You are on page 1of 4

Kerangka Teori, Kerangka Berpikir, dan Kerangka Konsep

Kerangka Teori

Dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori-teori yang berhu-

bungan dengan bidang yang akan dikaji.

1. Pengertian Novel

Sumardjo dan Saini (1977:29) menyatakan bahwa “novel sama dengan roman,

kata novel berasal dari bahasa Italia dan berkembang di Inggris dan Amerika

Serikat”. Walaupun ada yang berpendapat terdapat perbedaan antara novel dan

roman pada bentuknya, yaitu novel bentuknya lebih pendek dibanding dengan

roman, akan tetapi ukuran luasnya unsur cerita hampir sama.

Dalam pandangan H.B. Jasin (1977:64) novel yaitu sebagai karangan prosa

yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari

kehidupan orang-orang.

2. Pengertian Apresisasi Sastra

Tarigan (1984:233) mengatakan bahwa “apresiasi sastra adalah penafsiran

kualitas karya sastra pembelian nilai yang wajar kepadanya berdasrkan

pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis”.

Menurut Effendi (Suroto, 989:158) dalam “Bimbingan Apresiasi Sastra”

adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga

menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan

kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.


3. Unsur Kajian Sastra

Dalam mengkaji suatu karya sastra terdapat dua bidang kajian utama, yaitu

kajian instrinsik dan kajian ekstrinsik. Kajian instrinsik adalah mengkaji karya

satra dari dalam karya sastra itu sendiri, misalnya tema, alur, plot, tokoh dan

penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Sedangkan kajian

ekstrinsik adalah mengkaji karya sastra dari luar karya sastra, misalnya kajian

sosiologi, ekonomi, antropologi, dan psikologi.

4. Pengertian Psikologi

Menurut Gleitman (Syah, 2000:8) psikologi adalah ilmu pengetahuan yang

berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan

sesuatu dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan

berperasaan.

Karya sastra dan psikologi mempunyai pertautan yang erat, secara tak

langsung dan fungsional. Pertautan tak langsung, karena sastra maupun

psikologi mempunyai objek yang sama yaitu kehidupan manusia. Psikologi

dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk

mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, walaupun dalam sastra gejala

tersebut bersifat imajinatif.

Menurut Zulfa Hanum dalam “Psikologi Kesusastraan” (2005: 13) dalam

kenyataannya psikologi kesusastraan adalah imaji atau gambaran atau citra

estetik yang dibuat dan dipahami oleh kesadaran imajinatif yang

memposisikan citra atau gambaran estetik sebagai karya sastra.


Menurut Wahyudi Siswanto dalam “Pengantar Teori Sastra” (2008: 194)

mengemukakan, terdapat empat kemungkinan pengertian dalam psikologi

sastra, yaitu studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, studi

proses kreatif, studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam

karya sastra, dan studi dampak sastra terhadap pembacanya (Wellek dan

Warren, 1976).

5. Kedudukan Novel dalam Pembelajaran Sastra di SMA dalam KTSP

Pembelajaran sastra pada dasarnya bertujuan agar siswa mimiliki rasa peka

terhadap karya sastra yang berharga sehinga merasa terdorong dan tertarik

untuk membacanya (Semi "Metode Penelitian Sastra" 1990:152). Dengan

membaca karya sastra diharapkan para siswa memperoleh pengertian yang

baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenai nilai-nilai dan mendapatkan

ide-ide baru. Pemelajaran sastra yakni novel sebagai genre serta mempunyai

fungsi yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap karya-karya yang

dihasilkan oleh para pengarang. Novel-novel ini jelas dapat membantu dan

menunjang sebagai sarana pendukung untuk memperkaya bacaan para siswa

disamping novel-novel tertentu yang dijadikan bahan pembelajaran oleh guru

sastra.

Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian

kepustakaan, yaitu membaca novel yang akan diteliti dengan pendekatan

instrinsik (tokoh dan penokohan) dan pendekatan ekstrinsik (psikologi). Dengan


penelitian ini diharapkan dapat menemukan unsur psikologis dari novel dan

mengimplementasikannya dalam pembelajaran sastra di SMA, mampu

meningkatkan minat baca serta kreativitas siswa dalam pembelajaran sastra, dan

meningkatkan kwalitas pengajaran sastra di SMA.

Kerangka Berpikir

Hasil karya sastra tersebut merupakan hasil penerjemahan, perenungan, dan

imajinasi pengarang terhadap realita kehidupan. Pengarang menggunakan cipta,

rasa, dan karya dalam berkarya. Kegoncangan jiwa yang dialami pengarang

menjadi dasar penciptaan karya sastra. Gejala jiwa yang dirasakan pengarang

kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi

pengalaman sendiri dan pengelaman hidup di sekitar pengarang akan terproyeksi

secara imajiner ke dalam teks sastra.

Dalam menanggapi karya sastra, pembaca tidak akan lepas dari kejiwaan masing-

masing. Karena karya sastra memiliki daya psikologis terhadap pembaca. Maka

terdapat pendekatan reseptif pragmatik yang mengkaji aspek psikologis pembaca

sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya yang

dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra. Oleh

karena itu dalam pembelajaran sastra di SMA diharapkan siswa mampu

mengembangkan nilai rasa, karsa, kritis, dan kreativitas.

You might also like