You are on page 1of 9

Rumaysho.

com Suatu Bangsa Tidak Akan Bahagia Jika Dipimpin Wanita

Pemimpin Wanita dalam Tinjauan Islam


Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa sallam.

Mungkin sebagian orang masih ragu mengenai masalah ini. Ada yang masih ngotot bahwa pemimpin
boleh-boleh saja dari kaum wanita. Bupati, Gubernur dan Presiden boleh saja dari wanita. Namun tentu
saja yang menjadi hakim dalam pro-kontra yang ada adalah bukanlah hawa nafsu. Kalau dengan hawa
nafsu, maka semua akan berbicara seenaknya berbicara sendiri. Allah dan Rasul-Nya lah sebaik-baik
hakim dalam masalah ini.

Oleh karena itu, dalam tulisan kali ini kami ingin meluruskan persepsi sebagian orang mengenai hal ini.
Namun, kami bukan maksud membela golongan tertentu atau meremehkan mereka. Tidak sama sekali.
Yang kami sajikan hanyalah perkataan Allah dan Rasul-Nya (dari Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam), bukan pendapat si A dan si B yang bisa saja salah. Semoga Allah memberi taufik pada
siapa saja yang membaca tulisan ini.

Dalam Al Qur’an, Kaum Laki-laki adalah Pemimpin bagi Kaum Wanita

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

ْ‫انشِّجَبلُ قَىَّايُىٌَ عَهًَ انُِّسَبءِ ثًَِب فَضَّمَ انهَُّّ ثَعِضَهُىِ عَهًَ ثَعِضٍ وَثًَِب أََِفَقُىا يٍِِ أَيِىَانِهِىِ فَبنصَّبنِذَبدُ قَبَِزَبدْ دَبفِظَبد‬
‫ضشِثُىٍَُّْ فَإٌِْ أَطَعَُِكُىِ فَهَب رَجِغُىا‬
ِ ‫ٍُ فِي انًَْضَبجِعِ وَا‬
َّ ْ‫جشُو‬
ُ ِْ‫نِهْغَِيتِ ثًَِب دَفِظَ انهَُّّ وَانهَّبرِي رَخَبفُىٌَ َُشُىصٍََُّْ فَعِظُىٍَُّْ وَا‬
‫عَهَيِهٍَِّ سَجِيهًب إٌَِّ انهََّّ كَبٌَ عَهِيِّب كَجِريّا‬

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. An Nisaa' : 34)

1
Rumaysho.com Suatu Bangsa Tidak Akan Bahagia Jika Dipimpin Wanita

Bagaimana maksud ayat ini menurut para ulama yang mendalam ilmunya?

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim mengatakan mengenai ’ar rijaalu qowwamuna ’alan nisaa’, maksudnya
adalah laki-laki adalah pemimpin wanita. (Ad Darul Mantsur, Jalaluddin As Suyuthi)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Laki-lakilah yang seharusnya mengurusi kaum wanita. Laki-laki
adalah pemimpin bagi kaum wanita, sebagai hakim bagi mereka dan laki-lakilah yang meluruskan
apabila wanita menyimpang dari kebenaran. Lalu ayat (yang artinya), ’Allah melebihkan sebagian mereka
dari yang lain', maksudnya adalah Allah melebihkan kaum pria dari wanita. Hal ini disebabkan karena laki-
laki adalah lebih utama dari wanita dan lebih baik dari wanita. Oleh karena itu, kenabian hanya khusus
diberikan pada laki-laki, begitu pula dengan kerajaan yang megah diberikan pada laki-laki. Hal ini
berdasarkan sabda Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, ”Suatu kaum itu tidak akan bahagia apabila mereka
menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita.” Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dari hadits
'Abdur Rohman bin Abu Bakroh dari ayahnya. (Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim pada tafsir surat An Nisaa’
ayat 34)

Asy Syaukani rahimahullah juga mengatakan bahwa maksud ’qowwamuna’ dalam ayat ini: laki-laki
seharusnya yang jadi pemimpin bagi wanita. (Fathul Qodir pada tafsir surat An Nisaa’ ayat 34)

Syaikh 'Abdur Rahman bin Nashir As Sa'di rahimahullah berkata, "Kaum prialah yang mengurusi kaum
wanita agar wanita tetap memperhatikan hak-hak Allah Ta'ala yaitu melaksanakan yang wajib,
mencegah mereka dari berbuat kerusakan. Kaum laki-laki (baca: suami) berkewajiban pula mencari
nafkah, pakaian dan tempat tinggal bagi kaum wanita." (Taisir Karimir Rahman)

Dalam surat An Nisaa’ ayat 34 juga terdapat dalil lain yang menunjukkan bahwa laki-laki adalah
pemimpin wanita yaitu pada ayat:

‫فَإٌِْ أَطَعَُِكُىِ فَهَب رَجِغُىا عَهَيِهٍَِّ سَجِيهًب‬

”Kemudian jika mereka (para istri) mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya.”

Ayat di atas menunjukkan bahwa istri harus menaati suaminya, bukan sebaliknya suami harus mentaati
istri. (Tafsir Al Qur’an Lil Utsaimin, 5/81, Mawqi’ Al ’Allamah Al Utsaimin)

Jika laki-laki adalah pemimpin bagi wanita dalam rumah tangga yang lingkupnya lebih kecil, bagaimana
mungkin wanita dibolehkan jadi pemimpin bagi desa, kecamatan, kabupaten, propinsi apalagi negara!!

Banyak Ayat Lain dalam Al Qur’an yang Mendukung Hal Ini

Pertama; Allah melebihkan derajat laki-laki daripada wanita

2
Rumaysho.com Suatu Bangsa Tidak Akan Bahagia Jika Dipimpin Wanita

ْ‫َونِهشِّجَبلِ عَهَيِهٍَِّ دَسَجَخٌ وَانهَُّّ َعضِيضْ َدكِيى‬


"Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Baqarah: 228)

Kedua; Para Nabi dan Rasul adalah laki-laki.

‫وَيَب أَ ِسسَهَُْب يٍِِ قَجِهِكَ إِنَّب سِجَبنًب َُىدِي ِإنَيِهِ ِى يٍِِ أَِْمِ انْ ُقشَي‬

"Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya
diantara penduduk negeri." (QS. Yusuf : 109)

Ketiga; Para istri Nabi berada di bawah kekuasaan para Nabi.

‫ذذَ عَجِذَيِ ٍِ يٍِِ عِجَبدََِب صَبنِذَيٍِِ فَخَبَزَبًَُْب فَهَىِ يُغُِِيَب عَُِهًَُب‬


ِ َ‫ة انهَّ ُّ يَثَهًب نِهَّزِيٍَ كَ َفشُوا اِ ِيشَأَحَ َُىحٍ وَا ِيشَأَحَ نُىطٍ كَبَزَب ر‬
َ َ‫ضش‬
َ
َ‫يٍَِ انهَِّّ شَيِئًب وَقِيمَ ادِخُهَب انَُّب َس يَعَ انذَّاخِهِني‬

"Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada
di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu
berkhianat kepada suaminya (masing-masing)." (QS. At Tahrim : 10)

Kata-kata di bawah dalam ayat ini menunjukkan bahwa wanita itu dipimpin, bukan yang memimpin.
Ketentuan ini bukan hanya syari’at Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, namun juga ini adalah
ketentuan nabi terdahulu yaitu Nabi Nuh ’alaihis salam.

Keempat; Warisan laki-laki setara dengan dua wanita.

ٍِِ‫يُىصِيكُىُ انهَُّّ فِي أَ ِونَبدِكُىِ نِهزَّ َك ِش يِْثمُ دَظِّ انْأَُِثَيَي‬

"Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang
anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan" (QS. An Nisa' : 11)

Saksi laki-laki setara dengan dua wanita (dalam transaksi finansial bukan dalam semua persaksian),
sebagaimana firman-Nya yang artinya,"Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya." (QS. Al
Baqarah : 282)

5 Bukti: Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam Menetapkan bahwa Kaum Laki-laki Seharusnya Yang
Memimpin

3
Rumaysho.com Suatu Bangsa Tidak Akan Bahagia Jika Dipimpin Wanita

Bukti pertama; Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tidak pernah mengangkat pemimpin (amir) dari kaum
wanita.

Bukti kedua; Imam shalat tidak pernah seorang wanita, tetapi seorang laki-laki. Bahkan beliau
shollallohu 'alaihi wa sallam ketika sakit tidaklah menyuruh istrinya untuk menjadi imam.

Bukti ketiga; Hak laki-laki lebih mulia daripada wanita.

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

‫نَىِ كُُِذُ آ ِيشّا أَدَذّا أٌَْ يَسِجُذَ ألَدَذٍ ألَ َيشِدُ انْ ًَشِأَحَ أٌَْ رَسِجُذَ ِنضَوِجِهَب‬

"Andai aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada yang lain, tentu akan kuperintahkan
wanita sujud kepada suaminya." (HR. Tirmidzi no. 1159. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shohih)

Bukti keempat; Wanita harus izin kalau ingin puasa sunnah. Hal ini ditegaskan dari hadits Abu Hurairah
radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam barsabda,

َّ‫ال حيم نهًشأح أٌ رصىو وصوجهب شبْذ إال ثأر‬

"Hendaklah wanita tidak berpuasa (sunnah) apabila suaminya ada di rumah selain dengan seizin
suaminya."(HR. Bukhari). Pesan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ini ditujukan kepada sang isteri
bukan kepada suami, karena suami adalah pemimpin.

Bukti kelima; Laki-laki wajib ditaati, sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

َ‫ِإرَا دَعَب انشَّجُمُ ا ِيشَأَرَُّ ِإنًَ ِفشَاشِِّ فَهَىِ رَأْرِِّ فَجَبدَ غَضِجَبٌَ عَهَيِهَب نَعََُزِهَب انًَْالَِئكَخُ دَزًَّ رُصِجِخ‬

"Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya, lalu istrinya enggan mendatanginya,
sehingga suaminya tidur dalam keadaan marah, maka malaikat akan melaknat istri tersebut sampai pagi
hari." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa suami punya hak memerintah isterinya
karena suami adalah pemimpin.

Bukti lain dari sejarah Islam adalah bahwa semua para Rasul dan Nabi adalah laki-laki, begitu juga semua
khalifah ada laki-laki dan pemimpin pasukan tempur untuk melawan musuh juga seorang laki-laki.

Mengapa Wanita Bukan Pemimpin?

Alasan Pertama; Pemimpin wanita pasti merugikan

4
Rumaysho.com Suatu Bangsa Tidak Akan Bahagia Jika Dipimpin Wanita

Abu Bakrah berkata,

ٌ‫ أٌََّ أَهِمَ فَارِسَ قَ ِد يََّهكُىا عَهَيِهِىِ بِنِتَ كِسِرَي قَالَ « نٍَِ يُفْهِحَ قَ ِىو‬- ‫ صهً اهلل عهيه وسهى‬- ِ‫نًََّا بَ َهغَ َرسُىلَ انهَّه‬
» ً‫وَنَّىِا أَيِرَهُىُ ايِرَأَة‬

"Tatkala ada berita sampai kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bahwa bangsa Persia mengangkat
putri Kisro (gelar raja Persia dahulu) menjadi raja, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda, ”
Suatu kaum itu tidak akan bahagia apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada
wanita”. " (HR. Bukhari no. 4425)

Dari hadits ini, para ulama bersepakat bahwa syarat al imam al a’zhom (kepala negara atau presiden)
haruslah laki-laki. (Lihat Adhwa’ul Bayan, 3/34, Asy Syamilah)

Al Baghowiy mengatakan dalam Syarhus Sunnah (10/77) pada Bab ”Terlarangnya Wanita Sebagai
Pemimpin”:

”Para ulama sepakat bahwa wanita tidak boleh jadi pemimpin dan juga hakim. Alasannya, karena
pemimpin harus memimpin jihad. Begitu juga seorang pemimpin negara haruslah menyelesaikan urusan
kaum muslimin. Seorang hakim haruslah bisa menyelesaikan sengketa. Sedangkan wanita adalah aurat,
tidak diperkenankan berhias (apabila keluar rumah). Wanita itu lemah, tidak mampu menyelesaikan
setiap urusan karena mereka kurang (akal dan agamanya). Kepemimpinan dan masalah memutuskan
suatu perkara adalah tanggung jawab yang begitu urgent. Oleh karena itu yang menyelesaikannya
adalah orang yang tidak memiliki kekurangan (seperti wanita) yaitu kaum pria-lah yang pantas
menyelesaikannya.”

Alasan Kedua; Wanita kurang akal dan agama

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ٍَُّ‫ُت انشَّجُمِ انْذَبصِ ِو يٍِِ إِدِذَاك‬


ِّ ‫ذ يٍِِ ََبقِصَبدِ عَقْمٍ َودِيٍٍ َأرْ َْتَ نِه‬
ُ ‫يَب سَأَِي‬

"Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menggoyangkan laki-
laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita." (HR. Bukhari no. 304)

Apa yang dimaksud dengan kurang akal dan agamanya?

Ada yang menanyakan kepada Syaikh ’Abdul Aziz bin ’Abdillah bin Baz: Saya seringkali mendengar
hadits ”wanita itu kurang akal dan agamanya.” Dari hadits ini sebagian pria akhirnya menganiaya para
wanita. Oleh karena itu –wahai Syaikh- kami memintamu untuk menerangkan makna hadits ini.

Adapun makna hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam:

5
Rumaysho.com Suatu Bangsa Tidak Akan Bahagia Jika Dipimpin Wanita

‫يب سأيذ يٍ َبقصبد عقم وديٍ أغهت نهت انشجم احلبصو يٍ إدذاكٍ فقيم يب سسىل اهلل يب َقصبٌ عقههب ؟ قبل‬
‫أنيسذ شهبدح املشأرني ثشهبدح سجم ؟ قيم يب سسىل اهلل يب َقصبٌ ديُهب ؟ قبل أنيسذ إرا دبضذ مل رصم ومل رصى‬
‫؟‬

"Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menggoyangkan laki-
laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.” Lalu ada yang menanyakan kepada
Rasulullah, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud kurang akalnya?” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam
pun menjawab, ”Bukankah persaksian dua wanita sama dengan satu pria?” Ada yang menanyakan lagi,
”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan kurang agamanya? ” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam
pun menjawab, ”Bukankah ketika seorang wanita mengalami haidh, dia tidak dapat melaksanakan shalat
dan tidak dapat berpuasa?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kurang akalnya
adalah dari sisi penjagaan dirinya dan persaksian tidak bisa sendirian, harus bersama wanita lainnya.
Inilah kekurangannya, seringkali wanita itu lupa. Akhirnya dia pun sering menambah-nambah dan
mengurang-ngurangi dalam persaksiannya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,

‫وَاسِزَشِهِذُوا شَهِيذَيِ ٍِ يٍِِ سِجَبِنكُىِ فَإٌِْ نَىِ َيكُىََب سَجُهَيٍِِ َفشَجُمٌ وَا ِيشَأَرَب ٌِ يًٍَِِّ َرشِضَىِ ٌَ يٍَِ انشُّهَذَاءِ أٌَْ رَضِمَّ إِدِذَاًَُْب‬
‫َكشَ إِدِذَاًَُْب انْأُ ِخشَي‬
ِّ ‫فَزُز‬

“Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang
lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika
seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.” (QS. Al Baqarah: 282)

Yang dimaksud dengan kurangnya agama adalah ketika wanita tersebut dalam kondisi haidh dan nifas,
dia pun meninggalkan shalat dan puasa, juga dia tidak mengqodho shalatnya. Inilah yang dimaksud
kurang agamanya. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 4/292)

Alasan Ketiga; Wanita ketika shalat berjama'ah menduduki shaf paling belakang

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

‫َونُهَب‬
َّ ‫َونُهَب َوشَشَُّْب آ ِخشَُْب وَخَِيشُ صُفُىفِ انُِّسَبءِ آ ِخشَُْب َوشَشَُّْب أ‬
َّ ‫ف انشِّجَبلِ أ‬
ِ ‫خَِيشُ صُفُى‬

"Sebaik-baik shof untuk laki-laki adalah paling depan sedangkan paling jeleknya adalah paling belakang,
dan sebaik-baik shof untuk wanita adalah paling belakang sedangkan paling jeleknya adalah paling
depan." (HR. Muslim no. 440)

Alasan Keempat; Wanita tidak dapat menikahkan dirinya sendiri, tetapi harus dengan wali

6
Rumaysho.com Suatu Bangsa Tidak Akan Bahagia Jika Dipimpin Wanita

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ًٍِّ‫الَ َِكَبحَ إِالَّ ثِ َىن‬

"Tidak ada nikah kecuali dengan wali." (HR. Abu Daud no. 2085, Tirmidzi no. 1101 dan Ibnu Majah no.
1880. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih).

Alasan Kelima; Wanita menurut tabiatnya cenderung pada kerusakan

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ٌِْ‫ وَإ‬، َُّ‫سشِر‬


َ َ‫ فَإٌِْ رََِْجذَ رُقِيًُُّ ك‬، َُِ‫ وَإٌَِّ أَعِىَجَ َشًِءٍ فًِ انضِّهَعِ أَعِال‬، ٍ‫ فَإََِّهٍَُّ خُهِقْ ٍَ يٍِِ ضِهَع‬، ‫وَاسِزَىِصُىا ثِبنُِّسَبءِ خَِيشّا‬
‫َرشَكْزَُّ نَىِ َيضَلْ أَعِىَجَ فَبسِزَىِصُىا ثِبنُِّسَبءِ خَِيشّا‬

"Bersikaplah yang baik terhadap wanita karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Bagian
yang paling bengkok dari tulang rusuk tersebut adalah bagian atasnya. Jika engkau memaksa untuk
meluruskan tulang rusuk tadi, maka dia akan patah. Namun, jika kamu membiarkan wanita, ia akan selalu
bengkok, maka bersikaplah yang baik terhadap wanita." (HR. Bukhari no. 5184)

Alasan Keenam; Wanita mengalami haidh, hamil, melahirkan, dan menyusui

Allah Ta'ala berfirman,

ٌَْ‫ض يٍِِ َِسَبِئكُىِ إِ ٌِ اسِرَجِزُىِ فَعِذَّرُهٍَُّ ثَهَبثَخُ َأشِ ُهشٍ وَانهَّبئِي نَىِ يَذِضٍَِ وَأُونَبدُ انْأَدًَِبلِ أَجَهُهٍَُّ أ‬
ِ ‫وَانهَّبئِي يَئِسِ ٍَ يٍَِ انًَْذِي‬
‫سشّا‬
ِ ُ‫يَضَعٍَِ دًَِهَهٍَُّ وَيٍَِ يَزَّقِ انهََّّ يَجِعَمْ نَ ُّ يٍِِ أَ ِيشِ ِ ي‬

"Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika
kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula)
perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu
ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya
Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. Ath Tholaq : 4)

Jika datang waktu seperti ini, maka di mana tanggung jawab wanita sebagai pemimpin?

Alasan Ketujuh; Wanita mudah putus asa dan tidak sabar

Kita telah menyaksikan pada saat kematian dan datangnya musibah, seringnya para wanita melakukan
perbuatan yang terlarang dan melampaui batas seperti menampar pipi, memecah barang-barang, dan
membanting badan. Padahal seorang pemimpin haruslah memiliki sifat sabar dan tabah.

7
Rumaysho.com Suatu Bangsa Tidak Akan Bahagia Jika Dipimpin Wanita

Di Mana Kepemimpinan Wanita?

Wanita hanya diperbolehkan menjadi pemimpin di rumahnya, itu pun di bawah pengawasan suaminya,
atau orang yang sederajat dengannya. Mereka memimpin dalam hal yang khusus yaitu terutama
memelihara diri, mendidik anak dan memelihara harta suami yang ada di rumah. Tujuan dari ini semua
adalah agar kebutuhan perbaikan keluarga teratasi oleh wanita sedangkan perbaikan masyarakat
nantinya dilakukan oleh kaum laki-laki. Allah Ta'ala berfirman,

َُّّ‫ني انضَّكَبحَ وَأَطِعٍَِ انهََّّ وَ َسسُىنَُّ إًَََِّب ُيشِيذُ انه‬


َ ِ‫وََقشٌَِ فِي ثُيُىِركٍَُّ َونَب رَجَشَّجٍَِ رَجَشُّجَ انْجَبِْهِيَّخِ انْأُونًَ وَأَقًٍَِِ انصَّهَبحَ وَآَر‬
‫َهشَكُىِ رَطْهِريّا‬
ِّ ‫نِيُزْ ِْتَ عَُِكُ ُى انشِّجِسَ أَِْمَ انْجَِيذِ وَُيط‬

"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-
orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya." (QS. Al Ahzab: 33)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

‫وَانْ ًَشِأَحُ فًِ ثَِيذِ صَوِجِهَب سَاعِيَخٌ وَ ِْ ًَ يَسِئُىنَخٌ عٍَِ سَعِيَّزِهَب‬

"Dan wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, dia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai
orang yang diurusnya." (HR. Bukhari no. 2409)

Kita hendaknya menerima ketentuan Allah yang Maha Bijaksana ini. Bukanlah Allah membendung hak asasi
manusia, tetapi Dialah yang mengatur makhluk-Nya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan
kebahagiaannya masing-masing.

Masih Ngotot Adanya Persamaan Gender

Syaikh Bakar Abu Zaid berkata,

"Masing-masing wajib mengimani dan menerima bahwa harus ada perbedaan antara laki-laki dan
wanita, baik dari segi lahir dan batin, menurut tinjauan syari'at Islam. Masing-masing harus ridho dengan
taqdir Allah dan syari'at Islam. Perbedaan ini adalah semata-mata menuju keadilan, dengan perbedaan
ini kehidupan bermasyarakat menjadi teratur.

Tidak boleh masing-masing berharap memiliki kekhususan yang lain, sebab akan mengundang
kemarahan Allah, karena masing-masing tidak menerima ketentuan Allah dan tidak ridho dengan hukum
dan syari'at-Nya. Seorang hamba hendaknya memohon karunia kepada Rabbnya. Inilah adab syari'at
Islam untuk menghilangkan kedengkian dan agar orang mukmin ridha dengan pemberian Allah. Oleh

8
Rumaysho.com Suatu Bangsa Tidak Akan Bahagia Jika Dipimpin Wanita

karena itu, Allah berfirman di dalam surat An Nisaa' ayat 32 yang maksudnya adalah kita dilarang iri
dengan kedudukan orang lain.

Selanjutnya, jika hanya berharap ingin meraih sifat lain jenis dilarang di dalam Al Qur'an, maka
bagaimana apabila mengingkari syari'at Islam yang membedakan antara laki-laki dan wanita, menyeru
manusia untuk menghapusnya, dan menuntut supaya ada kesamaan antara laki-laki dan wanita, yang
sering disebut dengan istilah emansipasi wanita. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah teori sekuler,
karena menentang taqdir Allah ...." (Hirosatul Fadhilah)

Sadarlah!

Inilah ketentuan di dalam Islam. Tentunya bila dilaksanakan, kebaikan dan kejayaan akan diraih kaum
muslimin sebagaimana yang pernah dialami para Rasul, para sahabatnya, dan generasi sesudahnya.
Tetapi jika peraturan ini dilanggar, jangan berharap perdamaian di dunia apalagi kenikmatan di akhirat.
Tetapi lihatlah perzinaan dan fitnah wanita serta kehancuran aqidah, ibadah, akhlaq, dan ekonomi yang
ini tidak bisa kita tutupi lagi, belum lagi besok di alam kubur, belum lagi di alam akhirat.

Ya Allah, tunjukilah kami (dengan izin-Mu) pada kebenaran dari apa-apa yang kami perselisihkan di
dalamnya. Sesungguhnya Engkaulah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke
jalan yang lurus.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shalallahu ’ala nabiyyina Muhammad wa ’ala alihi
wa shohbihi wa sallam.

****

Wisma MTI, 11 Rabi’ul Akhir 1430 H

Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

You might also like