You are on page 1of 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara hakiki sejahtera tidak dapat diukur, sejahtera berarti terpenuhi

semua kebutuhan lahir maupun batin, sandang, pangan dan papan. Dahulunya

orang sudah dapat makan pagi dan malam dan rumah serta pakaian seadanya

sudah boleh dikatakan sejahtera. Lain hal dengan sekarang, ukuran sejahtera

sudah berubah polanya. Tidak hanya cukup sandang, pangan dan papan, akan

tetapi lebih dari itu.

Semua orang perlu kesejahteraan, demikian pula guru yang keseharian

bergumul dan bertungkuslumus terikat dengan waktu dan tempat. Sebutan

mulia yang sudah tersandang dipundak masing-masing sebagai pahlawan tanpa

tanda jasa. Mereka bekerja keras tanpa membedakan antara si kaya dan

simiskin, lelaki atau perempuan, anak pejabat atau tidak, yang jelas semua anak

dididik dan dibinanya agar menjadi anak yang cerdas, berkualitas dan

bertanggungjawab. Dengan tanggungjawab moral yang dipercayakan negara

kepada mereka sesuai dengan amanah Pembukaan Undang–undang Dasar 1945

bahwa guru bertanggungjawab untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tanpa mereka tentulah kita-kita yang ada didunia ini, tidak ada apa-

apanya, mereka telah memberikan sesuatu pusaka yang tidak lekang oleh

Harry D. Fauzi 1
harrydfauzi@gmail.com
panas dan tidak lapuk oleh hujan, apa itu tidak lain adalah ilmu pengetahuan.

Pejabat, pegawai negeri maupun swasta, para pengusaha yang ada sekarang ini

tanpa keberadaan mereka dan tanpa tangan-tangan halus mereka dan

keramahtamahan serta keikhlasan mereka mendidik, mengajar dan melatih

tentu tidak akan seperti sekarang. Karena jasa dan pengabdian merekalah kita

berada dalam kondisi sekarang ini.

Apa yang sudah mereka berikan kepada kita, dari sesuatu yang serba

buta dan tidak tahu sama sekali, kemudian mereka didik, mereka ajar, mereka

latih, sehingga menjadi anak cerdas dan pintar. Dari mula tidak tahu hurup dan

angka, sampai bisa dan mampu membaca dan berhitung, dari mulai tidak

pandai mengelap lelehan ingus di pipi sampai mampu menjadi anak yang

mandiri, dari yang tidak mampu mencebok (membersihkan) berak di celana

kebetulan di sekolah, sampai kepada anak mandiri, semua itu tidak terlepas

dari peran guru di sekolah. Sungguh besar jasa-jasamu guru, tidal terbalas

rasanya apa sudah engkau berikan kepada kami, engkaulah orang tua kedua

kami, yang tanpa perjuangan dan cita-citamu tentulah kami tidak berdaya.

Kini guru menuntut kesejahteraan, sesuatu yang wajar dan adil, karena

apa? Kesejahteraan guru menjadi jantungnya pelayanan pendidikan, karena

dengan sistem insentif yang wajar dan berkeadilan dapat diharapkan suatu

komitmen guru untuk memberikan pelayan optimal dan terbaik bagi

masyarakat. Apa lagi guru-guru kita yang mengajar nun jauh di sana, di

pedesaan dengan lokasi terpencil. Karena sebahagian besar guru-guru

Harry D. Fauzi 2
harrydfauzi@gmail.com
medngabdian diri di pedesaan, itulah sebabnya sebagian guru tidak lama

bertahan untuk bekerja di pedesaan karena tidak mendapatkan insentif yang

memadai, sehingga dengan rasa terpaksa mereka meninggalkan tugas

pengabdian yang disandangnya, walaupun dihati sanubarinya merupakan

pekerjaan salah, namun apa boleh buat, itu terpaksa dilakukan.

Tuntutan hidup pada kondisi kini menyebabkan para guru harus bekerja

keras untuk melakukan sesuatu yang bersifat halal, sesuatu yang harus

dilakukan untuk dapat mengatas kebutuhan hidup anak dan keluarganya.

Sehingga tidak aneh rasanya ada guru yang berprofesi ganda, pada pagi

menjelang siang hari berkumpul ditengah-tengah anak didiknya, bersenda

gurau dan bercengkerama bersama rekan guru. Tetapi bila waktu tugas wajib

berakhir, maka terlihat sang guru bercengkerama bersama para tukang ojek,

kuli bangunan, pedagang pasar, dan profesinya lainnya. Hal ini membuktikan

bahwa guru masih memerlukan biaya tambahan untuk dapat memenuhi

kebutuhan keluargnya.

Demikian pula kita melihat guru, sejak pagi hari sudah berangkat ke

sekolah, kemudian pada sore harinya bahkan menjelang larut malam baru

pulang ke rumah. Kemanakah mereka, jika ditelusuri dan diamati secara

seksama, banyak di antaranya sesudah melaksanakan jam wajib di sekolah di

mana mereka di tempatkan, maka sang guru bergegas menuju sekolah lain

dengan tugas yang sama, yakni menambah income keluarga, demikian

seterusnya sesuah menjelang magrib, sang guru bergegas pula berangkat ke

Harry D. Fauzi 3
harrydfauzi@gmail.com
suatu tempat Bimbingan Belajar, juga tugas yang sama dan niat yang sama

untuk menambah pendapatan keluarga. Pada pagi hari berangkat dengan wajah

berseri pakai bersih dengan senyum tersungging meninggalkan anak dan

keluarga, serta menyandang sebuah tas tentengan yang berisi bahan ajar plus

nasi rantangan, bagi isterinya yang rajin memperhatikan kondisi kesehatan

suaminya. Nah pada waktu pulang dari bertugas terlihat dengan wajah kuyu

dan kondisi keletihan serta kondisi pakaian serba tidak menentu. Begitulah

kondisi guru kita, dan memang tidak semua sama, ada yang berada pada

kondisi ekonomi di atas rata-rata, persentasenya sangat minim, akan tetapi

kebanyakan di bawah rata-rata, ibarat gaji, pada tengah bulan atau sepertiga

bulan gaji yang diterima sudah ludes alias terkuras untuk keperluan sehari-hari,

dan bagaimana untuk tengah bulan atau sepertiga bulannya lagi, tentu tidak

lain harus bekerja keras dengan kegiatan lainnya, dengan nawaitu yang penting

halal.

Oleh sebab itu, sekali lagi kita prihatin dengan kesejahteraan guru, dan

wajar untuk ditingkatkan. Kiranya terketuk para pengambil keputusan untuk

memperhatikan kesejahteraan guru ini, berikanlah insentif yang layak, perlu

tunjangan khusus, sehingga mereka benar-benar meberikan perhatian penuh

untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah masing-masing. Mereka

akan bekerja dengan baik, belajar dan mengajar dengan baik, dedikasi dan

loyalitas tinggi apabila gaji yang mereka terima wajar dan berkeadilan.

Harry D. Fauzi 4
harrydfauzi@gmail.com
Semangat Otonomi Daerah memungkinkan untuk meningkatkan

kesejahteraan para guru, dan memang dirasakan upaya-upaya yang dilakukan

oleh Pemerintah Daerah bersama Dewan dan PGRI sudah direalisasikan

walaupun itu belum memadai. Namun, cita-cita dan perjuangan senantiasa

harus selalu digesa, dan ini perlu perjuangan, dan guru sudah melakukan

perjuangan itu dari hari ke hari, bagaimana memperjuangkan anak yang tidak

tabu dan lugu menjadi tahu dan berilmu.

Memang diakui, bahwa keterbatasan dana Pemerintah sehingga

keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan guru belum maksimal dilakukan.

Namun, setitik iktikad Pemerintah Daerah untuk berangsur-angsur

meningkatkan kesejahteraan guru perlu dihargai, dan perhatian Dewan dengan

mengusulkan kepada Pemerintah Daerah untuk meningkatkan anggaran

pendidikan untuk setiap tahun perlu disambut baik dan diperjuangkan setiap

tahun oleh kita semua. Guru menginginkan kesejahteraan yang mereka tuntut

tidaklah berlebihan, akan tetapi yang wajar, sehingga mereka mampu

memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarganya, menyekolahkan anak-

anaknya, dan apabila telah pensiun hidup tenang dan lebih mendekatkan diri

kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bagi yang beragama Islam mungkin suatu

ketika sempat melakukan rukun Islam ke Lima (berhaji).

Peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran merupakan suatu

keharusan dan mutlak bagi seorang guru, guru yang baik adalah guru yang

mengerti dan memahami akan tugas dan kewajibannya. Diakui, bahwa guru

Harry D. Fauzi 5
harrydfauzi@gmail.com
dulu tidak memikirkan kesejahteraan, bagi mereka yang penting cukup untuk

hidup perbulan sudah cukup, akan tetapi guru kini penuh dengan berbagai

macam tuntutan, dan tentunya disesuaikan dengan kondisi zamannya.

Perlu diingat tuntutan kesejahteraan harus diimbangi dengan upaya

peningkat kulitas belajar dan mengajar, berdosa rasanya kalau kita hanya

mampu meminta, akan tetapi kurang untuk berbuat yang lebih baik. Karena itu,

perbaikan dan kesejahteraan hidup perlu disertai dengan perbaikan mutu

pendidikan, dan sekaligus mutu profesionalisme guru.

Atas dasar uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang ”Pengaruh Tingkat Kesejahteraan terhadap Kinerja Guru” di

SMP Negeri 2 Cugenang, Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2004 – 2005.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan, maka perlu

dilakukan pembatasan dalam masalah yang telah dirumuskan. Hal ini sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Suyatna (2000:7) bahwa biasanya masalah

yang ditemukan dalam penelitian itu sangat luas dengan rangkaian yang

multikompleks. Agar penelitian tidak melantur, sebaiknya masalah itu dibatasi

dari segi keluasan maupun segi kedalamannya.

Adapun batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut.

a. Kesejahteraan guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok guru diukur dengan

Harry D. Fauzi 6
harrydfauzi@gmail.com
penerimaan penghasilan guru baik dari sekolah maupun di luar

sekolah.

b. Kinerja guru yang dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi

bidang tugas perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pengelolaan

pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan analisis hasil pembel-

ajaran, serta tugas-tugas pembinaan siswa.

2. Rumusan Masalah

Semua jenis penelitian apa pun akan dimulai dengan cara merumuskan

masalahnya. Mengidentifikasikan masalah itu merupakan bagian yang paling

sulit dalam proses penelitian. Yang harus dirumuskan bukan sekedar ruang

lingkupnya saja, melainkan juga penjabaran masalahnya itu ke dalam bentuk

khusus yang spesifik (Suyatna, 2000:7).

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini disusun dalam bentuk

pertanyaan di bawah ini.

a. Bagaimanakah keadaan dan tingkat kesejahteraan guru-guru SMP

yang memiliki kegiatan sampingan di luar jam tugasnya?

b. Bagaimanakah kemampuan profesional guru-guru SMP yang

memiliki kegiatan sampingan di luar jam mengajarnya?

c. Adakah hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan

pengembangan kemampuan profesional pada guru-guru SMP yang

memiliki kegiatan sampingan di luar jam mengajarnya?

Harry D. Fauzi 7
harrydfauzi@gmail.com
C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, penelitian ini

memiliki tujuan-tujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

1. Keadaan dan tingkat kesejahteraan guru-guru SMP yang memiliki

kegiatan sampingan di luar jam tugasnya?

2. Kemampuan profesional guru-guru SMP yang memiliki kegiatan

sampingan di luar jam mengajarnya?

3. Hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan pengembangan

kemampuan profesional pada guru-guru SMP yang memiliki

kegiatan sampingan di luar jam mengajarnya?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru

dan kepala sekolah dalam pengelolaan pembelajaran serta pengembangan

sekolah, khususnya dalam memberdayakan sumber daya manusia dengan

pemberian imbalan/insentif yang sesuai. Hasil penelitian ini pun diharapkan

dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi upaya berikut.

1. Meningkatkan pembinaan tenaga guru dengan meningkatkan penge-

tahuan serta pengembangan profesi guru.

2. Meningkatkan kinerja guru dengan meningkatkan kualitas pem-

binaan.

3. Sebagai masukan bagi kepentingan manajemen pendidikan khusus-

nya instansi yang mengelola pendidikan di tingkat kabupaten mau-

Harry D. Fauzi 8
harrydfauzi@gmail.com
pun di tingkat kecamatan khususnya dalam meningkatkan kinerja

guru.

Di samping itu, mudah-mudahan hasil penelitian ini bisa memberikan

sumbangsih bagi khasanah pengembangan ilmu pendidikan, khususnya ilmu

administrasi pendidikan, yang selama ini banyak dilahirkan di negara barat,

tidak selamanya memiliki nilai relevansi yang tinggi untuk memecahkan

persoalan-persoalan administrasi pendidikan di Indonesia, hal ini diduga

karena administrasi pendidikan di samping sebagai ilmu pengetahuan juga

sebagai arts (kiat) di mana pengembangannya perlu memperhatikan aspek-

aspek yang terkait dengan perilaku manusia, khususnya manusia Indonesia.

Oleh sebab itu, pengembangan suatu ilmu akan lebih memiliki makna apabila

kita secara otonom mampu mengembangkannya secara mandiri.

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

1. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar adalah segala kebenaran, teori, atau

pendapat yang dijadikan landasan dalam suatu penelitian. Segala kebenaran,

teori dan pendapat yang dijadikan pegangan itu tidak dipersoalkan lagi benar

salahnya. Pada prinsipnya segala sesuatu itu dapat diterima oleh semua pihak

tanpa harus diuji lagi kebenarannya (Suyatna, 2000:7).

Sejalan dengan pendapat Suyatna di atas. Surakhmad (1980:15)

mengemukakan bahwa asumsi, anggapan dasar, atau postulat adalah ”sebuah

Harry D. Fauzi 9
harrydfauzi@gmail.com
titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti.” Adapun

yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut ini.

a. Kondisi dan tingkat kesejahteraan guru yang saat ini dianggap

sangat menyedihkan pada dasarnya menjadi penyebab kualitas

pendidikan di Indonesia tidak pernah berkembang dengan

selayaknya. Hal ini disebabkan guru-guru tidak memiliki

kesempatan yang cukup untuk mengembangkan dirinya, serta

tidak memiliki kesempatan untuk selalu mencari penambahan ilmu

pengetahuan guna menunjang kemampuan dan potensi dirinya.

b. Kinerja guru yang meliputi demikian banyak aspek dan tuntutan di

dalamnya sangat erat dipengaruhi oleh kondisi guru tersebut secara

ekonomis maupun secara sosial. Guru tidak akan pernah mencapai

tingkat kemampuan profesional yang selayaknya apabila tidak

ditunjang dengan kondisi ekonomi yang baik, tingkat

kesejahteraan yang baik, serta kehidupan sosial yang baik pula.

c. Pemenuhan aktualisasi diri pada diri seorang guru sebagai manusia

maupun sebagai sosok profesional mutlak diperlukan. Aktualisasi

diri ini hanya akan dapat dilaksanakan apabila guru tersebut

mampu mengembangkan komunikasi dirinya dengan berbagai

lingkungan di sekitarnya. Demikian pula halnya, proses

Harry D. Fauzi 10
harrydfauzi@gmail.com
pengembangan komunikasi dengan lingkungan ini pun sangat erat

dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi guru tersebut sehingga

jika aspek ini tidak terpenuhi maka guru tersebut tidak akan pernah

dapat mengembangkan dirinya secara optimal.

d. Potensi kepribadian merupakan prasyarat mutlak yang harus

dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan profesinya.

Potensi tersebut adalah; potensi kepribadian interpersonal dan

intrapersonal.

e. Kompetensi merupakan seperangkat kemampuan yang harus

dimiliki guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah

(kurikulum), tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Kompetensi dimaksud meliputi

kompetensi keterampilan pengelolaan proses pembelajaran dan

penguasaan pengetahuan.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang diteliti dan

perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang bersangkutan. Surakhmad

(1980:39) mengemukakan bahwa hipotesis adalah perumusan jawaban

sementara terhadap suatu permasalahan yang dimaksudkan sebagai tuntunan

sementara dalam penelitian untuk mencari jawaban yang sebenarnya.

Berdasarkan kedua teori yang dikemukakan di atas, hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Harry D. Fauzi 11
harrydfauzi@gmail.com
Ho : tidak terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan

kinerja guru pada guru-guru SMP Negeri 2 Cugenang,

Kabupaten Cianjur, tahun pelajaran 2004 – 2005.

H1 : terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan

pengembangan kinerja guru pada guru-guru SMP Negeri 2

Cugenang, Kabupaten Cianjur, tahun pelajaran 2004 – 2005.

Harry D. Fauzi 12
harrydfauzi@gmail.com
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kompetensi Guru

Kinerja guru pada dasarnya adalah kompetensi guru. Kompetensi itu

sendiri didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai

yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas, 2003a).

Selanjutnya Menurut Spencer dalam Yulaelawati (Puskur, 2003)

kompetensi adalah karakteristik mendasar yang merupakan hubungan

kausalitas antara referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang

terbaik dalam pekerjaan pada situasi tertentu.

Karakteristik mendasar pada pendapat di atas mengadung arti bahwa

kompetensi tersebut tertanam mendalam dan bertahan lama dalam penampilan

seseorang dan dapat digunakan untuk memprediksi tingkah laku seseorang

ketika berhadapan dalam berbagai situasi dan tugas. Hubungan kausal memiliki

makna bahwa suatu kompetensi dapat menyebabkan atau memprediksi

perubahan tingkah laku dan kinerja seseorang. Sedangkan referensi kriteria

menentukan dan memprediksi apakah seseorang dapat bekerja dengan baik

atau tidak dalam ukuran yang spesifik atau standar.

Spencer juga membahas lima tipe kompetensi sebagai berikut.

Harry D. Fauzi 13
harrydfauzi@gmail.com
a. Motif yang merupakan sesuatu yang dimiliki seseorang untuk
berpikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu
aksi.
b. Kompetensi bawaan berupa karakterisasi fisik yang secara
konsisten merespon berbagai situasi atau informasi.
c. Konsep diri dalam bentuk tingkah laku, nilai atau imaji seseorang.
d. Kompetensi pengetahuan berupa penguasaan seseorang atas ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri serta lingkungan
sekitarnya.
e. Kompetensi keterampilan yakni kemampuan untuk melakukan
tugas secara fisik atau mental.
(Yulaelawati, 2003)

Jika diamati, pengertian kompetensi dalam Kurikulum 2004 yang

sejalan dengan pendapat Spencer di atas terletak pada perwujudan pengetahu-

an, keterampilan, dan nlai dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Perwujudan

ini hanya dapat diketahui apabila tersedia seperangkat hasil belajar yang

terukur dan terstandarkan sebagai acuan pembelajaran yang bermakna dan

bertujuan untuk mencapai kompetensi standar tertentu. Dengan demikian,

kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya

yang dapat diukur dan diamati.

Garry Martin (2001) mengemukakan bahwa terdapat empat landasan

inti nilai-nilai profesi guru yang harus dikuasai dan dikembangkan oleh guru

sebagai kompetensi standar. Kompetensi standar dalam Kerangka Kerja guru

ini dilandasi oleh nilai-nilai di bawah ini.

1) Pembelajaran

Guru suka belajar dan memotivasi orang lain untuk belajar juga.

Harry D. Fauzi 14
harrydfauzi@gmail.com
Guru mendukung sistem organisasi sekolah dan kelas yang

mendorong pengembangan belajar mandiri dan belajar seumur hidup.

2) Perhatian

Guru memperlakukan orang lain dengan perhatian yang baik dan

mengusahakan strategi belajar mengajar yang dijiwai oleh konsep

keterbukaan, kesederajadan, dan kebersamaan.

3) Keunggulan

Guru memiliki standar keunggulan yang tinggi dan berjuang untuk

mencapainya melalui tindakan mawas diri dan pertumbuhan

profesionalitas yang terus berlanjut.

4) Kesetaraan

Guru menghargai manfaat dari keberagaman komunitas sekolah dan

mendorong terciptanya tempat kerja yang bebas diskriminasi,

pemaksaan, dan ekploitasi.

Di samping itu, Garry Martin (2001) juga mengemukakan adanya

Landasan Inti Pengetahuan Profesonal Guru sebagaimana dikemukakan berikut

ini.

a. Guru memahami struktur dan fungsi Kerangka Kurikulum dan

implikasinya dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran.

b. Guru sepenuhnya memahami tujuan, sifat, dan kegunaan berbagai

strategi evaluasi dan bagaimana informasi yang diperoleh melalui

proses evaluasi dapat digunakan untuk meninjau dan memodifikasi

pembelajaran.

Harry D. Fauzi 15
harrydfauzi@gmail.com
c. Guru memahami bahwa pembelajaran siswa dipengaruhi oleh

perkembangan pribadinya, pengalaman, kemampuan, minat, bahasa,

keluarga, budaya dan lingkungan pergaulan/masyarakat.

d. Guru benar-benar menguasai konsep-konsep kunci, struktur, dan proses

inkuiri yang utama sehubungan dengan bidang studinya.

e. Guru terbiasa dan benar-benar mengenal kerangka peraturan yang

mendasari sistem sekolah dan pekerjaan guru.

f. Guru sadar terhadap kebijakan pemerintah (baik pusat maupun daerah),

dan sekolah yang mendasari program pendidikan dan layanan

pendidikan.

B. Kinerja Guru

Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi

sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka

guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain

berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya.

Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru di dalam

pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya

mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi

kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan

mungkin ada system yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan

berpengaruh terhadap permasalahan tadi.

Harry D. Fauzi 16
harrydfauzi@gmail.com
Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan kita, bagaimana

kinerja guru akan berdampak kepada pendidikan bermutu. Kita melihat sisi

lemah dari system pendidikan nasional kita, dengan gonta ganti kurikulum

pendidikan, maka secara langsung atau tidak akan berdampak kepada guru itu

sendiri. Sehingga perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi

guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan

tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan

minimal, dan tidak demikian halnya guru professional.

Selain itu, kinerja guru juga sangat ditentukan oleh output atau keluaran

dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), sebagai institusi

penghasil tenaga guru, LPTK juga memiliki tanggungjawab dalam

menciptakan guru berkualitas, dan tentunya suatu ketika berdampak kepada

pembentukan SDM berkualitas pula. Oleh sebab itu LPTK juga memiliki andil

besar di dalam mempersiapkan guru seperti yang disebutkan diatas,

berkualitas, berwawasan serta mampu membentuk SDM mandiri, cerdas,

bertanggungjawab dan berkepribadian.

Harapan ke depan, terbentuk sinergi baru dalam lingkungan

persekolahan, dan perlu menjadi perhatian adalah terjalinnnya kinerja yang

efektif dan efisien disetiap struktur yang ada dipersekolahan. Kinerja terbentuk

bilamana masing-masing struktur memiliki tanggungjawab dan memahami

akan tugas dan kewajiban masing-masing.

Harry D. Fauzi 17
harrydfauzi@gmail.com
Era reformasi dan desentralisasi pendidikan menyebabkan orang bebas

melakukan kritik, titik lemah pendidikan akan menjadi bahan dan sasaran

empuk bagi para kritikus, adakalanya kritik yang diberikan dapat menjadi

sitawar sidingin di dalam memperbaiki kinerja guru. Akan tetapi tidak tertutup

kemungkinan pula akan dapat membuat merah telinga guru sebagai akibat dari

kritik yang diberikan, hal ini dapat memberikan dampak terhadap kinerja guru

yang bersangkutan.

Apapun kritik yang diberikan, apakah bernilai positif atau negative

kiranya akan menjadi masukan yang sangat berarti bagi kenerja guru. Guru

yang baik tidak akan pernah putus asa, dan menjadi kritikan sebagai pemicu

baginya di dalam melakukan perbaikan dan pembenahan diri di masa yang

akan datang. Kritik terhadap kinerja guru perlu dilakukan, tanpa itu bagaimana

guru mengetahui kinerja yang sudah dilakukannya selama ini, dengan demikian

akan menjadi bahan renungan bagi guru untuk perbaikan lebih lanjut.

Indikator suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya

manusianya, dan indicator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat

pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka

semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab

itu indicator tersebut sangat ditentukan oleh kinerja guru.

Bila kita amati di lapangan, bahwa guru sudah menunjukan kinerja

maksimal di dalam menjalan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar

dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih ada sebagian guru yang belum

Harry D. Fauzi 18
harrydfauzi@gmail.com
menunjukkan kinerja baik, tentunya secara akan berpengaruh terhadap kinerja

guru secara makro.

Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan

amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggungjawab moral dipundaknya.

Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam

menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di

luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya

mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses

pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan akan metodologi

yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta

alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.

Kinerja guru dari hari kehari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun

terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus dan terus belajar, tanpa

itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal akan

akselerasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada kondisi kini kita

dihadapkan pada era global, semua serba cepat, serba dinamis, dan serba

kompetitif.

Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan

komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun

anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan nawaitu yang

bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada

dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut

Harry D. Fauzi 19
harrydfauzi@gmail.com
sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang

dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya

kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini.

C. Peran, Tugas, dan Tanggung Jawab Guru

Dalam arti yang luas, pendidikan dapat mencakup seluruh proses hidup

dan segala interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal,

nonformal, maupun informal. Proses tersebut muncul dalam rangka mewujud-

kan individu tersebut sesuai dengan tahapan perkembangannya secara optimal

sehingga dicapai taraf kedewasaan tertentu. Pada konteks ini, seorang guru

yang ideal menurut Makmun (1996) memiliki tugas dan peran sebagai berikut.

1) Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber


norma kedewasaan dan inovator (pengembang) sistem nilai
ilmu pengetahuan.
2) Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada
peserta didik.
3) Transformator (penerjemah) sistem-sistem nilai melalui
penjelmaan pribadinya dan perilakunya melalui proses
interaksinya dengan peserta didik.
4) Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang
dipertanggungjawabkan baik secara formal (kepada pihak yang
mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral
(kepada sasaran didik serta Tuhan yang Menciptakannya).
(Makmun, 1996:18)

Dalam arti yang terbatas, pendidikan merupakan salah satu proses

interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal dengan peng-

ajaran (instructional). Gagne dan Berliner dalam Makmun (1996:18)

Harry D. Fauzi 20
harrydfauzi@gmail.com
menjelaskan bahwa dalam konteks ini guru memiliki peran, tugas, dan

tanggung jawab sebagai berikut.

1) Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan


dilakukan di dalam proses belajar mengajar (preteaching
problems).
2) Pelaksana (organizer) yang harus menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana. Ia bertindak
sebagai nara sumber (resource person), konsultan
kepemimpinan (leader) yang bijaksana dalam arti demokratis
dan humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung
(during teaching problems).
3) Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis,
menafsirkan, dan akhirnya harus memberikan pertimbangan
(judgement) atas tingkat keberhasilan belajar mengajar (PBM)
tersebut berdasarkan kriteria yang ditetapkan baik mengenai
aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
4) Pembimbing yang menekankan bahwa segala proses yang
berlangsung itu memiliki tujuan (pusposive), yang berarti aspek
intrinsik (niat, tekad, azam) dari dalam diri individu merupakan
faktor penentu yang penting untuk melahirkan perilaku tertentu
meskipun tanpa adanya perangsang (stimulus) yang datang dari
lingkungannya (naturalistic). Di sisi lain, pola-pola perilaku
dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan
(reinforcement) dengan mengkondisikan stimulus (conditio-
ning) dalam lingkungannya (environmentalistic).
(Makmun, 1996:18-19)

Berdasar kepada rumusan teori di atas, dapat dilihat bahwa tugas,

peranan, serta tanggung jawab guru demikian luas mencakup aspek

pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap perilaku siswa secara

menyeluruh. Apalagi jika dikaitan dengan tujuan pendidikan nasional

sebagaimana tersurat pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yang mengisyaratkan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

Harry D. Fauzi 21
harrydfauzi@gmail.com
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Peranan, tugas, serta tanggung jawab ini

mustahil dapat dipikul tanpa adanya upaya peningkatan kemampuan guru itu

sendiri dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan zaman.

Pada uraian berikut ini akan dibahas mengenai profesionalitas guru

dalam dua konteks yang sesungguhnya merupakan suatu kesatuan yang tidak

dapat dipisah-pisahkan, yakni konteks pendidikan secara umum serta konteks

globalisasi. Pada konteks pertama, akan dilihat bagaimana sesungguhnya

jabatan guru secara formal sebagai pendidik dengan berbagai tugas dan

peranan yang dipikulnya, sedangkan pada konteks yang kedua akan dilihat

bagaimana peran, tugas, serta tanggung jawab guru dalam menghadapi

perkembangan zaman serta berusaha meluluh ke dalamnya sebagai sebuah

dinamika pengembangan profesi serta bahan pembinaan dan pendidikan moral

siswa secara kontekstual.

1. Profesionalitas Guru dalam Konteks Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses dan usaha sadar yang

mengorganisasikan komponen-komponen yang ada di dalamnya sehingga hasil

dari kegiatan tersebut dapat mengubah masukan (input/raw input) yang berupa

peserta didik menjadi keluaran (output) yang berupa peserta didik yang

Harry D. Fauzi 22
harrydfauzi@gmail.com
terdidik. Artinya, pada sebelum proses pendidikan berlangsung si peserta didik

itu belum mengetahui apa-apa menjadi tahu, dari tidak memiliki keterampilan

menjadi terampil, dan yang dulu tidak memiliki sikap yang terarah kepada

tujuan pendidikan menjadi memiliki sikap terarah kepada tujuan pendidikan

(Seno, 1984:14).

Kadar keterdidikan berdasarkan pendapat di atas sangat ditentukan oleh

kualitas dan intensitas proses pendidikan (kegiatan pembelajaran dan kegiatan

kependidikan lainnya) yang berlangsung dalam suatu sistem pendidikan di

sekolah. Keberhasilan untuk mencapai tingkat keterdidikan siswa tersebut

sangat bergantung kepada kemampuan guru, kemantapan profesi guru,

kemampuan guru dalam mengorganisasikan proses pendidikan secara

menyeluruh. Seno (1984:15) mengemukakan bahwa kemampuan-kemampuan

sebagai-mana yang diharapkan tersebut bukanlah suatu proses yang

berlangsung begitu saja, melainkan sebentuk upaya sadar berupa peningkatan

kapasitas diri di luar proses belajar mengajar. Secara skematik, Seno

memberikan gambaran tentang tugas profesional guru sebagai berikut.

Harry D. Fauzi 23
harrydfauzi@gmail.com
Gambar 2.1
Tugas Profesional Guru

Kewajiban

Status dan Profesi Guru yang Tugas dan


Kedudukan Mantap Fungsi

Hak

Berdasarkan matriks di atas dapat dilihat ada empat komponen yang

dapat mempengaruhi siap profesional guru, yakni status dan kedudukan,

kewajiban guru, hak guru, serta tugas dan fungsi guru.

a. Status dan Kedudukan Guru

Dilihat dari kedudukannya, seorang guru merupakan makhluk Tuhan,

makhluk sosial, dan makhluk individu. Sebagai makhluk Tuhan, seorang guru

harus beriman dan beramal. Kualitas keimanan dan amaliah guru ini harus

dilandasi oleh ilmu yang diimplemen-tasikan dalam tindakan sehari-hari. Iman

seorang guru adalah keimanan ilmiah, demikian pula amal guru adalah amal

ilmiah (Seno, 1984:15). Dengan demikian, iman seorang guru seharusnya

adalah ilmiah amaliah, amal guru adalah amaliah ilmiah, dan ilmu guru adalah

amaliah ilmiah.

Harry D. Fauzi 24
harrydfauzi@gmail.com
Sebagai makhluk sosial, harus disadari bahwa guru memiliki status pula

sebagai: (1) warga negara; (2) pegawai negeri/swasta; (3) karyawan Dinas

Pendidikan; (4) anggota masyarakat luas; dan (5) guru.

Kelima status ini harus benar-benar disadari agar guru mampu

mempertahankan dan meningkatkan keberadaannya di tengah kehidupan

masyarakatnya.

Sebagai makhluk individu, guru harus mampu memperlihatkan dan

meningkat-kan kualitas dirinya dan keakuannya. Untuk itu, guru selayaknya

selalu memikirkan dan berupaya untuk meningkatkan ilmunya, meningkatkan

derajat dan pangkatnya, serta meningkatkan harta yang dimilikinya.

Jika penjelasan di atas dapat disusun dalam bentuk matriks, maka

bentuknya adalah sebagai berikut.

Gambar 2.2
Status dan Kedudukan Guru

GURU
Makhluk Tuhan:
Iman amaliah ilmiah
Amal amaliah ilmiah
Ilmu amaliah ilmiah

Makhluk Sosial:
Warga Negara
Pegawai Negeri/Swasta
Karyawan Dinas Pendidikan
Anggota masyarakat luas
Guru

Makhluk Individu:
Ilmu
Derajat/Pangkat
Harta

Harry D. Fauzi 25
harrydfauzi@gmail.com
b. Kewajiban Guru

Makmun (1996:108) mengemukakan definisi tentang guru yang di

dalamnya berkaitan sangat erat dengan kewajiban seorang guru seperti berikut

ini.

”Guru adalah orang dewasa yang karena jabatannya secara


formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat
(dalam hal mengajar dan mendidik) sehingga memungkinkan
bagi terjadinya proses pengalaman belajar (learning
experiences) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala
sumber daya (learning resources) dan menggunakan strategi
belajar mengajar (teaching learning strategies) yang tepat
(appropriate)” (Makmun, 1996:108).

Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang guru menurut

Kurikulum 2004 adalah melakukan transformasi dan inter-nalisasi keilmuan

dan kepribadian sehingga timbul perubahan yang mengarah kepada

terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas,

2003a:6). Perubahan-perubahan tersebut dilakukan melalui pemberitahuan

berbuat dan merencana sikap (Seno, 1984:16).

Secara spesifik, proses transformasi dan internalisasi keilmuan tersebut

merupakan kegiatan sadar dalam membentuk perilaku manusia lain dan dirinya

sendiri dengan dua strategi utama, yakni memberi tahu dan memberi

kesempatan merencanakan sesuatu kepada siswa. Kedua strategi ini memiliki

tujuan, yakni para siswa atau peserta didik menjadi tahu apa yang seharusnya

diketahuinya, mengerti akan apa yang telah diketahuinya, dan menyadari akan

Harry D. Fauzi 26
harrydfauzi@gmail.com
pentingnya sesuatu tersebut bagi dirinya serta lingkungan sekitarnya. Tujuan

tersebut pada akhirnya akan mengarah pada perubahan dan pembentukan

peserta didik secara konstruktif dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan

sikap serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang tercermin dalam

tindakan dan perilaku berpikirnya sehari-hari.

Proses transformasi dan internalisasi tersebut dapat dilukiskan dalam

bentuk matriks sebagai berikut ini.

Gambar 2.3
Kewajiban Guru

™ Memberi tahu
™ Memberi kesempatan merencana

™ Tahu
™ Mengerti
™ Sadar

Perubahan dan Pembentukan:


™ Pengetahuan
™ Keterampilan
™ Sikap

c. Hak Guru

Di samping kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan guru sebagai

manusia, guru memiliki hak-hak tertentu yang secara formal tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 8/1974. Hak-hak ini harus diketahui, dipahami,

dan disadari untuk digunakan bagi peningkatan kesejahteraan, kedudukan, serta

kepuasan batinnya.

Harry D. Fauzi 27
harrydfauzi@gmail.com
Dengan terpenuhinya hak-hak guru, dimungkinkan kinerja guru akan

lebih terpenuhi secara maksimal dan peningkatan serta pengembangan profesi

guru pun akan dapat berjalan sesuai dengan konteksnya. Hak-hak guru yang

dimaksudkan meliputi hak-hak profesional serta hak penghasilan dan

kesejahteraan sebagai berikut.

1) Hak profesional:
a) memiliki kebebasan akademis baik di dalam maupun di
luar kelas yang berkaitan dengan ilmu yang dikuasainya,
metode dan teknik pendidikan;
b) kebebasan untuk memberikan penilaian, penghargaan, dan
sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah
pendidikan;
c) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas;
d) memperoleh dan memanfaatkan fasilitas pembelajaran;
e) kebebasan untuk berserikat dalam bidang profesi guru; dan
meningkatkan kemampuan profesional guru.
2) Hak penghasilan dan kesejahteraan:
a) memperoleh penghasilan yang layak;
b) mendapat cuti;
c) mendapat perawatan kesehatan;
d) mendapat jaminan pensiun dan tunjangan hari tua;
e) mendapat tunjangan jaminan sosial;
f) memperoleh tunjangan kemahalan biaya hidup; dan
g) memperoleh asuransi kesehatan, asuransi jiwa dan asuransi
kecelakaan bagi guru.
(Rancangan Kebijakan RUU tentang Guru)

Atas dasar kutipan serta uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

terpenuhinya hak-hak guru akan dapat meningkatkan kinerja guru sesuai

dengan tuntutan profesinya. Hak-hak guru tersebut pada dasarnya meliputi (1)

perlakuan yang adil, (2) memperoleh penghargaan tepat pada waktunya, serta

(3) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan profesinya.

Harry D. Fauzi 28
harrydfauzi@gmail.com
d. Tugas dan Fungsi Guru

Tugas utama guru adalah mendidik, dalam arti mengajar untuk mem-

berikan pengetahuan dan meningkatkan kecerdasan, melatih siswa dalam arti

membekali keterampilan, serta mendidik dalam arti memasyarakatkan sikap

takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berudi pekerti luhur, mempertebal

semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

Tugas tersebut dijabarkan menjadi fungsi-fungsi yang berbentuk

kegiatan berikut ini.

1) Fungsi pokok, melaksanakan tatap muka dengan siswa dengan segala

implikasinya sehingga guru berwibawa mengantarkan siswa mencapai

tujuan pembelajaran dan pendidikan sebagai-mana ditetapkan dalam

tujuan pendidikan nasional.

2) Fungsi profesi, dalam arti usaha-usaha mengaitkan profesinya sebagai

guru dalam bentuk meningkatkan kemampuan baik secara formal

maupun nonformal serta melakukan pengembangan profesi (seperti

menulis buku, melakukan penelitian ilmiah, menemukan metode

pembelajaran, mengikuti penataran atau pelatihan guru, dan

sejenisnya).

3) Selain tugas-tugas pokok dan tugas profesi, kepada guru juga dibeban-

kan tugas-tugas tambahan yang bersifat pembinaan dan pengembangan

kemampuan administratif untuk membantu pengelolaan sekolah.

Tugas-tugas tambahan ini meliputi tugas tambahan menjadi wakil

Harry D. Fauzi 29
harrydfauzi@gmail.com
kepala sekolah, pembantu kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan,

sarana dan prasarana, serta hubungan masyarakat, tugas menjadi wali

kelas, tugas tambahan melatih dan membina kegiatan ekstrakurikuler.

4) Fungsi pembimbing dan pembina dalam hal membina aktivitas siswa,

bimbingan dan konseling, serta pengembangan moralitas dan etika

siswa.

5) Fungsi kemanusiaan dan kemasyarakatan, yakni segala aktivitas guru di

tengah-tengah masyarakat dalam rangka mengamalkan ilmunya guna

meningkatkan nilai-nilai keimanan secara kontekstual.

Atas dasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan tugas

guru meliputi fungsi pokok, fungsi profesi, fungsi tambahan, fungsi

pembimbing, serta fungsi kemanusiaan dan kemasyarakatan yang seluruhnya

harus bersatu dalam diri guru sebagai suatu bentuk kompetensi.

2. Peran Guru dalam Konteks Globalisasi

Guru merupakan orang terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan,

khususnya pendidikan di sekolah. Guru adalah orang yang secara langsung

bertanggung jawab untuk mewujudkan kurikulum yang direncanakan menjadi

kegiatan nyata di sekolah. Meskipun sulit untuk ditentukan, namun tidak dapat

dipungkiri bahwa kualitas manusia baik sebagai kekuatan maupun tujuan

pembangunan banyak ditentukan dan bergantung kepada kualitas proses

pendidikan pada umumnya dan kegiatan belajar mengajar di sekolah pada

khususnya.

Harry D. Fauzi 30
harrydfauzi@gmail.com
Sejak Indonesia merdeka tahun 1945 hingga awal abad kedua puluh

satu ini, berpuluh juta bahkan ratusan juta anak bangsa dipercayakan kepada

guru untuk dididik menjadi manusia Indonesia seutuhnya disertai harapan

bahwa kelak mereka menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh untuk

mewarisi pembangunan bangsa ini. Tugas dan tanggung jawab guru bukan saja

membantu siswa untuk mampu mengembangkan daya nalar dan menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga mengembangkan pribadi-

pribadi yang religius, berbudi pekerti luhur, mandiri dan memiliki tanggung

jawab sosial. Keberhasilan pengembangan karakteristik manusia Indonesia

seutuhnya pada diri siswa memang tidak semata-mata berada di tangan guru.

Namun, peran dan fungsi guru dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan

Nasional sebagai suatu kesatuan yang utuh juga tidak dapat diabaikan (Furqon,

1998:34).

Seiring dengan melajunya perkembangan teknologi (khususnya

teknologi informasi dan komunikasi) dewasa ini, pendidikan kini dihadapkan

kepada era keterbukaan dan globalisasi. Masyarakat, termasuk para siswa di

mana pun berada, akan dapat dengan mudah mengakses berbagai perkembang-

an kehidupan sosial, budaya, dan politik melalu berbagai media komunikasi.

Siaran-siaran televisi yang sudah dianggap sebagai bagian dari kebutuhan

masyarakat dewasa ini telah menyuguhkan berbagai informasi dan hiburan

yang hampir tiada batas. Demikian pula halnya dengan jaringan internet dan e-

mail (yang pada saat ini dapat dengan mudah diakses oleh para siswa, terutama

siswa-siswa yang berada di kota-kota besar) telah memberikan peluang

Harry D. Fauzi 31
harrydfauzi@gmail.com
demikian besar untuk membentuk dan mengembangkan budaya baru melalui

akses-akses global dari berbagai belahan dunia. Sudah barang tentu hal ini akan

berdampak kepada perkembangan sikap, pribadi, serta moralitas mereka jika

tidak disertai dengan upaya-upaya penetrasi serta tindakan-tindakan preventif

yang sistematis dan intens.

Berbagai pihak menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa indikator

keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber

daya manusianya, dan indikator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat

pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka

semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya.

Keberadaan indikator-indikator tersebut sangat ditentukan oleh peran serta

kinerja guru.

Ukuran kinerja guru ini dapat ditentukan melalui tanggung jawabnya

menjalankan amanah, profesi yang diembannya, serta rasa tanggung jawab

moral yang ada di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan

loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas

kependidikannya di luar kelas. Di samping itu, penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang dimiliki oleh guru pada saat ini menjadi ukuran penting di

samping kemampuan utamanya dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas.

Dengan demikian, pada konteks sekarang ini, peran dan fungsi guru kian

berkembang sebagaimana dikemukakan oleh Isjoni (Dekan FKIP Universitas

Riau) sebagai berikut ini.

Harry D. Fauzi 32
harrydfauzi@gmail.com
a. Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang
jelas, program kerja tersebut tidak hanya berupa program
rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen
pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran,
LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan
bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil
maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang
dilakukan, dan sudah terprogram secara baik;
b. Communicator, artinya guru harus mampu menjadi
komunikator yang baik dalam mensosialisasikan program-
programnya kepada rekan sekerjanya, masyarakat orang tua
siswa, para siswa, serta lembaga-lembaga terkait dalam
upaya peningkatan kualitas pendidikan.
c. Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan
pembaharuan dan pembaharuan dimaksud berkenaan dengan
pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar,
media pembelajaran, sistem dan alat evaluasi, serta nurturant
effect lainnya. Secara individu maupun bersama-sama
mampu untuk mengubah pola lama, yang selama ini tidak
memberikan hasil maksimal, dengan mengubah kepada pola
baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang
lebih maksimal;
d. Motivator, artinya guru memiliki motivasi untuk terus belajar
dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi
kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar
sebagaimana dicontohkan oleh gurunya;
e. Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang
lebih mantap dan memadai sehinga mampu mengelola proses
pembelajaran secara efektif;
f. Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan
diri, dan tentunya mau pula menularkan kemampuan dan
keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang.
Guru harus haus akan menimba pengetahuan dan
keterampilan, serta peka terhadap perkembangan IPTEK,
misalnya mampu dan terampil mendayagunakan komputer,
internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
(Isjoni. http://www.pendidikan.us/guru _masa_depan.html)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru yang ideal

adalah guru yang mampu bertindak sebagai fasilitator; komunikator,

pelindung; pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin, loyal,

Harry D. Fauzi 33
harrydfauzi@gmail.com
bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan

sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk

mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa

dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan

sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap

berciri khas "the habits for highly effective people" dan "quantum teaching"

serta pendekatan humanis terhadap siswa. Guru menguasai komputer, bahasa,

dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas secara proporsional.

Diberlakukan skema rewards dan penegakan disiplin yang humanis terhadap

guru dan karyawan.

Guru juga harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan ke-

mampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai

kemajuan zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa

memiliki sikap kemandirian, perilaku adaptif, koperatif, kompetitif dalam

menghadapi tantangan, tuntutan kehidupan sehari-hari. Secara efektif

menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerja

sama. Selain itu guru masa depan juga dapat menumbuhkembangkan sikap,

disiplin, bertanggung jawab, memiliki etika moral, dan memiliki sikap

kepedulian yang tinggi, dan memupuk kemampuan belajar mandiri anak didik,

memberikan penghargaan ataupun apresiasi terhadap siswa agar mereka

bangga akan sekolahnya dan terdidik juga untuk mau menghargai orang lain

baik pendapat maupun prestasinya. Kerendahan hati juga perlu dipupuk agar

tidak terlalu overmotivated sehingga menjadi congkak. Diberikan pelatihan

Harry D. Fauzi 34
harrydfauzi@gmail.com
berpikir kritis dan strategi belajar dengan manajemen waktu yang sesuai serta

pelatihan cara mengendalikan emosi agar IQ, EQ dan kedewasaan sosial siswa

berimbang.

Selain itu, guru juga harus memiliki keterampilan dasar pembel-ajaran,

kualifikasi keilmuannya juga optimal, Penampilan di dalam kelas maupun luar

kelas tidak diragukan. Di sisi lain, guru harus pula memiliki kebanggaan

dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik

profesinya.

Kinerja guru dari hari ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun

terus ditingkatkan. Guru harus punya komitmen untuk terus dan terus belajar.

Tanpa itu, maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap

tertinggal oleh akselerasi zaman yang semakin melaju dan hampir tidak

menentu. Apalagi pada kondisi kini manusia dihadapkan kepada era global,

semua serba cepat, serba dinamis, dan serba kompetitif.

D. Tingkat Kesejahteraan Guru

Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil

pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh

sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui

kegiatan belajar-mengajar. Namun demikian, posisi strategis guru untuk

meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan

profesional mengajar dan tingkat kesejahteraannya.

Ukuran kesejahteraan memang relatif dan sulit diukur hanya dengan

kecukupan materi belaka. Oleh sebab itu, Isjoni (2000) mengemukakan bahwa

Harry D. Fauzi 35
harrydfauzi@gmail.com
tingkat kesejahteraan seorang guru dapat dilihat melalui indikator-indikator

sebagai berikut.

1) Penghasilan setiap bulan mampu mencukupi kebutuhan pokok

keluarga sehari-hari secara tetap dan berkualitas.

2) Kebutuhan pendidikan keluarga dapat terpenuhi secara baik dan

optimal.

3) Memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan berke-

lanjutan serta mengembangkan diri secara profesional.

4) Memiliki kemampuan untuk mengembangkan komunikasi ke

berbagai arah sesuai dengan kapasitasnya, baik dengan memanfaat-

kan teknologi maupun secara konvensional.

Penghasilan yang dimaksudkan bukan hanya penghasilan yang diperoleh

dari gaji guru (baik sebagai pegawai negeri ataupun sebagai guru

honorer/yayasan), melainkan juga penghasilan lain yang diperoleh dari sumber

lain. Pada konteks ini tidak tertutup kemungkinan seorang guru memiliki

pekerjaan tambahan lain di luar tugasnya sebagai guru di sebuah sekolah.

Bahkan, pada sejumlah kasus penghasilan seorang guru sebagai tukang ojek

lebih besar daripada gaji golongan III/C. Penghasilan tambahan serupa ini

sudah barang tentu akan menumbuhkan tingkat kesejahteraan keluarga

sehingga keluarga guru tersebut akan mampu meningkatkan taraf hidupnya,

memberikan pendidikan kepada anak-anaknya secara lebih baik, serta memiliki

kesempatan untuk mengembangkan dirinya sendiri bagi kepentingan karirnya.

Harry D. Fauzi 36
harrydfauzi@gmail.com
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian

Tujuan pokok penelitian ini adalah ingin mengungkapkan hubungan

antara tingkat kesejahteraan guru dengan konsistensi kemampuan

profesionalnya. Untuk mencapai tujuan tersebut di samping melihat karakter

permasalahan yang diteliti, maka penulis menggunakan metode deskripsi-

analisis yaitu suatu metode penelitian mengenai status kelompok, manusia,

suatu obyek, satu set kondisi sistem pemikiran pada saat sekarang atau yang

sedang terjadi, tujuannya yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran, sistimatis

dan faktual.

Metode deskritif adalah suatu metode suatu metode penelitian atas

kelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran, ataupun peristiwa

sekarang. Penelitian deskritif memberikan deskripsi, gambaran, atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan

fenomena yang diteliti (Arikunto, 1988:23).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)

Harry D. Fauzi 37
harrydfauzi@gmail.com
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu

dengan variabel yang lainnya (Sugiono, 2003:11).

Lebih lanjut, Amir Suyatna (2000:14) mengemukakan bahwa penelitian

deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata serta tidak

saling berhubungan, tidak menguji hipotesis, tidak membuat ramalan, atau

tidak mendapatkan makna implikasi. Penelitian deskriptif ini bertujuan

a. mencari informasi faktual yang mendetail yang memerlukan gejala

yang ada;

b. mengidentifikasikan masalah-masalah atau untuk mendapatkan

justifikasi (penguatan) keadaan dan praktek-praktek yang sedang

berlangsung; dan

c. membuat komparasi dan evaluasi.

Untuk memperoleh data, penulis mempergunakan teknik survey, studi

dokumentasi dan angket dengan dukungan wawancara, walaupun yang menjadi

instrumen utama dan menjadi data yang diolah adalah angket.

Pada tahap analisis penulis mengunakan pendekatan kuantitatif dengan

berbagai perhitungan seperti tendensi sentral (mean, median, modus) dan

berbagai perhitungan yang lebih menjelaskan pokok persoalan.

Masalah kesejahteraan dan kemampuan profesionall guru adalah suatu

fenomena sosial yang perlu dipahami, oleh sebab itu dalam analisis ini juga

didukung oleh analisis kualitatif, agar lebih jelas, bermakna, dan mendalam,

sebagaimana dikemukakan oleh Mochamad Natsir yang menjelaskan bahwa:

Harry D. Fauzi 38
harrydfauzi@gmail.com
“Pendekatan kombinasi kuantitatif dan kualitatif dalam analisis dapat

memperkaya data dan lebih memahami fenomena-fenomena sosial yang diteliti

sehingga dengan informasi kualitatif tersebut, gambaran tentang fenomena

sosial yang disajikan dalam tabel lebih semakin jelas, bermakna dan semakin

hidup”.

Metode dan teknik analisis data tersebut nampaknya cocok dengan

tujuan penelitian dan masalah yang akan dikaji karena membahas masalah

kondisi tertentu yang dalam hal ini adalah tingkat kesejahteraan guru dalam

hubungannya dengan kemampuan profesional guru, yang pada tataran empiris

diperlukan penangkapan fenomena-fenomena yang bersifat kontekstual.

Fenomena-fenomena tersebut merupakan informasi tambahan dan akan

memperkuat data yang diperoleh oleh instrumen pokok berbentuk angket.

2. Teknik Penelitian

Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai

berikut.

a. Wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi

tentang ukuran sejahtera yang dialami guru-guru serta masalah yang

berkaitan dengan pelaksanaan tugas mereka sehari-hari di sekolah..

b. Angket yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara

menyediakan sejumlah pertanyaan dengan opsi pilihan jawaban yang

telah disediakan. Pemilihan teknik angket tertutup ini untuk

Harry D. Fauzi 39
harrydfauzi@gmail.com
menghindari pembiasan informasi sehingga pembahasan hasil

penelitian tidak meluas.

c. Studi Literatur yang dilakukan untuk menggali pemahaman teoritis

tentang hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi guru serta tugas-

tugas profesional guru.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Yang menjadi tempat/lokasi penelitian dalam penulisan ini adalah SMP

Negeri 2 Cugenang, Kabupaten Cianjur. Alasan penelitian di tempat ini, di

samping alasan geografis yang akan memudahkan transportasi dan komunikasi,

juga merupakan tempat dinas penulis. Di samping itu, pemilihan tempat

penelitian ini secara empiris menarik karena aktivitas yang terkait dengan topik

dan variabel permasalahan perlu dikaji melalui upaya penelitian.

Sedangkan waktu pelaksanaan disesuaikan dengan tahapan-tahapan

kegiatan penelitian dan kesepakatan dengan pihak-pihak yang lain yang dapat

disebutkan sebagai berikut.

Tabel 3.1: Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Waktu Kegiatan Jenis Kegiatan


1 Juli 2004 Penyusunan Perencanaan Penelitian

2 Agustus 2004 Penyusunan Instrumen Penelitian

3 Agustus 2004 Pelaksanaan Penelitian

4 September 2004 Analisis Data Hasil Penelitian

5 Oktober – November Penyusunan Laporan Penelitian


2004

Harry D. Fauzi 40
harrydfauzi@gmail.com
C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah guru-guru mata pelajaran dan guru

bimbingan konseling SMP Negeri 2 Cugenang, Kabupaten Cianjur yang

seluruhnya berjumlah 28 orang. Mengingat jumlah populasi di bawah 50 orang,

maka seluruh populasi ini dijadikan sampel penelitian (sampel populasi)

D. Instrumen Penelitian

1. Bentuk Instrumen

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa tujuan pokok penelitian ini

adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan antara tingkat

kesejahteraan dan pengembangan kemampuan profesional guru. Oleh karena

itu, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun dalam bentuk

angket yang menggunakan skala Likert.

Untuk memperoleh data tentang tingkat kesejahteraan guru, responden

dihadapkan kepada sejumlah pertanyaan positif atau negatif pada kuesioner.

Setiap pertanyaan merupakan penjabaran dan satu indikator variabel yang

mendapatkan skor penelitian. Setiap pertanyaan diikuti oleh lima alternatif

jawaban, yaitu Sangat Realistis (SR), Realistis (R), Cukup Realistis (CR),

Kurang Realistis (KR) dan Tidak Realistis (TR). Dan skor yang diperoleh

adalah sebagai berikut

a. Untuk jawaban Sangat Realistis (SR) diberi skor 5

b. Untuk jawaban Realistis (R) diberi skor 4

c. Untuk jawaban Cukup Realistis (CR) diberi skor 3

Harry D. Fauzi 41
harrydfauzi@gmail.com
d. Untuk jawaban Kurang Realistis (KR) diberi skor 2

e. Untuk jawaban Tidak Realistis (TR) diberi skor 1

Sedangkan untuk memperoleh data tentang pengembangan kemampuan

profesional guru, responden dihadapkan juga kepada sejumlah pertanyaan

positif atau negatif, setiap pertanyaan merupakan penjabaran dan satu indikator

variabel yang mendapatkan skor penelitian. Setiap pertanyaan diikuti oleh lima

alternatif jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang (KK), Jarang

(JR) dan Tidak Pernah (TP). Adapun skor yang diperoleh responden adalah

sebagai berikut.

a. Untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5

b. Untuk jawaban Sering (S) diberi skor 4

c. Untuk jawaban Kadang-kadang(KK) diberi skor 3

d. Untuk jawaban Jarang (J) diberi skor 2

e. Untuk jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1

2. Prosedur Pengembangan Instrumen

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengembangan instrumen

penelitian secara garis besarnya adalah sebagai berikut.

a. Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga

masing-masing variabel memiliki batasan yang jelas mengenai aspek

dan sub aspek yang akan diukur serta indikatornya masing-masing.

b. Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan dalam

penulisan butir-butir pertanyaan.

Harry D. Fauzi 42
harrydfauzi@gmail.com
c. Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabaran konsep

instrumen penelitian yang telah ditetapkan.

3. Pengembangan Instrumen Penelitian

Secara global, instrumen penelitian disusun dalam bentuk angket

tertutup dengan kisi-kisi instrumen sebagai berikut.

Variabel Aspek yang Diamati Indikator

Tingkat a. Penghasilan 1) Menekuni pekerjaan sampingan


Kesejahteraan setiap bulan selama tidak mengganggu tugas
Guru cukup pokok.
2) Memperoleh penghasilan lebih
besar daripada gaji sebagai
pegawai negeri sipil.
3) Mengharapkan penghasilan yang
lebih besar dan tetap setiap bulan.
4) Seluruh anggota keluarga
terpenuhi kebutuhan pokoknya.
5) Pendidikan anak-anak dapat
berkembang sesuai dengan
kemampuannya.
6) Memiliki rumah sendiri dalam
bentuk dan ukuran relatif ideal.
7) Memiliki sarana/fasilitas hiburan
sendiri yang relatif memadai.
8) Memiliki fasilitas komunikasi
(telepon, hp) yang relatif
memadai.
9) Memiliki fasilitas transportasi
yang relatif memadai.
10) Memiliki sarana jaringan komu-
nikasi dengan memanfaatkan tek-
nologi informasi dan komunikasi
(e-mail, website, atau yang
lainnya).
b. Pendidikan ber- 11) Pendidikan minimal Anda adalah
kelanjutan dan S1.
selalu mengem- 12) Berkeinginan melanjutkan pen-
bangkan diri didikan ke jenjang yang lebih
tinggi (S2 dan atau S3)
13) Selalu mengikuti perkembangan

Harry D. Fauzi 43
harrydfauzi@gmail.com
Variabel Aspek yang Diamati Indikator
ilmu pengetahuan melalui ber-
bagai cara.
14) Rajin mengikuti seminar dan
sejenisnya dengan biaya sendiri.
15) Memiliki perpustakaan sendiri di
rumah.
16) Selalu melengkapi perpustakaan
rumah dengan buku-buku bermu-
tu setiap bulan.
17) Selalu tergoda untuk melakukan
penelitian.
18) Menulis dan membuat karangan
ilmiah dan diterbitkan melalui
penerbit atau media massa.
c. Mengembangkan 19) Memiliki relasi seprofesi lebih
komunikasi ke dari 50 orang yang selalu
berbagai arah berhubungan secara aktif.
20) Memiliki relasi di luar profesi
guru dalam jumalh banyak dan
selalu berhubungan aktif.

Kinerja Guru d. Kemampuan me- 1) Membuat program tahunan dan


ngelola kegiatan program semester.
pembelajaran 2) Membuat silabus pembelajaran.
3) Menyusun dan menyiapkan
bahan ajar bagi siswa.
4) Melaksanakan pembelajaran di
kelas.
5) Mengelola pembelajaran dengan
memberikan motivasi dan
fasilitas (menjadi fasilitator)
kepada siswa.
6) Menyusun dan mengembangkan
alat penilaian bagi proses dan
hasil belajar siswa.
7) Melakukan penilaian proses dan
hasil belajar siswa.
8) Menganalisis hasil belajar siswa.
9) Membuat dan melaksanakan
program perbaikan.
10) Membuat dan melaksanakan
program pengayaan bagi siswa.
e. Kemampuan pe- 11) Menguasai dan memahami
nguasaan penge- wawasan kependidikan dengan

Harry D. Fauzi 44
harrydfauzi@gmail.com
Variabel Aspek yang Diamati Indikator
tahuan baik.
12) Menguasai dan memahami serta
mengaplikasikan ilmu pengetahu-
an yang berhubungan langsung
dengan mata pelajaran yang
menjadi tugasnya.
13) Melakukan diskusi dengan teman
sejawat di sekolah maupun di luar
sekolah untuk mengembangkan
wawasan keilmuan.
14) Aktif dalam kegiatan MGMP atau
yang sejenis.
15) Mendokumentasikan setiap hal
yang bersifat keilmuan dalam file
khusus.
f. Penerapan di- 16) Datang ke sekolah tepat waktu.
siplin melaksana- 17) Masuk ke kelas tepat waktu.
kan tugas 18) Melaksanakan proses pembel-
ajaran sesuai dengan program
yang ditetapkan.
19) Melaksanakan penilaian secara
periodik dan sistematis.
20) Melaporkan setiap hasil pembel-
ajaran siswa secara berkala.
g. Kemampuan 21) Mempersiapkan kebutuhan
mengembangkan mengajar sendiri tanpa bantuan
kreativitas orang lain.
22) Menciptakan atau membuat
media pembelajaran sesuai
kebutuhan.
23) Menyusun buku atau diktat
pembelajaran bagi siswa.
24) Melakukan penelitian sesuai
bidang tugasnya.
25) Menyusun karya tulis ilmiah baik
hasil penelitian maupun
pemikiran sendiri.

Harry D. Fauzi 45
harrydfauzi@gmail.com
E. Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Langkah pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Penulis menyampaikan angket pertama yang berkenaan dengan

data guru yang memiliki tugas sampingan di luar jam tugas

pokoknya.

b. Sampel yang ditetapkan kemudian diserahi angket penelitian

untuk diisi dan dikembalikan.

2. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini diarahkan pada pengujian hipotesis

yang diawali dengan deskripsi data penelitian dari kedua variabel dalam bentuk

distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan regresinya.

Pengujian data penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa data yang

akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka penulis menggunakan uji

normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan berdistribusi normal

atau tidak, melalui uji Liliefors dengan menentukan nilai Lo seperti rumus di

bawah ini.

Lo = | F(z) – S(z) |

Harry D. Fauzi 46
harrydfauzi@gmail.com
Hasil perhitungan tersebut lalu dibandingkan dengan nilai L1 dari tabel

Liliefors jika Lo < L1, maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data yang dianalisis

berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam pengujian ini

mengguna-kan uji Bearlet, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

χ2 = (ln lo { B – (∑ db log S12)}


Untuk taraf nyata α = 0.05 kemudian dibandingkan dengan nilai

2 2
pada tabel χ . Jika χ hitung < χ2tabel, maka sampel berasal dari populasi

homogen.

c. Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi

Untuk memperoleh estimasi dan signifikan data yang diperoleh

dilakukan dengan analisis statistik univariate. Analisis univariat ini dimaksud-

kan untuk mendapatkan deskripsi tentang masing-masing variabel, sedangkan

analisis bivariate untuk mengungkapkan signifikan kualitas hubungan dan

korelasi dua variabel.

Berdasarkan harga statistik yang diperoleh, dapat disimpulkan erat

tidaknya tingkat hubungan antara kedua variabel termasuk besar kecilnya

kontribusi antara variabel tersebut.

Untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel, maka penulis

menggunakan uji keberartian koefesieni Korelasi (Uji-t) sebagai berikut:

Harry D. Fauzi 47
harrydfauzi@gmail.com
r n−2
t=
1− r2

Harga t selanjutnya dibandingkan antara ttabel dengan taraf signifikansi

0.05 dan (n-2). Apabila thitung > ttabel, maka koefesiensi korelasi signifikan

(berarti). Untuk mengetahui koefesien determinasi variansi, variabel terikat

yang dijelaskan oleh variabel bebas melalui regresi linier adalah dengan

mengkuadratkan nilai t.

Untuk menentukan koefesien korelasi parsial digunakan rumus :

ry1 − {ry 2 x r12 }


ry 12 =
{1 − r }{1 − r }
y2
2
12
2

Regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh nilai variabel

dependen bila variabel independen diubah. Sugiyono mengemukakan bahwa

regresi digunakan untuk menganalisis antara satu variabel dengan variabel

yang lain secara konseptual mempunyai hubungan kausal atau fungsional.

Uji signifikan regresi dilakukan dengan menggunakan persamaan

berikut.

JK(reg)
Fh =
JK(S)/(n − 2)

Harry D. Fauzi 48
harrydfauzi@gmail.com
Harga Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, apabila Fhitung > Ftabel maka

koefesien regresi signifikan dan pengujian linieritas regresi harus dilakukakn

dengan menggunakan persamaan:

JK(TC)/(k - 2)
Fh =
JK(G)/(n − k)

Kemudian hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dan apabila Fhitung <

Ftabel, maka koefesian regresi linier. Selanjutnya uji signifikansi regresi ganda

dilakukan dengan menggunakan persamaan:

JK(reg)/2
Fh =
JK(S)/(n − 3)

Setelah Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dan apabila Fhitung > Ftabel,

maka koefesien regresi ganda signifikan.

Harry D. Fauzi 49
harrydfauzi@gmail.com
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang meliputi deskripsi data

ketiga variabel penelitian, pengujian persyaratan statistik, pengujian hipotesis

serta pembahasannya, dan keterbatasan penelitian. Prosedur pengolahan data

tersebut dapat diuraikan sebagaimana disajikan berikut ini.

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Data Kualitatif

a. Data tentang Kondisi Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan

Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada responden, diperoleh

data kualitatif tentang kondisi kesejahteraan guru yang memiliki

pekerjaan sampingan di luar tugas pokoknya sebagai berikut.

Tabel 4.1
Data Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan

Pemilih
Aspek yang yang
Indikator
Diamati Menyatakan
Ya

a. Penghasilan 1) Menekuni pekerjaan sampingan selama tidak 21


setiap bulan mengganggu tugas pokok.
cukup
2) Memperoleh penghasilan lebih besar 11
daripada gaji sebagai pegawai negeri sipil.

3) Mengharapkan penghasilan yang lebih besar 28


dan tetap setiap bulan.
4) Seluruh anggota keluarga terpenuhi 19
kebutuhan pokoknya.

Harry D. Fauzi 50
harrydfauzi@gmail.com
Pemilih
Aspek yang yang
Indikator
Diamati Menyatakan
Ya

5) Pendidikan anak-anak dapat berkembang 16


sesuai dengan kemampuannya.
6) Memiliki rumah sendiri dalam bentuk dan 20
ukuran relatif ideal.
7) Memiliki sarana/fasilitas hiburan sendiri 27
yang relatif memadai.
8) Memiliki fasilitas komunikasi (telepon, hp) 21
yang relatif memadai.
9) Memiliki fasilitas transportasi yang relatif 14
memadai.
b. Pendidikan 10) Pendidikan minimal Anda adalah S1. 26
ber- 11) Berkeinginan melanjutkan pendidikan ke 26
kelanjutan jenjang yang lebih tinggi (S2 dan atau S3)
dan selalu
mengem- 12) Selalu mengikuti perkembangan ilmu 24
bangkan pengetahuan melalui berbagai cara.
diri 13) Rajin mengikuti seminar dan sejenisnya 12
dengan biaya sendiri.
14) Memiliki perpustakaan sendiri di rumah. 4

15) Selalu melengkapi perpustakaan rumah 3


dengan buku-buku bermutu setiap bulan.

16) Selalu tergoda untuk melakukan penelitian. 10


17) Menulis dan membuat karangan ilmiah dan 2
diterbitkan melalui penerbit atau media
massa.
c. Mengemba 18) Memiliki relasi seprofesi lebih dari 50 orang 14
ngkan yang selalu berhubungan secara aktif.
komunikasi 19) Memiliki relasi di luar profesi guru dalam 17
ke berbagai jumlah banyak dan selalu berhubungan aktif.
arah
JUMLAH 315
Rata-rata 16,58
Persentase 59,21 %

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa jumlah

guru yang memiliki pekerjaan sampingan di luar tugas pokoknya memiliki

Harry D. Fauzi 51
harrydfauzi@gmail.com
tingkat kesejahteraan yang relatif baik dibandingkan dengan guru pada

umumnya. Fakta ini didukung oleh angka rata-rata yang mencapai 16,58 orang

dari 28 sampel yang dipilih, atau sebesar 59,21 %. Guru-guru ini memiliki

fasilitas yang lebih lengkap dalam mendukung aktivitasnya baik di dalam

maupun di luar sekolah. Kebutuhan-kebutuhan pokok keluarga dapat terpenuhi,

berlatar pendidikan minimal S1 dan berkeinginan untuk melanjutkan ke

jenjang S2, serta selalu mengikuti perkembangan pengetahuan melalui

berbagai cara.

Di sisi lain, guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan di luar tugas

pokoknya memiliki hubungan relasi dengan lingkung-an di luar profesinya. Hal

ini akan semakin memperluas cakrawala pengetahuannya serta pengembangan

usahanya yang akan berdampak pada peningkatan penghasilannya.

b. Data tentang Aktivitas Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan di

Sekolah

Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada responden, diperoleh

data kualitatif tentang aktivitas guru yang memiliki pekerjaan sampingan

di luar tugas pokoknya di sekolah sebagai berikut.

Tabel 4.2
Data Aktivitas Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan di Sekolah

Jumlah yang
Aspek yang
Indikator Menyatakan
Diamati
Ya

a) Kemampuan 1) Membuat program tahunan dan program 28


mengelola semester.
kegiatan
2) Membuat silabus pembelajaran. 28

Harry D. Fauzi 52
harrydfauzi@gmail.com
Jumlah yang
Aspek yang
Indikator Menyatakan
Diamati
Ya

pembelajaran 3) Menyusun dan menyiapkan bahan ajar 28


bagi siswa.
4) Melaksanakan pembelajaran di kelas. 28

5) Mengelola pembelajaran dengan 28


memberikan motivasi dan fasilitas
(menjadi fasilitator) kepada siswa.
6) Menyusun dan mengembangkan alat 26
penilaian bagi proses dan hasil belajar
siswa.
7) Melakukan penilaian proses dan hasil 26
belajar siswa.
8) Menganalisis hasil belajar siswa. 24
9) Membuat dan melaksanakan program 22
perbaikan.
10) Membuat dan melaksanakan program 12
pengayaan bagi siswa.
b) Kemampuan 11) Menguasai dan memahami wawasan 20
penguasaan kependidikan dengan baik.
pengetahuan
12) Menguasai dan memahami serta 28
mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang berhubungan langsung dengan
mata pelajaran yang menjadi tugasnya.

13) Melakukan diskusi dengan teman 24


sejawat di sekolah maupun di luar
sekolah untuk mengembangkan
wawasan keilmuan.
14) Aktif dalam kegiatan MGMP atau yang 13
sejenis.
15) Mendokumentasikan setiap hal yang 11
bersifat keilmuan dalam file khusus.
c) Penerapan 16) Datang ke sekolah tepat waktu. 28
disiplin 17) Masuk ke kelas tepat waktu. 23
melaksana-
kan tugas 18) Melaksanakan proses pembelajaran 23
sesuai dengan program yang ditetapkan.

19) Melaksanakan penilaian secara periodik 28


dan sistematis.

Harry D. Fauzi 53
harrydfauzi@gmail.com
Jumlah yang
Aspek yang
Indikator Menyatakan
Diamati
Ya

20) Melaporkan setiap hasil pembelajaran 27


siswa secara berkala.
d) Kemampuan 21) Mempersiapkan kebutuhan mengajar 27
mengembang sendiri tanpa bantuan orang lain.
kan
kreativitas 22) Menciptakan atau membuat media 16
pembelajaran sesuai kebutuhan.
23) Menyusun buku atau diktat pembel- 6
ajaran bagi siswa.
24) Melakukan penelitian sesuai bidang 11
tugasnya.
25) Menyusun karya tulis ilmiah baik hasil 7
penelitian maupun pemikiran sendiri.
JUMLAH 542
RATA-RATA 21,68
PERSENTASE 77,43 %

Data di atas menunjukkan bahwa guru yang memiliki pekerjaan lain di

luar tugas pokoknya tetap memiliki aktivitas yang tinggi di sekolahnya. Hal ini

ditunjukkan dengan jumlah rata-rata responden yang menyatakan YA sebanyak

21,68 orang dari 28 responden, atau sebesar 77,43 %. Angka persentase ini

sangat tinggi apabila dikaitkan dengan aktivitas mereka yang lebih tinggi

dibandingkan dengan guru-guru lain.

Guru-guru yang memiliki aktivitas sampingan ini tetap mampu

mengelola pembelakaran lebih baik, mengembangkan wawasan keilmuan lebih

baik, melaksanakan tugas dengan disiplin yang juga lebih baik, serta memiliki

peluang pengembangan kreativitas yang lebih baik pula.

Harry D. Fauzi 54
harrydfauzi@gmail.com
2. Data Kuantitatif

Seluruh data hasil penelitian yang berhasil dikumpulkan diperiksa dan

ditelaah secara cermat untuk diolah dengan tabulasi. Mengingat data yang

diperoleh relatif banyak, maka data tersebut diolah terlebih dahulu dengan

membuat interval yang menggunakan ketentuan Struges, yakni

1) menentukan rentang yang diperoleh dari selisih antara data terbesar dan

data terkecil;

2) menentukan banyaknya kelas yang diperoleh dengan menghitung 1 –

3,33 log n;

3) menentukan panjang kelas (p) dengan cara membagi rentang dengan

panjang kelas.

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi data, dihitung ukuran tendensi

sentral yang meliputi rata-rata hitung, standar deviasi, modus, median, dan

tendensi penyebaran. Keseluruhan data tersebut dapat disajikan sebagai berikut

ini.

a. Data tentang Kinerja Guru

Data penelitian tentang kinerja guru yang berhasil dikumpulkan dengan

menggunakan instrumen penelitian memiliki rentang skor teoritis antara 25

sampai dengan 125. Rentang skor teoritis ini diperoleh dari jumlah item yang

terdapat dalam instrumen penelitian sebanyak 25 item yang disusun

berdasarkan skala Likert, yakni:

1) untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5;

2) untuk jawaban Sering (S) diberi skor diberi skor 4;

Harry D. Fauzi 55
harrydfauzi@gmail.com
3) untuk jawaban Kadang-kadang (K) diberi skor 3;

4) untuk jawaban Jarang (J) diberi skor diberi skor 2; dan

5) untuk jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1.

Berdasarkan data penelitian, skor empiris yang diperoleh adalah 72 –

113 dengan rentang 93. Skor rata-rata kinerja guru yang diperoleh adalah

92,96 dengan standar deviasi sebesar 10,72 dan modus sebesar 93 serta median

93. Banyak kelas yang diambil adalah 7 dan panjang kelasnya adalah 6.

Data tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Kinerja Guru (Y)

Frekuensi Frekuensi Frekuensi


No Interval Kelas
Absolut Relatif (%) Kumulatif

1 72 - 78 2

2 79 - 85 4

3 86 - 92 7

4 93 - 99 8

5 100 - 106 4

6 107 - 113 3

JUMLAH 28 100 100

Harry D. Fauzi 56
harrydfauzi@gmail.com
Agar lebih jelas, penyajian data di atas ditampilkan dalam bentuk

histogram sebagai berikut.

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
74,5 81,5 88,5 95,5 102,5 109,5

Gambar 4.1: Histogram sebaran data variabel Kinerja Guru

Berdasarkan skor teoritis yang dikemukakan di atas, bahwa skor

terendah adalah 72 dan skor teringgi adalah 113, maka diperoleh nilai tengah

teoritis yaitu 62,5 dan nilai tengah empiris adalah 93. Dengan demikian, data

tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru memiliki kategori baik karena di

atas rata-rata nilai tengah 62,5.

b. Data tentang Tingkat Kesejahteraan Guru

Data penelitian tentang tingkat kesejahteraan guru yang berhasil

dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian memiliki rentang skor

teoritis antara 19 sampai dengan 95. Rentang skor teoritis ini diperoleh dari

jumlah item yang terdapat dalam instrumen penelitian sebanyak 19 item yang

disusun berdasarkan skala Likert, yakni:

Harry D. Fauzi 57
harrydfauzi@gmail.com
1) Untuk jawaban Sangat Realistis (SR) diberi skor 5

2) Untuk jawaban Realistis (R) diberi skor 4

3) Untuk jawaban Cukup Realistis (CR) diberi skor 3

4) Untuk jawaban Kurang Realistis (KR) diberi skor 2

5) Untuk jawaban Tidak Realistis (TR) diberi skor 1

Berdasarkan data penelitian, skor empiris yang diperoleh adalah 43 –

77 dengan rentang 34. Skor rata-rata tingkat kesejahteraan guru yang diperoleh

adalah 60,68 dengan standar deviasi sebesar 8,27 dan modus sebesar 63 serta

median 61,5. Banyak kelas yang diambil adalah 7 dan panjang kelasnya adalah

5.

Data tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Tingkat Kesejahteraan Guru (X)

Frekuensi Frekuensi Frekuensi


No Interval Kelas
Absolut Relatif (%) Kumulatif

1 43 - 49 3

2 50 - 56 6

3 57 - 63 9

4 64 - 70 6

5 71 - 77 4

JUMLAH 28 100 100

Agar lebih jelas, penyajian data di atas ditampilkan dalam bentuk

histogram sebagai berikut.

Harry D. Fauzi 58
harrydfauzi@gmail.com
10

0
45,5 52,5 59,5 66,5 73,5

Gambar 4.2: Histogram dan kurva normal sebaran data variabel

tingkat kesejahteraan guru

Berdasarkan skor teoritis yang dikemukakan di atas, bahwa skor

terendah adalah 43 dan skor tertinggi adalah 77, maka diperoleh nilai tengah

teoritis yaitu 42.5 dan nilai tengah empiris adalah 61,5. Dengan demikian, data

tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru memiliki kategori baik karena di

atas rata-rata nilai tengah 42,5.

B. Pengujian Persyaratan Analisis Statistik

Persyaratan analisis statistik dilakukan sebelum melakukan pengujian

hipotesis. Persyaratan yang dimaksud meliputi (1) data berasal dari sampel

dengan pasangan X dan Y yang diambil secara acak, (2) setiap kelompok data

memiliki harga prediktor X dan respon Y harus bersifat independen dan

berdistribusi normal, (3) untuk setiap kelompok harga X memiliki varians yang

homogen dan galat taksiran (Y – Y) bersidtribusi normal, dan garis persamaan

regresi berbentuk linier dan memiliki signifikansi regresi.

Harry D. Fauzi 59
harrydfauzi@gmail.com
1. Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui normalitas data, digunakan uji normalitas data

dengan menggunakan uji Lilifors dan uji linearitas dengan teknik uji linearitas

sederhana. Sementara itu, uji taksiran galat Y atas X dimaksudkan untuk

mengetahui apakah galat taksiran regresi Y atas X berdistribusi normal ataukah

tidak. Kriteria pengujian ini adalah apabila F(Z1) – S(Z1) terbesar

diseimbangkan dengan LO < Ltabel pada taraf signifikansi 0,05. Jika persyaratan

tersebut terpenuhi maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal.

Untuk menguji galat taksiran Y atas X digunakan rumus Lilifors. Dari

hasil perhitungan diperoleh nilai LO = 0,07216 dengan n = 28, pada taraf

signifikansi 5 % diperoleh Lhitung = 0,0223. Karena L1 < LO (0,0223 < 0,07216)

maka dapat disimpulkan bahwa populasi dinyatakan berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varian dimaksudkan untuk mengetahui homogenitas

varian antara kelompok-kelompok atas persamaan X. Uji homogenitas varians

ini dilaksanakan dengan uji Bartlet yang menggunakan uji Chi Kuadrat.

Kriteria yang digunakan adalah Ho diterima jika χ2hitung < χ2tabel pada taraf

signifikansi 0,05.

Proses pengujian yang ditempuh adalah dengan cara mengelompokkan

data Y berdasarkan kesamaan data X1, kemudian menghitung χ2hitung.

Harry D. Fauzi 60
harrydfauzi@gmail.com
Berdasarkan hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas varian

Kinerja Guru (Y) atas Tingkat Kesejahteraan Guru (X) diperoleh hasil χ2hitung =

8,643 yang berarti lebih kecil daripada χ2tabel = 48,6 untuk ∂ 0,05 dengan dk

20, sehingga Ho diterima. Atas dasar perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa

varian Y atas X adalah homogen.

C. Pengujian Hipotesis

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa diduga terdapat hubungan

positif antara kinerja guru (Y) dan tingkat kesejahteraan guru (X). Hubungan

Sy
ini ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = a + bX di mana harga b = r
Sx

dan a = Y – bX. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Ŷ = 23,8947 +

0,386X1 dari harga JK di atas disusun dalam daftar analisis varian (ANAVA)

sebagai berikut ini.

Tabel 4.5
Analisis Varians untuk Regresi Linier Y dan X
Ŷ = 0,492 + 0,0187X

Sumber Ftabel Ftabel


dk JK RJK Fhitung
Varians α = 0,05 α = 0,01
Total 28 3104,964 - - -
Koefisien (a) 1 1062,667 - - -
Regresi (b/a) 1 197,403 197,403
26,3807** 3,67 7,19
Sisa 27 2907,561 14,7291
Tuna Cocok 13 1011,820 14,7291
Galat 14 1275,842 14,7291
0,9698 1,67 2,06

Harry D. Fauzi 61
harrydfauzi@gmail.com
Keterangan:
** : Regresi sangat signifikan (Fhitung = 26,3807 > Ftabel = 3,67)
dk : derajat kebebasan
JK : jumlah kuadrat
RJK : Rata-rata jumlah kuadrat
Fhitung : Nilai F yang diperoleh dari hasil perhitungan
Ftabel : Nilai F berdasatkan tabel

Berdasarkan hasil uji signifikansi dan linearitas di atas menunjukkan

bahwa harga Fh regresi diperoleh sebesar 26,3807 sedangkan harga Ftabel dengan

dk pembilang 1 dan dk penyebut 26 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 3,67.

Atas dasar hal tersebut ternyata harga Fhitung regresi lebih besar daripada harga

Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y atas X sangat

berarti pada taraf signifikansi 0,05.

Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,9698

sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 13 dan dk penyebut 14 adalah 1,67

sehingga Fhitung lebih kecil daripada Ftabel. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa Y terhadap X adalah linier.

Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor

tingkat kesejahteraan guru akan menyebabkan kenaikan kinerja guru sebesar

0,0187 pada konstanta 0,492.

Kekuatan hubungan antara tingkat kesejahteraan guru (X) dan kinerja

guru (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry1 = 0,994. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dari penjabaran pada tabel berikut ini.

Harry D. Fauzi 62
harrydfauzi@gmail.com
Tabel 4.6
Uji signifikansi Koefisien Korelasi antara Tingkat Kesejahteraan
Guru (X) dan Kinerja guru (Y)

Korelasi Koefisien Koefisien ttabel


antara Korelasi Determinasi thitung
α = 0,05 α = 0,01
X dan Y 0,994 0,41 4,853** 1,23 1,97
** Koefisien korelasi sangat signifikan (thitung : 4,853 > ttabel : 1,97)

Harga thitung yang diperoleh adalah 4,853 sedangkan dari tabel distribusi

student ”t” dengan dk 27 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh harga ttabel

sebesar 1,23. Oleh karena thitung jauh lebih besar daripada ttabel, maka dapat

disimpulkan bahwa variansi variabel Y dapat dijelaskan oleh X sebesar 41 %.

Berdasarkan uji signifikansi koefisien tersebut, dapat disimpulkan

bahwa koefisien antara tingkat kesejahteraan guru (X) dengan kinerja guru (Y)

sebesar 0,99 adalah sangat signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan

positif antara tingkat kesejahteraan guru (X) dan kinerja guru (Y), atau dengan

kata lain, makin tinggi tingkat kesejahteraan guru akan semakin tinggi pula

kemampuan kinerja guru.

Harry D. Fauzi 63
harrydfauzi@gmail.com
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian terhadap guru-guru ini bertujuan untuk mengetahui variabel-

variabel determinan yang berpengaruh terhadap kemampuan kinerja guru,

khususnya yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan guru. Berdasarkan data

yang berhasil dikumpulkan dari responden sebanyak 28 orang, kemudian

diolah dengan menggunakan teknik regresi dan korelasi diperoleh kesimpulan

sebagai berikut ini.

Pertama, dari jumlah responden 28 orang, ternyata 59,21 % guru yang

memiliki pekerjaan sampingan di luar tugasnya mengajar memiliki tingkat

kesejahteraan yang lebih baik. Mereka memiliki rumah sendiri, memiliki

fasilitas-fasilitas hiburan yang baik dan memadai, memiliki fasilitas

komunikasi yang memadai seperti memiliki hand-phone, dan beberapa di

antaranya memiliki sambungan telepon sendiri di rumah. Guru-guru yang

memiliki pekerjaan sampingan ini pun memiliki sarana transportasi sendiri

(sepeda motor) yang dapat memudahkan mereka dalam menjalankan aktivitas

sehari-harinya. Dengan kata lain, guru-guru yang memiliki pekerjaan

sampingan ini memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan

dengan guru-guru lainnya.

Harry D. Fauzi 64
harrydfauzi@gmail.com
Kedua, guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan di luar tugas

pokoknya ini ternyata memiliki aktivitas yang tinggi pula di sekolah. Angka

77,43 % dari jumlah responden 28 orang menunjukkan jumlah yang signifikan.

Mereka tetap melaksanakan tugas yang seharusnya dibuat dan dilaksanakan

oleh guru, mereka tetap menjalankan kegiatan pokoknya dengan disiplin yang

baik. Lebih dari itu, guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan ini ternyata

memiliki latar belakang pendidikan minimal Strata 1, dan tetap

mengembangkan wawasan pengetahuannya melalui berbagai cara.

Ketiga, terdapat hubungan yang positif antara tingkat kesejahtera-an

guru dan kemampuan kinerja guru. Pengertian yang terkandung dalam

kesimpulan ini adalah semakin tinggi tingkat kesejahteraan guru maka makin

tinggi pula intensitas kemampuan kinerja guru.

Koefisien korelasi kedua variabel (ry1) sebesar 0,994 dan koefisien

determinasi (rxy1) sebesar 0,41 mengandung makna bahwa secara terpisah

proporsi varian tingkat kesejahteraan guru terhadap kemampuan profesional

guru sebesar 41 %. Persamaan regresi yang menunjukkan hubungan kedua

variabel, yakni Ŷ = 0,492 + 0,0187X. Berdasarkan hasil pengujian. Model

regresi tersebut signifikan dan linier.

Dengan demikian, dari setiap perubahan skor tingkat kesejahteraan

guru akan diikuti oleh peningkatan kemampuan profesional guru 0,41 unit pada

arah yang sama dengan konstanta (intercept) sebesar 14,7291.

Harry D. Fauzi 65
harrydfauzi@gmail.com
B. Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang dikaitkan dengan tujuan

penelitian serta tuntutan perkembangan kompetensi standar bagi tenaga

kependidikan, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut.

Pertama, tingkat kesejahteraan guru sebagai manusia memang menjadi

sorotan utama dalam berbagai kesempatan dan forum. Tingkat kesejahteraan

ini diukur dengan terpenuhinya segala kebutuhan pokok dalam keluarga

sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh perhatian dan

tanggung jawab. Guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan di luar jam

mengajarnya di sekolah hendaknya dapat mempertahankan eksistensi dirinya

sebagai sosok guru yang dinamis, inovatif, dan kreatif selama pemerintah

belum mampu memenuhi standar penggajian guru yang diharapkan.

Kedua, pihak sekolah dengan bantuan komite sekolah hendaknya

mampu memikirkan upaya pemandirian ekonomi sekolah dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan guru-guru. Pemandirian ekonomi sekolah ini

selayaknya tidak selalu bergantung kepada orang tua siswa, tetapi mampu

mengembangkan jenis usaha yang berkaitan erat dengan pendidikan ke jalur-

jalur lain di luar lingkungan sekolah. Unit produksi yang berkaitan erat dengan

hajat masyarakat banyak agaknya dapat dijadikan pilihan yang menarik bagi

pengembangan ekonomi sekolah. Wilayah kecamatan Takokak merupakan

wilayah yang strategis karena berada di antara dua kabupaten yang memiliki

potensi perkembangan yang baik, yakni kabupaten Cianjur dan kabupaten

Sukabumi. Oleh karena itu, jenis unit produksi yang dapat dikembangkan

Harry D. Fauzi 66
harrydfauzi@gmail.com
adalah koperasi primer yang dapat membuka kesempatan usaha secara luas

bagi guru serta masyarakat yang berada di seputar sekolah.

Ketiga, Dinas Pendidikan tingkat kabupaten maupun propinsi

sebaiknya memberikan kebijakan khusus bagi pengembangan kompetensi guru

serta proses kemandirian sekolah. Sekolah jangan selalu disudutkan oleh

tuntutan masyarakat yang tidak realistis, seperti pembebasan iuran sekolah,

penghentian penjualan buku (melalui koperasi sekolah), dan sebagainya, yang

pada akhirnya akan semakin melemahkan daya juang guru-guru dalam

mendidik anak-anak akibat semakin tidak sebandingnya daya beli guru-guru

dengan kondisi harga-harga kebutuhan pokok yang kian meroket.

Keempat, penelitian ini masih sangat terbatas dan dalam ruang yang

terlalu luas. Oleh karena itu, diharapkan ada pihak-pihak lain yang dapat

menemukan variabel-variabel determinan yang dapat mengungkap-kan

hubungan tingkat kesejahteraan guru dengan pengembangan kemampuan

kinerja guru secara lebih spesifik lagi.

Harry D. Fauzi 67
harrydfauzi@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA

Agus Dharma. 2002. Kerangka Kerja Kompetensi Bagi Guru www.eddept.


wa.edu.au/centoff/cpr/publications.htm

Anglin. G.J. 1995. Instructional Technology. Past Present and Future.


Englewood: Libraries Unlimited. Inc.

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:

Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2003. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Untuk Tenaga


Kependidikan Jakarta: Subdit Standarisasi

Didi Teguh Chandra. 2004. Selayang Pandang Pendidikan Teknologi Dasar


(Basic Technology Education) pada Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia

Gary Martin, alih bahasa Vitriyani Pryadarsina, Budyanto Lestyana, Yuliana


Kristiyani dan Theresia Kristianty. 2001. Kerangka Kerja
Kompetensi Guru, www.eddept.wa.edu.au/centoff/cpr/publicati-
ons.htm

Houston. W.R. et al. 1988. Touch the Future Teach! St. Paul: West Publishing
Company.

Isjoni, 1999. Kinerja Guru. FKIP Universitas Riau

Pannen. P.dkk. 1999 Cakrawala Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Purwanto. 2000. Difusi Inovasi. Jakarta: STIA LAN Press.

Harry D. Fauzi 68
harrydfauzi@gmail.com
Rusmin. 2000. Kompetensi Guru Menyongsong Kurikulum Berbasis
Kompetensi. http://www.indomedia.com/bpost/042003/22/opini/
opini1.htm

Sukadinata, Prof. Dr. Nana Syaodih, (1997) Pengembangan Kurikulum,


Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Suryadi,A. 1998. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Pendidikan.


Jurnal Pendidikan MIMBAR PENDIDIKAN. No. 4 Th. XVII.
IKIP Bandung.

Tangyong, Agus F. 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan.


Jakarta: MPPK di Indonesia

Tilaar, HAR. 2000. Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani


Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya

Harry D. Fauzi 69
harrydfauzi@gmail.com

You might also like