You are on page 1of 77

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama

Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

tak terpisahkan dari sebuah sistem pendidikan. Sebagai sebuah sistem,

kehadirannya diperlukan dalam upaya pembimbingan sikap perilaku siswa

terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan dirinya dari anak-anak

menuju jenjang usia yang lebih dewasa.

Pada kenyataannya, bimbingan dan konseling ini menjadi sebuah

simbol yang sering tidak berfungsi secara optimal. Pada hampir semua

sekolah, fungsi bimbingan dan konseling hanya muncul jika seorang siswa

menghadapi permasalahan yang memang krusial, seperti perkelahian,

penyalahgunaan obat terlarang, kenakalan-kenakalan di luar batas, serta

hal-hal lain yang berada di luar batas kewajaran. Akibatnya, bimbingan dan

konseling dalam pandangan siswa menjadi semacam ”polisi sekolah” yang

akan bertindak jika siswa melanggar tata tertib sekolah. Di sisi lain, warga

sekolah lainnya seperti kepala sekolah, guru-guru, dan para staf sekolah

lain selalu menunjuk guru bimbingan dan konseling jika didapati adanya

siswa yang memiliki permasalahan atau terlibat kasus tertentu.

Terlepas dari predikat guru bimbingan dan konseling, pada dasarnya

guru adalah jabatan profesional yang harus dipertang-gungjawabkan secara

harrydfauzi@gmail.com 1
profesional pula. Guru adalah jabatan yang memerlukan keahlian khusus.

Sikap, perilaku dan pemikiran seorang guru harus tercermin dalam

idealismenya. Oleh karena itu, pemahaman atas jabatan guru penting

artinya dalam rangka mengabdikan dirinya terhadap nusa, bangsa dan

negara. Jenis pekerjaan ini seharusnya tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang di luar lingkup pendidikan. Demikian pula halnya dengan

jabatan fungsional guru bimbingan dan konseling yang sesung-guhnya

hanya dapat dilaksanakan secara optimal oleh mereka yang memang

memiliki latar belakang kependidikan seperti itu. Jika suatu jabatan

fungsional dilakukan oleh orang yang tidak memiliki latar belakang

pendidikan dan keprofesian yang benar, maka sangat besar

kemungkinannya terjadi penyimpangan peri-laku, penyimpangan kegiatan,

dan penyimpangan penafsiran di luar batas kewajaran yang seharusnya.

Itulah yang terjadi dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling di tingkat

sekolah dasar pada dewasa ini.

Atas dasar pemikiran di atas, penulis merasa perlu melaku-kan

penelitian tentang ”Tingkat Pemahaman Guru Sekolah Dasar tentang

Bimbingan dan Konseling sebagai Faktor yang Berpengaruh terhadap

Pembinaan Prestasi Belajar Siswa” sebagai studi deskriptif atas guru-guru

kelas serta guru mata pelajaran Pendidikan Agama dan guru mata pelajaran

Olah Raga di SD Negeri 1 Pawenang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten

Cianjur, tahun pelajaran 2005 – 2006.

harrydfauzi@gmail.com 2
B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Suyatna (2000:7) mengemukakan bahwa biasanya masalah yang

ditemukan dalam penelitian itu sangat luas dengan rangkaian yang

multikompleks.

Agar penelitian dapat terfokuskan pada satu masalah yang dapat

dikaji secara utuh, tidak melantur, serta atas pertim-bangan keterbatasan

pengetahuan, waktu, serta pembiayaan, maka penelitian ini dibatasi

pada hal-hal sebagai berikut.

a. Peran dan tugas guru sekolah dasar dalam melakukan bimbingan

dan konseling kepada siswa sesuai dengan tugas pokoknya.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru sekolah dasar dalam

melaksanakan tugas sebagai tenaga bimbingan dan konseling.

c. Pengaruh pembinaan serta bimbingan guru terhadap peningkatan

prestasi belajar siswa.

2. Rumusan Masalah

Semua jenis penelitian apa pun akan dimulai dengan cara

merumuskan masalahnya. Mengidentifikasikan masalah itu merupakan

bagian yang paling sulit dalam proses penelitian. Yang harus

dirumuskan bukan sekedar ruang lingkupnya saja, melainkan juga

penjabaran masalahnya itu ke dalam bentuk khusus yang spesifik

(Suyatna, 2000:7).

harrydfauzi@gmail.com 3
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan

sebagai berikut.

a. Bagaimanakah peran dan tugas guru sekolah dasar dalam

melakukan bimbingan dan konseling kepada siswa sesuai dengan

tugas pokoknya sebagai guru pengajar?

b. Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai tenaga bimbingan dan konseling?

c. Bagaimanakah pengaruh pembinaan serta bimbingan guru terhadap

peningkatan prestasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui sampai

sejauh mana tingkat pemahaman dan aplikasi guru kelas, guru olah raga,

dan guru Pendidikan Agama terhadap masalah bimbingan dan konseling

siswa serta faktor-faktor yang berkaitan dengannya.

Secara khusus, sesuai dengan rumusan dan batasan masalah di atas,

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

a. Peran dan tugas guru sekolah dasar dalam melakukan bimbingan

dan konseling kepada siswa sesuai dengan tugas pokoknya sebagai

tenaga pengajar.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru sekolah dasar dalam

melaksanakan tugas sebagai tenaga bimbingan dan konseling.

c. Pengaruh pembinaan serta bimbingan guru terhadap peningkatan

prestasi belajar siswa.

harrydfauzi@gmail.com 4
D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan dapat memberi-kan

sumbangan pemikiran dalam pengembangan kemampuan dan pemahaman

guru-guru sekolah dasar terhadap kosep dan aplikasi tugas bimbingan dan

konseling sesuai dengan bidang tugas dan garapan masing-masing.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan

manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada guru-guru sekolah

dasar serta kepala sekolah.

a. Bagi kepala sekolah diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi

gambaran tentang bagaimana mengembangkan pembinaan guru-

guru dalam konteks bimbingan dan konseling siswa sesuai dengan

bidang tugasnya masing-masing.

b. Bagi guru-guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat men-jadi

bahan pertimbangan untuk meningkatkan kompeten-sinya sebagai

guru dalam hal pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap

siswa secara menyeluruh.

E. Definisi Operaional Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,

2004:39). Sesuai dengan rumusan judul penelitian yang dikemukakan di

atas, pada penelitian ini digunakan dua variabel sebagai berikut.

harrydfauzi@gmail.com 5
1. Variabel Independen

Variabel independen (disebut juga variabel stimulus, prediktor,

antecendent) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel lain (Sugiono, 2004:39).

Variabel independen (bebas) pada penelitian ini adalah Tingkat

Pengetahuan Bimbingan Konseling Guru SD.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen (disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen)

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (Sugiono, 2004:40). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah Pembinaan Prestasi Belajar Siswa.

Matriks Penelitian 1.1


Indikator Variabel Penelitian

Variabel Independen:
Tingkat Pemahaman Guru SD Variabel Dependen:
tentang Bimbingan dan Pembinaan Belajar Siswa
Konseling
Subvariabel (X): Subvariabel (Y):
(1) Pemahaman guru tentang (1) Peningkatan motivasi belajar
Fungsi dan Peranan siswa.
Bimbingan dan Konseling. (2) Perkembangan hasil belajar
(2) Pemahaman tentang tugas siswa.
guru kelas sebagai (3) Perkembangan kreativitas siswa.
pembimbing (4) Pemecahan masalah kesulitan
belajar siswa.

harrydfauzi@gmail.com 6
Konstelasi masalah berdasarkan variabel di atas dapat digambarkan

sebagai berikut.

(1) X Y

(2) X1 Y1

(3) X2 Y2

Y3

Y4

Keterangan:

X = Variabel independen = Tingkat Pemahaman Guru SD tentang

Bimbingan dan Konseling

Y = Variabel dependen = Pembinaan Belajar Siswa

X1 = Pemahaman guru tentang Fungsi dan Peranan Bimbingan dan

Konseling

X2 = Pemahaman tentang tugas guru kelas

Y1 = Perkembangan motivasi belajar siswa

Y2 = Perkembangan hasil belajar siswa

Y3 = Perkembangan kreativitas siswa

Y4 = Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa.

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

harrydfauzi@gmail.com 7
1. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar adalah segala kebenaran, teori, atau

pendapat yang dijadikan landasan dalam suatu penelitian. Segala

kebenaran, teori dan pendapat yang dijadikan pegangan itu tidak

dipersoalkan lagi benar salahnya. Pada prinsipnya segala sesuatu itu

dapat diterima oleh semua pihak tanpa harus diuji lagi kebenarannya

(Suyatna, 2000:7).

Sejalan dengan pendapat Suyatna di atas. Surakhmad (1980:15)

mengemukakan bahwa asumsi, anggapan dasar, atau postulat adalah

”sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh

peneliti.” Adapun yang men-jadi asumsi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Guru bukan hanya sebagai pengajar saja, melainkan juga sebagai

perencana, pengarah, pelaksana, pengelola, fasilitator, penilai,

pembuat keputusan, dan pemberi hadiah dalam proses pendidikan

di sekolah” (A. Kosasih Djahiri, 1995-1996:25).

b. Sebagai perencana, guru dan pihak sekolah menyusun perencanaan

tentang kegiatan pendidikan siswa yang mengacu kepada

pengembangan aspek kognitif dan afektif siswa secara terpadu,

terutama dalam membentuk sikap moral dan perilaku yang baik

sesuai dengan kaidah-kaidah norma yang berlaku.

c. Sebagai komunikator, guru dan pihak sekolah harus mampu

mengkomunikasikan gagasannya secara tepat dan kontekstual

harrydfauzi@gmail.com 8
kepada siswa sehingga tanpa dipaksa siswa akan menilai dirinya

sendiri dan berupaya membentuk pribadinya menjadi manusia

yang baik.

d. Sebagai pelaksana, guru dan pihak sekolah memiliki tugas untuk

melaksanakan bimbingan kepada siswa agar siswa dapat

memahami dirinya sendiri serta berperilaku baik sesuai dengan

norma-norma sosial yang berlaku.

e. Tugas bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah tugas semua

guru dalam hal mengarahkan, membimbing, serta memperbaiki

sikap perilaku siswa dalam belajar sehingga siswa mengalami

perubahan tingkah laku secara signifikan.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang diteliti dan

perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang bersangkutan.

Surakhmad (1980:39) mengemukakan bahwa hipotesis adalah

perumusan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang

dimaksudkan sebagai tuntunan sementara dalam penelitian untuk

mencari jawaban yang sebenarnya.

Berdasarkan kedua teori yang dikemukakan di atas, hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

harrydfauzi@gmail.com 9
Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat pe-mahaman

guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa SD Negeri 1

Pawenang, Kecamatan Cianjur, Kabu-paten Cianjur tahun

pelajaran 2004 – 2005.

H1 : terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat pemaham-an guru

terhadap peningkatan prestasi belajar siswa SD Negeri 1

Pawenang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cian-jur tahun

pelajaran 2004 – 2005.

Bab II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling

(guidance and counseling)? Sejumlah ahli menge-mukakan

harrydfauzi@gmail.com 10
pendapatnya mengenai bimbingan (guidance) sebagaimana dikutip

berikut ini.

Shirley A. Hamrin (1950:12) mengemukakan sebuah definisi

sederhana dan praktis mengenai bimbingan sebagai ”Helping John to

see through himself in order that he may see himself through”.

Arthur J. Jones (1951:71) mengemukakan pula bahwa ”guidenace

involves personal help given by someone; it is designed to assist a

person to decide where he wants to go, what he wants to do, or how he

can best accomplish his purpose; it assist him to solve problem that

arise in his life”.

Sementara itu Crow and Crow (1951:6) berpendapat bahwa

”guidance is not direction. It is not the imposition of one person’s point

of view upon another. It is not making decisions for an individual which

he should make for himself. It is not carrying the burdens of another’s

life. Rather, guidance is assistence made available by competent

counselore to an individual or any age to help him direct his own life,

develope his own point of view, make him own decisions, and carry his

own burdens.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disusun sebuah

kesimpulan bahwa pada umumnya bimbingan memiliki makna bantuan

yang diberikan kepada individu-individu agar mereka dapat:

a. mengatur kegiatannya sendiri;

harrydfauzi@gmail.com 11
b. mengembangkan pandangannya sendiri;

c. mengambil keputusan sendiri;

d. menanggung bebannya sendiri sebagai akibat keputusan itu.

Bimbingan dilakukan berdasarkam fakta bahwa manusia

memerlukan bantuan. Tiap orang dalam hidupnya memerlukan

bimbingan pada suatu waktu. Bimbingan yang dimaksud ini merupakan

suatu proses yang berjalan lama. Proses itu berkisar pada persoalan

penyesuaian diri. Bimbingan berusaha memberikan pengalaman kepada

manusia bagaimana cara mengatasi sesuatu yang timbul, baik pada

dirinya sendiri atau hidupnya, dengan keluarganya, dan atau dengan

masyarakat sekitarnya.

Konseling atau penyuluhan adalah suatu tindakan yang dilakukan

secara sadar untuk memberikan arahan atau penyuluhan. Tindakan

konseling pada dasarnya adalah meng-ikuti perkembangan seseorang

dan mengarahkannya sesuai dengan kekuatan yang dimilikinya. Setiap

manusia sesungguh-nya memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup

untuk mencapai kedewasaan. Dalam tindakan konseling, kekuatan-

kekuatan ini dibuka sehingga dapat mendorong seorang individu ke

arah yang ditujunya. Pada konteks ini, konselor tidak melakukan

tindakan penilaian (evaluative guidance) apa pun dan bertugas semata-

mata menunjang perkembangan ekspresi emosi dan perasaan yang

harrydfauzi@gmail.com 12
bebas. Konselor adalah katalisator dari suatu proses perkembangan

individu anak.

2. Fungsi dan Peranan Bimbingan Konseling

Djajadisastra (1982:23) mengemukakan bahwa bimbingan ialah

bantuan yang diberikan kepada seorang anak dalam melakukan pilihan

dan menyesuaian diri yang bijaksana. Hal ini didasarkan kepada prinsip

demokrasi yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban dan

berhak untuk memilih jalan kehidupannya sendiri selama pilihan itu

tidak melanggar hak-hak orang lain. Kemampuan untuk melakukan

pilihan itu bukanlah suatu pembawaan, melainkan harus dikembangkan

seperti halnya dengan kemampuan-kemampuan lainnya. Oleh karena

itu, fungsi bimbingan terdiri atas kegiatan dan pelayanan yang

merupakan usaha perseorangan untuk membantu anak dalam

mengembangkan potensinya secara maksimal sesuai dengan latar

belakang dan bakatnya yang khas. Kegiatan ini membantu anak dalam

memahami diri pribadinya dan masyarakat, sehingga ia dapat lebih

bertanggung jawab dalam pengarahan kejuruan, pribadi, dan emosinya.

Perbedaan antara fungsi mengajar dan fungsi bimbingan terletak

pada titik berat dan bukan pada jenis kegiatannya. Kegiatan mengajar

cenderung untuk ditentukan oleh pertimbangan akademis dan sosial,

sedangkan bimbingan cenderung untuk mengembangkan isinya dari

bahan yang khas yang terdapat pada pribadi anak. Kegiatan

harrydfauzi@gmail.com 13
mempersiapkan anak untuk melakukan pilihan atas sesuatu

kemungkinan yang penting dalam penghidupan merupakan inti dalam

proses bimbingan. Kegiatan demikian telah lama dikaitkan dengan

bimbingan dan banyak diarahkan oleh guru sebagai suatu fungsi guru

kelas. Oleh karena itu, sukar sekali untuk menarik garis pemisah yang

tegas antara mengajar dan memibimbing dalam menangani dan

mengembangkan penyesuaian diri dan kompetensi siswa.

Bimbingan membantu anak untuk mengenal dan menerima

keadaan dunianya pribadi dan dunia luar. Bantuan untuk mengenal diri

dapat diperoleh melalui berbagai perngalaman pendidikan, ada kalanya

dengan kelompok pertemuan kelas atau perseorangan dengan membaca

buku. Anak mengikuti wawancara dengan pembimbing atau tenaga ahli

lain yang membantunya dalam memperbaiki diri dengan menyalurkan

emosi yang tertekan atau dengan mengubah cara bertingkah laku.

B. Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

Pendidikan sangat penting bagi individu dan masyara-kat.

Pendidikan tidak dapat dilukiskan dengan hanya menyebutkan jumlah

siswa yang dilayani dan personil yang terlihat, nilai bangunan dan

perlengkapan, jumlah penelitian yang dilakukan, walaupun bahan itu sering

dipakai untuk mengukur pertumbuhan dan mutu. Pendidikan merupupakan

proses yang penting untuk mencapai tujuan pribadi dan aspirasi individu.

harrydfauzi@gmail.com 14
Secara filsafat dan historis, pendidikan mungkin lebih dari faktor lain

sebagai alat untuk mencapai cita-cita bangsa.

Salah satu fungsi pendidikan adalah membuka kesem-patan untuk

mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang secara optimal

sehingga dapat hidup mandiri dan mampu menentukan pilihannya sendiri.

bimbingan merupakan bagian integral dari pendidikan yang langsung

dipusatkan pada fungsi tersebut. Bimbingan tidak membuat pilihan untuk

anak, bimbingan membantu mereka untuk mengambil keputusan sendiri

sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan pekerjaan bagi tenaga

muda. Salah satu alasannya ialah untuk mengurangi kenakalan anak dan

remaja yang menganggur.

Anak dan remaja melihat sekolah sebagai lembaga yang dapat

membantu mereka dalam merealisasikan aspirasi mereka. Orang tua

mengharapkan bahwa sekolah dapat merupakan tempat untuk

mengembangkan kecerdasan anak-anak mereka. Masyarakat menaruh

kepercayaan bahwa sekolah secara terus-menerus dapat menghasilkan

warga negara yang memiliki kemampuan yang lebih besar. Dengan

kemajuan zaman, masyarakat menuntut lebih banyak dari sekolah.

Fungsi pendidikan yang utama adalah untuk sedapat-dapatnya

mengusahakan integrasi budaya pada anak-anak. Stabilitas sosial dan

kemampuan untuk bekerja sama sebagai suatu bangsa pada dasarnya

bergantung pada setiap orang yang memiliki ukuran mengenai pengertian,

harrydfauzi@gmail.com 15
sikap, kepercaya-an, keterampilan dan tujuan yang sama. Masyarakat

banyak menggantungkan diri pada pendidikan untuk mengembangkan

kesamaan dalam kepercayaan, sikap, sistem nilai dan penge-tahuan dasar.

Hal ini juga menjadi tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan lain

seperti keluarga dan lembaga keagamaan.

Pengaruh pendidikan terhadap seseorang bergantung pada

efektivitas dan pengetahuan seseorang dalam menentu-kan tujuan hidup.

Sekolah bukan mempersiapkan anak-anak untuk masa kini saja, tetapi juga

untuk menghadapi masalah-masalah di masa mendatang. Walaupun

demikian, orang menunjukkan minat dan tanggung jawab untuk melibatkan

anak-anak dalam proses kegiatan yang dapat memberikan penjelasan dan

pengertian tentang tujuan hidup mereka itu.

Bimbingan, baik sebagai konsep maupun sebagai pelayanan,

memusatkan perhatian pada anak-anak (terutama remaja) dan mas depan

mereka. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa anak, guru, dan orang

tua memahami ber-bagai tingkatan dalam perkembangan anak dan

pengaruhnya terhadap perkembangan, penyesuaian diri dan proses peng-

ambilan keputusan.

Dalam pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Djajadi-sastra

(1982:33), sumbangan bimbingan mencakup pemberian pengertian kepada

anak tentang informasi mengenai pendidikan, kejuruan dan sosial yang

dibutuhkan untuk mem-buat keputusan yang bijaksana dengan

harrydfauzi@gmail.com 16
memanfaatkan data psikologis dan sosial bagi guru dan pembimbing untuk

me-mahami setiap anak sebagai individu; memberikan penjelasan dan

bantuan dalam tugas-tugas belajar; membantu anak untuk memahami diri

sendiri dan dunia sekitarnya.

C. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Istilah pembelajaran erat kaitannya dengan belajar dan

diperkirakan relatif baru dipergunakan oleh para pakar pendidikan

Indonesia di dalam literatur yang ada sekitar tahun 1070-an. Dalam

konsep teknologi pendidikan, dibedakan istilah pembelajaran

(instruction) dan pengajaran (teaching). Pembel-ajaran atau disebut

juga sebagai kegiatan instruksional adalah usaha mengelola lingkungan

dengan sngaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi

tertentu. Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan

mengarahkan pengalaman belajar kepada peserta didik yang biasanya

berlangsung dalam situasi resmi atau formal. Pembelajaran

menekankan kepada proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa

pembelajaran lebih luas maknanya daripada pengajaran karena

pengajaran mencakup peristiwa/kejadian yang mungkin mempunyai

pengaruh langsung terhadap proses belajar manusia. Pengajaran hanya

terbatas pada kejadian-kejadian yang dilakukan oleh guru.

harrydfauzi@gmail.com 17
Dalam Association for Educational Communications and

Technology (AECT), pembelajaran diartikan sebagai suatu proses

pengelolaan lingkungan belajar secara sengaja untuk memungkinkan

berlangsungnya proses belajar mengajar dalam situasi tertentu

(1994:68). Menurut Gagne dan Briggs (1984:3), pembelajaran adalah

rangkaian kejadian atau peristiwa yang mempengaruhi siswa

sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan

mudah. Sebagai bagian dari sistem, pembelajaran sasarannya adalah

mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik menjadi manusia

terdidik (proses transformasi), dengan tujuan membntu orang/siswa

untuk belajar. Suatu aktivitas pembelajaran dapat berlangsung dengan

baik dan mencapai sasarannya jika dirancang dengan baik. Seels dan

Richey (1994:30) mengemukakan bahwa ”instructional system design

is an organized procedure that includes the steps of analyzing,

designing, developing, implementing and evaluating instruction”.

Reigeluth berpendapat bahwa pembelajaran menyangkut pengertian,

peningkatan dan penerapan metode-metode instruksional untuk

mengoptimalkan proses pembelajaran ke arah yang diingingnkan.

Wujud dari disain pembelajaran meliputi kondisi pembelajaran, metode

pembelajaran, dan hasil pembelajaran.

Dengan demikian, pembelajaran merupakan berbagai hasil

belajar dan cara-cara mengupas persyaratan belajar yang digabungkan

secara rasional dan sistematik. Orang yang sangat berpengaruh dalam

harrydfauzi@gmail.com 18
proses belajar mengajar adalah guru. Oleh karena itu, guru harus

mampu mempengaruhi siswa, berpandangan luas dan memiliki

kewibawaan, yang berarti mempunyai kesungguhan, kekuatan yang

dapat memberikan kesan dan pengaruh.

Pada prinsipnya, terdapat beberapa karakteristik yang perlu

dimiliki guru, yaitu: (1) harus bersedia membuat rencana, (2)

mengorganisasikan sesuatu secara baik, (3) bersemangat, (4) mau

terlibat secara langsung, dan (5) periang. Dengan karakteristik ini guru

harus dapat mengenal, menguasai cara, menghayati dan melaksanakan

tugasnya serta mengetahui batas-batas kemampuan sendiri, siap dan

mampu menemukan sumber yang dapat membantu mengatasi

keterbatasannya (Arends, 1989:56).

Reigeluth sebagaimana dikutip oleh Grabowski (1991:123-130)

yang mengemukakan bahwa pengajaran adalah cara pengorganisasi-an

dan pengaturan informasi kepada murid yang meliputi sejumlah unsur

penting seperti penyampaian informasi, pemberian contoh, praktik, dan

umpan balik. Guru yang sengaja menciptakan lingkungan belajar di

kelas dengan maksud mewujudkan tujuan belajar, bertindak sebagai

guru pengelola dan bila guru itu secara fisik mengajar di kelas, maka ia

menjadi salah satu sumber belajar yang dikelolanya. Dengan demikian,

guru berperan sebagai pelaksana.

harrydfauzi@gmail.com 19
Guru sebagai pengelola dan pelaksana, memiliki empat fungsi

pokok yang meliputi (1) merencanakan, (2) mengorgani-sasikan, (3)

memimpin, dan (4) mengawasi.

Merencanakan

Mengawasi Mengorganisasikan

Memimipin

Gambar 1: Fungsi guru sebagai manajer

Hubungan keempat fungsi tersebut saling berkaitan satu sama

lain, seperti terlihat pada gambar di atas. Masing-masing fungsi

mempunyai peran yang sangat berarti dalam pelaksanaan kegiatan

pendidikan. Setiap fungsi akan senantiasa berkaitan antara satu dengan

fungsi lain dan setiap fungsi memiliki peran yang sangat besar.

Drucker dalam Grabowski mengemukakan bahwa kegiatan

mengajar tersebut berhubungan dengan lima hal, yakni (1) mengelola

waktu, (2) di mana dan bagaimana menerapkan kekuatan seefektif

mungkin, (3) mengelola informasi, (4) menentukan prioritas yang tepat,

harrydfauzi@gmail.com 20
dan (5) menjalin keempat hal satu sama lain untuk memperoleh

keputusan yang efektif (Grabowski, 1991:137).

Ciri-ciri guru sebagai suatu profesi meliputi aspek-aspek: (a)

adanya komitmen guru bahwa jabatan itu mengharuskan pengikutinya

menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih daripada mencari

keuntungan sendiri, (b) profesi itu mensyaratkan orangnya mengikuti

pesiapan profesional dalam jangka waktu tertentu, (c) harus selalu

menambah pengetahuan agar terus-menerus bertumbuh dalam

jabatannya, (d) memiliki kode etik jabatan, (e) memiliki kemampuan

intelektual untuk menjawab masalah-masalah yang ihadapi, (f) selalu

ingin belajar terus-menerus mengenai bidang keahlian yang

ditekuninya, (g) menjadi anggota dari suatu organisasi profesi, dan (h)

jabatan itu dipandang sebagai suatu karier hidup (Davies, 1971:47).

Seorang guru dikatakan profesional jika memiliki keahlian

dalam bidangnya, bertanggung jawab secara intelek-tual maupun secara

moral, serta memiliki rasa kesejawatan. Dalam melaksanakan

pembelajaran yang dilakukan, tahapan-nya meliputi: membuat satuan

acar pengajaran, menyiapkan materi pelajaran, menyiapkan peralatan

dan bahan pengajaran yang diperlukan serta media yangakan

digunakan.

Penguasaan materi pelajaran merupakan kelengkapan aspek

penguasaan strategi pembelajaran. Dalam strategi instruksional

harrydfauzi@gmail.com 21
berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam kegiatan untuk

menyampaikan materi atau isi pelajara secara sistematis sehingga

kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif

dan efisien. Pada konteks ini terkandung empat pengertian sebagai

berikut.

(a) Urutan kegiatan instruksional, yaitu urutan kegiatan pengajaran

dalam menyampakan isi pelajaran pada siswa.

(b) Metode instruksional yaitu cara mengorganisasikan materi pelajaran

agar terjadi proses belajar secara efektif dan efisien.

(c) Media instruksional yaitu peralatan dan siswa dalam kegiatan

instruksional.

(d) Waktu yang digunakan oleh pengajar dan peserta didik dalam

penyelesaian setiap langkah dalam kegiatan instruksional.

Untuk dapat mengetahui keberhasilan proses pembel-ajaran

yang dilakukan, perlu adanya alat evaluasi untuk mengukur

keberhasilan proses yang telah dilakukan. Selain guna mengukur

keberhasilan, evaluasi juga berguna untuk memperoleh informasi

tentang kemampuan guru dalam mengajar. Evaluasi juga digunakan

untuk menilai efektivitas penampilan guru. Dalam menyusun evaluasi

tersebut, tes hasil belajar untuk mengukur tingkat pencapaian peserta

didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional

(Davies, 1971:49).

harrydfauzi@gmail.com 22
Dalam keseluruhan proses pendididkan di sekolah, belajar

merupakan kegiatan pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya

tujuan pembelajaran banyak bergantung kepada proses belajar yang

dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik. Oleh karena itu,

pemahaman yang benar mengenai arti belajar mutlak diperlukan oleh

para pendidik, khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan

persepsi terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya

mungkin akan mengakibatkan kurang berhasilnya kualitas

pembelajaran yang dicapai para siswa.

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat

tafsiran tentang belajar. Gagne (dalam Dahar, 1996:11) membuat

definisi bahwa belajar adalah suatu proses dimana organisma berubah

pelakunya sebagai akibat peng-alaman. Hal serupa juga dikemukakan

oleh Hintzmann (dalam Syah, 1999:90) yang mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme

(manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat

mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Sedangkan Slameto

(1995:2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkung-annya. Pengertian lain tentang belajar

dikemukakan oleh Skinner (dalam Syah, 1999:90) bahwa belajar adalah

suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang ber-langsung

harrydfauzi@gmail.com 23
secara progresif. Bertolak dari berbagai definisi dan tafsiran yang telah

diuraikan oleh para ahli tersebut, secara umum belajar dapat dipahami

sebagai bentuk perubahan tingkah laku individu sebagai hasil

pengalaman, latihan dan interaksi dengan lingkungan dan perubahan

yang berupa memori itu membekas dalam diri individu sehingga dapat

dipanggil kembali.

Atas dasar uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dapat diartikan sebagai proses berlangsungnya kegiatan

penyerapan pengalaman, latihan, dan interaksi individu dengan

lingkungannya.

2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pembelajaran

Lorre (dalam Makmun, 1996:115) menunjukan secara

sistematik bahwa terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap

proses pembelajaran. Keempat faktor itu akan sangat berpengaruh

terhadap perfomance dan output pembelajaran.

Secara sistematik, gambaran yang ditunjukan oleh Loree itu

adalah sebagai berikut.

Guru. Metode, teknik, media, program,


tugas, bahan ajar, sumber, dll.

Instrumental Input (sarana)


o Kapasitas (IQ) - Perilaku
o Bakat Khusus Expected kognitif
o Motivasi Raw output - Perilaku
o Minat Input PBM hasil belajar afektif
o Kematangan (siswa) yang
dan kesiapan diharapkan - Perilaku
psiko-
o Sikap, motorik
kebiasaan, dll.
Enviromental input
(lingkungan)
harrydfauzi@gmail.com 24
Sosial, fisik, kultural, dll
Gambar 2.1
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran

Dari gambar di atas tampak secara sistematik keempat

komponen utama dari kegiatan pembelajaran sangat mem-pengaruhi

performance dan outputnya:

a. the expected output, menunjukan kepada tingkat kualifi-kasi

ukuran baku (standard norm) yang akan menjadi daya penarik dan

motipasi dalam pembelajaran;

b. karakteristik siswa (raw input) menunjukan kepada faktor-faktor

yang terdapat dalam diri individu yang mungkin akan memberikan

fasilitas atau pembatas sebagai faktor organisme pembelajaran;

c. instrumental input (sarana) menunjukan kepada kualifikasi serta

kelengkapan sarana yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya

proses belajar;

d. environmental input menunjukan situasi dan keadaan fisik

(sekolah, gedung, iklim, letak sekolah, lingkungan, dan

sebagainya) antar teman maupun dengan guru dan orang lain,

faktor-faktor penunjang lain yang menjadi peng-hambat atau

penunjang.

harrydfauzi@gmail.com 25
3. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata dasar motif yang dapat diartikan

sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang

menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat

diamati secara langsung. Motif pada seseorang dapat diinterpretasikan

dari tingkah lakunya. Menurut para ahli, motif itu dapat dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu:

(1) Motif atau kebutuhan organisme yang meliputi kebutuhan-

kebutuhan untuk makan, minum, bernafas, seksual, beruat, dan

beristirahat.

(2) Motif darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri,

membalas, berusaha, dan memburu atau mencari sesuatu.

(3) Motif objektif yang meliputi kebutuhan untuk melakukan

eksplorasi, untuk melakukan manipulasi, untuk pengembangan

minat dan hasrat.

Motif organisme adalah kebutuhan biologis manusia, sebagai

makhluk hidup. Motif darurat timbul karena adanya tantangan dari luar,

baik sosial maupun non-sosial secara efektif. Di sini minat, hasrat dan

keinginan disebut sebagai suatu kebutuhan objektif.

Penggolongan lain, yang didasarkan atas terbentuknya motif-

motif terdapat dua golongan, yaitu motif bawaan dan motif yang

harrydfauzi@gmail.com 26
dipelajari. Motif bawaan adalah motif yang ada pada diri manusia

secara otomatis, misalnya makan, minum, dan seksual. Motif kedua

adalah motif yang timbul karena dipelajari seperti motif belajar, motif

untuk bekerja, motif mencari kedudukan atau jabatan.

Fauzi (2004:24-27) mengemukakan bahwa dalam diri setiap

individu terdapat potensi-potensi dasar yang secara langsung

membentuk kepribadian individu tersebut. Potensi-potensi itu

dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu motif biologis dan motif

psikogenis. Penggolongan ini didasarkan kepada anggapan bahwa

manusia bergerak bukan hanya didorong oleh kebutuhan biologis

semata, seperti lapar dan haus, melainkan juga oleh kebutuhan psikis

seprti rasa ingin tahu, kasih sayang, dan keinginan untuk memuja.

Banyak ahli yang mengemukakan pendapat mengenai potensi

dasar manusia ini. Secara garis besar, potensi-potensi dasar itu dapat

diklasifikasikan menjadi:

1) Motif-motif biologis yang terdiri atas rasa lapar dan dahaga, rasa

lelah, kebutuhan seksual, dan keselamatan diri.

2) Motif ingin tahu, yaitu motif untuk mengerti, menata, dan menduga

(prediksi) sesuatu di luar diri manusia.

3) Motif kompetensi yaitu dorongan untuk mebuktikan bahwa

seseorang mampu mengatasi persoalan kehidupan apa pun.

harrydfauzi@gmail.com 27
Perasaan mampu ini amat bergantung kepada perkembangan

intelektual, sossial, dan emosional individu.

4) Motif cinta yaitu dorongan yang tumbuh dalam diri manusia untuk

diterima dalam suatu kelompok individu lain secara sukarela.

Kehangatan persahabatan, ketulusan kasih sayang, dan penerimaan

orang lain yang hangat sangat dibutuhkan manusia. Sanggup

mencintai dan dicintai merupakan hal yang paling esensial bagi

pertumbuhan kepribadian.

5) Motif harga diri dan kebutuhan mencari identitas. Setiap individu

akan selalu berusaha menunjukkan eksistensi dirinya. Manusia

menginginkan bahwa kehadirannya memiliki makna dan

memberikan makna bagi dirinya sendiri maupun kehidupan.

Manusia selalu menginginkan dirinya dapat diperhitungkan. Inilah

yang dimaksud dengan harga diri, dan bersamaan dengan itu pula

manusia pun mencari identitas dirinya.

6) Kebutuhan akan nilai-nilai, kedambaan, dan makna kehidupan.

Fitrah manusia membutuhkan tuntunan berupa nilai-nilai dalam

kehidupanya. Nilai-nilai inilah yang akan memberikan makna

dalam kehidupannya. Nilai-nilai keagamaan, etika, serta norma-

norma dan hukum yang berlaku akan menuntun manusia ke dalam

kepastian bertindak, mengambil keputusan, dan menentukan tujuan

hidup.

harrydfauzi@gmail.com 28
7) Kebutuhan akan pemenuhan diri. Manusia hidup dan berusaha

bukan sekedar untuk mempertahankan hidup belaka, melainkan

juga memiliki kecenderungan untuk meningkatkan kualitas

kehidupan. Motif pemenuhan diri ini dilakukan dengan cara:

a) mengembangkan dan menggunakan potensi-potensi yang

dimilikinya secara kreatif dan konstruktif;

b) memperkaya kualitas kehiduoan melalui pengalaman-

pengalaman batin;

c) membentuk dan mengembangkan hubungan positif dengan

orang-orang lain;

d) menjadikan dirinya sebagai individu yang didambakan.

Ketujuh motif di atas merupakan faktor dominan dalam diri

manusia yang akan mampu melahirkan sikap dan kepribadian. Tidak

terpenuhinya salah satu atau lebih dari motif-motif tersebut akan

menyebabkan ketidakseimbangan jiwa. Tidak terpenuhinya kasih

sayang akan menyebabkan manusia bertindak agresif, kesepian, dan

frustrasi. Kehilangan harga diri atau identitas akan menyebabkan

perilaku yang impulsif, gelisah, mudah terpengaruh. Kehilangan nilai-

nilai akan menyebabkan manusia berada dalam ketidakpastian dan

keputusasaan, serta mudah kehilangan pegangan.

Berbicara mengenai teori motivasi, sesungguhnya terdapat

berbagai teori motivasi yang titik tolaknya berbeda satu sama lain. Ada

harrydfauzi@gmail.com 29
teori yang bertitik tolak pada dorongan dan pencapaian kepuasan.

Namun ada pula yang titik tolaknya pada azas kebutuhan, yang saat ini

banyak dianut orang. Banyak teori motivasi yang didasarkan pada azas

kebuuhan (need). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha

untuk dapat memenuhinya. Motivasi adalah proses peikologis yang

dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku itu, pada hakikatnya

merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku

seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan itu

diperlukan proses interaksi dari ebberapa unsur. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Luthans dalam Sayuti (2000:111) bahwa motivasi adalah

proses yang dimulai dari kebutuhan fisik atau kegiatan tingkah laku

tertentu yang mempunyai tujuan tertentu pula.

Murray dalam Sayuti (2000:112-113) mendefinisikan bahwa

motivasi neruakan konsep hipotesi untuk suatu kegiat-an yang

dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk mengubah

situasi yang kurang dan tidak memuaskan atau kurang/tidak

memuaskan.

Sayuti (2000:113) mengemukakan bahwa prinsip motivasi

diterapkan dalam pendidikan dapat dilakukan dengan memenuhi

kebutuhan peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar yang

maksimal dan sebaik mungkin. Contoh dari penerapan teori ini adalah

sebagai berikut.

harrydfauzi@gmail.com 30
a. Profesionalitas guru dan kematangan dalam melaksanakan tugas-

tugas guru. Misalnya guru dapat memahami keadaan peserta didik

secara perseorangan, memelihara suasana belajar yang baik.

b. Keberadaan peserta didik (rasa aman dalam belajar, kesiapan

belajar bebas dari rasa cemas).

c. Memperhatikan lingkungan belajar, misalnya tempat belajar yang

menyenangkan, bebas bising atau polusi, tanpa gangguan dalam

belajar.

Weiners menyampaikan teorinya mengenai makna serta peranan

kognisi dalam kaitannya dengan perilaku seseorang. Menurut Weiners

adanya peristiwa internal yang membentuk sebagai perantara dari

stimulus tugas dan tingkah laku individu berikutnya. Orang yang

mempunyai motivasi tinggi akan lebih percaya diri dibandingkan

dengan orang yang memiliki motivasi rendah.

Brophy dalam Sayuti (2000:116-117) mengemukakan suatu

daftar strategi motivasi yang digunakan guru untuk menstimuli siswa

agar produktif dalam belajar. Stimulus itu meliputi hal-hal berikut.

a. Keterkaitan dengan kondisi lingkungan, yang berisi:

1) kondisi lingkungan sportif:

2) kondisi tingkat kesukaran;

3) kondisi belajar yang bermakna; dan

4) penggunaan strategi bermakna.

harrydfauzi@gmail.com 31
b. Harapan untuk berhasil, yang berisi:

1) kesuksesan program;

2) tujuan pembelajaran;

3) remedial sosialisasi.

c. Penghargaan dari luar yang terdiri atas:

1) penawaran hadiah (reward)

2) kompetisi yang positif

3) nilai hasil belajar

d. Motivasi intrinsik yang meliputi:

1) penyesuaian tugas dengan minat;

2) perencanaan yang penuh variasi;

3) umpan balik atas respon siswa;

4) kesempatan respon peserta didik yang aktif;

5) kesempatan peserta didik untuk menyelesaikan tugas

pekerjaannya;

6) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

4. Motivasi dan Dinamika Perilaku Manusia

Meskipun para ahli memberikan defnisi motivasi dengan cara dan

gaya yang berbeda, tetapi esensinya menuju kepada maksud yang sama,

yakni motivasi itu merupakan:

a. suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy);

harrydfauzi@gmail.com 32
b. suatu keadaan kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan

(preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to

move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari

maupun tidak disadari.

Makmun (1996:29) mengemukakan bahwa dipandang dari segi

motifnya setiap gerak perilaku manusia itu selalu mengandung tiga

aspek yang kedudukannya bertahap dan berurutan (sequential), seperti

diuraikan berikut.

a. Motivating states yakni timbulnya kekuatan dan terjadinya

kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau

sekresi, hormonal dalam diri organisme atau karena terangsang oleh

stimulasi tertentu.

b. Motivated behavior, yakni bergeraknya organisme ke arah tujuan

tertentu sesuai dengan sifay kebutuhan yang hendak dipenuhi dan

dipuaskannya, misalnya lapar cari makanan dan menemukannya.

Dengan demikian, setiap perilaku pada hakikatnya bersifat

instrumental (sadar atau tidak sadar).

c. Satisfied condition, yakni dengan berhasilnya dicapai tujuan yang

dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam

diri organisme pulih kembali ialah terpeliharanya homeostatis.

Kondisi demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau lega.

Namun, di dalam kenyataannya tidak selamanya kondisi pada tahap

harrydfauzi@gmail.com 33
ketiga itu demikian, bahkan mingkin sebaliknya, yakni terjadinya

ketegangan yang memuncak kalau insentifnya (goals) tidak tercapai

sehingga individu merasa kecewa.

Karena terjadinya metabolisme dan penggunaan atau pelepas-an kalori,

perangsangan kembali, dan sebagainya, kepuasan itu hanya bersifat

sementara (temporal). Oleh akrena itu, geraknya atau dinamika proses

perilaku itu sebenarnya akan berlangsung secara siklus (cyclical), yang

dapat digambarkan secara skematik seperti di bawah ini.

Motif

Rasa puas/
kecewa/ lega
Lingkaran
Motivasi Perilaku
Instrumental

Insentif

Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidaklah

merupakan suatu substansi yang dapat diamati. Yang dapat dilakukan

adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya dalam term-term

tertentu, seperti:

a. durasi kegiatannya (berapa lama kemampuan penggunaan waktu

dalam melakukan kegiatan);

harrydfauzi@gmail.com 34
b. frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode

waktu tertentu);

c. persistensinya (ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan);

d. ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi

rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan;

e. devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran,

bahkan jiwanya) untuk mencapai tujuan;

f. tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target,

dan idolanya) yang hendak dicapai melalui kegiatan yang

dilakukan;

g. tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai

dari kegiatan yang dilakukan (berapa vanyak, memadai atau idak,

memuaskan atau tidak);

h. arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike; positif atau

negatif).

Dengan memperhatikan indikator-inrikator tersebut di atas, berbagai

teknik pendekatan dan pengukuran motivasi dapat dipergunakan,

misalnya:

1) tes tindakan (performance test) disertai observasi untuk

memperoleh informasi dan data tentang persistensi, keulet-an,

ketabahan, dan kemampuan menghadapi masalah;

harrydfauzi@gmail.com 35
2) kuesioner dan inventori terhadap subjeknya untuk men-dapat

informasi tentang devosi dan pengorbanannya, aspirasinya;

3) mengarang bebas untuk mengetahui cita-cita dan aspirasinya;

4) tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah

sikapnya.

Namun, sudah barang tentu menarik kesimpulan dan tafsir-annya harus

sangat hati-hati (tentatif dan hipotetik) mengingat kemungkinan faktor-

faktor lain dalam proses kegiatan yang bersangkutan.

Bab III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penelitian

harrydfauzi@gmail.com 36
1. Metode Penelitian

Dalam penelitian tentang ”Pemahaman Guru Sekolah Dasar

tentang Bimbingan dan Konseling sebagai Faktor yang Berpengaruh

terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa” ini digunakan metode

deskritif survei.

Metode deskritif adalah suatu metode suatu metode penelitian

atas kelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran, ataupun

peristiwa sekarang. Penelitian deskritif memberikan deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta serta hubungan fenomena yang diteliti (Arikunto, 1988:23).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan

antara variabel satu dengan variabel yang lainnya (Sugiono, 2003:11).

Lebih lanjut, Amir Suyatna (2000:14) mengemukakan bahwa

penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif

semata serta tidak saling berhubungan, tidak menguji hipotesis, tidak

membuat ramalan, atau tidak mendapatkan makna implikasi. Penelitian

deskriptif ini bertujuan

a. mencari informasi faktual yang mendetail yang memerlu-kan

gejala yang ada;

harrydfauzi@gmail.com 37
b. mengidentifikasikan masalah-masalah atau untuk men-dapatkan

justifikasi (penguatan) keadaan dan praktek-praktek yang sedang

berlangsung; dan

c. membuat komparasi dan evaluasi.

Penelitian survey menitikberatkan pada penelitian yang rasional

yakni mempelajari hubungan antarvariabel sehingga baik secara

langsung atau tidak langsung hipotesis penelitian bisa senantiasa

dipertanyakan.

Tujuan survai dapat merupakan pengembangan data sederhana

bersifat menerangkan atau menjelasakan, yakni mempelajari tentang

fenomena sosial dengan cara meneliti hubungan variabel penelitian.

Survai juga dapat menjadi alat bantu penyelidikan untuk memperoleh

fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-

keterangan secara faktual, baik tentang intuisi sosial, ekonomi atau

politik dari suatu kelompok atau suatu daerah yang bisa digunakan

untuk mendapatkan pembenaran. Di samping itu, metode deskripsi

survey juga dapat digunakan untuk penyelidikan untuk menguji

hipotesis.

Dalam penelitian ini diharapkan dapat diketahui berapa besar

hubungan antara variabel yang satu dan variabel yang lain, baik secara

sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

2. Teknik Penelitian

harrydfauzi@gmail.com 38
Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah

sebagai berikut.

a. Observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data dan

informasi dengan cara mengamati langsung proses imple-mentasi

bimbingan dan konseling serta pengaruhnya ter-hadap peningkatan

pembinaan belajar siswa di lingkungan SD Negeri 1 Pawenang pada

tahun pelajaran 2004 – 2005.

b. Angket yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara

menyediakan sejumlah pertanyaan dengan opsi pilihan jawaban

yang telah disediakan. Pemilihan teknik angket ter-tutup ini untuk

menghindari pembiasan informasi sehingga pembahasan hasil

penelitian tidak meluas.

c. Studi Literatur yang dilakukan untuk menggali pemaham-an

teoritis tentang perkembangan psikofisis siswa berkaitan dengan

penyimpangan-penyimpangan perilaku afektif.

d. Kajian Dokumentasi yang digunakan sebagai salah satu sumber

informasi bagi pengembangan hasil penelitian. Dokumentasi yang

dimaksud adalah data perkembangan bimbingan dan konseling

siswa secara administratif yang ada di sekolah.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

harrydfauzi@gmail.com 39
Sesuai dengan rumusan masalah dan batasan masalah serta

tujuan penelitian yang dikembangkan pada Bab 1, maka penelian ini

dilaksanakan di SD Negeri 1 Pawenang, Kabupaten Cianjur, pada

semester genap tahun pelajaran 2003 – 2004.

2. Waktu Penelitian

Sebuah penelitian, bagaimanapun peliknya, memiliki batas

waktu tertentu serta penjadwalan yang seharusnya dilaksanakan secara

konsisten. Penelitian atas Pemahaman Guru Sekolah Dasar tentang

Bimbingan dan Konseling di SD Negeri 1 Pawenang, Kecamatan

Cianjur, Kabupaten Cianjur pada tahun pelajaran 2004 – 2005 ini

dilaksanakan selama enam bulan dengan alokasi waktu sebagai berikut.

Tabel 3.1

Jadwal pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan Bulan ...


No Jenis Kegiatan Keterangan
Juli Jan
Agst Sept Okt Nop Des
2004 2005
Pemilihan dan
1 X
penentuan Judul
Perencanaan
2 X
Penelitian
Penyusunan
3 Instrumen X
Penelitian
Pengumpulan
4 X X X
Data
Pengklasisfikasian
5 X X
Data

harrydfauzi@gmail.com 40
Pelaksanaan Bulan ...
No Jenis Kegiatan Keterangan
Juli Jan
Agst Sept Okt Nop Des
2004 2005
Analisis dan
6 Interpretasi Data X X
Hasil Penelitian
Penulisan
7 X X X X
Laporan

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Secara sederhana, Subana (2000:12) memberikan batasan

tentang populasi sebagai berikut.

a. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1988).

b. Populasi adalah kumpulan dari indivisu dengan kualitas serta

ciri-ciri yang ditetapkan (Nazir, 1983).

c. Populasi adalah sekumpulan objek yang lengkap dan jelas

(Vincent, 1989).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi

adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai

sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu

penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di

lingkungan SD Negeri 1 Pawenang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten

harrydfauzi@gmail.com 41
Cianjur, baik guru kelas maupun guru Pendidikan Jasmani dan

Pendidikan Agama (Islam) yang seluruhnya berjumlah 17 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel yang diambil pada penelitian ini didasarkan kepada

pendapat Arikunto (1988:94) yang menyatakan: ”Untuk sekedar ancer-

ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil

semuanya ... selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar, dapat

diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 %.”

Mengingat populasi pada penelitian ini berjumlah sedikit, maka

populasi penelitian ini dijadikan sampel. Dengan kata lain, sampel yang

dipilih adalah sampel populasi.

C. Instrumen Penelitian

1. Bentuk Instrumen

Dalam penelitian ini data yang akan diungkap adalah Tingkat

Pemahaman Guru SD Negeri 1 Pawenang Kecamatan Cianjur, Kabupaten

Cianjur atas Bimbingan dan Konseling pada tahun pelajaran 2004 – 2005.

Untuk mengungkap data ini digunakan angket dengan model Likert.

Adapun alasan menggunakan model Likert ini untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial.

harrydfauzi@gmail.com 42
Selain dari angket, digunakan pula observasi dan studi dokumentasi.

Observasi digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui

angket, sebab observasi adalah proses memper-oleh keterangan dengan

cara mengamati langsung proses pelaksa-naan bimbingan dan konseling.

Begitu pula studi dokumentasi digunakan untuk melihat salah satu hasil

kinerja.

Untuk memperoleh data mengenai pemahaman guru atas bimbingan

dan konseling serta data mengenai perkembangan hasil pembinaan belajar

siswa, responden dihadapkan pada sejumlah pertanyaan positif atau negatif,

setiap pertanyaan merupakan penjabaran dan satu indikator variabel yang

mendapatkan skor penelitian. Setiap pertanyaan diikuti oleh lima alternatif

jawaban serta skor tertentu sebagai berikut.

a. Skor 5 untuk setiap jawaban Selalu (SL)

b. Skor 4 untuk setiap jawaban Sering (S)

c. Skor 3 untuk setiap jawaban Kadang-kadang (K)

d. Skor 2 untuk setiap jawaban Jarang (J)

e. Skor 1 untuk setiap jawaban Tidak Pernah (TP)

2. Prosedur Pengembangan Instrumen

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengem-bangan

instrumen penelitian secara garis besarnya adalah sebagai berikut.

harrydfauzi@gmail.com 43
a. Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga

masing-masing variabel memiliki batasan yang jelas mengenai aspek

dan sub aspek yang akan diukur serta indikatornya masing-masing.

b. Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan dalam

penulisan butir-butir pertanyaan.

c. Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabar-an

konsep instrumen penelitian yang telah ditetapkan.

Sesuai dengan langkah tersebut, berikut ini disajikan kisi-kisi

pengembangan instrumen penelitian berdasarkan variabel dan subvariabel

yang disusun. Pada kisi-kisi tersebut juga ditampilkan indikator yang

dikembangkan menjadi butir pernyataan atau pertanyaan dalam angket.

harrydfauzi@gmail.com 44
KISI-KISI ANGKET
TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMBINAAN BELAJAR SISWA SD NEGERI 1 PAWENANG, KECAMATAN CIANJUR

Variabel Subvariabel Indikator Nomor Parameter


Tingkat Pemahaman Pemahaman guru • Melaksanakan fungsi bimbingan individual siswa. 1 Selalu
Guru SD tentang tentang Fungsi • Melaksanakan fungsi bimbingan kelompok siswa. 2 Sering
Bimbingan dan dan Peranan 3 Kadang-
Konseling Bimbingan dan • Melaksanakan fungsi bimbingan sikap pergaulan siswa.
4 kadang
Konseling. • Melaksanakan fungsi bimbingan pengembangan aktualisasi
diri siswa. Jarang
• Melaksanakan fungsi bimbingan cara belajar secara individu. 5 Tidak pernah
• Melaksanakan fungsi bimbingan cara belajar kelompok.
6
• Melaksanakan fungsi bimbingan tentang disiplin diri.
7
• Melaksanakan fungsi bimbingan tentang kehidupan beragama.
8
• Melaksanakan fungsi bimbingan tentang pemecahan masalah.

9
Pemahaman • Menyusun program bimbingan dan koseling secara khusus. 10 Selalu
tentang tugas guru • Menyusun program bimbingan dan konseling terintegrasi Sering
kelas sebagai dengan mata pelajaran. 11 Kadang-
pembimbing kadang
• Melaksanakan bimbingan secara terintegrasi dalam mata
pelajaran. 12 Jarang
• Melakukan penelitian tentang perilaku siswa secara khusus. Tidak pernah
13
• Melakukan pengamatan tentang prestasi belajar siswa tertentu

harrydfauzi@gmail.com 45
Variabel Subvariabel Indikator Nomor Parameter
secara khusus.
• Menyusun studi kasus siswa yang memiliki permasalahan 14
yang khas.
• Melakukan diagnosis atas permasalahan siswa yang memiliki 15
kasus khusus. 16
• Membuat pemetaan masalah dalam kelas (termasuk kesulitan
belajar dan masalah pribadi) 17
• Membuat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa.
• Mengkonsultasikan masalah dengan kepala sekolah atau guru 18
lain. 19
• Membuat laporan perkembangan siswa sesuai dengan prinsip
bimbingan. 20
Pembinaan Belajar Peningkatan • Siswa menunjukkan minat belajar yang tinggi. 1 Selalu
Siswa motivasi belajar • Siswa menunjukkan minat belajar pada mata pelajaran 2 Sering
siswa. tertentu. Kadang-
• Siswa menunjukkan gairah/semangat belajar tinggi setiap 3 kadang
hari. Jarang
• Siswa menunjukkan keingintahuan yang kuat untuk 4 Tidak pernah
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya.
• Siswa menunjukkan kemauan kuat untuk menyelesaikan 5
masalahnya sendiri dalam pembelajaran.
Perkembangan • Siswa menunjukkan hasil belajar rata-rata di atas nilai 6 Selalu
hasil belajar siswa. minimum yang dipersyaratkan (misalnya > 6,0).

harrydfauzi@gmail.com 46
Variabel Subvariabel Indikator Nomor Parameter
• Perkembangan hasil belajar siswa setiap saat menunjukkan 7 Sering
kenaikan. Kadang-
• Siswa memiliki kecenderungan untuk mengikuti lomba-lomba 8 kadang
yang berhubungan dengan materi mata pelajaran. Jarang
• Siswa memahami sesuatu makin bertambah cepat dan cermat. 9 Tidak pernah
• Perkembangan keterampilan siswa makin bertambah setiap
waktu. 10
Perkembangan • Siswa menunjukkan perkembangan imajinasi yang baik. 11 Selalu
kreativitas siswa. • Siswa menunjukkan aktivitas kreasi yang cenderung naik. 12 Sering
• Siswa melakukan berbagai eksplorasi dalam pembelajaran. 13 Kadang-
14 kadang
• Siswa memiliki perkembangan kreativitas yang baik dalam
bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi. Jarang
Tidak pernah
Pemecahan • Siswa memiliki kemampuan untuk mengenali diri sendiri. 15 Selalu
masalah kesulitan • Siswa menyadari kemampuan yang dimilikinya sehingga 16 Sering
belajar siswa tumbuh keberanian untuk melakukan sesuatu yang positif. Kadang-
• Siswa berani tampil dan tidak merasa malu di hadapan umum. 17 kadang
• Siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Jarang
masalah yang dihadapinya. 18 Tidak pernah
• Siswa tidak mengeluh setiap menghadapi permasalah-an yang
dianggap sulit atau rumit (misalnya menghadapi soal-soal 19
sulit)

harrydfauzi@gmail.com 47
Variabel Subvariabel Indikator Nomor Parameter
• Siswa memiliki kesanggupan untuk menyelesaikan masalah 20
sendiri.

harrydfauzi@gmail.com 48
D. Pengumpulan Data dan Analisis Data

Dalam menganalisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang

diawali dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk

distribusi frekwensi dan histogramnya serta menentukan persamaan

regensinya. Pengujian data penelitian meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa data

yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka penulis menggunakan

uji normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan berdistribusi

normal atau tidak, melalui uji Lilifors dengan menentukan nilai Lo seperti

rumus di bawah ini.

Lo = | F(z) – S(z) |

Hasil perhitungan tersebut lalu dibandingkan dengan nilai L1 dari

tabel Lilifors jika Lo < L1, maka sampel berasal dari populasi berdistribusi

normal.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data yang

dianalisis berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam pengujian

ini menggunakan uji Bearlet, dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut.

χ2 = (ln lo { B – (∑ db log S12)}

harrydfauzi@gmail.com 49
Untuk taraf nyata α = 0.05 kemudian kita bandingkan dengan nilai

pada tabel. Jika χ2hitung < χ2tabel, maka sampel berasal dari populasi

homogen.

3. Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi

Untuk memperoleh estimasi dan signifikan data yang diperoleh

dilakukan dengan analisis statistik univariat. Analisis Univariat ini

dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi tentang masing-masing variabel,

sedangkan analisis bivariat untuk meng-ungkapkan signifikan kualitas

hubungan dan korelasi dua variabel.

Berdasarkan harga statistik yang diperoleh, dapat disimpul-kan erat

tidaknya tingkat hubungan antara ketiga variabel termasuk besar kecilnya

kontribusi antara variabel tersebut.

Untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel, maka penulis

menggunakan uji keberartian koefisieni Korelasi (Uji-t) sebagai berikut:

r n−2
t=
1− r2

Harga t selanjutnya dibandingkan antara ttabel dengan taraf

signifikansi 0.05 dan (n-2). Apabila thitung > ttabel, maka koefisiensi korelasi

signifikan (berarti). Untuk mengetahui koefisien determinasi variansi,

variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas melalui regresi linier

adalah dengan mengkuadratkan nilai t.

harrydfauzi@gmail.com 50
Untuk menentukan koefisien korelasi parsial digunakan rumus sebagai

berikut.

ry1 − {ry 2 x r12 }


ry12 =
{1 − r }{1 − r }
y2
2
12
2

Regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh nilai

variabel dependen bila variabel independen diubah. Sugiyono

mengemukakan bahwa regresi digunakan untuk menganalisis antara satu

variabel dengan variabel yang lain secara konseptual mempunyai hubungan

kausal atau fungsional.

Uji sinifikan regresi dilakukan dengan menggunakan persamaan

berikut.

JK(reg)
Fh =
JK(S)/(n − 2)

Harga Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, apabila Fhitung > Ftabel maka

koefisien regresi signifikan dan pengujian linieritas regresi harus dilakukakn

dengan menggunakan persamaan:

JK(TC)/(k - 2)
Fh =
JK(G)/(n − k)

harrydfauzi@gmail.com 51
Kemudian hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dan apabila Fhitung

< Ftabel, maka koefesian regresi linier. Selanjut-nya uji signifikansi regresi

ganda dilakukan dengan meng-gunakan persamaan:

JK(reg)/2
Fh =
JK(S)/(n − 3)

Setelah Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dan apabila Fhitung > Ftabel, maka

koefisien regresi ganda signifikan.

F. Hipotesis Statistik

Hipotesis stratistik penelitian tingkat pemahaman guru SD terhadap

Bimbingan Konseling sebagai faktor yang mempengaruhi peningkatan

prestasi belajar siswa SD Negeri 1 Pawenang, Kecamatan Cianjur,

Kabupaten Cianjur ini adalah sebagai berikut.

1) Ho : ρy = O artinya pengetahuan dan pemahaman guru tentang

bimbingan dan konseling bukan me-rupakan faktor

yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi

belajar siswa.

2) H1 : ρy > O artinya tingkat pengetahuan dan pemahaman guru

tentang bimbingan dan konseling merupa-kan faktor

yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar

siswa

Keterangan:

harrydfauzi@gmail.com 52
ρy1 = Koefisien korelasi antara X1 dengan Y

Bab IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Tujuan utama penelitian ni adalah mengungkapkan adanya pengaruh

antara pengetahuan dan pemahaman guru tentang bimbingan dan konseling

dan pembinaan prestasi belajar siswa sekolah dasar di SDN 1 Pawenang,

kecamatan Cianjur. Hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan data

sebagai berikut.

1. Data Pemahaman Guru atas Bimbingan dan Konseling

Data penelitian tentang pemahaman guru atas bimbing-an dan

konseling pada sampel 17 orang guru SD Negeri 1 Pawenang,

Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, yang berhasil dikumpulkan

dengan menggunakan instrumen pene-litian memiliki rentang skor

teoritis antara 20 sampai dengan 100. Rentang skor teoritis ini diperoleh

dari jumlah item yang terdapat dalam instrumen penelitian sebanyak 20

item yang disusun berdasarkan skala model Likert, yakni:

a. untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5;

b. untuk jawaban Sering (S) diberi skor diberi skor 4;

c. untuk jawaban Kadang-kadang (K) diberi skor 3;

harrydfauzi@gmail.com 53
d. untuk jawaban Jarang (J) diberi skor diberi skor 2; dan

e. untuk jawaban Tidak Pernah (TP) diberi skor 1.

Berdasarkan data penelitian, skor empiris yang diperoleh adalah

48 – 77 dengan rentang 29. Skor rata-rata pemahaman tentang

bimbingan dan konseling yang diperoleh adalah 63,6 dengan standar

deviasi sebesar 8,72 dan modus sebesar 72 serta median 63. Banyak

kelas yang diambil adalah 6 dan panjang kelasnya adalah 5.

Data tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Pemahaman Guru tentang Bimbingan


dan Konseling (X)

Frekuensi Frekuensi Frekuensi


No Interval Kelas
Absolut Relatif (%) Kumulatif

1 48 - 52 2 11,765 11,765

2 53 - 57 2 11,765 23,529

3 58 - 62 4 23,529 47,058

4 63 - 67 4 23,529 70,587

5 68 - 72 2 11,765 82,353

6 73 - 77 3 17,647 100

JUMLAH 17 100 100

Agar lebih jelas, penyajian data di atas ditampilkan dalam

bentuk histogram sebagai berikut.

harrydfauzi@gmail.com 54
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
49,5 54,5 59,5 64,5 69,5 74,5

Gambar 4.1:
Histogram sebaran data variabel Pemahaman Guru tentang
Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan skor teoritis yang dikemukakan di atas, bahwa skor

terendah adalah 48 dan skor teringgi adalah 77, maka diperoleh nilai

tengah teoritis yaitu 60 dan nilai tengah empiris adalah 63. Dengan

demikian, data tersebut menunjukkan bahwa pemahaman guru tentang

Bimbingan dan Konseling memiliki kategori baik karena di atas rata-

rata nilai tengah 63.

2. Data Pembinaan Belajar Siswa

Data penelitian tentang pembinaan belajar siswa SD Negeri 1

Pawenang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, yang berhasil

dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian memiliki

rentang skor teoritis antara 20 sampai dengan 100. Rentang skor teoritis

ini diperoleh dari jumlah item yang terdapat dalam instrumen penelitian

sebanyak 20 item yang disusun berdasarkan skala Likert, yakni:

harrydfauzi@gmail.com 55
a. untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5;

b. untuk jawaban Sering (S) diberi skor diberi skor 4;

c. untuk jawaban Kadang-kadang (K) diberi skor 3;

d. untuk jawaban Jarang (J) diberi skor diberi skor 2; dan

e. untuk jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1.

Berdasarkan data penelitian, skor empiris yang diperoleh adalah

56 – 75 dengan rentang 19. Skor rata-rata pembinaan belajar siswa

yang diperoleh adalah 64,76 dengan standar deviasi sebesar 5,82 dan

modus sebesar 67 serta median 65. Banyak kelas yang diambil adalah 4

dan panjang kelasnya adalah 5.

Data tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Sikap profesional Guru (Y)

Frekuensi Frekuensi Frekuensi


No Interval Kelas
Absolut Relatif (%) Kumulatif

1 56 - 60 4 23,529 23,529

2 61 - 65 5 29,412 52,941

3 66 - 70 5 29,412 82,353

4 71 - 75 3 17,647 100

JUMLAH 17 100 100


Agar lebih jelas, penyajian data di atas ditampilkan dalam

bentuk histogram sebagai berikut.

harrydfauzi@gmail.com 56
6
5

4
3
2

1
0
57,5 62,5 67,5 72,5

Gambar 4.1:

Histogram sebaran data variabel Pembinaan Belajar Siswa

Berdasarkan skor teoritis yang dikemukakan di atas, bahwa skor

terendah adalah 56 dan skor teringgi adalah 75, maka diperoleh nilai

tengah teoritis yaitu 60 dan nilai tengah empiris adalah 65. Dengan

demikian, data tersebut menunjuk-kan bahwa pembinaan belajar siswa

memiliki kategori baik karena di atas rata-rata nilai tengah 60.

3. Data Hasil Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pengumpulan data, yakni antara

bulan Agustus 2004 sampai dengan Oktober 2004, atau lebih kurang

selama tiga bulan.

Jumlah Jumlah Guru yang


Kompon

No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak


en

diamati nakan kadang Pernah

harrydfauzi@gmail.com 57
Jumlah Jumlah Guru yang

Kompon
No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak

en
diamati nakan kadang Pernah
1 Membuat rencana
bimbingan dan kon-
17 2 5 10
seling siswa secara
khusus
2 Membuat renaca bim-
bingan dan konseling
17 2 6 9
secara terintegrasi de-
ngan mata pelajaran
3 Melaksanakan
bimbingan secara 17 5 7 5
khusus
4 Melaksanakan bim-
bingan sambil mem- 17 13 3 1
berikan pembelajaran
Komponen Guru

5 Melaksanakan bim-
bingan dalam kegiat-an 17 6 2 9
ekstrakurikuler
6 Melaksanakan bim-
bingan khusus atas dasar 17 0 2 15
studi kasus
7 Melaksanakan pene-
litian tentang per- 17 0 0 17
kembangan siswa
8 Membuat pemetaan
17 6 6 5
kerawanan kelas
9 Membuat analisis
perkembangan pri-badi 17 12 5 0
siswa
10 Membuat laporan
pelaksanaan bim-bingan 17 6 6 5
dan konseling
Jumlah 170 52 42 76

harrydfauzi@gmail.com 58
Jumlah Guru yang
Kompon
Jumlah
No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
en

diamati nakan kadang Pernah


11 Siswa memperlihat-kan
perkembangan 12 *) 4 5 3
kemampuan belajar
Komponen Siswa

12 Siswa menunjukkan
12 5 5 2
semangat dalam belajar
13 Siswa menunjukkan
12 5 4 3
hasil belajar yang baik
14 Siswa meningkat daya
12 5 2 5
ciptanya
15 Siswa berani tampil di
12 2 4 6
muka umum
Jumlah 48 21 20 19

*) Jumlah kelas I sampai dengan kelas VI

B. Analisis Data Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui normalitas data maka dipergunakan teknik

uji linieritas sederhana. Uji taksiran galat regresi Y atas X dimaksudkan

untuk mengetahui apakah galat taksiran refresi Y atas X berdistribusi

normal atau tidak. Kriteria peng-ujian adalah apabila F (Zi) - S (Zi)

terbesar yang disimbulkan dengan L lebih kecil dari Ltab dengan taraf

signifikasi 0,05, maka HO yang menyatakan bahwa skor berasal dari

sampel yang berdistribusi normal.

harrydfauzi@gmail.com 59
Dari perhitungan diperoleh nilai Lo = 0,0714 dengan n = 17

dengan taraf signifikansi 5% diperoleh L1 = 0,0809. Karena L1 =

0,0714 < dari Lo = 0,809 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi

populasi dinyatakan normal.

Adapun rekapitulasi perhitungan uji normalitas galat taksiran

dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Galat taksiran

Ltab
Galat taksiran N Lhitung Keterangan
(0,05)

Reg Y atas X 17 0,0714 0,0809 Normal

Keterangan :
Y = Pembinaan Belajar Siswa
X = Pemahaman Guru tentang Bimbingan dan Konseling

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa populasi berdistribusi

normal karena Lhitung lebih kecil dari Ltabel dengan taraf signifikan 0.05.

2. Uji Homogenitas Varian

Uji homogenitas varian dimaksudkan untuk mengetahui

homogenitas varian antara kelompok-kelompok skor Y yang

dikelompokkan atas persamaan X. Uji homogenitas varian dilaksanakan

dengan uji Bearlet yang mempergunakan uji Chi Kuadrat. Kriteria yang

dipergunakan diterima HO apabila χ2hitung lebih kecil atau sama dengan

χ2tabel pada taraf signifikansi 0,05.

harrydfauzi@gmail.com 60
Proses pengujian yang di tempuh pertama-tama dengan cara

mengelompokan data Y berdasarkan kesamaan data X1 selanjutnya

dihitung χ2hitung.

Berdasarkan hasil perhitungan untuk pengujian homo-genitas

varians pembinaan belajar siswa (Y) atas pemahaman guru tentang

bimbingan dan konseling (X) diperoleh nilai hitung χ2hitung = 3,471

lebih kecil dari χ2tabel = 19,675 untuk 0,05 dengan dk 11, sehingga Ho

diterima. Ini berarti varian Y atas X adalah homogen.

3. Regresi Sederhana antara Variabel X dan Y

Penghitungan regresi sederhana ini dilakukan untuk me-lihat

ada atau tidaknya hubungan antara variabel pemahaman guru tentang

bimbingan dan konseling (X) dan pembinaan bimbingan belajar siswa

(Y).

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan meng-gunakan

SPSS 11.0 for Windows diperoleh hasil berikut.

ANOVA --> Y = 0,211 + 1,008 X


Sum of Mean
df F Sig. Ftab
Squares Square

Regression 334,341 1 334,341 24,261 0,026 6,189

Residual 206,718 15 13,781

Total 541,059 16

Tuna
147,718 9 12,310 0,626 0,758
Cocok

harrydfauzi@gmail.com 61
Galat 59,000 8 19,667

a. Predictors: (Constant), Pemahaman Guru tentang Bimbingan


dan Konseling.
b. Dependent Variable: Pembinaan Belajar Siswa
c. Sum of Square : Jumlah kuadrat
d. df : derajat kebebasan
e. Mean Square : Rata-rata jumlah kuadrat
f. F hasil perhitungan
g. Ftabel pada taraf signifikansi 0,000
h. Regresi sangat signifikan karena Fhitung (24,261) > Ftabel 6,189

Berdasarkan hasil uji signifikansi dan linearitas di atas

menunjukkan bahwa harga Fhitung regresi diperoleh sebesar 24,261

sedangkan harga Ftabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 16 pada

taraf signifikan 0,05 sebesar 6,189 ternyata Fhitung regresi lebih besar

dari harga Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y

atas X1 sangat berarti pada taraf signifikansi 0,05.

Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,626

sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 9 dan dk penyebut 8 pada taraf

signifikansi 0,05 sebesar 5,47. Ternyata Fhitung tuna cocok lebih kecil

dari Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa regresi Y terhadap X adalah

Linier.

Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan

skor tingkat pendidikan guru akan menyebabkan kenaikan sebesar

1,008 pada konstanta 0,211.

harrydfauzi@gmail.com 62
Kekuatan hubungan antara bimbingan belajar siswa (X) dengan

pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling (Y) ditunjukkan

oleh koefisien korelasi ryt = 0,0113.

Uji Signifikansi Koefsien Korelasi antara Pengetahuan Guru tentang


Bimbingan dan Konseling (X) dan Bimbingan Belajar Siswa (Y)

ttabel
Korelasi Koefisien Koefisien
thitung α
Antara Korelasi Determinasi α =0,05
=0,01
X dan Y 0,0113 0,592 4,952** 2,120 2,921
** Koefisien korelasi signifikan (thit = 4,952 > ttab = 2,120)

Harga thitung diperoleh 4,952 sedangkan dari tabel ditribusi

student “t” dengan dk 16 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh t sebesar

1,66 Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan

bahwa variasi variabel Y dapat dijelaskan oleh X1 sebesar 59,2%.

Berdasarkan uji signifikansi koefisien korelasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara bimbingan belajar siswa

(X) dengan pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling (Y)

sebesar 0,0113 adalah sangat signifikan. Dengan demikian terhadap

hubungan positif antara bimbingan belajar siswa (X) dengan

pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling (Y) atau dengan

kata lain makin tinggi tingkat pemahaman dan pengetahuan guru

tentang bimbingan dan konseling makin tinggi juga keberhasilan

bimbingan dan pembinaan belajar siswa.

4. Analisis Hasil Pengamatan

harrydfauzi@gmail.com 63
Hasil pengamatan yang dilakukan mengacu kepada dua

komponen, yakni komponen guru sebagai figur pelaksana bimbingan

dan konseling di sekolah, serta komponen siswa yang dikenai perlakuan

bimbingan. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, dapat

dilakukan analisis sebagai berikut.

a. Komponen Guru

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
diamati nakan kadang Pernah
1 Membuat rencana bim-
bingan dan konseling 17 2 5 10
siswa secara khusus

Dari 17 orang guru yang diamati, ternyata hanya 2 orang guru yang

membuat rencana bimbingan dan konseling secara khusus, 5 orang

kadang-kadang membuatnya, dan 10 orang tidak pernah membuat

perencanaan bimbingan dan konseling.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
diamati nakan kadang Pernah
2 Membuat rencana
bimbingan dan konse-
17 2 6 9
ling secara terintegrasi
dengan mata pelajaran

Dari 17 orang guru yang diamati, ternyata hanya 2 orang guru yang

membuat rencana bimbingan dan konseling secara ter-integrasi dengan

mata pelajaran, 5 orang kadang-kadang saja membuatnya, dan 9 orang

lainnya tidak pernah membuatnya.

harrydfauzi@gmail.com 64
Jumlah Jumlah Guru yang
No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
diamati nakan kadang Pernah
3 Melaksanakan bimbing-
17 5 7 5
an secara khusus

5 orang guru melaksanakan bimbingan secara khusus kepada siswanya,

7 orang kadang-kadang melaksanakan bimbingan secara khusus, dan 5

orang lainnya sama sekali tidak pernah melaksanakan bimbingan secara

khusus.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
diamati nakan kadang Pernah
4 Melaksanakan bimbing-
an sambil memberikan 17 13 3 1
pembelajaran

13 orang guru ternyata melaksanakan bimbingan sambil me-laksanakan

tugasnya memberikan pembelajaran, 3 orang guru kadang-kadang saja

melakukannya, dan hanya 1 orang guru yang tidak pernah melakukan

bimbingan sambil melaskanakan pembelajaran.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
diamati nakan kadang Pernah
5 Melaksanakan bimbing-
an dalam kegiatan 17 6 2 9
ekstrakurikuler

Dari 17 orang guru ada 6 orang guru yang melaksanakan bimbingan

dalam kegiatan ekstrakurikuler, 2 orang guru kadang-kadang membina

harrydfauzi@gmail.com 65
kegiatan ekstrakurikuler, dan 9 orang guru lainnya tidak pernah

melakukan kegiatan pembinaan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
diamati nakan kadang Pernah

6 Melaksanakan bim-
bingan khusus atas dasar 17 0 2 15
studi kasus

Dari 17 orang guru kelas dan guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani

serta Pendidikan Agama, tidak seorang pun yang melakukan bimbingan

khusus atas dasar studi kasus, kemudian 2 orang melakukannya kadang-

kadang saja, dan 15 orang sama sekali tidak pernah melakukan studi

kasus serta bimbingannya.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
diamati nakan kadang Pernah
7 Melaksanakan peneliti-
an tentang perkembang- 17 0 0 17
an siswa

Seluruh guru sama sekali tidak pernah melakukan penelitian tentang

perkembangan siswa secara khusus bagi kepentingan bimbingan dan

konseling.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
diamati nakan kadang Pernah
8 Membuat pemetaan
17 6 6 5
kerawanan kelas

harrydfauzi@gmail.com 66
6 orang guru kelas membuat pemetaan kerawanan kelas sesuai dengan

keadaan kelas yang dibimbingnya, 6 orang guru lainnya kadang-kadang

saja membuat pemetaan kerawanan kelasnya, sedangkan 5 orang guru

sama sekali tidak pernah membuatnya karena memang tidak memegang

kelas, termasuk guru Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Agama.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
diamati nakan kadang Pernah
9 Membuat analisis
perkembangan pribadi 17 12 5 0
siswa

12 orang guru ternyata membuat analisis perkembangan pribadi siswa

berdasarkan kelas yang dipegangnya, sedangkan 5 guru lain kadang-

kadang saja membuat analisis perkembang-an pribadi siswa sesuai

dengan mata pelajaran yang dipegang-nya.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Melaksa- Kadang- Tidak
diamati nakan kadang Pernah
10 Membuat laporan
pelaksanaan bim-bingan 17 6 6 5
dan konseling

Dari 17 orang guru, hanya 6 orang yang selalu membuat laporan

pelaksanaan bimbingan dan konseling secara tetap, 6 guru lainnya

kadang-kadang saja membuat, dan 5 guru lainnya tidak pernah

membuat laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

b. Komponen Siswa

harrydfauzi@gmail.com 67
Pengamatan atas komponen siswa dilakukan secara klasikal sehingga

jumlah kelas yang diamati adalah 12 kelas yang terdiri atas masing-

masing dua kelas untuk setiap tingkatan dari kelas I hingga kelas VI.

Hasil pengamatan tersebut dapat dianalisis sebagai berikut.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Memper- Kadang- Tidak
diamati lihatkan kadang Pernah

11 Siswa memperlihatkan
perkembangan 12 4 5 3
kemampuan belajar

Dari 12 kelas yang diamati, hanya 4 kelas saja yang siswanya

memperlihatkan perkembangan kemampuan belajar, sedang-kan 5 kelas

lainnya kadang-kadang saja menunjukkan perkembangan kemampuan

belajar dan 3 kelas bahkan sama sekali tidak pernah menunjukkan

perkembangan kemampuan belajar yang baik.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Memper- Kadang- Tidak
diamati lihatkan kadang Pernah

12 Siswa menunjukkan
12 5 5 2
semangat dalam belajar

Siswa pada 5 kelas menunjukkan semangat tinggi dalam belajar, 5 kelas

lainnya kadang-kadang saja, dan 2 kelas siswa bahkan tidak

memperlihatkan semangat belajar yang baik.

No Aspek yang Diamati Jumlah Jumlah Guru yang

harrydfauzi@gmail.com 68
Memper- Kadang- Tidak
lihatkan kadang Pernah
13 Siswa menunjukkan
12 5 4 3
hasil belajar yang baik

Dari 12 kelas yang diamati, 5 kelas siswa menunjukkan hasil belajar

yang baik, 4 kelas lainnya tidak konsisten menunjuk-kan hasil belajar

yang baik, dan 3 kelas lainnya tidak pernah menunjukkan hasil belajar

yang baik.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Memper- Kadang- Tidak
diamati lihatkan kadang Pernah

14 Siswa meningkat daya


12 5 2 5
ciptanya

5 kelas siswa memperlihatkan peningkatan daya cipta yang cukup

signifikan berdasarkan hasil karya yang dibuatnya, 2 kelas kadang-

kadang saja menunjukkan peningkatan ini, dan 5 kelas lainnya tidak

pernah memperlihatkan peningkatan daya cipta.

Jumlah Jumlah Guru yang


No Aspek yang Diamati yang Memper- Kadang- Tidak
diamati lihatkan kadang Pernah

15 Siswa berani tampil di


12 2 4 6
muka umum

Siswa pada 2 kelas yang diamati memperlihatkan keberanian tampil di

muka umum pada konteks kegiatan tertentu, 4 kelas lainnya kadang-

kadang saja, dan 6 kelas lainnya tida berani tampil di muka umum.

C. Pembahasan Hasil Analisis

harrydfauzi@gmail.com 69
Berdasarkan hasil uji signifikansi dan linearitas di atas

menunjukkan bahwa harga Fhitung regresi diperoleh sebesar 24,261

sedangkan harga Ftabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 16 pada

taraf signifikan 0,05 sebesar 6,189 ternyata Fhitung regresi lebih besar dari

harga Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y atas X1

sangat berarti pada taraf signifikansi 0,05.

Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,626

sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 9 dan dk penyebut 8 pada taraf

signifikansi 0,05 sebesar 5,47. Ternyata Fhitung tuna cocok lebih kecil dari

Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa regresi Y terhadap X adalah Linier.

Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan

skor tingkat pendidikan guru akan menyebabkan kenaikan sebesar 1,008

pada konstanta 0,211.

Kekuatan hubungan antara bimbingan belajar siswa (X) dengan

pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling (Y) ditunjukkan oleh

koefisien korelasi ryt = 0,0113.

Uji Signifikansi Koefsien Korelasi antara Pengetahuan Guru tentang


Bimbingan dan Konseling (X) dan Bimbingan Belajar Siswa (Y)

harrydfauzi@gmail.com 70
ttabel
Korelasi Koefisien Koefisien
thitung α
Antara Korelasi Determinasi α =0,05
=0,01
X dan Y 0,0113 0,592 4,952** 2,120 2,921
** Koefisien korelasi signifikan (thit = 4,952 > ttab = 2,120)

Harga thitung diperoleh 4,952 sedangkan dari tabel ditribusi student

“t” dengan dk 16 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh t sebesar 1,66 Oleh

karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan bahwa variasi

variabel Y dapat dijelaskan oleh X sebesar 59,2%.

Berdasarkan uji signifikansi koefisien korelasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara bimbingan belajar siswa (X)

dengan pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling (Y) sebesar

0,0113 adalah sangat signifikan. Dengan demikian terhadap hubungan

positif antara bimbingan belajar siswa (X) dengan pengetahuan guru

tentang bimbingan dan kon-seling (Y) atau dengan kata lain makin tinggi

tingkat pemahaman dan pengetahuan guru tentang bimbingan dan

konseling makin tinggi juga keberhasilan bimbingan dan pembinaan belajar

siswa.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa

kemampuan dan pemahaman guru tentang bimbingan dan konseling yang

diimplementasikan melalui tindakan sehari-hari ternyata berada pada tahap

rata-rata. Berdasarkan rata-rata yang diperoleh jumlah guru yang

melaksanakan fungsi-fungsi bimbing-an dan konseling secara konsisten

harrydfauzi@gmail.com 71
52
adalah 52 orang guru dari jumlah 170 guru atau sebesar x 100 % =
170

30,59 %, sedangkan sebesar 42 orang (24,71 %) melakukannya kadang-

kadang saja, dan 76 orang lainnya (44,71 %) tidak melakukan tugas dan

fungsinya dalam bimbingan dan konseling.

Berdasarkan hasil pengamatan ini dapat dilihat bahwa kemampuan

pemahaman dan tingkat pengetahuan guru SD terhadap bimbingan dan

konseling masih berada pada tahap rata-rata meskipun dalam pengujian

regresi sudah menunjukkan linearitas yang cukup baik.

D. Pembuktian Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah

Ho : ρy = O artinya pengetahuan dan pemahaman guru tentang

bimbingan dan konseling bukan merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

H1 : ρy > O artinya tingkat pengetahuan dan pemahaman guru tentang

bimbingan dan konseling merupakan faktor yang mempengaruhi

peningkatan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pengujian statistik dengan menggunakan uji regresi linear

dapat dibuktikan hal-hal sebagai berikut.

1. Harga Fhitung regresi diperoleh sebesar 24,261 sedangkan harga Ftabel

dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 16 pada taraf signifikan 0,05

sebesar 6,189 ternyata Fhitung regresi lebih besar dari harga Ftabel, maka

harrydfauzi@gmail.com 72
dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y atas X1 sangat berarti

pada taraf signifikansi 0,05.

2. Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,626

sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 9 dan dk penyebut 8 pada taraf

signifikansi 0,05 sebesar 5,47. Ternyata Fhitung tuna cocok lebih kecil

dari Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa regresi Y terhadap X adalah

Linier.

3. Persamaan regresi yang diperoleh menunjukkan Y = 0,211 + 1,008 X

yang berarti setiap kenaikan skor tingkat pemahaman guru tentang

bimbingan dan konseling akan menyebabkan kenaikan hasil pembinaan

dan bimbingan belajar siswa sebesar 1,008 pada konstanta 0,211.

4. Harga thitung yang diperoleh adalah 4,952 sedangkan dari tabel ditribusi

student “t” dengan dk 16 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh t sebesar

1,66 Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel (4,952 > 1,66) maka dapat

disimpulkan bahwa variasi variabel Y dapat dijelaskan oleh X sebesar

59,2%.

Atas dasar pembuktian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak

yang berarti tingkat pengetahuan dan pemahaman guru tentang bimbingan

dan konseling merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan

pembinaan prestasi belajar siswa.

Bab V

harrydfauzi@gmail.com 73
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian terhadap guru-guru SD Negeri 1 Pawenang, Kecamatan

Cianjur, ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel determinan yang

mempengaruhi terhadap pembinaan dan bimbingan belajar siswa

khususnya yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman

guru terhadap bimbingan dan konseling. Berdasarkan data yang

dikumpulkan dari 17 guru, kemudian diolah dengan mempergunakan

teknik regresi dan korelasi dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Peran dan tugas guru kelas (serta guru Pendidikan Jasmani dan

Pendidikan Agama) dalam melaksanakan bimbingan dan konseling

dilakukan secara terintegrasi dalam tugas sehari-hari guru sebagai

tenaga pengajar.

2. Faktor yang menentukan keberhasilan guru dalam melaksana-kan tugas

bimbingan dan konseling terutama terletak pada tingkat pengetahuan

dan pemahaman guru tersebut atas bimbingan dan konseling tersebut.

3. Tingkat pengetahuan dan pemahaman guru atas bimbingan dan

konseling akan menentukan keberhasilan guru tersebut dalam

melaksanakan proses bimbingan dan pembinaan prestasi belajar siswa

secara keseluruhan. Dengan kata lain, tingkat pengetahuan dan

pemahaman guru terhadap bimbingan dan konseling ini merupakan

harrydfauzi@gmail.com 74
faktor yang menentukan keberhasilan pembinaan dan bmbingan belajar

siswa.

4. Pengujian yang dilakukan atas data yang diperoleh dari hasil penelitian

membuktikan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal dan

berasal dari data yang homogen. Hal ini dijelaskan oleh pengujian

homogenitas varians pembinaan belajar siswa (Y) atas pemahaman

guru tentang bimbingan dan konseling (X) diperoleh nilai hitung χ2hitung

= 3,471 lebih kecil dari χ2tabel = 19,675 untuk 0,05 dengan dk 11,

sehingga Ho diterima. Ini berarti varian Y atas X adalah homogen.

5. Harga Fhitung regresi diperoleh sebesar 24,261 sedangkan harga Ftabel

dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 16 pada taraf signifikan 0,05

sebesar 6,189 ternyata Fhitung regresi lebih besar dari harga Ftabel, maka

dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y atas X1 sangat berarti

pada taraf signifikansi 0,05.

6. Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,626

sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 9 dan dk penyebut 8 pada taraf

signifikansi 0,05 sebesar 5,47. Ternyata Fhitung tuna cocok lebih kecil

dari Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa regresi Y terhadap X adalah

Linier.

7. Persamaan regresi yang diperoleh menunjukkan Y = 0,211 + 1,008 X

yang berarti setiap kenaikan skor tingkat pemahaman guru tentang

bimbingan dan konseling akan menyebabkan kenaikan hasil pembinaan

dan bimbingan belajar siswa sebesar 1,008 pada konstanta 0,211.

harrydfauzi@gmail.com 75
8. Harga thitung yang diperoleh adalah 4,952 sedangkan dari tabel ditribusi

student “t” dengan dk 16 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh t sebesar

1,66 Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel (4,952 > 1,66) maka dapat

disimpulkan bahwa variasi variabel Y dapat dijelaskan oleh X sebesar

59,2%.

B. Saran

Berdasarkan temuan hasil penelitian dikaitkan dengan tujuan

penelitian dan tuntutan perkembangan, pola manajemen pendidikan

khususnya yang terkait dengan kemampuan dan kom-petensi guru yang

mengisyaratkan terselenggaranya pola penge-lolaan belajar yang

akuntabel, terbuka, tematis, dan kontekstual, maka penulis menyarankan

sebagai berikut.

1. Seorang guru adalah sosok yang harus memiliki visi tepat yang

mampu mengakomodasikan tuntutan normatif, harapan anak didik,

orang tua dan masyarakat juga mampu meng-antisipasi perkembangan

global.

2. Sebagai sosok profesional, guru hendaknya menguasai bukan sekedar

materi pembelajaran dan strategi belajar mengajar belaka, tetapi juga

harus memiliki kemampuan dalam mengelola bimbingan dan

konseling yang sesungguhnya merupakan substansi dari pendidikan

itu sendiri.

3. Sikap profesional yang proporsional hanya akan dicapai oleh

peningkatan pembinaan dan pemberdayaan baik yang dilaku-kan

harrydfauzi@gmail.com 76
secara formal melalui jalur kedinasan maupun pember-dayaan diri.

Karena di lingkungan dinas pendidikan upaya pemberdayaan diri

relatif belum memuaskan, padahal inti dari semua pengembangan

kemampuan profesional seorang kepala sekolah akan berpulang

kepada dirinya sendiri.

4. Tingkat pendidikan bagaimanapun juga sangat berpengaruh terhadap

perkembangan perilaku dan sikap profesional guru. oleh sebab itu,

sangat disarankan kepada rekan-rekan guru yang masih belum

mengembangkan diri dalam peningkatan pendidikan formal dapat

segera meraih kesempatan yang ada sehingga profesionalitas guru

akan semakin dihargai dan memperoleh imbalan yang yang relatiof

lebih baik.

5. Kepada rekan-rekan yang akan mengadakan penelitian dengan fokus

masalah yang sama, disarankan untuk meneliti dan mencari variabel

yang lain yang dianggap lebih diterima dan strategis.

harrydfauzi@gmail.com 77

You might also like