Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN TEORITIS
3
tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk
perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang
ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar.
Melihat fenomena ini, apa yang harus kita lakukan dalam upaya
menyelamatkan generasi muda? Ada beberapa solusi, di antaranya,
4
pertama, membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari
tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman yang
memihak kepada pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu Rancangan
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera
disahkan.
5
Selain petunjuk yang diberikan Stanley di atas, keteladanan
orangtua juga merupakan faktor penting dalam menyelamatkan moral
anak. Orangtua yang gagal memberikan teladan yang baik kepada
anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam kemerosotan moral
dalam berperilaku.
Melihat fenomena ini, sepertinya misi menyelamatkan moral serta
memperbaiki perilaku generasi muda harus segera dilakukan dan misi ini
menjadi tanggung jawab bersama, tanggung jawab dari seluruh elemen
bangsa. Jika misi ini ditunda, maka semakin banyak generasi muda yang
menjadi korban dan tidak menutup kemungkinan kita akan kehilangan
generasi penerus bangsa.
6
Ada 6 prinsip dasar yang harus termuat dalam pendidikan seks, antara
lain;
7
Istilah seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas.
Diantaranya adalah dimensi biologis, psikologis, sosial, perilaku, dan
kultural. Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan organ
reproduksi dan alat kelamin. Termasuk didalamnya adalah bagaimana
menjaga kesehatan, memfungsikan dengan optimal secara biologis;
sebagai alat reproduksi, alat rekreasi dan dorongan seksual.
Dari dimensi psikologis, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana
menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran jenis, dan
perasaan terhadap seksualitas sendiri.
8
Tentu saja, karena remaja yang sedang mengalami masa pubertas
mempunyai dorongan atau keinginan yang kuat tentang perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mulai timbul rasa ketertarikan
pada lawan jenisnya. Mereka berusaha mencari tahu tentang hal itu.
Mereka bingung harus bertanya kepada siapa, apakah kepada teman atau
bahkan kepada orang tuanya sendiri. Di pihak lain, arus informasi
memberikan tawaran yang mengarah ke permasalahan seksual yang
vulgar. Pada kenyataannya, banyak media massa justru cenderung
menjerumuskan remaja. Maka dalam hal ini pendidikan seks diperlukan
untuk menjembatani antara rasa keingintahuan remaja tentang hal itu dan
berbagai tawaran informasi yang vulgar, dengan cara pemberian informasi
tentang seksualitas yang benar, jujur, lengkap, dan disesuaikan dengan
kematangan usianya.
9
berdasarkan pengetahuan yang didapat mengenai perilaku tersebut,
risikonya, nilai agama yang dianut, nilai keluarga, dll. Sehingga keputusan
yang diambil remaja lebih pada pemikiran yang mantap, matang dan
bukan karena keharusan ataupun tekanan.
Perlu adanya pengakuan terhadap adanya norma pribadi yang berbeda-
beda pada setiap orang terlepas dari nilai dan norma yang ada pada
agama dan masyarakat. Kita juga memberikan pendampingan pada
remaja untuk pengambilan keputusan dan tidak meninggalkan remaja
begitu saja setelah mereka mendapat pendidikan seks. Jadi kalau ada
pendapat bahwa pendidikan seks itu tidak sesuai dengan ajaran agama
dan nilai-nilai ketimuran, itu lebih disebabkan karena perbedaan persepsi
tentang pendidikan seks itu sendiri.
10
Setiap mahluk hidup memiliki naluri seksualitas sendiri-sendiri,
begitu juga dengan manusia. Kita semua memiliki dimensi seksualitas,
hanya saja kadang-kadang kita tidak menyadarinya. Pendidikan seksual
akan memberikan bekal pengetahuan pada seseorang agar lebih
memahami dirinya sendiri, sehingga mampu menjaga kesehatannya
dengan lebih baik, dan mengambil keputusan yang terbaik untuk hal-hal
yang berkaitan dengan seksualitasnya.
11
menunjuk anggota tubuhnya, mengenal dan menghargai seluruh anggota
tubuh termasuk organ reproduksi, mengerti tentang keluarga, tujuan dan
kewajibannya supaya menjadi anggota keluarga yang baik dengan
mengikutsertakan rasa setia, kasih sayang, cinta, dan rasa saling
menghormati. Pendidikan seksualitas sebaiknya disesuaikan dengan
tahap perkembangan usia.
Saat remaja, pendidikan seksualitas lebih ditekankan pada perubahan
yang terjadi selama masa remaja sebagai akibat telah aktifnya hormon
seksual, perbedaan yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, perbedaan
percepatan perkembangan dan pertumbuhan satu dengan lainnya,
bagaimana mencapai kematangan seksual, dan pemilihan perilaku
seksual (Laycock, S. R., 1979).
12
Informasi yang diberikan harus disesuaikan dengan usia dan
perkembangan anak. Mendukung penentuan nilai pribadi mereka tentang
seks dengan mempertimbangkan nilai dan norma di sekitarnya serta
berperilaku seks yang sehat termasuk untuk tidak melakukan hubungan
seksual sama sekali.
12. Hal-hal apa yang patut diberikan pada remaja dalam rangka
pendidikan seksualitasnya ?
13
14. Apa yang diperjuangkan dalam memberikan pendidikan
seksualitas ?
14
melalui pengembangan media cetak, pelatihan seksualitas dan
pendampingan untuk remaja.
15
Seorang remaja yang mengalami masa pubertas berarti sedang
mengalami pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi seksual.
Pertumbuhan ini juga dipengaruhi oleh hormon-hormon seksual yang
telah berfungsi yaitu testosteron pada laki-laki, dan progesteron serta
estrogen pada perempuan. Hormon-hormon ini jugalah yang berpengaruh
terhadap dorongan seksual.
16
Istilah free sex sebenarnya tidak ada. Yang ada ialah pergaulan
bebas.Banyak orang melakukan hubungan bebas karena dipengaruhi
berbagai hal, misalnya faktor dari dalam keluarga sendiri (seperti cari
sensasi, kecewa, atau frustrasi); juga karena pengaruh lingkungan, media
massa atau kebudayaan; atau hanya sekadar mode atau trend yang ada
di kalangan remaja itu sendiri.
20. Mengapa pada masa sekarang ini banyak remaja yang tidak
dapat mengontrol diri dari pengaruh lingkungan yang negatif ?
17
terinternalisasi; serta rendahnya kemampuan dalam mengambil
keputusan. Saat anak memasuki usia remaja, dukungan dan kedekatan
dengan keluarga sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan.
18
menyebabkan terjadinya kehamilan di luar nikah, kata Kepala BKKBN
Propinsi Bali, I Gede Putu Abadi, MPA di Denpasar, Senin (24/10).
19
2.5 SEBAB-SEBAB TIMBULNYA FREE SEX
20
jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan
berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka
faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas
dari suka atau tidak suka.
Ketiga, memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang
menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak.
Media senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk content
yang lain berdasar standar para pengelolanya.
Keempat, media massa acapkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk
jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan
arah atas berbagai
ketidakpastian, atau alternative yang beragam.
Kelima, melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan
berbagai
informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin
terjadinya tanggapan dan
umpan balik.
Keenam, media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar
tempat
berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang
memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif.
Pendeknya, semua itu ingin menunjukkkan, peran media dalam
kehidupan social bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan
atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran
yang signifikan dalam proses sosial. Isi media massa merupakan
konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa
akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran
tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang nantinya
mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial.
Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran
yang salah pula terhadap objek sosial itu. Karenanya media massa
21
dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas
informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media
massa.
GLOBALISASI MEDIA
Bertolak dari besarnya peran media massa dalam mempengaruhi
pemikiran khalayaknya, tentulah perkembangan media massa di
Indonesia pada massa akan
datang harus dipikirkan lagi. Apalagi menghadapi globalisasi media massa
yang tak terelakan lagi.
Globalisasi media massa merupakan proses yang secara nature
terjadi, sebagaimana jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya
hujan atau meteor.
Pendekatan profesional menjadi kata kunci, masalah dasarnya mudah
diterka. Pada
titik-titik tertentu, terjadi benturan antar budaya dari luar negeri yang tak
dikenal oleh bangsa Indonesia. Jadi kekhawatiran besar terasakan benar
adanya ancaman, serbuan, penaklukan, pelunturan karena nilai-nilai luhur
dalam paham kebangsaan. Imbasnya adalah munculnya majalah-majalah
Amerika dan Eropa versi Indonesia seperti : Bazaar, Cosmopolitan, Spice,
FHM (For Him Magazine), Good Housekeeping, Trax dan sebagainya.
Begitu pula membajirnya program-program tayangan dan produk rekaman
tanpa dapat dibendung. Lantas bagaimana bagi negara berkembang
seperti Indonesia menyikapi fenomena transformasi media terhadap
perilaku masyarakat dan budaya? Bukankah globalisasi media dengan
segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah, Koran,
buku, film, vcd dan kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak
pada kehidupan masyarakat?
Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalamai serbuan yang
hebat arti berbagai produk pornografi berupa tabloid, majalah, buku
bacaan di media cetak, televisi, radio dan terutama adalah peredaran
22
bebas VCD. Baik yang datang dari luar
negeri maupun yang diproduksi sendiri. Walaupun media pornografis
bukan barang baru bagi Indonesia, namun tidak pernah dalam skala
seluas sekarang. Bahkan beberapa orang asing menganggap Indonesia
sebagai “surga pornografi” karena sangat mudahnya mendapatkan
produk-produk pornografi dan harganya pun murah.
Kebebasan pers yang muncul pada awal reformasi ternyata dimanfaatkan
oleh sebagian masyarakat yang tidak bertanggungjawab, untuk
menerbitkan produk-produk pornografi. Mereka menganggap pers
mempunyai kemerdekaan yang dijamin sebagai hak asasi warga Negara
dan tidak dikenakan penyensoran serta pembredelan. Padahal
dalam Undang-Undang Pers No. 40 tahun 1999 itu sendiri,
mencantumkan bahwa pers berkewajiban memberitakan peristiwa dan
opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan
masyarakat (pasal 5 ayat 1).
Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh
melihat perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau
dan kalau perlu melarang berbagai sepak terjang masyarakt yang
berperilaku tidak semestinya. Misalnya ketika Presiden Susilo Bambang
Yudoyono, menyarankan agar televisi tidak menayangkan goyang erotis
dengan puser atau perut kelihatan. Ternyata dampaknya cukup terasa,
banyak televisi yang akhirnya tidak menayangkan para artis yang
berpakaian minim.
SOLUSI
Sekarang di Indonesia bermunculan lembaga-lembaga media
watch yang keras terhadap pers sebagai jawaban terhadap kian maraknya
penerbitan yang bisa disebut “pers kuning”, “Massen Preese” dan
“Geschaft Presse”.
Melalui media massa pun, kita dapat membangun opini publik,
karena media mempunyai kekuatan mengkonstruksi masyarakat.
23
Misalnya melalui pemberitaan tentang dampak negatif pornografi,
komentar para ahli dan tokok-tokoh masyarakat yang anti pornografi atau
anti media pornografi serta tulisan-tulisan, gambar dan surat pembaca
yang berisikan realitas yang dihadapi masyarakat dengan maraknya
pornografi, maka media dapat dengan cepat mengkonstrusikan
masyarakat secara luas
karena jangkauannya yang jauh.
Dalam masyarakat terutama di daerah pedesaan, dikenal adanya
opinion leader atau pemuka pendapat. Mereka memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak laku dalam cara-cara
tertentu. Menurut Rogers (1983), pemuka pendapat memainkan peranan
penting dalam penyebaran informasi. Melalui hubungan sosial yang intim,
para pemuka pendapat berperan menyampaikan pesanpesan, ide-ide dan
informasi-informasi baru kepada masyarakat. Melalui pemuka pendapat
seperti tokoh agama, sesepuh desa, kepala desa, pesan-pesan tentang
bahaya media pornografi dapat disampaikan. Tapi yang lebih penting lagi
adalah ketegasan pemerintah dalam menerapkan hukum baik Undang-
Undang Pers, Undang-undang Perfilman dan Undang-Undang Penyiaran
secara tegas dan konsiten di samping tentu saja partisipasi dari
masyarakat untuk bersam-sama mencegah dampak buruk dari globalisasi
media yang kalau dibiarkan bisa menghancurkan negeri ini.
Free sexs atau seks bebas menjadi hal yang sangat biasa bagi
kalangan remaja saat ini. Tanpa merasa malu mereka meminta
pasangannya untuk melakukan hal itu, hal yang sebenarnya dianggap
tabu oleh masyarakat sekitar. Bukan hanya wanita dewasa (> 20 tahun)
saja yang melakukannya, namun sekarang kalangan remaja SMP-SMA
sudah melakukannya walaupun hanya satu kali.
Kita juga tidak tahu lagi berapa jumlah wanita dan pria yang masih
perawan dan masih perjaka, karena tidak sedikit masyarakat di Indonesia
24
telah melakukan seks bebas.Pergaulan adalah faktor yang paling banyak
yang dialami oleh remaja pada umumnya. Pergaulan mereka yang luas,
otomatis mereka juga memperoleh banyak masukan dari teman-
temannya. Contohnya, pasangan yang tidak pernah melakukan seks akan
dianggap tidak modern (norak/kuno) oleh teman-temanya (yang sudah
pernah melakukan sesk bebas).
Mereka yang terus didoktrin/dipengaruhi dan diperkenalkan bahwa
seks itu mengasyikan, mengenakkan dan harus dicoba.Merekapun tak
segan-segan memperkenalkan permainan seks yang aman, seperti
memakai alat pengaman (kondom) dan sebagainya. Mereka terus
mempengaruhi bahwa melakukan seks dengan aman akan terhindar dari
penyakit kelamin dan kehamilan. Akhirnya membuat mereka hilang
kepercayaan diri mereka sehingga perlahan-lahan mereka terjerumus
kedalam seks bebas.Mereka melakukan seks bebas biasanya hanya
didasari rasa ikut-ikutan saja, coba-coba, tidak enak dengan teman-
temannya dan tidak ingin dibilang kuno. Padahal seks diluar nikah itu
sangat merugikan, apalagi bagi pihak perempuan. Banyak wanita yang
merasa dirinya sudah tidak berharga lagi jika sudah tidak perawan.
25