You are on page 1of 6

AKAD PERNIKAHAN DALAM ISLAM

A. PENGAETIAN AKAD SIGHAT DALAM PERNIKAHAN

1.Pengaertian Akad dan Sighat

Dalam pernikahan, ridhonya laki-laki dan perempuan, serta persetujuan antar keduanya

merupakannhal yang pokokuntuk mengikat hidup baerkeluarga. Perasaan ridho dan

setuju bersifat kejiwaan yang tidak dapat dilihat dengan jelas. Karena itu, harus ada

perlambangan yang tegas, dalam perlambangan itu diutarakan dengan kata-kata oleh

kedua belah pihak yang melangsungkan akad. Inilah yang merupakan sighat dalam islam.

Dengan kata lain akad adalah pertalian dan sihgat adalah kata-kata dalam mengutarakan

perrasaan ridho dan setuju.

Pernystssn pertama untuk menunjukan kemauan membentuk hubungan suami istri dari

pihak perempuan disebut ijab. Sedangkan pernyataan kedua yang diucapkan oleh pihak

yang mengadakan akad berikutnya untuk menyatakn rada ridho dan setuju disebut Kabul.

Kedua pernyataan antara ijab dan Kabul inilah yang dinamakan akad dalam pernikahan.

2. Kata-kata Dalam Ijab Kabul

Dalam melaksanakn ijab Kabul harus digunakan kata-kata yang dapat dipahami

oleh masing – masing pihak yang melangsungkan akad nikah dan tidak boleh

menggunakan kata-kata yang samar atau tidak mengerti artinya. Ibnu Taimiah mengatakn

bahwa ijab Kabul dalm akad nikah boleh dilakukan dengan bahasa, kata-kata atau
perbuatan apa saja yabng oleh masyarakat umum dianggap sudah meyatakan terjadinya

pernyataan.

Para ulama fiqih sependapat bahwa dalam Kabul boleh digunakan kata-kata dengan

bahasa apapun, tidak terikat satu bahapun atau dengan kata-kata khusus asalkan kata-kata

itu mengandung pengertian rasa ridho dan setuju, misalnya : saya terima, sayasetuju, saya

laksanakan, dan sebagainya.

Adapun dalam masalah ijab, ulama sepakat boleh dengan menggunakan kata-kata

nikah ( ) atau tazwij ( ) atau zawwajtuka ( ) atau

ankah tuka ( ) yangkeemptnya secara jelas menunjukan pengertian nikah.

Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang kata-kata dalam ijab selain dengan kedua

kata tersebut ( nikah dan tazwij ) misalnya : saya serahkan saya jual saya milikan atau

saya sedekahkan. Karena nabi pernah mengijabkan seoarang sahabat kepada pasanganya,

dengan sabdanya :

Artinya : Aku telah milikan dia kepadamu dengan mahar ayat-ayat Al-Qura’an yang

kamu miliki.

Kata-kata memberikan juga pernah digunakan dalam ijab Kabul pernikahan nabi

sendiri maka bagui umatnya boleh menggunakn juga Allah SWT berfirman :

       

 ……       …... 


Artinya : Hai nabi, sesungguhnya kami talah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang

telah kamu berikan mas kawinya…… dan perempuan mu’min yang menyerahkan dirinya

kepada nabi…… ( Q.S. Al-Ahjab ayat 50 )

B. SYARAT-SYARAT AKAD SIHGAT DAN PELAKSANANYA

1.Syarat ucapan ijab Kabul.

Para ulam fiqih sepakat bahwa syarat ucapan ijab Kabul itu harus dengan fiil madhi

yang menunjukan kata kerja telah lalu atau fiil mustaqbal yang menunjukan kata kerja

yang sedang berlaku.

Contoh ijab kabul yang menggunakan fiil madhi

Ijab :

Artinya : saya nikahkan anak perempuan saya dengan kamu :

Kabul :

Artinya : saya terima

Contoh ijab Kabul yang meggunakan fiil mustaqbal

Ijab :

Artinya : sekarang saya nikahkan anak perempuan saya dengan kamu

Kabul :

Artinya : Saya terima

2. Syarat-syarat bijab Kabul

a. kedua belah pihak sudah tamyiz

b. Ijab Kabul dilaksanakan dalam satu majlis. Artinya : ketika mengucapkan ijab Kabul

tersebut tidak boleh diselingi dengan kata-kata lain atau menurut kebiasaan setempat ada
penyelingan yang menghalangi peristiwa ijab Kabul bila majlis berjalan lama dan antara

keduanya ada tenggang waktu, tetapi tanpa menghalangi upacara ijab Kabul, maka tetap

dianggap satu majlis.

C. WALI DALAM AKAD NIKAH

1.Seseorang boleh menjadi wali apabila memenuhi syarat-syarat nya :

Islam,merdeka, berakal dan dewasa. Sedangkan budak orang gila dan anak kecil tidak

boleh menjadi wali karena orang –orang tersebut tidak berhak mewalikan dirinya begitu

pula orang non islam tidak boleh menjadi walinya orang islam. Allah berfirman :

       

   ……  Artinya : Hai orang-orang yang

beriman , jangan lah kamu mengambil orang-oramg yahudi dan nasroni menjadi

walimu……( Q.S. Al-Maidah ayat 51 )

2. Macam-Macam wali.

Wali nikah ada empat macam yaitu wali nasab, wali hakim ( sultan ), wali tahkim
dan wali maula.
a. Wali Nasab adalah wali nikah karena ada hubungan nasab dengan wanita yang
akan melangsungkan pernikahan.
b. Wali hakim adalah wali nikah dari hakim atau qodi. Rasullah SAW bersabda :

Artinya : Maka hakimlah yang bertindak menjadi wali bagi seseorang yang tidak ada
walinya ( H.R. Ahmad, Abu Daud, Ibnu majah dan Nasa’i.).
Orang-orang yang berhak menjadi wali hakim adalah : kepala pemerintah (sultan),
khalifah atau pemimpin atau qodi nikah yang diberi wewenang dari kepal Negara untuk
menikahkan wanita yang berwali hakim. Apabila tidak ada orang-orang tersebut,
makawali hakim dapat diangkat oleh orang-orang yang terkemuka dari daerah tersebut
atau orang-orag yang alim ( Ahlul halli wal Aqdi )
.
c.Wali tahkim yaitu wali yang diangkat oleh calon suami atau calon istri. Adapun
cara pengangkatanya ( cara tahkim ) adalah : calon suami mengucapkan tahkim, keoada
calon istri dengan kalimat “ Saya angkat bapak / saudara untuk menikahkan saya pada
si…… (calon istri ) dengan mahar……. Dan putusan bapak / saudara saya terima dengan
senang. Setelah itu, calon istri juga mengucapkan hal yang sama. Kemudian calon hakim
itu mnjawab” saya terima tahkim ini “
Wali hakim terjadi apbila :
1. Wali nasab tidak ada
2. Wali nasab ghib, atau bepergian sejauh dua hari perjalanan serta tidak ada
wakilnya disitu
3. tidak ad qidi atau pegawai pencatat nikah, talak dan rujuk ( NTR ).

d.Wali maula yaitu wali yang menikahkan budaknya artinya majikanya sendiri

3.Sifat-sifat seorang wali


Para ulama fikih telah sepakat bahwa sifat-sifat seorang wali adalah islam dewasa dan
laki-laki .

D.SAKSI DALAM AKAD NIKAH

Jumhur ulama sepakt bahwa saksi sangat penting adanya dalam pernikahan.
Apabila tidak dihadiri oleh para saksi maka hukum pernikahanya tidak sah karena saksi
merupakan syarat sah nya pernikahan. Dari Aisyah menceritakan bahwa Rasullah SAW
Bersabda :

Artinya : Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali atau dua orang saksi
1. Syarat-syarat saksi menurut Imam Syafi’i mengemukakan bahwa syarat-syarat
saksi adalah :
a. dua orang saksi
b. berakal
c. balihg
d. islam
e. mendengar
f. adil
2. Perempuan menjadi saksi
Akad nikah akan dianggap sah apabila disaksikan oleh dua orang. Golongan
Syafi’I dan Hambali mensyaratkan bahwa saksi itu harus terdiri atas laki-laki akad
nikah dengan seorang laki-laki dan dua orang perempuan juga tidak sah.
Akan tetapi golongan hanafi tidak demikian. Meraka tidak mensyaratkan saksi harus
laki-laki, tetapi kesaksian dua orang laki-laki atau seoarang laki-laki dan dua orang
perempuan adlah sah. Sebagaimana daalam Firman Allah SWT :
        ..…
     
Artinya ;
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang lelak ( diantaramu). Jika
tidak ad dua orang laki-laki, maka ( boleh ). Seorsng lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridoi. ( Q.S. Al-Baqoroh ayat 282).

KESIMPULAN

Akad nikah itu sama dengan jual beli, karena merupakan perjanjian timbal balik
yang dianggap sah dengan dua orang saksi. Karena dalam akad nikah itu wajib harus
adanya ijab Kabul wali dan saksi. Kesemuanya merupakan rukun daripada pernikahan.

You might also like