Professional Documents
Culture Documents
Hukum Adat
1. Basasok bajarami
2. Bapandan bapakuburan
3. Basuri batuladan
4. Jiko jauah buliah ditunjuakkan
5. Kalau hampia buliah dikakokkan
6. Batampek bakadudukan
7. Babarih babalabek
8. Ado bailia bamudiak
9. Baulu bamuaro
10. Ba-alua bapatuik
11. Batando babaiti
12. Basaksi bakatarangan
Adapun Ketetapan hukum penghulu adat itu ada sepuluh perkara yaitu:
Itulah ketetapan hukum penghulu pada adat yang kawi dalam tiap-tiap negeri.
Luhak dan laras: Seperti hadis Melayu
H.Masoed Abidin 35
Tambo Adat Alam Minangkabau
Maka menjawab ninik Perpatih nan Sabatang orang cerdik cendikia dianugerahi
Allah akal dan budi yang sempurna “Berkata beliau” sebenarnya hukum itu,-
kata beliau. Tetapi haluran cencang yang patut diberi pampas juga yang akan
memampas hukumnya, haluran yang patut diberi jua yang akan dapat oleh si
peminta itu, haluran suarang yang patut di agih juga yang dapat diberi, haluran
hutang yang patut dibayar juga yang akan membayar hukumnya, haluran yang
patut di pulangkan juga yang akan memulangkan hukumnya itu, yaitu tiap-tiap
suatu itu pada tempatnya jua diletakkan hukumnya itu. Itulah kesudahannya
kata beliau.
Adapun yang akan pensabitkan atau menyatakan kesalahan yang takluk kepada
undang-undang yang delapan dan undang-undang yang dua belas itu ialah :
dikuatkan dengan tanda beti juga jikalau tiada tanda betinya, maka gaiblah
segala dakwa itu maka dakwa gaib itu batal hukumnya menurut adat.
Adapun adat Minangkabau itu bersandi kepada cupak nan duo kata yang empat
yaitu :
H.Masoed Abidin 36
Tambo Adat Alam Minangkabau
Jikalau hukum adat itu tiada bersandi kepada salah satu cupak yang dua kata
yang empat itu maka tiadalah itu termasuk kepada bilangan adat yang terpakai
nagari-nagari di alam Minang kabau ini, artinya diluar dari pada adat nan Kawi
syarak yang dilazimkan orang di Minang-kabau ini. Pada menyatakan takluk
pada kesalahan dalam adat.
KETERANGAN
Adapun kesalahan-kesalahan yang takluk kepada salah di Adat itu adalah
seperti di bawah ini:
H.Masoed Abidin 37
Tambo Adat Alam Minangkabau
1 Umbuik umbi
2 Tipu tepok
3 Upeh racun
4 Samun saka
5 Sia baka
6 Maling curi
7 Ampang galang
8 Helo unjun, lecut pukul, dan hantam tarajang
9 Kincang kicuh
10 Amun maki
11 Dago dagi
12 Tikam bunuh
H.Masoed Abidin 38
Tambo Adat Alam Minangkabau
H.Masoed Abidin 39
Tambo Adat Alam Minangkabau
H.Masoed Abidin 40
Tambo Adat Alam Minangkabau
Undang-undang Nagari
Adapun yang dinamakan undang-undang dalam nagari itu ialah ; Salah tarik
mengembalikan, salah makan meluahkan (meludahkan), salah cotok
melantingkan, sesat surut terlangkah kembali, kufur taubat, salah kepada
manusia minta maaf, yang cabuh dibuang, yang adil dipakai, yang berbetulan
berbayaran yang bersalahan berpatutan, yang selisih dihukum, yang gaib
berkalam Allah (bersumpah) yang berebut ketengah, suarang baragih, sekutu
dibelah, menyelang memulangkan, hutang di bayar piutang diterima kalau jauh
biasa berhambatan, kalau hampir bertungguan.
Maka tarik menarik itu baru boleh dikerjakan, ialah kemudian dari pada tunggu
dan tangga.
Tunggu ; artinya meminta piutang (menagih).
Tangga ; artinya meminta piutang atau menagih.
Tunggu tangga, artinya meminta berulang-ulang datang ketempat si berutang,
ditingkat tangganya (dijelang dimana tempat diamnya). Dalam pada itu ia dari
janji kejanji saja, tidak mau memuliakan janjinya atau bersihilang-sihilang diri
atau mencari-cari jalan bilik yang kencong buat pelespaskan janji itu dengan
H.Masoed Abidin 41
Tambo Adat Alam Minangkabau
Undang-undang Luhak
Keterangan undang-undang luhak ini lebih jelas lihat kitab curai paparan adat
Minangkabau pasal 91 halaman 115.
1. Dago dagi
2. Sumbang salah
3. Samun saka
4. Maling curi
5. Tikam bunuh
6. Tipu tepok/kincang kicuh
7. Upeh racun
8. Sia baka
Dago dagi bertanda jahat. Sumbang salah laku parangai. Samun saka pedang
merah. Maling curi teratas dinding, terluang lantai dan berkesan jejak. Tikam
H.Masoed Abidin 42
Tambo Adat Alam Minangkabau
bunuh darah terserak. Kincang kicuh, tipu tepok budi marangkak. Upeh racun
bersajak dan sisa memakan. Sia baka berpuntung suluh.
Keterangan :
1. Adapun yang maksud dengan kata dago, yaitu melawan pada barang yang
tidak patut dilawan, dan yang dimaksud dengan dagi ialah : orang yang
telah melakukan perlawanan kepada yang tiada patut dilawan. Jadi dago
dagi ialah orang yang sudah melanggar dua kesalahan yaitu melakukan
perlawanan kepada yang tiada patut dilawannya.
2. Adapun yang dimaksud dengan kata sumbang ialah barang suatu pekerjaan
yang tiada patut dilakukan, atau dikerjakan dengan maksud pekerjaan salah,
yaitu orang yang melampaui larangan. Jadi sumbang salah ialah orang yang
telah melakukan dua kesalahan. Satu ialah mengerjakan yang tidak
berpatutan. Dua telah melampaui larangan. Dan lagi dalam kata-kata
sumbang tadi adalah dua takluknya.
Sumbang yang boleh dihukum ialah : segala laku perangai dan piil yang
menyalahi ia akan adat sopan santun dan piil yang menyakitkan hati orang
lain yakni, perbuatan yang memberi malu orang. Maka sumbang yang
semacam itu boleh dihukum, sesuai dengan besar kecil kesalahannya.
Sumbang yang tidak dihukum ialah : segala sumbang yang tiada merusak
atau merugikan orang lain. Yang dapat kita lakukan hanya sesat surut
berobah diperbaiki. Misanya salah meletakkan, kancing baju, yang besar
terletakkan kepada yang kecil, yang harusnya di bawah terletakkan di atas
dan sebagainya.
3. Yang dimaksud dengan samun, yaitu orang yang sengaja menghambat orang
lain pada suatu tempat dengan menggagahi orang itu dengan sebab yang
tiada patut, mungkin hanya untuk memperlihatkan gagahnya saja atau
beraninya saja. Yang dimaksud dengan Saka ialah : orang yang menghambat
orang disuatu tempat serta menganiaya yang hujutnya yang mengambil
kekayaannya. Rebut rampas, hela unjun masuk juga kepada bilangan samun
saka.
4. Adapun yang dimaksud dengan kata maling ialah : orang yang mengambil
harta benda orang lain yang terletak dalam tempat simpanan atau
dilingkungan kediaman orang itu, diambilnya itu dengan sembunyi, diluar
sepengetahuan yang empunya, siang atau malam hari. Yang dimaksud
dengan kata Curi ialah : orang yang mengambil harta benda orang lain
dengan sembunyi, diluar sepengatahuan yang empunya, yang mana barang
H.Masoed Abidin 43
Tambo Adat Alam Minangkabau
itu terletak diluar tempat simpanan yang empunya dan maling itu, tiadalah
takluk kepada orang lain yang memaling barang-barang atau harta benda
orang saja.
5. Adapun yang dimaksud dengan perkataan Tikam ialah : orang yang
mengamukkan senjata kepada orang lain atau binatang yang masih hidup,
sampai luka dengan tikaman itu ataupun tidak. Yang dimaksud dengan kata
Bunuh ialah : membikin mati atau mematikan orang, ataupun binatang yang
bernyawa dengan sengaja meskipun dengan barang apa juapun
dilakukannya, mematikan orang atau binatang itu ; dengan senjata tajam
ataupun tidak ; dengan barang yang keras atau pun dengan kaki tangan baik
dengan tali atau dengan air dan api atau lain. Maka semuanya itu masuk
kepada bilangan tikam bunuh jua namanya.
6. Adapun yang dimaksud dengan perkataan kicuh ialah : orang yang
melakukan akal jahat dengan jalan mengumbuk mengumbai menipu,
menepuk orang supaya mendapat suatu barang kepunyaan orang itu untuk
dirinya sendiri, baikpun pekerjaan itu dilakukannya utuk orang lain yang
dimaksudnya ; maka itu masuk kepada bilangan kicuh atau mendusta.
Demikian juga orang yang hendak berlepas diri dengan akal jahat dalam satu
hal. Yang dimaksud dengan perkataan Kincang ialah : orang yang melakukan
akal jahat dengan tipu daya muslihat yang tiada baik, yaitu dengan akal
jahat, yang maksudnya hendak menganiaya orang yang akan dikincangnya
itu atau barang orang itu, sama ada barang yang diperkincangkan itu,
untuknya atau untuk orang lain, yaitu dengan jalan membelok-belokkan
melindungkan barang orang itu, supaya barang itu hilang atau jauh dari
yang empunyanya, atau tersembunyi yang maksudnya supaya barang orang
itu jatuh kepadanya atau kepada orang lain yang dimaksudnya. Maka dalam
hal kincang kicuh (kicuh kincang) ada kesalahan yang sebesar-besarnya dan
ada pula yang sekecil-kecilnya.
7. Adapun yang dimaksud dengan perkataan Upas ialah :suatu barang yang
berbisa, yang memberi sakit kepada barang siapa yang memakannya, yang
saitnya karena termakan barang itu dengan berlama-lama. Yang di maksud
dengan perkataan Racun ialah :suatu yang berbisa, kalau termakan oleh
siapapun boleh memberi sakit dengan seketika yang memakan itu dan boleh
mematikan orang yang termakan racun itu dengan selekas-lekasnya. Jadi
Upeh racun ialah : dua macam barang yang berbisa yang kalau termakan
boleh membunuh dengan seketika yang kalau termakan boleh membunuh
dengan seketika kepada yang memakannya.
8. Adapun yang dimaksud dengan kata Sia (siar) ialah : menyunu dengan api
yang sedang menyala, disunukan atau dilekatkan pada ujung atau di atas
barang yang disia itu. Dan Bakar ialah : menyunu atau memanggang suatu
barang sampai hangus, sama ada dilakukan pembakaran itu dengan api yang
sedang menyala, ataupun belum menyala yang timbul nyalanya itu
kemudian pada barang yang di bakarnya itu ; meskipun tidak menyala,
tetapi sudah jadi.
H.Masoed Abidin 44
Tambo Adat Alam Minangkabau
H.Masoed Abidin 45
Tambo Adat Alam Minangkabau
H.Masoed Abidin 46
Tambo Adat Alam Minangkabau
H.Masoed Abidin 47
Tambo Adat Alam Minangkabau
sudah dipandang baik oleh timbangan raja, maka raja ada hak
mengampuni kesalahan itu.
Adapun hukum dan timbangan orang yang melanggar undang-undang adat itu
dalam sebuah nagari adalah seperti di bawah ini:
H.Masoed Abidin 48
Tambo Adat Alam Minangkabau
H.Masoed Abidin 49
Tambo Adat Alam Minangkabau
14. Jikalau bandingan yang dinaikan orang itu kepada hakim yang lebih
tinggi, ada laku: meski hukumannya ditambah atau dikurangi, atau
ditetapkan, ataupun dilepaskan oleh hakim yang ia membanding itu,
maka hukuman itulah pula yang wajib diturut mereka itu. Begitu pun
hakim yang pertama tadi yang dihukumnya terbanding, wajiblah hakim
itu menurut dan menguatkan pula hukuman hakim yang tempat orang
itu menaikkan banding, sebab kata adat, kalau naik banding rebah
hukuman dan kalau rebah bandiang naik hukuman. Maka jika apa-apa
hukuman yang dijatuhkan hakim tempat ia membanding itu, tidak pula
mau ia memakai tempat ia membanding itu, tidak pula mau ia memakai,
sampai kepada tempat penghabisan ia boleh menaikkan banding tiap-tiap
kali itu ia keras juga, tidak mau turut hukuman yang dijatuhkan oleh
tempat ia membanding itu, karena lebih berat, melainkan ia mau
memakai hukuman yang dahulu, sebab lebih ringan, maka itu tidak
diterima lagi melainkan kalau ia tidak mau memakai hukuman hakim
yang lebih tinggi tempat membanding itu disitulah baru boleh dijatuhkan
kepada mereka itu yang paling besar kesalahan, tentangan hukuman
buang membuang itu kepada yang tidak mau menurut alur patut itu.
15. Adapun yang berhak menjatuhkan hukuman buang membuang atau
mengeluarkan orang dari pada adat adat nagari itu. Dalam sebuah nagari
ialah kebulatan kerapatan penghulu-penghulu senagari itu. Yang satu
adatnya. Kebulatan penghulu penghulu senagari itulah saja yang berhak
menjatuhkan hukum buang membuang orang dari adat nagari itu, lain
tidak. Tentangan kerapatan adat orang satu penghulu itu atau kerapatan
orang sebuah perut, atau sebuah jurai atau sebuah payung atau sebuah
suku saja tidaklah berhak menjatuhkan hukuman mengeluarkan orang
dari dalam adat nagari itu melainkan mereka itu boleh menyatakan: Tidak
membawa sehilir semudik (sepai sedatang), seberat seringan, seutang
sepiutang, selarang sepantangan, seduduk setegak lagi karena orang-
orang itu salah merusakkan adat pergaulan (perkauman) sebab membuat
malu dalam kaum baik kaum serumah atau seperut, sejurai sepayung,
sesuku atau sekampung, yaitu sengaja merusakan adat merendahkan adat
kebangsaan kaumnya itu dan lain-lain, yang jalannya merusakkan adat
H.Masoed Abidin 50
Tambo Adat Alam Minangkabau
H.Masoed Abidin 51
Tambo Adat Alam Minangkabau
Jikalau sudah dapat tanda baiti. Maka hukumannya itu didenda Yaitu-tengah
tiga emas- Lima Kupang- Lima busuk- sekupang- sepihak empat kundi dan
tiadalah boleh dihukum mati orang itu, melainkan kalau ia tidak beremas
pembayar denda itu maka disuruh cambuki orang itu kepada yang empunya
harta yang dimalingnya itu, atau kepada hulu balang adat dalam nagari: tujuh
hari lamanya berturut-turut. Hukuman ini boleh dijalankan saja oleh sebuah
suku, tidak perlu serapat nagari.
Maka hukumannya itu ialah didenda saja, yaitu denda setahil-sepaha- sepuluh
emas- lima kupang- lima busuk- sekupang- sepiak- empat kundi atau disuruh
cambuki orang itu berturut-turut selama tujuh hari, kepada yang empunya harta
yang dimalingnya itu atau oleh hulu balang. Maka di sini terpakai juga
hukuman: Beremas, hidup, tidak beremas mati ialah menilik besar kecil atau
banyak harta orang itu yang dimalingnya.
Adapun hukuman memaling nangka itu, jikalau telah dapat tanda baitinya,
maka dendanya: tengah tiga emas, lima kupang, lima busuk, sekupang, sepiak,
empat kundi. Jikalau orang itu tidak kuasa membayar denda tersebut maka
digantungkan nangka itu pada lehernya dan dibawanya berjalan keliling nagari,
tempat salahnya itu, tujuh hari berturut-turut.
Adapun hukuman orang memaling tebu atau pisang itu, jika telah dapat tanda
baitinya, maka dendanya itu ialah sekupang-empat kundi. Dan tidaklah disiksa
orang itu.
Adapun orang memaling kelapa itu hukumannya ialah: Jika telah dapat tanda
baitinya, dan dendanya itu ialah: Lima kupang-lima busuk, sekupang, sepiak,
empat kundi: karena kelapa adalah kehormatan segala makanan.
H.Masoed Abidin 52
Tambo Adat Alam Minangkabau
Adapun hukuman orang memaling pagar, atau alahan, atau jerat itu, jikalau
telah dapat tanda baitinya, maka dendanya: Lima kupang, lima busuk,
sekupang, sepiak, empat kundi.
Hukuman Orang Memaling Supedas atau Kunyit atau Tanaman yang Berisi
dalam Tanah
Adapun hukuman orang memaling supedas atau kunyit atau tanaman yang
berisi dalam tanah, jikalau telah dapat tanda baitinya, maka dendanya: Lima
emas, Lima kupang, sepiak, empat kundi.
Hukuman Orang Memaling Sirih atau Pinang atau Buah-buahan yang Lain yang
Sebangsanya
Adapun hukuman orang memaling sirih atau pinang atau buah-buahan yang
lain yang sebangsanya, jikalau telah dapat tanda baitinya, maka dendanya: Lima
busuk, Sekupang, Sepiak, Empat kundi. Demikianlah tersebut dalam Tambo
adat lama yang dipakai orang tentang hukuman maling curi masa dahulu.
Dalam pada itu, adalah pula pancung perengnya yang tersebut masing-masing
itu, yakni tinggi rendahnya, atau bersar kecilnya hukuman tersebut, dan
setinggi-tingginya ialah sebanyak yang tersebut dalam masing-masing bagian
itu. Dan yang serendah-rendahnya tidak boleh kurang dari sekupang, Sepiak
empat kundi. Maka sekarang segala hukum hukum yang tersebut di pasal 19. Ini
sekali-kali tidak boleh dihukum lagi dalam sebuah nagari Minangkabau ini,
karena ada undang-undang baru yang diperbuat pemerintah Belanda, buat
pengganti hukuman itu, untuk penjaga keamanan dan keselamatan negeri negeri
kita di Minangkabau ini.
Satu: Adapun pada masa dahulu, sebelum kita dijajah oleh bangsa dari Barat,
Nenek moyang kita mempergunakan emas sebagai uang (alat untuk tukar-
menukar). Emas itulah yang dijadikan uang. Sampai kini menjadi sebutan juga.
Kalau orang kaya dikatakan banyak emas, kalau orang miskin dikatakan tidak
bermas. Begitupun kalau hukum menghukum perkara, uang jurah dinamakan
Thail emas. Dan uang yang tidak kuasa membayar denda adat, dihukumkan
tidak beremas, mati namanya, dan lain sebagai sebutan emas itu. Maka adalah
menurut perhitungan orang dahulu. Emas itu yang dikata seuang “berat enam
kundi” yaitu emas yang seperti serbuk halusnya, ditimbang denga neraca,
seberat enam buah kundi. Dengan itulah orang menentukan berat se uang,
H.Masoed Abidin 53
Tambo Adat Alam Minangkabau
sampai kepada berat sepiak- se emas- se paha – se tahil dan seterusnya sampai
berapa banyaknya.
Emas itu ditimbang menjadi perhitungan uang buat penukar pembeli dan
perhitungan yang sekecil kecilnya, ialah beras semiang namanya, yaitu berat
sebuah kulit padi dan berat sebuah melukut ujung berat. Diatas itu berat sepadi
dan berat seberas namanya. Di atas itu setengah uang namanya yaitu berat tiga
kundi. Begitulah yang sekecil-kecilnya, dan kelipatannya keatas ialah: Yang
setali tiga uang, yang sekupang enam uang, yang seemas empat kupang, yang
setahil enam belas emas, yang sebusuk enam piak (sekupang) piak namanya,
dan disebut orang juga tiang belas namanya kata orang dahulu, yang sekati dua
puluh tahil, begitulah jalan perhitungan uang orang-orang masa dahulu, hingga
berlipat-lipat sampai beberapa banyaknya. Maka pada abad kelima belas (ke-15),
masuklah orang Portugis dan orang Spanyol ke tanah kita ini, maka orang
Spanyol itu membawa perhitungan RIAL kemari, yaitu rial seperti namanya.
Itulah mulanya orang kita menyebut Rial. Yang serial itu sama dengan satu Mas.
Dan kira-kira dalam abad ke-17 masuk pula orang Inggris dan orang Belanda ke
tanah kita ini, maka orang Belanda membawa yang terbuat dari tembaga, dua
macamnya: dan orang Inggris pun membawa pula uang tembaga yang tipis,
diantaranya ada yang bergambar ayam maka uang itu dinamakan oleh orang di
sini Pitih Mipih (garih) yaitu kependekan dari pada penyebut pitih Anggarih
(Inggris) dan pitih yang dibawa oleh Belanda dinamakan orang pitih sirah, maka
kedua macam uang itu disebutkan jugan kepeng namanya: sebab terbuat
berkeping keping.
Adapun pitih sirah itu bagi Belanda bernama VEREENICE DE OoST
INDISCHE COMPAGNIE (VOC). Maka semenjak masuknya pitih sirah dan
pitih garih itu, maka perhitungan uang itu yaitu:
a. Beruang enam
b. Beruang delapan
c. Beruang sepuluh
Kemudian setelah beberapa lama, maka orang Belanda membawa lagi satu
macam uang tembaga yang bernama cent dan benggol dan rimis. Maka uang
cent dan benggol itu kalau dibawa kepada perhitungan uang yang tiga macam
tersebut, adalah seperti di bawah ini perhitungannya:
H.Masoed Abidin 54
Tambo Adat Alam Minangkabau
Yang seuang lapan= 5 uang cent + 2 keping sirah atau 8 garis = 2 benggol
+ keping sirah atau + 8 garis
Yang seuang puluh = 71/2 cent + i keping sirah atau + 4 garih = 3 benggol
+ 1 keping sirah atau 4 garih
Maka semenjak datang uang cent dan benggol itu, pitih sirah dan pitih garih tadi
sudah bernama pitih lama namanya. Ialah sudah ada tukarannya yang baharu,
yaitu cent dan benggol rimih tersebut. Adapun ketiga macam uang tersebut itu
kalau dijadikan – kupang- emas (rial) dan paha atau kati, maka yang setalinya –
yang sekupangnya – yang se emasnya, yang sepahanya ataupun sekatinya, ialah
menurut kelipatan dari masing-masing uang itu (yang tiga macam itu)
Yang setali uang enam = tiga kali seuang enam, yaitu 18 pitih sirah
Yang setali uang lapan = tiga kali seuang lapan yaitu 24 pitih sirah
Yang setali uang puluh = tiga kali seuang puluh yaitu 30 pitih sirah
Yang setali uang garih = tiga kali seuang garih yaitu 18 pitih garih.
Itulah yang dikatakan setali tiga uang, yakni sama-sama tiga uang, tetapi
perhitungannya tiadalah sama, melainkan berlainan. Sebagaimana tersebut di
atas. Begitulah kelipatan masing-masing uang itu ialah menurut kelipatan
masing-masing (bilangan) uang itu pula, kalau dibawa kepada kupang, emas,
paha, tahil, kati, dan seterusnya sampai beberapa banyak
Kedua: Adapun yang dikatakan sebusuk, atau tiang belah tersebut di atas tadi,
kalau dibawa kepada perhitungan uang baru sekarang, ialah sama dengan 60
cent banyaknya/
Keempat: Kalau perhitungan uang lama itu dibawa kepada uang perak, boleh
dipakai penimbang emas yaitu seperti di bawah ini:
Berat sebuah uang mimik, ialah setengah emas, atau 12 kundi
Berat sebuah uang tali ialah kira-kira se-emas empat buncis, atau 28
kundi
Berat sebuah uang suku, tetap dua dan berat sebuah rupiah tetap empat
emas. Itulah uang perak yang dipakai orang penimbang emas di
Minangkabau.
Kelima: Yang dikata sepating setali banyak, ialah setali banjak,- ialah tiga uang
emas = 18 keping sirah, yaitu kelipatan dari dua kali tengah dua uang enam (dua
kali 9 pitih sirah), artinya sekali lipat: begitulah tali banjak. Sekali lipat pula kiri
H.Masoed Abidin 55
Tambo Adat Alam Minangkabau
kanan, yang satu tali bajak itu, demikianlah perhitungan uang lama dan uang
baru di masa itu.
Keenam: Mulai Indonesia merdeka uang itu berubah lagi: yaitu: 1 cent, 5 cent, 10
cent, 25 cent (satu tali), 50 cent, 100 cent (satu rupiah).
H.Masoed Abidin 56