Professional Documents
Culture Documents
1. Aliran Etis
Aliran ini menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah
semata mata untuk mencapai keadilan. Hukum ditentukan oleh keyakinan
yang etis tentang adil dan yang tidak adil, dengan perkataan lain
hukum menurut aliran ini bertujuan untuk merealisir atau mewujudkan
keadilan. Pendukung aliran ini antara lain, Aristoteles, Gery Mil,
Ehrliek, Wartle. Salah satu pendukung aliran ini adalah Geny.
Sedangkan penetang aliran ini pun cukup banyak, antara lain pakar
hukum Sudikno Mertokusumo: “Kalau dikatakan bahwa hukum itu bertujuan
mewujudkan keadilan, itu berarti bahwa hukum itu identik atau tumbuh
dengan keadilan, hukum tidaklah identik dengan keadilan. Dengan
demikian berarti teori etis itu berat sebelah” (Achmad Ali, 1996:86).
2. Aliran Utilistis
Menurut aliran ini mengaggap bahwa pada asasnya tujuan hukum
adalah sematamata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan yang
sebsar‐besarnya bagi manusia dalam jumlah yang sebanyak‐banyaknya.
Jadi pada hakekatnya menurut aliran ini, tujuan hukum adalah manfaat
dalam mengahasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi
jumlah orang yang terbanyak. aliran utilistis ini mempunyai pandangan
bahwa tujuan hukum tidak lain adalah bagaiamana memberikan manfaat
yang sebesar‐besarnya bagi warga masyarakat (ajaran moral praktis).
Kesimpulan :
Tujuan hukum secara umum ialah arah atau sasaran yang hendak
dicapai hukum dalam mengatur masyarakat.
2. Bagi pemula atau siapa saja yang akan mempelajari filsafat hukum
perlu mengkaji lebih mendalam tentang tujuan hukum agar dapat
menambah wawasan berfikir yang lebih luas dan pijakan yang lebih
mendalam serta memiliki komitmen moral yang baik.
Berkenaan dengan kekuasaan yang menentukan kaidah hukum, terdapat
beberapa aliran pemikiran dalam hukum, yaitu:
Menurut ajaran ini kaidah hukum hasil dari titah tuhan dan
langsung berasal dari tuhan. Oleh karena itu, aliran ini mengakui
adanya suatu hukum yang benar dan abadi, sesuai dengan ukuran kodrat,
serta selaras dengan alam. Dalam ajaran ini, ada dua unsur yang
menjadi pusat perhatian, yaitu unsur agama dan unsur akal. Pada
dasarnya hukum alam bersumber pada tuhan, yang menyingkari akal
manusia dan sebaliknya hukum alam bersumber pada akal atau pikiran
manusia.
· Legisme
· Mahzab historis
· Begriffsjurisprudenz
· Interessenjurisprudenz
Sebagai reaksi terhadap begriffjurisprudenz lahirlah pada abad ke-
19 di jerman, interessenjurisprudenz, yang dipelopori oleh rudolf von
jhering (1818-1892), suatu aliran yang menitikberatkan pada
kepentingan-kepentingan yang difiksikan. Aliran ini berpendapat bahwa
peraturan hukum tidak boleh dilihat oleh hakim sebagai formil-logis
belaka, tetapi harus dinilai menurut tujuannya. Yang menentukan
tertutama adalah selalu penilaian oleh pembentuk undang-undang. Hakim
dalam putusannya harus bertannya kepentingan-kepentingan manakah yang
diatur atau dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang.
· Freirechtbewegung
2.Unsur-unsur hukum
3.Sumber-sumber hukum
·Hukum perundang-undangan
·Hukum yurisprudensi
·Hukum traktat/perjanjian
·Hukum doktrin
·Faktor idiel
2.Kebiasaan-kebiasaan
5.Kesadaran hukum
2. BAGAIMANA SOLUSI PEMIKIRAN UNTUK MENYELESAIKAN DAN
MEWUJUDKAN SUPREMASI HUKUM DI INDONESIA ?
- Peraturan perundangan
- Penegak Hukum
- Masyarakat
Kita harus membiasakan diri untuk tidak cari gampang dan jalan
pintas dalam menyelesaikan suatu urusan, apapun alasannya melanggar
hukum adalah perbuatan yang merusak diri sendiri, orang lain dan
negara. Pelanggaran yang sering terjadi adalah antara penegak hukum
dengan masyarakat, hal ini terjadi karena adanya sikap mencari
penyelesaian sesuatu urusan dengan cara gampang dan jalan pintas.
Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Bab 9
tentang Pembenahan Sistem dan Politik Hukum telah , yang meliputi
substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum.
• Substansi Hukum:
• Struktur Hukum:
Dari dua peristiwa itu, kita saksikan luka keadilan lain. Minah,
seorang ibu tua, dikenai hukuman percobaan akibat mengambil tiga buah
kakao untuk dijadikan bibit. Rasa keadilan kembali terkoyak. Sang
hakim tahu, dia memutus berdasar hukum tertulis, bukan rasa keadilan.
Dia menjadi hamba secarik kertas, bukan dewi keadilan yang mulia dan
sublim.
Compang-camping praktik penegakan hukum berujung pada
ketidakpercayaan publik. Ini fatal. Ketidakpercayaan publik terhadap
penegakan hukum dipicu absennya keadilan sebagai prinsip dasar sebuah
tertib sosial. Keadilan adalah prinsip hidup bersama dalam sebuah
tertib sosial bernama negara. Keadilan adalah maksud suci kelahiran
negara itu sendiri. Jika maksud suci itu dikhianati aparat negara,
alasan keberadaan negara bisa jadi tak ada lagi. Maka, perilaku
institusional yang melukai keadilan dapat berakibat hilangnya tertib
sosial, bernama negara.
Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia
TAHUN AKADEMIK
2009 – 2010