Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. H.M. NOOR SYAM, M.Si
Dr. H. ABDUL HALIM SOEBAHAR, M.A
OLEH
AHMAD HANAFI S. Ag
084089004/ B 3
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
hanya karena memiliki kekhasan tersendiri, namun juga karena kaya akan konsep-
konsep yang tidak kalah bermutu dibandingkan dengan pendidikan modern. Dalam
khasanah pemikiran pendidikan Islam , kita temukan tokoh-tokoh besar dengan ide-
idenya yang cerdas dan kreatif yang menjadi inspirasi dan kontribusi yang besar bagi
Salah satu peran ulama sebagai tokoh Islam yang patut di catat adalah posisi
sekitarnya. Berbagai lembaga pendidikan telah di lahirkan oleh mereka baik dalam
bentuk sekolah maupun pondok pesantren. Semua itu adalah lembaga yang ikut
Mereka telah berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan, khususnya Islam lewat
baru tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Islam itu muncullah pusat-
pusat pembelajaran agama Islam, dalam bentuk pengajaran individual maupun secara
cukup lama sampai akhirnya timbul tantangan baru yaitu berdirinya sekolah Belanda.
2
Sekolah Belanda ini dikembangkan oleh pemerintah kolonial untuk menghasilkan
tenaga kantor tingkat rendah, dengan gaji jauh lebih murah. Akhirnya muncul
pendidikan model tradisional yaitu pesantren, sekolah Belanda dan juga madrasah
pendidikan ini terus berlanjut hingga akhirnya ada sekelompok muslim yang
mengadopsi bentuk dan kurikulum sekolah colonial Belanda. Munculnya model ini
bukan berarti bentuk pendidikan Islam yang lama menjadi hilang. Yang lama masih
tetap ada dan berdampingan dengan bentuk pendidikan Islam yang baru. Sehingga di
kalangan masyarakat muslim ada tiga bentuk lembaga pendidikan Islam yaitu
pesantren, madrasah ( kurikulum lebih berat ke pendidikan agama dengan bangku dan
papan tulis ) dan sekolah Islam yang ketiganya bertahan sampai sekarang.
B. Rumusan Masalah.
kehidupan yang dinamis, berpengaruh pula terhadap pola berpikirnya manusia dan
pola sistem pendidikan yang ada. Salah satunya yaitu dengan munculnya seorang
pemikir sekaligus seorang ulama yang bergerak dalam bidang pendidikan yang
K.H. A. Wahid Hasyim. Adapun rumusan masalah yang akan penulis paparkan
sebagai berikut :
3
BAB II
PEMBAHASAN
Wahid Hasyim yang akrab di sapa dengan Gus Wahid lahir pada hari jumat
legi, tanggal 5 Rabiul Awal 1333 H bertepatan dengan 1 juni 1914 di Desa Tebuireng,
Jombang Jawa Timur. Oleh ayahnya Hadratus Syeh K.H. Hasyim Asy’ari beliau
diberi nama Muhammad Asy’ari, terambil dari nama neneknya. Karena di anggap
nama tersebut tidak cocok dan berat maka namanya di ganti Abdul Wahid,
pengambilan dari nama seorang datuknya. Namun ibunya kerap kali memanggil
dengan nama Mudin. Sedangkan para santri dan masyarakat sekitar sering memanggil
dengan sebutan Gus Wahid, sebuah panggilan yang kerap ditujukan untuk menyebut
Wahid Hasyim berasal dari keluarga yang taat beragama, keluarga pesantrern
yang berpegang erat pada tradisi. Ia lahir, tumbuh dan dewasa dalam lingkungan
pesantren. Ibunya bernama Nafiqah putri K.H. Ilyas pemimpin pesantren Sewulan di
madiun. Garis keturunan ayah dan ibunya bertemu pada Lembu Peteng ( Brawijaya
VI ), yaitu dari pihak ayah melalui Joko Tingkir ( Sultan Pajang 1569-1587 ) dan dari
pihak ibu melalui Kiai Ageng Tarub I. Sejak usia 5 tahun ia belajar membaca Al
Quran pada ayahnya setiap selesai sholat magrib dan dhuhur, sedang pada pagi hari ia
mempelajari kitab Fath Al-Qarib ( kemenangan bagi yang dekat ) dan al-Minhaj al-
Qawim ( jalan yang lurus ). Sejak kecil minat membacanya sangat tinggi, berbagai
4
macam kitab di telaahnya. Ia sangat menggemari buku-buku kesusastraan Arab,
Sejak kecil ia terkenal sebagai seorang anak yang pendiam, peramah dan
pandai mengambil hati orang. Dikenal banyak orang sebagai orang yang gemar
menolonh kawan, suka bergaul dengan tidak memandang bangsa, atau memilih
agama, pangkat dan uang. Terlalu percaya pada kawan, suka berkorban, akan tetapi
mudah tersinggung perasaannya dan mudah marah, akan tetapi dapat mengatasi
Madrasah Salafiyah Tebuireng, lalu beliau belajar ke pondok Siwalan Panji, Sidoarjo,
Bidayah, Sullamut Taufik, Taqrib dan Tafsir Jalalain. Gurunya Kyai Hasyim sendiri
dan Kyai Chozin Panji, namun ia hanya belajar dalam hitungan hari yaitu selama 25
dilanjutkan di Pesantren Lirboyo, kediri, namun juga untuk beberapa . Setelah itu ia
rumah dan belajar secara otodidak dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Di
dukung oleh tingkat kecerdasannya yang tinggi serta tingkat hafalannya yang kuat ,
dalam belajar ia tidak mengalami kesulitan. Mengenai hal ini Saifuddin Zuhri
menuturkan :
1
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam ( Jakarta : PT Ihtiar Baru Van Hoeve, 1994 ),
163.
2
Ruchman Basori, Pesantren Modern Indonesia ( Jakarta : PT Inceis cetakan ke dua, 2008), 64.
5
Bukti lagi kecerdasan dan kecemerlangan pikiran K.H. A. Wahid Hasyim dikisahkan
Wahid Hasyim hidup dalam lingkungan pesantren yang tentu sangat relegius
Hasyim adalah kepribadian lintas batas, artinya tidak sekedar di bentuk dari
pergesekan,, dialektikanya dengan komunitas pesantren dan NU, tapi dengan berbagai
komunitas seperti dengan organisasi pergerakan Islam, partai politik dan juga
1. Prinsip-prinsip pendidikan.
karya beliau yang di muat di media yang setidaknya terdapat 7 judul, seperti Abdullah
Oebayd sebagai pendidik. Dalam buku ini K.H.A. Wahid Hasyim membeberkan
b. Kesabaran.
3
Ibid., 65.
6
d. Keberanian.
Sebagai seorang santri pendidik agama, fokus utama pemikiran Wahid Hasyim
Dari sini dapat dipahami, bahwa kualitas manusia muslim sangat ditentukan oleh
tinggi rendahnya kualitas jasmani, rohani dan akal. Kesehatan jasmani dibuktikan
manusia muslim harus memiliki kualitas nalar (akal) yang senantiasa diasah
sedemikian rupa sehingga mampu memberikan solusi yang tepat, adil dan sesuai
Mendudukkan para santri dalam posisi yang sejajar, atau bahkan bila mungkin
lebih tinggi, dengan kelompok lain agaknya menjadi obsesi yang tumbuh sejak usia
muda. Ia tidak ingin melihat santri berkedudukan rendah dalam pergaulan masyarakat.
Karena itu, sepulangnya dari menimba ilmu pengetahuan, dia berkiprah secara
unsur ilmu agama dan ilmu-ilmu umum di pesantrennya. Ternyata uji coba tersebut
dinilai berhasil. Karena itu ia kenal sebagai perintis pendidikan klasikal dan
7
perubahan di dunia pesantren yang harus dilakukan. Mulai dari tujuan hingga metode
pengajarannya.
perencanaan yang matang. Ia tidak ingin gerakan ini gagal di tengah jalan. Untuk itu,
dapat dicapai.
berahlakul karimah, takwa kepada Allah dan memiliki ketrampilan untuk hidup.
Artinya dengan ilmu yang dimiliki ia mampu hidup layak di tengah masyarakat,
mandiri, tidak jadi beban bagi orang lain. Santri yang tidak mempunyai ketrampilan
duniawi dan ukhrowi, moralitas dan ahlak, dengan titik tekan pada kemampuan
kognisi ( iman ), afeksi ( ilmu ) dan psikomotor ( amal, ahlak yang mulia ).4
4
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam ( Malang : Erlangga. 2007 ) , 73.
8
Materi yang di rancang oleh Wahid Hasyim dalam pendidikan terbagi menjadi
tiga : Pertama, ilmu-ilmu agama Islam seperti fiqih, tafsir, hadist dan ilmu agama
lainnya. Kedua, ilmu non agama seperti ilmu jiwa, matematika, dan Ketiga,
4. Metode Pendidikan.
Adapun metode pendidikan yang dianut oleh K.H.A. Wahid Hasyim yaitu
kepercayaan diri yang tinggi terhadap muridnya. Ini sebagai bukti bahwa pola
pemikiran Wahid Hasyim dengan ayahnya yaitu Hasyim Asy’ari banyak sekali
persamaannya, atau dengan kata lain bahwa sistem dan tehnik yang diterapkan Wahid
Hasyim merupakan kelanjutan dari sistem dan tehnik Hasyim Asy’ari. Adapun
contohnya seperti :
9
- Mengamalkan sunnah Nabi.
- Memberi nasehat dan menegur dengan baik jika ada anak yang bandel.
dimiliki.6
ukhrawi, dan nyaris terlepas dari urusan duniawi. Dengan tujuan yang demikian,
fiqh, tasawuf, ahlak dan sejenisnya. Ini bisa dimaklumi karena sumber teologi yang di
anut bersifat fatalis dan tidak rasional sehingga sebagian besar pesantren menolak
pesantren, yang semula santri diarahkan untuk mencetak ahli agama ( ulama ),
dengan menyarankan agar tidak semua santri menjadi ulama, namun tetap memahami
mengharap ridho dari Allah tetapi juga setelah tamat mampu beradaptasi, berdialog
ekonomi. Inilah salah satu ide cemerlang Wahid Hasyim yang dalam dunia
6
Ibid 163-165.
10
pendidikan kontemporer dikenal dengan istilah life skill education ( pendidikan
bentuk perlawanan terhadap penjajah terus menerus dilakukan oleh segenap lapisan
masyarakat, baik secara fisik ataupun non fisik. Secara fisik bangsa Indonesia
secara non fisik terutama madrasah menolak mata pelajaran umum seperti bahasa
mengakibatkan munculnya dikotomi antara ilmu agama dan non agama. Realitas
inilah yang ingin dibongkar oleh Wahid Hasyim, dan dia berpendapat bahwa materi
tuntutan di era krisis multi dimensi seperti yang sedang melanda bangsa Indonesia
sekarang. Banyak pihak berasumsi bahwa krisis moral yang melanda disebabkan
kegagalan dunia pendidikan baik pendidikan umum dan pendidikan yang berbasis
keagamaan untuk memproduk siswa atau santri yang mampu menyelaraskan antara
ilmu dengan amal. Wahid Hasyim telah menerapkan konsep pendidikan yang dinilai
mampu menciptakan peserta didik yang ideal, yaitu santri yang tidak hanya mampu
7
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007), 45.
11
menguasai konsep secara sempurna tapi mampu mengimplementasikan dalam
kehidupan nyata.8
perubahan lembaga pendidikan Islam, baik melalui transformasi diri lembaga yang
sudah ada maupun mendirikan lembaga pendidikan Islam yang baru. Dalam kontek
ini, Wahid Hasyim mentransformasi lembaga yang sudah ada yaitu pesantren
dilengkapi dengan perpustakaan sebagai tempat belajar santri diluar pesantren dan
madrasah. Artinya selain pesantren mengajarkan ilmu agama juga di ajarkan ilmu
umum kepada santrinya dengan maksud seorang santri atau dunia pesantren tidak
boleh berada di Menara Gading dan mengambil jarak dengan masyarakat. Pesantren
b. Isi kurikulum.
yang di ajarkan dalam proses belajar mengajar di pesantren atau madrasah. Dimana
materi yang diajarkan di bidang tehnis berupa ilmu fiqh, ilmu tafsir, mawaris, ilmu
falaq. Bidang hafalan yaitu pelajaran Al-Quran, ilmu bahasa Arab. Sedang ilmu yang
bersifat membina emosi keagamaan seperti aqidah, tasawuf dan ahlaq. Menurut
8
John L. Esposito- John O. Voll , Tokoh-Kunci Gerakan Islam Kontemporer ( Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada , 2002), 260.
9
H. Rosihan Anwar, Ulama Dalam Penyebaran Pendidikan dan Khazanah Keagamaan ( Jakarta : PT.
Pringgondani berseri, 2003 ), 145.
12
Wahid Hasyim bahwa dalam beberapa hal, pesantren tidak sesuai lagi dengan
Maka untuk mewujudkan itu Wahid Hasyim memasukkan ilmu-ilmu sekuler kepada
c. Metodologi pembelajaran.
posisinya hanya sebagai pendengar budiman, menghafal dan menulis sehingga murid
atau santri tidak bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya seperti
mengajukan pertanyaan atau bahkan lebih kritis lagi yaitu dengan mengadakan
diskusi. Kondisi inilah yang akan diperbaharui oleh Wahid Hasyim yaitu dalam
pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan sistem tutorial 10.
Dengan konsep ini di harapakan proses pembelajaran berjalan dan menghasilkan atau
memproduk siswa atau santri yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat karena
bermutu 11
10
H. Hobri, Model-Model Pembelajaran inovatif ( Jember : Word Wditor, 2009), 25.
11
Edward Sallis, Total Quality Management in Educatioan ( Yogyakarta : IRCiSoD, 2008 ), 86.
13
BAB III
KESIMPULAN
Terdapat hubungan yang saling terkait antara pendidikan di satu sisi dan
pembaharuan di sisi lain. Pendidikan adalah persyarat dan kondisi yang mutlak bagi
kemajuan bangsa dapat di capai. Karena itu banyak ahli pendidikan yang
modernisasi. Pada sisi lain pendidikan sering di anggap sebagai obyek modernisasi
( pembaharuan ).
14
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007.
Esposito, John – Voll, John O. Tokoh- Kunci Gerakan Islam Kontemporer. Jakarta :
2008.
Tim Edit. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ihtiar Baru Van Hoeve,1994.
15