkembangnya kemiskinan.
Ada sinyalemen Prof. Emil Salim (pernah
menjabat Menteri KLH, Kabinet Pembangunan
V), tentang lahan Ranah Minang. Sebagai
dikatakannya, tanah di Minangkabau, tidak
(kurang) bersahabat. "Dari keseluruhan
wilayah Sumatera Barat, hanya sekitar 14
persen saja yang kondisi tanahnya subur
dan cocok untuk areal pertanian.".
Begitulah kira-kira, kesimpulan Prof. DR.
Emil Salim, (sebagai diungkapkan Singgalang,
Rabu, 7 Juli 1993, halaman pertama) dari
Musyawarah Pola Dasar Pembangunan
Sumbar.
Perlulah pula dimaklumi, sebahagian dari
luas lahan dimaksud, sudah didiami anak
kemenakan warga transmigrasi. Sejak dari
Pasaman, Sitiung, Lunang-Silaut, Solok Selatan.
Sebahagiannya pula diolah oleh perusahaan-
perusahaan perkebunan, yang menyebar dari
Pasaman hingga ke batas Mandailing (Tapsel).
Dari Sijunjung hingga ke batas Jambi dan Riau.
Begitu pula mendekat batas Bengkulu, di ujung
Pesisir Selatan.
Tanah yang tadinya berada dalam status
tanah ulayat Nagari, atau dalam sako pusako
tinggi, pelan-pelan berangsur tergeser.
Mengiring gerak roda pengembangan wilayah.
Secara keseluruhan tanah-tanah kosong
tadinya, kini mulai ditanami. Pelan-pelan tetapi
pasti, menjanjikan mutiara hijau di kepingan
wilayah Sumatera Barat.
PENGENTASAN KEMISKINAN 3
Mulai dari tanaman sawit, karet, cokelat,
lada/merica, kulit manis, hingga ketela pohon
(ubi kayu).
Masa doeloe seketika tanah-tanah itu
belum diolah, hanya dijadikan anak kemenakan
sebagai hutan tempat mencari kayu api. Paling
tinggi tempat simpanan kayu pembuat rumah
atau untuk mencari akar-rotan.
Persawahan atau perladangan anak nagari
semasa itu, merupakan hasil taruko ninik-
mamak. Sawah bajanjang bapamatang dan
ladang babiteh babentalak. Dari mamak turun
ke kemenakan. Begitulah seterusnya.
Letaknyapun di sekeliling Dusun Taratak.
Bahkan ada yang berada di keliling rumah
tempat diam.
Perkembangan dusun menjadi desa, dan
nagari masuk lurah, anak kemenakan ikut
bertambah. Rumah kecil tak mampu lagi
menampung jumlah cucu dan cicit. Bangunan
barupun ditegakkan, tanah persawahan menjadi
satu-satunya pilihan untuk batagak rumah baru.
Manaruko hutan menjadi sawah, tidak lagi
merupakan kebiasaan masa kini. Sebaliknya
yang terjadi, mengurangi areal persawahan
menjadi lokasi perumahan.
Di sinilah ditemui kritisnya masalah
peternakan jika dikaitkan dengan sumber
pendapatan pertanian.
Akan tetapi, masyarakat Minangkabau,
tidak dapat dikatakan miskin dan belum pula
bisa dikatakan berada. Yang jelas, mereka tetap
bisa hidup dan bertahan hidup, di areal yang
4 PENGENTASAN KEMISKINAN
makin terbatas itu.
Keadaan itu memungkinkan, karena
adanya peran budaya Minang yang sedari awal
intensif mengantisipasi gejala kemiskinan itu.
Antara lain, bunyi pantun.
Karatau madang di ulu,
ba buwah ba bungo balun,
marantau-lah buyuang dahulu,
di rumah paguno balun.
Adanya kebiasaan merantau menjadikan
pemuda-pemuda Minangkabau (Sumatera
Barat), mencari hidup di lahan orang lain.
Modalnya keyakinan, kemauan dan tulang
delapan karat.
Sementara itu, sang dara (gadis/remaja
putri) Minangkabau, tidak pula dibiarkan hidup
cengeng. Mereka diajar bertani, merenda,
menjahit, menyulam, dan berbagai kepandaian
puteri lainnya. Yang sungguhpun, dirasakan
bahwa kepandaian-kepandaian semacam itu,
kini mulai terasa langka.
Kalaulah kemiskinan yang ada, tidak
dirasakan sebagai bahaya, itu hanya disebabkan
karena pandainya batenggang.
Sesuai bunyi pantun;
Alah bakarih samporono,
Bingkisan rajo majopaik,
tuah basabab bakarano
pandai batenggang di nan rumik.
Selanjutnya, kepandaian batenggang itu
PENGENTASAN KEMISKINAN 5
digambarkan dalam pantun lainnya;
Latiak-latiak tabang ka pinang,
hinggok di pinang duo-duo,
satitiak aie dalam piriang,
di sinan ba main ikan rayo.
Falsafah budaya ini, bukannya
menelorkan masyarakat yang statis. Sama
sekali tidak. Bahkan melahirkan sikap jiwa yang
digjaya. Satu iklim jiwa (mentalclimate) yang
subur. Bila pandai menggunakannya dengan
tepat, akan banyak membantu dalam usaha
pembangunan sumber daya manusia di ranah
ini.
Sifat egoistis, memang kurang diminati
dalam budaya Minangkabau. Membiarkan
kemelaratan orang lain, dengan menyenangkan
diri sendiri, mungkin merupakan sikap yang tak
pernah diwariskan. Yang ada, hanyalah
tenggang manenggang dan raso jo pareso.
Menurut bahasa halusnya alur dan patut.
Mengatasi masalah kemiskinan ditengah
kelembagaan masyarakat Minangkabau, terlihat
dari usaha dan perhatian khusus terhadap
kemakmuran lahiriyah (material).
Ungkapan itu jelas tersimak dalam untaian
pepatah yang menyibakkan arti kemakmuran
itu.
Rumah Gadang gajah maharam
Lumbuang baririk di halaman
Rangkiang tujuah sa jaja
Sabuah si Bajau-bajau
6 PENGENTASAN KEMISKINAN
Panenggang anak dagang lalu
Sabuah si Tinjau Lauik
Panenggang anak korong kampuang
Birawari lumbuang nan banyak
Makanan anak kamanakan
Manjilih di tapi aie
Mardeso di paruik kanyang.
PENGENTASAN KEMISKINAN 7
Berencana Berhemat
PENGENTASAN KEMISKINAN 9
Sebagai pengalaman amar ma'ruf, nahi munkar
dalam ajaran agama yang dianut.
Anggang jo kekek bari makan
Tabang ka pantai ka duo nyo
Panjang jo singkek pa ulehkan
Makonyo sampai nan dicito.
Adat hidup, tolong manolong. Adat mati,
janguak manjanguak. Adat lai, bari mambari.
Adat tidak, salang manyalang (basalang
tenggang).
Begitulah yang terjadi, sehingga dalam
kehidupan seharian, terlihat nyata dalam
perbuatan. Karajo baik ba imbauan, Karajo
buruak ba hambauan.
Kalau dalam perkembangan zaman,
kebiasaan-kebiasaan lama ini mengalami proses
pergeseran nilai-nilai budaya asing.
Akan tetapi tetap diyakini, bahwa nilai-
nilai budaya Minang itu, tidak hilang dan tidak
pula habis.
Ini jelas merupakan sebuah potensi yang
bisa digerakkan.
Dalam kaitannya dengan budaya
merantau, terbentuklah pula ikatan-ikatan
keluarga di perantauan. Sedari ikatan, dalam
hubungan saparuik hingga se taratak, dusun
nagari. Sampai kepada lingkungan wilayah yang
luas, dari Sikiliang air Bangih, dari ombak nan
badabua, sampai ka durian di takuak rajo.
Artinya meliputi wilayah adat dan nilai budaya
Minangkabau.
Tujuannya, pada mulanya sekedar ba suo
10 PENGENTASAN KEMISKINAN
suo. Mempererat hubungan kekeluargaan.
Meningkatkan, kepada memikirkan kampuang
halaman. Dan berakhir, kepada usaha
membangun kampung halaman.
Belum terdata dengan akurat, berapa
perbandingan jumlah orang Minang yang di
rantau itu. Apakah jumlah mereka sama dengan
jumlah yang tengah menetap di kampung. Atau
barangkali beberapa kali lipat dari penghuni
ranah sendiri.
Telah lama terjadi, bahwa orang kampung
ikut menikmati hasil orang rantau. Malah sering
tersua, sirkulasi hidup kampung ditentukan dari
rantau. Mulai dari pembinaan pribadi keluarga,
membangun rumah, menebus sawah, hingga
membangun sarana umum milik nagari.
Perencanaan pembangunan nagari, sering
tidak dapat dilaksanakan, tanpa diikut sertakan
dunsanak yang tinggal di rantau. Begitulah
kenyataan yang tersua.
Namun di dalamnya diakui merupakan
satu potensi yang bisa dikembangkan.
PENGENTASAN KEMISKINAN 11
Mulai berpalingnya kepada managemen
perusahaan-perusahaan swasta. Bahkan dalam
usaha mandiri, belakangan ini paling banyak
digeluti.
Lapangan usaha itu, banyak menjanjikan
pendapatan yang lumayan. Daripada menanti
apa yang ditetapkan berbentuk gaji bulanan.
Apalagi lapangan di kantor-kantor pemerintah
makin hari makin sempit juga. Dan cepatnya
gerak pembangunan bangsa, telah membuka
lapangan kerja baru. Kejelian mengkaji
kesempatan menyebabkan arus mobilitas
horizontal menuju rantau, tak mudah di
hempang.
Kerasnya hidup di rantau, suatu tantangan
yang berat. Diperlukan sikap jiwa yang matang.
Di samping kemauan keras, dan tulang delapan
karat, dibawa juga falsafah budaya untuk
pedoman mengarungi lautan kehidupan
rantau.
Falsafah hidup itu, disimak dalam
kehidupan keseharian tanah rantau.
Panggiriak pisau si rauik,
Patunggkek batang lintabung,
Salodang ambiak ka nyiru.
Setitiak jadikan lauik,
Sakapa (sekepal) jadikan gunuang,
Alam takambang jadi guru.
Belajar kepada alam, mengambil pelajaran
dari perjalanan hidup yang tengah diarungi.
Tidak lain adalah seiring bidal pantun;
Biduak dikayuah manantang ombak
12 PENGENTASAN KEMISKINAN
Laia di kambang manantang angin.
Nangkodoh ingek kamudi
padoman nan usah dilupokan.
Pedoman dalam menempuh kehidupan
itu, dikiatkan;
Hendak kayo, badikik-dikik (hemat)
Hendak tuah, batanua urai (penyantun)
Hendak mulia, tapek i janji (amanah)
Hendak luruih, rantangkan tali (mematuhi
peraturan)
Hendak buliah, kuat mancari (etos kerja
yang tinggi)
Hendak namo, tinggakan jaso (berbudi
daya)
Hendak pandai, rajin belajar (rajin dan
berinovasi)
Dek sakato mangkonyo ada (kerukunandan
partisipatif)
Dek sakutu mangkonyo maju (memelihara
mitra usaha)
Dek ameh mangkonyo kameh
(perencanaan masa
depan)
Dek padi mangkonyo manjadi
(pemeliharaan
sumber ekonomi)
Tidak mengherankan, bila tantangan berat
di rantau mampu diatasi. Dan sesuatu yang
paling menarik, bahwa perantau sanggup
mengolah pekerjaan apa saja asal halal. Tidak
PENGENTASAN KEMISKINAN 13
memilih pekerjaan, dengan motivasi hidup yang
tinggi. Kondisi ini membuka peluang kepada
percepatan mobilitas vertical dalam bentuk
peningkatan pendapatan.
Benteng Tawazunitas
PENGENTASAN KEMISKINAN 21
masyarakat desa dan rantau perlu lebih
dipadukan. Peranan informal leader amat
menentukan.
Yang penting adalah, membuat kiat
bagaimana kesejahteraan itu bermuara di desa.
Meningkatnya pendapat masyarakat desa,
merupakan sumber pendapatan baru bagi
masyarakt kota. Rumus ini tidak perlu diragukan
lagi.
Membentuk desa binaan merupakan
langkah awal yang perlu diwujudkan. Usaha ini
seiring sungguh dengan garisan Allah
Subhanahu wa Taala.
“Berikanlah kepada karib kerabat
(masyarakt keliling, sanak keluarga di kampung
halaman) haknya. Begitu pula terhadap orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan. Janganlah kamu menjadi orang
“mubadzdzir” (pemboros, dan melakukan
tindakan yang tidak bermanfaat, membuang-
buang kesempatan). Karena orang-orang
pemboros adalah teman dari Syaithan. Dan
syaithan itu sangat inkar kepada Tuhannya.”.
(QS. Al Isra’, 17:26-27).
PENGENTASAN KEMISKINAN 23
pemberli pesawat udara (Seulawah satu).
Dimasa kita berjuang mencapai kemerdekaan
dimasa penjajahan kolonial Belanda dahulu
(1945).
Jauh sebelumnya, bahkan hingga kini,
zakat merupakan satu sumber pembangunan
bidang pendidikan (agama). banyak Madrasah,
pesantren, yang telah dibangun dengan “dana
zakat” itu.
Masjid dan Mushalla, barangkali adalah
pembuatan toko, kebun, kapal atau pabrik
dengan uang zakat. Dan hasilnya diperuntukkan
bagi kepentingan si miskin.
Untuk melakukan studi banding, beberapa
negeri tetangga telah lebih dahulu
melakukannya.
Mesir, sudah lebih dari seribu tahun
mengelola uang zakat, untuk penguasaan tana-
tanah produktif (pertanian), dan sarana-sarana
ekonomi (perdagangan, dan pabrik-pabrik).
Hasilnya samapai hari ii, menyantuni lembaga
pendidikan tertua Al Azhar. Tidaklah berlebihan
bila disebutkan bahwa Institut Al Azhar Mesir ini,
merupakan institut terkaya, yang mengelola
harta waqaf dan zakat.
Bagaimana soalnya dengan kontraktor?
Masihkah zakat dikeluarkan sebagai halnya
petani? Sebahagiannya, ada yang
mempersoalkan bahwa mereka terikat beban
hutang dengan bank.
Bagaimana pula dengan bank-bank, yang
sekarang telah menjadi perusahaan (PT)?
Adakah mereka mengeluarkan zakat?
24 PENGENTASAN KEMISKINAN
Pertanyaan juga kepada para pegawai,
yang jika dihitung, ada yang mendapatkan gaji,
rendahnya Rp. 2,4 juta per tahung? Bahan ada
yang lebih, hingga 50 sampai 100 juta? Atau
yang yang menengah saja, sekitar Rp 12 juta
setahun? Masihkah dipersoalkan, bahwa kami
masih dihimpit hutang, karana pembelian mobil
dan lain-lainnya, sampai dua atau tiga buah?
Secara sederhana, bisa dimulai
menghitungnya. Berapa besar DIP yang
diberikan pemerintah pusat untuk daerah
Sumbar tahun ini. Semuanya jelas dikerjakan
oleh kontraktor (perusahaan). Kalaulah 2,5
persen dikeluarkan dalam bentuk zakat,
barangkali kita memiliki sumber dana sekian
milyar rupiah.
Kalaulah 2,5 persen pula dari keuangan
perusahaan besar seperti PT Semen Padang, PT
Bank-bank, dan PT-PT lainnya, maka akan
bertambah pula sekian ratus juta rupiah,
pertahunnya.
Menghitung, memang lebih mudah
daripada memungut atau mengeluarkannya.
Disinilah peluang kerja bagi BAZIS. Dan,
seharusnya BAZIS itu, menjadi perencana,
penghitung, pembagi, dan penggerak. Semacam
badan perencanaan pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Penyedia istimewa
(sumber pendapatan) bagi orang-orang yang
perlu diangkatkan.
Begitulah angan-angan yang gerangan
perlu dikembangkan.
PENGENTASAN KEMISKINAN 27
PEMENTASAN,
PENGENTASAN KEMISKINAN
28 PENGENTASAN KEMISKINAN
PENGENTASAN kemiskinan, dengan
pengertian usaha bersama-sama mengurangi
tingkat kemiskinan perlu ditampilkan. Perlu
dipentaskan. Karena usaha mengatasi
kemisikinan di tengah kehidupan ummat,
sesungguhnya merupakan usaha yang mulia.
Agama Islam, dengan mempedomani Al
Quran dan Sunnah Rasulullah selalu
memberikan perhatian yang besar serta
berkesinambungan terhadap masalah sosial ini.
Ajaran Al Quran amat memperhatikan usaha-
usaha penanggulangan kemiskinan.
Tidak diragukan lagi, ayat-ayat pertama
dari Mashhaf Al Quran, memberikan ciri-ciri sifat
dan sikap seorang Muttaqin (orang yang
bertaqwa). Diantaranya, orang yang percaya
kepada Yang Ghaib (Allah), mendirikan shalat
serta membelanjakan sebahagian rezekinya
(hartanya) untuk kemaslahatan ummat banyak.
Artinya, memberikan perhatian penuh terhadap
kehidupan orang-orang miskin. Seperti tertera
dalam Wahyu Allah, Surat Al Baqarah, 2 : 3 (Al
Quran).
Karena itu, seorang Muslim seyogyanya
tidak perlu merasa sungkan dan segan, dalam
berusaha mementaskan setiap usaha ke arah
pengentasan kemiskinan.
Al Quran yang menjadi pedoman setiap
Muslim (jumlah kita diakui terbanyak di Dunia
ini), seyogyanya mengambilkan pelajaran
tentang cara-cara yang diajarkannya guna
mengentaskan kemiskinan ummat.
Karena sudah pasti, yang terbanyak di
antara ummat yang berada di bawah garis
PENGENTASAN KEMISKINAN 29
kemiskinan itu, tentulah Muslim pula.
Al Quran menceritakan, di kala seorang
kafir (yang menolak ajaran Allah), dimasukkan
ke dalam neraka, mereka ditanya, Apa
sebabnya mereka tercampak ke dalam kehinaan
(Neraka) ini. Jawabnya karena, pertama, Kami
bukanlah termasuk golongan orang-orang yang
shalat.
Kedua, Kami tidak hendak memberi
makan orang miskin.
Ketiga, Kami asyik membicarkan
kebathilan. Tanpa berusaha sedikitpun
menghapus kebathilan itu. Habis hari karena
berbincang. Tak ada waktu tersisa untuk
mengubah kepincangan-kepincangan.
Keempat, Kami mendustakan hari
pembalasan (hari akhirat). Keyakinan mereka
hanya terpaut kepada hal-hal duniawiyah
semata. Yang ada hanya pemikiran masa kini, di
sini. Tidak ada sama sekali berpikir dan berbuat
untuk hari esok. Hari yang pasti didatangi setiap
diri. Nanti, setelah mati.
Keterangan tersebut jelas diterangkan
Allah dalam Firman Nya, Al Quran Surah ke 74,
Al Muddatsir ayat 40 - 47.
Yang menjadi titik perbincangan adalah
memberi makan orang miskin.
Perangi Kemiskinan.
PENGENTASAN KEMISKINAN 33
kekufuran”. Walaupun tidak selamanya orang
kufur itu terdiri dari orang fakir. Atau sebaliknya
tidak pula selamanya orang berpunya terjauh
dari kekufuran.
Namun, dapat disimak terminologi
sosialnya, bahwa kekufuran itu terbuka itu
terbuka pada salah satu pintunya kefakiran.
Maka mengatasi kefakiran dan
kemiskinan, bermakna menghambat peluang
kearah kekufuran. Disini terletak satu peran
utama setiap muslim yang mampu. Kewajiban
asasi, dalam kaitannya dengan “hablum minan
saasi” atau hubungan horizontal antara sesama
manusia (Muslim).
Dalam hubungan ini, Ali bin Abi thalib
mengandaikan. “Andaikata, kefakiran atau
kemiskinan mewujudkan dirinya dalam sosok
tubuh seperti manusia, niscaya aku akan cabut
pedangku. Aku tebas batang lehernya. Sehingga
kemiskinan (kefakiran) itu tidak sempat hidup
ditengah kehidupan manusia banyak.”.
Demiakian Ali bin Abi Thalib,
mengumumkan perang terhadap kemiskinan
(kefakiran).
Akan tetapi Umar bin Khattab, langsung
mementaskan di arena kekhalifahan beliau.
Bagaimana beliau sendiri berperan langsung
dalam mengentaskan kemiskinan di zamannya.
Diantaranya tersebut kisah, bahwa Umar
bin Khattab selalu melakukan perjalanan
incognito, ke pelosok-pelosok desa, ke gubuk-
gubuk reot. Melihat dan meneliti keadaan
kehidupan masyarakat kalangan bawah.
34 PENGENTASAN KEMISKINAN
Di suatu malam, Umar bin Khattab
mendengan suara tangisan anak-anak dari
sebuah gubuk. Terdengar pula dendangan ibu
menentramkan tangisan anak itu.
Setelah mendekat, Umar bin Khattab
meminta izin kepada sang Ibu agar
diperbolehkan masuk. Dalam dialog pendek,
dari sang ibu didapat penjelasan, bahwa dia
berusaha menenangkan tangisan anaknya yang
tengah kelaparan. Untuk menghubur dan
menenangkan anak menjelang tidur, ibu itu
sengaja merebus batu.
Umar bertanya kepadanya, “Wahai ibu,
kenapa ibu tidak datang saja kepada Amirul
Mukminin (Umar bin Khattab), untuk meminta
pangan? Sehingga tidak perlu berbohong
terhadap anakmu?”.
Sang Ibu menjawab, “Seharusnya Amirul
Mukminin tahu tentang nasib rakyatnya.”.
Umar segera bangkit dan pamit dengan
wajah duka. Di dalam hatinya berkecamuk rasa
iba dan tanggung jawab. Memang
kewajibannya, membela rakyatnya yang miskin.
Dia kumpulkan gandum yang ada
dirumahnya. Dimasukkannya ke dalam karung.
Dipikulnya sendiri dengan pundaknya.
Dibawanya juga di malam hari itu, ke rumah ibu
yang merebus baru untuk anaknya yang
kelaparan.
Dia masak sendiri gandum bawaannya
hingga matang. Siap dihidangkan sebagai
makanan yang layak. Dia berikan kepada anak
yang tengah kelaparan itu. Diapun bergurau
dengan anak itu sampai sang anak tertidur.
PENGENTASAN KEMISKINAN 35
Tidur bukan karena lapar. Tapi tidur dengan
perut berisi.
Demikian salah satu bentuk adegan,
bagaimana Umar bin Khattab “mementaskan”
usaha-usaha mengentaskan kemisikinan di
zamannya.
Yang dapat dipetik dari pementasan itu,
usaha-usaha pengentasan kemisikinan, perlu
dilakukan secara nyata. Tidak sebatas keinginan
dan teori belaka.
Umar bin Khattab menjadi orang yang
pertama dalam banyak hal. Pertama mendirikan
baitul-maal, (pembagian warisan). Juga pertama
kali mengirimkan bahan makanan melalui Laut
Merah dari Mesir ke Madinah. Menetapkan
pengenaan zakat atas ternak kuda.
Menyediakan gudang-gudang yang berisi
gandum (bahan pangan) bagi orang-orang yang
kehabisan bahan makanan (fakir miskin).
36 PENGENTASAN KEMISKINAN
tolong bertolongan untuk kebaikan dan
ketaqwaan). Tidak ada prinsip ta’awunitas itu
untuk keburukan maupun kema’shiyatan.
Harus dibedakan, antara zakat dengan
infaq dan shadaqah, dalam kaitannya sebagai
perintah Allah. Walaupun diakui semuanya
merupakan sumber dana ummat.
ZAKAT merupakan dana yang wajib
dikeluarkan, wajib di-tagih, wajib di-pungut, dari
pemegang dana.
INFAK dan SHADAQAH lainnya (diluar
zakat), harus digalakkan untuk dikeluarkan,
sebagai alat untuk meningkatkan ukhuwwah
(solidaritas) dan jihad ff sabiilillah (peningkatan
amaliyah dalam meningkatkan dan
mempertahankan aqidah dan kaedah di jalan
Allah).
Zakat, sebagaiman halnya shalat,
merupakan satu arkaan min arkaanil-Islam.
Sendi-sendi dari Islam. Zakat merupakan rukun
(sendi) Islam yang ke-empat, setelah
syahadatain, shalat, dan shaum (puasa).
Dalam Kitab suci Al Quranul Karim, selalu
diseiringkan perintah shalat dan zakat ini.
Hingga dapat dikatakan, zakat inilah yang
membedakan apakah seseorang itu mukmin
atau kafir (munafik).
Orang mukmin yang benar, selain
mempercayai hari akhir, serta mengerjakan
shalat, dan tidak mempersekutukan Allah, juga
seorang pembayar zakat.
Karena Al Quran selalu menghubungkan
antara shalat dan zakat, maka para sahabat
PENGENTASAN KEMISKINAN 37
Rasulullah (salafus-shalih), selalu berperdapat,
antara keduanya tidak boleh ada pemisahan.
Al Quranul Karim juga menyebutkan zakat
dengan kata-kata shadaqah. Bermakna
shadaqah yang wajib. Sebagai pembuktian atas
pembenaran perintah Allah, yang melekat pada
harta benda seorang mukminin.
Membayarkan zakat kewajiban muslim,
sama halnya dengan kewajiban shalat. Maka
memungut zakat dari seorang yang
berkewajiban zakat merupakan perintah Allah
pula. (At Taubah, 9:103). “Ambillah (pungutlah)
dari sebahagian harta mereka sadaqah (zakat).
Dalam pelaksanaan pemungutan zakat,
harus ada satu badan. Bagi negara-negara
Islam, perintah pemungutan datangnya dari
Kepala Negara (Amirul Mukminin). Tentu melalui
satu penegasan perundang-undangan, sesuai
dengan Kitabullah. Untuk daerah kita, bisa
dilakukan oleh Baitul Maal atau BAZIZ.
Karena itu, dalam pandangan Al Quran
(Islam), seorang belum dapat disetarakan
dengan orang-orang yang bertaqwa, sebelum
dia mengeluarkan sebahagian hartanya (berupa
zakat). Tanpa zakat, seseorang terjauh dari
rahmat Allah.
Kewajiban Azasi
PENGENTASAN KEMISKINAN 39
dikeluarkan zakatnya . Kekayaan itu akan
binasa “ (HR Bazar dan Baihaqi , liaht Nailul
Authar, jilid IV-126).
Jelaslah zakat itu bagi seseorang Mukmin
yang memiliki harta kekayaan, memiliki
beberapa fungsi ,
1. Perintah Allah (tanda pembenaran syahadat
da shalat)
2. Pembesih harta kekayaan
3. Pengentasn Kemiskinan ummat, karena
ditujukan kepada orang miskin.
4. Sumber dana ummat, penggunaanya
diarahkan kepada obyek tertentu (hasnaf
delapan)
5. Pembeda antara Mukmin & Munafik
Kehidupan sehari-hari menberiakan bukti
nyata “tidak ada orang yang melarat lantaran
mengeluarkan zakat“. Bahkan sebaliknya yang
sering bersua, orang kaya (Muslim), akhirnya
tidak pernah mengenyan ketentraman ,
lantaran selalu menahan hak zakat..
Zakat wajib dikelola dengan management
yang benar. Sumbernya menjadi jelas, sebagai
mana ditetapkan Al-qur’an. Setiap muslim yang
mempunyao harta, wajib berzakat. Kewajiban
demikian ditentukan berdasarkan batas (hisab)
dari segi jumlahnya . Batas juga dari waktu
(haul), dalam setahun. Dan batas besarnya
kewajiban yang wajib dikeluarkan . Sedari
tingkat 2,5 (dua setengah) persen, 5 persen, 10
persen, bahkan ada yang sampai 20 persen dari
besarnya kekayaan (hisab).
40 PENGENTASAN KEMISKINAN
Penerima zakat, juga dijelaskan dengan
tegas. Antaranya Al Quran Surat At Taubah (IX)
ayat 60. Ayat dari Firma Allah tersebut
menjelaskan penerima zakat tersebut adalah
“orang-orang”. Subjeknya kelompok
perorangan. Terdiri dari (1) .orang fakir (2) .
Orang Miskin (3). Orang (para) Amil (pengelola
zakat ). (4). Orang (para) Muallaf yang dibujuik
hatinya. (5). Mereka (orang) yang diperhamba
(membebaskan perbudakan ). (6). Merka yang
dililit hutang (mandi hutang). (7). Jihad dijalan
Allah . (8). Dan orang yan gterlantar dalam
perjalanan .
“Demikian diwajibkan Allah Maha Tahu
Maha Bijaksana (QS 9 : 60).
Lima kelompok dari delapan asnaf ini
adalah orang-orang yang amat memerlukan
perhatian khusus. Karena mereka tengah
berada ditepi jurang kemelaratan. Mereka
adalah fakir,miskin, budak yang diperhamba,
orang yang dililit hutang dan yang terlantar
dalam perjalanan.
Dua kelompok tengah berhadapan
dengan medan dakwah illallah . Ya’ni, Muallaf
dan fisabilillah. Kelompok yang dengan
kesadaran hati mereka menerima Islam,
Problema yang dihadapi mereka bukan sedikit.
Kadang-kadang berbentuk pengucilan dari
kelompok (agama) anutan lamanya.
Mereka cenderung tengah berproses
kearah kemiskinan, jika tidak segera
diantisipasi.
Sebagaimana juga halnya “fisabilillah “.
Merka tengah berjihad. Bisa sebagai pejuang di
PENGENTASAN KEMISKINAN 41
meda laga, karena mempertahankan aqidah
Islamiah. Bisa juga mereka yang tengah
berdakwah didaerah sulit.
Ruang lingkup fisabilillah ini cukup luas.
Bisa juga mereka yang tengah menuntut ilmu
pengetahuan, kemudian berkewajiban kembali
ke tengah ummatrnya, membina dan
mencerdaskan kel;ingkungannya.
Pada hakekatnya, mereka bukanlah
berjuang untuk diri sendiri, tetapi untuk
kepentingan orang banyak . Atas redha Allah
semata. Maka mereka perlu mendapatkan
perhatian yang mendalam.
Kesemua kelompok itu, mendapatkan
porsi dari sumber zakat menurut prioritas
secara kondisional dan situasional.
Pengelolaanya adalah “amil” zakat. Untuk itu,
mereka berhak mendapatkan bahagian.
Intisarinya agar amanah untuk pihak-pihak yang
diprioritaskan, tidak menyimpang kepada yang
lainnya . Terciptanya keadilan dan pemerataan
sesuai dengan program yang hendak
dikembangkan. Amil zakat tetap akan menerima
bahagian dari zakat itu, walau merka terdir dari
orang-orang berpunya juga. Terserah apakah
bahagian imerka akan mereka nikmati
berbentuk materi, atau akan mereka
kembalikan lagi dalam bentuk shadaqah.
Semuanya ini lebih banyak ditentukan oleh
kualitas pribadi para amail.
Bahkan ada kalanya orang-orang
“berduit” yang diberi amanah sebagai “amil”
zakat, bisa meniru aa yang dilakukan oleh Kaum
Anshar (Madinah) terhadap kaum Muhajirin,
dalm sejarah Hijrah Rasullullah Shallallahu
42 PENGENTASAN KEMISKINAN
a’alaihi Wa Salam..
Mulianya sikap merka seperti diceritakan
Allah di dalam Al Hasyr (QS.LIX) ayat -9 , antara
lain mereka tunjukkan kasih sayang kepada
orang berpindah ke kampung mereka, (Dewasa
ini sebagai program Transmigrasi .Pen).
Dan tidak meraka menaruh keinginan
dalam hati terhadap apa yang diberikan
kepada merka (yang berpindah itu). Bahkan
mereka utamakan kawannya lebih dari diri
mereka sendiri meskipun mereka dalam
kesusahan (pula)..
Begitu kira-kira bentuk-bentuk dari
kualitas ummat, yang terbina karena iman
mereka terhadap Allah. Hidup dalam kehidupan
redha Allah.
Harus dipungut
44 PENGENTASAN KEMISKINAN
Pantas,pintas dan pentas
PENGENTASAN KEMISKINAN 45
Untuk itu tentu perlu dikaji kesediaan
“simiskin” untuk mengubah sikap jiwa. Dari
menerima kemudian memakan .Menjadi
penerima,pengolah, pemelihara dan baru
memakan hasilnya, untuk dirinya dan
keluarganya.
Karena itu,tepat dan pantas jika kafir
miskin diberi zakat hingga ia berkecukupan .
Boleh dalam bentuk peralatan permodalan .
Besarnya bantuan itu boleh disesuaikan dengan
keperluan (untuk mengentaskan kemiskinan),
agar dari usahanya diperoleh keuntungan.
Meskipun jumlah permodalan itu besar (Imam
Nawawi, Syarah Minhaj -VI/159).
Bahkan Imam Syafei menegaskan,
”Bantuan zakat bisa dalam bentuk memberikan
sebuah pekerjaan. Malah kemudian bisa pula
ditambah untu usaha-usaha lainnya hingga
dapat memenuhi kebutuhan si-miskin” (Al
Umm). Yang kemudian pendapat ini disepakati
pula oleh Imam Ahmad,”orang miskin boleh
mengambil zakat untuk seluruh kebutuhan
hidup (berupa sumber usaha yang
berketerusan)” (Al Inshaf,III/238).
Selanjutnya Ma’alim as Sunnah (II/239)
menjelaskan pendapat Khattabi, ”Batas
pemberian zakat adalah kecukupan (bagi
simiskin yang diangkatkan derajatnya). Dengan
zakat diciptakan kehidupan seseorang menjadi
lebihj baik. Batas itu disesuaikan dengan kondisi
serta tingakat kehidupan umum yang
berlaku.Tentu akan berbeda pada tiap orang,
sesuai dengan keadaaan mereka (bangsa)”.
Pendapat-pendapat itu merujuk kepada
kebijaksanaan umum yang pernah dilakukan
46 PENGENTASAN KEMISKINAN
oleh Umar bin Khattab. ”Kalau memberikan
bantuan hendaknya mencukupi.”. Umar
mementaskan dalam masa pemerintahannya .
Umar pernah memberikan bantuan (zakat)
berupa tiga ekor unta kepada seorang laki-laki
yang memerlukan bantuan.
Kemudian Umar pernah mengatakan
niatnya yang teguh dalam “mengentaskan
kenmiskinan “ di tengah rakyatnya .Akan aku
ulangi pembagian zakat (sedekah) walaupun
diantara mereka baru akan cukup dengan
menyerahkan seratus ekor unta”.(Al
Anwaal,565-566).
Ternyatalah ,institusi zakat dapat
dipergunakan secara efektif. Dalam usaha
meningkatkan taraf hidup sesama muslimin
untuk menjadi keluarga yang mampu dan hidup
penuh dengan kelayakan, dalam ukuran
ekonomis. Entaskan kemiskinan.
Ini pula yang menjadi paham dai Imam Al
Ghazzali (Ihya,I/207, al Halabi), ”Hendaknya
zakat dapat dipakai untuk pembeli tanah (diolah
bagi keperluan orang miskin ) dan hasilnya
cukup untuk seumur hidup”.
Maka termasuk “pantas” mempergunakan
zakat untuk usaha yang berkesinambungan
mendatangkan hasil tetap.Pantas juga
membuka perkebunan dan lahan-lahan
pertanian . Sebagai jalan “pintas” untuk
mengentaskan kemiskinan itu.
Yang perlu dijaga tujuan utamnyahanya
untuk kepentingan peningakatan taraf hidup
orang melarat. Tidak untuk kepentingan yang
lain dari itu. Disinilah peran BAZIZ.
PENGENTASAN KEMISKINAN 47
48 PENGENTASAN KEMISKINAN