Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Dessy Natalia H34063102
Dosen
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin Ma’turidi
1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui teori dan prinsip syariah dari gadai syariah.
2. Mengetahui bagaimana aplikasi gadai syariah yang diterapkan oleh Perum
Pegadaian.
3. Mengetahui sejauh mana kesinambungan antara teori dan prinsip-prinsip
syariah mengenai gadai syariah dengan aplikasi yang diterapkan oleh Perum
Pegadaian.
1.3. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi berbagai
pihak :
1. Perusahaan sebagai masukan untuk mengembangkan atau memperbaiki
usahanya.
2. Masyarakat sebagai salah satu sumber informasi mengenai alternatif sumber
pendanaan syariah.
3. Peneliti sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3. Rukun dan Syarat Sahnya Perjanjian Gadai serta Hak dan Kewajiban
Penerima dan Pemberi Gadai
Di dalam bukunya Fiqh Islam (1988), Mohammad Anwar menyebutkan rukun
dan syarat sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut :
1. Ijab qabul (sighot)
2. Orang yang bertransaksi (Aqid), terdiri dari rahin (pemberi gadai) dan
murthahin (penerima gadai)
3. Adanya barang yang digadaikan (Marhun)
4. Utang (Marhun bih)
Sedangkan syarat sah perjanjian gadai adalah :
1. Shigat
2. Orang yang berakal
3. Barang yang dijadikan pinjaman
4. Utang (marhun bih)
Hak penerima gadai adalah sebagai berikut :
1. Apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo,
murtahin berhak untuk menjual marhun.
2. Untuk menjaga keselamatan marhun, pemegang gadai berhak mendapatkan
penggantian biaya yang dikeluarkan.
3. Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin, selama pinjaman
belum dilunasi.
Kewajiban dari penerima gadai adalah :
1. Apabila terjadi sesuatu (hilang ataupun cacat) terhadap marhun akibat dari
kelalaian, maka marhun harus bertanggung jawab.
2. Tidak boleh menggunakan marhun untuk kepentingan pribadi.
3. Sebelum diadakan pelelangan marhun, harus ada pemberitahuan kepada rahin.
Hak dari pemberi gadai adalah :
1. Setelah pelunasan pinjaman, rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan
kepada murtahin.
2. Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian
murtahin, rahin menuntut ganti rugi ataas marhun.
3. Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya, rahin berhak
menerima sisa hasil penjualan marhun.
4. Apabila diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin, maka rahin
berhak untuk meminta marhunnya kembali.
Kewajiban dari pemberi gadai adalah :
1. Melunasi penjaman yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
2. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi
pinjamannya, maka harus merelakan penjualan atas marhun pemiliknya.
b) Mudharabah
Akad yang diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau
untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif.
Ketentuannya:
- Barang gadai dapat berupa barang barang bergerak maupun barang tidak bergerak
seperti : emas, elektronik, kendaraan bermotor, tanah, rumah, dan lain-lain.
- Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun
c) Ba’i Muqayyadah
Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif. Seperti
pembelian alat kantor atau modal kerja. Dalam hal ini murtahin juga dapat
menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal kerja yang diingginkan oleh
rahin. Barang gadai adalah barang yang dimanfaatkan oleh rahin aupun murtahin.
d) Ijarah
Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentu.bentuknya adalah murtahin
menyewakan tempat penyimpanan barang.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan dengan mengulas mengenai
teori gadai syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islam dengan
membandingkannya dengan operasionalisasi gadai syariah yang telah dipraktekkan
pada Perum Pegadaian di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi
gadai syariah yang diterapkan, secara umum, telah sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. Namun, ada beberapa hal, seperti prinsip mudharabah yang belum dapat
dipraktekkan secara sempurna karena kebutuhan masyarakat akan dana tersebut
belum dapat dikontrol oleh pihak Perum Pegadaian, sehingga kita tidak dapat
memastikan apakah dana yang berasal dari transaksi gadai syariah tersebut digunakan
untuk sesuatu yang sesuai dengan syariah atau tidak.
4.2. Saran
Walaupun sesuai dengan ajaran agama Islam, yaitu agama yang dianut oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia, dan juga dirasa lebih menguntungkan, adanya
fasilitas gadai syariah ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas karena
kurangnya publikasi dan pembelajaran kepada publik mengenai gadai syariah dari
Perum Pegadaian. Oleh karena itu, dibutuhkan publikasi, promosi dan pengenalan
kepada masyarakat luas mengenai konsep gadai syariah yang ditawarkan oleh Perum
Pegadaian ini. Diharapkan ke depannya, operasionalisasi dari gadai syariah ini dapat
dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariat Islami dengan menyeluruh, terutama
pada akad utama gadai syariah, yaitu akad mudharabah.
Lampiran